Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Fenny (a tribute, a fanfic, a spin-off) [Tamat]

WARNING!

* Part kali ini di buat tanpa ada maksud untuk mendiskreditkan suku, atau ras tertentu. So Readers Discretion Is Advised
* Part ini mungkin juga terlalu sadis dan menjijikkan bagi sebagian readers. Kalau type cerita seperti ini tidak sesuai dengan selera bro/sis, silahkan di skip.
* Part ini hanya elaborasi imaginasi saya, jika ada ketidak sesuaian dengan kenyataan sehari-hari, mohon dimaklumi.

Without further ado....

*****


Enough (?)



Dari ke tujuh orang bawahan Erick yang juga ikut menikmati tubuhnya secara rutin, mungkin Pak Kadir yang bisa dibilang memang yang paling membenci dirinya.


Sepertinya lelaki paruh baya itu memang mempunyai kebencian tersendiri terhadap kaum keturunan yang berasal dari negeri tirai bambu seperti dirinya. Kebencian yang ditumpahkan melalui hinaan rasis yang diterimanya, bahkan perlakuan yang sedikit lebih kasar dibanding teman-temannya yang lain yang juga rutin menikmati tubuh mudanya itu.


Itu juga yang membuat kini Fenny sedikit merasa sangat tidak nyaman demi mengetahui kalau bukan Erick atau setidaknya Pandu atau Toni yang datang menjemputnya dari sekolah..


“Kenape muka lo kaya gitu, hah?” Tanya pak Kadir dengan suara keras, mengejutkan sang gadis yang langsung menggelengkan kepalanya pelan dan menunduk, tak berani memandang ke arah supir tua itu.

“Lo pikir, elo itu penting, hah!?” katanya lagi kasar, “Jangan kege-eran”

“Lo tau ngga? Elo itu masih kalah cantik sama peliharan Erick yang lain” ujar Pak Kadir yang terus merendahkan harga diri Fenny

“Elo juga bukan satu-satunya perek amoy yang dijadiin peliharan sama kita-kita”

“Elo itu cuma kebeneran aja jadi perek yang paling muda yang pernah kita pake….”

“Inget, elo itu bakal tambah tua…. Elo pikir kita-kita ngga bakal cari memek yang masih seger, hah? Yang memeknya belom mulai melar kaya memek leo?”


Fenny menundukkan kepalanya, air matanya mengalir tak henti-hentinya mendengar semua penghinaan, pelecehan yang keluar dari mulut lelaki tua itu.

Hatinya yang sebelumnya sedikit berbunga karena Erick, walaupun betapa sadis lelaki itu menyakiti tubuhnya, menyetubuhinya dengan brutal, namun ia merasa kalau perhatian lelaki itu sedikit lebih kepadanya.

Namun, semua ucapan Pak Kadir padanya kembali menghujam dirinya ke dasar jurang kehinaan…

Apa yang diucapkan lelaki tua itu benar….

Sudah berapa banyak korban yang mereka pakai, sebelum mereka menjebak dirinya untuk menjadi sex toys mereka…

Dan bukan tidak mungkin jika suatu hari Erick memang akan mencari korban lain dan meninggalkannya di kontrakan, cuma sekedar jadi pelampiasan di waktu senggang.


“Makanya, elo jangan sok kecantikan…. Elo itu ngga ada apa-apanya. Cuma pecun, Amoy! Gua udah pernah di ajak Erick ke Singkawang dan asal elo tau aja, ya, Amoy di Singkawang banyak yang jauh lebih cantik dari elo, tau!”

“Elo itu bangsa penjajah, yang emang pantes buat dihina. Cuih!” Kata Pak Kadir dengan kasar sambil meludahi wajah Fenny yang tertunduk, meremasi tangannya sendiri.


“Kenapa!? Elo mau marah?! Mau ngadu sama Erick!?” Bentak Pak Kadir lagi demi melihat sang gadis mengangkat wajahnya dan menatap penuh emosi ke arahnya.

“Erick lagi ngga di sini! Dia lagi pergi ke luar negeri! Mungkin lagi seneng-seneng sama perek bule yang body mya jauh lebih sexy dari body elo!” katanya lagi sambil menatap tajam ke mata sang gadis yang akhirnya memilih membuang muka sambil menangis menyadari kalau ucapan lelaki tua itu bisa saja terjadi….


Seharusnya dia senang kalau Erick akhirnya bosan padanya, karena mungkin saja pada akhirnya Ia akan melepasakan dirinya…

Namun entah kenapa, ada sedikit rasa sedih di hatinya, rasa tidak terima kalau ia harus dicampakkan begitu saja oleh Erick….

Ia tak peduli dengan tujuh orang bawahan Erick….

Tapi kenapa Erick juga ingin mencampakkan dirinya…..


“Harusnya elo seneng kalau kita-kita bosen sama elo… Elo jadi mulai bisa jual memek elo demi duit… ngga jadi lonte gratisan terus….” Lanjut lelaki tua itu yang terus menerus melecehkan harga diri sang gadis, yang terus menerus memandang ke luar jendela dengan air mata yang berlinang.


“Lumayan, kan memek sama pantat elo yang masih lumayan rapet itu…. Elo kan Amoy, otak elo kan pasti otak bisnis…. Sama kaya otak Babe ama Nyak elo yang lebih mentingin bisnis dibanding anaknya, sampe ngga tau kalau anaknya udah jadi lonte gratisan….. Jadi daripada di gratisin, mending memek ama pantat elo dijadiin modal bisnis aja…. Pasti Babe ama Nyak lu bangga lihat anaknya ada bakat bisnis… Lagian, Elo ngga perlu ngeluarin modal buat usaha model begini, tinggal ngangkang doang, duit langsung dateng….” Hina Pak Kadir tanpa henti.


“Pak! Tolong! Gua bukan lonte! Gua bukan Pelacur! Kalian yang maksa gua! Yang bikin gua jadi begini!” Sergah Fenny keras tak bisa lagi menahan amarahnya, dengan suara yang masih bergetar karena menahan airmata yang tak hentinya mengalir.

****


Decit ban mobil yang mendadak dihetikan mendadak di jalan, yang untungnya sepi itu, membuat sang gadis terkejut dan tersentak ke depan. Dadanya sakit tertekan seatbelt.


“Aaaawwwww….. Sakiiit…..!”

Fenny menjerit tertahan ketika Pak Kadir mendadak meremas payudaranya, yang walau tertutup bra, tetap saja membuat putingnya yang mengenakan piercing, hadiah dari Erick terasa sakit.


Dan mata sang gadis membelalak, ngeri dan ketakutan ketika dengan cepat lelaki tua itu menjepit tongue piercingnya dan menariknya hingga Fenny merasa kalau lidahnya akan sobek kalau ia tak menjulurkan lidahnya mengikuti tarikan jari lelaki paruh baya itu.


“Elo bentak gua sekali lagi, gua tarik anting elo, biar lidah elo sobek. Biar Elo cacad sekalian! Mau Lo?!” Bentak

Pak Kadir dengan kasar sambil tetap meremas payudara Fenny dengan kasar dan menarik tongue piercing sang gadis, yang membuat kepala gadis malang itu terpaksa ikut maju, demi menjaga agar jangan sampai lidahnya yang sudah disfigured oleh piercing itu, semakin cacad karena sobek.


“Haaaanggppuuungg paaakkhh…. Haaaammppuunnggg….” Hiba Fenny sambil menahan sakit di lidahnya akibat tarikan lelaki tua itu di tounge piercing nya, liurnya menetes-netes ke luar mulutnya yang tak berani dikatupkannya. Air matanya kini bercampur antara emosi dan sakit yang dideritanya.


Sang gadis terbatuk-batuk ketika akhirnya lelaki tua itu melepas lidahnya yang terasa perih dan sedikit berasa amis darah.


Namun tak berhenti di situ. Lelaki paruh baya itu langsung menjambak rambut Fenny dan menggoyang goyang kepala sang gadis dengan kasar.


“Denger, Pecun! Sekali lagi Elo ngelawan, gua bakal bawa lagi elo ke bedeng! Biar elo nemenin temen Lonte elo jadi pondasi! Ngarti!” Bentak lelaki itu sambil membenturkan kepala Fenny ke sandaran kursi, yang membuat pändangan sang gadis berkunang-kunang karena kerasnya benturan di kepalanya.


Fenny merasa sangat ketakutan, terutama melihat tatapan mata buas pak Kadir yang memang tak akan berfikir panjang untuk membuatnya cacad atau membunuhnya tanpa pikir panjang. Tubuhnya bergetar seperti anak kecil yang ketakutan….


Erick….. Elo di mana….. Gua takut…..

*****


Mobil itu kembali melaju dengan lebih cepat karena emosi supir tua yang belum lagi reda itu.


Entah berapa lama mereka berkendara…. Hari sudah mulai senja….

****


“Turun, Lo Perek!” Bentak pak Kadir sambil menjambak rambut sang gadis, setelah mobil itu berhenti di sebuah kawasan kumuh dan jorok di bedeng pinggiran kali, di bawah jembatan.


“Ampun… Ampun Pak….. Fenny minta maaf….. Fenny ngga akan ngelawan bapak lagi…. Please….. Jangan bawa Fen ke sini… Please….” hiba sang gadis sambil meronta melawan tarikan supir tua yang ternyata masih cukup bertenaga untuk menarik gadis remaja mungil itu ke sebuah gubug yang terbuat dari campuran bilik bambu, tripleks dan kardus bekas.


“Ngelawan lu, ya!” Bentak supir tua itu…


Plaaaak!


Tamparan keras di pipi sang gadis membuatnya terhuyung. Sudut bibirnya berdarah…. Kini dirinya terseok-seok mengikuti tarikan kasar sang supir tua yang kemudian menyibakkan terpal plastik penutup “pintu” gubug dan kemudian mendorong Fenny hingga terjerembab di lantai tanah gubuk yang sangat kotor, kumuh, dan bau itu.


Gerombolan tikus bercicitan sambil berlarian tak tentu arah, mengenai, melintasi, melalui tubuh sang gadis yang tersungkur di sana, mencoba menghindari invasi dua manusia yang masuk ke dalam gubug yang sudah menjadi sarang mereka.

****


Lantai tanah yang kini menodai rok sekolah, serta paha putih, mulus sang gadis, berupa tanah merah yang lembab dan bacek akibat rembesan air hujan maupun rembesan air yang beraroma busuk karena tak jauh dari gubug itu, terdapat tumpukan sampah yang meninggi, tanda kalau lokasi itu sering dijadikan tempat pembuangan sementara.


Tangan Fenny yang mencoba bangkit kini harus ternoda tanah yang jauh lebih kotor dari jembatan penyebrangan, lebih kotor dari bedeng para kuli….


Namun belum lagi sang gadis bisa berdiri, supir tua itu mendorong rusuk Fenny yang dalam posisi merangkak dengan kakinya, hingga sang gadis tersungkur ke atas selembar kasur lipat tipis yang sudah sangat kumal, dekil, bau apek dan sobek-sobek di banyak bagiannya.


Gerombolan kecoak langsung berlarian seakan merubung tubuh gadis yang dengan panik mengibas-ngibaskan tangannya untuk menghalau mahluk-mahluk kecil, geli, dan menjijikkan itu.


“Bangun!” Bentak sang supir tua yang kini duduk di sebuah kursi plastik usang yang ada di dalam gubug itu.


Dengan tubuh bergetar karena takut dan melahan geli ditubuhnya akibat dirubung tikus dan kecoak tadi, Fenny memaksakan dirinya untuk bangkit dan berdiri di samping kasur usang itu.


Matanya membeliak menatap sebuah belati komando yang entah sejak kapan berada di genggaman supir tua yang nampak makin bengis itu.


“Buka.” Perintah supir tua itu sambil mengayun-ayunkan belati itu.


Fenny terdiam mematung, ia benar-benar ketakutan…..

****


Sang gadis terkesiap. Pak kadir mendadak bangkit dan bergerak cepat menghimpitnya ke dinding gubug kotor itu.


Nafasnya seakan terhenti ketika baja belati itu diselipkan sang supir tua ke balik seragamnya. Dan dengan satu tarikan cepat, belati itu merobek seragam sekolah sang gadis.


“Elo udah bosen hidup, hah?!” Kata supir tua itu sambil menyelipkan bagian belakang belati ke belahan vagina sang gadis yang tertutup celana dalam.


Jantungnya seakan berhenti berdetak demi merasakan dinginnya ujung tajam baja belati itu merobek celana dalamnya dan menelusup ke dalam vaginanya.


“Elo mau memek elo gua entot sama belati ini, hah?”ancam sang supir dengan nada dingin di telinga sang gadis yang kini menutup mata dan menggeleng-gelengkan kepalanya, ketakutan. Terlebih ketika ia berasa punggung belati yang untungnya tumpul itu menekan clitorisnya.


“Kamu mau nurut, Lonte nakal?!” Tanya sang supir lagi yang kembali diikuti anggukan terpaksa dari sang gadis.

“Bagus…. Sekarang mending elo lepasin semua kaen yang ada di badan elo, atau gua sayat-sayat elo pelan-pelan, terus gua siram luka elo pake asam. Dan gua bakal tungguin elo mati kesiksa, pelan…. pelan….” Kata supir biadab itu sambil mundur dan kembali duduk di kursi plastik usang yang berderak ketika dibebani pantat lelaki itu.


Erick….. Elo di mana……

*****


“Nah…. Bangsa penjajah kaya elo memang harusnya dibikin seperti ini, hehehe…” Hina sang supir yang menyaksikan bagaimana tubuh bergetar sang gadis perlahan menanggalkan seragamnya yang sudah sobek itu, lalu dengan perlahan meurunkan zipper rok nya


Dengan tubuh bergetar, Fenny menanggalkan kait bra nya, menjatuhkan pelindung dadanya ke tanah, lalu kemudian meloloskan lapisan pelindung terakhir tubuhnya….


“Body elo emang oke, Moy…. Putih mengkilat…. Pasti laku keras kalau di jual, hehehe” leceh pak Kadir yang membuat telinga sang gadis memerah….


“Kenapa lo? Mau protes lagi, hah?!” Kata sang supir dengan kasar demi melihat Fenny melirik ke arahnya dengan pandangan tak suka…

“Sekarang gua tanya sama elo…. Emang elo masih ngerasa kalau elo itu cewek baik-baik?”


Fenny mengangguk pelan menjawab pertanyaan supir tua itu.


“Hahahaha… Sekarang jawab gua, Perek…. Apa ada cewek baik-baik yang toket sama lidahnya ditindik?”


“Gua…. gua… dipaksa….” Jawabnya lirih, menundukkan kepalanya ke arah lantai, suaranya nampak ragu….


“Erick maksa elo buat terus make ‘tu tindik? Dia ngelarang elo buat lepasin ‘tu tindik waktu elo di sekolah?”


Perkataan itu membuat sang gadis tercekat…..


Gua cuma mau, pas ketemu, elo pake piercing lo….


Cuma itu pesan Erick padanya…. Lelaki itu sama sekali tak menyuruhnya untuk memakai piercing, terutama yang di lidahnya 24/7….

Tapi entah kenapa….. Ia sama sekali tak punya keinginan untuk melepas piercing di puting payudaranya, bahkan yang ada di lidahnya…


Jujur…. Setiap ia melihat tubuh telanjangnya di depan cermin di kamar, maupun di kamar mandi, Fenny merasa kalau dirinya menjadi lebih sexy, lebih sensual….

Tak jarang tangannya malah menainkan kedua tindik di puting payudaranya, sehingga meneyebabkan birahinya memuncak, meninggi….


Dan tak jarang ia mengelus pusarnya….

Berharap Erick bersedia memasangkan satu piercing lagi di sana


Dan sensasi stud logam di lidahnya….


Ia teringat bagaimana wajah Erick yang nampak makin bergairah merasakan hisapan penisnya di mulutnya, ditambah sengan sensai stud yang berada di lidahnya yang meelus kulit penis sang lelaki yang menjadi sangat sensitive ketika terangsang itu.


Sang gadis menelan ludah. Ia membayangkan saat Erick menyetubuhinya dengan brutal…. memainkan piercingnya...


Tanpa disadarinya, perlakuan Erick sudah merubah dirinya. Lelaki itu mengeluaran sisi lain dari dalam dirinya, sisi yang selama ini terkurung dalam sosok gadis alim, pendiam, tertutup…


Sensasi itu yang menyebabkan Fenny memilih untuk tidak melepas piercingnya, terutama yang berada di lidahnya meskipun ia berada dia area sekolah.


Sifat introvert nya membuat dirinya tak memiliki banyak teman, dan kalaupun mereka berkumpul. Teman-teman sang gadis sudah “hafal” sifat pendiam sang gadis, yang jika bisa tersenyum saja sudah merupakan pencapaian sendiri bagi mereka.


Dan dengan system belajar yang lebih bersifat comprehensive dan mandiri, para guru tak terlalu sering meminta dirinya untuk menjawab pertanyaan maupun menjelaskan sebuah persoalan.


She choose not to remove those piercings…. She’s changed….

*****


Tawa menyebalkan itu menyadarkan Fenny dari lamunanya….

“Memek elo sampe basah begitu, Moy…. Elo sange ya? Hahaha… Sekali lonte, tetap lonte” hina supir tua itu demi melihat vagina sang gadis yang nampak lembab.


Supir tua itu bangkit sambil mengayun-ayunkan belatinya mendekati Fenny yang terdiam ketakutan.


Nafas sang gadis seakan terhenti.


Lelaki tua itu menempelkan belati itu ke pipi Fenny lalu perlahan merayapkan baja dingin itu ke arah bibir sang gadis, yang bergetar hebat karena rasa ngeri, terlebih ketika ujung belati itu kini menempel di bibirnya yang begetar.


“Gua benci ama kaum elo, Moy…. Kalian hidup enak di negeri orang, bikin orang-orang pribumi sekedar kacung buat elo…..” Kata lelaki itu sambil mengoleskan baja dingin itu ke sebelah pipi sang gadis yang lainnya…

Ia lalu menjalarkan belati itu ke leher sang gadis yang nampak ketakutan dengan badan gemetar.

“Kalian seharusnya ngga berhak nikmatin hidup mewah di negeri ini… Kalian itu parasit…” Kata lelaki itu lagi sambil memainkan belati itu di kedua belahan payudara sang gadis….


Ia mengeluskan bilah baja dingin belati itu tepat di pangkal payudara sang gadis yang sekal dan ranum, walau tidak besar itu..


“Gua bisa bikin elo jadi ngga sempurna” katanya sambil mengangkat bilah itu ke atas, menekan payudara sang gadis yang dadanya berdetak kencang demi merasa bilah itu mulai menyakiti kulit payudaranya…..


“Tapi buat sekarang, gua bakal bikin elo bayar semua uang yang udah elo ambil dari kaum gua pake badan elo… “ Katanya sambil menekan ujung belati itu ke puting payudara kanan sang gadis….


“Kalau elo nurut, gua mungkin akan biarin badan elo tetap utuh…. Tapi kalau ngga….”


“Ngghhh… Ampuuun…..” Kata Fenny dengan suara lirih, bergetar, ketakutan, ketika ujung belati itu ditekan sedikit lebih dalam hingga menusuk ujung putingnya hingga mengeluarkan setetes darah….


“Sekarang elo tunggu di kasur…. Jangan coba-coba kabur. Gua gorok memek elo!” kata pak Kadir dengan keras sambil memunguti seluruh pakaian yang dikenakan Fenny dan membawanya ke luar gubug.


Fenny terduduk di atas kasur lipat dengan nafas tersengal-sengal karena kengerian yang diterimanya dari lelaki tua yang memang nampak begitu benci pada dirinya.

Dengan melawan gatal di sekujur tubuhnya akibat kondisi kasur yang sangat tidak layak, akhirnya sang gadis jatuh tertidur...

****


Siraman air di wajahnya membuat Fenny tergagap dan bangun dari tidurnya.


Sang gadis terkejut….


Ia beringsut mundur sampai tertahan di dinding gubug… Ia melihat pak Kadir datang dengan seorang yang sangat kumuh dan dekil….


“Wuiiihhhh, beneran nih bang…. Ini lontenya?” kata lelaki kumuh itu dengan pandangan liar dan tak percaya, Fenny dapat melihat jakun lelaki itu naik-turun menahan nafsu.


“Bener… lu mau kagak?” kata pak Pardi tanpa memperdulikan perasaan sang gadis yang meringkuk di sudut gubug.


“Mau lah, Bang… Lonte amoy abg gini, siapa juga yang kagak mau…. Tapi…. Apa bener harganya segitu? Saya ngga sanggup kalao ternyata bayarannya nanti mahal….”


“Beneeer… Ni lonte lagi cuci gudang…. Makanya dia lagi kasih diskon gede-gedean buat lobang-lobangnya…. ”


Air mata sang gadis mengalir deras…. Ia tak menyangka kalau pak Kadir tega menjual tubuhnya untuk dinikmati orang-orang yang kumuh itu….

Perlakuannya benar-benar menjatuhkan dirinya ke dasar paling bawah dari harga dirinya…

Lebih menyakitkan dari gelombang perkosaan yang selama ini pernah diterimanya, lebih perih dari gelombang siksaan fisik yang menderanya….


Fenny melihat bagaimana lelaki kumal itu dengan tergesa merogoh semua kantung di pakaiannya, mengumpulkan lembaran uang kertas lecek dan uang-uang logam yang ada padanya….


“Nih, Bang…. Cuma ada lima rebu….. “ katanya sedikit kesal karena tak bisa menemukan kepingan uang lain….


“Ya udah… kalao gitu elo ngga boleh ngetot boolnya… selain itu, bebas…” kata pak Kadir sambil mengambil uang yang diserahkan orang itu kepadanya….


Fenny merasa ngeri ketika lelaki itu kemudian mendekati dirinya sambil mulai menelanjangi dirinya sendiri…

Aroma tak sedap menyeruak ke dalam rongga hidung sang gadis….. Jelas lelaki itu belum mandi sudah sejak kapan.

Fenny meronta-ronta menahan lelaki kumal yang memeluknya dan berusaha mencium bibirnya dengan mulut yang aromanya membuat sang gadis menjadi mual….


Plaaaak…….!


“Brengsek lu, ya!” maki lelaki itu sambil kembali menampar wajah Fenny, kesal dengan penolajkan sang gadis yang terus meronta dalam pelukannya.

“Gua udah bayar badan elo, anj*ng! Elo harus layanin gua!” Katanya sambil mencubit puting Fenny yang terbuka ketika sang gadis berusaha melindungi wajahnya dari tamparan sang lelaki…


Sang gadis menjerit kesakitan. Putingnya dipuntir keras hingga darah kembali menetes dari sela-sela piercingnya.


“Ampun…. Ampunn…. Sakiit…. Iyah…. Iyah…. Gua layanin… gua layanin…” Keluh Fenny sambil menggengam tangan lelaki yang masih memuntir precingnya sambil menjambak rambutnya.


“Dasar b*bi, lo.… Cuih!” maki lelaki kumal itu sambil menghempas Fenny ke kasur. Lalu beranjak ke luar gubug.


Fenny yang meringkuk kesakitan di kasur, sayup bisa mendengar kedua lelaki itu berbicara di luar gubug.


Pak Kadir masuk dan menghampiri Fenny, berlutut di samping sang gadis dan menjambak rambutnya…


“Elo masih mau idup?!” kata lelaki itu sambil memaksa Fenny membuka mulutnya dan memainkan belatinya di dalam mulut sang gadis….


“Elo mau gua bikin bibir elo cacad?!” Katanya sambil menarik belati itu ke sudut bibir sang gadis yang matanya membelalak ketakutan…


“Sekarang elo ke luar, minta maaf sama tuh bapak…. Dia itu tamu elo, pelanggan pertama elo…. Elo layanin sebaik mungkin…. Jangan remehin dia…. Dia bela-belain ngasih uangnya buat ngebayar elo…. Hargain sedikit!” kata sang supir yang membuat seolah Fenny adalah seorang gadis yang tidak tahu berterimakasih atas pertolongan orang yang iba kepadanya.

****


Fenny terjerembab di hadapan lelaki kumal itu karena dorongan kaki pak Kadir di pantatnya.

“Ayo…. minta maaf!” perintahnya tegas…

Fenny merangkak dan kemudian berlutut di hadapan lelaki kumal itu....

“Maafin Fenny Pak…. Fenny udah ngga sopan sama bapak…. Ngga tau terimakasih karena bapak udah baik sama Fenny….” katanya lirih…


“Dasar ngga tau diuntung!!” sergah lelaki itu kasar…. “Masih mending gua mau bayar buat memek bekas elo…. Bang Kadir udah ngasih tau gua semua petualangan elo, gua sebenernya nyesel ngeluarin duit buat elo…. Memek udah bekas banci aja masih mau dianggap memek perawan!’ Hina lelaki itu lagi yang membuat kepala Fenny semakin memunduk….


“Maafin Fenny Pak…. Biar Fenny perbaiki kesalahan Fenny…. Fenny akan layani bapak sebaik mungkin pak…. “ Kata sang gadis perlahan demi agar lelaki itu tak jadi pergi dan membuat pak Kadir semakin murka….


“Oke…. Tapi gua mau bool elo sebagai kompensasi….” kata lelaki itu lagi.


“Iya pak… bapak boleh pake pantat Fenny buat muasin bapak….” katanya lagi yang diikuuti kekeh kemenangan lelaki kumal yang kembali masuk ke dalam gubug.


Sesaat sebelum sang gadis masuk, pak Kadir mencekal lengannya…

“Lo udah bikin rugi gua…. Utang elo nambah lima rebu…. Sekarang elo layanin tamu elo. Gua mau cari tamu lain buat elo….”


Jantung sang gadis seakan berhenti berdetak…..


Berapa banyak orang yang harus ia layani?.....


Erick….. Elo di mana…..?

****


Perlahan Fenny mendekati lelaki yang rebahan di kasur kumal itu, telanjang….

Sang gadis bisa melihat penis lelaki itu langsung ereksi melihat tubuh ranum khas anak smu yang kini tersaji polos di hadapannya.

Perlahan, dengan menahan rasa mual akibat aroma tubuh lelaki itu, tangan sang gadis menggenggam penis lelaki itu dan mulai mengocoknya….


“Anjiiir…. Halus bener kulit elo, Moy…. ngga rugi gua bayar elo lima rfebu perak, hehehe…..” kata lelaki itu sambil menikmati lembutnya kocokan tangan Fenny di penisnya….

“Ayo… Sepong kontol gua, Moy…. gua pengen ngerasain mulut amoy kaya elo di kontol gua….” katanya lagi..


Sang gadis menghela nafas, lalu perlahan membuka mulutnya….


Sang lelaki mendesis kenikmatan ketika lidah sang gadis mulai menjilati seluruh daki yang berada di permukaan kulit penisnya. Termasuk kerak-kerak putih yang berada di bawah kepala penisnya

Sensasi tambahan yang diberikan piercing stud yang ada di lidah sang gadis membuat lelaki itu makin kelojotan menahan nikmat….


“Elo emang perek sejati…. Moy….” Leceh lelaki itu sambil mengulurkan tangannya dan meremas payudara Fenny, dan memuntir-muntir puting sang gadis…

“Toked sama lidah elo ditindik gitu…. Elo emang biasa julanan, ya?” hinanya lagi yang tak digubris oleh sang gadis yang lebih memilih mengoral dan mengocok penis kotor itu, berharap sang selaki segera berejakulasi….


“Balik Moy…. Gua mau makan memek elo!” perintahnya…

Fenny dengan terpaksa mengikuti kemauan lelaki itu dan menempatkan vagina ranyumnya tepat di atas wajah lelaki itu sementara ia kembali memanjakan penis lelaki itu dengan kelembutan tangan, kelembutan lidahnya, kehangatan rongga mulutnya.


“Memek elo gurih, Moy…. pantat elo juga montok banget….” Ujar lelaki itu disela sela kesibukannya meremas dan menampari pantat sang gadis, serta serbuan jilatan lidahnya di vagina sang gadis, sambil sesekali menghujamkan jemarinya yang kotor ke dalam vagina sang gadis yang hanya bisa meliuk lemah seakan tidak rela kalau bagian tubuhnya yang seharusnya sangat pribadi itu dipermainkan seenaknya seperti sekarang ini.


“Sekarang, entot gua….” perintah lelaki itu sambil menampar keras pantat Fenny yang kemudian membalik tubhnya hingga mengangkang di hadapan lelaki kumal itu. Perlahan lengan sang gadis membimbing penis yang sudah basah dengan liurnya itu e mulut vaginanya, lalu dengan perlahan Fenny menurunkan tubuhnya, membiarkan penis nista itu menikmati kehangatan rongga vaginanya.


Lelaki itu meracau nikmat ketika Fenny kini ulai menggoyangkan pinggulnya memutar, naik turun….

“Gillaaaaa… goyangan leo matep banget Moy….. Elo udah lama ngelonte, ya?!” leceh lelaki itu sambil meremas pinggul sang gadis…

“Jawab woy kalau ditanya!” katanya lagi sambil menampar payudara Fenny yang berguncang seirama dengan tubuhnya yang sedang bergoyang di atas tubuh lelaki itu…


“Aduh… ampun….. Iyah…. Fen udah lama sering maen ama cowo….” kata sang gadis dengan tetap tidak mengakui kalau dirinya adalah lonte sebagaimana yang ingin didengar lelaki itu. Namun ternyata jawaban itu saja sudah bisa membuat lelaki kumal itu tertawa senang…


“Ternyata emang bener…. Amoy kaya elo itu laper sama kontol…. Hahahaha…. Masih abg aja udah ngelonte…. Sekarang nungging lo….!” katanya sambil mendorong Fenny hingga terjengkang, lalu membalik tubuh sang gadis ke posisi merangkak…


“Aduuuhhh… pelan… sssshhhh…. Perihhh…. Auuugghhhh” desah Fenny ketika lelaki itu dengan kasar menyentakkan penisnya ke dalam lubang anusnya dan langsung menyodominya dengan kasar.


“Amoy kaya elo harus ngerasain artinya sakit…. Artinya sengsara….” kata lelaki itu sambil dengan semakin kasar menyodomi anus sang gadis, dan bergantian dengan menyetubuhi vaginanya dengan brutal…


Untuk kesekian kalinya Fenny harus memohon ketika dirinya merasakan kalau penis lelaki itu berdenyut makin cepat, penisnya mengeras, sodokannya semakin kasar…. Namun semuanya sia-sia….

Untuk kesekian kalinya dalam hidupnya, vaginanya diisi oleh sperma lelaki yang setengah berharap kalau mereka bisa menghamili gadis keturunan abg sperti dirinya.


Buat mereka, adalah sebuah kebanggan untuk bisa memperoleh keturunan dari gadis cantik, terpelajar seperti dirinya, dan juga tujuan mereka adalah untuk melecehkan sang gadis lebih rendah lagi dengan kehamilan yang tak diinginkan, dari laki-laki yang sangat tidak sepadan untuk dirinya….


Fenny harusnya berterima kasih pada Erick, karena implant itu berfungsi dengan normal….

****


Sang gadis menggelesot lemas ketika melihat pak Kadir datang dan membawa lelaki lain yang tak kalah dekil, kusam dan bau untuk ia layani…

Yang membuatnya tambah sakit hati, supir tua itu seakan sengaja menarik bayaran langsung di depan matanya, agar ia bisa tau kalau tubuhnya memang sudah dijual….


Lima ribu tanpa anus…. Sepuluh ribu dengan anus….


Fenny kembali harus melayani “tamu demi tamu” yang dibawa pak Kadir ke gubug itu.

Walaupun saat ini dirinya tidak digangbang, namun tetap saja, melayani banyak lelaki secara marathon, membuat sang gadis lemas. Tenaganya terkuras….


Ercik….. Erick….. Erick….


Sang gadis terus menerus membayangkan ketika lelaki itu sedang menyetubuhinya…..


Ia membayangkan Erick mengasarinya, membayangkan lelaki itu meremas lehernya, menyakitinya. Ia membayangkan lelaki itu menyodominya, menyetubuhinya dengan brutal…


Sang gadis membayangkan kalau penis yang sedang dimanjakan oleh mulutnya ialah penis sang lelaki….

Dan ia juga membayangkan kalau saat ini, lidahnya sedang menjelajahi setiap sudut kulit sang lelaki….


Karena itu satu-satunya cara ia bisa nampak seakan menikmati penis-penis nista yang menikmati tubuhnya…


Erick… Erick… Erick…

****


Disaat seorang lelaki lain, yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya, sedang asyik menikmati tubuhnya ketika hari sudah mulai malam, mendadak kilatan cahaya terang memenuhi gubug itu….


Lelaki yang sedang menyetubuhinya kaget dan langsung berlari ke luar menerobos rombongan orang yang masuk membawa senter besar.


Fenny tergagap, matanya silau oleh cahaya senter, juga blitz yang menyala bertubi-tubi. Refleks ia menutup wajahnya dan meringkuk untuk menutupi ketelanjangannya.


“Ini dia pelacurnya…!” ujar suara seorang perempuan berseragam yang sepertinya adalah pimpinan rombongan itu.

“Cepat tahan, jangan sampai dia kabur!” perintahnya lagi yang langsung dijalankan oleh beberapa perempuan berseragam lainnya, yang langsung mencekal lengan Fenny dan memaksa sang gadis berdiri, sebelum menelikung tangannya ke belakang punggung.


Fenny merasa sangat terhina dan tak berdaya…. Kedua perempuan berseragam yang mencekal lengannya sengaja menarik rambut sang gadis hingga tak bisa menundukkan kepalanya. Air matanya mengalir deras karena bisa melihat kilatan blitz yang seakan tak berhenti menyinari wajahnya, tubuh telanjangnya, vagina dan anusnya yang masih belepotan sperma…


Ketika mereka menggiringnya ke luar gubug, ia tak mendapati pak Kadir…. Sepertinya lelaki itu sudah terlebih dahulu kabur menyelamatkan diri…

Atau mungkin ia yang sengaja menelepon satpol pp untuk menggerebegnya...


Dan kilatan lampu kamera dan kilatan blitz membuat sang gadis sadar….


Hidupnya sudah berakhir….


Erick mungkin saja mengancamnya untuk tidak menyebarkan rekaman pemerkosaannya, dan bahkan ketika fotonya disebar melalui Ivana, jati dirinya tetap terjaga.


Namun kini….

****


Para perempuan berseragam itu seakan tak punya belas kasihan pada sang gadis yang memohon-mohon agar setidaknya diijinkan untuk menutupi ketelanjangannya ketika mereka mengaraknya menuju mobil dengan bak tebuka yang sudah dimodifikasi untuk membawa anggota atau tawanan. Di tengah riuh cemooh, caci maki, "warga kolong jembatan yang merasa wajar kalau sang gadis di arak bugil seperti itu.


“Alaaah… ngapain malu…. Elo udah teanjang dari tadi….” hina seorang dari perempuan berseragam itu sambil mendorong Fenny agar berjalan lebih cepat. Karena kini lemparan sayur dan telur busuk mulai beterbangan menyerbu mereka.


“Iya, waktu elo ngangkang telanjang tadi, elo ngga mau, kan?” hina perempuan lainnya sembari mereka menaikkan Fenny secara paksa ke kursi belakang di bak mobil.


Dan mobilpun melaju seakan mengarak tubuh telanjang Fenny melewati malam yang dingin menuju kantor satpol PP


Fenny merasa dunianya sudah berakhir….

****


Di kator satpol PP, Fenny masih harus menerima kilatan lampu blitz maupun cahaya recording device beberapa orang yang nampak seperti “pencari berita”. Sang gadis sama sekali tak berdaya untuk menutupi ketelanjangannya karena kini tangannya terborgol ke belakang tubuhnya sementara tangannya di cekal kedua petugas tadi, dan seorang dari mereka malah sengaja menjambak rambut sang gadis agar raut wajahnya dapat terekam jelas oleh mereka.


Setelah borgolnya di lepas di dalam ruang periksa, Fenny dengan berat hati membubuhkan sidik jarinya serta merelakan untuk sekali lagi berdiri telanjang menghadap ke arah kamera, juga berdiri menyamping…


Her mugshots ….


Fenny terduduk lesu di depan meja periksa di hadapan seorang petugas satpol pp yang tadi ikut dalam rombongan yang menangkapnya. Petugas itu nampak mengaktifkan pc di hadapannya siap mengetik semua data dirinya, sementara sang komandan perempuan berjalan hilir mudik di belakangnya memegang sebuah baton.


Sementara itu di belakang sang gadis, suitan, siulan, kalimat vulgar tak senonoh keluar dari para tahanan yang ada di sana…


“Wuiihhhh lonte amoooy….”

“Masih abg, bro…..”

Seger bener…..”

“Memek ama boolnya masih rapet kayanya bro…”

“Edaaan… tuh memek sama bool bisa penuh peju begitu…. Udah ngelonte sama berapa orang, Moy?”

“Bu… kalau udah diinetrogasi, lontenya buat kita-kita ya… Lumayan buat nemenin malem dingin-dingin, hahahaha…


Fenny makin tertunduk mendengar itu semua dan berharap kalau dirinya tak sampai diumpankan ke para tahanan itu.


“Nama!” Tanya petugas itu dengan nada ketus.

“Fenny….” jawab sang gadis lirih….

“Alamat!”

Dengan airmata berlinang Fenny menyebutkan alamatnya, termasuk nama kedua orang tuanya…

Pikirannya kacau…. Bagaimana kalau sampai orang tuanya tau kalau sekarang ia ada di kantor satpoll pp, telanjang bulat, dengan tuduhan prostitusi….


Apakah mereka akan percaya kalau ia dipaksa melakukan itu semua?

Apakah mereka masih akan mengakuinya anak….


Papiiii…..

*****


Sang komandan mengangkat dagu Fenny dengan baton nya…

“Berapa lama elo udah ngelonte?” tanya nya sambol menyentak pipi sang gadis dengan batonnya.

“Saya… saya bukan lonte…..” Kata Fenny terbata…


Sang komandan melempar kepingan uang logam dan uang kertas kumal ke arah Fenny yang tertunduk…

“Elo dibayar, Perek!” Bentaknya “Itu uang hasil elo ngelonte!” katanya sambil menampar pipi sang gadis.


“Mulai kapan elo ngelonte!” bentaknya lagi sambil menyodok payudara Fenny dengan batonnya….


“Ke…. Kelas X….” kata sang gadis lirih, putus asa….


“Kecil-kecil udah ngelonte…. Padahal elo anak orang kaya” Kata sang komandan sambil memandang alamat yang tertera di berkas laporan yang diketik anak buahnya….

“Apa elo ngga kasian sama emak bapak elo? Ngelonte di bawah jembatan? Apa yang elo cari, hah? Kontol di memek lacur elo?” Hina sang komandan….

“Gimana kalau saya telepon orang tua kamu sekarang….” katanya sambil mengangkat telepon


“Ampun…. Ampuuun…. Jangan, Bu… Tolong... Jangan…..” Kata Fenny sambil berlutut, bersimpuh di kaki sang komandan yang langsung menedang sang gadis hingga terjengkang di lantai ruang pemeriksaan...


“Kenapa? Elo malu? Kenapa malu? Waktu elo ngangkang di entot di gubug elo ngga malu…” Hina sang komandan

“Waktu elo telanjang bulat, elo ngga malu…. Waktu elo jual memek elo, elo ngga malu…. Kalau elo perlu kontol…. Itu… di sel banyak kontol yang perlu dipuasin sama elo….” lanjutnya yang langsung di sambut riuh para tahanan di dalam sel….


Fenny meringkuk di lantai, menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya….


“Bangun!” Bentak sang komandan sambil menginjak paha Fenny.


Sang gadis perlahan bangkit dan berdiri di dekat meja periksa….


“Kamu ngobat?” tanya sang komandan…. Yang dijawab dengan gelengan lemah sang gadis.

“Kalian udah periksa apa dia bawa narkoba?” Tanya sang komandan lagi sambil melihat ke arah dua anggotanya yang berada di sana.


“Siap menunggu perintah komandan” kata mereka sambil berdri dengan sikap sempurna.


“Baik, kita periksa lonte ini, siapa tahu dia nyembunyiin narkoba.” katanya sambil memerintahkan ke dua anggotanya tersebut untuk mencekal Fenny dan menelungkupkan sang gadis di atas meja….

****


Fenny bingung… bagaimana mungkin mereka menuduhnya membawa narkoba sementara dirinya telanjang bulat….

“Tidak… tidak… please… saya ngga bawa narkona, bu… please… aaagghhhh……”

Sang gadis menjerit keras. Punggung sang gadis melenting. Tangannya yang ditahan oleh dua anggota satpol pp, membuatnya tak bisa bangun dari meja itu.


Sang komandan menyodok anusnya dengan sebuah baton dan mendorongnya dalam, dan memutar-mutar tongkat itu dalam rectumnya.


“Please... . Please… saya ngga bawa…. Nggaaaaaahhhhhh!”


Kembali sang gadis menjerit ketika sang komandan menyodok vagina sang gadis dengan baton, dan dengan kasar menyodok-nyodok liang vagina sang gadis yang tertelungkup tertahan di atas meja.


“Aaauuuugghhh… Ampuuunn… Sakiiitttttt!” Mohon sang gadis mengiba ketika sang komandan dengan brutal menyodok nyodok ke dua batin di anus dan vaginanya dengan kasar…


Sang komandan menekan baton di vagina Fenny ke bawah, hingga clitoris nya tertekan ke meja, sambil terus menyodoki vagina dan anus sang gadis dengan baton, hingga akhirnya sang gadis tak lagi bisa bertahan, dan….


“Ngghhh… nggaaaakk… Ngggaaaakkk.. Nyyyyyaaaaaaghhhhh….”

Tanpa bisa ditahannya, tubuh yang kembali menghianatinya, meledakkan orgasme yang tak bisa dilawannya.


Sorak tawa, riuh, kalimat vulgar, kata-kata melecehkan terdengar membahana dari balik ruang tahanan


“Ngga ada obat…. Perek ini bersih….” kata sang komandan sambil menyodok ke dua batonnya dalam dalam, sampai mentok di vagina sang gadis dan di dalam anusnya.


Ke dua petugas tadi melepaskan cekalan mereka di tangan sang gadis yang langsung menggelosor tak berdaya ke sisi meja.

****


Sang gadis menggeletar ketika ke dua baton itu dicabut paksa dari anus dan vaginanya lalu kembali didudukkan paksa di kursi pemeriksaan.


“Berapa bayaran kamu, hah?” Tanya sang komandan lagi sambil duduk di atas meja di hadapan Fenny, membersihkan ke dua bton tadi dari bekas-bekas kebrutalan di vagina dan anus sang gadis, dan dengan kasar menginjakkan bootnya di vagina sang gadis, membuatnya meringis menahan sakit….


“Jawab!” bentak sang komandan sambil menekan bootnya lebih keras sehingga sang gadis kembali menjerit menahan sakit….


“Li…. Lima ribu rupiah tanpa main belakang…. Sepuluh ribu…. Sepuasnya…..” Kata sang gadis lirih dengan airmata berlinang karena terpaksa menyebutkan harga yang sangat tidak manusiawi….


“Semurah itu? Tanpa kondom? Buang di dalem? Kamu perek tapi ******, ya!” Hina sang komandan sambil menggesek-gesek bootnya di vagina sang gadis.


“Kalian punya uang?” Tanya sang komandan pada gerombolan tahanan di dalam sel…


Fenny panik, apa komandan itu akan menjual tubuhnya ke kumpulan tahanan itu? Fenny memandang panik ke arah para tahanan….

Ia teringat kebrutalan para kuli di bedeng itu…..

Ia bisa mati…..


“Haduh… kalian ini parah!” maki sang komandan ketika gumam kesal, tak jelas, keluar dari balik terali besi…


“Ya udah… Heh Perek, elo beruntung, mereka ngga pada punya uang….” Kata sang komandan sambil berdiri dan merogoh saku celananya.

“Kamu bilang sepuluh ribu buat semua lobang, tanpa kecuali, siapapun orangnya?” Katanya sambil mengibaskan selembar uang sepuluh ribu lecek dari celana dinasnya.


Sang gadis mengangguk lemah sebelum melenguh, dan meringis ketika sang komandan menjejalkan uang itu ke dalam vaginanya….

Setidaknya ia hanya harus melayani satu orang tahanan…

****


Tidak…. Tidak mungkin…..


Fenny membelalakkan matanya, lalu menatap tak percaya kepada sang komandan. Matanya mengiba dengan sangat, air matanya berlinang.


Sang komandan memerintahkan dua angotanya yang kini dengan ekspresi jijik, mengeluarkan seseorang dari sebuah sel terpisah.


“Kamu udah dibayar! Kamu harus layanin dia, atau kamu aku lempar ke dalam sel!” Ancam sang komandan yang membuat Fenny seakan memakan buah simalakama…


Sang komandan tersenyum senang melihat akhirnya sang gadis dengan langkah perlahan mendekati tahanan yang masih dicekal oleh kedua anggota satpol pp dengan wajah menahan jijik.


Bagaimana tidak… Tahanan itu adalah orang gila, dengan tubuh setengah telanjang, rambut gimbal, badan berbau busuk, sangat berdaki, kotor, sangat tak terurus….

****


Dengan manahan mual dan jijik, Fenny berlutut, membungkuk di depan orang gila yang kini direbahkan dan ditahan di lantai oleh kedua petugas satpol itu. Sang gadis kemudian mengeluarkan penis berbau busuk milik orang gila itu, lalu dengan diiringi hinaan, cemoohan, kalimat yang melecehkan dari para tahanan, sang gadis memasukkan penis kotor itu kedalam mulutnya dan mulai mengoral penis itu sambil sesekali mengocoknya.


Fenny merasa mual setengah mati, penis itu benar-benar berbau busuk, sudah jelas kalau orang gila itu tidak memebersihkan dirinya sampai mungkin berbulan bulan. Namun ketika ia menyangka kalau ia tidak akan direndahkan lebih jauh lagi….


Komandan itu menjambak rambut Fenny hingga sang gadis terangkat dan melepas penis orang gila itu dari mulutnya.


“Masukin kontolnya ke pantat elo…. Inget… sepuluh ribu… Pantat!” katanya sambil memposisikan pinggul sang gadis di atas penis orang gila yang berdiri tegak mengacung itu.


Sambil mengeluh, Fenny mengarahkan penis itu ke lubang anusnya lalu perlahan mendorong tubuhnya sehingga penis orang gila itu tertanam di dalam rectumya yang masih terasa perih akibat sodokan kasar baton di lubang anusnya tadi…


“Cium dong tamunya… masa tamu ngga dicium….” hina sang komandan sambil menekan punggung sang gadis hingga wajahnya berada begitu dekat dengan wajah burk rupa sang orang gila dengan aroma mulut berbau busuk, dan gigi kekuningan yang telah rusak itu.


“Anjiiirrr…. Orang gila juga dilayanin….”

“Parah banget tuh perek…..”

“Jijik gua jadinya…..”:

“Najis…. Hueeek… cuih”


Air mata sang gadis berlinang, ia kini sedang memagut bibir dan memainkan lidahnya di mulut orang gila yang sesekali terkekeh-kekeh merasakan kenikmatan yang diberikan sang gadis.


Hinaan, pelecehan itu makin datang bertubi-tubi...


“Masukin ke memek elo… dan jangan dicabut sampe dia mejuhin memek lacur kamu….!” perintah sang komandan lagi yang kini dengan berat hati dilakukan Fenny…


“Mana desahan nya?! Masa kamu diem aja kaya gedebog pisang?! Goyang yang hot, dong... Masa gitu sama pelanggan…. Memek kamu udah dibayar lho...” hina sang komandan lagi merendahkan harga diri sang gadis….


Erick…. Erick…. Erick….


Fenny membayangkan kalau ia kini berada di atas tubuh Erick…. Bergerak liar memuaskan lelaki itu…. Memberikan tubuhnya untuk kepuasan lelaki itu….


Para tahanan kembali melongo sambil mengocok penis mereka sendiri demi melihat sang gadis kini seakan menikmati persetubuhan itu, bagaimana tubuhnya meliuk-liuk, pinggulnya bergerak ritmis, bagaimana ia meremasi payudaranya sendiri…. Bahkan para petugas satpol pp itupun kini wajahnya bersemu merah menahan birahi melihat bagaimana gadis itu trance dalam persetubuhan itu….

****


“Kamu memang bener-bener pelacur…” Kata sang komandan dengan nada dingin demi melihat Fenny yang terkejang-kejang orgasme di atas tubuh orang gila yang baru saja mendepositkan spermanya ke dalam vagina sang gadis.


Mendengar itu Fenny kembali menagis tersedu-sedu dan meringkuk di lantai ruang pemeriksaan sementara orang gila itu dimasukkan kembali ke dalam sel nya.


Komandan itu kemudian menginjak pinggul sang gadis dengan boot nya dan berkata pada para tahanan di dalam sel….


“Kalian masih mau pake memek bekas orang gila ini?”


“Jijik bu…. Males saya makenya…”

“Ngga bu, ah… najis…. Jadi ngga nafsu….”

“Cuih… ogah….! Bekas orang gila…”


Fenny semakin meringkukkan tubuhnya, dan menangis tersedu-sedu demi mengetahui dirinya kini sudah sangat tidak ada harganya walau sedikitpun…

Dan akhirnyaa, didera kelelahan mental dan fisik seperti itu…. Sang gadis akhirnya kehilangan kesadaran

****


“Cuih….. Kalau elo mau bunuh gua, bunuh aja…. Gua udah muak pura-pura… Gua udah puas ngehancurin perek kesayangan elo….” Kata lelaki paruh baya yang berlutut di tengah kepungan tujuh orang lelaki.

Tubuhnya babak belur penuh luka hajaran, hidungnya patah, mata kananya pecah….


Lelaki di hadapannya menarik sebuah M&P9 M2.0 9mm S&W dengan silencer di ujungnya, dan tanpa banyak bicara menarik pelatuknya dan membuat otak lelaki itu berhamburan.


“Du… Ton…. Ikut gua…. Kalian… Bersih…. Tanpa Jejak.” Katanya memberi perintah yang dijawab dengan anggukan oleh keenam orang itu.


****

Pintu sel gelap di mana gadis itu ditempatkan berdecit membuka.

Sesosok tubuh menghampiri sang gadis yang masih belum sadarkan diri…


“Poor little thing….” Kata sosok itu pelan sambil membungkus Fenny dengan selimut tebal lalu menggendong sang gadis, dan membawanya keluar dari dalam sel...


“Ton…. Bawa dia ke apartment…. Aku sama Pandu nyusul….” Kata lelaki itu sambil menyerahkan tubuh lunglai Fenny ke gendongan Toni lalu bersama Pandu beranjak menemui komandan satpol pp dan dua anggotanya yang nampak ketakutan….


“Ma…. Maaf…. Kadir bilang ini perintah bapak…..” kata sang komandan dengan suara bergetar….


Lelaki yang kini duduk di ujung meja itu memiliki aura yang sangat menakutkan….

“Urusan sama pemburu berita sudah beres….” Kata Pandu yang datang menghampiri lelaki yang masih diam sambil mengayun-ayunkan pistolnya. Lalu memandang ke arah dua anggota satpol pp yang membeku ketakutan….


“Aku sudah baik sama kalian….” Kata lelaki itu datar sambil mengarahkan mulut pistol itu ke arah kedua anggota itu bergantian….

“Aku kasih kalian pekerjaan ini supaya kalian bisa membantu perempuan lain yang juga pernah ngelonte seperti kalian…. Tapi sekarang…. Aku kecewa….”


“Ma…. Maaf…. Kami…. Kami…. “ jawab seorang anggita satpol pp tergagap….


“Kalian cemburu…. “ Kata lelaki itu dingin…


“Ma… maaf….. Kami akan lakukan apapun…. Tolong… jangan bunuh kami….”


Lelaki itu memandang ke arah sel para tahanan yang nampak terdiam melihat sosok yang penuh otoritas itu…


“Baiklah…. Sekarang…. Telanjang…..” Perintahnya sambil memainkan pistolnya ke arah dua perempuan yang mengigil ketakutan….


Desing peluru yang tak begitu kentara melintas tepat di antara kepala ke dua perempuan itu membuat mereka terkesiap dan dengan bergegas menelanjangi diri mereka….


Lelaki itu lalu mengambil kunci sel dari sang komandan yang memeberikannya dengan tangan bergetar….


“Selamat bersenang-senang….” Katanya pada para tahanan sambil mendorong dua gadis yang kini ketakutan melihat tatapan buas para tahanan yang langsung menarik tubuh mereka dan melampiaskan birrahi mereka yang tertahan sejak tadi….

Teriakan minta ampun, erangan kesakitan, jerit tertahan, terdengar silih berganti dari dalam sel itu ditingkahi suara bentakan, tamparan, kalimat vulgar yang begitu riuh.


“Sekali lagi kamu seperti ini…. Kamu yang akan ngelayanin orang gila itu….” Kata sang lelaki pelan di telinga komandan pol pp yang gemetar ketakutan.


Lelaki itu meletakkan kunci itu di meja dan berlalu dari ruangan itu….


“Jangan lepasin mereka sampai lusa…. Aku tau kantormu besok libur….” Kata lelaki itu yang semakin membuat sang komandan ketakutan menyadari kalau lelaki itu memiliki jaringan informasi yang sangat kuat.

****


Fenny terjaga dari mimpi buruk yang menghantuinya….

Sang gadis memandang ke arah langit-langit kamar, mengatur nafasnya yang seakan baru saja berlari puluhan kilometer…. Air matanya mengalir, namun tak ada suara tangis maupun sedu-sedan yang keluar dari bibirnya.


Erick duduk terdiam di balik kursi kecil di dalam kamar itu ketika ia melihat sang gadis perlahan bangkit dari pembaringan.


Suasana kamar yang memang dibuat gelap oleh Erick, dengan hanya mengandalkan cahaya rembulan yang menyorot ke dalam kamar, membuat suasana dalam kamar itu memiliki aura mistis…..


Sinar rembulan yang temaram menyinari tubuh sang gadis yang berjalan menghampirinya, tanpa berusaha menutupi ketelanjangannya....


Lelaki itu sekilas dapat melihat wajah Fenny yang tanpa ekpresi dan tatapan yang kosong…. Tanda begitu hebatnya beban mental yang dialaminya…..

****


Sang gadis bersujud di hadapan sang lelaki, dengan tubuh yang direndahkan ke lantai dan tangan yang terulur ke depan, kedua telapak tangan mengarah ke atas.


Suara sang gadis yang bergetar terasa begitu dingin, dalam, seakan datang dari tempat yang sangat jauh….


“Kamu boleh memperkosaku…. Melecehkan aku…. Menyiksaku…. Kamu boleh melemparku ke orang orang yang seharusnya tidak berhak menikmati aku…. Tapi aku mohon padamu…. Demi segala sesuatu yang masih kamu anggap suci…. Aku memohon kepadamu…. Dengar permohonanku… Jangan jadikan aku pelacur…. Aku bukan pelacur….. Jika kau mau memenuhi permohonanku…. Aku bersumpah padamu…. Hidupku… Milikmu….”


Erick terdiam…. Rasa dingin merayapi tubuhnya demi mendengar permohonan sang gadis….


Perlahan ia menurunkan tubuhnya dan meraih tangan sang gadis, membimbingnya bangkit untuk duduk dipangkuannya.


Fenny merebahkan wajahnya ke dada sang lelaki yang merengkuhnya lembut. Airmatanya mengalir untuk kesekian kalinya


Tangan kiri sang lelaki mengamit tangan kiri sang gadis, menggenggam telapak tangannya, lalu….


Kelingking kiri mereka saling bertautan….


Erat….

****


Mentari sudah meninggi ketika Fenny kembali terbangun dari istirahatnya setelah ia menumpahkan seluruh isi hatinya kepada Erick….

Ia tak mendapati lelaki itu berada di dalam kamar…


Sang gadis bangkit. Menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya… Ia berjalan ke arah meja teh di dekat jendela apartment yang belum pernah di datanginya sebelumnya.

Ada secarik kertas di sana….


Fenny membaca pesan yang tertulis di sana….


Aku pemenuhi janjiku sama kamu…

Sekarang pilihan ada di tangan kamu….

Leave…. Or Stay….

Your life, Your choice, Your decision…. You decide….


Erick
 
Thx suhu, cm gemes di 2 hal, itu si supir enak bgt lgsg mati ditembak, hrsnya diiris2 dan disiran asam, ditunggu mati pelan2, kedua si ketua satpol pp nua kok gak diapa2in? Endingnya sih bs nubue tebak suhu, semoga stlh ini suhu bikin lg cerita2 gini seperti di blog suhu dulu. Thx
 
Thx suhu, cm gemes di 2 hal, itu si supir enak bgt lgsg mati ditembak, hrsnya diiris2 dan disiran asam, ditunggu mati pelan2, kedua si ketua satpol pp nua kok gak diapa2in? Endingnya sih bs nubue tebak suhu, semoga stlh ini suhu bikin lg cerita2 gini seperti di blog suhu dulu. Thx

Sama-sama Bro...
Well, kalaupun ada cerita, mungkin ngga akan sebrutal di blog..... di toned down sedikit, haha
 
Sama-sama Bro...
Well, kalaupun ada cerita, mungkin ngga akan sebrutal di blog..... di toned down sedikit, haha
dibrutalin aja hu..banyak dah yg suka brutal2 disini.. :D

btw, blognya masih bisa dibuka kok :pandapeace:
 
Terakhir diubah:
Bro, boleh request nerusin cerita yang lain gak? yg sudah terbengkalai tapi sayang buat di lupakan :) :)
 
dibrutalin aja hu..banyak dah yg suka brutal2 disini.. :D

btw, blognya masih bisa dibuka kok :pandapeace:

Hahaha... brutalnya di sini kan masih ada rules nya...
Oh ya? mnasih bisa dibuka, ya? saya malah ngga tau, haha...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd