Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Fan Fiction] Lamunan di Beranda (The Story About Jessie)

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Saran untuk Mr Ron. Daripada terlalu obsesif untuk kolaborasi bikin cerita. Mending coba tuang idemu sendiri ke dalam cerita buatanmu sendiri. Justru kalau kolaborasi bakal lebih susah jadi karena pasti adanya perbedaan pendapat. Hal ini ane ngerasain kok. Sering ada perbedaan pendapat antara ane sama asisten ane.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ini ga ada rencana buat update gan sekalian pas hari ultahnya Ve? Hhhee
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ve mengaduk minumannya, segelas es lemon tea. Di bibir gelasnya terdapat potongan jeruk lemon yang masih terhias rapi. Ada piring yang sendok dan garpunya disilangkan dalam posisi terbalik. Sepertinya makanannya baru saja habis. Sejenak Ve memandang suasana sekelilingnya. Hiruk-pikuk orang-orang menambah suasana ramai di kantin ini. Memang di jam-jam istirahat atau waktu jeda antar mata kuliah seperti sekarang kantin ini hampir selalu penuh dengan mahasiswa dan mahasiswi yang ingin mengisi perutnya yang lapar. Atau sekedar memesan minuman sambil bergosip ria. Ve sengaja mengambil tempat agak pojok agar terhindar dari asap rokok yang kadang mengepul tebal. Beberapa meja dari tempatnya duduk ada sekelompok mahasiswa yang sedang bersenda-gurau, tertawa-tawa dengan suara keras, dan hampir seluruhnya merokok. Entah kapan mereka akan pergi beranjak dari situ, padahal makanan mereka sudah habis sejak setengah jam yang lalu. Ya, Ve memang sangat benci sekali dengan asap rokok. Dan setiap orang yang mengenal dekat Ve telah mahfum bahwa asap rokok adalah salah satu hal yang bisa merubah mood Ve dalam sekejap. Ketika sedang asyik mengaduk es lemon tea nya dengan sedotan tiba-tiba ada satu suara yang telah lama dikenalnya, "Jessie, ngapain kamu disini? kuliah disini kah?". Jantung Ve nyaris saja copot ketika melihat siapa cowok yang tiba-tiba menegurnya itu. Dia adalah Ferdy!. Dengan berusaha tetap tenang Ve membalas, "Eh hmmm iya, aku memang kuliah disini". Sekeras apapun usahanya agar terlihat bersikap normal tapi tetap saja Ve merasa kikuk. Perasaan yang campur aduk antara kaget, serba salah, gugup, dan entah apa lagi, berkecamuk hebat dalam dirinya. Ingin rasanya dia menghilang saja dengan seketika agar terbebas dari suasana aneh yang tidak diduganya ini. Ferdy yang entah sudah berapa lama ia tidak menjumpainya dengan tiba-tiba ada dihadapannya. Cowok yang dulu selalu menghantui pikirannya, yang lama terpisah karena keadaan yang memaksanya demikian.

Ferdy duduk dihadapan Ve berdua dengan adiknya, namanya Hestia. Ternyata dia datang kesini mengantar adiknya untuk mengurus kewajiban registrasi yang disyaratkan kampus. Ya, adik perempuannya itu ternyata menjadi mahasiswa baru di kampusnya. Dan tak disangka dia kini sudah menjelma menjadi gadis yang sedang beranjak dewasa. Terakhir Ve jumpa dirinya dirumah Ferdy ia masih kelas 3 SMP, sudah lama juga rupanya. Jikalau Ve adalah seorang cowok mungkin akan naksir melihat adiknya Ferdy ini. Cewek yang berkulit kuning langsat dengan wajah agak oval, berhidung mancung, mata yang tajam dengan alis yang cukup tebal. Dengan perawakan yang agak imut-imut namun proporsional. "Jadi gimana kabarmu, Jess?", ujar Ferdy memecah lamunan Ve. "Ah baik-baik saja koq", pendek saja balasnya dengan senyum yang agak dipaksakan. Dalam hati Ve masih ada suatu perasaan yang susah untuk dijelaskan, semacam perasaan kecewa. Sejak mereka memutuskan untuk berpisah Ferdy memang benar-benar memutuskan komunikasi. Ya memang demi karier idol Ve mereka sepakat menghentikan hubungan mereka yang sudah cukup erat itu. Tapi terasa tidak adil buat Ve karena Ferdy langsung menghilang begitu saja selepas itu. Seolah lenyap ditelan bumi, tak ada kabar sama sekali. Tidak bisa dihubungi, nomor hp nya entah mungkin ganti. Setiap ditelpon kerumahnya orang rumahnya seperti kompak untuk selalu menjawab tidak tahu. Ferdy seperti sengaja menghilang. Ve tahu walau di mulut keduanya setuju untuk berpisah tapi jauh di dasar hati Ferdy ia tidak pernah menghendaki. Mungkin itu salah satu caranya untuk mengobati kesedihan karena Ve tahu bahwa Ferdy sangat sayang dan tak pernah ingin kehilangan dirinya. Tapi tidak dengan cara yang begini, pikir Ve. Mereka masih bisa menjadi teman biasa yang tidak ada suatu tuntutan khusus apapun diantara mereka selain sebagai teman. Toh mereka masih bisa berusaha melewati masa-masa sulit bersama walau bukan sebagai sepasang kekasih lagi. Ve sangat yakin perlahan-lahan mereka akan bisa melewatinya. Tapi sikap Ferdy yang sudah menghilang begitu saja sangat melukai hatinya. Bahkan mereka sampai tidak tahu sama sekali kabar dan keberadaan masing-masing. Tidak heran mereka sangat kaget bisa berjumpa di tempat seperti ini. Tidak diduga-duga karena memang mereka tidak saling tahu sebelumnya. Ve kecewa, Ferdy sangat egois.

Tapi walau bagaimanapun juga Ferdy adalah cowok pertama yang telah merebut hatinya. Masih ada rasa sesal tapi dilain sisi ia juga penasaran dengan cowok itu, ingin tahu kabar dirinya. Rindu? Ah dia tidak akan mengakuinya terhadap orang yang telah mengecewakannya. Sesuatu yang sudah sembuh dan nyaris hilang karena proses dan waktu tiba-tiba muncul kembali. Ve seolah tertarik kembali oleh pusaran waktu yang berputar terbalik. Dan membawanya kepada suatu masa ketika ia dan Ferdy masih bersama. Untung ada Hestia disitu, kalau tidak mungkin mereka tidak sanggup mengontrol emosi akibat lama tidak jumpa. Setelah basa-basi dan sejenak ngobrol ringan yang cenderung agak kaku, "Jessie.. nggak ada kuliah lagi kan? main kerumah yuk?" ajak Ferdy dan dianggukan Hestia juga. Ve ragu menerima ajakan mereka tapi tidak kuasa menolaknya juga. Dia sudah terjebak oleh kondisi dan situasi demikian dan tidak tahu lagi caranya menolak atau berkelit dari ajakan mereka. "Emmm.. tapi aku gak bisa lama-lama, nanti sore ada latihan", balas Ve. "Oh okay itu gak masalah", pungkas Ferdy lagi. Tidak lama kemudian mereka bertiga sudah berada didalam mobil Ferdy, sebuah Honda Jazz RS berwarna merah. Dengan tenang mobil itu meluncur membelah jalanan ibu kota yang siang ini tampak lancar dan tidak begitu ramai. Di dalam mobil Ve dan Hestia saling bertukar cerita dan memuji satu sama lain. "Kak Jessie makin cantik saja, badannya bagus dan makin feminim.. kelak suami kak Jessie akan menjadi pria beruntung sedunia", puji Hestia. "Ah kamu bisa saja.. kamu juga cantik Hes, makin menarik dan dewasa.. sudah punya cowok belum? dia pasti bangga hahaha". Balas Ve dengan sedikit tertawa sehingga suasana di dalam mobil agak mencair dan lebih akrab. Dalam situasi itu Hestia memang bagai malaikat penolong. Apa jadinya jika cuma Ve dan Ferdy saja, mungkin suasana akan hening dan kaku. Dan terbukti obrolan lebih sering terjadi antara Ve dan Hestia. Ferdy yang lagi nyetir cuma menimpali sesekali atau menanyakan sesuatu ke Ve sekedar formalitas agar mereka tidak tampak terlalu dingin di mata Hestia.

Setelah kira-kira 40 menit perjalanan akhirnya mereka tiba di rumah Ferdy. Setelah selama 4 tahun tidak banyak berubah suasana di rumah ini. Halamannya masih rindang dengan berbagai pohon dan tanaman hias. Hanya catnya saja lebih cerah. Mungkin belum lama rumah ini dicat ulang, gumam Ve. Di terasnya masih ada kursi dan meja tempat biasa Ve ngobrol dengan Jimmy sejenak sebelum masuk ke rumah. Tapi sekarang agak berubah, dulu kursi rotan dengan bantal merah. Sekarang semacam kursi meubel berbahan kayu jati yang dipernis licin dengan bantalan berwarna krem. Mejanya rata dengan kaca warna hitam. Kemudian mereka duduk di ruang tamu. Di dindingnya terdapat foto keluarga berukuran besar. Mereka ber-lima, Papa dan Mama, Ferdy beserta adik-adiknya. Keluarga Ferdy memang mirip dengan keluarga Ve, sama-sama tiga bersaudara. Bedanya Ve adalah anak tengah dan Ferdy anak sulung dengan kedua adiknya yang perempuan semua. Tidak lama setelah itu si Mbok datang dengan mengantarkan minuman. “Eh Mbok apa kabar? sehat kan?”, tegur Ve. “Baik nak Jessie, terima kasih.. duuh ayune, Mbok udah lama gak lihat nak Jessie”. Ehehehe si Mbok bisa aja, batin Ve.
Perkataan perempuan setengah baya seperti Mbok yang lugu dan polos pasti jujur dari dalam hati dan bukan sekedar basa-basi. Setelah itu hanya tinggal Ferdy dan Ve di ruang tamu. Hestia entah mau kemana. “Ditinggal dulu ya kak”, lalu Hestia menuju ke garasi dan keluar memacu Honda Beat warna putihnya. Mungkin menemui teman-temannya sekedar kumpul sesama geng cewek. Menjelang sore begini dia memang sering jalan-jalan menggunakan sepeda motornya. Dengan menggunakan helm modular flip-up yg depannya bisa dibuka keatas mirip half-face warna putih susu, sarung tangan ala biker dan jaket ngepas body warna krem, celana jeans biru tua dan sepatu cewek semi boot, Hestia bukan seperti pengendara motor wanita kebanyakan. Dia terlihat seperti lady biker yang modis.

“Sekarang kamu makin maju ya di JKT48, sudah jadi center Kibouteki Refrain”, ucap Ferdy memecah kebuntuan. “Ah iya terima kasih”, jawab Ve. Walau selama ini mereka terputus komunikasi tapi diam-diam Ferdy masih mengikuti perkembangan Ve dengan JKT48 nya. Pun setiap melakukan itu hatinya terasa seperti diiris-iris. Bagaimana tidak, Ve makin cantik dan dewasa dengan pembawaannya yang tidak banyak berubah. Pembawaan Ve yang khas, yang Ferdy tak bisa menemukannya pada wanita lain. Membuat Ferdy semakin tersiksa rindu karenanya. Tapi di lain sisi dia sudah terikat oleh janjinya sendiri yang tidak akan menghubunginya lagi. Dan sekarang sosok itu ada di depannya. Membawa semua kenangan yang pernah terukir berdua, segala hal yang tidak pernah terlupakan tapi sudah lama berlalu seakan dihadirkan kembali oleh keberadaannya saat ini. “Maaf selama ini aku…”, tiba-tiba perkataan Ferdy terpotong, “Ah sudahlah, aku tidak mau membicarakan soal masa lalu” potong Ve. Dia tahu arah pembicaraan Ferdy akan kemana. Dan dia tidak mau pertemuan ini cuma membuat luka yang hampir sembuh menjadi terkuak lagi. “Okay, hmmm.. gimana kuliahmu? menjadi mahasiswi DKV sekaligus member JKT48 tentu berat, kamu hebat Jess”, Ferdy mengalihkan pembicaraan. “Ahaha lumayan, tapi dua-duanya adalah hal yang aku suka, jadi berusaha dijalani dengan senang saja walau terkadang bikin capek dan lelah pikiran”, jawab Ve. Setelah mengobrol tentang keadaan masing-masing dan saling menanyakan kabar keluarga, teman-teman mereka, dan segenap hal yang pernah mereka lakukan semasa sekolah lalu kini mereka mulai kehabisan bahan pembicaraan. Mungkin hanya mata mereka yang kini berbicara. Sesekali Ferdy memandangi wajah Ve. Cantik sekali, rasanya tidak percaya bahwa dulu aku pernah memiliki hatinya, gumam Ferdy. Ah dia masih sama seperti dulu, wajahnya tampan dengan sorot mata tajam khasnya, kulitnya termasuk putih untuk ukuran cowok, dengan tubuhnya yang tegas tapi sekarang agak berisi, kata Ve dalam hati. Detik demi detik mereka tidak tahu ingin berkata dan berbuat apa, hingga Ferdy berkata, “Jess, kita ke belakang yuk lihat kolam ikan sambil kasih makan ikan-ikannya” Dengan sekali anggukan saja Ve berdiri lalu mengikuti Ferdy yang menuju ke halaman belakang. Itu salah satu yang Ve suka dari Ferdy, dia selalu saja punya sebuah inisiatif dan tidak membiarkan suatu keadaan menjadi stuck.

Akhirnya ada tawa diantara mereka. Ve senang melakukannya, melemparkan pakan ikan berbentuk pelet berdua dengan Ferdy, lalu ikan-ikan itu bergerombol berebut. Ternyata sekarang halaman belakang rumah Ferdy sudah ada kolam ikannya. Dengan air terjun kecil buatan dan batu-batuan rekayasa, paduan asri dengan berbagai tanaman hias di sekitarnya. Ve bertumpu dengan lututnya di tepi kolam memperhatikan ikan-ikan itu. Berenang kesana kemari, berebut makanan yang dilemparkan Ve. Dan Ferdy memperhatikannya dengan senyum-senyum saja. Ah gadis itu, ketika senyum dan tertawa membuat siapapun yang memperhatikannya menjadi bahagia. Ya seperti aku sekarang ini, gumam Ferdy. Setelah puas memberi makan ikan-ikan di kolam halaman belakang lalu mereka masuk lagi ke rumah. Ve merasa sudah lama sekali tidak kesini, mungkin 3 atau 4 tahun. Lalu mereka naik ke lantai dua. Diatas ada semacam ruang keluarga dengan sound system berupa tape deck lengkap dengan aksesorisnya dan CD/DVD player, sebuah TV led 42 inchi dan beberapa tower speaker yang posisinya diatur sedemikian rupa. Tampaknya ruangan ini biasa dipakai untuk karaoke keluarga atau home theater. Ferdy menyalakan player dan sebuah CD. Kemudian terdengarlah sebuah nomor dari Wet Wet Wet, Love Is All Around. "I feel it in my finger.. I feel it in my toes. Love is all around me.. And so the feeling grows", suara Marti Pellow mengalun merdu. Ah lagu ini familiar sekali, walau hitungannya saat itu sudah termasuk lawas tapi stasiun radio masih suka memutarnya, gumam Ve mengenang saat pertama kali mendengarnya. Sekali mendengar Ve langsung suka dan saat itu adalah masa-masa dirinya baru mengenal Ferdy. Mengapa Ferdy memutar lagu ini? Apakah kebetulan? Ah entah, yang jelas aku merasa tertarik kembali kepada suatu masa, kata Ve dalam hati. Ve adalah seorang yang kurang pandai dalam mengekspresikan perasaannya atau mengutarakan sesuatu. Itulah mengapa seolah terjadi kebetulan karena Ferdy bahkan tidak sadar bahwa lagu itu ternyata cukup memorable bagi Ve. Ferdy tidak tahu karena Ve tidak pernah mengatakannya. Setelah Wet Wet Wet beberapa lagu terputar seperti nomor-nomor dari Michael Learns To Rock, Air Supply, Roxette dan band/duo/solo lainnya dari era musik 90-an. Ternyata ini album kompilasi, entah punya siapa yang jelas Ve sangat menikmatinya.

Di suasana yang syahdu dan melankolis itu salahkah mereka jika terbawa suasana? Ve lupa jika Ferdy pernah meninggalkan dirinya tanpa kabar. Demikian juga Ferdy, ia lupa jika Ve lebih memilih kariernya di JKT48 dan memaksanya untuk sepakat berpisah karena itu. Setelah keduanya terdiam beberapa detik Ferdy perlahan memegang jemari Ve. Menggenggam lembut ruas jemarinya dan tersenyum kearah Ve. Ve membalas dengan senyum yang tersipu. "Jika kamu memaksa aku harus mengatakan sesuatu maka akan aku katakan bahwa kamu cantik sekali hari ini.. terima kasih telah datang kesini dan berbincang kepadaku. Sesederhana itu, pun hanya dengan melihatmu kembali dengan jarak sedekat ini sudah membuat aku sangat bahagia", ucap Ferdy dengan mata yang berbinar. Seperti biasa Ve hanya membalas tatapan Ferdy dengan senyum yang mengembang malu-malu lalu tertunduk dengan wajah yang memerah. Dalam hatinya cuma Ve sendiri saja yang tahu apa yang ia rasakan saat ini. Mungkin sama dengan apa yang dirasakan oleh Ferdy, entah. Lalu Ferdy menarik tangan Ve, menuntun menuju kamarnya yang letaknya tidak jauh dari ruang home theater. "Jess, lihatlah!", kata Ferdy menunjukan sesuatu. Ve terkejut, di tembok kamarnya terdapat poster seluruh badan dirinya berukuran besar memakai seifuku Red. Mungkin sebesar aslinya atau ukuran 1:1, memanjang vertikal. Astaga itu pose lama, bahkan aku tidak ingat lagi sesi pemotretan untuk pembuatan poster itu. Tapi dia memilikinya, kagum Ve dalam hati. Sejenak Ve memandang sekeliling kamar Ferdy. Tidak begitu rapi, khas kamar cowok. Ada sebuah PC, gitar listrik Ibanez warna putih plus mini ampli nya, TV lcd yg tergantung di dinding, kumpulan CD-CD, entah CD musik atau software, dan pernak-pernik lain yang berserakan. Di sebelah lemari ada poster hitam putih grup band punk legendaris, The Ramones. Sementara lagu I Miss You Like Crazy nya The Moffatts terdengar lamat-lamat dari ruang karaoke keluarga, "Jessie, aku sangat rindu sekali kepadamu. Aku ingin mengatakannya sejak lama tapi wujudmu tidak ada, kecuali saat ini". Dan saat itu juga Ferdy memeluk Ve, erat. Ve hanya diam membiarkan Ferdy memeluk erat namun lembut tubuhnya. Ve bisa merasakan kerinduan Ferdy, dan jika mau jujur dia pun merasakan hal yang sama. Secara tidak sadar Ve membalas pelukan Ferdy. Tangannya melingkari tubuh Ferdy, dan kepalanya disenderkan ke dadanya. Entah apa yang dirasakan mereka berdua. Setelah bertahun-tahun terpisah tanpa bertemu sekalipun lalu kini mereka disatukan dalam pelukan, saling berpagut rindu. Walau diam tanpa bicara sepatah kata pun tapi gesture Ve sudah mengatakan kepada Ferdy bahwa ia merasakan hal yang sama. “Jessie, aku tak percaya bisa memelukmu lagi seperti saat ini”. Ve hanya membalas dengan usapan di punggung Ferdy dan kepalanya yang makin dalam bersandar di dada Ferdy.

Jika ada malaikat yang lewat mungkin akan berkata seperti ini, “Wahai suasana, mengapa engkau membawa hanyut mereka begitu dalam seperti ini?”. Ferdy seolah tidak akan melepas lagi peluknya, tidak meninggalkan Ve pergi seperti yang sudah dilakukannya dulu. Wanita ini begitu terdamba oleh hati dan pikirannya. Ia begitu bahagia saat ini, seolah ingin menghabiskan sisa waktu hari ini hanya bedua saja dengan Ve. Walau ia sadar tak bisa lagi memaksakan kehendak hatinya seperti waktu mereka masih bersama. Kini mereka cuma teman yang lama sekali tak bersua, yang kebetulan berjumpa wajah secara tidak sengaja. Entah berapa lama mereka berpelukan hingga Ferdy mengangkat wajah Ve hingga nyaris sejajar. Memandanginya sebentar. Ah dari dulu hingga sekarang kecantikanmu tak berhenti mempesonaku, batin Ferdy. Lalu Ferdy mencium pipinya, dikecupnya, wangi dan lembut. Ve hanya tersenyum, wajahnya merona merah. Pipi kanan Ve yang khas jika tersenyum agak membentuk garis itu sudah lama tidak dilihat Ferdy secara langsung. “Aku juga sebetulnya rindu kamu, entah bagaimana mengatakannya dengan tepat hingga kamu percaya”, ucap Ve. Ferdy terhenyak, tidak biasanya Ve mengungkapkan suatu perasaan dengan segamblang itu. Tentu saja Ferdy senang mendengarnya. Dipandanginya lagi wajah Ve. Makin cantik walau pipinya sekarang agak chubby. Dan bibir itu, ah ingin sekali aku mengulumnya, pikiran Ferdy mulai nakal. Dengan bentuk bibir atasnya yang seperti itu siapapun pria yang melihat dari jarak sedekat ini pasti akan mempunyai keinginan untuk melumatnya. Tanpa menunggu lebih lama lagi Ferdy langsung melumat bibir Ve. Ah licin sekali, kenyal dan lembut, seperti mengulum agar-agar, gumam Ferdy. Ve yang tadinya cuma diam saja membiarkan Ferdy melumat bibirnya sekarang mulai menikmatinya dan membalas lumatan Ferdy. Bunyi kecipak bibir bercampur nafas yang mulai memburu membuat mereka semakin terhanyut. “Mmmhh.. ssshhh..”, Ve semakin menikmati. Ferdy semakin berani, dilumat, disedot-sedotnya bibir Ve, dan lidahnya pun ikut bermain menjalari bibir dan mulut Ve. Diperlakukan sedemikian rupa membuat naluri kewanitaan Ve bangkit. Ferdy yang selama ini dirindukan Ve, yang dulu jadi bahan fantasinya ketika melakukan self-service kini sedang asyik mencumbunya dengan hot. Tentunya saja gairahnya jadi naik. Kini mereka saling membalas cumbuan. Tapi secara tidak mereka sadari ternyata pintu kamar Ferdy belum tertutup sempurna.

Setelah melepas pelukan sebentar untuk menutup pintu dan menguncinya lalu bergegas Ferdy mencengkram Ve kembali. Tangannya mulai meraba-raba tubuh Ve. Kemeja lengan tiga perempat warna biru donker Ve entah bagaimana kancing atasnya sudah lepas tiga buah. Sambil tetap melumat bibir Ve tangan Ferdy menelusup ke dalam kemeja. Mencari-cari dua buah gundukan kenyal yang tersembunyi di dalamnya. Ternyata di balik kemejanya Ve tidak memakai dalaman lagi, cuma bra saja. Tangan kanan Ferdy mencengkeram payudara Ve, meremas-remasnya dengan gemas. “Aaaahhh...”, gairah Ve bergejolak karena payudaranya dijamah. Sementara tangan kiri Ferdy berhasil melepas kaitan bra Ve di punggungnya sehingga bra hanya menggantung di tali di bahunya saja, membuat Ferdy semakin leluasa meremas payudara Ve yang makin mengencang itu. Dipilin-pilin putingnya, ditarik-tarik perlahan, dicubit-cubit. “Oouchh.. ssshhh” membuat Ve semakin menggelinjang keenakan dibuatnya. Lenguhan Ve seolah menjadi gerbang untuk Ferdy buat melakukan yang lebih jauh lagi. Dibenamkan wajahnya ke kedua payudara Ve, dihisapin putingnya, dijilat-jilat, digigit-gigit dengan gregetan. “Aaachhh.. ssshhh.. mmmhh”, Ve semakin tenggelam dalam kenikmatan yang dibuat Ferdy. Cumbuan Ferdy yang entah berapa lama dia tidak merasakannya lagi kini didapatnya. Ve yang semakin on tidak mau begitu saja diam, sekejap tangannya sudah mencengkeram selangkangan Ferdy. Walau masih terbungkus celana jeans tapi Ve bisa merasakan penis Ferdy sudah tegang sedari tadi. Panjang dan keras, menggoda jemari Ve untuk membelai, meremas-remasnya. Ferdy sudah menduga Ve akan meremas penisnya, tapi yang tidak dia duga adalah Ve secepat itu langsung melepas kancing celananya, menurunkan retsletingnya dan membenamkan tangannya kedalam celana dalamnya Ferdy. Mengambil batang penisnya, dielus, diremas lembut, lalu mulai mengocoknya. Tampaknya dia sudah dikungkung nafsu, pikir Ferdy. Tangan Ve begitu lembut, menyentuh penisnya membuat Ferdy sontak kegelian saat itu juga. Apa lagi tidak lama kemudian Ve mengocok-ngocoknya, membuat Ferdy merasa nikmat, keenakan. “Aduuhh Jess, kamu koq.. aaachh..”, Ferdy tak sanggup melanjutkan kata-katanya, sedang matanya memejam menahan nikmat. Jemari Ve semakin gemas mengocok batang penis Ferdy membuat dirinya semakin keenakan. “Aaaachh Jessie.. teruskan”, tak sadar Ferdy berkata dekat telinga Ve membuat Ve semakin bersemangat mengocok-ngocok penis Ferdy. Cengkeraman tangan Ferdy di payudara Ve jadi semakin melemah karena menahan nikmat di penisnya. Ketika dirinya tengah menahan nikmat tiba-tiba Ferdy terkejut, tidak dinyana Ve mengambil posisi jongkok. Sambil tetap dikocoknya lalu tidak lama Ve mulai menciumi penis Ferdy. OMG cewek ini mengapa jadi senakal ini? batin Ferdy. Tapi dia tidak peduli dan tidak mau bertanya-tanya tentang apapun. Diciumi, dijilatinya dengan penuh nafsu membuat Ferdy semakin terperangah namun menikmati juga. “Mmmhhh..” Ve lahap sekali menciumi dan menjilati batang penis Ferdy, diulas-ulas, lidahnya menari-nari lincah. Tegang maksimal sudah penis Ferdy dibuatnya, panjang dan semakin keras. Dan itu pun yang membuat Ve semakin gemas ingin mengulum dan menghisap-hisapnya. Ia ingin membuat Ferdy puas dan memuaskan dirinya sendiri dengan berhasil membuat Ferdy puas menikmati perlakuannya. Batang penis Ferdy amblas setengahnya di mulut Ve, sambil dikocok juga menghisap-hisapnya membuat Ferdy acap melenguh keenakan, nafasnya semakin memburu. Kakinya nyaris tak mampu lagi menopang tubuhnya berdiri. Kalau tidak bersandar ke tembok mungkina ia tak kuat lagi. Lututnya terasa lemas karena menahan nikmat. Sedang Ve semakin intensif menghisapi batang penisnya, mengulum dan menjilati secara bergantian. Lalu Ferdy melepas hisapan mulut Ve dan mencoba membuat Ve berdiri. Ia ingin memindah arena permainan ke tempat tidurnya. Dihempaskannya tubuh Ve, terlentang di bed, lalu diterkamnya dengan penuh nafsu. Kedua payudara Ve bergantian dicumbu Ferdy dengan hot. Ferdy ingin membalas perlakuan Ve yang nyaris membuat dia tadi tidak berdaya membalas.

Ketika mulut Ferdy merambat kearah perutnya tiba-tiba Ve tersentak kaget. Seperti tersadar dengan sesuatu. Entah mengapa ujug-ujug Ve jadi tidak menikmatinya. Perlakuan ini mirip sekali dengan apa yang ia pernah rasakan sebelumnya. Ve tiba-tiba teringat sesorang. Ya, dia Jimmy!. Aku tidak bisa melakukannya lagi, aku harus berhenti, batin Ve. Ia tiba-tiba merasa tubuhnya kotor, ada semacam perasaan berdosa. Dan saat itu dia menepis perlakuan Ferdy dan menolak tubuhnya menjauh. Dia bangkit dan mengaitkan kembali bra nya yang terlepas kaitnya. Merapikan kemejanya, membereskan dengan tangan rambutnya yang acak-acakan lalu mengambil tas nya. “Maaf aku harus pulang, tak perlu mengantar aku”, ujar Ve. “Hey ada apa? maaf jika tindakanku membuat dirimu tidak nyaman”, balas Ferdy. Lalu Ferdy hanya bengong, ia pun tak sanggup mencegah Ve pergi. Hatinya sibuk bertanya-tanya mengapa Ve sekonyong-konyong berubah 180 derajat. Mungkin tiba-tiba ada sesuatu yang membuatnya menjadi begitu. Tapi ia tak bisa menerkanya apa. Sampai- sampai ia tidak sadar sosok Ve sudah beranjak pergi dari hadapannya. Sedangkan di luar Ve segera mengorder Gojek via aplikasi di smartphonenya dan berharap drivernya segera datang menjemput. Ia tidak mau menunggu lama. Ia ingin segera menghilang dari tempat itu. Ia ingin pulang meredakan gejolak hatinya.


TO BE CONTINUED..


2015_08_26_10_44_07.jpg
 
Terakhir diubah:
Hai All, maaf ya updatenya lama, baru sempat nih :D
Dan kentang :p
Tp ntar jg update lg plus hot-hotnya :D
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Things getting tight alias ditunggu update terpanasnya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Makin seru aj nih :beer:

Ane juga nunggu adegan VenomeNal, dijadiin 3 some dari pov cowok juga boleh :p
 
Bimabet
Gpp bro ngacenk.. Hayo.. Garap cerita seks yuk..
Lha ini cerita seks, yg berbau romance :p

Things getting tight alias ditunggu update terpanasnya
Yoyoi, update sebentar lg tersedia :D

GRP send, gan. Jangan lama2 dong updatenya. :beer:
Thanks gan... siip ini update bentar lg :D

Ditunggu updatenya gan ;););)
Btw ada bagian ve sama kinal gak gan ;););)
Itu bisa diatur, nama yang udah disebut di cerita ini bisa dibikin plot lg ;)
Cuma sering dibatasi sama waktu si penulis dan inspirasi gan, suka bingung mulai dari mana :)

Makin seru aj nih :beer:

Ane juga nunggu adegan VenomeNal, dijadiin 3 some dari pov cowok juga boleh :p
Cerita ini fleksibel, bisa aja dikembangkan lebih lanjut :D
Tapi kadang ide dan inspirasinya lama2 seret gan :)
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd