Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Bapanya adrian gak mungkin ngejodohin anaknya sama 2 cewek kan?

AYOO ABINNN EHEHEHE
Sisca 'main' bukan sama adrian itu yak?
Mpen feni kah(?)

Makasih apdetnya 4646 sekale huuu
 
Bapanya adrian gak mungkin ngejodohin anaknya sama 2 cewek kan?

AYOO ABINNN EHEHEHE
Sisca 'main' bukan sama adrian itu yak?
Mpen feni kah(?)

Makasih apdetnya 4646 sekale huuu
Tapi bukan ga mungkin hu, tau sendiri bapak nya adrian gmn
 
ente tu yang mencurigakan.,
anak band kenapa bisa direply.,??
wkwkwk

wuih asyik update, makasih kak Ads.

alias

kak Bii pamer tuh abis trending nomor 1, apa tidak mau dibalas? jangan kalem mulu lah

Revisi baru selesai baca.
Mantab kak Ads, tunjukkan sisi sejati seorang kampret. Ditunggu eksekusi Mpen, Rel, Sis, dan lainnya. Tetap jaya kampret!
Kampret Jaya!! Jaya!! Jaya!!

akhirnya thacil lagi wkwk
akhirnya ya..

Waaaa

Gua bingung nihhhhhhhhh

Yg di Jodohin sapa sihhhhhh

DEDE BULE, GREE, Apa MAMA SUNNY SIHHHH

tapi Itu list ane klo 4 plus NIA
semuanya aja dijodohin, wkwkwk

lovesick girls bukan title track hu... first single kali... atau second yah abis how you like that... wkwkwk....


IMG-20201016-222607.jpg


IMG-of2apn.jpg


IMG-rr38f0.jpg


IMG-2gt4ib.jpg


IMG-20201007-180450.jpg

Makasih apdet-nya kak Ads.
BTW, sekilas ada spoiler SS si Cahyadi. Apa mungkin 4some sama si Cahyadi? Mantap!
hmm..., mungkinkah?

hayuuu di tunggu updatenya
udah wey.. Periksa dulu napa

Maaf baru nimbrung, ini thread baru ya? Yang lama ada? Mau nyimak hu😁🙏
baru? lama? Apa sih maksudnya?

Bapanya adrian gak mungkin ngejodohin anaknya sama 2 cewek kan?

AYOO ABINNN EHEHEHE
Sisca 'main' bukan sama adrian itu yak?
Mpen feni kah(?)

Makasih apdetnya 4646 sekale huuu
habis main diblok, wkwkwk

Tapi bukan ga mungkin hu, tau sendiri bapak nya adrian gmn
eh?! Kenapa emang bapaknya?

ditunggu woy yang ber 4, uda diizininkan nambah anin pas jadinya greshanin hehe
GreShaNin ya.. Hmmm

Vanka emang mantap sih... Hhehehe. Makasih suhu updatenya
sama-sama
 
Part 53: Reunion


In-Shot-20201108-051538773.jpg


Ya, begitulah.. Malam yang indah.
Dan sekarang ini Gracia dan Thacil masih terlelap dengan wajah bahagia yang menandakan kalau mereka mendapatkan pengalaman yang indah juga semalam. Tapi saat ini melihat wajah Gracia yang tidur malah membuatku gemas ingin menciumnya, maka aku pun memutuskan untuk mencoba menciumi pipinya tanpa membangunkannya.

Beberapa kali aku menciuminya sampai akhirnya aku melihat senyuman yang mengembang di bibirnya. Apakah aku membuat Gracia terbangun?
Atau kah...,

"Gee.. Ayo, bangun... Ga usah pura-pura tidur gitu" aku menjawil hidungnya beberapa kali.

"Aahhhh..., kak Ads.." Gracia membuka matanya dan tersenyum ke arahku.

"Bangun dari kapan?" tanyaku kemudian.

"Daritadi sih, dari kak Ads senyum-senyum sendiri.." balas Gracia. Itu artinya dari semenjak aku mengingat kejadian semalam. "Kenapa senyum-senyum sih kak Ads?"

Tak kujawab pertanyaan Gracia, dan lalu kucium keningnya yang tentu saja membuat wajahnya memerah. Kemudian kubalikkan badannya agar memunggungiku dan langsung ku peluk dirinya dari belakang. Sambil meremasi lembut kedua payudaranya secara bergantian, tak lupa pula aku menciumi pundaknya yang terbuka.

"Kak Ads.. Kok ada yang nyolok-nyolok pantat aku sih?" tanya Gracia dengan nada polos menyinggung soal penisku yang memang sengaja ku posisikan agar menyenggol-nyenggol pantatnya.

"Gatau nih.. Lagi nakal nih dia, coba kamu hukum deh" bisikku pelan di dekat telinga Gracia.

"Hmm... Bisa aja. Beneran nih .au aku hukum?" Gracia balik menggodaku.

Sedetik kemudian Gracia sudah masuk ke dalam selimut dan mulai bisa kurasakan rasa hangat menyelimuti batang penisku. Aku juga bisa merasakan lidah Gracia yang berputar-putar di sekujur penisku.

"Ssshhhh.... aaahhhh... sshhh.." desahanku tidak kutahan sama sekali.

Karena aku juga sedikit berharap agar Thacil terbangun dan ikut bergabung bersama Gracia, maka aku terus mendesah semakin keras seiring juga dengan semakin liarnya Gracia memainkan penisku dibawah sana.

Gracia terus menerus menyerang penisku dengan bibir dan lidahnya sampai akhirnya dia tiba-tiba menghentikan serangannya itu dan bertanya padaku..., "Kok berisik sih, kak Ads.. Nanti kalo Thacil kebangun gimana?"

"Hehe.. Udah, ah lanjutin" balasku yang kemudian mendorong pelan kepalanya agar kembali memanjakan penisku.

Tanpa berfikir lebih lama, dia menuruti pemintaanku. Gracia kembali menghisap penisku pelan-pelan dan mulai mengulumnya dengan begitu kuat. Aku membalasnya dengan mengelus-elus dan meraba-raba pantat bulat Gracia, sementara dirinya melayani batang penisku dengan segenap nafsu dan gairah.

"Sssh... ahhh... enak, Gee... ahhh... terus... ahhh.... makin pinter aja sih nyepong kontol..." aku sesekali menyelipkan beberapa helai rambut Gracia yang terkadang jatuh menghalangi wajahnya.

Gracia yang sepertinya sudah terbakar birahi, terus melumat dan menghisap penisku dengan penuh nafsu. Mungkin pagi ini dia sangat ingin meminum spermaku, dan aku akan dengan sangat rela memberikannya.

"Terus, Gee... uhhh..."

Dan disaat aku sudah ingin keluar, sekali lagi Gracia menghentikan kulumannya secara tiba-tiba.

"Kak Ads sebenernya mau bikin Thacil bangun ya.." tuduh Gracia.

"Engga lah..," bantahku. "Kalo aku mau bikin Thacil bangun, gini caranya"

Aku kemudian bangun lalu memposisikan diriku berlutut di atas ranjang di samping Thacil yang masih tertidur, dan selanjutnya aku mulai menggesek-gesekkan penisku tepat wajah Thacil.

"Kak Ads..,"

"Ssttt... diem dulu"

Tepat setelah aku mengatakan hal tersebut, Thacil pun mulai membuka bibirnya sedikit hingga aku bisa memasukkan kepala penisku ke dalamnya. Lalu kudorong pelan sampai...,

"Haakk..." Thacil pun bangun juga pada akhirnya.

Dia awalnya sedikit kaget, tapi ketika aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur seolah mengentoti mulutnya Thacil langsung membalasnya dengan memberikan sedotan yang sangat kuat.

"Tuh kan.., emang udah kebiasaan dari dulu aku sering bangunin dia kayak gini, Gee" jelasku pada Gracia.

"Puaaahh... Boong!!" Thacil melepaskan penisku sebentar. "Biasanya malah main langsung tusuk aja ga pake bilang-bilang"

"Udah ah, lanjutin aja nyepongnya" aku sedikit mendorong belakang kepala Thacil dengan tangan kananku agar dia kembali mengulum penisku, sedangkan tangan kiriku kugunakan untuk meremas kedua payudara Thacil secara bergantian. "Mantep banget sih ini toket, hehehe.."

"Udah ah.., aku mau mandi aja..." ujar Gracia yang ngambek dan hendak pergi ke arah kamar mandi.

Tapi dengan cepat aku memegangi tangannya guna menahan kepergiannya. Kemudian kutarik pelan dia agar mendekat ke arahku sebelum akhirnya kucium bibir Gracia lembut yang ternyata langsung dibalas olehnya.

"Ga usah ngambek gitu.." ucapku.

Gracia tidak membalasku, dia hanya menatap sinis ke arah Thacil yang kini tengah asyik menghisap penisku dengan liarnya. Hal itu dilakukannya karena gerakan pinggulku tadi sempat terhenti ketika berciuman dengan Gracia.

"Dan ga usah marah sama Thacil juga" ucapku lagi menenangkan Gracia. "Cil.., lo ngga ada kegiatan hari ini?" tanyaku kemudian pada Thacil.

"Puaaahh... masih nanti sore sih kak" Thacil melepaskan penisku sejenak dan lalu menjilati batangnya. "Kenapa?" tanyanya yang kemudian bermaksud kembali mengulum penisku.

"Udah, Cil.. Cukup" tapi aku segera mencegah Thacil. "Ayok, sekarang giliran kamu" pintaku pada Gracia setelahnya.

Akan tetapi Gracia tidak langsung mengabulkan permintaanku, dia hanya memegangi penisku sambil menatapku dengan sinis.

"Ayo dong, Gee cepetan.." aku sedikit tidak sabar.

"Aku bakal buktiin ke kak Ads kalo dada aku juga bisa muasin kak Ads.." Gracia mengeluarkan ultimatum sambil melotot ke arahku yang malah terlihat mengemaskan di mataku.

Kemudian dia menarikku agar duduk di tepi ranjang sebelum akhirnya berlutut di hadapanku.

"Tapi kak Ads tangannya jangan nakal ya.. Aku bakal bikin kak Ads keluar cuma pake dada aku"

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Tak masalah bagiku dia ingin memuaskanku menggunakan bagian tubuhnya yang mana, asalkan aku tidak harus merobek selaput daranya, tak masalah. Ada saatnya sendiri bagiku untuk itu. Dan sebenarnya memang ini tujuanku dari awal, sejak menggodanya untuk mengulum penisku, membangunkan Thacil, sampai membuatnya cemburu. Tujuanku sebenarnya adalah ini. Mendapat titfuck dari seorang Shania Gracia.

Kubuka pahaku guna memberi ruang untuknya, kubuat diriku senyaman mungkin sebelum mendapatkan kenikmatan yang akan datang. Kubiarkannya Gracia menempatkan tubuhnya di posisi yang dia suka, dan menikmati setiap detik mulai bagaimana kedua tangan Gracia memegang kedua bongkah payudaranya, lalu menjepit penisku yang tegak berdiri.

"Ohh... ssshhhhhh.." desisku tak tertahan begitu merasakan himpitan hangat payudara Gracia pada batang penisku.

Gracia pun mulai menggerakkan kedua payudaranya naik turun mengocok penisku. Gerakan kocokannya bervariasi: mulai kocokan di sepanjang batang penisku, kadang diselingi gerakan mengemut kepala penisku selama beberapa detik yang membuatku menggelinjang bahkan sampai menjinjit saking nikmatnya.

"Hohh.. Hmmpphhh.. Enak banget Gee.." desahku keenakan.

Birahiku semakin menggila melihat pemandangan seorang gadis idola ibukota yang sedang meremas-remas payudaranya sendiri agar bisa menghimpit dan mengocok batang penisku dengan maksimal. Akhirnya, aku yang tak tahan lagi untuk berperilaku menjadi 'anak baik' segera meraup bongkahan payudara putih mulus Gracia dengan kedua tanganku, lalu meremas dan menghimpitkannya lebih rapat lagi ke penisku.

"Eehh...?!!" Gracia terpekik kaget. "Kak Ads ngapaaaagghhhh..." kata-katanya berganti erangannya ketika jemariku mulai menarik dan memilin putingnya yang menggemaskan.

Tanpa memperdulikan protes Gracia, aku semakin semangat meremas-remas kedua payudaranya sambil berusaha mengocokkan penisku. Lalu aku banglit berdiri dan kemudian mulai menggerakkan pinggulku maju-mundur mencabuli payudara Gracia.

"Ahh.. Kak Ads nakal" rengek Gracia dengan nada manja.

Dengan buas aku memaju-mundurkan pinggulku, mengocokkan penisku di sela-sela payudara Gracia yang kini sudah dia cengkram sendiri oleh kesepuluh jarinya.
Sungguh pemandangan yang menakjubkan bagaimana Gracia kini sedang berlutut dihadapanku dan memberikan titfuck untukku sambil sesekali memeletkan lidahnya guna menjilati kepala penisku.

Terus kugerakkan pinggulku makin lama makin cepat, kupegangi kepalanya sebagai tumpuan. Gracia terus memberikan ekspresi yang menggemaskan guna menggodaku agar cepat keluar. Ekspresinya itu sungguh berbanding terbalik dengan apa yang sedang dia lakukan saat ini. Binal sekaligus menggemaskan. Sulit mencari gadis seperti dirinya ini.

"Aaahhh.. hohh..hoooh.. enak banget Gee.. haahh.. hahh.." nafasku sudah mulai ngos-ngosan akibat desakan birahinya yang makin menggelora.

SLEP..
SLEP..
SLEP..

Suara gesekan penisku dan payudara Gracia memgiringi racauan kenikmatan dariku dan, suara desahan tertahan dari Gracia yang sesekali keluar dari sela-sela bibir sensualnya. Meski adegan yang terlihat sekarang seperti aku yang 'memperkosa' payudara Gracia, namun sebenarnya kami berdua sama-sama menikmatinya. Aku yakin itu.

Dam ketika sedang asyik memaju-mundurkan pinggulku, tiba-tiba aku merasakan ada yang sedang memelukku dari belakang.

"Kok aku dilupain sih?"

Tentu itu adalah Thacil, aku bisa langsung mengetahuinya dari ukuran payudaranya yang sedang menempel punggungku. Selain itu dari suaranya, dan juga memangnya mau siapa lagi yang akan muncul?

"Thacil!! Katanya semalem doang" Gracia memprotes.

Tanpa menjawab protes Gracia, Thacil kemudian melepaskan pelukannya lalu ikut berjongkok dan mulai mencium bibir Gracia dan juga meremas-remas kedua payudaranya. Gracia yang merasa tak mau kalah segera membalas lumatan Thacil sambil sesekali meremas kedua payudaranya yang berukuran masif. Pemandangan yang sungguh sangat erotis.

Setelah puas saling cium dan jilat saru sama lain, Gracia dan Thacil yang masih berjongkok di hadapanku memberikan tatapan yang menandakan kalau nafsu birahi mereka sedang sangat tinggi dan harus segera dilepaskan.

Tanpa peringatan, Thacil langsung mengemut kedua bola zakarku sedangkan Gracia memberikan sedotan kuat di kepala penisku dan lidahnya juga memutar-mutar disana, ditambah juga lubang kencingku yang sesekali digelitiki dengan menggunakan ujung lidahnya. Sungguh kerjasama yang kompak.
Kemudian hal yang menakjubkan terjadi. Sambil tetap menyepong penisku, Gracia mulai menggerakkan tangannya guna menyepol rambutnya. Menyepong dan menyepol disaat bersamaan, sungguh multitalenta.

"Sllrrpppp.... slrrpp... Sslrppp...."

"Ahh... Cil..," aku pun mengerang kecil, karena terkejut dengan serangan tiba-tiba Thacil yang menghisap bergantian kedua buah zakarku dengan liar. "Te-Terusin.. Gee" ujarku sambil mengelus-elus kepalanya.

Dan jika tadi hanya ada satu kini, di hadapanku ada dua gadis idola yang tengah asyik menjilati seluruh permukaan penisku dengan mata yang tanpa berhenti memberi tatapan menggoda. Aku pun sesekali mengerang pelan sambil terus mengelus lembut kepala mereka berdua.

"Slrrpp... slrrpp...."

Gracia dan Thacil ini terus bersaing menjilati penisku hingga sekarang sudah penuh dengan campuran liur mereka berdua. Sama halnya dengan wajah dan dada mereka yang juga sudah basah oleh liur. Jilatan mereka yang semakin cepat dan liar membuat payudara mereka yang cukup besar bergoyang dan sesekali bergesekan satu sama lain.

Sebenarnya aku sempat ingin meminta mereka untuk menjepitkan penisku diantara kedua pasang payudara mereka, akan tetapi aku berfikir kalau hal itu akan lebih baik untuk penutup saja nanti.

Maka akhirnya aku memutuskan untuk menarik penisku dari serangan lidah mereka dan kemudian setengah berbaring di atas ranjang dan bersandar lalu meminta hanya kepada Gracia untuk melanjutkan kulumannya. Sedangkan pada Thacil aku memberinya kode agar mulai menjilati lubang anal Gracia agar melicinkannya. Menyodomi Gracia di pagi hari ini tentunya akan menjadi sesuatu yang bagus sebelum memulai aktivitas yang lain.

"Hmmph... Hachilh!!" Gracia yang mulutnya penuh oleh penisku sempat terkaget dengan serangan Thacil pada lobang pantatnya.

Akan tetapi dengan cepat dia bisa menguasai diri dan kembali menghisap penisku, bahkan hisapannya terasa lebih liar dari sebelumnya. Mungkin dia tahu kalau aku akan kembali melakukan penetrasi pada lobang pantatnya.

"Ayo, kak.. Masukin sekarang!!" ucap Gracia yang wajahnya sudah memerah dan nafasnya juga sudah memburu.

"Iya.. Iyaa.."

Segera ku berpindah ke belakang Gracia. Thacil memberiku ruang, dia bergesar dan rebahan di sebelah Gracia yang menungging. Sepertinya akan membiarkanku mengana, Gracia sedangkan dirinya sendiri akan bermain-main kembali dengan 'mainan' yang dibawanya sendiri.
Lalu aku mulai meremas-remas pantatnya sambil sesekali memukul-mukulkan batang penisku ke pantat gadis idolaku itu. Kemudian aku menyibak lobang pantat Gracia dan meludahinya.

"Siap ya Gee.." ajakku dengan meremas pantat Gracia yang menungging sangat merangsang itu.

"Iya, kak Ads.. Aku selalu siap dientotin, digenjotin, disodokin sama kontolnya kak Ads.." balas Gracia sambil menengok ke belakang memperlihatkan wajahnya yang penuh nafsu.

Setelah itu baru aku mulai melesakkan batang penisku ke dalam lobang pantat Gracia yang masih saja terasa sempit walau sudah beberapa kali aku masuki. Gracia seketika meringis menahan sakit dan nikmat disaat yang bersamaan.

"Iyaaahh... aaaaayooo.. dorooonng kak Adssshh.. dorooooonnngg “ seru Gracia tidak tahan lagi.

Perlahan aku menekan, Gracia sampai terpejam erat menggigit bibirnya merasakan penetrasi penisku, sangat perlahan penisku menembus lobang pantat yang sempit itu, ukuran penisku memang sesak dalam anus Gracia, namun batang kebanggaanku ini mili demi mili meluncur masuk dengan pasti.

"Iyaaa... Geeeeeee...." erangku merasakan nikmatnya jepitan lobang pantat Gracia yang sempit.

“Tariiiiiiiiiiiik... dorong lagi.. tariiik... iyaa.. aaaaaaaaaaauh oooooooooh.. penuh... aaaaaaaaaaaaaaauh mmmmhhhh.. ssssssshhhhh.... ssssssshhhhhh...." desis Gracia bercampur dengan erangan demi erangan, lenguhan demi lenguhan.

Tak karuan rasanya penisku terbenam dalam lobang pantat Gracia, kugerakkan penisku maju mundur dengan pelan-pelan agar lobang itu sedikit melebar, betapa luar biasa indahnya ketika kulihat bagaimana lobang pantat Gracia itu membuka dan menjepit batang penisku dengan ketatnya, kurasakan jepitannya meremas lembut penisku yang sudah masuk setengah.

“Terus kaakkkhh aauuuhhh... aaaahhhhh.. ooooooooooo.... iyyyaaaaa teruus kak Adrian sayaaanng.. aaahhh.... kak Adriaaann" erang Gracia tak karuan dengan menekankan dahinya ke ranjang.

Penetrasi batang penisku perlahan-lahan namun kuat, dinding-dindingnya meremas-remas lembut penisku sehingga kurasakan kehangatan dan kedutan lembut dari lobang pantat Gracia. Dirinya sampai meremas sprei sekuat mungkin, kurasakan penisku sebentar lagi akan mentok, kutarik dan kutekan berulang-ulang sambil tanganku memegang buah dadanya dengan kuat, kuremas sampai membuat Gracia tak karuan menjerit-jerit.

"Kak Adriiaaaaaaannnn..." teriak Gracia dengan suara berat tak karuan. "Genjot, kak... Genjot aku..!!" serunya kemudian.

Aku pun segera menggenjotnya dengan pelan-pelan membuat Gracia merem-melek keenakan sembari menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Teruussh... ooh..., enaknya kontol kak Adriaaann.. enaak.. aaaahhhhh ..aauuuhh aaahhh... aaahhh.... aaahhh..... aaahhh... ssssssshhh... ssssssssshhhhh..." lenguhan Gracia mengiringi genjotanku pada lobang lobang pantatnya itu.

Aku terus melakukan genjotan demi genjotan dengan tempo yang stabil, membuat Gracia ikut tergoncang-goncang seiring genjotan nakalku.

Entah sudah berapa lama aku menggenjot Gracia, tapi yang pasti tubuh kami kini sudah basah oleh keringat.

"Geeee aaaahhhh kaamuuu enak banget, Geeee.... ooooooooooh aaaahhhhh aaaahhhhh aaaahhhhh mmmmhhhhhh" lenguhku dengan mengubah tempo genjotanku, kadang cepat kadang lambat sampai Gracia tak karuan menggelinjang dengan suara erangan, desahan, lenguhan, jeritan, bahkan kata-kata vulgar juga sampai keluar dari mulut seorang Shania Gracia yang kini sudah benar-benar terbuai birahi.

Kutarik tanganku dan kupegang kedua pinggangnya, aku menggenjotnya lagi, Gracia ikut tergoncang-goncang, buah dadanya gondal-gandul sangat merangsang. Kuelus elus pahanya untuk memberikan rangsangan lebih.

“Kak Adriaan... aaahhhh teruus kaaakkhh.. enaaak... aaaahh.. Aku suka!! Aku suka digenjot kak Adriaaann.... oooo..... KOOOOOOOONTOOOOOOOOL!!!" seru Gracia dengan berteriak pada kata ucapan akhir itu.

"Iyaa Geee... ooh bo'olmu juga enaaaaaaaak... pantat kamu enak, Geeee...," seruku tak karuan merasakan penisku membentur bentur lobang pantatnya itu.

Penisku semakin lancar keluar-masuk lobang pantat Gracia sampai menimbulkan bunyi merdu nan merangsang.

CLEP!!
CLEP!!
CLEP!!
CLEP!!
CLEP!!
CLEP!!
CLEP!!

Kunikmati bunyi itu dengan mengadah sambil merasakan lobang pantat Gracia yang hangat,l. Gracia sampai pasrah ikut tergoncang-goncang akan genjotanku itu.

"Ganti gayaaaaaaaaa.. aaahhhh capek tauk kak nungging teruuus.." rengek Gracia manja dengan wajah dibuat cemberut.

Kuhentikan genjotanku sejenak, kutarik kontolku namun aku menghujamkan dulu ke depan dengan keras.

"AAAAHHHHH.. KAK ADS!!" Gracia nelotot karena gerakanku barusan. Tapi itu justru membuatnya terlihat semakinmenggemaskan, dan juga membuatku semakin bernafsu kepadanya.

Awalnya Gracia ingin berbalik terlentang, tapi segeran kucegah dan memintanya agar tetap tengkurap.

"Tetep tengkurep aja, Gee.. Ganjel perut kamu pake bantal" instruksiku. Gracia pun menurut, bantal berpindah. Aku kembali menindih Gracia sampai tak karuan badannya tertindih olehku.

"Kak Ads.. ayo genjotin lagi" pinta Gracia, aku kemudian menekan lebih dalam sampai penisku benar-benar masuk seluruhnya. Kuangkat tubuhku dan kemudian kunaikan pantat Gracia agar lebih ke atas, Gracia mendesis tak karuan.

"Uuuuuuuuuggghhh genjot.. genjooooooooot" seru Gracia menyemangati.

Genjotan aku lakukan dengan lumayan cepat.

"Oooh kak Adriaannn aaaaahhhhh aaaaahhhhh mmmmhhhhhh.. oohh aaaaaaaahhhh.. aaaaaaaaahhhhh mmmmhhhhhh.. aaaaaaaahhhhh aaaaaahhhhh mmmmhhhhh ssssssshhhhh sssssshhhhhhhh.. teruuus kak Ads.. terus kak Adriaan.. genjotin.. genjotin teruss.. cepetan dikit.. cepetan dikit" erang Gracia tak karuan dengan nafas memburu mencapai puncak birahinya.

PLOKKK..
PLOKKK..
PLOKKK..
PLOKKK..
PLOKKK..
PLOKKK..
PLOKKK..
PLOKKK..
PLOKKK..

Suara benturan selakanganku dengan pantat Gracia itu, menambah indahnya prosesi kawinku dengan salah satu gadis idola ibu kota ini. Gracia sampai terpejam erat dengan kepala menyamping, kurendahkan tubuhku sehungga aku bisa menciumi tengkuknya dan aku juga memegangi buah dadanya lalu meremasnya pelan hingga membuat Gracia menggelinjang tak karuan.

"Cupangin, kak.... cupaaaangin akuuu.. TANDAIN KALO AKU MILIK KAMU, KAK ADRIAANN" seru Gracia yang memintaku memberikan tanda pada dirinya.

Sepetinya Gracia sudah benar-benar berada dibawah kenadali nafsu birahinya sehungga tidak terlalu memperdulikan apa yang akan terjadi kedepannya.

"AAAAHHHH!!!" desah Gracia erotis. Kulihat tanda yang kuberikan dan membuatku tersenyum bangga.

Aku kemudian menggenjot lagi, kugenjot dengan cepat sampai aku semakin tidak tahan lagi.

"Kak Adrian sayaaang.. aaaahhhh.. cepeetaaaan.." lenguh Gracia dengan tubuh penuh keringat, rambutnya pun sampai berantakan.

Kupegangi pinggulnya dan kuangkat, aku menggenjot lagi, Gracia sampai menggeliat bak cacing kepanasan ketika aku mulai memompa lobang pantatnya itu. Erangan demi erangan, lenguhan demi lenguhan, jeritan demi jeritan Gracia semakin tak terkendali, matanya hanya terlihat bagian putihnya saja saat merasakan nikmatnya aku menggenjot lobang pantatnya maju-mundur. Tubuh Gracia sampai montang manting ke kanan dan ke kiri tidak tahan genjotanku itu, kurasakan nikmatnya lobang pantat Gracia semakin menyempit dan makin menjepit batang penisku, tangan Gracia meremas sprei sekuatnya. Genjotan demi genjotan itu membuat Gracia tak karuan, lobang pantatnya semakin ketat, kusodok dengan keras membuat Gracia ikut tergoncang-goncang. Tiba-tiba tubuh Gracia menegang kaku mendapatkan orgasmenya, kurasakan cairan hangat mengucur keluar dari vaginanya membasahi sprei kasur. Akan tetapi aku masih tetap menggenjot penisku.

"AAAAAKKKKKHHHH...." erang Gracia dengan nafas berat hampir putus itu.

Sambil tetap menggenjotnya, ku ciumi wajahnya, mulai dari pipi sampai akhirnya aku melumat bibirnya. Tubuh Gracia yang berkelonjotan itu tak menanggapi lumatanku, kualihkan pada pundak mulusnya, kemudian kembali ke lehernya, terutama bagian belakang lehernya.

Kugenjot dengan cepat karena aku sudah ingin muncrat, genjotanku semakin cepat dan aku pun merasakan penisku sudah tidak bisa menahan lagi. Kusodokan penisku dalam-dalam dan aku pun mengeram sambil menggigit tengkuk Gracia dan kucucukkan penisku dalam-dalam..

"AARRRGGGRR.... GRACIAAAAA..." erangku panjang saat mendapatkan orgasmeku.

CROOOTTZZ....
CROOOTTZZ....
CROOOTTZZ....
CROOOTTZZ....
CROOOTTZZ....

Kutembakan spermaku dalam-dalam di lobang pantat Gracia yang. Aku lemas tak berdaya dengan tubuh berkelonjotan, aku lemas mengawini Gracia yang juga terkapar menggelepar. Nafas kami serasa hancur, dada kami naik turun tak karuan, kami diam dengan pikiran masing-masing, Gracia memejamkan matanya dan belum membuka, kurasakan lelehan spermaku menerobos keluar dari sela sela lobang pantatnya yang tersumpal penisku.

Cukup lama kami terdiam sampai akhirnya...,

"Kak.., udah kan sama Gracia-nya. Sekarang giliran aku ya" ucap Thacil sembari menepuk-nepuk permukaan vaginanya yang telah basah karena ulahnya sendiri.

"Ehmm.. tapi semalem kan udah" jual mahal dulu lah. "Lagian...," aku menggantungkan kalimatku dan melirik ke arah Gracia.

"Hajar aja, kak.." sagur Gracia dengan mata yang setengah terpejam.

"Tap..." aku yang awalnya ingin membantah Gracia, seketika mengurungkan niatku. Mungkin saat ini Gracia belum sepenuhnya tersadar, jadi sebaiknya aku turuti saja perintahnya -yang sebenarnya membuatku senang- tadi.

"Oke" balasku kemudian. "Tapi-- eh Cil.." aku tidak menyelesaikan kalimatku karena tiba-tiba Thacil yang sekarang memegang tissue sudah mengelap penisku sebelum kemudian dikulumnya dengan rakus.

"Puaahhh... Kakak pasti ga mau masukin ke memek aku kalo habis bekas masuk yang lubang belakang kan, jadi aku bantu bersihin.." ucap Thacil ditengah kulumannya.

"Hmmpphhhhh... sssshhhh...." desisku keenakan.

Lalu aku mulai menggoyangkan pinggulku maju-mundur, membuat penisku yang panjang dan besar ini sampai mentok di tenggorokan Thacil dan membuatnya tersedak.

"Uhuuuk...!!"

"Sorry, Cil. Terlalu semangat, hehehe"

"Gapapa kok, kak.." jawab Thacil yang kembali mengocok penisku.

Tak hanya itu, ia juga menjilati batangku mulai dari pangkal hingga ke ujungnya, sampai membuatku menggelinjang merem melek karena keenakan.

"Cukup, Cil.. Cukup! Sekarang nungging!!" perintahku kemudian yang membuat Thacil sedikit curiga. "Gue mau pake lubang yang belakang lagi, Cil.."

"Eh!!!? Kok??"

"Kan semalem yang gue hajar habis-habisan memek lo.. Sekarang gue pengen hajar bo'ol lo nih" aku menjelaskan keinginanku. "Gapapa.., semalem kan udah gue coblos, pasti sekarang lebih lancar dan lebih nikmat lagi kok.."

Akhirnya Thacil menuruti juga permintaanku ini, dia membalikkan tubuhnya menungging, mengangkat tinggi pantatnya, sementara kepalanya bersimpuh di kasur.

"Pelan-pelan, kak...," sambil membuka liang anusnya, lagi-lagi Thacil memperingatkanku.

"Aaawwhhh... katanya di belakang, kok malah nyoblos memek sih kak?" protes Thacil hanya aku balas dengan tawa.

Tapi selanjutnya aku terus membenamkan batangku jauh ke dalam lorong sempit ini, lalu bergerak maju mundur dengan perlahan.

"Duuuhhh... ,, penuhhh bangeeet kak... ssshhhh nikmaaat bangeeet.... yang depaaaan aja ya kaaaak, biar sama-sama enaaaak.. oowwwhh..." pantat Thacil bergerak menjepit maju-mundur, berusaha mencari kenikmatan lebih dan lebih dari batangku yang sedang betah di dalam vaginanya.

"Tenang, Cil.. santai.. cuma minta pelumasnya aja kok. Kemaren pas gue sodok yang di belakang ini lo juga keenakkan kan"

"Iyaaa sih..., Ya udah, kak.. Pake aja semua lubang aku sepuas kakak!!"

Thacil pasrah saat aku menarik keluar penisku. Lalu dengan menggunakan jarinya, Thacil berusaha membuka liang anusnya lebih lebar, mempersilahkan batang pebisku untuk segera bertandang.

"Kemaren malem kak Ads sama Thacil sempet udah sempet main anal juga?" Gracia terdengar kaget, tapi karena tubuhnya masih lemas, dia hanya bersuara dan tidak bergerak.

Sepertinya Gracia tidak menyangka kalau Thacil bersedia untuk dianal. Mungkin dia lupa, semua gadis yang sudah jatuh ke dalam pesonaku kurasa bersedia melakukan apapun yang kupinta, termasuk Gracia sendiri.
Dengan kedua matanya, Gracia mengawasi batang penisku yang perlahan menghilang ke dalam tubuh teman masa kecilnya ini melalui jalur belakang.

"Aaaahhhhh.... yaaa... masssuuukkkhhh.." tubuh Thacil melengking, meski sudah pernah merasakan nikmatnya dikerjai dari belakang, tapi mungkin penetrasi awal akan tetap terasa sedikit perih. Thacil menoleh ke belakang, "uddaaahh masuk semuaaa kaaaakk..,"

"Belum, tapi ini udah cukup kok.." tanganku bergerak meremasi payudara Thacil, mengecup punggung mulusnya, lalu menarik tubuh Thacil agar lebih tegak.

Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa lobang pantat Gracia yang sudah beberapa kali aku pakai, masih terasa lebih sempit dibanding lobang pantat Thacil yang baru dua kali ini aku pakai. Mungkin memang batang penisku paling cocok dengan lobang pantat Gracia kalau untuk urusan anal seks. Jadi setelah selesai dengan Thacil, mungkin aku akan menganal Gracia sekali lagi. Karena sekali lagi..., Gracia.
Tapi untuk sekarang aku akan berfokus kepada Thacil saja.

"Gue bener-bener ga akan rela ngelepas lo, Cil.. Aaassshhh.... lo makin seksi aja sih...," bisikku di dekat telinga Thacil.

Wajah Thacil otomatis memerah mendengar pujian dariku.., "Kak Iaaann apa'an sih.."

"Kak Ads...!! Thaciiill..." Gracia kembali protes.

Dia pasti cemburu melihat bagaimana tingkah Thacil yang begitu serius untuk melayani setiap keinginanku. Gracia menunjukkan ekspresi wajah kesalnya dan menatap tajam ke arahku yang segera kubalas dengan memberikan senyuman terbaikku guna menenangkannya, namun hal itu malah membuat Gracia jadi salah tingkah sampai akhirnya dia membenamkan wajahnya yang memerah pada ranjang.

Memang aneh sih rasanya, ketika aku sedang menikmati bagaimana hangatnya lobang pantat Thacil akan tetapi mataku tertuju kepada Gracia yang merupakan 'pacarku'.

"Aaahhhh... ayoo kak Iaaann..., nikmatin akuuu..." desahan Thacil menyadarkanku dari lamunan dan dia sekarang justru semakin memanasi Gracia. Sambil berpegangan pada sandaran, dia menggerakkan pinggulnya, memberikan jepitan terbaik anusnya untuk memanjakan batang penisku.

"Owwwhhhh.., Tuuu kaann tambah mantep aja goyangan lo, Cil...,, oowwhh..," kupegangi pinggul Thacil untuk mengatur kecepatan ritme yang kuinginkan.

"Kak Ads... Aku laper.." keluh Gracia yang sekarang sudah berbaring terlentang dan menatap ke arah langit-langit.

Bisa-bisanya disaat seperti aku tengah menggenjoti lobang pantat temannya, Gracia justru mengeluh kelaparan.

"Ya udah, kamu pesen makan aja.. Tolong pesenin buat aku sama Thacil juga ya..." balasku tanpa menghentikan gerakan maju-mundur pinggulku.

"Mau pesen apa, kak?" tqnya Gracia yang sudah memegang hape ditangannya bersiap memesan makanan.

"Terseraaahh..., lo mau makan apa, Cil?"

"Pejuh!! Aku mau pejuh!!! Aku mau pejuhnya kak Adriaaann....," jawaban yang tak terduga dari Thacil. Mungkin.

"Terserah kamu aja, Gree.." balasku akhirnya.

"Aaahhh..., kak Adriaaann... sarapan aku ajaaa" goyangan pinggul Thacil semakin ganas, entah kenapa birahinya terlecut. "Kaaakk.. sooddooookk depaaan duluuu kaaak..." rintihnya kemudian.

Aku yang sudah hapal dengan tingkah Thacil ketika ingin orgasme segera mencabut penisku dari lobang pantatnya, dan tanpa ba bi bu lagi, langsung menghajar vagina Thacil dengan cepat.

"Kaaaakk nikmaaaattss.... aaahhhh penuhhh bangeeeeettss... aaagghh...,"

“Anjiiiiirr.., kenapa memek lo lebih sempit dari bo'ol lo sih, Cil... aaahhh" kupercepat sodokan batang penisku ke kemaluan satu-satunya member jeketi dari generasi 2 yang belum pernah berada di tim K3 ini.

"Kaaakk akuuu keluaaarrr.... aaaaahhhhh.... teruuusss.... sodoook teruuuusss.... yang daleeemm... aaaahhh.." tubuh Thacil melengking, berkelojotan liar, hingga akhirnya melemah.

"Balik, Cil.." pintaku pada Thacil untuk kembali telentang.

Sepertinya menggenjot Thacil sanbil dengan jelas melihat bagaimana ekspresi wajahnya yang tengah menikmati rojokan penisku akan yerasa lebih menyenangkan.

Thacil telentang, memeluk kedua pahanya, hingga lorong vagina dan anusnya terentang, memberikan pilihan bebas kepadaku untuk menikmati mana yang kuinginkan

"Aaaauuuhhhh... emang doyaaan lubang belakang yaaa kaaak..." seru Thacil saat aku kembali menusuk lobang pantatnya. "Pantesan pacaran sama Graciaa... aaahhh..."

"Ngga juga..." balasku.

Alasan aku berpacaran dengan Gracia tentu bukan hanya sekedar karena lobang pantatnya yang memang sangat nikmat, itu faktor lain lagi. Aku memilih Gracia bukan hanya sekedar karena nafsu semata, memang ada sedikit rasa nafsu, itu wajar. Tapi rasa sayang dan cintaku kepada Gracia melebihi rasa nafsu itu. Meskipun, sepertinya rasa sayang dan cinta Gracia terhadapku masih lebih banyak..

"Ooohhh...., berarti kak Ian seneng nyodok memek temen pacarnya yaaaa.. aaaahh..." mungkin kalau yang ini aku tidak bisa membantahnya. Aku tidak pantas membantahnya. Bahkan Gracia yang juga mendengar pernyataan Thacil barusan ikut mengangguk-angguk kecil seakan menyetujui hal tersebut.

Thacil kemudian merentangkan kedua pahanya, mengekspos lorong vagina yang terlihat sempit. Menggoda agar vaginanya kembali disodok.

"Aaaahh... Thaciiillll... aaaagghhh.., nih rasaaiiinnn..." lagi-lagi kuganti tujuan seranganku.

"Kaaakk.. masukin lebih daleeemm.." rintih Thacil saat melihat sebagian batang penisku masih di luar vaginanya. "Aaaaauuuhhh.... menthhoookk... aauuwwwhh.. Kaaakk, jangaaan keraasss-kerass... ssshhhh" kini justru Thacil yang meringis, ketika dasar vaginanya kugedor dengan keras.

"Aaaaggghhh..." seketika kuhentikan gerakanku sejenak. "Masuk kemana tuh, Cil?" tanyaku saat kurasa kepala penisku menerobos lorong yang lebih sempit.

"Gaa taaauu.." jawab Thacil sambil meringis menahan nyeri, mengamati batang penisku yang menghilang sepenuhnya kedalam tubuhnya. "Gerakin pelaan-pelaaan.. aaahhh iyyaaa... enaaak... enaaakkh bangeeet..."

"Cill... gue ga taahaaann... lo enak banget sumpaaahhh..." erangku yang hampir mencapai batasku. "Gilaaa, Cill... aaahhhh.." kupeluk tubuh Thacil dengan kuat. Menggencet payudara empuknya, melumat bibir gadis cantik ini dengan ganas.

Dan ketika diriku sudah akan mencapai klinakas, aku segera melepaskan diri dari Thacil dan kemudiab berdiri di atas ranjang dan mengocok batang penisku cepat. Thacil yang mengerti akan maksudku segera berlutut di hadapanku, dia juga menarik Gracia yang masih bermain dengan hapenya sehingga membuat dirinya nampak kebingungan kenapa dirinya ditarik.

Tapi setelah dia melihat ke arahku, Gracia langsung mengerti kalau aku ingin menembakan sperma diwajah mereka, kemudian mereka berdua membuka mulut mereka ikan-ikan yang akan diberi makan.

"NGGHHH!!!" aku menggerang bersamaan dengan penisku menembakan amunisinya.

CROOOTTZZ
CROOOTTZZ
CROOOTTZZ
CROOOTTZZ
CROOOTTZZ
CROOOTTZZ

Sekali lagi spermaku menyembur membasahi hampir seluruh wajah mereka mulai dari kening, mata, pipi, bibir, dagu, bahkan ada juga yang mengenai leher dan rambut mereka.

Berhasil membuat wajah cantik Gracia dan Thacil berlumuran spermaku di pagi hari yang cerah ini tentu membuatku bangga, sampai tanpa sadar diri ini tersenyum karenanya. Apalagi Gracia juga masih sempat kembali mengulum penisku meskipun matanya tertutup karena ceceran spermaku disana. Thacil juga ikut mengemut batang penisku dari bawah membuatku sedikit merinding geli. Geli geli sedap.

Selesai membersihkan penisku, mereka berdua kemudian menjilati sperma yang berceceran di wajah satu sama lain. Dan diriku yang sudah keluar dua kali di pagi ini langsung ambruk, rasanya aku ingin tidur saja sepanjang hari ini.

"Ayo, kakk.." tapi niatku itu segaera dicegah oleh Thacil yang sekarang menggiringku ke kamar mandi dibantu oleh Gracia.

"Udah kali.., kalian ga capek apa??" ucapku yang sudah sangat lemas. "Masa masih belom puas? Dengkul aku udah lemes nih..,"

"Puas kok, puas banget malah" balas Thacil yang diikuti anggukan kepala Gracia. "Tapi..., sekarang gantian" ucapnya kemudian.

Aku masih tidak mengerti maksud dari mereka berdua.

"Sekarang giliran kita yang mandiin kakak ya.." tambah Thacil yang lalu mengambil sabun cair dan menuangkannya pada kedua payudaranya yang berukuran masif. Kemudian meremas-remas sendiri kedua bongkahan dada yang menggoda tersebut sembari mengigit bibir bawahnya. Melihat hal tersebut, membuat Gracia merasa tak mau kalah dan akhirnya mengikuti Thacil.

Sepertinya 'Morning Sex' ku kali ini baru setengah jalan. Kurasa ini akan menjadi pagi yang sangaaaattt panjang.


~~~~~

Selesai mandi dan berpakaian aku segera ke dapur mencari sesuatu guna menganjal perut. Aku kelaparan.
Aku memakan beberapa buah, dan Gracia yang juga kelaparan daritadi memakan sereal yang berhasil ditemukannya.

"Kak Ads masih belum puas minum susu aku sama Thacil?" celetukan Gracia sukses membuatku yang memang sedang meminum susu hampir tersedak.

"Gee...,"

"Ehehehe, maaf" balas Gracia yang lalu melanjutkan memakan serealnya.

Kenapa?
Bagian Gracia dan Thacil memandikanku?
Masuk ke folder 'unreleased', hahaha...
Kurasa itu tidak perlu diceritakan lah. Tidak ada yang istimewa, mereka hanya memandikanku dengan cara menyabuniku menggunakan kedua payudara mereka.

Apa kalian tidak bisa membayangkannya sendiri?
Memangnya kalian tidak pernah mendapatkan hal seperti itu dari pasangan kalian?
Kasihan sekali.

Ya sudah, kalau kalian memaksa... Tidak, aku tetap tidak akan menceritakannya, karena mereka hanya sekedar memandikanku. Hanya itu, tidak kurang, tidak lebih. Tidak ada penetrasi. Capek lah gila. Dari semalam..

Kalau kalian tidak bisa membayangkannya, coba kalian tonton saja bokep yang temanya perselingkuhan, biasanya ada tuh.
Jangan.. Jangan tonton anime bergenre hentai atau ecchi, karena menurutku aneh saja kalau bernafsu pada karakter animasi 2D.
Sudahlah, jangan banyak protes, aku ingin sarapan.

"Kak, aku juga mau makan buah dong.." sahut Thacil yang pastinya juga kelaparan.

Dia hanya mengenakan jubah mandi saat ini, karena aku tidak yakin dia memakai hal lain dibaliknya. Sedangkan aku hanya memakai kaos dan boxer saja. Lalu Gracia, dia memakai jaket hoodie-ku dan untuk dalamannya, hanya celana dalamnya saja yang dia pakai.

"Mau buah a--"

"Pisang" jawab Thacil cepat sebelum aku selesai bertanya.

Mendengar hal tersebut langsung saja membuatku menatapnya curiga.

"Aku laper, kak..." Thacil memelas.

Karena tak tega aku akhirnya tetap memberikan pisang kepadanya.

"Makan yang normal" aku memperingatkannya yang hanya dibalas senyuman oleh Thacil.

"Lagi.." balas Thacil kemudian.

"Satu aja belum dimakan, udah minta lagi.."

"Aaahhh... aku mau dua!!" rengek Thacil yang membuat pikiranku berasumsi lain.

Dan sesuai dugaanku, Thacil tidak memakan pisang itu dengan cara yang 'normal'. Sudah terlihat tanda-tandanya bahkan sebelum dia membuka kulit pisang tersebut.
Thacil mengelus-elus permukaan pisang tersebut sambil memberikan tatapan nakal ciri khas-nya. Dan ketika dia membuka kulit pisangnya juga secara perlahan, lalu bukannya langsung menggigit, Thacil justru menjilati seluruh permukaan pisang itu terlebih dahulu sebelum kemudian mengemut ujungnya.
Tapi secara tiba-tiba Thacil mengigit pisang tersebit dengan keras yang tentu membuatku langsung merasa ngilu.

Tentu saja ngilu lah, di saat sedang fokus-fokusnya memperhatikan seorang gadis memainkan sebuah pisang, lalu tiba-tiba pisang tersebut digigit dengan keras. Sadis memang..

"Gre, emamg makanan kita belum nyampe ya? Kok lama?" tanya Thacil akhirnya.

Oh, iya.. Aku bahkan hampir lupa soal Gracia yang memesan makanan.

"Ah, iya... Aku belum cek hape lagi" balas Gracia yang langsung bergegas masyk ke dalam kamar memeriksa hapenya.

Jangankan aku, Gracia sendiri yang memesan makanan saja juga lupa.

Tak lama kemudian Gracia keluar kamar dan meminta ijin.., "Kak, aku ke bawah dulu ya ambil makanan.."

"Iya. Eh, udah dibayar belum Gre?" tanyaku kemudian.

"Udah kok, kak.."

"Ya udah, nanti aku ganti ya" balasku.

"Ya emang harusnya gitu.." dasar.

"Bentar, kamu mau keluar cuma pake pakaian kayak gitu?"

"Kenapa emang, kak Ads??"

"Ehmm.., engga. Gapapa.. Terserah kamu, aku ga mau terlalu ngatur" balasku kemudian.

"Aku pake celana deh.." sahut Gracia yang kemudian kembali ke dalam kamar.

Tak lama kemudian Gracia muncul lagi dengan bawahn yang lebih tertutup.

"Eh, Gre.." panggil Thacil pada Gracia yang sudah akan membuka pintu. "Bawa kartu akses gih, takutnya nanti pas kamu balik, ga ada yang bukain.."

Aku langsung memandang curiga ke arah Thacil. Sepertinya aku tahu apa maksud dia. Tidak, aku benar-benar tahu apa makdsud dia.

"Kan ada kal...." Gracia tidak melanjutkan kalimatnya, dan aku juga merasakan hawa yang tidak enak. Gracia menatap sinis ke arahku. "Awas ya, kak Ads.."

"Kok...?? Aku kan... Gee!!"

Gracia pergi tanpa mendengarkan penjelasanku terlebih dahulu setelah sebelumnya dia juga membawa kartu akses pada akhirnya. Segitu tidak percayanya dia terhadapku?

"Kak...,"

"Cil, lo mau ngapain?" aku sedikit mundur ketika Thacil berhalan mendekatiku. Akan tetapi aku terhenti karena terhalang oleh meja dapur.

"Udahlah, kak.. Waktu kita dikit" Thacil sepertinya tidak memperdulikan ucapanku sedikitpun.

Dia sekarang justru berlutut di hadapanku dan melucuti boxer-ku. Sedangkan aku hanya diam tidak tahu harus berbuat apa.

"Uuhhh.... Udah gede lagi dia.. Eh, emang dasarnya ukurannya gede ya kak. Berarti ini bisa lebih gede lagi kan" puji Thacil.

"Cill... nanti Gracia ngamuk kalo lo aasshhhh.." aku tidak bisa melanjutkan kalimatku ketika Thacil mulai memainkan penisku seperti saat dia memainkan pisang tadi.

"Jadi gimana, kak??"

Bodo amatlah, aku akan menyelesaikan ini secepat yang aku bisa.

"Isep, Cil!!"

"Yee... tadi gamau, sekarang malah nyuruh isep"

"Ya udah.... ga usah.."

"Jangan dong, kan akkhhhh... mmppphhhsss... ssshhhh...." Thacil sempat terkaget ketika secara tiba-tiba aku memasukkan penisku ke dalam mulutnya.

"Isep terus, Cil.. Lo suka kan sama kontol gue.."

"Mmhhppp... mmhhhlpp sslluurrppp..." hisapan bibir Thacil begitu liar membuatku merem melek "Mmhhhppp...mmhhpp mmhhhpp"

Kupegangi kepalanya lalu ku genggam rambutnya bagai ponytail menikmati pemandangan indah di pagi hari yaitu pemandangan kuluman nafsu dari seorang gadis idola yang banyak dipuja para lelaki di luar sana.

"Mmhhppp...mmhhppp"

"Aaahhh... Iyaaa... ssshhh... sshhh aahhh... Iyaa Cil... terussshh, isep terussh... ssshhh" aku meracau keenakan.

Tapi meskipun aku ingin hal ini berakhir cepat agar tidak sampai terpergok oleh Gracia, sepertinya pelayanan hanya dari mulut Thacil tidaklah cukup. Lantas aku pun menarik Thacil agar bangkit berdiri kemudian mengajaknya ke ruang utama agar aku bisa mengeksekusinya di atas sofa.

"Kakak tau ngga.. Dari kemaren itu sebenernya aku lagi ngajarin Gracia tau.." ujar Thacil tiba-tiba ketika kubaringkan dirinya diatas sofa dan kemudian menindihnya.

"Hmm... Gimana maksudnya?" tanyaku yang sudah membuka jubah mandi Thacil dan mulai menghisapi putingnya.

"Iyaaa... Kan kemaren... ssshhh...aku udah cerita kalo ssshhh... adaaaa... ada kemungkinan kita ga bisa kayak gini lagi.. ssshhhhttt.... iya kak... terus iyaa...!" racau Thacil ditengah penjelasannya

Disaat Thacil menjelaskan, aku menjilati dan juga mengigit lembut puting susunya sampai dia sedikit meremas rambutku sebagai tanda kalau dia menikmatinya.

"Apalagi kakak kemaren bilang kalo belum rela buat ngelepas aku kan..,"

Aku seketika terdiam mendengarnya. Aku memang mengatakannya, tapi bukan seperti itu yang kumaksudkan.

"Makanya sekarang aku nyoba buat ngajarin Gracia gimana cara muasin kakak dengan cara yang baik dan benar" tambahnya "Dan tepat tentunya.

"Itu.., aku.. "

"Apa yang kita lakuin saat ini, termasuk 'pelajaran' dari aku buat Gracia.." Thacil tiba-tiba mencium bibirku tanpa peringatan. Seharusnya aku bisa menghindarinya jika mau, akan tetapi karena Thacil melakukannya dengan lembut, itu membuatku nyaman. "Manfaatin setiap waktu sama kakak. Itu yang sekarang lagi mau aku ajarin ke Gracia" tambahnya setelah ciuman kami terlepas. Kami saling tatap dan memberikan senyum terbaik.

Sambil tersenyum dan tetap menatap dalam ke arah matanya, kuarahkan penisku untuk masuk kembali kedalam vaginanya. Merasakan kembali hangat dan sempitnya liang kewanitaannya.

"Aahh... Kak Iaaann!!" Thacil yang kaget sempat protes namun akhirnya tersenyum kembali dan memberikan ekspresi sensual di wajah binalnya.

"Hehehe..., seneng ya dikontolin lagi sama gue?" godaku ditengah gerakan maju-mundur pinggulku merojoki vaginanya dengan penisku.

"Aahhh.. aahhh... aahh... iyaa kak.... kontolin aku kak"

"Padahal dari semalem udah digenjot terus.. Belum puas ya? Hmm... Belum??"

Thacil menggeleng-gelengkan kepalanya seiring semakin kencangnya genjotanku.

"Belum.. Beluuummm... Aku mau dikontolin terus sama kak Adriaaann.." Thacul semakin meracau tak karuan ditengah desahannya. "Iya kakk... aahhh terus kak.."

Thacil menutup mata meresapi kenikmanatan yang didapatnya setiap kali penisku menusuk liang kewanitaannya.

"Aahhh...aahhh aahhh oohhh dalemin kak...iya aahhh...dalemin gitu! Iyaaaa... aaaahhhh.. aaahh.. ssshhh... ahhh... sshhhh aaaaaassshhh..."

Ditengah asyiknya menggenjoti vagina seorang Thalia Ivanka, tiba-tiba dia malah bangun lalu didorongnya tubuhku hingga jatuh ke belakang dan penisku pun terlepas. Keadaan kini berbalik dimana dia yang sekarang berhganti menindih tubuhku. Aku tidur terlentang dan Thacil berada diatas badanku, duduk diatas perutku. Dilepaskannya jubah mandinya hingga dia telanjang bulat memamerkan seluruh keindahan dan kemolekan tubuhnya, lalu ditekannya pantatnya ke arah penisku, posisi woman on top kali ini ia berikan.

"Aarrhhh.... bangsaattt!! Enak banget Cil.."

Tanpa ba bi bu, Thacil langsung menaik-turunkan pinggulnya, mengatur agar penisku bisa menyentuh titik-titik yang diinginkannya. Aku hanya pasrah saja menerima genjotannya pada diriku.

"Aahhmmm... aahhmmm... aahhh enak kak!! Enak! Kontolnya kak Adrian enak banget!!!"

"Iya.. Cil... memek lo juga enak kok"

PLOK...
PLOK...
PLOK...
PLOK...

Payudara Thacil yang juga ikut naik-turun seirama gerkaan tubuhnya membuatku tak tahan untuk kembali menjamahnya. Maka aku pun bangkit lalu menghetikan gerakan Thacil yang membuat dirinya kebingungan.

"Bentar.., sabar..." ucapku menenangkannya yang sekarang terlihat sudah sangat bernafsu, tak sabar untuk segera mencapai orgasmenya menggunakan penis besarku.

Kugeser sedikit badanku agar aku bisa duduk dengan bersandar. Setelah itu barulah aku menepuk pantatnya sebagai kode agar dia kembali bergerak.
Thacil kembali menggerakkan tubuhnya naik turun, dengan bertumpu pada bahuku. Tapi ternyata hal itu tak berlangsung lama karena Thacil segera menarik kepalaku dan membenakannya di kedua payudara masifnya. Rasanya sungguh lembut dan nyaman.

"Aahhh... Iya... ssshhhh... kontol kak Adriaan....enak ahhh... ahhh...

"Mmmpppsshhh...."

"Nggaaa.... nggaa... nggaaa kuaaatt... aku nggaaaa... kuat.... iyaaa.. aahhh... aahhh.. ahhh.. aahh..."

Thacil yang tengah orgasme kemudian ambruk dalam pelukanku. Tubuhnya sesekali masih menggelinjang, setelah berhenti barulah aku mengelus kepalanya dan mengusap punggungnya.

"Aku sayang kak Adrian.." bisik Thacil lirih.

"Gue belum keluar lho, Cil..," bisikku di dekat telinganya.

Tak menjawab, tapi pinggul Thacil sudah mulai bergerak kembali memompa penisku.. Dengan sisa tenaganya, Thacil berusaha membantuku menuntaskan nafsu birahiku.

"Kak...," ada yang memanggilku.

Dari suaranya, sudah bisa kukenali dengan jelas kalau itu adalah Gracia. Tapi.., ada hawa tidak enak juga.

Perlahan aku menoleh dan..,

"Gini ya, kelakuan lo!!"

Benar ternyata, Gracia tidak sendirian.. Ada seseorang di sampingnya.
Melihat Gracia tidak sendirian, membuat Thacil sempat panik. Tapi setelah mengetahui sosok yang sedang bersama Gracia, dirinya kembali tenang.

"Gee.., katanya kamu ke bawah ambil makanan?" tanyaku pada Gracia.

"Emang ambil makanan ko.., ini kak" jawab Gracia.

"Terus kok sama... Lo sekarang jadi GoFood?" tanyaku kemudian pada seseorang yang berdiri di samping Gracia.

"Hah, beneran kak Shania?" Gracia ikut bertanya. Ya, memang Shania lah yang sekarang bersama dengan Gracia.

shania-junianatha-1.jpg


"Ya enggaklah, Gre" tentu Shania membantah.

"Gee, makanannya kamu taruh dulu aja di dapur, habis itu kamu gabung aku sama Thacil sini.." instruksiku pada Gracia yang segera dijalankan olehnya.

Sekembalinya dari dapur, Gracia segera duduk di sampingku yang masih memangku Thacil.

"Kamu emang sengaja bawa Shania kesini apa gimana?" tanyaku pada Gracia dengan berbisik di dekat telinganya.

"Tadi pas aku lagi pesen makan, kak Shania ngechat aku.. Nanyain kameranya. Karena kameranya aku bawa, ta udah aku share loc aja, suruh kesini.." jawab Gracia yang juga berbisik. "Sekalian aja kan aku mau nyoba ngeweujudin mimpi aku yang semalem aku ceritain ke kak Ads.. Main foursome, hehehe"

"Astaga.. Kamu itu ya, tapi bagus deh.. Aku suka, hehehe"

"Hehehe...

"Ya udah.. Kalo gitu, kamu diem aja, ikutin instruksi aku ya. Sekarang, kamu ambilin dulu gih kameranya.."

"Duh, aku malah jadi bolak-balik" keluh Gracia yang manyun, tapi tetap melakukannya.

"Bentar, kamera lo lagi diambilin sama Gracia.. Sambil nungguin, gimana kalo lo gabung sini" aku menvoba sedikit menggodanya. Tapi Shania hanya mendengus kesal. "Ayo, Cil.. Kok berhenti? Udah capek? Katanya pengen nyenengin gue"

"Nih, kak Shania kameranya.. Maaf ya kebawa" Gracia mengembalikan kamera milik Shania.

Dan sebelum sempat Shania menjawab, Gracia sudah kembali duduk di sampingku yang kemudian langsung saja kusambar bibirnya. Gracia tentu membalas ciumanku dengan bersemangat.
Setelah beberapa saat berciuman dengan Gracia, aku menyuruh Thacil untuk turun dari pangkuanku dan kemudian berlutut di hadapanku. Aku juga meminta hal yang sama kepada Gracia.
Mengetahui keinginanku, mereka berdua segera memanjakan penisku dengan bibir dan lidah mereka tanpa harus diperintahkan.

"Ssshhh... aaahhh... iyaaahh... pinter banget kalian" pujiku sambil mengelus kepala mereka berdua.

SLUUURRPPP
SLUUURRPPP
SLUUURRPPP
SLUUURRPPP
SLUUURRPPP
SLUUURRPPP

"Aaassshhhh..." lenguhku menikmati kehangatan yang mulut dan lidah Gracia dan juga Thacil. "Kok lo masih disini? Lo cuma mau ngambil kamera kan.." tanyaku pada Shania yang sedari tadi masih berdiri mematung. "Kalo mau gabung, ya ayok sini.. Mereka ga akan keberatan kok. Ya kan"

Gracia dan Thacil melepaskan penisku sejenak lalu menggeleng bersamaan.

"Gracia!! Thacil!! Kalian kok kayak cewek murahan gini sih?!!"

"Hei, itu mulut bisa dijaga engga!!" aku lantas membentak Shania.

Kemudian aku berdiri dan menghampirinya yang masih saja berdiri diam di tempat.

"Pilihan lo simpel, kalo mau gabung ya silahkan.. Tapi kalo engga, mending pergi aja daripada ganggu"

Shania diam sejenak dengan memejamkan matanya, dan tiba-tiba dia mencium bibirku dengan ganasnya. Lalu dengan tetap menciumku, Shania mendorong tubuhku sampai kembali ke sofa dan kemudian mendorongku agar terduduk. Setelah itu dia menanggalkan seluruh pakaiannya hingga taka ada lagi satu pun kain yang melekat di tubuhnya, kemudian Shania merangkak di atas sofa di samping kananku dan akhirnya melahap penisku ke dalam mulutnya. Gracia kutarik naik ke samping kiriku agar aku bisa kembali menciumnya. Dan untuk Thacil, aku memintanya agar merangsang vagina Shania.

SLUUURRPPP
SLUUURRPPP
SLUUURRPPP

Suara hisapan bibir Shania pada penisku menunjukkan betapa nafsunya dia melakukannya.

"Aaahhh.., ini apa sih? Reuni?" tanya Shania bercanda. Apa yang dikatakannya ada benarnya juga, tapi aku memandangnya lain.

"Dari yang gue liat sih, ada seorang fans yang lagi beruntung dapet fanservice dari tiga member jeketi.." ujarku. "Dan masing-masing dari perwakilan tim J, tim K3 sama tim T. Lagi ada event spesial ya?"

Ketiga gadis itupun saling memandang satu sama lain sejenak sebelum akhirnya tawa mereka pun pecah ketuka memahami maksudku.

"Dan juga perwakilan generasi satu sampe tiga...," tambah Gracia sebelum kembali mencium bibirku.

"Udah ah, gue masukin ya.. Memek gue udah basah banget" ucap Shania. "Gila banget sih jilatannya Thacil.."

"Memek kak Shania aja yang gampang basah.." sahut Thacil.

"Iya, emang gampang basah.." aku menyetujuinya. "Cuma gue senyumin aja udah banjir tuh memek" ledekku kemudian.

"Kurang ajar.."

"Emangnya engga?"

"Diem lo!!" bentak Shania.

Lalu Shania bergerak mengangkang di depanku menghadap ke arahku. Tangannya menggenggam peniaku berusaha mengarahkkan masuk ke dalam vaginanya. Akan tetapi aku segera menghentikannya.

"Mau ngapain?" tanyaku dengan memasang wajah lugu.

"Ngentot lah!! Pake nanya lagi lo.." Shania sewot yang justru membuatku tertawa. "Emang lo ga mau digoyang 'Hey Hey Hey' sama gue??"

"Bukan gitu.." lagipula pertanyaan macam apa itu tadi. Laki-laki mana yang akan menolak digoyang 'hey Hey Hey' oleh seorang Shania Junianatha. "Lo kan tadi liat gue sama Thacil udah pake gaya ini. Ganti lah. Lo ngadep sana sekarang"

Shania menurutinya dan segera menggenggam penisku kembali untuk dimasukkan ke dalam vaginanya yang kuyakini sudah sangat gatal.

BLEESSSHH

Begitu penisku memenuhi vaginanya, Shania lantas bergerak dengan liarnya. Hal itu membuatku ingin menggodanya sedikit.

"Semangat banget sih goyangnya" ucapku. "Kayak cewek haus kontol tau ngga.. Kayak cewek mur....," sengaja kugantungkan kalimatku.

Shania membalasku dengan mengarahkan lengannya merangkul leherku sebelum kemudian meciun bibirku.
Tapi hal itu hanya berlangsung sebentar, tentu aku tak melupakan Gracia dan juga Thacil. Kutarik Thacil agar kini aku bisa berciyman dengannya. Dan Gracia dengan inisatifnya sendiri bisa langsung mengerti apa yang harus dilakukannya, dia bergerak turun dan berlutut menghadap pada vagina Shania yang sedang bersemangat memompa penisku. Dilihatnya dengan jelas bagaimana penis pacarnya ini keluar masuk didalam vagina seniornya di jeketi.

"Liatin yang bener, Gre.. Kita emang harus belajar dari senior" ucap Thacil disela ciuman kami.

"Engga, Gee" sahutku. "Ga usah.. Gue sayang sama lo bukan karena lo niru sosok individual lain. Gue sayang lo, karena lo jadi seorang Shania Gracia apa adanya"

Gracia tersenyum senang dan mengangguk mendengar ucapanku sebelum akhirnya menjalankan tugasnya yang seharusnya memang dia lakukan sedari tadi. Dijilatinya vagina Shania dengan rakus, sesekali aku juga bisa merasakan lidah Gracia menyentuh batang penisku yang masih merojoki vagina Shania.

Mendapatkan penis besar yang memenuhi vaginanya dan juga lidah yang bergerak menjilati klitorisnya tenru membuat Shania semakin bersemangat menaik turunkan tubuhnya. Saking bersemangatnya penisku sanpai terlepas dari cengkraman vaginanya yang basah.

Mengetahui hal itu membuatku mendapat satu ide menarik di kepalaku. Ketika Shania hendak memasukkan kembali penisku kedalam vaginanya, aku dengan cepat mencegahnya yang tentu membuatnya kebingungan.

"Eh??!"

"Setelah gue pikir...," ucapku menggantung. "Dari semalem gue dapet memek terus.. Pagi ini gue pengen dapet sesuatu yang beda"

"Maksudnya??" Shania kebingungan.

Tapi sedetik kemudian dia mendelik kepadaku disaat aku mengusap lembut lubang anusnya.

"Jangan bilang lo mau...,"

"Boleh ya.., please.." aku memcoba memohon dengan memasang ekspresi memelas.

Thacil dan Gracia yang tau akan kebenaran yang sesungguhnya berusaha menahan tawa ketika mendengar aku meminta sebuah anal seks pada Shania.

Sebenarnyu cukup menikmati sempitnya vagina Shania, tapi setelah sebelumnya aku mendapat pelayanan lubang belakang dari Gracia dan Thacil.., jadi kenapa tidak sekalian saja. Lagipula menurutku hal itu membuatku merasa mendominasi, apalagi jika yang didominasi adalah seorang gadia yang memiliki 'jiwa kepemimpinan', orang yang suka mendominasi seperti seorang Shania Junianatha.

"Boleh?" tanyaku sekali lagi masih dengan akting memelas.

Bukan menjawabku, Shania justru mengajukan pertanyaan kepada Gracia.

"Gracia, lo yakin lo engga pernah dianal sama si bangsat satu ini?" cewek sialan! Dia tidak perlu sampai menyebutku seperti itu bukan..

"Begitu ngerasain memek aku, kak Ads ketagihan. Katanya sempit banget..," balas Gracia. Makasih lho, Gre. "Bahkan katanya lebih sempit dari memek kak Shania yang gampang basah"

"Hah?!! Lo bilang gitu?" Shania kini melotot ke arahku.

"Hehehe...," aku hanya cengengesan menanggapinya.

"Oke, bakal gue buktiin kalo gue punya lubang yang lebih sempit" ucap Shania yang kemudian mengarahkan pebisku ke lubang belakangnya.

Ku berikan kiss bye kepada Gracia sebagai rasa terima kasih. Gracia menanggapinya dengan menggerakkan tangannya seperti menangkap kiss bye dariku yang kemudian dimasukkannya kedalam mulutnya seakan memakannya. Tentu aku tertawa melihatnya.

Tapi sedetik kemudian, aku meringis menahan nikmat disaat merasakan kepala penisku nulai menerobos masuk lobang pantat Shania.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaarghhhhhhhhh" Shania mengerang kesakitan saat ia merasakan penisku masuk ke bokongnya. "Sakkiiiiiitttttt"

"Udah diem dulu, nanti enak kok.. Kan udah pernah" bisikku yang lalu segera membantu Shania memasukkan penisku sedalam-dalamnya ke dalam lubang analnya.

Shania menggerakan bokongnya perlahan, hingga akhirnya penisku pun benar-benar masuk seluruhnya ke dalam lobang pantat Shania. Setelah itu kami tak saling bergerak, Shania bersandar ke tubuhku dengan kedua tanganku memeluknya guna menahan jika ia ingin berontak. Karena sekarang muncul lagi ide gila di kepalaku.

"Cil, ambil mainan lo.." ucapku berbisik agar Shania tak mendengarnya. Tapi kuyakin sekarang ini dia sedang meresapi penisku yang memenuhi lubang analnya.

Sekembalinya Thacil dengan membawa mainannya, dia langsung berlutut persis didepan vagina Shania. Tapi aku sedikit bingung dengan benda yang sedang dibawa Thacil, itu bukan benda yang kulihat sebelumnya.

"Ga usah kaget, kak.. Selain vibrator, aku emang bawa dildo juga.." terang Thacil yang mengetahui keherananku. "Nah, kak Shanju.., siap-siap ya"

Shania tak mendengarnya, dia sudah benar-benar terbuai dengan batang penisku yang bersarang ditubuhnya.

"AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH" Shania berteriak keras ketika Thacil mulai memasukkan dildo berwarna pink tersebut kedalam vaginanya.

"Ga usah lebay deh, kak Nju.." ucap Thacil sambil kembali mendorong dildo itu ke dalam vagina Shania. "Punya kak Adrian juga lebuh besar kan..,"

"Thacil!! Awas lo ya.."

"Udahlah, anggep aja lo lagi latihan double penetration" ucapku setengah bercanda.

"Latihan? Lo pikir gue cewek apa'an hah?!!"

Thacil terus mendorong masuk dildo tersebut hingga mentok dan tentu disambut oleh makian dari bibir Shania. Barulah setelah Shania tenang, aku memaju-mundurkan penisku di lubang anal Shania dan Thacil juga memaju-mundurkan dildo itu di vagina Shania.

Gracia? Dia hanya bisa melongo melihat kedua lubang seniornya diisi penuh diisi dua penis dan dildo itu.

"Ahh ahh ahh ahhhh" Shania mengerang setiap kali anal dan vaginanya digenjot bergantian.

"Gimana, Nia? Udah kerasa enak kan?" ucapku menggodanya.

"E...nakkk...." jawab Shania sambil memejamkan matanya dan menjulurkan lidahnya.

"Hahahahaha..., kak Shanju parah banget.. ngga cukup satu ya" Thacil meledekknya. Mungkin dia sedikit dendam karena tadi semapt disebut sebagai 'cewek murahan' oleh Shania.

Tapi Shania seakan tak peduli dengan kata kata itu, ia justru terlihat sangat menikmati double penetration pertamanya(?)

"Ah gilaa enak banget..." desahku yang terus menggenjot lobang pantat Shania.

Ah, tidak mungkin saat ini aku tidak akan memanggilnya Shania. Dia bukan seperti Shania, sahabat yang ku kenal. Dia lebih terlihat seperti Shanju si gadis seksi maniak seks.

Tak mau ketinggalan beraksi, tanganku kugerakkan ke arah dada Shania dan mulai memainkannya. Kuremas dan kupilin putingnya hingga tak lama kemudian...,
"MMMMMMMmmmmmmmmmmmhhhhh" tubuh Shania melengkung merasakan orgasme pertamanya yang didapatnya dari sebuah 'double penetration'.

"Lagi, Ian.. Lagi..." ucap Shania lirih. "Gue mau dikontolin lo lagi, di memek.."

Setelah itu aku menyuruh Thacil menyabut dildo itu dari vagina Shania hingga menimbulkan bunyi 'plop' yang cukup kencang.


"Entotin aku.. Ian... Entotin..," Shania berucap sambil mendesah. Kemudian bibirnya mencium bibirku dengan rakus.

Aku bergerak berdiri, mencabut penisku dari lobang pantat Shania yang kemudian langsung disambut oleh kuluman dari Thacil yang cukup liar.

"Udah bersih, kak.." ucap Thacil begitu selesai menghisap penisku.

Aku tertawa kecil menanggapinya. Lalu kuputar tubuh Shania menghadap ke arahku dan kuangkat kaki kirinya. Shania hampir terjatuh karena hilang keseimbangan, untungnya aku dengan cepat bisa menangkap tubuhnya sebelum kemudian mengarahkan penisku ke vagina Shania.

SLEBBBHH

Penisku menembus vagina Shania hingga membuatnya memejamkan mata, menikmati sex dengan posisi berdiri. Aku yang memang sudah hampir mencapai klimaks langsung saja mempercepat gerakan pinggulku maju-mundur.

"Ahhh.. ahh... ahhhh...," Shania mendesah dengan keras tanpa menahannya sedikitpun.

Aku kemudian mengangkat kaki kanan Shania juga, menggendongnya dengan tetap menggenjot vagina sempitnya. Shania membalasnya dengan menggoyangkan bokongnya sambil memeluk tubuhku erat. Keringat sudah membasahi tubuh kami berdua.

"Ahhhh.., gue mau keluar..." desah Shania yang makin mempercepat goyangannya.

Kemudian aku melempar tubuh Shania kembali ke sofa. Dengan penis masih menancap di vaginanya, aku menggenjot Shania dengan cepat di atas sofa.

"Arrrgggggggggghhhhh...."

Aku langsung melepas penisnya dari vagina Shania tepat sebelum aku mencapai klimaks..,

CROOOTTTZZ
CROOOTTTZZ
CROOOTTTZZ

Spermaku yang masih cukup kental membanjiri perut Shania yang kemudian dijilati oleh Gracia dan juga Thacil. Sebagai penutup, Gracia tak lupa mengulum penisku sebentar sebelum kemudian mencium ujung kepalanya.

Nelihat Shania yang sepertinya tak sadarkan diri membuatku berinisiatif untuk menggendong menuju ke kamar. Tapi disaat aku tengah menggendong Shania, aku mendengan suara berbisik di dekat telingaku..,

"Gitu dong, gue kan pengennya kita berdua aja" Shania tidak benar-benar pingsan.

Karena mengetahui hal itu maka...,

"Kalian bebas deh mau ngapain.. Asal jangan ganggu dulu ya" ucapku pada Gracia dan Thacil.

Mereka saling berpandangan satu sama lain sebelum kemudian saling melemparkan senyum.

"Haha.., Gre, siap-siap kewalahan ya sama semua 'mainan' aku.."

"Aku yang bakal bikin kamu kewalahan. Aku sih ngga perlu pake bantuan alat"

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja mendengar debat mereka ketika aku hampir masuk ke dalam kamar membawa Shania.

"Ci Shani aja selalu nyerah kok"

Hah?? Gimana?

Bersambung.jpg



-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Karena klub kesayangan udah kembali ke habitat, maka kita update wkwkwk

Alias

Harusnya lolosin aja, terus langsung gugur di 16 besar..
Kalo di europa league, melajunya lebih jauh dong. Mungkin
Bego dasar

Alias

Gini doang nih grup neraka?
Dasar setan..

Alias

Saya doain biar ketemu Milan, biar sadar, biar paham... Caranya buat bangkit itu gimana..


Makasih
• TTD H4N53N


Sebagian besar dari kalian mungkin udah pada tau kalo saya ini suka motong-motong adegan, tapi ga dihapus, tetep disimpen (yang akhirnya masuk ke dalam file-file unreleased )

Dan kalo kalian tanya ada berapa file unreleased yang saya punya.., mungkin itu ada 20-30 lah. Sekitar segitu.

Tadi udah sempet saya sebutin kalo, file unreleased itu engga saya hapus..
Kenapa? Ya karena sayang kalo dihapus gitu aja, siapa tahu kan bisa dipake lagi, bisa 'masuk' lagi ke cerita untuk kedepannya (dengan sedikit perubahan tentunya)

Atau dibuat menjadi bentuk lain, seperti...., 'One-Shot'.

Tenang, aja mau gimanapun juga, saya bakalan tetep up apa yang udah saya tulis. Karena saya mau hal itu dibaca oleh orang lain, meskipun itu cuma satu orang..
Kalo engga, itu bakal nyia-nyiain semua usaha, waktu, dan tenaga saya.
 
Terakhir diubah:
wkwkwk

Kampret Jaya!! Jaya!! Jaya!!

akhirnya ya..

semuanya aja dijodohin, wkwkwk




IMG-20201016-222607.jpg


IMG-of2apn.jpg


IMG-rr38f0.jpg


IMG-2gt4ib.jpg


IMG-20201007-180450.jpg

hmm..., mungkinkah?

udah wey.. Periksa dulu napa

baru? lama? Apa sih maksudnya?

habis main diblok, wkwkwk

eh?! Kenapa emang bapaknya?

GreShaNin ya.. Hmmm

sama-sama
Hoo definisi title track kalo kpop tuh beda ya... Wkwk kirain sama kayak yang musik lain, title track ya lagu yang judulnya sama kayak albumnya.. bukan single... Wkwkwk...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd