Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

lah, dulu ga mau
Disebut-sebut, pertanda kah? Wkwkwkwkk


Buset reply ke 2000🙃
Caitlin Halderman juga ada keturunan Belanda
Oh dikira Diani include disini, soalnya ada scene nya meskipun cuman sebentar 🙏😔
pilih.. diani apa julie?
Sisebelah udh tinggal yg disini yg blom wkwkwkwkwkwk
udah kok
Tgl 8 udh lewat ga niat update nih pak?
tgl 8 ada apa emang?
update dong suhu
hmm...
Terakhir mampir tahun lalu dan itu masih part 8, gila skrg nongol udah part 43.

Mantap buat lu hu.

:jempol::jempol:
part 50
Kemane aje lu huu?🤣🤣
koma
lahhh mending gtu huu. dari pada nungguin up lama
mang iya?
Saya sudah yakin & istiqomah murtad dari jalan dunia 48-an, jadi ya jarang cek kesini lagi
yakin?
mau baca juga mager hu, banyak bgt
ya udah, ga usah.. Ga maksa juga kok
Selalu menantii muuu

Update ADS
hmmmmmmm
Nunggu Apdet......
Ngopi dulu......
:kopi:
oke
 
Part 50: Sister


IMG-20200821-171749.jpg


UZA UZA UZA
KZL KZL KZL

Iya, saat ini aku sedang kesal. Ya, tidak terlalu sih, hanya sedikit saja. Ingin tahu karena apa?

Tidak?!!
Kalau kalian tidak ingin tahu, part kali ini berhenti sampai disini saja lho. Jadi tolonglah ya..,
Please.. Kalian ingin tahu ya.

Oke, karena kalian ingin tahu. Dan karena kalian memaksa...

Tidak?!!
Kalian tidak memaksa?
Paksa dong kalau begitu.

Oke, karena sangat ingin tahu, sangat antusias dan sangat memaksa.
Maka akan aku ceritakan semuanya. Dari awal..

.
.
Langit ibukota mulai menggelap menandakan malam yang semakin larut.

.
.
Tunggu sebentar.., sepertinya itu terlalu jauh. Kita mulai dari pagi ini saja ya.


~~~~~~~~

"Pagiku yang biasa
Mendadak jadi segar
Karena aromamu~

Saat diriku lelah
Setelah jalani hari
Ku kan tetap tersenyum~

Karena dirimu~
Semua karnamu~

Kau bagaikan oksigen di dalam udaraku
Harum wangimu~
"

"Duh.., pagi-pagi udah ngegombal" tiba-tiba ada yang menyahuti.

Aku menoleh dan mendapati ada seseorang yang datang.
Tunggu sebentar.., siapa yang menggombal?

"Pagi-pagi udah disini aja" ucapku.

"Emang ga boleh?"

"Engga. Bukan gitu.." balasku. "Emang kamu ada latihan pagi?"

"Iya..," jawabnya. "Dan, ini. Aku bawain bubur ayam buat kamu.., sarapan dulu yuk" ajaknya kemudian.

"Yeay~!!"

"Apa sih kamu.. Kok kayak gitu responnya?"

"Hehehe..., aku sayang kamu" ucapku lalu membelai pipinya.

"Udah, ahh.." Shani menepis tanganku.

Ya, daritadi itu Shani. Kalian pikir siapa memang?
Tapi kenapa dia menepis tanganku ya?

IMG-20200807-232245.jpg


"Ini mau diaduk apa engga diaduk?" tanyanya kemudian.

"Di....sendok aja" jawabanku membuatnya menatapku bingung. "Ya, masa langsung pake tangan. Ga mungkin dong" apalagi pakai kaki. Makin tidak mungkin.

"Mas..., aku serius"

"Ya..., terserah sih aku. Nanti kalo udah dilambung, keaduk juga akhirnya" balasku.

Ya, aku tidak terlalu mempermasalahkan soal itu. Tapi terkadang tergantung pada situasi juga. Kalau di dekatku ada orang yang makan buburnya tidak diaduk, aku akan dengan sengaja mengaduk buburku. Begitupun sebaliknya. Hanya agar membuat mereka marah saja.
Meskipun aku juga tidak paham kenapa mereka bisa marah. Karena yang nantinya akan memakan bubur itu adalah aku kan. Bukan mereka.
Ya sudahlah, intinya aku memang suka mencari gara-gara saja. Hanya itu.

"Ya udah, kalo gitu setengah aku aduk, setengahnya engga ya" ucapnya mengambil kesimpulan.

Tunggu.., bukan begitu seharusnya.

"Ngomong-ngomong ini kamu beli cuma satu?" tanyaku lagi.

"Aku udah tadi..," jawabnya.

"Berarti aku disuapin ya..?" ada-ada saja memang trik-nya.

"Jangan kayak anak kecil, ah..!!" dia berlagak menolak. "Makan sendiri kan bisa"

"Kamu kenapa sih?" tanyaku akhirnya.

"Kenapa apanya?" dia bertanya balik.

"Kamu malu?" aku bertanya lagi.

"Malu? Malu kenapa?" tapi Shani masih tidak mau mengaku.

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

"Sisca... Aurel... Masuk!! Ga usah nguping!"

Setelah aku setengah berteriak seperti itu, dua orang yang namanya kupanggil tadi langsung menampakkan dirinya dan masuk sambil cengengesan.

"Kok bisa tahu sih, kak?" tanya Aurel.

"Gue udah tau sejak kalian berdua dateng" balasku. "Kalian dateng sebelum Shani dateng kan.."

Kalau mereka berdua tidak ingin keberadaan mereka aku ketahui, seharusnya mereka tidak berada di dekat pintu. Harusnya mereka tetap di bawah, atau di luar sekalian.

"Sebenernya mereka nitipin ini.." Shani memberikanku secarik kertas.

Langsung kuterima kertas tersebut dan kulihat isinya.

"Ini udah bagus kok.." ucapku setelah membaca isi kertas tersebut. "Berarti tinggal punya kak Rona ya"

"Tuh, kan.. Emang harus ci Shani yang nyerahin biar langsung di-acc" sahut Aurel.

"Hei.., bukan gitu ya" bantahku.

Kertas yang baru saja aku lihat itu adalah ketas lirik dari Sisca. Dia menitipkannya ke Shani, harapannya agar aku menyetujuinya.
Sebenarnya tanpa perlu melakukannya, aku akan menyetujuinya karena tulisannya kali ini sudah bagus. Bukan karena Shani yang menyerahkannya. Bukan.


~~~~~

"Kak, lagu yang tadi itu buat ci Shani ya" celetuk Sisca ketika aku sedang makan, disuapi Shani. Pada akhirnya dia tetap menyuapiku.

"Yang mana?" tanyaku balik.

"Yang tadi dinyanyiin pas ci Shani dateng.." jawab Sisca. "Buat nyambut ci Shani ya"

"Engga juga" balasku cepat.

"Terinspirasi dari keberadaan ci Shani" sahut Aurel.

"Engga" balasku lagi.

"Mas.., makan ga boleh sambil ngomong..." kali ini Shani yang bersuara. "Aaa..."

Shani kembali mengarahkan sendok yang penuh bubur ke arah mulutku. Responku hanya mengangguk dan kembali membuka mulut ketika dia menyuapiku. Shani terus menyuapiku sampai bubur itu habis.

"Nah, pinter..." puji Shani ketika aku sedang minum sesudah sarapan.

Aku malah merasa seperti seorang anak kecil yang sedang disuapi oleh ibunya.

"Lagian tinggal ngaku aja sih kalo emang inspirasinya dari aku.. Aku ga akan marah kok" tambah Shani.

"Apa sih kamu?" balasku. "Jangan kegeeran dong"

"Hah?!! Jadi bukan ci Shani sumber inspirasinya?" Aurel dan Sisca kompakan.

Kenapa mereka seperti syok begitu?

"Gracia??" Shani berbisik sambil menatapku tajam.

Aku hanya menggeleng pelan.

"Ada cewek lain lagi??" Sisca menyimpulkan sepihak.

"Wah.., siapa lagi nih?" tambah Aurel.

Kemudian Aurel dan Sisca saling tatap satu sama lain sampai akhirnya mereka tersenyum seperti pemikiran mereka sama.

"Kak Shania!!" itulah kesimpulan mereka.

"Bukan!!" kali ini aku benar-benar membantahnya.

Lagu itu jelas bukan untuk Shania. Hanya ada satu lagu dariku untuk Shania. Tapi jika dia mendengarnya, kemungkinan besar dia akan sangat marah.

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

"Mas.."

"Kalian pengen tau? Tuh.." aku menunjuk sesuatu dan mereka bertiga hanya bisa terbengong menatapnya.

"Hahahaha" Sisca langsung tertawa.

Aurel masih bengong. Sedangkan Shani...,

"Jadi aku kalah sama pengharum ruangan?" Shani cemberut.

Ya, kalian tidak salah baca. Pengharum ruangan, lagu tadi.. Inspirasinya memang dari pengharum ruangan, bukan Shani. Awalnya karena pada saat hari pertama aku ke studio.. Saat itu aku sedang sendirian, menunggu bang Fey. Lalu tiba-tiba aku mendengar suara psst... beberapa kali, ditambah dengan aroma bunga yang tercium tidak lama setelah suara tersebut.

Awalnya aku berusaha mengabaikan, tapi hal itu terus berlanjut. Dan ternyata penyebab itu semua adalah pengharum ruangan yang diatur otomatis untuk setiap 5 menit sekali. Kurang ajar memang. Tapi sekarang sudah aku ganti, wanginya menjadi aroma lemon.
Dan karena pengalaman konyol itu, aku malah kepikiran untuk menyanyikannya. Dan.., lagu yang tadi kunyanyikan itulah hasilnya.

Tapi bukan itu kesimpulannya. Lagipula ada hal yang lebih penting lagi.

"Kak Rona kira-kira dateng jam berapa ya?" tanyaku pada Sisca dan Aurel. "Kalian udah kasih tau dia kan, kalo..."

"Palingan juga bentar lagi" balas Aurel.

Ya, setelah melihat hasil 'lirik' yang dibuat Sisca. Dan seperti yang diceritakan tadi, Shani yang menyerahkannya padaku. Hasilnya? Sudah lebih baik dari kemarin. Sekali lagi, bukan berarti lebih baik karena Shani. Tapi apa yang ditulis oleh Sisca memang sudah lebih baik saja. Tidak ada alasan khusus.

Itu artinya tinggal menunggu milik kak Rona. Lalu menentukan musiknya seperti apa. Sesuaikan lirik-liriknya dengan musiknya. Jadi deh.
Setelah itu mereka menghafal, lalu latihan, dan kalau sudah bagus, langsung masuk proses recording.

Tapi aku masih bingung satu hal, kenapa musiknya tidak akustikan saja? Padahal namanya JKT Acoustic.

"Wah udah rame" tiga orang lagi masuk. Dua adalah anggota acoustik, kak Nadila dan kak Rona. Dan satunya lagi...,

"Woi, pak haji.. Apa kabar?" sapaku.

"Gue emang Andre, tapi bukan haji Andre" balas orang tersebut.

"Ya namanya juga bercanda"

Tidak mungkin kan aku memanggilnya 'Andre si Babi Masokis'. Ah..., lupakan itu. Itu hanya bagian kelam dari masa laluku.

"Kok bareng?" tanyaku kemudian.

"Adrian.." kak Rona menyerahkan sebuah kertas padaku.

Bagus. Aku juga bermaksud menagihnya nanti setelah basa-basi sedikit.

"Kak Rona, harusnya tadi suruh ci Shani aja nyerahin" bisik Aurel.

"Kenapa gitu?" kak Rona melihat ke arah Shani dengan tatapan bingung.

"Biar langsung di-acc" Sisca ikut berbisik. Terserahlah.

Aku melihat isi kertas tersebut untuk sejenak. Aku juga memikirkan kata-kata apa yang nanti akan aku ubah dan aku ubah jadi seperti apa. Setelah memikirkan itu semua akhirnya,...

"Oke..," ucapku.

"Tuh kan ditola-- eh?!" Aurel kaget. "Oh, pasti gara-gara tadi sempet disindir"

Huft~
Aku sedikit menghela nafas.

"Mas..," tegur Shani.

"Iya?"

Tapi Shani hanya diam saja sambil memandangiku seakan aku baru saja melakukan kesalahan.

"Jadi ini tinggal nunggu bang Fey aja ya buat bikin musiknya ya" ucapku pada bang Andre. "Kemana sih orangnya?"

Tidak ada yang menjawab pertanyaanku. Shani masih memandangiku seperti tadi. anggota acoustic hanya terdiam sambil memandangiku seakan ada yang salah. Aneh.

Berarti tinggal satu orang, bang Andre. Hanya bang Andre yang kemungkinan akan menjawab pertanyaanku.

"Bang Andre.., bang Fey kemana?" akhirnya aku bertanya ke bang Andre sambil menyenggolnya sedikit karena dia terlihat sibuk mendengarkan sesuatu.

"Hah? Bang Fey? Hari ini ga dateng kayaknya.. Kenapa?" balas bang Andre.

"Lah, terus musiknya gimana?" tanyaku lagi.

"Udah gue bikin kok. Baru selesai kemaren" balas Bang Andre. "Udah disetujui juga kok sama si Fey"

Terus gunanya aku disini apa?

Huft~
Aku kembali menghela nafas.

"Mas, udah jangan gitu lagi.." tiba-tiba Shani berucap.

"Apa??" aku bingung.

"Kamu kalo hela nafas ga usah sambil niup poni segala" balas Shani. "Biar apa sih? Biasanya ga gitu.."

"Iihhh..., gemes"

"Aduh.." aku kaget saat tiba-tiba kak Rona mencubit pipiku.

"Tuh, kan.. Ya udah deh aku pergi aja, tugas aku disini juga udah selesai kan" Shani berdiri kemudian melangkah keluar. Memangnya tugas Shani itu apa?

"Itu ga sengaja, Shan.." balasku.

Ya, aku melakukannya memang tanpa ada niat kesengajaan. Rambutku saja yang memang agak panjang sekarang sehingga membuatnya terkadang jatuh kedepan menutupi wajahku. Agar lebih efisien dan efektif, aku kadang menghela nafas sekalian meniup rambutku sendiri.
Tapi aku tidak pernah menyangka kalau apa yang kulakukan tadi itu dianggap menggemaskan. Aku tidak bermaksud begitu.

Tunggu sebentar..., ada yang lebih penting.

"Kalo musiknya udah jadi, terus ngapain gue disini bang?"

"Emang lo disini ga ngehasilin apa-apa?" pertanyaanku dibalas oleh pertanyaan juga.

"Mas.., kamu ga ngejar aku?" tanya Shani saat sudah berada di ambang pintu. Dih, sok ngambek ternyata.

"Ga ah.. Males" balasku sedikit bercanda.

"Iiihhh..."

Ketika Shani hendak benar-benar keluar. Aku langsung mengucapkan sesuatu...,

"Makasih"

Itu sukses membuat Shani berhenti sejenak. Dan aku yakin, dia sedang tersenyum-senyum sendiri.
Setelah itu, barulah Shani kembali melangkah.

"Ini seriusan musiknya udah jadi?" tanyaku lagi memastikan.

"Udah" jawab bang Andre. "Lagian musiknya cuma pake keyboard sama drum, sedangkan lo kan bisanya gitar sama bass. Gitar juga lo baru-baru ini bisanya.."

"Yaelah, keyboard doang gue juga bisa kali.." balasku tak mau kalah. "Tinggal pencet-pencet doang"

"Woi, jangan gitu!! Kesannya lo kayak ngeremehin seluruh keyboardist di dunia" balas bang Andre lagi.

"Emang gitu dia.., orang yang sebulan lalu ngaku ga bisa main gitar.. Sekarang ngerasa bisa main segala alat musik" tiba-tiba bang Fey menyahut.

"Lah, ini dateng orangnya" ucap bang Andre. "Katanya ga bisa dateng bang?"

"Iya tadi--"

"Terserahlah" aku langsung saja keluar dari studio.


~~~~~

"Woi, lo ga mau denger musiknya kayak gimana?" tanya bang Andre dari lantai dua.

"Ntar aja" balasku ogah-ogahan.

Karena untuk sekarang ini, aku lebih tertarik melihat KIII latihan. Kurasa itu lebih baik.

"Ini yang lain pada kemana?" nenek sihir bertanya-tanya.

Tapi disini juga tidak begitu bagus ternyata. Ada si nenek sihir pendek.

"Acoustic masih diatas. Yang lain gatau, belum dateng kayaknya" jawab kak Rachel.

"Nanti malem kita berangkat lho" ucap si nenek sihir lagi. "Kita latihan seadanya dulu deh"

Tunggu sebentar..,
Ada sesuatu yang janggal.

"Berangkat? Berangkat kemana?" tanyaku penasaran.

Mereka semua terdiam. Tidak ada yang mau menjawab pertanyaanku.

"Palembang" akhirnya ada satu orang yang menjawab, Anin. "Ada penut--"

"Ngapain?!!" tanyaku lagi.

"Ngisi acara penutupan Asian Games" kali ini kak Viny.

"Tunggu..., bukannya seinget gue kalian ada jadwal theater?"

"Digan--"

"BangKe kemana?"

"Jadwal theater kita diganti sama team J" nenek sihir menyahuti. "Kalo Kenzo-san kita ga tau.." tambahnya. "Udah, ga usah banyak nanya lo"

"Oke. Makasih, ya kak Viny, Anin udah mau jawab.."

"Hei!! Gue juga jawab pertanyaan lo ya" ini nenek-nenek kenapa tiba-tiba ngegas sih.

"Marah-marah ga jelas.. Inget umur kali" balasku.

"Hhhhnnnngggg!!!!"

"Kak Yona, udah.. Jangan" cegah Shani saat si nenek hendak main hakim sendiri. "Ayo kita latihan aja ya. Mas, kamu balik ke studio gih"

Ya, pada akhirnya aku menuruti Shani untuk kembali ke studio. Tapi itu kulakukan hanya untuk mengambil jaket dan kunci motorku. Setelah itu aku pergi.
Pergi dari rumah latihan.


~~~~~~~~

Jadi begitulah ceritanya, itu yang membuatku kesal. Yang membuatku akhirnya berada disini. Sebuah toko buku di salah satu mall terbesar di Jakarta.
Tidak aku tidak ingin membeli buku. Memangnya di toko buku hanya menjual buku saja.

Sekarang toko buku sudah modern, tidak hanya buku, mereka juga menjual alat tulis, alat olahraga, bahkan alat musik. Tapi yang sekarang sedang aku cari adalah spidol.

Kenapa?
Kalian masih tidak mengerti apa yang membuatku kesal. Baiklah akan kupersingkat saja. Aku kesal karena di studio tidak melakukan apa-apa, Gracia belum kembali, dan Shani akan pergi ke Palembang.

Bayangkan, yang satu belum kembali, yang satu lagi akan pergi juga. Dan aku, tidak melakukan apa-apa.

Saat tahu aku akan pergi, Shani berusaha menghentikanku. Tapi aku mencegahnya terlebih dahulu. Aku tidak mau kalau nanti malah melampiaskan emosiku kepadanya.

Lalu kenapa aku menceritakan kalau tadi pagi aku disuapi bubur oleh Shani?
Tidak apa-apa. Kau hanya ingin pamer saja. Dan..., gara-gara menceritakan hal itu rasa kesalku sepertinya sudah hilang.
Lagipula seperti anak kecil saja, ada masalah malah ngambek dan kabur.

Kembali lagi dimana aku sedang mencari spidol. Aku mencari beberapa spidol bermacam warna untuk nantinya akan kugunakan menandai lirik lagu. Aku tandai agar aku tahu dimana aku harus menggunakan berbagai macam teknik vokal, seperti falsetto, husky, forte, dan sebagainya.
Dan juga untuk menandai part-part bagian kak Nadila, Aurel, kak Rona dan Sisca nanti.

Tapi karena aku orangnya pilih-pilih, jadinya aku memang sedikit lama dalam memilih warna-warna spidol yang akan kubeli. Mungkin sudah satu jam lebih aku duduk di depan rak spidol ini.
Aku tidak peduli kalau orang-orang melihatku. Aku tidak malu. Karena belum tentu juga aku akan bertemu dengan mereka lagi kan.

Untuk mengecek warna spidol yang akan kubeli, aku menggunakan lenganku sendiri sebagai media corat-coret. Lengan bagian bawah, kalau bagian atas susah. Lebih tepatnya di bagian yang terlihat lebih putih. Tapi kalau milikku putih semua sih.
Ya, begitulah.

Jadi aku menggunakan lenganku sebagai media corat-coret, sekalian membuat tato temporer. Hahaha..

Kenapa?
Kalian ingin tahu 'tatoku'?
Hanya tulisan Love Only To God & SIN saja. Jika orang awam melihatnya, mungkin akan bingung.. 'Cinta hanya pada Tuhan dan dosa?'.
Tapi SIN yang kumaksud adalah, inisial nama Shani, bukan yang lain.
Tadinya aku ingin menuliskan 'Nihilism', tapi aku ragu kalian akan berfikir yang aneh-aneh.. Jadi ya sudah.

Tidak.. Tidak.. Aku bercanda.
Tadinya aku ingin menuliskan,.. 'Fear Only God, Love Only SIN'. Tapi aku berfikir.., Apakah Tuhan memang harus ditakuti? Apakah kita harus hidup dipenuhi rasa takut? Bukankah akan lebih menyenangkan kalau hidup dipenuhi oleh cinta..
Lagipula bukankah Tuhan itu maha penyayang?

Ah, baiklah aku akan jujur.. Kalimat 'Fear Only God, Love Only SIN' itu terlalu panjang. Hanya itu sebenarnya alasanku. Sedangkan di paragraf sebelumnya, aku hanya berusaha agar terlihat bijak saja.

Setelah memutuskan spidol mana saja yang akan kubeli -dan menyelesaikan 'tatoku' tentunya- aku langsung menuju kasir.
Dan bertepatan juga saat itu hapeku bergetar, ada pesan masuk. Tidak lama setelah itu ada telfon masuk juga yang langsung aku angkat.

"Dimana lo?"

"Kelamaan lo ngirimnya" aku membahas hal lain yang lebih penting.

"Ya kan gue harus nyariin kertas mereka dulu.. Lo juga naruhnya sembarangan sih"

"Kan bisa kirim musiknya dulu buat gue pelajarin" balasku. "Udahlah, sekarang lo kerjain aja bagian lo.. Gue kerjain bagian gue"

"Sekarang lo dimana sih?"

"Nanti juga gue balik.." balasku mengakhiri telfon tersebut.


~~~~~

Aku kembali ke rumah latihan saat sore hari, lebih tepatnya sekitar jam 4 -lebih sedikit- guna menghidari macet karena jam pulang kerja.

Dan saat aku kembali, baru beberapa langkah memasuki rumah latihan...,

"Kemana aja..?" Shani langsung menyambutku dengan pertanyaan.

"Beli spidol" jawabku seadanya. "Kalian udah mau berangkat?" tanyaku krmudian pada para member KIII yang lain.

"Baru mau.. Kenapa emang?" jawab kak Nadila yang kemudian bertanya balik.

"Tunggu setengah jam lagi ya..., 15 menit deh" balasku. "Tungguin 15 menit aja"

"Beli spidol dari pagi sampe sore gini?" Shani menyahuti.

"Kan harus milih dulu, Shan" balasku. "Udah dulu ya, aku--"

"Udah makan siang?" Shani tidak membiarkanku pergi begitu saja.

"Kamu kayak ibu aku lama-lama" balasku lagi.

"Mas..."

"Udah. Aku aku udah makan siang. Sekarang aku mau ke studio dulu ya.. Ada yang harus aku kerjain" aku langsung bergegas hendak ke lantai 2.

"Tunggu" tapi Shani dengan cepat menahanku.

Dan dengan cepat dia membuka hoodie yang daritadi menutupi kepalaku.

"Waaaaahhhh..." reaksi yang berlebihan dari para member lain.

"Astaga.... Ini maksudnya apa? Rambut kamu kenapa?" Shani memberikan pertanyaan beruntun.

"Aku...habis...potong rambut jadi lebih pendek kan" jawabku apa adanya. Sebelum kembali tadi aku sempat mampir untuk potong rambut terlebih dahulu. Dan potongan rambutku bukan yang aneh-aneh, seperti potongan rambutku yang biasanya, hanya potongan rambut pada umumnya. "Kan biar poni aku ga jatuh ke depan lagi"

"Tapi emang harus warnain rambut segala?" tanya Shani lagi. Mungkin itu yang sedikit berbeda.

"Kamu mau aku ga warnain rambut aku lagi?" aku balik bertanya. "Mau aku liat aku sama warna rambut asli aku"

Shani seketika terhenyak. Dia melirik sebentar ke arah para member lain sebelum kembali memandang ke arahku.

"Jangan macem-macem" ucapnya memperingatkan.

"Aku ke atas dulu ya..."

Akhirnya aku bisa pergi ke atas juga. Saat menaiki tangga aku dengan sengaja mengusap-usap rambutku sendiri. Dan tentunya itu langsung mendapatkan reaksi...,

"Keren, kak.. Cocok"

"Makin ganteng"

"Mas.. Udah, cepet sana!!"

Jadi orang yang good looking, itu tidak sepenuhnya mudah lho. Maaf kalau kalian tidak relate..

Begitu masuk ke studio aku langsung disambut oleh...,

"Dariman--"

"Diem.."

"Rambut lo kenap--"

"Stop" aku memotong ucapan bang Andre lagi. "Udah ga usah banyak nanya lo.. Kita harus cepet"

"Mau ngapain emang?" pertanyaan bodoh terlontar.

"Acoustic udah nulis lirik, lo udah bikin musik. Tapi masih ga ngerti kita mau ngapain?"

"Maksud gue--"

"Kita bikin demo lagunya dulu.. Biar mereka bisa pelajarin dulu"

"Berarti verse-1 sama verse-2 udah jadi.."

"Ya..., kurang lebih" balasku lagi. "Bagian chorus udah lo bikin dan lo record juga kan.."

"Udah sih. Tapi bentar..., kita belom liat udah pas apa belom bagian verse sama chorus"

"Dipas-pasin aja lah.."

"Yaaa... Udah kalo gitu" jawab bang Andre akhirnya. "Tapi ga mau nungguin bang Fey dulu?"

"Ga usahlah. Kelamaan. Ribet"


~~~~~

IMG-20200807-232240.jpg


"Ini flashdisk isinya demo lagu. Kalian pelajari ya" bang Andre nyerahin flashdisk beserta kertas lirik ke para anggota Acoustic yang sekarang sudah mau berangkat ke Palembang bersama dengan team KIII.

"Bagian chorus itu suaranya bang Andre.. Jadi sorry kalo jelek" sahutku dari lantai dua.

"Diem lo" balas bang Andre.

Aku hanya melihat saja dari lantai dua ketika bang Andre menyerahkan demo lagu untuk Acoustic yang baru -beberapa menit yang lalu- selesai kami buat.

Ya, setelah membeli spidol tadi..., aku langsung mencari makan siang (aku tidak bohong pada Shani). Sembari makam siang, aku menuliskan lirik untuk lagu acoustic, menyesuaikan dengan musik yang sudah dibuat oleh bang Andre. Begitu selesai, aku tidak langsung kembali, tapi mampir dulu untuk potong rambut (tadi sudah aku ceritakan).
Dan begitu aku kembali ke rumah latihan, seperti yang sudah kuceritakan di atas. Membuat demo lagu.

Sebenarnya saat recording tidak terlalu lama karena aku melakukannya dalam sekali coba tanpa mengulang. Tapi saat menggabungkan part recording-ku dan part recording bang Andre, itu cukup memakan waktu.
18 menit totalnya..., melebihi dari waktu yang kuminta dari KIII untuk menunggu ku. Tapi tidak apa-apa, yang penting demo-nya sudah jadi dan bisa dipelajari oleh para anggota acoustic.

"Kalian hati-hati ya..." aku melambaikan tanganku mengatar keberangkatan KIII. "Kabarin kalo udah nyampe sana" basa-basi saja.

"Kirain disuruh nunggu mau ikut.." celetuk kak Nadila.

Aku sedikit merinding mendengarnya. Seperti dia akan merencanakan sesuatu jika semisal aku memang ikut.

"Engga.. Besok gue ada perlu" jawaban asal.

Shani yang tadi siap-siap mau berangkat bersama dengan yang lain secara tiba-tiba meletakkan kopernya dan kemudian naik ke atas untuk menemuiku.

"Lho..., Shani" teriak beberapa mber yang lain.

"Kamu ga mau berangkat?" tanyaku saat Shani sudah berada di depanku.

"Tangan kamu"

"Oh, mau salim.."

"Kiri" sahut Shani ketika aku hndak menggerakkan tangan kananku.

"Ini bukan naik angkot, Shan.."

"Tangan kiri kamu kenapa?" tanyanya akhirnya. "Rambut disemir.. Tangan ditato"

"Kok balik lagi bahas rambut sih.."

"Ya kamu.., kenapa ga semir hitem aja sih? Kok abu-abu gitu"

"Ash grey" aku membenarkan.

Benar, rambutku sekarang kuwarnai ash grey. Kenapa?
Sederhana saja... ash GREy. See?
Aku tidak hanya memikirkan Shani. Tapi Gracia juga.

"Lagian ini tato juga dari spidol, besok juga hilang.." ucapku lagi.

"Ya, tapi apa maksudnya itu?" Shani masih bertanya.

Dan pertanyaaannya itu hanya kujawab dengan menunjuk kata 'SIN' di lenganku, kemudian menunjuk ke arahnya.

"Udah ayok.. Salim dulu sini" ucapku akhirnya sambil nengulurkan tangan ke arah Shani yang langsung disambut olehnya.

"Ooooohhh... Mau salim" respon para member lain melihatnya.


~~~~~

KIII sudah berangkat dari tadi, dan sekarang lantai bawah giliran dipenuhi oleh para member team J. Jadi memang lebih baik bagiku untuk bersembunyi di dalam studio.

Bukan.. Aku tidak sedang menghindari Stefi. Kalian jangan berfikiran seperti itu..
Kenapa? Kalian tidak berfikiran seperti itu?

Alasan?
Alasan kenapa sekarang aku bersembunyi di dalam studio?

Eeee.... Shania.
Aku hanya tidak ingin mendapat omelan dari Shania..

Taiwan?
Ah, iya.. Benar juga Shania sedang di Taiwan bersama dengan Gracia.

Ya, terserahlah kalian mau berfikiran seperti apa kenapa aku bersembunyi.
Entah itu karena takut dipatil oleh Michelle atau takut diinjak oleh Gaby, terserah. Tapi yang jelas, aku tidak sedang menghindari Stefi.

Untuk mengisi wakru luang, aku mencoba untuk menulis lirik lagi saja, yang mungkin nantinya langsung akan aku record. Dan agar suasana tidak begitu sepi, aku memutar demo lagu. Mau bagaimana lagi.., setelah KIII berangkat, bang Andre malah pulang.
Aku bisa saja pulang ke rumah, tapi di rumah tidak ada siapa-siapa. Lagipula mungkin memang lebih baik untuk disini terlebih dahulu, daripada harus bolak-balik. Lagu acoustic belum sepenuhnya jadi kan. Baru demo lagunya.

Disaat aku sedang menulis lagu, tiba-tiba hapeku berbunyi menandakan adanya pesan masuk. Dari Sisca...,

IMG-20200828-114935.jpg


IMG-20200828-114933.jpg


Hanya mengabarkan kalau mereka sudah sampai di Palembang dengan selamat. Baguslah.


~~~~~

"Ku tak ingin dengar kata penuh harapan
Terlalu sulit tuk hadapi kenyataan
Ku terus mencari cara tuk bahagia
Namun selalu saja mabuk jadi pelarian
Rasanya tak berarti, ku tak peduli
Walau terlihat lebih baik sendiri, ku merasa sepi
Saat ada yang bertanya, apa kurasakan
Senyum lebarku selalu menjadi jawaban
"

"Terlalu sulit hadapi kenyataan ya?"

Aku yang sedang proses recording dikejutkan oleh celetukan seseorang.
Reflek aku langsung menoleh dan...,

IMG-20200823-171527.jpg


"S...Stef?"

"Segitu sulitnya ya?"

"E...Engga. Bukan gitu. Aku..."

"Aku juga ngerti kok.., setelah semua yang kita lakuin. Terus tiba-tiba ternyata aku ini kakak kamu... Itu aneh kan"

"Hei" aku tidak terima. "Aku yang lebih cocok jadi kakak ya, aku yang lebih tua"

"Eh?!! Tapi di silsilah, kamu itu cuma adik kecil buat aku" dia juga tidak mau kalah.

"Adik kecil??" aku sedikit tidak percaya dengan pernyataannya barusan.

"Iya lah.., meskipun ada bagian yang besar. Bukan. Bukan itu" balasnya. "Maksud aku, kamu ga ada pengalaman jadi seorang kakak.. Jadi mendingan aku aja yang jadi kakak"

"Justru itu"

"Apa? Udahlah, kamu cukup jadi adik kecil yang manis dan nurut sama kakaknya ini" sekali lagi dia menyebutku 'adik kecil'?

"Engga. Kamu dengerin aku dulu.. Kamu selama ini udah jadi kakak kan, maka dari itu sekarang giliran kamu coba memposisikan diri kamu sebagai adik" balasku akhirnya.

Stefi hanya terdiam sekarang. Dia tidak membantah atau apa, dia hanya terdiam. Sepertinya dia sudah menerima kalau aku adalah kakaknya.

"Jadi..., biarin aku jadi kakak yang akan ngelindungin kamu" ucapku. "Kayak sebelumnya"

"Kayak sebelumnya?" tanyanya memastikan.

Aku mengangguk. Tapi kemudian kami sama-sama terdiam, mungkin katena canggung.

"Kamu ga latihan? Kok kesini?" tanyaku kemudian untuk sekedar basa-basi.

"Ini jam berapa? Latihannya udah selesai lah" balasnya.

Dan kami kembali dia seperti sebelumnya. Sampai akhirnya...,

"Aku yang kakak" ucap Stefi lagi.

Aku hanya tertawa kecil menanggapinya. Entah kenapa ucapannya barusan lebih terdengar seperti candaan bagiku. Bahkan Stefi sendiri juga ikut tertawa setelahnya.

Dan sedetik kemudian, entah siapa yang memulai.., tapi bibir kami sudah saling menyentuh seakan merindukan satu sama lain.

"Kayak sebelumnya..." ucap Stefi menggoda saat ciuman kami terlepas.

Tak kubalas ucapannya itu dan lebih memilih untuk kembali mencium bibirnya.. Stefi sendiri juga membalas ciumanku dengan lebih liar dari sebelumnya.

"Ya. Kayak sebelumnya" ucapku sesaat setelah ciuman kami terlepas lagi. "Aku akan ngelindungin kamu kayak sebelumnya. Seenggaknya sampe kamu ketemu cowok yang bener-bener bisa gantiin aku buat ngelindungin kamu"

"Emang ada yang bisa gantiin kamu?" tanyanya heran.

"Ada lah.. Pasti ada" balasku. "Tapi aku juga ga tau siapa"

Stefi memasang ekspresi cemberut lucu di wajahnya. Membuatku gemas.

"Ya, mungkin kamu aja yang belum ketemu" ucapku lagi. "Belum ketemu bukan berarti ga ada kan.."

"Ya udahlah, itu dipikirin nanti aja.. Sekarang kita ngelakuin yang 'kayak sebelumnya' aja yuk" Stefi memberikan tatapan menggoda.

"Hah?? Engga.. Engga. Engga, Stef" tolakku. "Udah, hei...!! Inget, kita ini apa?"

"Adek kakak mana yang ciuman bibir..?" tanyanya. "Lagian bukan adek kakak kandung juga kan.."

"Eee... Udahlah, mendingan kamu pulang aja deh"

Secara tiba-tiba dia mendorongku sampai membuatku jatuh terduduk di atas sofa. Kemudian Stefi merangkak naik di atas sofa, atau mungkin lebih tepatnya di atasku.

"Emang kamu ga kedinginan apa? Sendirian di dalem ruangan ber-AC gini?" Stefi kembali menggodaku.

"Aku bisa naikkin suhunya" aku tidak berbohong. Remote AC-nya sudah ketemu kok.

"Kak..., memek adek gatel nih"

"Hei!!" aku benar-benar tidak menyangka dia akan mengucapkan hal tersebut.

"Memek adek pengen disodok-sodok sama kontol kakak yang gede"

Sudahlah, aku sudah tidak tahan lagi. Kupegang kedua bahunya, kemudian kudorong sampai kami berdua bangkit dari sofa. Lalu kuputar tubuhnya dan akhirnya kudorong dia keluar ruangan.

"Pulang!!!"

Stefi hanya meresponku dengan memberikan tatapan cemberut, tapi pada akhirnya dia melangkah menjauh.

"Pokoknya aku yang jadi kakak"

"Stefi..!!"

IMG-20200823-171339.jpg



Bersambung.jpg



-Bersambung-
 
Catatan Penulis:


Apa sekarang kalian paham kenapa selalu ada kata 'Makasih' disetiap catatan penulis??
Kalo engga, juga gapapa sih.

Dan..., gimana?
Mendingan Adrian atau Stefi yang jadi kakaknya?


Makasih
• TTD H4N53N
 
lagi kangen stefi ya hu dimana mana bikin cerita ada stefinya wkwkwk.... alias adeknya stefi lebih cakep deh...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd