Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Friends ( Jkt48 )

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Waduh masih pada nungguin, saya jadi terhura wkwkkww

Nih ya suhu2 semprot, ane curhat dkit. Yang namanya udh nulis panjang2 dan udah mau selesai lalu tiba2 HLANG itu malesinny setengah mampus. Trus gak sampe d sana doang, sekarang tau2 akir2 ni sibuk banget kerjaan kantor... baru sekarang dah ada libur bisa lanjutin... hehehehehhehe

Jadi untuk suhu2 skalian yang sudah menunggu dengan sangat sangat sabar, saya beri tahu bahwa nanti sore/malam akan update....

:sungkem
:salam
:mintamaaf

masih pada nungguin ga betewe ?
Masih Suhu Lanjutkan perjuangan jngan berhenti ditengah jalan sayang
 
Waduh masih pada nungguin, saya jadi terhura wkwkkww

Nih ya suhu2 semprot, ane curhat dkit. Yang namanya udh nulis panjang2 dan udah mau selesai lalu tiba2 HLANG itu malesinny setengah mampus. Trus gak sampe d sana doang, sekarang tau2 akir2 ni sibuk banget kerjaan kantor... baru sekarang dah ada libur bisa lanjutin... hehehehehhehe

Jadi untuk suhu2 skalian yang sudah menunggu dengan sangat sangat sabar, saya beri tahu bahwa nanti sore/malam akan update....

:sungkem
:salam
:mintamaaf

masih pada nungguin ga betewe ?

Selama Suhu masih semangat dan berhasrat buat nulis, kita kita selalu setia nungguin kok Apalagi ceritanya menarik
 
Waduh masih pada nungguin, saya jadi terhura wkwkkww

Nih ya suhu2 semprot, ane curhat dkit. Yang namanya udh nulis panjang2 dan udah mau selesai lalu tiba2 HLANG itu malesinny setengah mampus. Trus gak sampe d sana doang, sekarang tau2 akir2 ni sibuk banget kerjaan kantor... baru sekarang dah ada libur bisa lanjutin... hehehehehhehe

Jadi untuk suhu2 skalian yang sudah menunggu dengan sangat sangat sabar, saya beri tahu bahwa nanti sore/malam akan update....

:sungkem
:salam
:mintamaaf

masih pada nungguin ga betewe ?

wahh serius ini? Hahaha kirain bakal masih lama.. nungguin banget lah haha, salah satu cerita favorit nih. Salut buat suhu yg masih mau lanjutin ceritanya dibalik kesibukan di rl..
 
PART 6 !!

Sori lama dan ga ada foto2 wkwkwk susah nih masukin fotonya... buat nemenin liburan kalian besok dan malem ini


================


Semalam aku ketiduran. Niatku menunggui Shania di depan pintu kamar mandi gagal karena aku sudah terlalu lelah setelah banyaknya kejadian yang terjadi. Dari kemarin sama Ayana, bersih-bersih pindahan, teateran, lalu akhirnya aku melepaskan keperjakaanku pada Shanju. Badan pegal dan kaki rasanya sulit digerakkan. Akhinya, aku duduk di sofa dengan harapan saat Shania keluar kamar mandi, aku bisa mengajak bicara. Tapi saat pukul 7 pagi aku terbangun, kamar mandi sudah kosong dan mobil Shania tidak ada di depan rumah.

Rasa takutku tidak berhenti sampai di sana. Sejak tadi pagi juga grup line yang beranggotakan mereka sepi. Biasanya pagi-pagi selalu ada orang yang bersuara ini itu. Minimal ucapan selamat pagi disertai canda gurau.

Sekitar pukul 8, aku memberanikan diri mengirimi pesan lebih dulu. Sebuah pesan singkat yang berisikan pertanyaan sederhana.

“Pagi, guys. Ada kegiatan apa hari ini?”

Tak ada jawaban.

Aku menunggu sampai jam 11 siang, tak satupun orang me-read pesanku. Aku sudah cek di web, di medsos lain, mereka tak ada kegiatan apa-apa hari ini. Jadi kesimpulannya, mereka sengaja mengacuhkanku.

“Haduuuhhhhh….” Aku memukul kepalaku berkali-kali. “****** banget sih lo, Boy. Udah bagus dapet kesempatan bisa dianggap benar-benar sahabat oleh member jkt48. Malah lo sia-siain, Boy, Boy!”

Kuambil guci ajaib yang kusembunyikan di tas. Aku inget betul si kakek penjaga bilang, semua nama yang sudah diikat jiwanya dalam guci ini, maka semuanya harus menutup perintahku. Tapi mana sekarang?

Huuhhh….

Aku menjatuhkan diriku di atas ranjang. Kupandang profile Line mereka satu per satu dan kubuka juga home mereka. Sambil memperhatikan momen dan status mereka satu per satu, aku sudah pasrah saja kalau tiba-tiba aku tidak bisa melihat home mereka lagi. Sesekali aku mengalihkan pandangan ke tempat lain untuk yah….mencari ‘inspirasi’ lain.

Dari posisiku, aku bisa melihat sofa tempat aku memperkosa Shania semalam. Kalau diingat-ingat, kejadian semalam seperti mimpi. Aku benar-benar memperkosa gadis yang mungkin dijadikan bacol oleh setidaknya seribu pria di negara ini. Air liurnya yang hambar, kental, tapi memikat aku masih hafal betul. Dan payudaranya yang pas di tangan itu benar-benar menggemaskan. Kemudian vaginanya, ya tuhan, wow banget. Ternyata ngentot tuh gitu rasanya gitu ya. Kayak diisep terus diperas berulang-ulang. Padahal Shania katanya dah gak perawan, tapi kok bisa masih nikmat gitu ya.

Ah, sayang banget kenapa gak gue jilat kemarin tuh vagina. Terus belom sempet ngerasain juga enaknya diblowjob.

Kenapa gak sekalian aja kemarin gue bejatin sekalian ? toh kalau dah gini, udah pasti Shania juga benci sama gue.

Rusak dah semuanya. Ah ******-******, Boy.


***


Ting-tong!

Bel rumahku berbunyi. Aku yang setengah sadar langsung bingung mendengar suara tersebut. Siapa coba yang datang ke rumahku? Setahuku yang tahu aku ada di sini hanya member yang jelas-jelas sudah pasti sekarang membenciku. Apa orang salah alamat?

Ting-tong!

Dengan malas, aku menyeret tubuhku keluar dari ranjang. Aku berjalan keluar kamar lalu kulihat bayang-bayang orang di balik pintu. Siapa? Tanyaku dalam hati. Duh aku lupa ngunci pager lagi, jadi dia bisa langsung masuk sampai ke pintu depan.

“Siapa?” tanyaku.

“Aku…” jawabnya lirih.

Suara perempuan. Shania gitu? Akhirnya tanpa ragu lagi aku membuka kunci beserta pintunya. Benar saja yang berdiri di sana adalah Shania. Matanya sembab dan pipinya merah.

“Shania…aku…” belum sempat aku mengucapkan permintaan maaf, tiba-tiba Shania memelukku dengan sangat erat.

Benar-benar erat, sampai aku bisa merasakan dadanya dan harum tubuhnya yang tidak jauh beda dengan semalam.

“Maaf, Kak Boy. Aku minta maaf…huhuhuhu…” ucapnya sambil menangis terisak-isak.

“Ma…af? Maaf ap…?” aku bingung. Harusnya aku yang minta maaf udah merkosa dia semalem, kenapa jadi dia yang minta maaf sekarang?

“Aku....udah ngekhianatin…kepercayaan yang orang-orang kasih buat aku,” lanjutnya. “Ter…termasuk…kepercayaan Kakak buatku.”

Aku masih kebingungan sendiri. Kepercayaan apa? Aku….iya dibilang wota iya juga sih. Jadi kalau Shania minta maaf sih ya ga salah juga.

Kami berdua diam beberapa saat. Akhirnya daripada canggung, aku memberanikan diri membelai punggung.

“Aku yang salah kok, Shan. Aku udah…emmmmmmm….” Lama sekali aku ber-emmmm ria, karena aku bingung aku harus bilang apa juga. “Aku udah….keterlaluan ngehukumnya,” lanjutku setelah menemukan kata yang tepat.

“Enggak….enggak….” Shania menggelengkan kepalanya. “Aku memang layak mendapat hukuman seperti itu….”

Aku kembali terdiam. Kalau udah gini gimana? Kok malah jadi drama kroya-kroyaan gini sih?

Tapi…tak berapa lama kemudian Shania-lah yang melepaskan pelukannya. Dia menatapku cukup lama. Hampir saja kulumat bibirya yang mengkilat itu kalau dia tidak cepat-cepat bergerak ke tempat lain.

“Aku capek, Kak…. Semalaman aku gak tidur. Numpang istirahat ya,” katanya. Kulihat matanya memang memerah dan ada kantung hitam di bawahnya. Persis seperti orang kurang tidur.

“I…iya, silakan,” jawabku. Shania akhirnya berjalan melewatiku dan menuju kamar tempat tadi aku ketiduran. Untung aja kagak tidur di sofa, kalau enggak bisa-bisa kena lagi dah.

Gak tau kenapa aku malah ikut nganterin Shanju ke kamar itu, tapi saat sudah di dalam tiba-tiba pikiran warasku bicara lagi.

“Shania, aku bener-bener minta maaf. Semalam aku keterlaluan,” kataku.

Kudengar desahan panjang lolos dari mulut Shania. Tiba-tiba juga dia melepas jaketnya sehingga sekarang hanya tersisa baju tanpa lengan dan celana pendek. Iya, aku juga baru sadar ternyata dia daritadi emang pakai celana pendek. Tadinya kukira aku bakal diajak ngentot lagi, tapi Shania hanya tersenyum tipis.

“Sudahlah. Lebih baik Kak Boy, sahabatku sendiri, yang menghukumku. Daripada orang lain yang melakukannya.”

Batal ngentot deh kalau Shania dah nyinggung-nyinggung sahabat lagi.

“Kalau dengan Kak Boy….aku rela,” tambahnya.

Nah loh, bingung gak lo sekarang. Apa itu artinya?

Tapi…ngeliat Shania langsung terlelap di kasurku, aku jadi gak tega. Dia bener-bener kecapean kayanya.

Yaudah, lain kali aja deh…

Eh…maksudnya…enggak-enggak lagi deh… kagak tega…

Walau pantatnya yang nungging kayany enak tuh buat diremes-remes…


***


Aku ikut istirahat tidur. Tadinya sih mau tidur di samping Shania, tapi takut kenapa-kenapa lagi kan mending aku tidur di kamar lain aja. Aku terbangun saat hp-ku bergetar-getar ada notif masuk. Rupanya dari grup, grup Line member JKT48. Aku benar-benar lega saat grup itu kembali hidup dan pembicaraan mereka juga normal. Meski sebenarnya di sisi lain aku juga yakin Shania sudah cerita pada teman-temannya. Buktinya tadi pagi sampai sekarang menjelang siang grup sepi, setelah Shania ‘minta maaf’ barulah grup hidup lagi.

“Kak Boy,” Shania tiba-tiba muncul dari pintu kamar tempat aku tidur.

“Haduh kaget, Shan,” kataku sambil mengurut dadaku sendiri.

“Hehe…maaf ya. Abisnya aku liat matanya Kak Boy dah kebuka sih jadi aku langsung masuk aja.”

“Iya, gakpapa. Kenapa, Shan?”

“Makan siang yuk,” katanya sambil tersenyum. Wajahnya sudah tidak pucat dan muram lagi.

“Ber…dua?”

“Sama yang lain juga kok.”

“Ooohhh…” Waduh ketemu yang lain lagi dong? Kira-kira mereka bakal ngomong apa ya? Kayaknya juga si Shania cerita sih sama mereka.

“Yuk, siap-siap dah gitu langsung berangkat. Mereka juga udah pada jalan,”

“Makan di mana emangnya?”

Shania menyebutkan salah satu rumah akan chinese food yang tidak begitu jauh dari sini. Aku langsung mengangguk setuju. Tak ada pilihan lain juga buatku, aku harus menghadapi mereka. Apa mereka akan marah? Atau mereka akan menegurku halus? Gak kebayang deh.

Tapi…sebelum itu…

“Shan…”

“Ya, Kak?”

“Kamu keluar dulu dong aku mau ganti baju nih, gembel banget aku,” kataku karena aku juga baru sadar si Shania malah ngelamun di depanku. Memang semalem dia udah liat aku bugil plontos, tapi hari ini akal sehatku masih sehat-sehatnya. Iya, masih.

“Eh iya ya, Kak,” Shania tertawa pelan. “Oke aku tunggu di depan ya,” dilanjutkan dengan senyum.

Senyuman yang disertai tatapan mata yang menyelidiki aku dari atas sampai ke bawah. Apa coba maksud senyumnya? Jangan-jangan…mereka malah merencanakan sesuatu?

Jangan-jangan aku bukan dibawa ke rumah makan tapi malah ke…


***


Rasa deg-degan ku hilang saat mobil yang dikemudikan Shania benar-benar mendarat di rumah makan yang dia sebutkan tadi. Namun saat kulihat ada mobil Veranda di sana, jantungku kembali deg-degan. Waduh berarti beneran pada ngumpul nih.

Begitu turun dari mobil, Shaniai berjalan menduluiku ke dalam rumah makan. Di dalam tempat makan yang tidak begitu ramai ini, ternyata sudah ada Veranda, Kinal, dan Ayana yang menunggu di dalam. Aku berinisiatif menyapa lebih dulu.

“Hai, Ve. Hai, Nal, dan hai, Ay,” ucapku bergantian.

Veranda dan Kinal menyapaku balik secara normal seperti biasa, tapi Ayana tidak. Dia hanya mengangguk singkat dan memasang wajah bete.

Kenapa dia? Padahal sampai kemarin dia masih baik-baik saja?

“Yuk duduk. Kalian pada mau pesen apa?” tanya Veranda.

Aku mengurungkan niatku untuk mencari tahu lebih lanjut. Kubiarkan saja Ayana seperti itu dan aku memilih untuk duduk di antara Veranda dan Shania.

“Kak Boy, mau makan apa?” kali ini Shania yang bertanya padaku.

“A…apa aja deh, Shan. Aku ngikut,”

Shania hanya tersenyum sedikit dan dia memesankan makanan untuk kami berdua beserta minumnya. Dari antara kesibukan memesan makanan ini, aku mencuri pandang ke arah Ayana beberapa kali. Wajahnya masih tampak bete dan matanya hanya berfokus pada handphonenya.


Aneh…

Aku merasa benar-benar ada yang aneh…

Setelah pelayan pergi pun, suasana relatif hening. Baik Veranda, Kinal,Shania, dan tentu saja Ayana semuanya masih diam. Biasanya kalau ngumpul seperti ini si Kinal gak berhenti ngomong terus disahutin sama Ve atau Shania, tapi kali ini semuanya diam. Pembicaraan-pembicaraan yang ada juga hanyalah pembicaraan mengenai teater.

“Sabtu kebagian perform gak sih?”

“Nanti acara sama sponsor gimana?”

“Latihan besok jam berapa?”


Yaaa…pembicaraan-pembicaraan singkat seperti itu di mana aku tidak bisa bergabung. Atau mungkin sebenarnya akulah yang menarik diri dari pembicaraan-pembicaraan itu. Aku sendiri hanya menunduk dan melihat layar hp-ku, walau tak ada yang bisa benar-benar dilihat juga. Aku juga tidak berani menanyakan pada mereka apa yaang sebenarnya membuat mereka seperti ini. Toh jawabannya sudah pasti…gara-gara aku merkosa Shania semalam.

Ya, pasti gara-gara itu. Shania mungkin memaafkanku, tapi yang lain mungkin marah. Dan skenarionya juga sudah tertebak, Shania pasti membujuk mereka untuk tidak memusuhiku meski mereka masih tetap benci.

Makanan sapi lada hitam dan ayam cabe garam yang dipesankan Shania untukku sama sekali tidak ada rasanya di lidahku. Bahkan sampai sendok terakhir aku masih merasa belum kenyang. Semuanya begitu diam sampai yang terdengar hanyalah suara sendok-garpu bersentuhan dengan piring.

“Sudah, Kak?” tanya Shania.

“Iya…kita balik sekarang?” tanyaku dengan suara pelan juga.

“Emmm…sebentar ya, Kak. Kak Boy nunggu di depan dulu aja.”

Aku menurut, sambil berjalan keluar aku sambil memperhatikan para member. Shania tampak membicarakan sesuatu dengan Veranda. Kucoba baca gerakan bibir mereka, tapi Shania malah membalikkan badan dan menghalangi pandanganku.

Tak lama setelah menunggu di depan, akhirnya ada member yang keluar juga dari dalam. Namun bukan Shania, tapi Veranda.

“Yuk pulang,” ajaknya.

“Loh…? Yang lain mana?”

“Kinal , Shanju, sama Ayana mau pada langsung ke FX. Terus anak-anak di FX juga pada nitip makanan jadi mereka masih lama,” jawab Ve.

“Terus kamu, Ve?”

“Aku mau ke kampus sih, tapi sekalian mau mampir dulu ke kontrakan kamu. Aku mau liat bagian belakangnya.”

Jantungku kembali berdegup kencang. Ngapain si Ve ke kontrakan aku? Bagian belakang apa lagi yang mau dilihat? Tapi…aku mencoba berpikir positif.

“Eum,, Ve. Kalau niat kamu cuman nganterin aku doang ga usah kok. Aku bisa naek ojol,” ucapku.

Veranda malah tertawa kecil. “Enggak kok siapa yang mau nganter, geer,” ucapnya dengan wajah usil yang menggemaskan. “Aku emang ada perlu ke sana.”

Akhirya tak ada pilihan lain selain setuju saja pada tawaran Veranda. Karena Ve bersama supirnya, jadi seperti sebelumnya, aku dan Veranda duduk di bagian tengah, menyisakan kursi di sebelah kemudi kosong.

“Ke kontrakan papa yang lama ya, Pak,” kata Ve, lalu setelah mobil mulai meluncur, dia memundurkan kursi dan merebahkan tubuhnya dengan santai.

Ngomong-ngomong, aku baru memandang Veranda secara detail hari ini. Satu hal yang kukagumi dari Ve, mau pakai apapun , atau ga pake apapun ( walau aku belum pernah lihat) Veranda selalu cantik sempurna. Aku tak akan pernah bosan-bosan memujinya. Dan hari ini Ve memakai cardigan biru muda melapisi t-shirtnya berwarna putih dilengkapi rok coklat muda selutut. Sama sekali tidak mengekspos tubuhnya tapi cukup untuk membuat pria…penasaran.

“Kenapa, Boy?”

“Hah?” duh kepergok kan lagi ngeliatin. Mana aku lagi ngeliatin bagian pahanya lagi. “Enggak, enggak, Ve. Itu…cardigannya bagus,” lanjutku.

Veranda menatapku dengan tidak percaya. Iyalah, Boy, ****** lu, jelas lu lagi liat ke mana, ngomongnya apa. Tapi Veranda tidak menanyakan lebih lanjut, dia membaringkan badannya lalu memejamkan matanya. Dan aku…tidak berani lagi menyinggung.


***


“Pak, tunggu sebentar aja ya di depan. Aku gak lama,” kata Ve setelah mobil kami berhenti di depan kontrakanku. Si supir mengiyakan saja lalu Ve mengikutiku masuk karena kebetulan juga aku yang memegang kuncinya.

Veranda tadi bilang sebentar, berarti harusnya gak akan aneh-aneh lah ya? Paling dia bakal negur aku sedikit, atau mungkin marah. Yasudah aku terima saja.

Kami masuk ke dalam rumah lalu kukunci pintunya. Veranda melakukan apa yang diucapkannya tadi, dia berjalan ke belakang sambil membawa hp-nya. Sementara aku…tidak ada yang bisa dilakukan olehku kalau memang dia ke sni hanya untuk melihat bagian belakang. Aku masuk ke kamarku lalu mengganti pakaianku dengan lebih santai.

“Boy,” seru Veranda dari luar. “Nanti besok ya ada tukang kemari buat benerin atap belakang yang bocor.”

“Oh ya satu lagi, Boy. Bisa ke sini sebentar?”

“Bentar, Ve!” Aku pakai dulu celana pendekku dan kurapikan pakaianku sedikit sebelum aku keluar.

Begitu aku keluar kamar, aku melemparkan pandanganku ke arah belakang. Mana dia? Kok suaranya doang yang ada, orangnya mana?

“Aku di sini, Boy,”

Aku menoleh dan ternyata si Ve duduk di sofa. Sofa tempat aku dan Shania semalam…untung deh udah aku beresin dan kasih pewangi juga.

Tapi pertanyaannya…ngapain dia duduk di sofa..

“Kenapa, Ve?” tanyaku tapi aku tak berani duduk di sebelahnya.

“Sini, aku mau ngomong.”

“I…iya, ngomong aja,” kataku gugup, mana ekspresi wajahnya aneh lagi.

“Duduk dong, gimana aku mau ngomong kalau kamu berdiri gitu,”

Akhirnya aku duduk di samping, Ve, tapi tidak terlalu dekat. Malah bisa dibilang aku duduk di ujung sofa.

“Ngomong…apa?” tanyaku karena Ve daritadi malah senyum-senyum sendiri.

“Semalam…Shania nelpon aku,”

Deg! Nah ini nih, sudah kuduga dia pasti bakal bilang soal ‘itu’.

“O..oh..” aku berlagak pura-pura tidak tahu. “Kenapa ya?”

Veranda menghela nafas. “Boy, kita kenal udah lama. Lamaaa banget, sampai aku yakin gak ada yang aku tutupin dari kamu. Bukan hanya aku, tapi semua juga ngerasa yang sama kayak aku.”

Aku menelan ludah dengan berat.

“Boy…” Veranda memiringkan tubuhnya ke arahku dan menatapku lekat. “Aku sama kayak Shania, aku juga punya pacar.”

Aku agak terkejut mendengarnya. Ternyata…semua member sama saja. Kalau Veranda saja yang menyandang ratu para idola ternyata seperti ini, maka yang lain pun tidak akan jauh berbeda.

“Kenapa, Ve?” tanyaku, kali ini tidak dengan emosi yang meluap-luap seperti semalam pada Shania.

“Tapi setelah cerita Shania semalam, aku langsung memutuskannya secara sepihak,” alih-alih menjawab pertanyaanku, dia malah memberikanku pernyataannya yang mengejutkan.

“Hah?”

“Kata-katamu semalam menyadarkanku. Banyak orang di luar sana yang mendukung kami secara tulus dan kami…tak boleh menyia-nyiakannya ataupun mengkhianati kepercayaan tersebut.”

Aku terdiam sesaat. “ Tapi gimana…gimana….kan kamu pasti udah ngasih…tubuh kamu ke cowok itu?” kataku. Bukannya aku sok peduli, tapi aku berprinsip, kalau seorang cewek udah ngasih tubuhnya ke cowok lain, maka cowok itu harus…bertanggung jawab.

Ya, termasuk aku pada Shanju semalam.


“Aku gak kayak Shania, Boy. Aku belum sampai tahap aku harus…menyerahkan tubuhku,” katanya.

Aku agak tidak percaya. Setelah Shania begitu mudahnya mengatakan ‘seks itu lumrah’, aku berpikir Veranda juga sama saja.

“Kamu gak percaya? Silakan lihat dan periksa sendiri.”

Aku terkejut. Veranda menarik sedikit roknya lalu membuka kakinya. Perlahan-perlahan pahanya tersingkap, sampai aku…membuang wajahku karena malu dan tak sanggup melihat.

“Hei….katanya gak percaya?” ucap Veranda. Aku kembali menoleh ke arahnya dan kufokuskan hanya melihat wajahnya, bukan roknya yang terbuka lebar dan memperlihatkan celana dalam yang berwarna sama dengan t-shirtnya. Ekspresi wajahnya yang dibuat-buat songong, membuat aku menelan ludah.

“V…Ve?”

Kaki Veranda yang panjang itu sebelah sudah di berada di atas pundak sofa sementara sebelah kaki lagi menginjak sofa.

“Ayo, Boy. Kamu gak mau ngecek?” goda Veranda lagi.

Si Boy kecil langsung berdiri tegak sampai tercetak di celana pendekku. Akal sehatku hilang semua langsung.

“Oh sebentar,” kaki Veranda dirapatkannya lagi lalu dengan kedua tangannya, dia melepaskan celana dalamnya yang mungil itu dan dia kembali ke posisi sebelumnya. Menangkat kedua kakinya dan kini yang terlihat adalah, vagina yang berwarna merah muda, rapat, dan bulu halus yang dicukur rapi.

Aku menelan ludah dan tidak mampu berkedip. Vagina seorang bidadari.

“Jadi? Masih gak percaya?”

Ucapan Veranda membuat aku menoleh ke arah wajahnya. Jarinya bergerak menggoda seolah mengundangku untuk memeriksa lebih lanjut.

Aku membungkuk untuk melihat lebih jelas keindahan duniawi yang terpampang di depanku. Aku begitu ingin melihat lebih dekat sampai aku merubah posisi sampai bersujud di lantai. Posisi kami seperti ratu dan budak. Tapi jadi budaknya Veranda…kurasa impian semua wota.

“Hei, jangan pakai tangan, kotor,” Veranda menepis tanganku yang hendak menyentuh titik surgawinya. Aku hampir pingsan saat Veranda menyentuh bibirnya sendiri, dan aku tak perlu dijelaskan apa maksud dari Veranda.

Sebagai budak yang baik, aku menuruti keinginan ratu-ku. Aku melewati kedua kakinya yang terbuka lebar kemudian aku mendekatkan mulutku dengan mulutnya bagian bawah.

“Jangan bilang sama Shania, oke?”

Aku sih oke-oke aja. Siapa yang ga oke kalau udah di posisi gini?

Begitu tidak ada jarak diantara mulutku dan mulutnya, aku langsung melumatnya tanpa rasa jijik. Lembut, harum, dan sedikt ada rasa asin. Seperti mimpi, vagina pertama yang penisku rasakan adalah vagina milik Shania yang meski sudah tidak perawan, masih tetap rapat dan nikmat. Sedangkan vagina pertama yang lidahku rasakan, adalah vagina bidadari FX.

Aku mengulumnya, menjilat, menekan lidahku ke dalam, tapi aneh, Veranda tidak bereaksi apa-apa. Ekspresinya masih menantangku untuk berbuat lebih. Ya oke, kuberi dia lebih.


“Cukup,” ucapnya setidaknya setelah beberapa menit aku melayaninya. Saat kulepas kepalaku, aku malu sendiri melihat basahnya area selangkangan Veranda. Sepertinya semua air liurku pindah semua ke sana.

Veranda menutup kakinya, menutup roknya lalu dia memegang ujung atas celana pendekku. Aku tak sempat bilang ‘Stop’ atau ‘jangan’ , ekspresi Veranda yang sudah seperti singa kelaparan membuatku mati kutu di tempat.

“Giliranku,” hanya itu yang dia ucapkan sebelum membuka celanaku berikut celana dalamnya. Si Boy kecil yang sudah menantang sampai hampir kena pipinya yang bulat saat Ve membukanya dengan kasar.

Tanpa aba-aba, tanpa peringatan, Veranda langsung memegang batang perkasaku dan mengocoknya. Tidak hanya itu, Veranda menempelkan kepalanya di perutku dan menciuminya.

“A…ah…ah…Ve!” malah aku yang mendesah tidak kuat. Setelah perut, Veranda turun dan mencium area diafragmaku, nafasnya yang gusar mulai mengenai batang penisku.

“Emm..mmh…” Suara yang dibuat Veranda saat melumat perutku membuat aku semakin merinding. Tangannya satu lagi yang bebas, melepaskan cardigannya sehingga aku bisa melihat bentuk payudaranya yang tercetak jelas di t-shirtnya yang ngepas.

A…ampun, Ve…

Aku…. gak kuat…

Aku…


Di saat sedang susah-susahnya aku menahan diriku agar permainan tidak berakhir di sini, Veranda malah memundurkan kepalanya lalu mengocok penisku sehingga ujungnya menyentuh collarbone-nya yang amat sangat seksi.


Ah…udah…

Gak kuat…


“Aaahhh…” desahanku pun keluar diikuti cairan cintaku yang tidak begitu banyak. “Astaga…enak banget…Ve,” lanjutku sambil menengadah ke langit-langit.

Sementara reaksi Veranda….


“Loh…kok udahan?” katanya dengan ekspresi bingung.

“A…aku…aku…” aku gelagapan, udah tangan si Veranda masih sibuk mengocok penisku yang mulai lemas, di sisi lain aku merasa malu karena rupanya Veranda berekspektasi lebih.

“Hahahaha….” Veranda tertawa. “Boy…Boy… ternyata kamu polos juga.”

Aku semakin malu. Sangking malunya sampai aku gak berani liad muka Veranda. Pasti dia kecewa dengan performaku.

“Aku pinjem toilet ya,” ucapnya.

“I…iya, Ve,” hanya itulah jawaban yang kuberikan pada Ve, sebelum aku menepuk jidatku sekencang mungkin.



==============



Hehe hayoloh siapa yg di exe selanjutnya...

Mohon maaf kalau update selajutnya juga mungkin tidak bisa cepat, terima kasih
 
Lebih baik gini suhu gak ada foto jadi kita bisa berimajinasi sendiri lanjut kan suhu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Finally suhu.. ane kira g bakal dilanjutin...
Hehehe
 
Lanjutkan suhu ceritanya klo bisa sih tanpa fotoo biar bisa berimajinasiny lebih liar lgi :v
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Setelah cukup lama menunggu akhirnya ada kelanjutannya, ditunggu kelanjutannya gan jg keren ceritanya
 
Wah kalo gini kan jadi penasaran hu, main sama veranda nya bersambung :(

Harus tanggung jawab tuntasin Ve :beer:

Dan yg lainnya :pandaketawa:

Ditunggu update selanjut nya hu, mumpung masih anget
 
Bimabet
Akhirnya ada update juga. Masih ditunggu Naomi juga dikerjain, mungkin next chapter malah trisum sama Veranda. :pandaketawa:
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd