Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Part 10: Chances

IMG-20181101-011652-tile.jpg


Tehehehehe.
Mirip ya judul partnya seperti part sebelumnya.
Kalian mengharap apa?
Iya, iya nanti akan aku ceritakan.
Tapi sekarang,...

"Kalian kenapa ngeliatin gue kayak gitu sih?" tanyaku pada Shani dan yang lainnya yang daritadi melihatku sambil senyum-senyum.

Sebagai catatan ya, 'lainnya' yang kumaksud adalah Shania, Stefi, Vanka, dan Okta.
Ya, mereka semua ada dirumahku saat ini. Mau ada urusan apa coba?
Kalau duo baper sih emang hampir setiap hari kesini ya.
Kalau Shania sih tumben-tumbenan, dia memang sengaja datang karena diminta oleh Shani untuk membantunya memasak. Sungguh senang hati ini saat melihat mereka akur tadi, terasa seperti memiliki dua,... Hehehe.
Nah, kalau Stefi ini yang aku masih bingung. Apa jangan-jangan dia ingin minta jatah?
Dan anehnya sekarang mereka semua terlihat akur sekarang. Entah apa yang sudah Shani katakan pada mereka, tapi sepertinya mereka sekarang tidak terlalu mempermasalahkan hubungan ku dengan Gracia. Atau belum ya?

Gracia nya kemana?
Masih diatas. Biasalah cewek harus dandan yang lama dulu kalau mau jalan, dan dalam kasus Gracia yang membuat lama adalah alisnya. Ya tidak apa-apa lah ya, dia kan mau jalan denganku.
Oh iya, aku lupa bilang. Hari ini aku dan Gracia akan jalan-jalan. Lagi. Karena sebelumnya sempat terganggu oleh kehadiran,... Yah, kalian tahu lah ya.

"Kok pake nanya sih?" tanya Shani. "Ini kita lagi memahami definisi dari 'diem aja ganteng'. Masa masih harus dijelasin lagi" tambahnya.

"Itu kan kata-kata aku kemarin, Shan" balasku. "Kok dibalikin lagi"

"Oh iya. Kemaren kamu bilang 'diem aja cantik' ke Gracia ya" sindir Shani.

"Kak Ian ternyata punya maksud tersembunyi ya milih Gracia sebagai oshinya" kata Vanka.

"Oohhh,... jadi gitu?" tambah Okta.

Shania hanya diam sambil memberi tatapan dingin ke arahku.

Mendingan gue diomelin daripada cuma didiemin sambil dilihatin kayak gitu, batinku.
Ini Shania lho yang lagi ngeliatin.

Sedangkan Stefi. Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Entah dia melakukan itu karena melihat tingkah teman-temannya atau bermaksud untuk menyindirku juga.

Kayaknya keadaan gue mulai terpojokkan sekarang, batinku.

Padahal soal aku yang pacaran dengan Gracia kan rencananya Shani. Sama Gracia sih. Mungkin.

Seseorang! Siapapun! Tolong keluarkan aku dari situasi ini!!
Gre, cepet turun dong, batinku.

"Lo gimana sih? Kenapa ngebiarin aja Adrian pacaran sama Gracia?" tanya Shania mengomeli Shani.

"Itu namanya rencana dalam rencana" balas Shani santai. "Dipikir aku bakal diem aja? Nerima gitu aja soal jadwal-jadwalan itu?" tambahnya.

Kok mereka ribut lagi ya?, pikirku.

"Inget ya, Adrian itu tunangan aku" kata Shani menegaskan.

"Iya. Kan gue udah bilang, jadwal-jadwal itu bisa dibatalin kalo gue udah punya pacar kan" sahutku.

"Diem lo!!" bentak Shania.

Gak usah nge-gas mbak.
Kenapa gue yang dibentak juga, batinku.

"J-Jangan ribut dong" selaku. "Akur kayak tadi lho, kan enak gue ngeliatnya"

"Gue bilang diem!!" bentak Shania lagi.

Iya, iya. Gue diem, batinku.

"Seneng karena berasa kayak punya dua istri ya" sindir Stefi.

Stef, jangan mulai deh, batinku.

"Tapi,... kenapa Gracia sih?" tanya Stefi lagi.

Mau apa sih nih anak, pikirku.

"Soalnya Gracia itu oshinya Adrian, jadi Adrian pasti nurut sama Gracia" jawab Shani. "Jadi rencana kita bisa tetep jalan"

Rencana mereka..?
Rencana ap- Oh!
Pura-pura gak tau aja deh, batinku.

"Tapi yakin, ci? Adrian bakal pacaran doang sama Gracia?" tanya Okta. "Agama kan gak ngelarang buat poligami" tambahnya. "Lagian tadi dia juga udah nyindir-nyindir soal..."

Yang nyindir Stefi, bukan gue woi, batinku.

"Agama emang gak ngelarang" balasku. "Tapi,.."

"Kenapa kamu ngeliatin aku kayak gitu?" tanya Shani yang menyadari tatapan penuh harap yang kuberikan padanya.

Tapi Shani kayaknya ngelarang, batinku melanjutkan kalimatku yang sempat menggantung tadi.

"Diliatin aja gak mau" balasku. "Ya udah, aku ngeliatin yang lain aja ya" ancamku setengah bercanda.

Vanka dan Okta langsung mengangkat tangan seperti mengajukan diri untuk 'dilihat' olehku. Sedangkan Stefi hanya diam sambil memberikan senyuman terbaiknya padaku.

Manis banget sih senyumannya itu, batinku.

Lalu Shania?
Dia malah membuang muka menghadap kearah lain, seakan tidak peduli engan apa yang kukatakan tadi. Tapi aku yakin dalam hatinya dia berharap kalau aku melihat ke arahnya.

"Adrian...."

"Hehehe. Bercanda, Shan" kataku. "Lagian, poligami itu emang boleh. Tapi, itupun kalo mampu, sedangkan gue saat ini gak mampu"

Tidak mampu bukan berarti dari segi materi saja ya. Ya, meskipun hartaku juga pas-pasan sih.
Tidak mampu bisa juga dilihat dari keadilan. Bisa tidak bersikap adil kepada mereka.
Yah, jadi ketahuan kan maksud dari judul ceritanya.

"Belum" tambahku.

"Hei!!" bentak Shani.

Belum mampu?
Tapi kalau soal materi bisa dicari.
Kalau seandainya perasaanku pada Shani bisa diuangkan, mungkin aku sudah menjadi milyarder. Belum lagi ditambah dengan parasaanku pada Gracia.
Eh, tunggu. Memangnya apa perasaanku pada Gracia?
Ya sudahlah. nanti saja dipikirkan lagi.

Atau,... besok gue ikut judi online aja kali ya? Siapa tau menang, bisa jadi kayak gue, batinku.
Nah, kalau sudah menang. Uangnya buat,... Hehehe.
Ya gak lah, masa pake uang hasil judi. Itupun juga kalo menang.
Eh, tapi,...
Kalo pake firasat kira-kira peluang menangnya bisa lebih besar gak ya?

Berarti tinggal soal keadilan saja.
Seiring berjalannya waktu, aku pasti mampu melakukannya.
Tapi kalau pada akhirnya tetap tidak mampu, malah bisa-bisa mampus gue, batinku.

"Hehehe. Berarti kak Ian sekarang pawangnya tiga ya" kata Vanka. "Kak Shania, ci Shani sama Gracia"

Ngomong apa sih nih anak, batinku.

"Pawang?" tanya Okta.

"Ya kan kak Ian nurut sama tiga orang itu" jawab Vanka.

Perasaan enggak juga deh, batinku.
Sama Shani doang kan.

"Ian nurut sama gue?" kata Shania tiba-tiba. "Kalo dia nurut, kita udah pacaran"

"Ya enggak lah" bantahku. "Jadi pacar atau jadi budak harus nurut"

Shania jadi terdiam karena perkataanku.

"Tapi aku masih bingung" kata Stefi tiba-tiba.

Sepertinya hari ini Stefi jadi lebih cerewet dari biasanya.

"Kenapa harus Gracia sih, ci?" tanya Stefi lagi.

Tunggu, apa mungkin,...
Jangan bilang kalau dia sudah mulai,...
Apakah Stefi sudah mulai menginginkan 'sesuatu yang lebih' dariku?

"Gak mungkin alasannya cuma karna Gracia itu oshinya Adrian" kata Stefi lagi yang sepertinya mulai curiga.

"Sebenernya ada alasan lain" balas Shani. "Tapi itu biar jadi rahasia antara aku sama Gracia" tambahnya.

Shania dan yang lain langsung melihat kearah Shani dengan curiga.

"Sama Adrian juga" ralat Shani.

Woi, apa-apa'an?!
Aku saja masih sedikit bingung dengan keadaan ini.
Kenapa aku disangkut pautkan juga?, pikirku.

Tuh kan, sekarang Shania dan yang lainnya beralih menatap curiga kearahku.

"Udah udah" terdengar sebuah suara dari arah tangga.

Aduh, Gre. Makasih udah nyelametin gue dari situasi aneh tadi, batinku.

Dan,... lo kok kelihatan cantik banget sih hari ini, pikirku.

Harusnya itu yang aku katakan

Tapi berhubung aku harus 'adil', jadi aku tidak bisa mengatakannya didepan Shani dan yang lainnya.

1528778227648.jpg


"Kalian ini pasangan macam apa sih?" tanya Shania tiba-tiba.

Maksudnya?

"Yang cewek dari atas sampe bawah pake warna ungu, yang cowok dari atas sampe bawah pake warna merah" sindir Shania. "Kalian kayak cabe-cabean sama terong-terongan, tapi warnanya ketuker" tambahnya.

"Sambel terong couple" sindir Okta.

Apa'an sih! Perasaan celana gue warna item deh, batinku.

Kaos ku juga sepertinya tidak berwarna merah, hanya jaketku yang berwarna merah. Jaket MU dong.
Iya, hanya jaket. Dan sepatu,... Kupluk juga sih.

Parah ya gue, kupluk dari Stefi gue pake pas mau pacaran sama cewek lain, batinku.

Eh, tunggu.
Kaos juga warna merah deng.
Iya, kok merah semua ya?, pikirku.

"Pacaran sama Gracia, fashion lo kok jadi gini sih?" tanya Shania kemudian.

Bodo amat lah!!, batinku.

"Ya udah, Gre kita berangkat sekarang aja ya" ajakku.

"Bentar dulu dong kak. Buru-buru amat sih" balas Gracia. "Pengen cepet-cepet 'bebas' ya" tambahnya sambil tersenyum.

"Bebas?" tanya Okta.

Iya, bebas. Bebas dari kecurigaan lo semua, batinku.

"Kak Ads gak mau muji aku dulu?" tanya Gracia tiba-tiba. "Bilang aku cantik atau apa gitu"

"Gak" balasku singkat. "Orang penampilan lo kayak biasanya"

"Iiiihh,.... Kok gitu sih" kata Gracia merajuk. "Padahal kan aku udah dandan susah-susah, lama juga. Cuma buat kak Ads"

"Gak peka banget sih jadi cowok" sindir Okta.

"Ya habis mau gimana lagi? Orang penampilan Gracia emang kayak biasanya. Cantik" kataku.

"Aaaahhh... Kak Ads mah bisaan..." kata Gracia senang lalu menutupi wajahnya yang mulai memerah karena tersipu malu dengan kedua tangan.

"Beruntung banget sih lo, Gre" kata Vanka. "Tukeran sama gue sehari dong" pintanya. "Kak Ian pinter banget sih kalo masalah muji cewek"

"Jangan, Gre!!" sela Okta. "Tukeran sama gue aja"

"Gak mau!! Ini kak Ads aku!!!" tolak Gracia sambil menggandeng lenganku.

"Gracia..." Shani sedikit melotot kearah Gracia.

"Kenapa, ci?" tanya Gracia polos.

"Inget!" Shani berusaha mengingatkan Gracia pada suatu hal.

"Apa?" tanya Gracia lagi.

Shani membalasnya dengan memberikan kode tangan yang aku tidak tahu apa maksudnya.

"Oh. Iya, iya ci. Aku inget kok sama kesepakatan kita" kata Gracia.

Kesepakatan?
Kesepakatan apa lagi ini?
Berapa banyak yang mereka sembunyikan sebenarnya?

"Tapi ci Shan, boleh aku kasih saran gak?" kata Gracia lagi. "Jangan sering marah-marah sama kak Ads, jangan meng'kak Shania'kan diri. Lagian nanti kalo ci Shan suka marah-marah sama kak Ads, nanti nasibnya sama kayak..."

Gracia tidak melanjutkan kalimatnya, dia hanya melirik sebentar kearah Shania.

"Gracia...!!!" teriak Shania yang sepertinya merasa tersindir.

Gracia yang ketakutan langsung berdiri dibelakangku untuk mencari perlindungan.

"Nia, lo kok marah-marah terus sih daritadi?" tanyaku heran. "Sekarang tanggal berapa sih? Lo udah jadwalnya ya?"

"I-Inget ya ci nasihat aku tadi" kata Gracia yang masih sedikit ketakutan. "Kasihan kak Ads juga kalo dimarahin terus" tambahnya.

"Adrian..." teriak Shani.

Kok malah gue yang diteriakin sih sekarang?, batinku.

"Tuh, malah marah-marah lagi" sindir Gracia. "Udah ya tanya jawabnya, aku mau pacaran dulu. Ayo kak" ajaknya kemudian.

"Ya udah ayok. Disini banyak penganggu, gak bisa 'bebas' kita" sindirku pada Shania dan yang lainnya. Shani tidak termasuk ya.

"Buru-buru amat. Oh, jangan-jangan kalian pengen-"

"Eits, Stop! Stop! Stop!" kata Gracia memotong kalimat Vanka. "Maksudnya bebas mesra-mesraan, kan pacaran. Kalo mesra-mesraan disini, gak enak sama ci Shani" terangnya.

Kadang-kadang pinter juga nih anak, batinku.

Banyak menghabiskan waktu bersama denganku jadi ketularan, jadi mulai sedikit cerdas kan. Ya, sedikit sih.
Pokoknya jangan aku yang ketularan dia saja.

"Tapi tenang, mesra-mesraan kami masih ada batesannya kok" kata Gracia lagi. "Emangnya kalian" tuduh Gracia.

"Gre...!!"

"Hehehe, bercanda" balas Gracia cengengesan. "Ci Shani kan gak termasuk, kan masih belum diapa-apain sama kak Ads. Sama kayak aku juga" tambahnya.

Mereka semua langsung menatap ke arahku seperti tidak percaya dengan yang dikatakan Gracia, terutama Shania.
Dan aku juga yakin kalian yang membaca ini juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Gracia tadi.
Lalu apa yang terjadi dikamar Gracia kemarin?
Tenang, nanti akan aku ceritakan. Aku sudah berjanji bukan.

"Kenapa? Kalian gak percaya? Emang bener kok" tanya Gracia. "Saking sayangnya kak Ads sama aku, kak Ads gak tega buat nyakitin aku. Sama kayak kak Ads sayang sama ci Shani" tambahnya seperti sedang berbangga diri sambil senyum-senyum bahagia.

Nah, sekaran kalian semakin penasaran kan.
Jadi apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan Gracia kemarin?
Apakah sesuai dengan yang dikatakan Gracia barusan atau itu hanyalah sebuah kedok?

Ada-ada aja nih anak, batinku sambil mengelus kepalanya.

Gracia seketika tersenyum saat aku mengelus kepalanya.
Aku sangat menyukai reaksinya saat aku mengelus kepalanya seperti saat ini.
Lucu sekali, seperti seekor kucing yang sedang dimanja oleh majikannya.
Tunggu, itu perumpamaan yang sedikit aneh.

Ya, apa yang dikatakan Gracia itu adalah kebenaran. Aku memang tidak akan menyakitinya. Aku berjanji.

"Kak Ads juga bilang katanya mau ngleakuin itu sama aku kalo kita udah nikah" celetuk Gracia tiba-tiba.

Wah mulai ngelantur nih anak. Kapan gue bilang kayak gitu?, batinku.

Gracia sudah mulai masuk kedalam dunianya sendiri. Dunia khayalnya.
Daya khayal yang dimiliki Gracia itu termasuk liar. Salah satu keliaran yang dimiliki Gracia adalah daya khayalnya.
Salah satu. Karena masih ada keliarannya yang lain.

Aku langsung mengeleng-geleng cepat agar Shani,... tapi Shani sepertinya sudah mengerti kalau Gracia hanya berbicara asal. Berarti aku menggeleng agar Shania dan yang lainnya tidak salah paham.

"Perlahan tapi pasti, posisi aku udah mulai sama kayak ci Shani" kata Gracia. "Eh?! Kalo sama kayak ci Shani, berarti aku tunangannya kak Ads ya. Horee.." tambah Gracia sambil bertepuk tangan sendiri.

"Gre, kan kemaren udah aku jelasin" kata Shani mengingatkan. "Kamu gak paham?"

"Aku paham kok, paham banget" jawab Gracia. "Ci Shani cuma takut kan kalo kak Ads aku rebut. Gak usah takut ci, ci Shani tetep jadi nomor satu kok. Aku jadi yang kedua gapapa" tambahnya. "Tapi,... Ya gitu ci, kalo ci Shani sering marah-marah sama kak Ads... bisa-bisa aku yang jadi nomor satu lho"

"Udah, udah. Ngomong lo mulai ngelantur kemana-mana" kataku berusaha mencegah Gracia berbicara semakin ngawur.

"Kenapa sih kak? Bener kan?" tanya Gracia. "Kalian gak usah kaget ya" kata Gracia pada Shania dan yang lainnya.

Firasat ku tidak enak soal apa yang akan dikatakan Gracia sebentar lagi.

"Orang kemaren kak Ads udah ngelamar aku kok" kata Gracia mantap.

Tuh kan, bener lagi firasat gue, batinku.

Shania, Stefi, Okta dan Vanka langsung memasang ekspresi terkejut dan tidak percaya, bahkan mulut mereka sampi menganga.

"Jadi, tinggal 2 tempat tersisa, selamat berjuang ya kalian" kata Gracia pada Shania dan yang lainnya.

2 tempat tersisa..?
EH!!! Apa'an!!, batinku.

"Oh iya, satu lagimmmpphh..."

Aku langsung menutup mulut Gracia sebelum dia berkhayal semakin jauh.

"Puah kak Ads,..." protes Gracia saat berhasil melepaskan tanganku yang menutup mulutnya.

"Udah, Gre udah. Kita berangkat sekarang aja ya" ajakku lagi pada Gracia.

"Tapi aku kan belum selesai pamernya" balas Gracia dengan nada merajuk.

"Pamer?" tanyaku.

"Iya, pamer. Pamer soal kita yang udah pac- tunangan" jawab Gracia.

Nih anak otaknya isinya apa'an sih sebenernya, batinku.

"Pacaran!!!!" sahut Shani seperti tidak terima.

"Ci Shan gak usah cemburu dong" balas Gracia tidak mau kalah.

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

Sepertinya aku harus turun tangan sebelum Shani dan Gracia bertengkar.

"Lo belum resmi jadi tunangan gue, kan belum gue kasih cincin" bisikku pada Gracia. "Lagian kalo kita bilang kita udah tunangan tapi gak ada cincinnya, Shania, Okta sama Thacil bakal minta buat jadwal-jadwalan lagi. Jadi anggep aja kita ini masih pacaran dulu ya" tambahku.

Sial, aku terpaksa mengatakannya.
Entah apa yang ada dipikiran Gracia setelah ini. Tapi yang pasti itu sudah membuatnya berhenti berdebat dengan Shani.

Gracia menatapku sayu berusaha memahami apa yang kubisikkan padanya tadi.

Please jangan jadi lemot, jangan jadi lemot, batinku.

Oh iya!!

"Mendingan mana? Berbagi cuma sama Shani atau berbagi sama mereka semua?" tanyaku pada Gracia masih dengan berbisik.

"Ya udah deh" kata Gracia lirih.

Mungkin dia sudah mengerti. Tapi mungkin juga tidak.
Gracia menatap sinis kearah Shani sambil mengembungkan satu pipinya seperti sedang marah.
Apa mungkin dia berfikir aku membisikkan hal tadi hanya untuk membela Shani?

Baiklah, berarti sekarang tugasku adalah membuatnya kembali ceria.

Repot banget sih hidup gue, batinku.

"Gre,..." panggilku.

Masih dengan mengembungkan sebelah pipinya, Gracia menoleh ke arahku.

"Udah dong gak usah ngambek" kataku. "Mendingan sekarang kita berangkat biar waktu kita buat berduaan makin lama" tambahku.

Gracia langsung menghapus ekspresi ngambeknya dan mengubahnya dengan ekspresi ceria dan kemudian kepalanya mengangguk-angguk dengan cepat beberapa kali.

"Oh, mau kabur?" cegah Shania. "Jelasin dulu, apa maksudnya lo ama Gracia udah tunangan?!!"

"Ci Shani, itu beneran?" tanya Stefi. "Adrian udah ngelamar Gracia kemaren"

"Gak tau! Tanya aja sendiri sama Adrian" balas Shani berusaha cuek dan menghindar untuk menjawab.

"Kak Ian,..." Vanka menuntut penjelasan.

"Tunggu,... tadi Gracia bilang kalo cuma ci Shani sama dia yang belum lo 'apa-apain'. Jadi... maksudnya Stefi,..." kata-kata Okta sedikit menggantung.

Akh,.. Sial!!
Benar juga orang lain yang mengetahui soal hubungan ku dengan Stefi hanyalah Shania.

Mati gue, batinku.

"Adrian!!" Shani setengah berteriak meminta penjelasan padaku.

"Stefi..." sedangkan Okta dan Vanka berusaha meminta penjelasan pada Stefi.

Ya, tentu saja Shania tidak termasuk. Dia kan sudah mengetahui kebenarannya.

Gracia?
Sepertinya dia masih belum connect dengan 'pembahasan baru' ini. Atau,... dia masih terlalu bahagia membayangkan apa yang mungkin bisa kami lakukan berdua sepanjang hari ini?

"Ah,... Itu..."




Sudah berakhir
Wahai sayangku, dimanakah kau?~


Suara HP-ku?
Bukan. Kan sudah ganti.
Lalu darimana asal suara tersebut?

"Eh, ada telfon" kata Stefi sambil mengangkat HP-nya.

Tunggu, itu suara HP Stefi?
Kenapa bunyinya seperti itu?
Apa dia,..

Tunggu, sepertinya ada yang lebih penting daripada hal itu saat ini.
Ekspresi wajah Stefi. Kenapa ekspresi wajahnya seperti terkejut saat melihat ke layar HP-nya? Memangnya siapa yang menelfonnya?

"Stef?" tanya Shani. "Kamu kenapa?"

"G-Ga-Gapapa kok, ci" balas Stefi tergugup lalu melihat ke arahku seperti ketakutan. "A-Aku angkat telfon dulu ya" katanya lagi sambil berjalan sedikit cepat kearah pintu depan.

Firasat ku mengatakan kalau ada hal yang tidak beres disini.
Kenapa Stefi menjauh? Seperti menghindari sesuatu? Menghindari agar pembicaraannya tidak didengar oleh orang lain?
Kenapa dia berniat mengangkat telfon di teras depan? Kenapa tidak disini saja? Kenapa harus diteras depan?
Kenapa ekspresinya tadi seperti itu? Dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Tapi apa?
Dan kenapa pula harus disembunyikan?
Satu hal lagi. Kenapa banyak kata 'kenapa' di paragraf ini?

Aku berjalan perlahan menuju pintu depan menyusul Stefi.

"Adrian..."

"Ssstt..." Dengan menempelkan telunjukku di depan bibirku, aku meminta Shani dan yang lainnya supaya diam sebentar.

Mereka semua langsung mengangguk menurutiku. Hanya Shania yang cuek dan sibuk sendiri mengotak-atik layar HP-nya. Entah apa yang sedang dia lakukan. Ah, sudahlah.
Yang penting sekarang adalah, siapa yang sedang berbicara dengan Stefi di telfon.

Stefi membelakangi pintu sehingga tidak menyadari aku yang sudah berada dibelakangnya.

"Iya, Man iya. Nanti aku sampein ya"

Man?
Maksudnya siapa? Manda?
Dia masih menghubungi Stefi?

"Udah ya, aku gak bisa lam-"

Sebelum Stefi menyelesaikan kalimatnya, aku mengambil HP yang sedang sedang digunakannya.

"Ad-"

"Sst.."

Stefi yang sempat terkaget seketika langsung terdiam saat aku menyuruhnya diam.
Kulihat layar HP-nya yang sedang kupegang sat ini, dan tertera nama Manda disana.
Aku pun langsung mendekatkan HP tersebut ke telingaku.

"Tolong ya, Stef" langsung terdengar suara seseorang. Suara siapa? Siapa lagi? Ya pasti Manda lah.

"Kan kemaren udah gue bilang, jangan nyuruh-nyuruh Stefi lagi!!" kataku.

"A-Adrian?" tanya Manda diseberang telfon.

Aku hanya diam tidak menjawabnya.

"Aku sayang sama kam-"

TUT,.. TUT,... TUT...

Tanpa menunggu Manda menyelesaikan kalimatnya, aku langsung menutup sambungan telfon tersebut.

"Jangan mau lagi kalo disuruh-suruh sama Manda" kataku menasehati Stefi.

Bukannya menjawab, Stefi hanya menundukkan kepalanya.

"Stefi" panggilku. "Paham gak?"

"I-Iya" jawabnya dengan suara pelan.

"Iya apa?" tanyaku.

"Iya. Aku gak akan mau disuruh-suruh Manda lagi" jawabnya lagi dengan suara yang lebih pelan.

"Stefi,..."

Aku sedikit tidak suka dengan jawabannya yang seperti terpaksa itu.

"Iya. Iya. Aku paham kok" balasnya sambil mengembungkan pipinya.

Kok lucu sih, batinku.

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

"Hei, listen to me" kataku padanya sambil memegang dagunya. "Aku gak ngelarang kamu mau bergaul sama siapa, termasuk sama Manda. Tapi tolong jangan mau disuruh-suruh lagi kayak waktu itu. Aku ngelakuin ini demi kebaikan kamu juga" kataku menasehatinya.

Stefi sedikit tersenyum, lalu dia mengangguk pelan.

"Makasih ya" katanya berterimakasih. "Thanks. Thank you for everything"

"Udah yuk, masuk lagi kedalem" ajakku.

"Tunggu" cegah Stefi. "You are not curious what I talked about with Manda?" tawarnya menggodaku.

"Stef, enough! It doesn't need tobe discussed again" balasku. "Tadi kan aku udah bilang, jangan-"

"But Manda said this was the last time" potong Stefi. "Aku gak enak aja kalo gak aku sampein. Please, I promised her"

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

"Ya udah. Apa?" tanyaku akhirnya.

"Manda nitip pesen buat kamu, 'kemaren aku emang sempet kaget sama perlakuan kamu sama dia, tapi itu malah makin ngeyakinin aku kalo emang cuma kamu cowok yang aku sayang' gitu katanya" kata Stefi menyampaikan pesan Manda.

Jadi,...
Soal keputusanku untuk tidak mencium Gracia itu,..
Itu membuatnya semakin mengejar-ngejar diriku?

Tanda-tanda ribut sama si bedebah lagi sih ini, batinku.

Aku kira jika si bedebah itu sudah bersama dengan Manda, hidupku bisa menjadi sedikit lebih tenang. Tapi ternyata,...

"What does she mean?" tanya Stefi tiba-tiba. "Kamu kemaren ketemu sama Manda?"

"Eh,... Iya" jawabku. "2 days ago exactly. Tolong rahasiain dulu dari Shani, aku takutnya dia-"

"Iya aku paham kok" potongnya sebelum aku menyelesaikan permintaanku.

"Yuk masuk" ajakku lagi. "Kalo kelamaan mereka bisa curiga" kataku mengingatkannya.

"Bukannya mereka udah curiga ya?" tanya Stefi sambil tersenyum bermaksud menyindir.

Aku tidak menjawabnya, aku lebih memilih berbalik badan untuk segera masuk kembali kedalam rumah. Lagipula kalau dilihat tetangga, sedikit tidak enak juga. Meskipun sebenarnya aku juga masa bodo jika dibicarakan oleh tetangga.

"Tunggu" cegah Stefi lagi.

"Apa lagi sih, Stef" balasku.

IMG-20180311-023634.jpg


"B-Boleh gak... Boleh gak aku meluk kamu?" tanyanya.

Aku sedikit bingung dengan permintaannya tersebut.

"Kamu udah tunangan sama ci Shani, terus sekarang ditambah pacaran sama Gracia,..." kata-kata Stefi sedikit menggantung. "Aku.... Aku cuma takut kalo waktu kamu buat aku makin dikit . So... for this time, may I hug you?" pintanya.

Sebelum Stefi meminta lagi, aku langsung menarik tubuhnya ke arahku dan mendekapnya. Aku memeluknya dengan cukup erat.

"Aku bilangnya, aku yang meluk kamu... Kok jadi gini?" tanya Stefi.

"Eeehh..." aku sedikit bingung harus membalas apa.

"Gapapa kok, gini juga boleh" kata Stefi sambil membalas pelukanku tak kalah eratnya.

"Satu.. Dua... Tiga...."

Tunggu, apa itu?
Firasat ku kenapa mendadak jadi tidak enak begini.

"Cek! Cek! E'hem!!"

Aku langsung melepaskan pelukanku pada Stefi, Stefi pun juga melakukan hal yang sama.

Shani dan yang lainnya memergoki diriku dan Stefi yang sedang berpelukan.
Mereka menggunakan jurus 'cek cek ehem' milik Gracia, tapi sepertinya si pemilik jurus tidak ikut menggunakan jurus itu tadi.
Gracia hanya memandangiku sambil tersenyum. Senyuman yang memiliki seribu makna, tapi entah kenapa sepertinya maksud dari senyuman itu cukup menakutkan bagiku.

"Ah... Ini..." aku bingung harus dengan cara apa menjelaskan situasi ini.

"Kak Ads, habis seneng-seneng ya" kata Gracia.

"Gre, i-ini gak kayak yang lo pikirin" kataku sedikit panik. "G-Gue bisa jelasin"

"Kak Ads, habis seneng-seneng ya" kata Gracia lagi. Mengulang.

Mati gue, batinku.

"Je-las-in" kata Shani dengan memberikan penekanan pada setiap suku kata yang diucapkannya. "Kalian ada hubungan apa selama ini?!!" tanyanya lagi setengah berteriak.

"Eeeehhh...."

Gue harus jawab apa?
Masa gue harus jujur kalo Stefi itu partner sex gue, batinku.

Melihatku yang sedikit kebingungan, Shani mengalihkan pertanyaan ke Stefi.

"Stefi... Kamu bisa jelasin?" tanya Shani.

"Eeemm.... Itu, ci... Anu..." Stefi sepertinya juga tengah kebingungan.

"Stef, kita harus latihan. Yuk ke theater" ajak Shania pada Stefi tiba-tiba.

"Bu-Bukannya kepagian ya, kak Shan?" tanya Stefi.

"Ayok" ajak Shania lagi sambil mengedipkan sebelah matanya seperti memberi sebuah kode.

"Ah,.. Oh iya. Ayo!" balas Stefi.

Woi, jangan kabur dong, batinku.

Shania langsung tersenyum ke arahku saat Stefi menerima ajakannya.

Kurang ajar lo Nia!!, batinku.

"Aku udah pesen taksi online, bentar lagi sampe kayaknya"

"Permisi... Grab Car atas nama mbak Shania"

"Tuh nyampe" kata Shania. "Sebentar ya, pak" kata Shania setengah berteriak.

Kampret lah! Jadi tadi Shania itu lagi mesen taksi online, batinku.

"Lo harus makasih sama gue habis ini" bisik Shania saat berjakan melewatiku menuju taksi online tersebut.

Makasih apa'an!!, batinku.

Stefi juga berjalan sedikit cepat mengikuti Shania dari belakang. Tapi beberapa saat kemudian Stefi kembali.

Nah, gitu dong. Jangan kabur.

Tunggu, tapi kenapa Stefi malah masuk kedalam rumah?
Tak lama kemudian, Stefi keluar lagi.

"Tas aku ketinggalan" katanya sambil tersenyum kemudian sedikit berlari saat melewatiku.

Gak usah senyum-senyum!, batinku.

Setelah Stefi masuk menyusul Shania kedalam taksi online, tanpa perlu waktu lama taksi online tersebut langsung melaju dan seketika hilang dari pandangan.

"Adrian.. Mau jelasin sesuatu?" kata Shani datar.

"Kak Ads, habis seneng-seneng ya" kata Gracia tiba-tiba. Masih sama seperti yang tadi.

Gre,... lo juga kenapa sih?
Tunggu, aku mendapat sebuah ide.
Sepertinya rencanaku ini tidak begitu buruk.

Aku langsung menarik Gracia ke arahku guna menjalankan rencanaku. Setelah Gracia berada didekatku, aku pun langsung memeluknya dari belakang.
Gracia sepertinya kebingungan dengan apa yang sedang kulakukan. Saat kulihat wajahnya, dia hanya memasang ekspresi seperti anak kecil polos yang tidak tahu apa-apa sambil mengedipkan kedua matanya beberapa kali. Kemudian dia meloleh ke arahku.

"Kalo kamu marah-marah terus,..." kataku sedikit menggantung. "Posisi kamu bisa digantiin Gracia lho, Shan"

Tentu saja aku tidak serius mengatakannya.

"Ah,.. Jangan... Iya. Iya" jawab Shani sedikit panik.

Eh, berhasil?
Ya sudahlah, yang terpenting...
Rencana sukses!!

"Ci Shani jangan lembek gitu" kata Vanka mengingatkan.

"Iya ci, jangan gitu! Harus teges!" tambah Okta. "Tanyain lagi"

Ini duo baper kok malah jadi provokator ya, batinku.

"Ya tapi,... Habisnya aku takut kalo Adrian..." kata Shani lirih.

"Kapan-kapan aku jelasin ya" sahutku.

Sekarang aku harus mikir dulu, gimana cara jelasinnya.

"Gre, ayok" ajakku lalu berjalan sambil menggandeng tangannya.

Tanpa berkata apapun, Gracia langsung menuruti dan mengikutiku berjalan. Otaknya masih belum connect kayaknya.

Setelah berada didekat motorku, aku langsung menaikinya, memakai helm dan kemudian memberikan helm juga kepada Gracia. Tapi bukannya menerima helm, Gracia malah memajukan kepalanya sambil senyum-senyum sendiri.

Huft~
Aku menghela nafas sebentar sebelum kemudian menuruti permintaan Gracia.

Permintaan apa?
Dipakein helm.
Manja banget ya, biarin lah, pacar gue ini.
Eh, pacar? Emang udah ditembak?
Asal mendeklarasikan aja ya.

Tidak hanya memakaikan helm saja, aku juga sedikit merapikan rambutnya.
Setelah memakaikan helm ke kepala Gracia, aku lalu menyalakan motor.
Dan Gracia, begitu mengetahui motorku sudah menyala, dia langsung melompat kebelakangku.

"Aduh.."

"Hehehe,..." Gracia malah cengengesan.

Mulai rusuh nih anak, batinku.

Saat aku hendak menjalankan motorku, aku baru teringat sesuatu.

"Gre, cari aman. Pake jaket aja gih" kataku.

"Tapi aku gak bawa jaket" balasnya.

"Pake jaket gue aja, sana ambil dulu dikamar gue" tawarku. "Ambil yang agak kecilan aja biar pas sama lo" tambahku.

"Siap!!"

Gracia lalu bergegas turun dari motor dan segera masuk kedalam rumah.

"Permisi ya" katanya saat melewati Shani, Okta dan Vanka.

"Kenapa lo suruh pake jaket?" tanya Okta tiba-tiba.

"Iya. Perasaan cuacanya lagi bagus, kak. Langitnya juga cerah" sahut Vanka.

"Yah, buat jaga-jaga aja" balasku.

Lagipula ini Indonesia, cuacanya tidak bisa ditebak. Sekarang cerah, siapa tahu 5 menit lagi tiba-tiba hujan deras. Dan pakai jaket saat naik motor bukan berarti hanya saat cuacanya sedang dingin saja kan.

Kulihat Shani hanya diam tidak ikut dalam obrolan, dia hanya memendangiku dengan tatapan cemas.

Gak usah takut gitu dong, Shan. Aku janji, aku gak akan ninggalin kamu, batinku.

Seakan tahu apa yang kukatakan dalam hati, Shani secara perlahan memasang senyum diwajahnya. Aku juga ikut tersenyum karenanya.

"PLAYBOY!!" ledek Okta. "Mentang-mentang gak ada pacarnya senyum-senyum kecewek lain!"

"Kak Ian genit!!" tambah Vanka.

Apa'an sih ini dua orang?
Gue kan senyum ke tunangan gue sendiri, masa gak boleh.
Kalo ngiri bilang aja, batinku.

"Kak Ads~"

Gracia terlihat sudah kembali dengan memakai salah satu jaketku.
Tunggu, kenapa...

Aku tidak bisa menahan tawa saat melihatnya.

"Pffftt,... Hahahahaha"

"Kok malah diketawain sih" kata Gracia dengan nada kesal. "Aku dikerjain ya"

"Lagian kamu kenapa jadi gini sih, Gre? Hihihi" tanya Shani yang juga ikut tertawa.

"Yang paling kecil ini" jawab Gracia.

Oh iya, aku baru ingat.
Jaketku hampir semuanya memang kebesaran jika dipakai olehku sendiri.
Dan jaketku yang sedang dipakai oleh Gracia sekarang ini sebenarnya ukurannya pas ditubuhku, tapi jika dipakai oleh Gracia tetap saja kebesaran.

"Gre tangan kamu mana?" tanya Okta meledek.

"Ada kok. Gak sependek itu juga" balas Gracia tidak terima sambil merenggut lalu menarik sedikit lengan jaket itu untuk menunjukkan tangannya.

"Makanya jangan pendek-pendek dong lo" imbuh Vanka.

"Thacil sendiri juga pendek!" balas Gracia. "Kak Ads~ Belain dong" Gracia meminta bantuan.

Aku memandangnya sebentar, sebelum kemudian kembali tertawa lepas.

"Ah, ngambek ah. Aku lepas aja, gamau pake jaket" kata Gracia.

"Jangan dong" cegahku. "Lo makin lucu tau"

Gue jadi makin sayang kan, gemes pengen nyiumin, batinku.

"Adrian,..."

"Yan,...!"

"Kak Ian,...!!"

Gue cuma ngomong dalam hati lho, cuma dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
Itu tambel ban jadi makin rame aja, batinku saat melewati tempat tambal ban yang beberapa hari lalu kukunjungi.

Aku jadi semakin curiga kalau memang bapak-bapak itu menyebar paku.
Astagfirullah. Kenapa aku jadi suudzon.

Bodo amat lah.
.
.
.
.
.
"Gre, haus gak?" tanyaku sambil menengok kebelakang. Kearah Gracia.

"Yah lumayan sih, kak" jawab Gracia. "Kenapa emang?" tanyanya kemudian.

"Kalo haus, tuh!" kataku sambil menunjuk ke suatu arah. "Ada milo"

Gracia mengikuti melihat kearah yang aku tunjuk, kemudian dia kembali melihat padaku sambil merengut.

"Kak,... itu kan kali" balas Gracia degan nada sedikit kesal. "Masa aku disuruh minum air kali!"

"Hehe, bercanda. Biar gak bosen nungguin keretanya" jawabku.

"Tapi aku gak bosen kok" balas Gracia. "Aku malah seneng bisa meluk kakak lebih lama lagi"

Ada-ada aja emang nih anak, batinku.

Ya, perjalanan kami harus terhenti sementara karena jalannya tertutup plang kereta. Sepertinya akan ada kereta yang lewat.

"Tapi beneran gak mau minum milonya?" tawarku lagi.

"Kaaakk,...."

Lagipula itu air kali kenapa warnanya coklat begitu seperti air milo sih.
Ya ampun, ibukota kok gini banget ya.
Padahal beberapa hari lagi Jakarta bersama dengan Palembang akan menjadi tempat digelarnya Asian Games. Seluruh Asia lho ini, bukan Indonesia saja, bukan Asia tenggara saja.
Tapi kok persiapannya seperti ini.
Kemarin ada jalur sepeda yang melewati tiang, lalu ada jembatan penyebrangan yang salah penempatan. Besok apa lagi coba?
Gubernurnya gimana sih ini? Kinerjanya lho gimana? Mendingan yang sebelumnya.

Padahal kinerjanya gubernur yang sebelumnya bagus lho. Minim kesalahan.
Tapi kenapa banyak yang gak suka?
Apa justru karena kinerjanya yang bagus itu, jadi banyak pejabat yang tidak bisa bebas berbuat 'nakal'?
Lalu akhirnya dicari-cari lah kesalahannya, salah satunya, katanya kita sebagai orang muslim haruslah dipimpin oleh orang muslim juga.
Dan kesalahan gubernur sebelumnya adalah,... menanggapi para pembencinya. Harusnya dibiarkan saja.

Meman kalau menteri agama itu orang muslim, tapi kita kan sekarang tinggal di Indonesia yang bukanlah negara islam. Tapi negara yang mayoritas islam.
Memang terkadang kaum mayoritas selalu merasa dirinya yang paling benar.
Ingat juga semboyan negara kita, 'Bhineka Tunggal Ika' yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu.
Memang kenapa kalau dipimpin oleh orang yang non muslim? Selama kinerjanya bagus, tidak masalah bagiku.
Ini bukannya aku membela atau memihak kubu tertentu, tapi ya mau bagaimana lagi. Memang kenyataannya seperti itu. Tolong ditanggapi dengan pikiran terbuka ya.

Tunggu, kenapa aku jadi membahas soal politik?
Gara-gara menunggu kereta yang lewatnya lama, pembahasannya jadi kemana-mana.
Lebih baik flashback tentang kejadian dikamar Gracia ya. Sambil menunggu.
Aku yakin kalian sudah sangat penasaran kan.
Ya sudah, kita mulai saja.

Oh tunggu, satu hal lagi.
Tunanganku ada keturunan cinanya, calon pacarku yang sedang kubonceng ini juga ada keturunan cinanya.
Jadi tidak masalah kan sebenarnya.
Ingatlah!!
Osha oshi kalian mayoritas adalah orang keturunan.

Wah udah kepanjangan kayaknya, flashbacknya di part selanjutnya aja ya.
Bersambung aja ya.

(BAKAR!!! BAKAR!!! BAKAR!!!)

Iya. Iya.
I..Ini ini dikasih flashback. Matiin dulu dong obornya.

Sampai nungguin kereta lewat, flashback dulu.
Kalau ternyata nanti ditengah-tengah flashback keretanya lewat dan aku harus melanjutkan perjalanan, ya.... jangan salahkan aku ya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
IMG-20180405-135217.jpg


"Mau gue tunjukkin lagi perbedaan lain antara lo sama Shani" tawarku kemudian.

"Di kamar aku aja ya kak" balasnya sambil tersenyum.

"Emang kenapa kalo disini?" tanyaku menggodanya.

"Gak bisa bebas dong kak, gak leluasa" jawabnya dengan wajah memerah.

"Kita bebas kok, kan gak ada orang lain selain kita berdua" kataku sambil sedikit memutar tubuhnya agar membelakangiku lalu kemudian aku menciumi lehernya.

"Aaahhh.... Kak Ads nakal!" protesnya manja.

Tidak kuhiraukan protesnya itu, aku hanya fokus menciumi lehernya sembari tanganku mulai bergerak meraba-raba dadanya.

"Ehhhmm... Kak... Iya... terus... asshhh.."

Kulanjutkan ciumanku ke belakang lehernya.

"Ahh,... Kak geli" protesnya. "J-Jangan disana.." katanya lirih.

"Kenapa?" tanyaku. "Lo gelian disana ya" tebakku.

Bukannya menjawabku, Gracia malah berdiri dari pangkuanku.
Apa dia marah?
Hmm,... Sepertinya tidak. Karena yang dilakukan Gracia selanjutnya adalah,...
Berbalik badan dan kemudian menarikku agar berdiri. Setelah itu Gracia mencium bibirku dengan cukup ganas. Dia bahkan menahan belakang kepalaku agar ciuman kami berlangsung lebih lama.

Setelah kami mulai kehabisan nafas, barulah Gracia melepaskan ciuman kami dan mengambil nafas.

"Dikamar aku aja ya kak" pintanya. "Aku punya hadiah khusus buat kakak dikamar aku"

Hadiah?
Aku selalu suka dengan yang namanya hadiah, apalagi jika hadiah itu dikhusukan kepadaku, ditambah ini adalah hadiah dari Gracia. Bagaimana bisa aku menolaknya.

Aku mengangguk menuruti permintaannya.
Hal itu membuat Gracia melebarkan senyumannya padaku.

"Tapi ada syaratnya dulu" katanya lagi. "Syarat yang pertama, jangan gelitikin belakang leher aku!! Aku gak suka! Geli tau!!!" larangnya. "Dikasih tau ci Shani ya?"

Sepertinya memang belakang leher Gracia adalah titik sensitifnya.
Bisa menjadi senjata pamungkas sepertinya.

"Ok" jawabku. "Yang kedua apa?"

"Yang kedua,... gendong aku sampe kamar" pintanya sambil merentangkan kedua tangannya ke arahku.

Langsung kuturuti juga persyaratannya itu. Aku sudah tidak sabar dengan hadiah darinya.
Kugendong Gracia didepanku, kedua lengannya merangkul belakang leherku dan kedua tanganku juga memegang pantatnya guna menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Tapi sepertinya aku tidak bisa menahan tanganku hanya memegang pantatnya saja, beberapa kali aku meremas pantatnya yang sekal tersebut.

"Kalo yang dimainin belakang yang disana, gapapa kak. Aku suka" kata Gracia.

Gue juga suka mainin pantat lo, batinku.

Sepertinya aku harus menggendong Gracia sambil menaiki tangga karena kamar Gracia ada di lantai dua. Tantangan yang cukup sulit sepertinya, tapi aku akan mencobanya. Demi ngen- demi hadiah!!

"Berani bilang aku berat, aku tampol ya" ancam Gracia.

Kepikiran juga belum, batinku.

Heh?! Tunggu.
Ancamannya nampol?
Diajarin siapa nih?
.
.
.
Setelah perjuangan yang cukup sulit tadi, akhirnya kami sampai juga di depan kamar Gracia.
Segera aku memutar knop pintu dan membuka pintu kamar Gracia kemudian masuk kedalam.

"Kok tau kamar aku yang ini?" tanya Gracia.

"Firasat gue aja" jawabku sambil tersenyum.

Gracia juga ikut tersenyum menanggapinya.

"Syarat selanjutnya,.."

"Ada berapa syarat sih?" tanyaku memotong kalimatnya.

"Sabar, kak. Kurang 2 syarat lagi kok" jawabnya. "Nah, jadi syarat selanjutnya itu-"

Sebelum Gracia menyelesaikan kalimatnya, aku melemparnya ke atas ranjang terlebih dahulu.

"Aduh kak!" protesnya. Entah karena lemparanku sedikit kasar atau karena Gracia kaget dengan tindakanku.

Sebelum dia protes lebih jauh, aku sudah menyusulnya naik keatas ranjang dan menindih tubuhnya. Kemudian mulai kuciumi lagi bibirnya sembari tanganku meremas payudaranya yang masih tertutup kaos.

Oke, tahan dulu.
Bukan. keretanya belum lewat kok. Santai.

Mungkin kalian heran, kenapa aku melakukan ini pada Gracia?
Padahal baru kemarin aku mengatakan kalau aku menyayanginya dan tidak mau melakukan hal ini padanya karena saking sayangnya diriku padanya.
Ya, memang begitu.

Lalu kenapa aku melakukan ini pada Gracia?
Ya, bisa dibilang ini semua karena Shani.
Bukan. Bukan 'Shani Effect' atau semacamnya.
Bukan juga karena aku yang 'kembali' seperti dulu.
Atau karena aku sudah tidak sayang lagi pada Gracia.
Bukan. Bukan itu semua.

Tapi karena perkataan Shani.
Kemarin Shani memintaku untuk menjaga Gracia bukan.
Nah, bagiku itu adalah sebuah 'ijin'.
Jika harus menjaga seorang anak manusia, hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan agar orang yang kita jaga itu tidak akan lepas dari pengawasan kita. Atau sederhananya tidak mau lepas dari kita.
Jadi aku harus memastikan Gracia tidak mau lepas dariku.
Tapi bagaimana caranya? Berhubung Gracia adalah seorang gadis dan aku adalah seorang laki-laki.
Sepertinya cara itu adalah yang terbaik. Melakukan hubungan badan dengannya, agar Gracia semakin merasa nyaman denganku dan tidak mau menjauh dariku. Tapi itu menurutku. Entah bagi kalian.

Oke, lanjut.

"Ahh... kak.. Sabar dong" tolaknya sambil mendorong dadaku.

"Kenapa? Bukannya dari kemaren lo minta ini ya?" tanyaku heran.

"Iya sih, tapi syarat selanjutnya itu... kakak harus keluar dimulut aku dulu"

Aku tersenyum mendengarnya.
Kenapa tidak bilang daritadi?
Aku suka syarat yang ini.

"Ya udah, gampang. Biar nanti gue keluarin di mulut lo" kataku.

"GAK!!" tolak Gracia lalu menarik tubuhku kemudian berguling sehingga sekarang keadaan berbalik. Gracia kini berada diatas tubuhku. "Biar aku yang puasin kakak, kakak nyantai aja ya" tambahnya sambil tersenyum.

"Emang bisa?" tanyaku menggodanya.

"Bisa!!" jawabnya tegas. "Pasti bisa... Harus. Aku harus bisa muasin kakak" katanya bersikeras.

"Buktiin! Jangan ngomong doang" perintahku sambil menaruh kedua tanganku kebelakang kepala, menggunakannya sebagai bantal agar aku bisa lebih bersantai menikmati pelayanan dari Gracia.

"Oke. Aku bakal buktiin! Aku bakal bikin kakak yang minta-minta buat nambah ke aku setelah ini" balasnya.

Sedetik kemudian Gracia langsung bergeser kebawah sehingga sekarang kepalanya berada tepat di depan selangkanganku. Tangannya langsung mengelus-elus penisku yang masih terbungkus dibalik celanaku.

"Aku buka aja ya kak, aku udah gak sabar liat punya kakak soalnya" kata Gracia memelas.

Kenapa dia yang gak sabar?, batinku.

"Terserah lo aja deh, gue nurut aja kalo udah kayak gini" balasku.

Mendengar jawabanku, Gracia langsung tersenyum sumringah dan segera melucuti tubuh bagian bawahku. Mulai dari celana jeans, boxer hingga celana dalam milikku dia lepaskan dengan cepat.
Begitu penisku sudah terbebas dan berada tepat didepan wajahnya, Gracia langsung memandang takjub tanpa berkedip. Persis seperti seorang anak kecil yang akhirnya mendapatkan mainan yang dia nantikan setelah sekian lama.

"Aku baru pertama liat yang asli secara langsung gini kak. Tapi... ini besar banget" kata Gracia tanpa melepaskan pandangannya dari penisku.

Kok gue agak gak percaya ya, batinku.

"Bisa lebih gede lagi kok" jawabku.

Gracia langsung memandangku seakan tak percaya, kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada penisku dan kembali melihatku.

"Beneran kak?" tanyanya.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
Gracia tersenyum senang, bahkan matanya berbinar-binar.

"Mainin dong" perintahku yang sudah mulai tidak sabar.

Gracia sedikit kebingungan sebentar. Mungkin dia tidak tahu apa yang pertama kali harus dia lakukan.

"Kenapa? Gak bisa?" tanyaku. "Katanya mau muasin" tantangku.

"Enak aja! Bisa kok" jawabnya sambil mulai mengocok penisku.

"Nnggghh..." lenguhku karena kocokan Gracia yang langsung menggunakan tempo yang cepat.

"Aku kan sering nonton bok..." Gracia tidak melanjutkan kalimatnya.

"Bokep?" tanyaku.

"Ahh... Kak Ads..." rajuk Gracia sambil tetap mengocok penisku, tapi sekarang temponya mulai sedikit melambat.

"Hei, sadar!! Lo sekarang ini lagi ngocokin kontol gue! Ngakuin sering nonton bokep aja masih malu" balasku.

"Ehmm..." Gracia berfikir sejenak, dan tangannya itu... Itu masih tetap mengocok penisku.

Gracia seperti tidak mau melepaskan penisku, bahkan walau itu hanya untuk satu detik.

"Iya juga ya, kak" kata Gracia akhirnya. "Berarti mulai sekarang aku gak perlu malu-malu lagi sama kakak ya" tambahnya sambil tersenyum menggoda.

"Udah, sekarang lanjutin aja tugas lo" balasku. "Praktekin apa aja yang udah lo pelajarin dari hobi nonton bokep. Tunjukkin semuanya ke gue"

Gracia mengangguk cepat sambil tersenyum manis seperti anak yang patuh.

"Pertama, dijilatin biar basah" kata Gracia lalu mulai menjilati penisku dengan lidahnya. Mulai dari kepala penisku, leher penis sampai batang penisku. Gerakannya masih sedikit kaku, sepertinya dia harus banyak latihan praktek. Tapi aku cukup menikmatinya, aku bahkan mau meluangkan waktuku jika gracia memintaku menemaninya latihan.

Ternyata tidak hanya menjilati, Gracia juga menciumi seluruh bagian penisku, mungkin dia mulai menyukai penisku.
Tapi sepertinya bukan hanya sekedar menyukainya, Gracia sepertinya juga sangat menyayangi penisku.
Hal itu bisa dilihat dari cara dia menciumi penisku, bagitu lembut dan penuh dengan kasih sayang.
Ya, kuharap rasa sayang Gracia tidak hanya dia berikan pada penisku saja, tapi pada peniliknya juga.

"Kedua, mainin bolanya" Gracia mengatakan lalu mempraktekan langsung apa yang baru dikataknannya seperti seseorang yang sedang memberi tutorial.

Dia mulai memainkan buah zakarku, mulai dari meremas, menciumi, menjilati bahkan Gracia tidak ragu untuk memasukkan buah xakarku kedalam mulutnya secara bergantian.

Kalo seenak ini, kenapa gak dari dulu aja ya, pikirku

"Kak,.. makin gede ya" komentar Gracia.

"Kan gue udah bilang tadi"

"Banyak uratnya, kayak bakso. Hihihi" Gracia cengengesan.

"Nah, sekarang yang ketiga... Masukin ke mulut sampe mentok" kata Gracia. "Itu istilahnya apa kak?" tanyanya kemudian.

"Deepthroat" jawabku.

"Oh,.. iya kali" balasnya.

Emang iya! Kenapa pake ditanyain sih, batinku.

Tanpa menunggu waktu lama lagi, Gracia langsung memasukkan penisku kedalam mulutnya.

"Aah... Gre,..." lenguhku yang sedang serius menikmati kehangatan mulut Gracia sampai mendongakkan kepala.

Tunggu, kenapa sepertinya kehangatan mulut Gracia menghilang?

Aku memandang kearah Gracia yang ternyata memasang ekspresi cemberut sambil mengocok penisku. Lucu sekali melihatnya seperti itu.

"Kayak gini aja baru mau manggil 'Gre'!!" katanya sambil tetap memasang ekspresi cemberut dan juga masih tetap mengocok penisku.

"Ya, berarti kalo lo mau gue panggil 'Gre' terus, kita harus sering-sering kayak gini" balasku menggodanya.

"Iiihhhh.... Kak Ads nakal!!" balasnya sambil mempercepat kocokannya.

"Aaah... Gre... pelan-pelan..." lenguhku.

"Tapi aku mau sih gini terus sama kakak" kata Gracia. "Kakak mau kan?" tanyanya kemudian.

Aku langsung mengangguk mengiyakan begitu saja.

"Udah ayo, katanya tadi mau ngasih deepthroat" kataku menagihnya.

Tanpa kuminta dua kali, Gracia langsung menurutinya. Dia kembali memasukkan penisku kedalam mulutnya kemudian Gracia mendorong kepalanya maju kedepan berusaha memasukkan penisku lebih dalam lagi. Itu membuatku merasakan sedikit rasa sakit karena giginya yang menggesek penisku.

"Gre... Gre..." kataku sambil berusah menahan kepalanya.

Tanpa melepaskan penisku, Gracia melihat kearahku.

Sial!
Ekspresi polos ditambah mulut yang tersumpal penisku itu membuatku semakin bernafsu saja.

"Jangan sampe kena gigi" kataku mengingatkannya.

"Puah... Oh.. Iya kak, maaf ya. Aku lupa" katanya meminta maaf.

"Udah, gapapa. Lanjutin aja" kataku sambil sedikit mendorong kepalanya agar kembali mengulum penisku.

"Tapi nanti kena gigi lagi gimana?" tanyanya polos.

"Gak usah deepthroat, lo blowjob biasa aja" pintaku.

Udah ngaceng masa kentang, batinku.

Gracia memandangku bingung.
Apa dia tidak mengerti?

Lemot lo jangan kumat kalo pas kayak gini dong nanggung nih, batinku.

"Oh iya, aku ngerti itu" jawabnya tiba-tiba yang segera melakukan permintaanku.

Sluuurrppp...
Sluuurrppp...
Sluuurrppp...

Aku yang sempat kaget Gracia yang secara tiba-tiba mengerti itu langsung kembali melenguh dan mendesah keenakan karena pelayanannya.

"Lidahnya gerak juga dong" pintaku.

Tanpa diminta dua kali, Gracia pun melakukannya.
Kuelus kepalanya sebagai tanda terimakasih karena telah melakukan permintaanku dengan baik.

"Pinter banget sih" pujiku sambil mengelus kepalanya.

Gracia seperinya cepat belajar kalau soal seperti ini.
Entah karena aku yang memang sudah sangat bernafsu padanya atau memang Gracia mempunyai bakat terpendam dalam hal beginian atau aku memang tidak berusaha bertahan terlalu lama mengingat ini hanyalah syarat dari Gracia untuk hadiah yang akan dia berikan. Entah hadiah apa itu, aku harap itu adalah 'hidangan utama'.
Tapi yang pasti, sebentar lagi aku akan menyemburkan spermaku kedalam mulut Gracia. Kuluman dan jilatan dari Gracia terasa begiu nikmat.
Jika dilatih dengan benar, mungkin dia akan bisa menjadi pemuas nafsu yang hebat. Mungkin besok aku akan meminta Stefi untuk melatihnya mengingat dari sekian banyak gadis yang kukenal, hanya Stefi lah yang sudah terbukti memiliki pelayanan mulut yang paling hebat.
Ya, tinggal menunggu bertemu dengan Stefi dan memintanya mengajari Gracia saja. Bahkan jika memungkinkan, aku bisa saja mengajak mereka berdua untuk threesome.

Sluuurrppp...
Sluuurrppp...
Sluuurrppp...
Sluuurrppp...

Sial!!
Hanya membayangkannya saja sudah membuatku sangat bernafsu.
Sepertinya sebentar lagi aku akan benar-benar mengeluarkan spermaku.
Apalagi ditambah dengan Gracia yang mengulum penisku sambil menatap ke mataku.

Oh, jadi ini tatapan penuh kasih sayang dari Gracia, pikirku.

Sluuurrppp...
Sluuurrppp...
Sluuurrppp...

"Gre... gue mau..." kataku memperingatkannya.

"Oke, yang ke... keempat ya kak?" tanyanya sambil melepaskan penisku dari mulutnya dan mengengocoknya cepat.

Aku tidak menjawabnya, dan sepertinya Gracia juga tidak memerlukan jawaban.

"Yang keempat sekaligus yang terakhir, harus siap buat disembur. Jadi,... keluarin aja kak" katanya memohon. "Pejuhin Gracia-mu ini, kak Ads"

"TE...TELEN GREEE!!!" teriakku. "TELEN SEMUAAAA"

CROOOTT!!
CROOOTT!!
CROOOTT!!
CROOOTT!!

"AKH,.. GRACIA...!! GRACIIAAAARRRGGGHH...!!!!!" lenguhku saat akhirnya aku menyemprotkan spermaku didalam mulutnya sebagai syarat ketiga.

CROOOTT!!
CROOOTT!!
CROOOTT!!

Akhirnya aku menyelesaikannya juga, tapi sepertinya tidak hanya dimulutnya, ada juga sebagian sepermaku yang berada diwajahnya. Tepatnya dihidung dan dekat matanya.
Ya, itu wajar karena Gracia terlalu banyak bicara di saat terakhir tadi.
Bahkan tidak sedikit spermaku yang keluara dari sela bibirnya. Sepertinya aku keluar terlalu banyak. Lebih banyak dari apa yang bisa ditampung oleh mulutnya.
Tapi gracia tetap berusaha menelan semua spermaku tanpa memuntahkannya setetespun.

"Segitu enaknya ya kak? Sampe neriakin nama aku?" sindirnya sambil mencolek spermaku yang ada diwajahnya dan menjilatinya.

Sialan, batinku sambil sedikit tersenyum dan berusaha mengatur nafas.

Ahh,.. Ini baru pertama kali melakukannya dengan Gracia, tapi aku sudah kalah hanya oleh mulut dan tangannya saja?
Sebagai seorang manusia tentunya wajar bukan jika aku tidak mau kalah begitu saja.
Langsung kutarik Gracia ke arahku dan kugulingkan tubuh kami sehingga keadaan kembali berbalik. Aku sekarang yang berada diatas.
Sekarang adalah giliranku yang memuaskannya.

"Gantian. Gue sekarang yang bakal muasin lo, Gre" kataku sambil tersenyum.

"Tau aja kak syarat terakhirnya" kata Gracia. "Ayo kak, puasin aku" tambahnya sambil tersenyum kemudian berbaring pasrah dihadapanku.

"Sekarang bakal gue bikin lo neriakin nama gue sambil keenakan" godaku.

"Iya, kak. Enakin aku" kata Gracia lirih sambil memasang ekspresi menggoda.

Tanpa membuang waktu lagi, langsung kulucuti semua kaos yang menempel ditubuhnya.
Niat awalku adalah meelucuti semua pakaian yang menempel ditubuh Gracia. Mulai dari kaosnya, celana pendeknya, dan juga pakaian dalamnya.
Tapi aku berhenti sebentar sesaat setelah menyingkap kaos Gracia.
Hal itu dikarenakan aku melihat BH yang dikenakannya. Dan seperti dugaanku, itu berwarna ungu. Warna favoritnya.

"Kenapa kak?" tanyanya bingung karena aku menghentikan gerakanku.

Aku hanya tersenyum kecil membalasnya.
Dan Gracia seperti langsung mengerti kali ini, dia memasang ekspresi cemberut diwajahnya.

"Tapi bukan ini yang aku beli kemaren" kata Gracia seperti yahu apa yang sedang kupikirkan dan langsung membantahnya.

"Terserah" balasku lalu kembali melanjutkan melucuti pakaian Gracia.

Aku sengaja kembali berhenti sebentar saat kaos dan celana pendeknya berhasil kulepas.
Aku ingin melihat keindahan tubuh Gracia yang hanya berbalut pakaian dalamnya. Dan aku bodoh jika tidak mengatakan kalau itu seksi sekali.
Akan kupastikan pemandangan ini benar-benar terekam dan tersimpan dengan jelas didalam otakku.

"Udah dong, kak" rajuk Gracia malu melihatku masih memandangi tubuh seksinya. tapi meskipun dia terlihat malu akan tindakanku, Gracia tidak berusaha menutupi keindahan tubuhnya.

Sepertinya akan kubiarkan saja Gracia berpenampilan seperti ini, pikirku.

Kembali aku menciuminya, kuciumi wajah cantiknya lalu turun kebawah menciumi lehernya.

"Aaahh,... kak Ads~" desahnya.

Baru juga diciumin, batinku.

Kulepas kaos yang kukenakan dan melemparnya asal.
Lalu kubuka juga BH yang masih menempel ditubuh Gracia.

"Jago banget sih kak ngelepasnya" kata Gracia. "Udah berapa cewek yang kakak giniin?" tanyanya menyindir.

"Eeehhmmm,...." aku pura-pura berfikir sejenak. "Banyak" jawabku.

"B-Banyaaahhhh...." kalimat Gracia langsung berubah menjadi desahan saat secara tiba-tiba aku menyerang dadanya.

Kuciumi payudaranya dengan cukup buas, dadanya yang ternyata berukuran cukup besar itu membuatku semakin bernafsu saja pada dirinya.
Kujilati bagian sekitar putingnya yang berwarna coklat muda lalu kuhisap pelan putingnya dan sesekali kugigit kecil. Tanganku meremas payudara Gracia yang satunya dan terkadang juga memelintir putingnya lembut.
Hal itu berlangsung cukup lama, payudara Gracia tidak bisa membuatku bosan untuk terus menjamahnya. Meskipun ukurannya tidak sebesar milik Vanka, tapi ini rasanya enak sekali.
Apalagi ditambah lenguhan dan desahan Gracia yang bergitu merdu nan menggoda.

"Sssshh... ahhhh... Kak Ads~~"

Setelah cukup puas mengerjai dadanya, ciumanku turun menuju perutnya, kugelitiki juga pusarnya menggunakan lidahku.
Kembali turun, sampai pada akhirnya wajahku tepat berada didepan vaginanya yang masih tertutup celana dalamnya.

"Kak Ads~" Gracia memanggilku lirih.

Kutarik turun dan kulepaskan celana dalam warna ungunya itu.
Begitu terlepas, langsung terlihat jelas vagina Gracia yang mungil tapi juga tembem dan padat berisi dengan bagian tengahnya yang kemerahan dan bulu-bulu hitam halus yang cukup lebat belum lagi ditambah sedikit cairan kewanitaannya yang sudah keluar. Sepertinya akan terasa sangat nikmat saat penisku menerobos masuk kesana nanti.
Kudekatkan wajahku dan kuhembuskan nafasku tepat didepan vaginanya.

"Uhhh,..." desis Gracia pelan.

Kubelai lembut vaginanya yang dihiasi bulu yang cukup lebat.

"Ahhh,... kak Ads~"

Rangsangan yang terus kuberikan membuat tubuh Gracia sedikit menggelinjang keenakan.

"Ah,... Terus kak" lenguh Gracia.

Dirangsang terus menerus sepertinya membuat Gracia semakin tidak sabar.

"Ayo, kak.." Gracia tidak sabar.

Untuk sesaat, aku terdiam karena takjub.
Selanjutnya, setelah menarik nafas kuat-kuat, akhirnya kujilati pemukaan vagina Gracia.

"Aaahh,.. Yes!!" Gracia menggelinjang dan memekik lirih saat lidahku mulai menjamah kemaluannya.

Selanjutnya dengan diiringi lenguhan dan desahan merdu yang keluar dari bibir Gracia. Kuciumi dan kujilat vaginanya. Dan sepertinya Gracia benar-benar menikmati permainanku yang makin lama makin enak dan terasa begitu nikmat baginya.
Lenguhan desahannya itu adalah buktinya.

"Argh....! Ahhh..! Kak, Ads~ Oh enak, kak Ads sstt... sstt.. aaaahhh.. Teruuusshh.. Jangan berhenti!" gracia semakin meracau tidak karuan.

Aroma segar dari vagina Gracia itu sungguh menggugah birahiku.

Kupikir sebaiknya aku memberikan kenikmatan yang lebih untuknya. Kembali kuelus permukaan vaginanya menggunakan jemariku, elusanku kufokuskan di sela bibir vaginanya.
Hal itu membuat Gracia semakin menggelinjang. Lalu saat kutekan jari agar masuk kedalam, baru masuk sedikit aku kembali menarik keluar jariku.

Kuganti jariku dengan hidungku, kutekan hidungku ke celah sempit di antara bibir vaginanya. Kutekan sedalam-dalamnya sambil menghirup aroma kewanitaan vagina milik Gracia. Gracia terkejut merasakan hidungku tiba-tiba menusuk lubang vaginanya.

Gracia menggelinjangkan pinggulnya. Menggelinjang dalam kenikmatan.

"Aaaaahhh..! Aarrghh..! Ampun, Kak Ads~~" rintihannya semakin keras ketika merasakan lidahku menyapu klitorisnya. "Aaahh... aku... Aku kaya mau pipiis rasanya.... Aaahhh....!!"

Meskipun berteriak seperti itu, tapi anehnya Gracia tak berusaha menghindarkan kepalaku. Malahan Gracia memutar-mutar pinggulnya sambil menekan bagian belakang kepalaku.
Dia seperti tak mengijinkanku untuk menghentikan dan melepaskan rangsangan yang tengah kuberikan pada jepitan bibir vaginanya.

"Aaahhh....keluaaarr!! KAK ADRIIAAAANNN!!! Aahh enakkkhh,... aahhh...!!"

Aku mendengar rintihannya itu, tapi aku tak berniat menarik hidungku. Aku tak peduli walaupun merasakan dua lengan memukul-mukul kepalaku dengan gemas.
Diriku sepertinya telah terbius oleh aroma dan kehangatan vagina Gracia. Aku malah semakin meremas-remas kedua bongkah pantat Gracia yang sedikit terangkat agar hidungku semakin tenggelam ke dalam liang vagina yang segar itu.
Remasanku di bongkahan pantat itu mungkin cukup kuat, sehingga membuat Gracia hanya dapat merintih dan meronta-ronta. Tak lama kemudian, aku merasakan semburan cairan hangat yang memancar cukup kuat keluar dari liang senggama Gracia.
Tentu saja aku sangat senang merasakan kehangatan cairan itu, tapi hal itu hanya berlangsung sebentar. Beberapa saat kemudian aku berusaha melepaskan kepalaku karena aku mulai kehabisan nafas.
Dan saat kepalaku sudah sedikit menjauh beberapa senti dari vaginanya, mengucurlah lagi cairan orgasme Gracia hingga mengenai wajahku. Dia mendapatkan multiorgasme. Gracia squirting.

Aku mengelap wajahku yang basah kuyup oleh cairan orgasmenya.
Sedangkan Gracia masih berbaring sambil berusaha mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

"Haaaahh... haaahh.. Bentar,... Bentar ya kak haaahh.. Nanti,... Nanti lanjut lagi. Hehehe" Gracia berusaha berbicara dengang nafasnya yang terengah-engah dan diakhiri dengan tawa kecil.

Aku tidak menjawanya setelah mengelap wajahku, aku langsung memegang kedua pundak Gracia.

"Kak,... haahh... Aku,... Aku masih lemes. B-Bentar dong" Gracia memohon.

Tidak kuperdulikan perkataannya, kutarik dia ke arahku dan,...

"Udah ya, Gre udah" kataku sambil memeluknya.

"Kak? Haah.. haah.." Gracia kebingungan.

"Udah cukup"

"Haah.. Kakak gak mau lanjut?" tanyanya.

"Lo harusnya ngasih itu ke cowok yang lebih pantes" kataku sambil mempererat pelukanku. "Diluar sana ada banyak cowok yang lebih pantes daripada gue"

"Kak?"

"Udah ya"

Gracia tidak menjawabku, tapi bisa kurasakan dia menggerakkan kepalanya naik turun. Dia mengangguk.

Apa kalian bingung?
Bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi?

Langsung intinya saja ya.
Jadi, intinya adalah,...
Gracia ternyata masih benar-benar perawan seperti yang pernah dia katakan dulu.
Dan kenapa juga aku tidak sempat mempercayainya saat tadi di berkata kalau ini pertama kalinya dia melihat alat kelamin pria yang asli.

Tapi bagaimana akhirnya aku mengetahui kalau Gracia benar-benar masih perawan?
Jawabannya adalah saat tadi aku berusaha memasukkan jariku kedalam vaginanya.
Aku merasa ada sesuatu yang menghalangi. Dan kuyakin itu adalah selaput daranya.

Aku tidak tega jika harus mengambil keperawanannya tanpa ada kepastian apakah aku akan terus bersamanya.
Atau justru aku berfikir untuk menjaga keparawannya sama seperti yang kulakukan pada Shani?
Apa sebenarnya sudah ada niatan di diriku untuk menikahinya nanti? Tapi aku belum mau mengakuinya?
Semakin dipikirkan semakin membuatku pusing.

"Kak!!" panggil Gracia.

"Ah, iya Gre?"

"Ihh,.. aku dipanggil 'Gre' terus ya sekarang?" godanya sambil tersenyum.

"Apa'an sih" balasku yang seketika kembali tidak ambil pusing saat melihat senyumannya itu.

"Ngelamunin apa sih kak?" tanyanya.

"Ah, enggak"

Jangan nanya itu dong, kepikiran lagi nih gue, batinku.

"Sekarang karna kak Ads udah ngelakuin semua syarat dari aku, saatnya aku ngasih hadiah buat kakak" kata Gracia.

Waduh, batinku.

"G-Gak usah deh Gre" tolakku. "Kan tadi gue bilang harusnya lo ngasih itu buat orang lain aja"

"Kenap-" Gracia tidak melanjutkan pertanyaannya. "Emang kakak pikir aku bakal ngasih hadiah apa?" tanyanya menggodaku.

"Emang apa?" tanyaku bingung.

"Mesum sih" ledeknya. "Bentar ya" kata Grcaia lalu bangkit turun dari tempat tidur dan membuka laci meja disebelah ranjangnya. Dia terlihat mengambil sesuatu dari dalam sana kemudian menyembunyikannya dibalik punggungnya. Apa mungkin itu hadiahnya.

"Apa'an itu Gre?" tanyaku.

"Inget gak yang kemaren yang waktu kak Ads bilangnya mau ke toilet,.."

Emang gue ke toilet!, batinku.

"... aku ngilang kan. Nah sebenernya aku itu beli ini buat kak Ads" kata Gracia sambil menunjukkan dan menyodorkan 'hadiah' tersebut padaku.

"Pick gitar?" tanyaku memastikan.

Gracia mengangguk.

"Aku denger kak Ads lagi belajar gitar, aku niatnya mau bantu. Mau aku ajarin, aku juga sebenernya gak jago-jago amat, mau aku beliin gitar uang aku gak cukup" katanya. "Ya udah, aku beliin pick gitarnya aja dulu"

"Makasih ya, Gre"

"He'em" Gracia mengangguk. "Nanti kalo udah jago, nyanyiin lagu buat aku ya"

Lalu aku menerima hadiahnya tersebut dengan senang hati.

Tapi pick gitar buat apa kalo gak ada gitarnya, batinku.

Tapi yang namanya pemberian orang harus disyukuri.

"Baru kali ini lho, aku dikasih gift sama oshi sendiri" sindirku.

"Kak Ads~~"

"Hehehe. Ngomong-ngomong lo pake baju dulu dong" kataku mengingatkannya yang masih setengah telanjang hanya berbalut BH ditubuhnya.

"Gamau!! Biarin, siapa tau nanti kak Ads khilaf. Wlee!!" ledeknya.

Ya ampun nih anak ya, batinku.

Langsung kutarik Gracia ke arahku lalu kurebahkan tubuhnya diatas ranjang kemudian aku ikut berbaring disebelahnya.

"Tuh, kan. Belum lima menit kak Ads udah khilaf" ledeknya.

Tidak kutanggapi ledekannya, aku langsung saja menrik selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Eeehh?" kagetnya. "Tau aja kak, aku capek. Aku mau tidur dulu ya, nanti aja nyiapin baju buat nginep dirumah ci Shani. Hehehe"

"Yang nakal itu lo sebenernya" sindirku. "Ya udah, tidur aja dulu"

Saat aku bangkit hendak membersihkan badan sebentar, Gracia menahanku.

"Kak Ads~" panggilnya.

"Hmm..?"

"Jadi guling aku bentar ya" pintanya.

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

Kemudian aku mengangguk mengiyakan permintaannya dan kembali berbaring disebelahnya.

"Tapi kapan-kapan mau kan gini lagi sama aku" tambah Gracia tepat sebelum memejamkan matanya. "Habisnya enak sih"

IMG-20180405-135219.jpg

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jadi,... ya gitu.
Aku dan Gracia hanya melakukan itu.
Masih batas wajar kan.
Iya kan? Iya dong.
Kan belum masuk.

Gak percaya?
Sumpah!! Beneran! Sueeeerrr....!
Memang baru gitu doang.
Ya, memang bisa dibilang kalau aku membuang kesempatanku menikmati Gracia untuk kesekian kalinya. Tapi sepertinya tidak masalah, tidak ada penyesalan di dalam hatiku. Tidak ada, sedikitpun.
Bagaimana ya, aku tidak tega saja pada Gracia jika harus melakukannya.
Munafik? Mungkin.
Tapi kalau kalian memang tidak percaya, coba tanyakan saja pada Gracia.

"Ya gak, Gre"

"Apanya kak?" tanyanya.

"Ah, enggak. Gapapa" balasku.

"Keretanya kok lama ya kak?" tanya Gracia.

Ya mana gue tau, gue bukan masinisnya, batinku.

"Kenapa emang? Mulai bosen ya" tanyaku.

"Gak gitu, capek aja lama-lama" jawabnya.

"Iya" balasku.

Tapi lebih capek gue lah yang nyetir, batinku.

Ini juga kereta lama banget sih.
Sampai flashbacknya selesai, belum lewat juga.
Ini kalau yang lewat cuma lokomotifnya doang, sumpah ngeselin.

Ya udah, sambil menunggu kereta lewat, bersambung aja dulu ya.
Semoga di part selanjutnya keretanya sudah lewat.

Bersambung.jpg



-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Hmm,...
Sekarang yang jadi pertanyaan adalah,...
Kira-kira di part selanjutnya keretanya udah lewat belum ya?



Makasih
• TTD H4N53N

(Catatan penulis yang penuh dengan faedah bukan)

Ya, mau gimana lagi, update nya udah panjang kok.
Masa catatan penulisnya panjang juga.
Ah udah lah, ini kalo diterusin bisa panjang lagi.
Sekali lagi.


Makasih
• TTD H4N53N
 
Dimaafkan suhu karena sudah di update hehehe
Makasih lho. Hehehe
Yaudah ane juga doble coment kalau begitu
Apa'an coba
Waaa suhu datang ><
Selamat kembali hu, kami selalu kangen dengan Adrian ><

EDIT: Tolong kalimat nubi barusan jangan dianggap ya

BTW, akhirnya saya tahu juga apa yang dimaksud bunga-bung, ehehe
Kangen Adrian?
Kok agak jijik ya saya bacanya :pandaketawa:
Ajaib emang adrian
Ajaib?
Maksudnya?
Waduh, sekali update langsung dua part nih Suhu, mantap!
Iya kasian yang udah nungguin lama soalnya
HP gimana udah sehat? Bakal lancar dong updatenya?
Insya allah
Situ juga yang lancar dong
Setelah sekian lama tak update akhirnya update juga langsung 2 lagi walaupun yang satu kentang tapi yang penting update

Itu tadi shani ngasih kode untuk poligami atau tidak sih itu lagi si adrian pakek ngomong mau nglamar gre lagi kalau udah sukses emang mulut adrian perlu kasih rem biar gak sering kebablasan dan gak asal lamar anak orang
Kasih Rem? Ram juga kali ya?
Lah kok
Wah, kejadian di kamar Gracia kok tidak diceritakan? :pandabelo:
Udah diceritakan kok
Kak Adss~~ kemana ajaa <3 <3
Gak kemana-mana kok
Mantap suhu
Mantap dong. Makasih udah setia menunggu
Wah akhirnya datang~ ehehhe. Double update juga. Wkkwkw kampret pas bahas 'bunga-bunga' sama Shani wkkwkw. Ditunggu haha hehe sama Gre, kak Ads~
.
.
.
.
Btw
HP gimana udah sehat? Bakal lancar dong updatenya?
Gak haha hehe dong, tapi ah ah eh eh :pandaketawa:

Lancar, beli baru soalnya :senam2:

Iya, tapi draft ceritanya ada di HP lama
Susah juga nulis cerita tanpa draft
Jadi gak lancar-lancar banget
Nice double.
Welcome back, tukang ghibah kesayangan greshan~
Waduh tukang ghibah
welkam bek kak ads~
HP gimana udah sehat? Bakal lancar dong updatenya?
Pertanyaannya sama semua ya?
Nice buat updatenya hu :mantap::mantap::mantap:
Makasih makasih :ampun:
aku pernah bilang di finding oshi, ni gaya nulisnya mirip seseorang. malah sempet nuduh orang yg sama. banyak yg gk setuju & lama-kelamaan aku malah ragu sama yg aku omongin sendiri.
tapi saat baca part 8 tadi kok aku jadi yakin lagi.

dari sini aku masih penasaran yg biasa aja, tapi pas sampek sini

aku ingat sesuatu. mirip banget walau cuma dikit itu.
ni potongan dialognya:

("Calon supervisor di suruh ngupas bawang, marut kelapa, sama goreng ayam?" Aurel ketawa ngakak, "udah banting setir jadi tukang katering ajaaa!"

Kan, aku diledekin gara-gara bantuin masak. Ya abis, aku belum pernah masak sebelumnya. Sekalinya bantu-bantu, malah bikin runyam dan ujung-ujungnya Mama Risma yang turun tangan. Pake segala di ceritain lagi ke orang-orang, kan jadi malu akunya.

"Iya ih, mana aku pas goreng ayam sambil mundur-mundur gitu," jawab aku, lirih. Pasrah gitu.

Tawa Aurel makin menjadi-jadi kan. Hiks anet.

"Tapi katanya," Devi pun nimbrung ke obrolan, "kalo ada cewek yang goreng ayam sambil mundur-mundur, mesti di nikahin tau.")



itu potongan Bagian Dua Puluh Enam epilog di cerita yg aku maksud. di finding oshi banyak sih yg miripnya sebenernya.
kalo gk percaya, baca ulang aja finding oshi sama cerita itu.
Saya cuma terinspirasi kok
Mantap updatenya....sehat terus om
Amin
nah gitu dong gracia di-apa2-in wqwq
Eh, Eeeehhh....
Gue juga nyadar pas bagian MVP gracia, itu juga potongan cerita Yona Di hadapanku, Hnmmm... Ts kayaknya orang yg sama deh, gaya penulisan juga hampir sama. hmmmm.... Btw, itu lanjutan part 18 apa wey.. KENTANG
Sekali lagi ya, saya cuma terinspirasi aja

Alias

Kok part 18?

Wadu, 2 part san adegan yang lanjutin di kamarku gak dimasukin :groa:
Udah masuk ya
mohon maaf buat abang-abang yang yang masih bahas Ts tuh klonnya si anu atau apapun itu, jangan sampe TS yang mungkin bener klonnya atau kenyataannya bukan klonnya, jadi ngerasa tertuduh.
sorry owe bukannya mau sok SJW. Owe rasa hal seperti itu bisa dibahas via japri atau Pm aja, agar tidak mengurangi kehidmatan dalam menikmati stensilan karya TS. :ampun:
Gara-gara komentar ini, banyak yang PM ke saya lho


Tapi bukan nanyain tentang hal itu, malah minta backup-an cerita
Cerita orang lain lagi yang diminta :pandaketawa:


Ini gw kayak kenal dialognya soal kopi kemanisan. :)
Btw gw nikmatin cerita dari zaman Finding Oshi, tapi baru komen sekarang hehehe
Dialog itu terinspirasi juga, terinspirasi dari film
saya setuju dengan abang satu ini, biarlah itu menjadi asumsi kalian saja, dan untuk kalian sendiri saja.

iya, gak salah berpendapat, bahkan berpendapat di atur undang-undang, dan saya paham itu. cuman, alangkah lebih bijaksana bila kita menyimpan asumsi kita itu sendiri. kalau memang penasaran, bisa langsung PM aja gitu.

ehehe.









sekedar mengingatkan no jutsu🙏🏻🙏🏻
Tama-kun
TO BE CONTINUED NYA GUA BENCI BANGET YANG AMPE SEGEDE GINI
:marah::marah::marah::marah:


buat jalan cerita bagus banget suhu
Sekarang saya jadi emosi sama SHANI yang cemburuan jadi pengen sayang hehe
Biar semuanya merasakan apa yang saya rasain kalo lagi seru nonton one piece tiba-tiba muncul gambar itu :pandaketawa:

nice update hu, akhirnya adrian si kampret muncul kembali wkwkkwkw
w kaget part 9 bener2 pendek, ngape kaga disatuin aje wkkwkwkw
Supaya anda bertanya

(hehe, ngeselin gak sih?)
Shania & stefi bakal ada adegan DP ga ya..? :p
Who knows?
Nice huu! :)
Nice lah
Semangat updatenya suhu:Peace::Peace:
SEMANGAT!!!!
Lagi sibuk di RL mungkin
Enggak juga sih, lagi males aja
Berharap hari ini update
Hari ini update
Menunggu update:kretek:
Udah ya
update dong kakak
Udah update ya adek
Mantab suhu barusan aja selesai baca yg thread sebelum ini eh ini ternyata udah sampe part 9, jalan ceritanya mantab suhu :n1::semangat:
Makasih kalo suka :ampun:
Gitu dong kak Ads~~, Gracianya disayang.
Gracia dari awal juga disayang kok kan emang Gracia kesayangannya semua orang
Up aja deh
Udah up ya
Belom nambah.. :((
Sudah ditambah
Ijin nenda suhu
Ijin diberikan
ternyata blom update :((:((:((
Ternyata udah
Kita butuh update
Saya butuh waktu buat nulis
Adrian kemana yaa ??
Jalan-jalan
Pacaran sama Gracia
yuk lah kangen shani nih
Pengamat alay ~ kgn
KANGEN!! KANGEN!! KANGEN!! KANGEN!! KANGEN!! KANGEN!! KANGEN!! KANGEN!! KANGEN!! KANGEN!!
Hu update hu
Udah, baca aja
Waaaa kak Ads update ><
Iya dong!!!!
 
Fokus ke stepi,kayaknya dia butuh orang yg di sayang deh...
Sini sama aku aja ntep,klo adrian gak mau ahahaha
 
Fokus ke stepi,kayaknya dia butuh orang yg di sayang deh...
Sini sama aku aja ntep,klo adrian gak mau ahahaha
 
Fokus ke stepi,kayaknya dia butuh orang yg di sayang deh...
Sini sama aku aja ntep,klo adrian gak mau ahahaha
 
Bimabet
nice update hu ditunggu kelanjutannya

ane kira gracia bakal di exe sama si adrain ternyata tidak (mungkin untuk sementara waktu alias nunggu si adrain khilaf) wah si adrian sudah ada niatan untuk poligami nih wah jadi makin penasaran apakah di ijinin atau gak sama shani

ditunggu kelanjutannya dan semamgat nulisnya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd