Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Febriana

pimp lord

Pendekar Semprot
Daftar
17 Oct 2012
Post
1.928
Like diterima
2.424
Bimabet
Disclaimer and Notification


This IS the drama part of this story

Untuk yang ingin mendapat gambaran cerita ini tentan apa, disarankan untuk membaca https://www.semprot.com/threads/commensalism….1367663/

Kalau ada bagian yang dirasa impossible, doesn’t make any sense… well this is just a fuckin’ story, a fantasy…

Don’t try to make sense or reason anything… Just enjoy, and let your imagination goes free…

And this is
(Commensalism - Concluded)

****

"Nnnggghhhh.... Sssshhhh.... Nnggggghhhh" lenguh sang gadis, meliukkan pinggulnya di atas wajah sang pemuda yang lidahnya menjulur, menyapu permukaan labia sang gadis yang rapat melekat di wajahnya yang basah oleh cairan yang ke luar dari vagina sang gadis...

"God! nTot.... Elo... Enak bangeettthhhh!" Racau sang gadis yang liukannya semakin liar dan cepat, sementara sebelah tangannya menahan tubuhnya ke dinding kamar kost sang pemuda yang sudah sering menjadi saksi bagaimana buasnya sang gadis ketika ia membutuhkan pelamipasan... Tangannya yang lain menjambak rambut sang pemuda... Mendorong wajah sang pemuda lebih lekat ke selangkangannya yang kini bergerak sangat sangat liar...

"nTot....! nTot....! NTOOOOOOTTTTT!" Teriaknya ketika orgasm nya datang melanda dirinya...

Dan getaran tubuhnya berkelanjutan demi merasa ketika lelaki itu membuka mulutnya lebar lebar, menampung semua cairan yang keluar dari vaginanya, menyeruputnya habis, bahkan menjilati semua lelehan cairan cinta yang bercampur keringat yang membanjir dari pori-pori selangkangannya...

Lalu tak lama sang gadis kembali bergetar di atas wajah sang pemuda....

Gadis itu menggerakkan lututnya merangkak mundur... Wajahnya memandang pemuda yang nampak menjilat bibirnya... Aroma pesing sedikit tercium dari mulut sang pemuda....

Dia benar benar penuhin janjinya.... Batin sang gadis yang mengingat kalau pemuda itu memang sudah berjanji untuk menyambut apapun yang ke luar dari selangkangannya...

Sang gadis memagut bibir sang pemuda yang belepotan utu sambil pinggulnya menyentak turun, menghujam penis tegang sang pemuda ke dalam vaginanya yang berdenyut, menuntut pemuasan...

****

Buuuzzzz.... Buuuzzzz... Buuuzzzz....

"Aaarrrgggghhhh!" Sergah sang gadis jengkel karena getar telepon yang tak berhenti itu....

Dengan kesal ia bangkit dari atas tubuh sang pemuda yang nampak mnahan birahi yang sama tingginya dengan sang gadis...

"Awas kalo elo sampe lemes..." Kata sang gadis memandang oenis sang pemuda yang langsung di kocok oleh sang pemuda, demi mempertahankan ketegangan benda itu, sementara sang gadis beringsut, telanjang, duduk di sisi kaki kasur dan meraih teleponnya.

"Halo... Iya Ci... Ada apa...?" kata sang gadis tergesa

Sang pemuda bisa melihat jalau nada sang gadis berubah dari kesal karena aktifitas mereka terganggu menjadi nada yang penuh hormat, dan menurut...

"Bisa... Bisa Ci... Lagi santai juga... Satu jam lagi ketemu di sana..." Kata sang gadis sambil mengenakan celana dalam, lalu mengenakan jeans hitam slim fit nya, kemudian mengenakan t-shirt hitam bergambar motor engine, lalu berlalu begitu saja dari sana, meninggalkan sang pemuda yang melongo kebingungan dengan penis yang kini mendadak lemas itu...

****

Ke luar dari kamar mandi, sesudah mengguyur badannya dengan air dingin, sekedar memadamkan birahi yang terputus tadi, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, sang pemuda melihat ke arah meja...

Ini kan contoh skripsi yang dipinjam mBeb dari jurusan...? Batin sang pemuda sambil mengangkat skripsi itu...

Sebuah kartu mahasiswa terjatuh dari balik cover skripsi...

Lho.... Ini kan...? Batin nya lagi dengan raut mata terkejut demi melihat siapa pemilik kartu terebut

****

"mBeb... Nanti malem gua ajak elo makan, ya..." Kata sang pemuda sambil mengangsurkan iced lemon tea pesanan sang gadis ketika keduanya sedang beristirahat di kantin kampus yang sudah sering menjadi saksi keunikan hubungan kedua mahluk itu...

"Ada acara apa, nTot...?" Tanya sang gadis karena seingatnya tidak ada hari istimewa yang harus di rayakan hari itu...

"Happy birthday, ya..." Kata sang pemuda dengan riang sambil menyerahkan kartu mahasiswa yang kemarin ditemukannya.... "Ngga nyangka kalo elo ternyata lebih tua dari gua, hehehe..." Ujarnya lagi sambil begurau.…



BAAAAMMMM!!!!!

Kraaaak!!!!!


Seisi kantin mendadak hening...

Gadis itu berdiri membungkuk di samping sang pemuda yang kesakitan memegang hidungnya yang patah dihajar sang gadis yang masih mencengkram kerah flanel kesayangan sang pemuda, flanel yang diberikan sang gadis padanya.... Flanel yang awal pertemuannya dikenakan sang gadis...

Sang pemuda nampak ketakutan demi melihat tatapan membunuh sang gadis yang sangat murka itu, yang tangan kananya yang membentuk tinju itu berisi ceceran darah dari hidungnya yang patah...

Dengan kasar sang gadis melepas ambil mendorong sang pemuda sampai kepalanya terbentur lantai kantin…

Sang gadis lalu berdiri dan meninggalkan pemuda itu meringkuk di lantai kantin, memegangi hidungnya yang masih mengucurkan darah...

****

Hidungnya kini sudah lebih baik, walau masih sedikit berdenyut....

Mata sang pemuda memandang bangku di sebelahmya yang kini kosong...

Sudah tiga minggu ini sang gadis tak datang untuk menghadiri perkuliahan...

Udah, cewek kaya gitu ngga usah dipikirin.... Kata seorang rekannya

Iya... Masih banyak cewek waras yang ngantri di luaran sana...

Elo itu laki... Jangan jadi bucin...

Kenapa elo ngga tuntut aja tu maniak biar dibui....


Mamang benar... Walau banyak yang ingin melaporkan sang gadis, bahkan setengah memakasanya untuk membuat laporan agar gadis itu dimasukkan ke dalam penjara, pemuda itu selalu beranggapan kalau pasti ada sebab yang menyebabkan gadis itu hostile seperti itu...

Hanya saja kemungkinan ia tak akan pernah tahu apa penyebabnya....

****

"Maaf, Pak..." kata seorang pegawai jurusan ketika ia masuk, menginterupsi perkuliahan yang sedang berangsung, "Saya diminta Pak KaJur buat memanggil Gatot Ananta..."

Kebingungan, diiringi tatapan penuh tanya rekan rekannya, pemuda itu kemudian mengikuti pegawai itu setelah sang dosen mengijinkannya...

*****

"Gatot... Perkenalkan, ini keluarga Febri..." Kata sang ketua jurusan memperkenalkan sepasang suami istri yang segera dikenalinya...

Foto mereka pernah dilihatnya di dinding rumah di mana sang gadis tinggal...

Sang perempuan mendahului mengangsurkan tangannya

"Saya Agustina Setiawan... Saya kakak Febri..." Katanya

Pemuda itu sedikit bergetar menyalami tangan perempuan yang nampak dewasa itu...

"Frans..." Kata sang lelaki sambil menyalaminya dengan tegas...

Dengan kaku sang pemuda duduk, mata nya memandang ke arah meja tamu di ruangan sang kepala jurusan.... Berdebar... Kalau meteka mau mengintimidasi dirinya... Mereka berhasil...

Perempuan itu melihat ke arah sang kepala jurusan yang memberi gesture dengan tangannya, mengijinkan dirinya untuk berbicara..

"Dik Gatot... Saya datang mau minta maaf atas kekasaran Febri, adik saya, yang sudah bikin Dik Gatot cedera..." Kata sang perempuan dengan nada tenang dan intonasi yang jelas...

"Kami mau memberi kompensasi untuk seluruh biaya pengobatan yang adik keliarkan, termasuk untuk biaya pengobatan lanjutan yang adik butuhkan... Tapi saya minta tolong, agar adik tidak melaporkan kasus ini ke pihak yang berwajib...."

Gatot dapat mendengar nada penuh harap ketika perempuan itu berbicara tadi...

"Mohon dipertimbangkan, Dik..." Kata Frans, ikut angkat bicara... "Nanti adik repot sendiri kalau diteruskan ke kepolisian..."

Pasangan itu terkesiap karena sang pemuda dengan mendadak mengangkat wajahnya, memandang tajam ke arah sang lelaki. Bahkan ketua jurusannya juga terkejut, karena ia tahu betul bagaimana sabarnya mahasiswanya itu, bahkan ketika ia sendiri hendak melaporkan sang gadis ke pihak berwajib, pemuda iti, yang saat itu masih berlumuran darah mencegahnya...

"Pak, Bu... Terimakasih atas bantuannya, tapi saya masih bisa mengurus diri saya sendiri..." Katanya dengan tegas, "Bapak dan Ibu tidak perlu khawatir, karena kalau memang mau, dari awal pasti sudah saya laporkan, bagaimanapun repotnya.." katanya lagi sambil bangkit berdiri

"Pak, kalau sudah tidak ada lagi, saya mau kembali ke kelas... Permisi..." Katanya sambil berlalu dari ruang kepala jurusan, meninggalkan ketiga orang itu yang terbengong-bengong melihat ketegasan sang pemuda....

****

Berjalan lunglai, sang pemuda melangkah menuju gerbang kampus ketika ia melihat Agustina menantinya di sana, di samping SUV yang pernah dinaiki sang gadis…

SUV yang membuatnya galau....

"Gile lo Tot..." Kata temannya sambil meninju pelan bahu sang pemuda...

"Diem diem elo rupanya udah dapet ganti si maniak..." Kata rekannya yang lain...

"Ini baru cewek... "

Sang pemuda hanya mendesah dalam hatinya... Kalau saja mereka tahu....

****

"Dik Gatot...." Kata perempuan itu berdiri menghalangi langkah sang pemuda yang mencoba menghindar...

"Tolong... Ikut saya.... " Katanya dengan nada tegas, yang sama yang dimiliki oleh sang gadis yang membuatnya tak punya pilihan...

Menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia lalu masuk ke belakang suv...

****

Di sebuah cafe yang cukup mewah, sang pemuda kini duduk di seberang pasangan suami istri itu, dan sang pemuda bisa melihat gelisahnya sang suami, dibawah tatapan tajam sang istri

Mendesah, menyerah, akhirnya sang suami berkata...

"Tot... Saya minta maaf kalau tadi saya menyinggung kamu...." Katanya sambil matanya memandang ke arah meja, tak berani melihat ke arah sang istri yang dirasakannya sedang melototi dirinya dengan garang...

Sang pemuda terpana.... It runs in her family....

"Dik.... Boleh saya panggil Gatot?" Katanya yang di jawab anggukan sang pemuda yang sekarang berharap tidak sampai menyinggung perempuan itu...

"Saya bener-bener terimakasih kamu tidak melaporkan Febri ke polisi, biarpun dia sudah bikin kamu cidera..."

"Gimana, ya Bu..." Kata sang pemuda

"Panggil Cici aja... Saya belum setua itu, kan?" Kata sang perempuan memandang tajam ke arah sang pemuda...

What's wrong with this sisters...?!

"I... Iya, Ci... Maksud saya... Saya juga punya andil kenapa sampai saya cidera seperti ini...." Kata sang pemuda yang membuat sang perempuan sadar kalau benar pemuda ini begitu sabar menghadapi adiknya...

"Saya ngga sengaja ngelihat kartu mahasiswa Febri yang jatuh... Dan waktu itu saya salah, karena saya menyinggung usianya yang tiga tahun lebih tua dari saya... Padahal saya sendiri tidak ada maksud apa-apa... Saya terlalu bahagia karena bisa mengetahui detail mengenai Febri..."

Perempuan itu mendesah sedih....

"Kamu sayang sama Febri, Tot...?" Tanya sang perempuan tiba tiba...

Gelagapan, samg pemuda menjawab... "I... Iya Ci.... Saya sayang sama Febri.... Benar-benar sayang...."

"Kamu serius...." Tanya perempuan itu lagi dengan tegas..

"Serius, Ci.... Saya sayang sama Febri, saya ngga mau main-main...." Kata sang pemuda tegas...

Sejenak perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah suaminya yang mengangguk seakan setuju atas apa yang akan dilakukan istrinya...

"Kita lihat sebagaimana seriusnya kamu sesudah aku cerita...."

*****

"Jauhkan setan itu dari hadapanku! Atau aku bunuh dia!" Teriak lelaki itu kepada suster yang membawa sesosok bayi yang beberapa saat lalu di lahirkan ke dunia...

"Ma...! Mama...! Aaaaaarrrggghhhh!" Raung lelaki itu megguncang tubuh istrinya yang telah mengorbankan nyawanya demi lahirnya sang buah hati...

****

Gadis kecil berusia tiga tahun itu menangis keras ketika pintu rumah itu dibanting menutup di hadapannya...

Ia tak tahu apa kesalahannya, tapi kenapa ayahnya hanya mengajak kakaknya untuk pergi jalan jalan....

"Non... Non Febri jangan nangis ya...." Kata pembantu yang juga tak kuasa menahan air matanya melihat ketidak adilan sang ayah pada kedua putrinya...

"Non Febri main sama Bibi, ya..." Katanya menenangkan gadis cilik yang terseguk-seguk, airmata dan ingus mengotori wajah balita cantiknya yang harusnya ceria itu...

****

"Ebiiii..." Kata sang kakak, perlahan, menjulurkan kepalanya ke dalam kamar sang pembantu yang menempelkan telunjuknya ke bibirnya, meminta agar gadis kecil itu diam karena adiknya batu saja bisa tidur setelah sekian lama menangis...

Sang pembantu semakin sedih, ia tahu kalau kakak gadis kecil itu sayang pada adiknya itu, tampak dari raut wajahnya yang sedih melihat adiknya yang sedang tertidur dengan isak tangis yang sesekali masih terdengar...

"Bi... Kasih ini buat Ebi, ya..." Kata sang gadis, memberikan sebuah boneka Tigger pada sang pembantu sebelum berlari demi mendengar ayahnya memanggil...

Berlinang air mata, sang pembantu meletakkan boneka itu di samping sang gadis kecil yang antara sadar atau tidak, merengkuh boneka itu dan memeluknya erat....

****

"Dasar maling!" Bentak lelaki itu sambil merenggut boneka Tigger yang sedang dimainkan garis cilik itu di lantai dapur...

"Huaaaa... Punya Ebi... Punya Ebi...." Tangis sang gadis cilik mencoba merebut kembali boneka itu, tak pedulu kalau lelaki itu mendorong nya sampai terjengkang...

"Ampuuuuunnn....!!!! Sakiiiiiitttt....!!!! Huaaaa....!!!" Raung gadis kecil itu ketika lelaki itu melepas sabuknya dan memukuli gadis kecil itu tanpa belas kasihan...

"Tuan....!!! Berhenti Tuan....!!!" Kata sang pembantu, tergopoh-gopoh menuju dapur demi mendengar jerit memilukan gadis cilik yang meringkuk kesakitan, menghindari sabetan sabet yang melukai kulit halusnya...

"Awas kamu Parti.... Aku mau hajar maling kecil ini!" Teriak lelaki itu murka...

"Papa! Berhenti!" Seru anak sulungnya yang juga kini melindungi adiknya... "Tina yang kasih!" Katanya dengan keras...

Agustina nampak meronta ketika ayahnya menariknya menjauh dari dapur, ia ingin menjaga adiknya...

"Bi... Ebi sakit...." Isak sang gadis cilik, dipelukan sang pembantu yang memeluk erat gadis ciiik itu, menangis sejadinya melihat kekejian sang ayah...

Bahkan ia pernah sekali waktu memberanikan diri untuk meminta agar gadis cilik itu dibawanya ke kampung dan dirawat sebagai putrinya sendiri..

Namun jangankan dirinya, beberapa saudara dari pihak sang ibu mendapat penolakan lelaki itu ketika mereka mengutarakan hal yang sama...

Aku akan siksa setan kecil itu pelan pelan.... Batin lelaki itu.... Balasan karena dia sudah membunuh istriku....

****

"Huaaaaaa....." Tangis sang gadis kecil, masuk ke dapur dengan tubuh kotor penuh debu dan tanah...

"Ya ampun, non....!?" Sang pembantu panik demi melihat kondisi gadis itu... "Non Febri kenapa...?" Katanya sambil membawa gadis itu ke kamar mandi, lalu membersihkan tubuh gadis itu dengan telaten...

"Ebi... Ebi pukul orang..." Katanya terbata... "Orang bilang hik.... Ebi hik... bodoh... Ngga sekolah..." Katanya sambil terseguk...

Sang pembantu kembali menangis...

Namun suara di belakang nya membuatnya terkejut dan membalik, melihat sosok sang kakak yang berjalan berderap ke dalam ruang tengah...

"Papa! Kalau Febri sampai ngga sekolah, Tina berhenti sekolah!"

****

Gadis cilik itu terkikik girang, mematut matut dirinya di depan cermin kamar sang bibi, seragam tk itu membuatnya semakin imut...

Parti meneteskan air mata, bahagia melihat sang gadis tertawa bahagia, sudah begitu lama ia melihat sang gadis cilik ceria seperti itu...

Sedikit ait mata itu juga karena mengingat perkataan ayah gadis itu kepadanya...

"Parti, kamu cariin sekolah buat setan itu... Yamg murah... Rugi!" Katanya ketus sambil berlalu...

Tak cukupkah penderiataan non Febri...? Keluhnya dalam hati... Namun demi melihat gadis cilik yang bertanya, "Ebi cantik? Ebi cantik?" Sang pembantu memaksaan sebuah senyuman, agar sang gadis yang sedang bahagia itu tak melihat kesedihannya...

"Non Febri cantik...."

****

"LIHAT KAN, TINA!!!! PAPA UDAH BILANG SETAN ITU BAKAL BIKIN SUSAH!" Teriak lelaki itu sambil ke luar rumah sambil membanting pintu, meninggalkan sang kakak yang melindungi sang adik yang pulang sekolah, dengan seragam tk sd yang sobek-sobek, kotor oleh debu...

"Kamu kenapa, Bi...." Tanya sang kakak dengan lembut...

Sang adik menepis tangan sang kakak sambil berlalu ke kamar sang pembantu, yang juga adalah kamarnya...

"Non Tina... Jangan marah ya..." Kata sang pembantu memohon, agar sang kakak mengerti permasalahan yang dihadapi adiknya...

Tersenyum teduh, sang kakak menjawab... " Tina ngga marah, bi... Tolong tanya sama Ebi, apa masalahnya di sekolah, nanti biar Tina yang ngomong sama Papa..."

****

Di sela isak tangisnya, setelah kini tubuhnya sudah bersih, dan pakaian sederhananya sudah mengganti seragamnya yang sobek-sobek..

"Temen Ebi, bilang Ebi anak haram... Bapaknya ngga jelas.... Ibunya ngga jelas... Ebi dikatain anak hasil mulung...!" Katanya terisak namun berapi-api menumpahkan kekesalannya pada sang pembantu yang kembali menangis melihat batapa mengenaskannya nasib sang gadis...

Prinsip ayahnya yang menyuruhnya mencari sekolah termurah bagi gadis itu membuat sang pembantu akhirnya dengan terpaksa memasukkannya ke sekolah yang kebanyakan siswanya adalah mereka yang memiliki passing grade minim, serta sayangnya berkelakuan sama buruk dengan nilai mereka yang minim itu...

****

"Selamat ya Bi... Kamu udah lulus..." Kata sang kakak tulus yang di balas dengan tatapan sinis sang adik yang kemudian membuang muka dan berlalu dari sang kakak...

"Non Febri..." Sergah sang pembantu yang melihat kejadian itu...

"Ngga apa-apa bi..."

"Ngga bisa, Non... Kalau salah bibi wajib ingetin non Febri..." Katanya sambil menyusul gadis kecil itu ke dalam kamar...

****

"Non marah sama papa non Febri, bibi bisa ngerti, tapi jangan sekali-kali non Febri marah apalagi sampai benci sama non Tina... Karena non Tina, walau kelihatan mewah, sama sengsara dan sakit hatinya sama kita, dan non Tina yang berjuang mati matian biar non bisa sekolah... Sekarang ikut bibi..." Katanya mengamit tangan sang gadis yang nampak malas-malasan menemui sang kakak yang langsung memeluk sang adik, bahkan sebelum gadis kecil itu berkata kata...

****

Walau bagaimana juga, gadis cilik tetaplah gadis cilik...

Berharap ayahnya akan bangga dengan kelulusannya, sang gadis membawa segelas teh manis pada sang ayah, di atas baki, dengan graduation certificate tergulung rapi di samping teh itu....

*****

Kibasan tangan sang ayah membuat teh yang untungnya tidak terlalu panas itu mengguyur tubuhnya yang ikut terjengkang, jatuh ke lantai...

Betapa sakitnya hati gadis cilik itu ketika hasil jerih payahnya di sobek-sobek dengan tidak ada hati oleh sang ayah yang justru memaki maki sang gadis cilik dengan segudang sumpah serapah...

***"

Kenapa Papa begitu sama Ebi, bi...?" Katanya tak bisa menahan sedih...

"Bukan salah Ebi, kan kalau Mama meninggal..?"

"Atau bukan salah Ebi, kan kalau Ebi lahir jadi perempuan..."

Kata sang gadis kembali terisak di dalam kamar tepat di malam sesudah wisuda SD yang seharusnya menjadi malam kegembiraan, berubah, menjadi malam penuh kepahitan bagi gadis itu...

Ketiga perempuan itu menangis berpelukan... Bahkan saat itu, sang kakak pun tidak dapat meredakan amarah sang ayah....

***

Kepahitan hati yang dialami tetus menerus jelas membuat mentality sang gadis menjadi terganggu..

Antara ingin mendapat pengakuan dari sang ayah, dan juga pemberontakan kepada ketidak adilan dan kekasaran dari sang ayah yang dialaminya secara terus menerus

Di jenjang pendidikan menengah pertama, perilaku sang gadis mulai berubah drastis...

Kalau Papa mau aku jadi anak laki, aku akan jadi anak laki... Batinnya, sambil menggegam ekor kuda nya, dan menarik pisau dapur tajam itu ke atas....

"Non Febri....!!!" Jerit sang pembantu demi melihat sang gadis menggenggam rambut lebatnya yang terpotong, sebelum dirinya berlari ke luar rumah, ke sebuah tukang pangkas dan meminta agar tukang pangkas yang sedikit tak tega itu akhirnya membabat rambut sang gadis sampai cepak...

Ia juga selalu mengenakan celana pendek di balik rok biru nya, hanya karena sekolahnya tidak mengijinkan dirinya mengenakan celana panjang sekalipun sebagai pengganti rok biru itu..

****

"DASAR SETAN!!!! SELALU BIKIN SUSAH!!!!" maki sang ayah demi melihat anak sulung dan pembantunya datang menjemput sang gadis dari sekolahnya yang pulang dalam keadaan babak belur....

Hasil perkelahian yang sudah tak terhitung berapa kali dilakukannya...

Dan masa skorsing dua minggu yang diberikan sekolah untuk introspeksi malah menjadi ajang keliaran bagi dirinya...

"Non.... Non Febri...!" Teriak sang pembantu, tergopoh-gopoh berlari ke luar menuju pagar rumah demi melihat gadis itu berlari ke luar pagar, lompat ke atas sebuah sepeda motor hasil modifikasi yang sudah ditunggangi dua remaja tanggung dengan penampilan acak acakan, yang langsung tancap gas meninggalkan rumah itu...

****

City car itu berhenti tak jauh dari gerombolan anak anak yang sedang nongkrong sesudah melakukan balapan liar...

Semuanya nampak mabuk.... Termasuk....

Sang gadis terkejut, mencoba berdiri dengan limbung, berusaha kabur ketika melihat sosok kakaknya yang nampak sangat marah itu...

"Eh... Eh... Eh...!" Kata seorang anak sambil bangkit diikuti dua temannya, menghalangi gadis itu mendekati adiknya..

"Mau kemana, cantik..." Kata anak itu, dengan aroma alcohol murahan yang menyeruak dari dalam mulutnya...

Sang gadis menarik kepalanya ketika dengan kurang ajar anak itu mencolek dagunya...

****

Suara sirine yang mendadak terdengar begitu dekat membuat kerumunan itu mendadak berhamburan menyelamatkan diri, hanya mereka yang benar benar mabuk yang napak pasrah tergeletak di emper tempat mereka nongkrong tadi, sementara sang gadis berdi tegak, memandang tajam ke arah adiknya yang terduduk ketakutan melihat sang kakak yang murka itu, yang kemudian mendekatinya dan menyeretnya masuk ke dalam mobil sambil menekan tombol yang mematikan suara sirine itu...

****

"Aaagghhh... Am.... Ampuuuuunnn... Ampuuuuunnn Ci.... Aaaapphhh... Aapphh.."

Kata sang adik sambil megap-megap ketika kakanya dengan gemas menyiram tubuh adiknya yang masih mengenakan pakaian lengkap, dengan bergayung-gayung air dingin...

Di pintu kamar mandi nampak sang pembantu yang kembali berlinang air mata demi melihat gadis kecilnya sampai jatuh seperti ini...

"Kamu mau berantem, Cici masih terima..." Kata sang kakak sambil terus menyiram adiknya dengan semburan air dingin... "Kamu mau benci seisi rumah ini Cici juga masih terima...! Tapi sampai kamu hancurin diri kamu seperti ini!" Katanya lagi dengan keras... "Minum oplosan...!? Kalau kamu mau mati, mati dengan terhormat!" Bentak sang kakak sambil membanting gayung itu ke lantai kamar mandi, berlalu dengan berlinang air mata, ke arah kamar sang pembantu yang berada di samping kamar mandi.

Sang pembantu hanya terisak, sambil melepas pakaian sang gadis yang basah kuyup dan ternoda muntahannya yang tadi tak bisa ditahannya...

Sang pembantu kemudian menyeka tubuh sang gadis dengan seember air hangat, membersihkan tubuh gadis itu dengan penuh rasa iba dan belas kasihan... Bukan hanya pada sang gadis, namun juga pada sang kakak...

Seandainya ia bisa berbuat lebih...

*****

"Maafin Ebi, Ci..." Kata sang gadis yang kini sudah mengenakan pakaian kering, sambil tidur disamping sang kakak yang kemudian menyamping melihat adiknya yang benar benar nampak menyesal itu...

"Jangan kamu ulangin lagi, ya Bi...." Kata sang kakak sambil mengecup kebing sang adik, lalu merapikan posisi tubuh sang adik, menyelimutinya, kembali mengecup kening sang adik yang segera terlelap...

"Bi... " Kata sang kakak, sambil memeluk erat sang pembantu yang juga memeluk erat sang gadis yang seakan putrinya sendiri...

Ia bisa merasakan beban batin sang kakak yang selalu dibedakan oleh sang ayah... Bukan karena kemauannya...

Akhirnya ia harus melepaskan pelukannya dan membiarkan sang gadis akhirnya juga melepaskan pelukannya di tubuh sang pembantu untuk kemudian dengan wajah sedih masuk ke ruang utama rumah itu, menuju kamar tidur yang dibencinya...

****

Sang gadis benar benar memenuhi janjinya...

Masih sering berkelahi, masih sering kabur, namun kini ia lebih senang main ke bengkel tempat anak anak itu mengutak atik motor mereka agar bisa menang balapan liar. Sang kakak hanya mengeluh putus asa demi melihat hobi baru adiknya yang jelas dilakukannya sebagai bentuk perlawanan pada sang ayah yang sebenarnya juga pemilik bengkel yang cukup besar di kota tempat mereka tinggal...

Dan pilihan sang gadis yang akhirnya menyelesaikan pendidikan menengah pertamanya walau dengan susah payah dan nilai pas-pasan benar-benar membuat sang kakak menepuk dahinya...

****

Sebagian orang berkata kalau masa SMU adalah masa yang membahagiakan...

Mungkin benar begitu adanya, karena kini sang gadis benar-benar bisa mengenakan celana panjang warna abu-abu sebagai ganti rok... Seragam favorite nya sesudah coverall abu-abu yamg digunakannya selama praktikum di workshop SMU kejuruan bagian mesin itu...

Selain itu, walau bagaimanapun juga, hormone sang gadis mulai bekerja dalam dirinya... Dia mulai merasa tertarik pada lawan jenisnya...

Salah satu bahkan ia ambil fotonya secara candid..

"Feb..." Tegur suara yang begitu dekat di telinganya, membuat sang gadis tergagap, bahkan sampai menjatuhkan kunci inggris di tangannya...

Ia bisa merasakan wajahnya memerah di balik keringat dan noda oli yang mengotori wajahnya....

"Anton! Rese ih.... Bikin kaget aja..." Kata sang gadis berusaha menunjukkan wajah tak acuh, walau ia bisa merasakan kalau dadanya berdegup dengan kencang demi melihat wajah kakak kelasnya begitu dekat dengan wajahnya, ia bahkan bisa merasakan nafas pemuda itu menerpa wajahnya...

Senyum nakal sang pemuda membuatnya sedikit merengut yang malah menambah keimutan wajahnya...

"Ada apa...?" Tanya sang gadis, sambil sesudah mengelap tangannya, membenahi rambutmya yang kini panjang se rahang, dan memandang pemuda yang berhasil melunakkan hatinya....

"Gua mau ajak elo jalan nanti malem... Mau?" Tanya sang pemuda sambil duduk menyender di ujung meja yang penuh tools, kaki terulur menahan tubuh agar tak melorot, dan tangan yang terlipat di depan dada...

Gadis itu mendadak salah tingkah, tak bisa bergerak karena sang pemuda menghalangi meja itu sehingga ia tak bisa beralasan buat mengambil tools...

****

"Mau kemana, Bi...? Rapi bener...?" Tanya sang kakak demi melihat adiknya sedang mematut diri di depan cermin, memastikan t-shirt putih yang berbalit kemeja warna biru muda yang tak dikancing, hanya diikat di bagian perut itu cukup nyaman rapi... Celana chinos yang jarang dipakainya terasa aneh di kulitnya...

Nada suara sang kakak membuat sang gadis tahu, kalau tak ada gunanya ia berdusta....

"Mmm... Ebi di ajak main sama temen.... Boleh ya kak..." Katanya penuh harap...

Sang kakak menghela nafasnya, instinct untuk melindungi adiknya begitu kuat, dan feelingnya selama ini tak pernah salah... Namun demi melihat betapa bahagianya sang adik, maka ia hanya memberi nasihat pada sang adik...

"Hati-hati, Bi... Jaga dirimu baik-baik..." Kata sang kakak sambil menerima kecupan terimakasih di pipinya dari sang adik yang langsung pergi ke luar rumah, menaiki online ride yang dipesannya...

"Perasaan Tina ngga enak, Bi..." Kata sang gadis pada sang pembantu, yang menyiapkan makanan ringan bagi sang gadis yang duduk di kursi di meja dapur...

"Kita doain aja Non Febri baik baik aja..." Kata sang pembantu sang duduk di samping sang gadis...

"Serba salah, Bi..." Kata gadis itu lagi... "Kita belum lihat orang yang lagi ngedeketin Ebi... Dan kenapa dia ngga jemput Ebi di sini.... Laki bukan sih..!!!" Sergah sang kakak gusar

"Kalau saja semudah itu, Non...." Keluh sang pembantu merangkul sang gadis yang menyandarkan kepalanya ke dada yang sudah sering juga meredakan kesedihan yang tak ditampakkannya dimuka umum itu...

Papa....

****

Sang gadis begitu kaku ketika sang pemuda menggengham tangannya sambil mereka berjalan di salah satu pusat perbelanjaan di kota itu...

Dirinya ingat betul kesabaran pemuda itu menghadapi hostilenya dengan nada lembut, penuh perhatian, sehingga pada akhirnya ketika ia naik di kelas dua, hatinya luluh, dan mulai menuruti keinginan pemuda yang membuatnya merasa nyaman, serasa ada sosok laki-laki yang melindungi nya...

Kamu lebih manis kalau rambut kamu sedikit dipanjangin... Kata pemuda itu suatu kali, dan kini, sang gadis dengan kikuk menyibak rambut itu ke belakang telinganya sambil kepalanya menatap lantai, menahan getaran di tubuhnya, yang jelas dirasa oleh puda yang kini menggenggam tangannya di belakang tubuhnya hingga punggung tangan sang puda bersarang dengan nyaman di bulatan pantat sang gadis yang tertutup chinos itu... Sementara kini keduanya merapat, berjalan menyusuri pusat perbelanjaan menuju food court yang ada di sana...

Sang gadis sedikit jengah... Ia tak biasa berada di keramaian seperti ini, mendapat tatapan iti arau tidak terima sebagian pengunjung wanita... Ia merasa tak pantas mendampingi sang pemuda yang jelas gagah itu...

Namun sang pemuda malah semakin memperlihatkan kemesraan pada dirinya, membuat dirinya semakin malu, namun diwaktu yang bersamaan.... Terbuai...

Sekian lama ia memerlukan sosok laki-laki yang menyayanginya, memperhatikannya, berusaha merubahnya menjadi sesuatu yang indah....

****

Begitu nyamannya perasaannya, hingga ketika lelaki itu mengajaknya ke rumahnya yang kebetulan lagi kosong itu, sang gadis sama sekali tak menolaknya...

Ia yakin kalau lelaki itu bisa mendengar dentuman jantung nya yang berdetak sangat kencang, seakan hendak meloncat dari rongga dadanya, ketika merasakan hembusan nafas sang pemuda begitu dekat di wajahnya, bagaimana ia bisa merasakan aroma bibir sang pemuda yang kini berjarak beberapa millimeter saja dari bibirnya...

Bibir keduanya kini bertemu....

Seakan ada gelombang listrik yang merayapi tubuh sang gadis demi merasa bibir Anton yang lekat dengan bibirnya sendiri, sementara kedua tangan sang pemuda memegang lembut pipinya, sambil perlahan mengecupi bibirnya...

Perlahan sevara naluriah gadis itupun mulai membalas pagutan sang pemuda yang makin lama makin berani itu... Bibirnya sendiri kini perlahan membuka, membiarkan mulut mereka saling menyatu....

Dari bibir yang membuka, kini lidah keduanya mulai berpautan, saling membelit, saling memberi kenikmatan...

Sang gadis begitu terhanyut pada kelembutan sang pemuda yang melepaskan tas selempang yang tadi dipakainya, dan meletakkannya di atas meja ruang tamu, sambil ia kemudian, dengan tubuh yang memang tegap, menggendog dirinya ke dalam kamar, lalu.menurunkan sang gadis, sambil ia sendiri menutup pintu di belaknangnya tanpa menguncinya...

Sang gadis kini mendesah, sang pemuda kini memaguti leher nya yang mendadak menjadi sensitive itu, juga di rahangnya...

Sang pemuda kini membalik tubuh sang gadis, mendekapnya dari belakang...

Sang gadis mendesah desah tak karuan, pagutan sang lelaki di rahangnya, cuping telinganya yang dikulum dan digigit halus, pangkal lehernya yang menerima serbuan ciuman, hisapan, jilatan ringan membuat sang gadis bergetar hebat, menangkup tangan sang lelaku yang memeluknya erat...

Begitu terbuainya dirinya sampai ia bahkan membantu jemari sang lelaki untuk membuka simpul yang mengikat kedua ujung bajunya dan menggerakkan tubuhnya hingga kini kemeja itu tercampak di lantai...

Sang pemuda, masih memeluk sang gadis dari belakang, mengarahkan tubuh mereka hingga kini sang gadis bisa melihat pantulan diri mereka dari cermin di hadapan mereka..

Ia bisa melihat bagaimana sang pemuda memaguti batang lehernya, sementara tangannya sendiri meraih ke belakang, meremasi kepala sang pemuda sebelum turun dan membantu sang pemuda meremasi payudara muda nya dari luar kaus yang di kenakannya... Malah pada akhirnya, dirinya sendiri yang meloloskan t-shirt yang kenakannya, sehingga kini sang pemuda bisa meremas payudaranya dari luar sports bra yang menutup payudara ranum khas remaja yang menghias tubuhnya...

Pemuda itu kemudian mengarahkan sang gadis hingga kini tubuhnya terbaring di atas kasur sang pemuda yang masih memaguti bibirnya dengan penuh gairah...

Sejenak sang pemuda bangkit dan melepas kaus yang dikenakannya, memamerkan tubuh yang tegap dan athletic, untuk kemudian kembali menurunkan tubuhnya, meremas dan mencium payudara sang gadis dati luar sports bra itu, yang tak lama tersingkap ke atas, dan menampakkan puting merah dadu yang mengeras karena terangsang itu...

"Nnnggghhhh...." Lenguh sang gadis yang diikuti desis kenikmatan yang dirasakannnya ketika pemuda itu meremas lembut sebelah payudaranya, sementara mulutnya, lidahnya menstimulasi sebelah payudaranya yang lain sebelum akhirnya mulutnya menangkup puncak payudara sang gadis, dan lidahnya menjilati putingnya yang mengeras itu ..

Tubuh sang gadis menggelinjang-gelinjang menerima permainan tangan, mulut, dan lidah sang pemuda yang nampak begitu pengalaman dalam memuaskan perempuan, yang kini meninggalkan jejak basah yang menutun ke arah perut rata sang gadis..

Perut sang gadis tertarik ke dalam seiring nafasnya yang tertahan...

Pemuda itu membuka zipper chinos yang dikenakannya...

Jantungnya berdegup semakin kencang dalam kepasrahan ketika ia merasa kalau pinggulnya yang diposisikan sang pemuda di pinggir kasur, justru ikut naik untuk membatu pemuda itu menurunkan kedua celana yang menutupi keindahan tubuh bagian bawahnya...

"Ma... Mau ngapain...?" Kata sang gadis, menaikkan tubuhnya demi merasa hangatnya nafas sang pemuda yang berada di depan vaginanya yang terbuka karena kakinya dikangkangkan sang pemuda...

Sang pemuda memandang ke arah sang gadis sebelum....

"Iiihhh.... Joroook.... Itukan buat aku pipiiisss... Nnnggghhhh..." Kata sang gadis ketika pemuda itu dengan telaten menjilati vagina sang gadis yang dihiasi rambut pubis tipis itu...

"Joroook... Ih... Jo...aaaagghhhh... Nnggggghhhh..." Erang sang gadis menerima serangan mulut dan lidah sang pemuda yang kini menyedoti clitoris nya...

Kepala sang gadis menggeleng geleng di atas kasur, tangannyanya mengacaki rambutnya, meremasi payudaranya sendiri yang keras karena birahi itu...

"Ma... Maaf..." Kata sang gadis tersengal, memandang ke arah pemuda yang tersenyum nakal...

Ia baru saja mendapa orgasm pertama dalam hidupnya... Ia sebenarnya sudah berusaha mendorong wajah sang pemuda ketika dirasakannya ada sesuatu yang hendak menyembur ke liar dari dalam dirinya...

Namun sang pemuda justru makin menjadi dalam menstimulasi vagina sang gadis yang berdenyut itu...

Sang gadis langsung membuka sports bra nya dan mengelap cairan yang belepitan di sekitar mulut sang pemuda yang kini merangkak naik ke tas tubuhnya yang kini kembali berada di tengah kasur...

Mata keduanya saling terpaku...

Sang gadis mengangguk...

"Aaauuuu.... Sakiiiiiitttt.....!" Erang sang gadis jetika penis pemuda itu menghujam ke dalam vaginanya, merobek selaput daranya...

Dengan telaten pemuda itu mengelap keringat dingin yang mengalir di dahi sang gadis, mengecupi air mata sang gadis...

sambil perlahan setelah dirasa gadis itu mulai tenang menggoyang goyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri...

"Iiih... Jahil... Geli tauuu...." Kata sang gadis sambil memcubit pantat sang pemuda yang kemudian mulai menaik turunkan pinggilnya, membuat penisnya mengaduk aduk dinding vagina sang gadis yang mulai bisa beradaptasi dengan benda asing di dalam vaginanya...

Perlahan namun pasti, desahan, erangan sang gadis makin terdengar seiring hentakkan pemis sang pemuda di dalam vaginanya, bahkan secana naluriah, demi mendapat kepuasan lebih, sang gadis mulai menggoyang goyangkan pinggulnya, atau menghentak hentak pinggulnya ke atas, agar lebih bisa menikmati hujaman penis sang pemuda...

Di dera birahi tinggi, sang gadis pasrah saja ketika sang pemuda bangkit lalu menyampirkan ke dua betisnya kr bahunya sehingga ketika sang pemuda menjrunkan tubuhnya, pahanya terlipat, bahkan sampai lututnya menyentuh payudara nya, dan posisi ini membuat sang gadis mengerang makin hebat karena merasa sodokan sang pemuda yang semakin dalam di dalam vaginanya yang kini mencengkram erat penis sang pemuda yang juga berkedut....

"Jangan tinggaliin aku, ya... Jangan permainkan aku..." Ujar sang gadis, masih terisak karena ia baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berhaga dalam dirinya...

Sang pemuda hanya tersenyum dan mengecup bibir sang gadis yang kini kepalanya rebah di dadanya ...

****

"Dari mana kamu?!" Sergah sang kakak yang memang belum tidur, menungui adiknya yang baru menunjukkan batang hidungnya ketika jam dinding di dapur itu berbunyi, menandakan kalau pergantian hari sudah dimulai...

"Lihat, Bi Parti sampe begadang nungguin kamu...!" Kata sang kakak, menunjuk ke arah sang pembantu yang berusaha menyabarkan sang kakak demi melihat adiknya yang mematung, merasa bersalah...

"Maaf Ci..." Katanya dengan suara serak menahan tangis...

Sang kakak menghela nafas...

"Udah... Sekarang cepet istirahat... Kamu tetap harus sekolah... Ngga ada alesan...!" Pungkas sang kakak yang diikuti anggukan sang adik yang berjalan tertatih menuju kamar...

"Kenapa jalan kamu begitu?!" Tanya sang kakak yang membuat sang adik pucat, tergagap...

"Eh... Itu... Tadi terlalu semangat nobar, Ci... Jadi agak keseleo, hehe..." Katanya berdusta...

"Hadeuh, Bi... Bi... Udah... Cepet istirahat..." Kata sang kakak sambil beranjak ke ruang utama rumah sementara sang adik masuk ke dalam kamar mandi...

Maafin aku, Ci... Bi.... Batinnya karea ia baru saja berbohong pada dua orang yang sangat mengasihinya...

****

Senin itu terasa sangat indah, walau masih sedikit mengantuk, namun sang gadis nampak bersemangat menghadapi hari...

"Non seneng banget, kelihatannya..." Kata sang pembantu, yang nampak bahagia melihat keceriaan sang nona, yang bersenandung pelan, sambil tersenyum senyum, memasak telur mata sapi, beberapa sausages, dan kepingan frozen hash brown...

Mencium pipi sang pembantu, ia lalu duduk dan memakan sarapannya di meja dapur dengan semangat... Hal yang sangat sangat jarang terjadi...

Biasanya sang gadis hanya makan seadanya, tidak bernafsu, tidak berselera...

Namun hari ini...

Sang gadis bahkan melebihkan waktu untuk memastikan penampilannya lebih rapi... Bahkan lebih menarik...

****

Air mata bahagia mengalir di pipi sang pembantu demi melihat gadis yang untuk pertama kalinya nampak bahagia melangkahkan kaki menuju sekolah..

****

Mata sang gadis berbinar melihat motor sang pemuda yang terparkir di antara barisan motor siswa lainnya...

Ia tahu kalau jam segini ia tentu sedang asyik bercengkrama bersama teman-temannya, di belakang gudang kosong yang cukup tersembunyi...

Dengan perasaan riang, sang gadis melangkahkan kaki...

****

"Hahahaha.... Hebat lu bisa nidurin tuh perek..." Kata seorang siswa...

"Gile... Bodynya boleh juga... Cuma sayang tocil, hahaha..." Ujar siswa lain...

"Mantaaap... Dapet perawan...."

"Makasih udah share videonya, bro... Lumayan buat bacol..."

Sang gadis terkesiap di balik tembok, tepat ketika ia hendak berbelok dan mengejutkan pemuda itu...

"Hahaha... Bayar taruhan lu pada..."

Suara itu....

"Ngga usah coli... Entar gua bagi tuh pecun buat elo pada... Hahaha... Kalau ngga mau entar gua ancem buat sebarin videonya... Lagian elo kan pada lihat, kalau di rekaman itu tuh oecun sama sekali ngga gua paksa...."

Hahahaha!!!!!

****

BAAAAMMMM!!!!!!

Sang pemuda terjengkang dengan hidung yang berdarah...

Gadis itu tak berhenti, dengan ganas ia menghajar sang pemuda, menendanginya, meludahinya...

Ia tak peduli cekalan teman teman bajingan itu, tak peduli kalau seragamnya sobek-sobek, memperlihatkan kaus dalam yang melindungi sports bra yang dikenakannya...

Ia bahkan tak peduli hajaran mereka di tubuh dan wajahnya, selama ia masih bisa. Ia terus menghajar pemuda yang akhirnya bisa membebaskan diri dan kini malah ikut menghajar sang gadis tanpa perasaan...

*****

Cuih!!!!

Buughhhh!!!!


Ludahan dan tendangan para siswa terus menghujam tubuh sang gadis yang sudah meringkuk di atas tanah...

"Udah... Udah... Anak orang bisa mati..." Lerai seorang siswa demi melihat kalau sang gadis sudah tak lagi bisa melawan...

Hoeeek!!! Cuiiih!!!

Sang pemuda yang masih kesal akhirnya menuntaskan amarahnya yang sebenarnya belum lagi reda dengan menarik dahak sebanyak yang ia bisa dan meludahkannya ke wajah yang gadis yang berlumuran darah itu...

Perlahan mereka membubarkan diri, meninggalkan sang gadis yang babak belur di atas tanah yang akhirnya beringsut menahan sakit di sekujur tubuhnya, melangkah menuju tembok batas sekolah yang biasa digunakan para siswa termasuk dirinya untuk bolos dari pelajaran....

****

"SETAAAAAANNNNN!!!! HARUSNYA DARI DULU AKU BUNUH DIA!!!!" Bentak sang ayah sambil membanting cangkir dihadapannya sampai pecah berhamburan di lantai ruang tamu, setelah dua orang polisi yang mengantarkan surat pemanggilan putrinya itu pergi..

"SEMOGA SETAN ITU CEPAT KETANGKEP! BIAR BUSUK DIA DIPENJARA!!!!" Bentaknya lagi sambil pergi meninggalkan rumah...

****

Febri.... Kamu di mana... Batin sang kakak sambil memandang sekelilingnya... City car yang digunakannya membelah malam, melalui spot spot yang biasa didatangi sang adik bersama geng motor yang pernah diikuti nya waktu itu...

****

Terseok, menggigil kedinginan sang gadis berjalan tak tentu arah... Di bawah siraman hujan lebat yang tertumpah malam itu...

Sudah tiga hari ia berjalan tak tentu arah, dengan baju yang compang-camping... Muka yang masih nampak biru-biru akibat hajaran di sana...

Tatapan mata sang gadis yang berjalan gontai nampak kosong...

Tak menyadari tatapan mata orang-orang yang hanya bisa sekedar "iba" melihat seorang "gila" yang berjalan lesu...

Kasihan ya... Masih muda padahal...

Masih muda udah gila... Kasihan...

Masih baru kayanya gilanya...

Padahal cantik ya... Sayang banget...

Pasti ada yang bakal mandiin terus make orang gila itu..


****

Pagi masih menyisakan mendung sisa hujan semalam...

Pemilik ruko yang juga berfungsi sebagai bengkel mendengus kesal melihat sosok gelandangan yang tertidur di emperan ruko nya yang penuh oli dan gemuk itu...

Ia baru saja hendak menyiram air ke tubuh gelandangan itu ketika..

"Astaga... Febri...?!"

****

Ketika tersadar, sang gadis berada di atas ranjang yang cukup empuk..

Perlahan ia memandang sekitar nya... Sebuah tanda salib, terpasang di dinding, terlihat dari atas tirai yang membatasi pandangnanya ke arah dinding di bawah kaki ranjang itu..

Ia bisa merasa perih di tangannya, dan ia mendapati ada selang infus yang terpasang di sana, dan selang oksigen yang melintang di hidungnya...

Suara senandung yang diingatnya sebagai kidung pujian membuatnya mengalihkan pandangan dan mendapati kakanya sedang memejamkan mata, menahan lelah, sementara senandung pujian terus dilantunkannya, seakan berharap keajaiban...

Wajah sang kakak nampak pucat..., Matanya celung dengan kantung mata hitam menghias di sana, tanda kelelahan yang dialaminya..

"Ci...." Pelan, parau suara yang keluar dari tenggorokannya yang masih terasa perih...

"Bi...!" Sang kakak tercekat melihat adiknya sudah sadar...

"Puji Tuhan..." Katanya sambil memeluk erat sang adik... Air mata bahagia tak bisa ditahannya...

"Non Febri...!" Sang pembantu sedikit menjerit bahagia demi melihat sang nona sudah sadar, bergegas ia meletakkan mukena dan sajadah nya di kursi di sebelah kursi sang kakak lalu memeluk kedua gadis yang disayanginya itu...

Ketiganya saling bertangisan...

****

"Ci... Kenapa aku bisa sampai ada di sini….?" Tanya sang adik sambil memakan ration dari rumah sakit...

"Kamu terkapar di depan rukonya Frans.... Dia yang bawa kamu ke sini..." Kata sang kakak yang anehnya tak berani melihat ke arah sang adik...

"Kok Cici bisa kenal sama Ko Frans?" Selidik sang adik, yang jelas tidak akan menyerah kalau belum mendapat jawaban yang diinginkannya...

"Cici kenal Frans di gereja..." Katanya singkat, dengan nada yang terdengar bahagia, sebelum menyadari sesuatu... " Kamu sendiri…? Gimana kamu bisa kenal Frans?" Tanya sang kakak dengan gaya yang sama persis seperti sang adik...

Sang gadis menyeringai...

"Waktu masih ikut trek-trekan, Ebi suka main ke ruko Ko Frans... Ngelihatin anak anak custom motor... Ebi juga ikut main mesin di sana... Kemaren kemaren juga masih..."

Air mata kembali mengalir di pipi sang gadis, yamg segera di seka sang kakak...

"Habisin makannanya Bi... Biar minum obat..." Kata sang kakak mengalihkan pembicaraan...

Toh kalau sudah waktunya, adiknya pasti akan meceritakan semuanya...

*****

Sreeekkkk!!!!!

"Ini dia orang yang bapak cari!" Kata sang ayah dengan suara keras, membuka tirai kamar pasien yang ditempati anaknya... "Silahkan bapak proses!" Katanya ketus dengan mata menunjukkan kepuasan yang sangat pada sosok.sang gadis yang nampak shock mengetahui ayahnya sendiri menyerahkan dirinya kepada polisi, bahkan ketika kondisinya masih dalam masa pemulihan seperti ini...

"Papa! Apa-apan ini!" Teriak Agustina demi melihat dua orang polisi itu memaksa sang gadis umtuk turun dari tempat tidur

"Ci... Tolong Ebi, Ci...." Kata sang adik, panik dan ketakutan...

"Pak... Adik saya masih lemah, Pak... Berperikemanusiaan sedikitlah...!" Sergah sang kakak, membela sang adik, namun cekalan sang ayah di kedua bahunya menghalangi nya...

"Langsung di bui saja, Pak! Dikasih hati malah ngelunjak!" Sergah sang ayah sambil terus menahan anak sulungnya yang meronta ronta hendak melepaskan diri...

"Ci... Tolong Ci....!" Sang adik memandang ke belakang ketika kedua petugas tadi menggiringnya, menjadi tontonan banyak orang di rumah sakit yang merasa heran dengan pemandangan itu... Di mana seorang gadis dengan wajah yang masih nampak biru biru, malah kehijauan digiring dua orang polisi, sementara sang kakak dicekal tangannya oleh seorang laki-laki.

"Biarin! Biarin setan itu dipenjara...!" Sergah sang lelaki, mengguncang bahu sang gadis, seakan ingin menghilangkan pengaruh jahat gadis yang setengah terseret oleh kedua polisi tadi...

Mendadak cekalan itu terlepas, sang kakak melayangkan tamparan ke wajah lelaki itu, yang terkejut tak menyangka kalau anak sulungnya akan melakukan hal itu kepadanya..

"PAPA YANG SETAN!" Bentaknya sambil berlari menyusul kedua polisi tadi

"Pak... Apa ngga bisa adik saya istirahat di sini, pak..?!" Katanya coba menahan langkah polisi itu...

"Maaf mBak, kami tetap harus membawa Nona Febriana ke tahanan, nanti di sana Nona Febriana akan diawasi tenaga kesehatan kami..."

"Tolong lah pak, saya yang akan tanggung jawab..." Kata sang kakak... "Kalau perlu, saya aja yang bapak sel... Tapi biarin adik saya istirahat dulu di sini..." Nego sang gadis yang bahkan rela mengganti sang adik untuk ada dalam tahanan...

****

Sosok wanita itu menggelosor, jatuh ke lantai...

Begitu shock melihat drama keluarga itu, ia akhirnya terkena serangan jantung, dan bahkan penanganan gawat darurat yang dilakukan tak bisa menyelamatkan nyawa Parti... Sang pembantu yang akhirnya pergi untuk selamanya, membawa kesedihan yang mendalam di hatinya...

****

Sang kakak terus memegang tangan sang adik yang menangis sejadinya...

Jeruji besi kini menghalangi keduanya kakak beradik itu...

"Maaf mBak... Bisa ikut saya untuk mengurus berkas Nona Febriana?" Kata petugas polisi, dalam hatinya merasa iba untuk memisahkan kakak beradik itu, namun tugas dan tanghung jawabnya membuatnya tak memiliki pilihan lain...

"Bi.... Biar Cici sama Frans yang urus ini semua... Kamu harus kuat...." Kata sang kakak yang dengan berat hati mengikuti sang petugas, menemui Frans dengan salah satu rekan pengacara nya, yang sedang mengurus semua berkas yang ada.

****

Adil kah ini? Siapa yang jadi korban sebenarnya? Apakah ini hanya dagelan semata?

Memang benar kalau kebenaran pada akhirnya akan terungkap...

Pemuda itu juga menerima hukuman, walaupun bukan dari kasus pemerkosaan, karena benar, dari rekaman video yang menjadi viral itu nampak kalau sang gadis melakukannya suka sama suka, namun tersebarnya video itu membuat sang pemuda juga rekan rekannya terkena uu ite, di tambah dengan hukuman karena kebodohan salah seorang dari mereka yang hobi merekam kegiatan mereka, baik tawuran, maupun bullying pada siswa yang lebih lemah...

Geram pengunjung, jerit ngeri tertahan, jelas terdengar di dalam ruang sidang, ketika melihat bagaimana mereka menghajar seorang gadis sampai babak belur tanpa perasaan beraalah, dan adegan sang pemuda meludahkan dahaknya membuat pengunjung memandang jijik pada para pelaku...

Adilkah ini...?

Sang gadis kehilangan kehormatanya, dihajar begitu rupa, dipermalukan dengan tersebarnya adegan persetubuhannya....

Namun hanya karena ia yang pertama menghajar sang pemuda yang jelas menjadikannya barang taruhan, bahkan berniat membagi tubuhnya pada teman-temannya.... Hanya karena ia lebih memilih membalaskan dendamnya tanpa melapor ke pihak berwajib atau pihak berwenang, maka kini dirinya harus menerima vonis enam bulan, yang diteriaki keluarga sang pemuda dengan kalimat "Tidak Adil!"

Cemooh pengunjung pada keluarga para pemuda itu cukup menunjukkan siapa sebenarnya yang menjadi korban...

Namun tetap saja....

****

Sang kakak menangis di pelukan Frans demi melihat punggung sang adik yang akhirnya menghilang ke dalam tembok penjara itu...

****

Suit suit....

Daging segar datang....

Wuiih... Cantiknya... Cocok jadi gundik gua....


Sambutan itu yang sang gadis dapatkan ketika kini, dengan mengenakan seragam tahanan di antar masuk menuju salah satu sel yang sebenarnya sudah di batas kapasitasnya...

Beringsut di sudut yang masih lowong, sang gadis duduk bersandar ke dinding dingin di belakangnya, dan mengawasi penghuni sel itu satu persatu...

****

Kamar mandi bersama itu mendadak sepi ketika seorang tahanan wanita bertubuh gemuk diikuti dua punakawannya masuk dan mengusir tahanan lain yang langsung bergegas meninggalkan kamar mandi itu, bahkan di antara mereka berlari ke luar kamar mandi dengan handuk yang ditempelkan ke depan tubuh mereka, sementara bagian belakangnya terbuka bebas..

Gadis itu berusaha ke luar kamar mandi ketika perempuan itu, kini telanjang bulat, menampilkan gelambiran lemak.dan payudara yang melorot, mendorongnya ke dinding kamar mandi yang berlumut itu...

Sang perempuan menjambak.rambut sang gadis dan memagut bibirnya buas...

"Kalo elo mau hidup elo aman di sini, elo mending ngelayanin gua..." Kata sang perempuan sambil mengusap-usap vagina sang gadis...

"Elo harus muasin gua..." Katanya sambil menekan sang gadis hingga berlutut di lantai kamar mandi, wajahnya tepat berada di depan vagina sang perempuan...

Buuuugghhhh!!!!!

"AAAAAARRRGGGHHHH!!!!" Raung perempuan itu, jatuh meringkuk di lantai kamar mandi, pahanya menjepit kedua tangannya, memegangi vaginanya yang sangat kesakitan karena hantaman tinju sang gadis yang sangat keras sampai ke tulang peranakannya...

Dua teman perempuan nampak terkejut, dan tak siap ketika gadis itu menghajar mereka berdua sebelum kembali mendekati sang perempuan untuk kemudian menghajar perempuan itu, sampai hajaran baton penjaga penjara membuat nya teringkus dan menghuni sel isolasi...

****

"Yeah... Yeah... Nnggggghhhh... Makan memek guaaahhhh..."

Nampak seorang perempuan tahanan memaju mundurkan pinggulnya di atas wajah seorang tahanan baru yang menangis tersedu sedu, memaksaan dirinya memberi cunilingus pada perempuan yang sedang menduduki wajahnya sebelum perempuan itu turun dan memposisikan vaginanya menempel erat di vagina tahanan barunitu, dan menggerak gerakkan vaginanya dalam posisi gunting itu sampai...

"Eeeaaaggghhhh!!!!! Yessshhhhhh!!!!" Racaunya sambil melejang lejang merasakan orgasm nya...

****

Tahanan baru itu nampak ketakutan ketika kini perempuan bertubuh gemuk itu menyeringai sambil mendekatinya, sementara perempuan tahanan tadi berjalan ke luar sel, menuju sel isolasi yang sudah menjadi langganannya...

****

Hanya sang kakak yang bisa membuatnya menjadi waras dan tidak menjadi sosok yang merupakan salah satu tahanan yang ditakuti di sana...

Di samping sang kakak, di ibadah minggu yang diadakan di penjara itu, keduanya duduk berdampingan, tak terlalu mendengar isi khotbah, tapi lebih ke merasa kedekatan yang terhalang tembok penjara...

Andai sang kakak tidak ada....

****

"Kita ke mana, Ci?" Tanya sang adik demi menyadari kalau taxi online yang mereka sewa menuju arah yang bukan menuju neraka di bumi yang sampai 6 bulan lalu masih ditempatinya...

Sang kakak hanya tersenyum dan malah memeluk erat adiknya yang baru saja keluar dari tahanan....

"Lho... Ini kan?" Tanya sang adik lagi, bingung karena mereka kini berada di depan ruko milik Frans...

"Udah... Ayo..." Kata sang kakak, mengajak adiknya turun dari taxi online dan...

"Ci... Ada apa sih ini sebenarnya?" Tanya sang adik yang semakin kebingungan karena sang kakak mengajaknya masuk ke ruko yang bersebelahan dengan ruko milik Frans.

"Ini tempat tinggal kita sekarang, Bi..." Kata sang kakak, merentangkan tangannya di lantai dua yang biasa digunakan pemilik ruko untuk tinggal...

"Ci... Maksud Cici apa?" Tanya sang gadis yang benar benar kebingungan dengan perkembangan yang tak terduga ini...

"Sini..." Ajak sang kakak ke dalam kamar sederhana namun nyaman itu...

****

"KALAU KAMU LEBIH MENTINGIN SETAN ITU DARIPADA PAPA, LEBIH BAIK KAMU ANGKAT KAKI SEKARANG JUGA... NYESEL PAPA NGEGEDEIN ANAK NGGA TAHU DIUNTUNG SEPERTI KAMU!!!!!"

****

"Kebetulan Frans mau ngembangin bisnis, jadi aku tawarin buat bantu dia kembangin usahanya, dan kita bisa tinggal di sini..." Kata sang kakak sambil tersenyum..

Sang adik memeluk erat kakak nya sambil menangis sejadinya...

"Ci... Kenapa Cici sampai ngorbanin hidup Cici buat Ebi?" Isak sang gadis di pelukan sang kakak...

"Bi... Harusnya Cici yang minta maaf, karena harusnya dari dulu Cici ngelakuin ini... Maafin Cici ya..." Katanya sambil memeluk sang adik dan sama sama menangis melepaskan semua rasa sesak di dada...

****

Sang kakak menyelimuti tubuh sang adik yang masih belum terbiasa tidur di atas kasur...

Enam bulan di penjara, dan seringnya ia menghuni sel isolasi membuat dirinya lebih terbiasa tidur di atas lantai...

Tak ingin membangunkan adiknya, sang kakak perlahan ke luar dari kamar menuju ruko sebelah...

*****

"Gimana kondisi Febri, Tin..." Kata Frans, pada sang gadis yang duduk di meja makan menikmati seduhan lemon tea yang di buat lelaki itu...

"Masih belum biasa tidur di kasur, Ki..." Katanya menghela nafas... "Dia juga masih terbiasa cari gayung di kamar, kebiasaan di penjara..." Katanya lagi sambil memijat mijat bahunya yang pegal...

"Mudah mudahan Febri mau kita ajak ke psychologist..." Kata sang lelaki yang kini mengangkat sebelah kaki sang gadis dan memijat betis sang gadis...

Mendadak sang gadis bangkit, dan menarik tangan sang lelaki...

"Puasin gua, Ki.... Please..." Katanya dengan nada bergetar, namun tegas.

Dan sang lelaki nampak begitu patuh mengikuti keinginan sang gadis...

*****

Menikmati kebebasnya, sang gadis yang kini rambutnya bermodel pixie itu berjalan jalan mengelilingi kota, sampai jauh ke pinggiran di mana....

****

Sang gadis nampak serius sekali, menggerinda dan menghaluskan block mesin, membersihkan karat yang memenuhi hampir seluruh bagian tangki...

Siang malam, hari demi hari gadis itu mencurahkan tenaga dan perhatiannya pada kendaraan yang akhirnya kembali ke bentuk original nya...

Tiger keluaran tahun 1993....

****

"Selamat ya, Bi..." Kata sang kakak, kini menggendong seorang bayi mungil, hasil buah cintanya dengan Frans dengan sebelah lengan, sementara lengan satunya memeluk adiknya yang baru saja menyelesaikan kejar paket C nya...

****

"Kamu sekalian jagaain rumah yang di sana, Bi... Kamu bisa sekalian kuliah di sana... Oke...?!" Kata sang kakak yang jelas tak bisa dilawan oleh sang adik...

*****

Di dalam kamarnya, Gatot tak bisa memejamkan matanya... Ia begitu gelisah...

Apa yang di dengarnya tadi benar benar tak bisa dipercayainya...

Namun yang membuatnya menjadi lebih gelisah....

"Sekarang ini, dia benar benar ingin sendiri, dan mungkin tidak akan pernah kembali... Jadi kalau kamu mau mundur, sebaiknya sekarang.." kata sang kakak sambil meninggalkan nya di Cafe, setelah membayar semua hidangan, yang sama sekali tak tersentuh itu...

****

"Bro... Mana partner mu?" Tanya pemilik motor custom shop yang menjadi pilihannya melakukan kerja praktek...

Bahkan dirinya pun terkejut ketika menyadari kalau ia memilih tempat itu sebagai tempat kerja praktek nya...

"Febri lagi ada masalah keluarga, bli... Dia cuti tahun ini..." Kata sang pemuda, sambil mengutak atik mesin motor yang kalau dikerjakan berdua jelas lebih menyenangkan...

"Sayang sekali, kalian berdua memang tandem yang sempurna.... Spirit kalian beda kalau berdua." Kata pemilik custom shop itu... Sambil tersenyum sedih...

Sang pemuda tersenyum pahit, sebelum menyelesaikan setting terakhir motor itu...

"Bli... Boleh saya minta material sisa ini?" Pinta sang pemuda yang dipenuhi sang pemilik custom shop tanpa banyak tanya...

****

"Gatot Ananta..."

Panggilan itu menyadarkan dirinya dari lamunan, dengan senyum dipaksa, dengan langkah perlahan dirinya naik ke atas podium, menunduk ke arah rektor yang memindahkan untaian tali di atas topi nya, lalu menyalami Ketua Jurusannya yang memberi selongsong berisi duplicate ijazah...

Kesedihan nampak jelas ketika ia berlalu menuruni podium...

Bukan... Bukan karena ketidak hadiran orang tuanya...

Ia yatim piatu... Hanya saja ia bersyukur karena tanah milik ayahnya di kampung di sewa oleh penggarap, dan bidang tanah lainnya disewa operator seluler...

Kesedihan itu karena tidak adanya sosok gadis yang seharusnya wisuda bersama dengan dirinya... Gadis yang kini menghilang, entah kemana rimbanya...

****

"Bro... Elo dipanggil boss..." Kata seorang mechanic padanya...

Membersihkan tangannya dari oli dan grease, pemuda itu kemudian masuk ke ruang kerja pimpinan motor custom shop tempatnya ia custom motor dengan sang gadis, custom shop tempatnya kerja prektek, custom shop yang kini menjadi tempatnya bekerja...

*****

"Tot... Kita ada kerjasama dengan custom shop yang baru berdiri di timur pulau... Pemilik nya katanya kenal sama kamu, dan kami pikir, kamu memang pantas nge lead di sana." Kata sang pemimpin yang membuat sang pemuda bertanya tanya...

****

"Ci....? Ko....?"

Sang pemuda seakan tak percaya kalau ternyata pemilik custom shop itu adalah mereka...

"Kita mau kamy yang ngawasin shop ini bukan karena kasihan, atau kompensasi... Kami mau kamu yang nge lead, murni karena kemampuan kamu... " Kata Agustina panjang lebar... "Dan kami sangat jarang salah menilai kemampuan seseorang... Jadi kami minta kamu mempertimbangkan penawaran kami....

****

Di dalam kantor, sang pemuda nampak memeriksa laporan cash flow custom shop yang dipmpinnya itu, yang selama dua tahun ini yang menunjukkan profit yang cukup baik

"Halo... Iya Ci? Ada apa?" Tanya sang pemuda pada Agustina yang meneleponya...

"Nanti ada client yang minta motor nya kamu handle langsung... Dia sudah denger reputasi kamu, dan dia cuma mau kamu yang custom motornya..."

****

Gerbang special garage itu terbuka, sang pemuda sedang mempersiapkan tools yang akan digunakan...

Suara motor terdengar memasuki garasi...

"Hi... nTot.... Apa kabarmu..."

****

Gatot bisa merasa kalau jantungnya seakan hendak meloncat ke luar rongga dadanya....

Setelah sekian lama, kini ia kembali tertunduk menatap meja, ke arah makanan yang sama sekali tak tersentuh di hadapan mereka...

****

"Sekarang elo udah tau semuanya, nTot... Dan gua pasrah kalau elo udah ngga bisa maafin gua lagi.... Tapi gua minta tolong... Jaga custom shop Cici... Please... Kalau elo masih punya rasa ke gua...." Kata sang gadis sambil berdiri dan hendak beranjak pergi...

"mBeb..." Panggil sang pemuda dengan nada pelan, namun cukup untuk membuat gadis itu membalik tubuhnya menghadap sang lelaki yang tangan kananya terulur di atas meja, yang telapak tangannya membuka...

****​

"Boleh minta waktu sebentar" kata sang gadis pada make-up artist dan stylist yang membenahi penampilannya...

***

Pikirannya berkecamuk.....

Yang akan dilakukannya ini akan mengubah hidupnya untuk selamanya...

Siapkah ia? Mampukah ia?

Apakah ia akan kembali merasakan kesakitan itu?

****

Sosok berambut model pixie, yang mengenakan bridal jumpsuit putih, dengan atasan bercorak renda, memegang bouquet, memandang nya dari arah cermin membuatnya yakin...

Perlahan ia membuka pintu kamar...

****

Berjalan diiringi kakak nya, melangkah menapaki rerumputan, di antara deretan kursi para teman dekat...

Di sana, nampak seorang pemuda, menangis haru, melihat sosok bidadari yang menghampirinya, menanti di podium yang dihiasi rangkaian bunga dan dekorasi, di dekat tebing yang membelakangi hamparan laut yang indah, di sebelah kiri depan sang pendeta...

Aku siap...

****

Seumur hidupnya mungkin hanya kali ini di mana bahkan microphone itu nyaris tak bisa memperjelas suaranya yang begitu bergetar... Campuran takut, bahagia, tidak percaya....

Bahkan ia merasa kalau suara yang keluar dari tenggorokanya itu bukan suaranya sendiri...

Memfokuskan pandangannya ke arah lelaki di hadapannya, ia memberi jawabannya...

"Saya, Febriana Setiawan, menerima Gatot Ananta sebagai suami, dalam sehat dan sakit, dalam susah dan senang...." Sejenak sang gadis menelan ludahnya lalu berkata... "Sampai maut yang memisahkan kita..."

"Dan sekarang aku menyebut kalian, suami dan istri... Mempelai dipersilahkan..."

Sang pendeta tak bisa menahan tawanya…

Riuh para undangan yang merupakan sahabat terdekat kedua mempelai melihat bagaimana Sang gadis merengkuh kepala sang pemuda, dan keduanya berpagutan....

****

Acara dansa, yang dipimpin kedua mempelai....

Gadis itu nampak membisikkan sesuatu ke telinga suami ya...

Di saat yang bersamaan...

"Akhirnya, ya Tin..." Kata Frans sambil menggenggam tangan istrinya ke dadanya...

"Iya, Ki... Ebi berhak mendapat kebahagiaan ini..." Katanya sambil kemudian berbisik ke telinga sang suami...

Gua sange.... Elo harus puasin gua sesudah acara ini selesai!!!!

****

Setelah semua acara selesai...

Phew....!!!! Desah sang gadis merasa lega ketika akhirnya ia masuk ke dalam suite hotel yang menjadi hadiah sang kakak bagi mereka...

Ada rasa canggung yang menyergapnya.... Yang sebenarnya cukup aneh, karena sebelum ini, apa yang sudah ia lakukan dengan pemuda itu.... No... Dengan suaminya lebih dari sekedar ada dalam kamar...

Berdehem melawan gugupnya, sambil melepas jacket kulit yang melapisi wedding dress dengan punk rock theme, yang dikenakannya dalam resepsi setelah pemberkatan mereka selesai, sang gadis berkata...

"nTot... Lepasin zipper gua, dong..." Katanya, membelakangi sang pemuda yang juga terasa canggung dan gugup menarik turun zipper jumpsuit yang dikenakan istrinya...

Sang gadis bisa merasa kalau suaminya menelan ludah melihat kemulusan punggungnya yang sebenarnya sudah sering dilihatnya...

Namun saat ini terasa berbeda....

Welll up to that point, anyway....

Karena kini, kembali sang lelaki berlutut dengan sebelah kaki, mengangkat kaki kanan sang istri yang duduk di tepi ranjang, dan mulai memijat kaki sang istri yang jelas pegal, walau mengenakan converse shoes, namun berdiri sekian lama jelas s membuat betisnya cukup letih...

Terasa sekali tangan sang lelaki bergetar...

Bagaimana tidak... Hanya celana dalam yang tersisa di tubuh istrinya yang nampak makin berotot namun tidak berlebihan...

"Mau, nTot...?!" Kata sang gadis, nadanya sendiri bergetar oleh nafsu birahi yamg ditahannya selama ini, namun tetap dominant...

"I... Iya mBeb... G... Gua..."

"Ya udah... Makan memek gua, nTot....!"

"Ooggghhh Yeaaaahhhh!!!!" Desah sang gadis lepas setelah celana dalamnya tercampak, dan pemuda itu dengan rasa dahaga yang sangat melumat vagina sang gadis, dengan kerinduan yang sangat besar...

"Gooooddhhhh!!!! Iyaaaaahhhh!!!! Gua kangen ini!!!!! Nnnggghhhh!!!!" Desah sang gadis merasakan kembali kenikmatan yamg diberikan pemuda itu kepadanya...

Bukan.... Yang diberikan suamiku kepadaku.... Batin sang gadis meremasi kepala sang lelaki yang sedang menikmati vaginanya yang kini berdenyut ingin kepuasan yang lebih lagi...

Tergesa ia membangunkan sang suami... Keduanya bergegsa melepaskan vest formal dan semua accessories yang digunakannya di acara resepi tadi...

Sang gadis menjambak rambut sang pemuda, mendongakkan kepalanya, dan memagut bibirnya buas sebelum melempar suaminya ke ranjang sampai terduduk di kepala ranjang king size itu...

Dengan rakus, dan rasa rindu yang amat sangat, sang gadis mencengkram penis sang suami yang sangat tegang, dengan precum yang mulai ke luar karena birahinya yang memuncak....

"Mmmhhhhhh....!!!! Goooddhhhhh!!!!" Desah sang pemuda ketika istrinya mengocok penisnya yang tegang itu, dan sesekali mengulum peninya, memberikan kenikmatan lebih dari kehangatan mulut dan lidahnya...

"Kenapa, nTot...?! Hah...! Enak....!" Kata sang gadis penuh nafsu...

"I... Iya mBeb... E...enakkkhhhh bageeeetthhhh!" Seru sang pemuda, meremas seprai karena iantahu istrinya tak suka kalau kepalanya di sentuh, tak ingin rambutnya di sentuh ketika ia mengoral penisnya...

Elo pasti bakal kelepasan dan neken neken pala gua biar kontol elo masuk sampe ke tenggorokan gua.... Gua ngga suka!

Sang lelaki ingat benar itu....

Kini... Ia melihat istrinya merangkak maju, payudara sekalnya bergoyang seiring rangkakanya...

Mata keduanya saling terpaku...

Tangan sang gadis membimbing penis suaminya...

"Nnnggghhhh!!!!!"

Lenguh keduanya terdengar ketika kini, dalam posisi berjongkok, sang gadis menggoyang pinggulnya liar, membuat penis itu mengaduk aduk loromg vaginanya yang mencengkram erat penis suaminya itu...

"Iyaaaaahhhh.....!" Desah sang gadis ketika ia menarik kepala suaminya dan membenamkan ke bulatan payudara miliknya....

"Gigitthhh... nTothhhh...! Remeeessshhhhh!" Perintahnya yang dengan senang hati dipenuhi sang suami....

"Goooddhhhh... I miss this...!" Erang sang gadis.... "I miss you, nTotthhhh..." Katanya sambil memagut bibir suaminya dengan buas dan liar....

Mendadak sang gadis memelankan liukannya, ritmis...

Tangannya menangkup di antara dada mereka, tangannya merengkuh sisi wajah sang suami...

"Elo janji ngga bakal ninggalin gua, nTot....?!" Tanya sang gadis, matanya menatap tajam ke arah sang pemuda...

"Gua ngga bakal ninggalin elo, mBeb...."

"Janji Elo ngga bakal nyakitin gua, nTot...?!"

"Gua janji, mBeb... Gua ngga bakal nyakitin Elo..."

"Kalau benih Elo jadi.... Elo mau jaga dan rawat anak gua, nTot...?"

Mendadak sang pemuda mencengkram pinggul sang gadis, menghentikan liukannya....

Matanya menatap tajam ke mata sang istri...

Anak kita, mBeb.…! Kita bakal jaga dan rawat anak kita…!

"Anjing lo nTot... Elo ngomong kaya gitu bikin gua tambah sayang sama elo!!!" Kata sang gadis sambil memagut bibir sang suami dengan penuh birahi, sambil kembali menghentak hentakkan pinggulnya dengan penuh nafsu..

*****

Ngga mau tau!!!!! Pokoknya aku mau mangga muda!!!!!

Click....


Lelaki itu mendesah pasrah ketika pembicaraan di telephone di tutup sepihak... Kembali berkeliling walau malam semakin larut, lelaki itu mencari mangga muda yang jelas belum musimnya...

****

Senyum sang lelaki terkembang, masuk ke dalam rumah setelah berjibaku dengan rombongan semut di pohon mangga di tepi jalan yang sangat sepi, yang buahnya berada cukup tinggi, hingga akhirnya berhasil membawa satu kantung plastik mangga muda itu...

Senyum yang langsung berganti kepasrahan...

"Aku pengen kamu makan mangga mudanya... " Kata sang istri yang sekarang mulai terbiasa menggunakan aku dan kamu dibanding elo dan gua...

Yang membuat sang suami mencelos adalah secobek sambal yang ia tahu sangat pedas itu...

"mBeb...." Katanya menghiba...

"Katanya... Hik... Katanya kamu sayang... Hik hik… Sayang sama aku" Kata sang istri mendadak terisak...

"I... Iya mBeb... Aku sayang, mBeb...." Katanya sambil buru buru mengupas mangga muda itu, dan pasrah ketika sang istri yang kembali sumringah dan menyendok sambal dengan mangga itu dan menjejalkannya ke mulut sang suami yang langsung megap megap kepedasan...

****

"mBeb....!" Kata sang lelaki dengan nada panik... "Cara biar stimulasi persalinan bukan kaya gini juga kali.....!!!!!"

Sang istri terkikik geli sebelum dengan lihai menarik rem tangan, memutar stir, dan tidak melepas gas...

"Pelan mBeb... Pelan... PELAAAAANNNN!!!!" Teriaknya ketakutan

Dan mobil itu dengan mulus membuat figure 8 untuk kesekian kalinya...

*****

Epilogue...

"Iya bu... Dorong... Dede nya sudah kelihatan… kata sang dokter

"AAARRRGGGGHHHH!!!!! ANJENG LO NTOOOT!!!!! AWAS KALO ELO SAMPE NGGA SAYANG SAMA ANAK ELO SENDIRI.!!!! GUA BUNUH LO...!!!!!" Raung Febri sambil mengedan...

"ADADAAAH!!!! ADADAAAAHHHH!!!! ADDDDAAAAAAWWWWW!!!! JANGAN KENCENG KENCENG GIGITNYA, MBEEEEEBBBB!!!!" Teriak Gatot karena istrinya menarik tangannya dan menggigitnya sekuat tenaga, sambil memberi dorongan terakhir...

Hoeee... Hoeeeeee

"mBeb... Lihat mBeb... Anak kita udah...."

"mBeb.... mBeb... tidak... Tidak... MBEEEEEEB!!!!!" Raung Gatot, memeluk istrinya yang matanya terus terpejam...

Air mata mengalir deras di pipi sang lelaki…

"Apaan sih nTot.... Gua cuma pengen tidur sebentar..."

Mendadak terdengar suara sang istri, lirih karena masih lemas...

"Ngga segampang itu elo nyingkirin gua buat nyari istri baru, nTot..." Ujar sang istri dengan senyuman jahilnya, sebelum kembali beristirahat...

Wajah Gatot merah karena malu, bagaikan udang rebus... Terutama karena kikik para perawat senior, dokter, dan kedua iparnya yang memandang tingkah keduanya...

Sementara bayi kecil itu terus menangis sebelum di bawa untuk dibersihkan...

Bayi yang sangat sangat beruntung....

End...

 
Entah kenapa, sebagian dari cerita ini mirip ky cerita temen gua cewek yg pernah cerita ke gw.

Rasanya jadi benci, penasaran, kagum dan yang paling parah udah tamat aja
 
bagus ceritanya.......... memang hukum di negara kita suka ngga jelas, apalagi kalau uang dimainkan wkwkwkwwk
 
Bimabet
bagus ceritanya.......... memang hukum di negara kita suka ngga jelas, apalagi kalau uang dimainkan wkwkwkwwk
Thanks bro...
Senang bisa menghibur..
Kenyataan memang terkadang pahit,😟
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd