Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Hamidah dan Anaknya

#19 Hampir Ketahuan

Fadian, adik Anwar percaya saja dengan ucapan ibunya. Hamidah, masih belum dalam percumbuan tadi dengan Anwar. Masih tanggung. Begitu juga dengan Anwar.


“Sana kamu tidur lagi di kamar. Ibu mau ngelanjut mijit kakakmu. Kasihan, kakakmu juga mau minta kerokin,” kata Hamidah meyakinkan anaknya.


Fadian mengangguk.


“Kamu segera tidur, besok sekolah. Tidur sendiri, nantk ibu ke sana kalau sudah mijitin kakakmu,” ucap Hamidah.


“Iya bu,” Fadian menurut. Ia segera menuju kamarnya lagi untuk tidur.


Setelah Fadian ke kamar, Hamidah kembali masuk ke kamar Anwar.


“Ayo dilanjutin lagi,” kata Hamidah berbisik ke Anwar. Khawatir suaranya kedengaran anaknya yang belum tidur.


“Adek belum tidur gimana?” tanya Anwar sambil ikut berbisik.


“Sudah gak papa, gak akan ke sini lagi,” suara Hamidah pelan. Ia sudah tidak tahan. Nekat sekali kali ini.


Hamidah menutup kamar Anwar.


Tanpa menunggu aba-aba, Hamida melucuti baju yang menempel di tubuh anak lakinya itu. Anwar kini sudah bugil total.


Ia langsung memegang penis anaknya yang sudah kembali lemas. Hamidah mengulum dan mengocok penis Anwar agar segera kembali berdiri.


Anwar mulai keenakan lagi dengan ulah ibunya. Ia kini dimanjakan oleh ibunya yang sedang birahi.


“Slurppp, slurppp,” suara mulut Hamidah mengulum penis anaknya.


Penis Anwar sudah kembali tegang.


Hamidah pun melepas seluruh pakaiannya. Payudaranya menggantung bebas di depan mata Anwar. Ia naik ke atas tubuh anaknya.


Hamidah menuntun penis Anwar agar pas di bibir vaginanya. Ketika sudah pas, ia langsung mendudukinya.


“Blesss,” vagina Hamidah yang sudah becek memudahkan penis Anwar masuk.


Hamidah menaik-turunkan pinggulnya. Menggoyangkan pinggulnya. Ia saat ini agresif dan inisiatif dalam berhubungan dengan Anwar.


Hamidah kini gelap mata ke Anwar, ia seperti lupa laki-laki yang sedang bercumbu dengannya adalah anaknya sendiri. Ia tak peduli, ia hanya ingin nafsunya terpenuhi malam itu.


“Uhhh,” desah Hamidah sambil menutup mulutnya. Tak mau suara suara desahannya kencang hingga terdengar anak perempuannya.


Hamidah terus menggenjot penis anaknya. Anwar makin keenakan.


Kini ia merebahkan tubuhnya di atas badan Anwar. Ia mencium mulut Anwar dengan penuh nafsu. Anwar memberi balasan ciuman itu.


Setelah puas dengan bibir anaknya, ia menarik tubuh Anwad untuk duduk. Di atas pangkuan Anwar, ia peluk erat-erat tubuh anaknya. Pinggulnya terus bergoyang di atas penis Anwar.


“Ahhhh,” Anwar ikut mendesah. Ia ikut kewalahan dengan permainan ibunya.


“Anwar mau keluar bu, enak banget,” ucap Anwar.


“Enak, kok malah pingin keluar? tanya Hamidah.


“Iya, keenakan digoyang ibu, jadinya jadi cepet mau keluar ini,” kata Anwar.


“Tahan bentar ya nak, uhhh,” desah Hamidah.


“Udah bu, aku udah tidak tahan,” Anwar langsung mendorong tubuhnya hingga tergeletak di atas kasur.


Ibunya pasrah dengan dorongan Anwar.


Anwar langsung mengambil ancang-ancang untuk mencumbu ibunya dari atas.


Penisnya langsung diarahkan ke vagina Hamidah.


“Blesss,” penis Anwar sudah masuk penuh ke vagina Hamidah.


Anwar menggenjot penuh nafsu vagina ibunya. Genjotannya makin kencang. Spermanya sudah di ujung penisnya, segera keluar.


“Enak banget buuuu,” Anwar penuh semangat memainkan penisnya.


“Terus nak, keluarin,” ucap Hamidah.


Keduanya sama-sama sudah berada di puncak nafsu.


“Krekkk,” suara pintu dari kamar Ratna terbuka dan disusul suara langkah kaki.


Anwar menghentikan aksinya. Hamidah dan Anwar terdiam. Sepertinya Ratna terbangun dan keluar dari kamarnya.


Anwar kebingungan.


“Ssstttttt,” Hamidah meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Kode agar Anwar tak bersuara dan tetap tenang.


(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd