Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Hatiku Tak Secerah Matahari

:semangat: cayooo agan TS....

:semangat: update...update...

Biar semangat nulis....
Karena menulis itu tak semudah membaca...


:D
 
:semangat: cayooo agan TS....

:semangat: update...update...

Biar semangat nulis....
Karena menulis itu tak semudah membaca...


:D

Makasih banyak gan. Saya lagi ada kerjaan lain dulu numpuk. Dan internet masih belum stabil. Semoga para pemirsa tetap setia dan menyukai karya saya.
 
ceritanya mantab nih :bacol:...part 2 nya buruan masbro...
 
Update.

Hatiku Tak Secerah Matahari: Awan Yang Mulai Pergi Menjauh
3 hari setelah kejadian dimana pamanku memerkosaku di rumahku sendiri, dan hari ini aku dan paman akan berkunjung ke rumah sakit di mana kakak dirawat inap.
...
“Ya udah pakle. Aku titip adikku Risa.” Pinta kakakku kepada paman.
“Iya, serahin aja ke pakle. Risa bakal betah dan aman kalo sama pakle.” Jawab paman.
Menyaksikkan percakapan ini, dalam hati, aku menjerit sejadinya, meski wajah tersenyum kepada kakakku untuk membuat dia tak khawatir pada adiknya ini. Aku dan paman pun pamit pulang kepada kakak. Aku dan paman pergi ke parkiran untuk mengambil motor yang kami kendarai untuk menuju ke rumah sakit. Paman menyiapkan motor dan langsung naik begitu pula aku. Paman menyuruhku untuk memeluk perutnya dan menyuruhku juga untuk menempelkan dadaku. Di sepanjang perjalanan aku bisa merasakan banyak pasang mata yang melihat kearahku. Aku berpikir ini karena apa yang sedang kulakukan saat ini. Di mata orang-orang, mereka melihat seorang gadis muda belia dibonceng oleh lelaki yang sudah agak berumur dengan kelakuan senonoh karena gadis belia itu memeluk pria tua. Aku sangat malu sekali, risih. Saat aku akan mencoba melepaskan pelukanku, paman menahan tanganku yang hendak akan melepaskan tangan dari lingkar perutnya. Aku pun tak dapat berbuat apapun kecuali menundukkan kepalaku karena menahan malu.
Sesampai di depan rumah aku pun turun dari motor dan paman memarkirkan motornya di garasi rumah, dan paman menyuruhku masuk rumah duluan. Dengan berat hati aku pun melangkah dan membuka pintu depan rumah dan masuk ke ruang tamu, lalu kusimpan tas selendangku dan duduk di kursi yang berada di ruang tamu. Aku menengadah, melihat langit-langit rumahku, karena merasa kehilangan kehadiran kedua orangtuaku yang biasanya menyapaku saat aku pulang bepergian. Tak berapa lama lamunanku buyar setelah mendengar suara pintu dari arah garasi terbuka, dan tertutup. Seketika aku merasa deg-degan sekali karena tak tahu apa yang akan dilakukan paman hari ini, karena tiga hari kebelakang, aku telah dipermainkan oleh paman sekehendaknya. Entah berapa kali aku sudah bersetubuh dengan paman, dan itu tidak atas kehendakku.
“Risaa... Mau makan apa buat makan siang?” Paman memanggilku sambil menanyakan apa menu makan siang hari ini.
“Uummm....”
Aku tak dapat menjawab pertanyaan mudah yang paman lontarkan. Mulutku kaku, aku tak dapat berbicara dengan biasa lagi kepada pamanku setelah apa yang dia lakukan kepada keponakannya sendiri.
“Risa... Ditanya kok malah diem. Mau makan apa pakle tanya?” Paman bertanya lagi dengan nada agak tinggi.
“Um... Anu... Ma, makan...” Aku mencoba menjawab dengan terbata-bata.
Pikiranku benar-benar kosong.
“Makan? Makan apa? Paha ayam? Dada ayam? Digoreng? Direbus? Ataauuu... Mau makan daging mentah? Pakle mau makan dada kamu aja deh kalo ndak jawab-jawab.” Kicauan paman yang sangat ngelantur bagiku.
“E... EH?!”
Isi kepalaku langsung kacau mendengar hal itu dari mulut paman. Aku tak mau lagi berhubungan badan dengannya.
“Ya udah, pakle beli ayam goreng kremes yang ada di depan aja ya. Pakle lagi gak mood buat ngentot kamu.” Seru pakle sambil pergi menuju pintu depan dan keluar.
Aku berpirikir aku terselamatkan, walau hanya sekejap saja. Dengan kakiku yang gemetar, aku melangkahkan kakiku ke kamarku dan aku langsung ambruk di atas ranjangku. Aku pun merasa mengantuk dan, akhirnya... Aku tertidur.
...
“Risaaa... Makan dulu...”
Ah. Aku langsung terjaga dan duduk di atas ranjang.
“Eh.... Di sini rupanya keponakanku tercinta. Kenapa diem di kamar? Udah gak tahan?” Tanya paman dengan nakalnya.
“NG... NGGAK!” Aku pun langsung menolak dengan sedikit marah.
“Haha... Udah makan dulu cepet gih, udah laper kan?” Suruh paman.
Aku pun beranjak dari ranjangku dan langsung keluar kamarku lalu menuju ruang makan. Sesampainya aku di ruang makan, aku langsung duduk di kursi yang berada berhadapan dengan meja makan, aku melihat paman menyiapkan lauknya yang tadi paman beli dan mengalasi makananku.
“Ri, Risa bisa sendiri kok pakle.” Seru ku.
“Jangan, kan pakle udah janji ke kakakmu buat ngurusin kamu.” Jelas paman.
Setelah mendengar itu, aku tak punya alasan lagi selain menerima suguhan paman dan kami pun makan. Selesai makan paman langsung membereskan piring bekas makan dan hendak mencucinya dan aku pun membantunya.
“Risa. Jadi, siapa yang sebelum pakle yang nikmatin tubuh kamu?” Tanya paman.
Prang! Piring pun jatuh ke lantai dan pecah. Setelah mendengar pertanyaan itu, aku tak dapat menguasai diriku, membuat tanganku dan dapat memegang piring yang tadi pecah.
“Woalah... Udah, kamu ke kamar aja, pakle yang bersihin.” Suruh paman kepadaku.
Karena kebingungan, aku pun langsung pergi ke kamar ku dan berbaring di ranjangku sambil menyelimuti diriku sepenuhnya. Dan aku pun tertidur lagi.
...
“Groookk...”
HA?! Suara apa itu? Aku pun langsung bangun dan keluar dari timbunan selimutku. Setelah aku dapat merasakan lagi udara segar, aku melihat paman tidur tepat berada di sampingku, di ranjang kamarku. Apa lagi yang berada dipikirannya saat ini, karena saat ku cek, pakaianku lengkap dan aku tak merasakan benda asing di kemaluanku. Mungkin, paman hanya ingin tidur saja. Tanpa mengeluarkan suara yang dapat menggangu aku keluar kamarku. Sesaat aku telah keluar kamar, aku merasakan desakan ingin buang air kecil, dan aku pun langsung berlari kecil pergi ke toilet. Di toilet, aku membereskan urusanku dan langsung bergegas akan keluar toilet. Saat kubuka pintu toilet, aku terkejut karena paman sudah berada lagi di depanku.
“Pak, pakle... U, udah bangun?” Pertanyaan bodoh yang kulontarkan.
Paman tak menjawab pertanyaanku dan hanya pergi masuk ke toilet yang sekaligus kamar mandi itu. Tak lama kemudian, paman sudah keluar lagi sambil membawa sebuah tube dan... Pisau cukur?!
“Risa... Sekarang, kita mulai permainan hari ini sayang.” Seru paman.
Astaga. Sudah dimulai. Kelakuan bejat apa lagi yang akan paman lakukan pada detik ini juga?
“Udah siap Risa? Ayo. Masuk kamar mandi!” Perintah paman.
Dengan enggan tapi aku terpaksa masuk kamar mandi atas perintah paman teringat ancaman yang paman berikan padaku. Setelah aku masuk, paman pun masuk tanpa menutup pintu kamar mandi. Aku melihat wajah seram paman yang menyematkan senyum misterius itu bernapas tak karuan dan menyimpan pisau cukur yang dipegangnya dan membuka tutup tube yang sepertinya itu adalah sabun cukur.
“Ayo! Lepas rok kamu!” Suruh paman dengan nada tinggi.
Tanpa basa-basi lagi, aku langsung menurut dan melepaskan rok yang sampai menutupi lututku itu. Setelah ku lepas aku melihat wajah paman dan terlihat paman memberi aba-aba untuk menyuruhku melepas juga celana dalamku dan juga langsung ku lepas. Setelah tubuh bagian bawahku tak lagi tertutup apapun paman menyiram selangkanganku dengan shower, setelah basah, paman mengoleskan sabun cukur tepat ke bagian atas kemaluanku dan menggosok-gosokannya sehingga membuat busa berlimpah di daerah itu. Lalu, paman membersihkan tangannya dan mengambil pisau cukur, dan memulai mencukur rambut-rambut yang tumbuh di atas kemaluanku itu.
“E, eh? Pakle?” Aku kaget atas hal yang dilakukan paman.
“Udah diem, nanti malah sobek yang lain lagi.” Suruh paman.
Aku pun hanya dapat terdiam dan gemetar karena kelakuan paman membuatku geli dan gugup. Setelah beberapa lama, paman menghentikan cukurnya dan membasuh selangkanganku. Dengan penasaran aku pun ingin melihat bagaimana hasilnya dan hasilnya seluruh rambut di atas kemaluanku hilang, terlihat kulit putih bersih di atas kemaluanku itu.
“Nah.. Kan kalo gini enak liatnya.” Seru paman.
Wajahku seketika itu memanas karena malu.
“Eh? Risa? Wajah kamu merah. Kenapa? Udah sange ya?” Tanya paman.
“Eng- Umph...”
Sesaat aku akan berbicara, mulutku disumpal oleh mulut paman biadabku ini.
“Emph... Mmmhh...” Desahku ysng tertahan karena mulutku disumpal mulut lagi.
Dengan napsunya, paman terus menciumku. Sambil mengelus-ngelus selangkanganku yang kini sudah bersih, sembari paman tetap tak menghentikkan ciumannya di mulutku.
“Umph... umph- ahhh...”
Akhirnya ciuman di mulutku sudah dilepaskan paman dan paman dengan kasarnya menekan bahuku hingga membuatku bersimpuh dengan lututku di hadapan paman.
“AH!” Erangku.
Setelah aku bersimpuh di hadapan paman, dia membuka celananya dan membuat kemaluan paman terlihat jelas di depan mataku. Dengan perasaan gugup aku tetap bertahan melihat kemaluan paman dengan napas tak karuan.
“Jilat Risa. Jilat kontol pakle.”
Aku sangat terkejut atas perintah menjijikan paman untuk benar-benar menjilat kemaluan paman. Tapi tetap, dengan meninggalkan tidak ada pilihan lain disisiku, aku pun dengan enggannya menjilati kemaluan paman dengan lidahku yang kaku ini. Hanya butuh waktu sebentar kemaluan paman menegang dan sangat keras sekali.
“Ah... Aku udah ndak sabar.” Seru paman.
Tanpa ada pamrih, paman langsung mendorong kepalaku ke arah selangkangannya dan membuat seluruh kemaluan paman masuk mulutku.
“Ghookk... Ghok..”
Aku pun langsung batuk yang tertahan karena kemaluan paman yang panjang dan keras itu berusaha menerobos tenggorokanku. Dan tanpa pamrih lagi, paman memaju mundurkan kepalaku di kemaluannya dengan tangannya yang menjambak rambut panjangku.
“Tutup mulut kamu serapat mungkin! Jangan sampai kegigit sambil beri sedotan!” Suruh paman.
Aku pun langsung menurutinya. Kurapatkan mulutku sebisa mungkin sambil kusedot-sedot kemaluan paman yang sedang memenuhi mulutku. Semakin lama, semakin cepat paman memaju-mundurkan kepalaku di kemaluannya.
“Ah... Ah... Terus Risa. Nikmat. Mulut kamu juga oke. Keluar nih, keluar!” Racau paman.
Tak lama, paman menghentakkan pinggulnya sehingga membuat kemaluannya benar-benar menyentuh langit mulutku dan terasa cairan panas menyembur memukul langit mulutku.
“Argh... Sedot-sedot sampai abis pejunya.” Suruh paman.
Aku pun melakukannya dan terus menyedot kemaluannya hingga sel reproduksinya benar-benar habis, setelahnya paman melepas jambakannya dan mengeluarkan kemaluannya di mulutku.
“Ohok.. Ohok...”
Aku pun langsung batuk setelah itu.
“Ah... Lega... Telen pejunya telen...” Seru dan suruh paman.
Aku pun mengangguk dan langsung menelan seluruh sperma paman yang telah terbuang di mulutku.
“Sudah?” Tanya paman.
Ku balas hanya dengan anggukan.
Lalu, paman memegang tanganku dan menarikku ke kamarku dan membuatku tertidur. Setelah itu, paman melepas seluruh pakaianku dan mengambil kamera. Paman mengambil foto demi foto diriku yang tertidur tanpa mengenakan busana dengan mulut yang belepotan sperma. Setelah paman selesai dengan kameranya, dia langsung menindihku sambil memelukku dan menempelkan kemaluannya di selangkanganku. Lalu, paman melihat wajahku tengan senyum sok baiknya.
“Ayo, kasih tau pakle, gimana bisa kejadian kamu diperkosa sebelum sama pakle. Kalo nggak, pakle entot kamu sampai pagi. Gak mau kan?” Suruh paman.
Sambil memalingkan wajahku aku pun mulai bercerita tentang kejadian naas pertamaku.
Saat itu, aku masih kelas 2 SMP, ada seorang laki-laki yang sering ke rumah hanya untuk sekedar berkunjung dan bermain denganku. Laki-laki itu 2 tahun lebih tua dan dia tidak bersekolah. Sebenarnya, laki-laki itu sudah lama selalu bermain denganku, sedari aku masih kelas 4 SD. Dan suatu hari, saat aku berulang tahun yang ke 15 laki-laki itu berkunjung ke rumah dan memberi ucapan selamat padaku setelahnya tanpa terpikirkan apa yang akan terjadi setelahnya, seperti biasa kami selalu bermain di kamarku yang memang lumayan besar berdua. Ya, hanya berdua. Tak lama setelah kami masuk ke kamar, tiba-tiba laki-laki itu menampakkan wajah serius dan langsung memegang kedua lenganku, dan dia berkata “maaf aku tak dapat memberi hadiah lain selain ini.” Ya. Setelah laki-laki itu mengatakan hal itu, dia langsung melepas seluruh pakaiannya dan juga pakaianku dengan paksa. Mulutku dibungkam dan aku dilemparkannya kerangjangku. Setelahnya, kejadiannya begitulah. Aku diperwani oleh lelaki itu. Suara kami bercinta dan perlawanku tak dapat didengar karena lokasi kamarku agak jauh dari tempat di mana seluruh keluarga biasa berkumpul. Setelah dia selesai menggagahiku dia langsung berpakaian dan pergi, dan ayahku menemukanku tergeletak tak berdaya di kamarku tanpa sehelai kain pun. Setelah kejadian itu, aku tak diperbolehkan keluar rumah selama hampir satu bulan dan absen dari sekolah. Setelah aku diperbolahkan lagi keluar, aku mendengar kabar lelaki pemerkosaku itu meninggal karena tabrak lari tepat di hari aku diperkosa olehnya. Dan untungnya aku tidak hamil atas pemerkosaan yang telah lelaki itu lakukan.
“Oohhh... Gitu ya? Kasian juga ya keponakanku ini. Tapi tenang aja, kalo sama pakle kamu bakal ngerasain nikmat kok. Hehe...”
Kicauan tak jelas paman membuatku geleng-geleng kepala.
“Karena kamu udah ngasih tau ceritanya, jadi hari ini pakle cuman bakal ngentot kami sekali aja deh ya. Janji.”
Oh, no...
The end of part 2....
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Update!
Maaf kalau berantakan, dan semoga memenuhi hasrat para pembaca.
Hatiku Tak Secerah Matahari: Ditelan Gelapnya Hari

“Risa!”
“EH?! Iya apa?” Tanyaku kaget.
“Kamu tadi ngelamun, sepanjang jam pelajaran pun kamu ngelamun mulu.” Jelas orang yang menyadarkanku dari lamunanku.
“Ehm... Oh ya?”
“Iya... Emang kamu lagi mikirin apa? Ada masalah?” Tanya orang itu.
“Ah, nggak... Mungkin aku cuman ngantuk jadi suka kayak yang ngelamun gitu.” Jelasku.
Asep. Dialah teman dekatku di sekolah, dia juga yang menyadarkanku dari lamunanku. Sebenarnya aku melamun karena memang aku ada masalah, dan masalah yang sangat besar, bukan hanya sekedar aku dijadikan budak seks oleh pamanku tetapi sudah 2 minggu aku selalu disetubuhi pamanku dan begitu pula pamanku selalu mengeluarkan spermanya saat menyetubuhiku. Dan dalam 2 minggu ini, aku tak kunjung menstruasi, dan aku khawatir aku hamil. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, aku tak pernah merasa mula sebagaimana orang-orang yang hamil alami. Aku pun tak berani membeli alat tes kehamilan karena statusku yang masih pelajar ini. Karena itulah aku melamun terus memikirkan keadaan tubuhku.
“Oh gitu ya, baru tau aku.” Timpal Asep.
Tak lama aku merasakan hpku bergetar, dan saat ku cek, ternyata paman menelepon.
“Ya pakle?” Tanyaku lewat hp.
“Pakle udah di depan gerbang, ayo pulang.” Jawab paman.
“EH?! I, iya pakle, Risa segera ke depan.” Seruku.
Lalu ku tutup telepon dari paman dan pamit kepada Asep untuk puluan duluan karena paman telah menjemput. Aku pun bergegas ke gerbang depan dan kutemukan paman telah siap dengan sepeda motor bebeknya sedang memegang stir.
“Maaf pakle, gak kerasa udah pulang, lagi ngobrol sama temen.” Kataku.
“Ya udah, ayo cepet pulang, ada pr.” Timpal paman.
Lalu aku pun bergegas mengambil helm yang paman berikan padaku dan aku langsung naik motor.
Memang sudah selama 2 minggu ini paman selalu mengantar jemput kemana aku akan pergi, mungkin sekalian untuk mengawasiku.
...
Sesampainya di rumah, atas perintah paman, aku langsung melucuti segala sesuatu yang melekat pada tubuhku, tas, sepatu, baju dan rok seragam sampai celana dalam pun disuruhnya dilepas. Sekarang aku telanjang bulat dihadapan paman. Terlihat paman menelan ludahnya beberapa kali sambil melihatku dari atas kepala sampai ujung kakiku.
“Wah emang bener, tubuh kamu ngebuat pakle sange tiap saat, gak bakal bosen. Walaupun pake baju, tetep pakle sange liat kamu Risa.” Kata paman.
“...” Aku pun terdiam sambil menunduk tanpa mencoba menutupi payudara maupun kemaluanku.
“Hahahaha! Sebenernya itu salah kamu sendiri sih Risa... Kamu punya tubuh molek, tetek kamu yang puas diliat maupun dipegang bahkan diisep bikin pakle ngaceng mulu, apalagi memek kamu, yang udah pakle rutin cukur biar gak ada lagi rambutnya makin ngebuat kami cantik Risa...” Kata paman.
“...” Lagi-lagi aku terdiam sambil merasakan wajahku mulai memanas.
“Ya udah, gak usah banyak cincong lagi, kita kerjain pr nya bareng-bareng sekarang. Eh, makan dulu aja deh...” Cetus paman.
Lalu aku pun mengikuti paman dari belakang dengan tetap aku telanjang bulat. Sesampainya di ruang makan aku duduk di kursi depan meja makan dengan paman yang sedang menyiapkan makanan. Tanpa banyak kata-kata, aku pun makan walaupun tak napsu makan karena dipaksa paman agar aku tidak sakit katanya. Setelah makan aku disuruh mencuci piring bekas makan sambil paman dari belakangku meremas-remas payudaraku. Semua hal itu, sudah menjadi kebiasaanku selama 2 minggu ini, termasuk “pr” yang dikatakan paman.
Setelah beres semuanya, kami paman dan aku beranjak ke kamar ku dan paman langsung melaksanakan pr. Ya, pr itu adalah paman dan aku belajar berbagai “teknik” seks dari video porno. Mulai dari pemanasan sampai klimaks. Hari ini, aku menonton video porno yang kebanyakannya adegan mengulum kemaluan laki-laki. Lalu sambil tetap menontonnya paman menyuruhku untuk memperagakannya langsung, dari membukakan celana paman lalu menjilat-jilat kemaluannya paman.
“Ya begitu bagus Risa... Terus... Mmmhhh... Enaak...” Rintih paman.
Aku pun terus menjilati dan meremas-meremas kemaluan paman seperti yang ditampilkan oleh video porno yang sedang aku “pelajari” itu. Lalu tiba saatnya aktris video porno itu memasukkan kemaluan sang aktor kedalam mulutnya, dan yang membuatku kaget yaitu dengan ukuran kemaluan aktor itu yang sangat besar, sang aktris mampu memasukkan seluruh badan kemaluan aktornya.
“Ya, cepet ikutin itu, masukin sampai sama seperti di video.” Kata paman sambil dia mengelus-elus kepalaku.
Dengan segan tapi aku terpaksa mengikuti kemauan paman, aku pun mulai mencoba memasukan kemaluan paman ke dalam mulutku, perlahan-lahan dari kepalanya dan terus kulahap lebih jauh lagi sampai aku tersedak karena kemaluan paman mengenai ujung mulutku.
“Oohhk...”
“Ah, kamu gimana sih? Gitu aja gak bisa!” Kata paman dengan nada tinggi.
“Gini nih!” Seru paman.
Aku yang masih mengambil napas karena habis tersedak, paman langsung meraih kepalaku dan menyodorkan kemaluannya ke depan mulutku dan langsung memasukkan kemaluannya kedalam mulutku dengan paksa, dengan seluruh batang kemaluannya habis dimasukkan kedalam mulutku. Dan tetap aku tersedak lagi karena hal itu, tetapi kali ini berbeda karena paman yang memegan kendali dan terus memaksakan melakukan hal ini dengan memaju mundurkan kepalaku dengan kasar.
“Oohhkk... Ohhkk...”
Aku pun hampir kehabisan napas karena perlakuan paman, dan sepertinya paman menyadarinya. Segera paman mengehentikkan perlakuan kasarnya itu.
“Ah kamu. Tapi pakle udah terlanjur ngaceng nih, tanggung. Pengen keluar.” Seru paman.
Setelah membiarkanku mengambil napas, paman menggerakkan lagi kepalaku membuat gesekan-gesekan lembut oleh mulutku kepada kemaluan paman.
“Akhh... Nikmat kali mulutku Risa...” Racau paman.
Tak lama paman mempercepat gerakannya.
“Ahh... Keluar nih. Dalem... Dalem... Akkkhhhh....” Desah paman.
“Ummpphhh...”
Akhirnya paman mengeluarkan seluruh spermanya di dalam mulutku.
“Ah... Telen semua.” Suruh paman.
Tanpa banyak kata lagi, aku langsung melakukan perintah paman dan menelan seluruh sperma paman yang dikeluarkannya di mulutku ini hingga tetes terakhir.
“Pr hari ini udah aja, pakle lagi gak begitu mood gara-gara kamu gagal.” Lalu paman pun pergi dan keluar dari kamarku tanpa mematikan video pornonya.
Aku pun mengambil napas dalam-dalam sambil mengelap air liurku. Lalu aku pun mematikan video pornonya. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki yang lumayan cepat ke kamarku.
“Eh Risa, pakle lupa bilang. Mulai hari ini kamu jangan pake pakaian lagi selama di rumah, atau palingan kalo kamu agak dingin pake aja pakaian dalemnya. Pokoknya jangan pake baju. Terus kalo keluar rumah jangan pake pakaian dalem. Ngerti?!” Kata paman.
“E, EH!” Aku pun kaget.
“Ah! Pokonya turutin aja!” Timpal paman.
Sambil terbengong, aku bingung apa yang harus aku lakukan. Tetapi, tak ada pilihan lain yang paman berikan selain menurutinya karena ancaman paman. Dan akhirnya, mulai detik ini, aku berkeliaran melakukan seluruh kegiatan di rumah tanpa sehelai benang pun. Pada malam hari, seperto biasa, paman menagih kegiatan rutin malam. Yaitu, seks rutin sebelum tidur, dan itu tidak sebentar kalo paman lagi sangat napsu, paman bisa mengeluarkan spermanya dalam kemaluanku sebanyak 4 kali dalam semalam dibawah pengaruh obat. Dan setelahnya kami selalu tidur bareng dengan paman yang selalu memelukku dari belakan dan tangannya yang memegang kedua payudaraku.
...
Esoknya sesuai perintah paman, aku berangkat sekolah tanpa mengenakan pakaian dalam bra, maupun celana dalam. Dan aku lanagsung menyadari, karena seragam sekolahku yang putih dan bahannya yang agak tembus pandan yang walaupun memakai bra, branya masih kelihatan, aku melihat puting susuku terlihat membayang di balik seragamku itu. Aku pun langsung merenung bagaimana yang harus kulakuakn nanti disekolah. Dan aku pun langsung terpikirkan ide untuk mengenakan jaket, dan aku tinggal berpura-pura saja sakit agar dibolehkan mengenakan jaket saat jam pelajaran nanti. Dan seperti biasa aku pergi kesekolah diantar oleh paman dengan sepeda motor bebeknya sambil aku disuruhnya memeluk dia dengan erat. Sampai pada akhirnya, aku sampai di sekolah dan langsung pergi menuju kelasku.
...
“Hai Risa selamat pagi!” Sapa Asep.
“Pagi Sep!” Sahutku.
“Weissss... Tumben pake jaket.” Kata Asep.
“Iya nih, aku ngerasa agak gak enak badan.” Jawabku.
“Eh? Kenapa atuh masih sekolah kamu teh?” Tanya Asep.
“Ah, gak begitu sakit kok, ayo cepet masuk sebelum gurunya dateng.” Seruku.
Lalu Asep dan aku pun masuk kelas.
...
Sampai lah di pelajaran terakhir sebelum pulang, aku selamat pada pelajaran-pelajaran sebelumnya walaupun semua guru menyuruhku melepas jaket. Dan karena seharian ini aku mengenakan jaket, itu membuatku berkeringat sangat banyak, aku pun merasakan badanku sangat basah dan membuat ku tidak nyaman. Tak lama, guru pelajaran terakhir masuk, pelajaran terakhir ini adalah biologi dan aku sangat khawatir, karena guru biologi ku ini terkenal sangat ketat akan peraturan.
“Selamat siang anak-anak, mari kita mulai pelajarannya.” Kata guru biologiku yang bernama Agus.
Tak lama momen yang sangat aku khawatir kan datang.
“Risa! Kenapa kamu pake jaket? Mana hari lagi cerah gini, bapak aja yang gak pake jaket kepanasan! Gerah liatnya! Cepet buka!” Kata Pak Agus sambil marah-marah.
“Ta, tapi pak...”
“Ah... Gak ada tapi-tapian! Cepet lepas!” Seru Pak Agus.
“Tapi pak! Risa sedang sakit.” Tiba-tiba Asep menyahut.
“Sakit? Kalo sakit kenapa sekolah? Asep! Kamu gak liat apa, Risa keringetan banyak gitu, keliatan tuh mukanya juga sampai basah gitu! Risa ayo cepet lepasin!” Kata Pak Agus sambil menunjuk kearahku.
Dengan enggan aku pun melepas jaketku perlahan-lahan. Dan pada akhirnya aku pun melepaskan jaketku dan benar sesuai dugaanku, yang pada awalnya memang puting susuku terlihat, sekarang, ditambah seragamku yang basah karena keringat, membuat puting susuku terlihat lebih jelas. Pak Agus yang dari tadi melihatku dan Asep yang sedang berdiri sambil melihatku langsung melotot karena melihat puting susuku yang nyeplak di seragamku ini. Begitu pula teman semejaku, Hani bengong melihatku seperti ini. Aku pun menundukan mukaku sambil dengan segera menutupi dadaku.
“Ehem... Nah gitu, kan rapi keliatannya juga.” Seru Pak Agus.
Dan aku pun mengangkat kepalaku dan melihat Asep yang masih berdiri melohok melihatku sambil menelan ludahnya yang tak lama Asep lalu duduk sambil tetap melihatku. Aku pun tak dapat berkata-kata lagi dan tetap menahan rasa malu selama pelajaran berlangsung yang terasa sangat lama ini.
...
Akhirnya pelajaran pun selesai dan Pak Agus keluar ruang kelas sambil terus menatapi aku. Lagi-lagi aku hanya dapat menundukkan kepala sambil tetap menutupi dadaku dengan lengan kiriku.
“Ri, Risa kamu...” Kata Hani.
“Ri, Risa, k-kan hari ini ada kerja kelompok. Gimana kalo.... Kalo ngerjainnya di-di rumah kamu?” Asep memotong perkataan Hani.
“EH?!” Aku pun kaget mendengar perkataan Asep.
“Iya soalnya rumahku lagi rame karena ada acara keluarga.” Lanjut Asep.
“E-Eh... Gi-gimana kalo rumah Hani?” Kataku.
“Rumah aku juga gak bisa, sama kayak Asep lagi banyak orang di rumah karena ada acara.” Kata Hani.
“Tuh kan, udah rumah kamu aja, tempat Hendra juga gak bisa, kan dia ngekos tempat kosannya gak ngebolehin cewek masuk.” Timpal Asep.
Aduh... Gawat banget. Karena tak ada pilihan lain, aku pun mengiyakan dan kami berempat, Asep, Hendra, Hani dan aku bersiap untuk pergi ke rumahku. Aku pun langsung mengenakan kembali jaketku dan satu lagi anggota yagn dari tadi disebut namanya Hendra menghampiri kami. Tak lama hpku bergetar dan itu sms dari paman yang berisi paman tidak bisa menjemput aku, dan itu hal bagus pikirku. Setelah semuanya siap, kami berempat pun langsung pergi. Sesampainya di rumah, aku tak menemukan adanya jejak keberadaan paman dan ini lagi-lagi salah satu hal bagus. Dan aku juga tak usah mengikuti perintah paman yang tak boleh mengenakan pakaian itu. Lalu aku pun menyuruh seluruh temanku untuk duduk dulu di ruang tamu dan menyuguhi mereka minuman, dan aku pergi dulu ke kamar untuk mengenakan pakaian dalam dan melepaskan jaketku karena memang dari dari sangat panas sekali.
Dan aku pun kembali ke ruang tamu setelah mengenakan pakaian dalam.
“Kok dilepas jaketnya, bukannya tadi bilang kamu sakit?” Tanya Asep kepadaku.
“Eng... Aku udah agak baikkan jadi aku lepas jaketnya.” Jawabku.
“Ya udah, ayo kita keruang tengah aja yang lebih kuas tempatnya biar nyaman.” Seruku.
Lalu aku pun pergi ke ruang tengah sambil diikuti oleh ketiga orang temanku itu. Di ruang tengah kami pun mulai mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru kami di sekolah.
Selama hampir 2 jam akhirnya kami menyelesaikan tugas kelompoknya dan mulai santai-santai sambil mengobrol ini itu. Tak lama Hani nyeletuk.
“Ri- Risa. Tadi pas pelajaran terakhir aku gak salah liat kan?”
“Salah liat apa?” Padahal aku tau maksud dari perkataan Hani.
“Iya. Kamu gak salah liat kok Han. Tadi pentilnya Risa keliatan.” Timpal Asep.
Aku pun terkejut akan perkataan Asep yang sangat vulgar itu.
“Jadi, apa yang dikatain Asep itu bener, bahwa kamu itu... Pelacur?!” Kata Hani.
“Eh? Apa maksudnya? Apa maksudnya Sep?!” Tanyaku pada Asep dengan nada tinggi.
“Iya, kamu emang perek kan? Buktinya adalah apa yang akan Hendra dan aku bakal lakuin ke kamu sekarang.” Jawab Asep.
Tiba-tiba dari belakangku ada yang memegang payudaraku dengan kasarnya. Saat kulirik pelakunya adalah Hendra yang secara tak kusadari sudah berada dibelakangku..
“Hen, ah... Kamu, ngapain? Lepasin sekarang juga!” Kataku.
Hendra tak mengindahkannya dan terus meremas payudaraku sambil melepaskan kancing seragamku satu persatu. Hani yang melihat perlakuan Hendra padaku hanya dapat terbengong tak berkata apapun. Asep melihatku dengan wajah yang bernapsu. Tak lama semua kancing seragamku tanggal dan dengan kasarnya Hendra melepaskan seragamku, dan terlihatlah bra berwarna putih yang kupakai. Lalu Hendra melanjutkan lagi remasannya di payudaraku sambil menciumi punggunku yang kini terekspos, dan aku hanya dapat menggeliat memberontak tanpa ada hasilnya. Aku telah terlanjur lemas karena perbuatan Hendra.
“Ahhh.... Hendraaa! Tolong berenti!” Mohon ku.
Lagi-lagi, Hendra tak menghiraukannya dan terlihat Asep menyerahkan hpnya kepada Hani.
“Cepet rekam Han! Kalo kamu gak mau perawannya diambil, turuti aku.” Kata Asep
Hani pun dengan enggan, dia mulai merekam pergumulan Hendra dan aku. Lalu setelah itu Hendra melepaskan remasannya dan Asep mulai merebahkanku di atas karpet ruang tengah, lalu Asep menindihku dan melumat bibirku dengan sangat bernapsu. Sambil Asep dan aku berciuman Hendra melepaskan seluruh pakaiannya dan Hani tetap merekam tugas kelompok tambahan ini. Tak lama Asep melepas ciumannya dan beranjak dari tubuhku dan mulai melepas pakaiannya juga, lalu Hendra menyodorkan kemaluannya ke mulutku.
“Kulum perek!” Sentak Hendra.
Aku pun enggan dan tetap menutup mulutku, karena melihat reaksiku, Hendra menjepit hidungku yang membuat aku tak bisa bernapas dan aku langsung membuka mulutku untuk bernapas. Setelah Hendra melihat itu, segera Hendra memasukan kemaluannya ke dalam mulutku dan melepaskan jepitannya di hidungku.
“Mphh...”
“Ahhh... Nikmat banget. Gak nyangka bakal ngerasain mulutnya temen sekelas.” Racau Hendra.
Hendra pun mulai menggerakan pinggulnya dan terasa Asep mulai melepaskan rokku begitu juga celana dalamnya. Terdengar Asep berdecak kagum sembari melihat kemaluanku.
“Waahh... Cantik bener nih memek. Gak ada jembutnya. Makin napsu nih.” Racau Asep.
Tak lama, Asep langsung menjilati kemaluanku sambil memasuk keluarkan lidahnya di lubang peranakanku.
“Ah. Sedap!” Seru Asep sambil terus menjilati kemaluanku.
Tak lama Hendra mempercepat gerakannya dimulutku.
“Ahh... Risa! Aku mau keluar nih.” Racau Hendra.
Lalu Hendra pun mengeluarkan kemaluannya dari mulutku dan menyemburkan spermanya ke wajahku.
“Ahh... Demen nih liat wajah cewek cantik dilumurin peju.” Seru Hendra.
“Ah ah ah ah aahh...” Desahku karena Asep mulai mengocok kemaluanku dengan jarinya.
Dan aku pun orgasme dan meyemprotkan cairan dari kemaluanku.
“Hah... Hah...” Aku pun lemas.
“Wah... Dah siap nih.” Kata Asep.
Sementara Hendra yang duduk istirahat mengambil alih juru rekam, Asep mulai menggesek-gesekan kemaluannya di kemaluanku.
“Kamu udah gak sabar kan Risa?” Tanya Asep.
Aku hanya dapat terdiam sambil memalingkan wajahku dengan air mata yang mengalir.
“Kok nangis? Padahal kalo aku udah gak sabar loh. Dari dulu emang aku udah ngimpiin buat ngentot kamu tapi gak berani, tapi karena paman kamu ngasih kesempatan, akhirnya terwujud deh. Hehe...” Jelas Asep.
Pa-paman? Paman ngijinin Asep buat nyetubuhin aku? Pantes aja paman gak ada dirumah. Jangan-jangan aku disebut pelacur oleh Asep, aku emang dijual sama paman? Astaga...
“Kamu siap sayang? Aku mulai ya!”
Dan setelah berkata seperti itu, Asep mulai memasukkan kemaluannya secara perlahan ke dalam kemaluanku.
“A-a-a-a-aarrghh... Nikmat bener memek kamu Risa!” Erang Asep”
“Aaaahhh....” Desahku.
Sejenak Asep membiarkan kemaluannya di dalam kemaluanku. Terasa kemaluan Asep berdenyut di dalam kemaluanku. Tak lama Asep mulai menggerakkan pinggulnya secara perlahan dengan desisannya seiring kemaluannya keluar masuk kemaluanku. Dan kulihat Hani tetap diam melongo dengan Hendra yang meraba-raba dada Hani yang Hani tak sadari karena mungkin dia terlalu syok.
“Uhh.. Risa... Kenapa gak dari dulu kamu biarin aku ngentot kamu?” Racau Asep.
Aku tak menjawab, aku hanya menjawabnya dengan desahan yang tak dapat aku kendalikan keluar begitu saja.
Lalu, gerakan Asep mulai cepat dan Asep menyingkapkan bra yang masih kukenakan sehingga payudaraku terlihat menyembul dengan jelas beserta puting susunya. Asep pun mengemut puting susuku sambil menyedotnya.
“AAAAHHHH....” Desahku.
“Ah, ah... Nikmat. Nikmat, aku keluar dalem ya... Siap?”
Dengan sisa tenagaku aku mencoba menggelengkan kepalaku tetapi Asep sudah terlanjur napsu dan semakin mempercepat gerakan pinggulnya, tak lama sperma Asep memenuhi kemaluanku.
“Ahhh...” Desah Asep.
Lalu setelah kemaluan Asep mengecil dia mencabut kemaluannya dan duduk untuk beristirahat. Melihat itu, Hendra pun menghentikan permainannya di dada Hani dan menyerahkan hp untuk merekan kepada Asep dan sekarang giliran Hendra yang akan menyetubuhiku.
Hendra pun dengan kemaluannya yang sudah kembali mengeras langsung memasukan kemaluannya sekaligus ke dalam kemaluanku.
“Urrghh...” Erang Hendra.
“Ah...” Desahku yang pelan karena aku sudah tak bertenaga.
Hendra pun mulai menggerakan pinggulnya dengan sangat cepat, Hendra sangat kasar dibandingkan para pemerkosaku sebelumnya termasuk Asep. Dengan gerakannya yang cepat dan tak melambat Hendra mampu bertahan lama tanpa langsung menyemprotkan spermanya. Di tengah-tengah Hendra menyetubuhiku tiba-tiba Asep bangun dan langsung merebahkan Hani di sampingku, telihat Hani kaget sambil melihat Asep.
“Sebenernya aku maunya sama Risa, tapi keliatannya kamu juga boleh Han. Sekalian buat kamu juga biar tutup mulut.” Kata Asep.
Hani pun menggelengkan kepalanya sambil menangis. Lalu hp yang dipegang Asep untuk merekam, Asep letakkan di posisi dimana supaya seluruh kegiatan ini terekam sehingga tak usah lagi sambil dipengang. Setelah memposisikan hpnya, Asep mulai melepas kancing seragam Hani tak menyingkapkan branya sehingga terlihat payudara Hani dan melepas celana dalamnya Hani tanpa melepas rok seragamnya.Tak butuh waktu lama tanpa perlawanan berarti dari Hani, Asep sudah memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan Hani.
“Ahhh... Peret banget nih. Wah, Hani beneran masih perawan. Sori yan Han, haha...” Kata Asep.
Hani pun mulai di gauli sambil mata Hani yang tak berhenti mengalirkan air mata.
Dan, Hendra pun yang dari tadi bertahan lama mulai meracau dia akan segera keluar, dan tak lama, Hendra menyemprotkan semuanya di dalam kemaluanku. Setelah Hendra melepaskan kemaluannya Asep langsung mengehentikan menggauli Hani dan langsung pindah kepadaku.
“Akhirnya selesai juga Hen, walaupun yang Hani lebih peret, tapi gak bisa ngalahin memek Risa, aku lebih suka memeknya Risa, lebih napsuin.” Kata Asep sambil memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluanku.
Hendra yang sedang nganggur, dia mulai menghampiri Hani dan mulai mempermainkan Hani dari mulutnya hingga ke kemaluannya, dan disaat Hendra sudah siap kembali, giliran Hendra untuk menyetubuhi Hani pun datang. Hani dan aku disetubuhi secara paksa berbarengan.
SetelahAsep dan Hendra puas, mereka mulai membersihkan segala kekacauan ini dan kembali berpakaian. Dan Asep pun memfoto tubuh lemas Hani dan aku dengan keadaan masih setengah telanjang dan kemaluan kami yang masih berlumuran sperma.
“Han... Jangan macem-macem ya, kalo kamu gak mau jadi perek juga, cukup tutup mulut akan kejadian hari ini.” Kata Asep.
Lalu, dengan suara sangat pelan, Hani berbicara kepadaku.
“Gara-gara kamu. Aku... Keperawananku...”
Setelah itu Hani yang lemas di bantu oleh Hendra untuk berpakaian dan merekan langsung pulang bergitu saja tanpa membantuku. Mereka membiarkanku setengah telanjang dengan masih berlumuran sperma mereka. Dan tepat setelah mereka pulang, paman juga pulang dan menghampiriku.
“Wah? Asik kayaknya yah mereka berdua. Liat nih. Bayaran buat tubuh kamu! Lumayan kan?
Aku pun yang sudah tak punya tenaga tak dapat merespon paman dan akhirnya paman membawaku dan membawaku ke kamar mandi dan membersihkanku. Setelah itu aku dibawa ke kamarku dan menidurkanku dan meninggalkanku. Aku pun... Tertidur...
...
Aku pun terjaga. Dan kulihat jam dinding menunjukkan pukul 5 pagi. Saat aku bangun, selimut yang menutupiku pun terjatuh dan terlihat payudaraku tanpa busana. Aku telanjang, sesuai keinginan paman, dia tidak mengenakanku pakaian. Lalu aku pun beranjak dari kasur dan keluar kamar. Dengan tubuh telanjangku aku pergi ke kamar mandi untuk meyelesaikan urusanku. Tak lama aku selesai, aku mendengar paman memanggilku dan aku langsung menghampirinya dengan badan yang masih telanjang.
“Weih... Cantik amat kamu pagi ini.” Sambil meminum kopinya paman memujiku.
“Sini-sini, pakle mau pangku kamu.” Suruh paman.
Aku pun menurutinya dan duduk dipangkuan paman, terasa kemalauan paman yang telah mengeras dari balik celananya menyetuh pantatku.
“Kamu ingetkan ini hari Minggu, jadi kamu gak usah pergi sekolah. Kan?” Tanya paman.
Aku pun mengangguk.
“Hmm... Jadi kamu gak usah pergi keluar soalnya ada yang mesen kamu.” Kata paman.
Aku pun mengangguk lagi. Eh, apa? Ada yang... Mesen?
“Pa-pakle, maksud pakle, Risa beneran dijadiin pelacur?” Tanyaku.
“Iya dong. Emangnya selam 2 minggu ini pakle kasih pr itu emang buat apa? Buat ngebikin kamu jadi pelacur handal. Haha.” Jawab paman.
Aku pun tak dapat berkata apa-apa dan aku langsung pergi ke kamarku lagi dan mengunci pintu kamarku.
Waktu pun berlalu, aku tetap mengurung diriku tanpa menuruti perintah paman, aku mengenakan pakaian dan bersembunyi dibalik selimut. Dan paman menghampiri kamarku.
“Risa! Pelanggan hampir sampe, kamu masih nurutin perintah pakle kan? Pakle buka yang pintunya.” Kata paman.
Aku pun bergegas melepas seluruh pakaianku dan menyembunyikan pakaian yang tadi dipakai dan membukakan kunci pintu kamarku.
“Wah... Masih nurut nih... Anak pinter. Sini pakle anter ke depan buat nyapa pelanggan.”
Paman pun memegang tangan ku dan menarikku ke ruang tamu untuk menunggu. Tak lama terdengar suara bel dan paman membukakan pintu. Setelah terbuka, betapa kagetnya aku. Aku melihat sesosok lelaki dewasa yang sangat familiar. Ya, pelanggan kali ini adalah guru biologiku, Pak Agus.
“Wah, wah... Langsung disapa dengan tubuh telanjangnya nih.” Seru Pak Agus.
“Haha... Iya pak, selamat datang. Ayo masuk, mau minum dulu, atau mau langsung aja?” Kata paman.
“Ah, mau langsung aja Pak Budi, saya gak bisa lama-lama, isteri saya harus saya jemput jam 4 nanti.” Kata Pak Agus.
“Oh, kalo begitu langsung saja ke kamar. Saya pergi dulu supaya nyaman.” Tawar paman.
“OH iya.” Sahut Pak Agus.
Dengan aku yang masih membeku, Pak Agus langsung menarikku dan pergi ke kamar yang telah ditunjukkan oleh paman. Kamar itu adalah bekas kamar orang tuaku.
“Ayo cantik, kemarin kamu udah buat bapak kepengen, sekarang waktunya kita ngeseks. Bapak gak punya banyak waktu.” Kata Pak Agus.
Aku pun tetap hanya terdiam. Karena melihat reaksiku, Pak Agus langsung mendorongku ke atas ranjang.
“Kamu, harus nurut kata guru kamu ya, cepet puasin bapak!” Sentak Pak Agus.
Aku pun dengan tidak ada pilihan lain menuruti kemauan Pak Agus dan langsung meremas-remas kelamuan Pak Agus yang masih memakai celana. Hal itu aku pelajari dari pr yang paman berikan. Tak butuh waktu lama membuat Pak Agus terangsang, Pak Agus pun langsung memelukku dan melumat mulutku sambil melepaskan seluruh pakaiannya. Setelah itu, Pak Agus beralih melumat puting susuku sambil mengocok kemanluaku, dan tak lama juga kemaluanku langsung basah.
“Bapak udah gak sabar Risa. Risa kamu yang diatas ya.” Kata Pak Agus.
Pak Agus pun langsung rebahan dan aku mengambil posisi diatas Pak Agus tepatnya di atas kemaluannya. Aku pun sudah mempelajari gaya ini melalui pr dan aku langsung memperagakannya. Aku pun memegangi batang kemaluan Pak Agus agar pas dengan posisi liang peranakanku. Dan perlahan-lahan aku menurunkan selangkanganku dan akhirnya menyentuh kepala penis Pak Agus. Aku pun tersentak kaget merasakan bendanya Pak Agus membuat Pak Agus marah dan dia langsung mengambil alih dan langsung memasukkan kemaluanya itu.
“UUUUUURRGH... Emang nikmat vagina gadis, beda sama isteriku.” Erang Pak Agus.
“Ahhhh....” Desahku.
“Cepet gerakin tuh pinggulmu!” Suruh Pak Agus.
Aku pun yang lemas mulai menaik turunkan pinggulku.
“Uuhhh... Ahh... Ahh... Uhh....” Lenguhku.
“Aaahhh... Terus Risa terus. Kamu emang udah hebat Risa. Terus, nikmat aaaahhh...” Desah dan racau Pak Agus.
Aku pun mempercepat gerakan pinggulku karena aku ingin ini segera berakhir. Aku tak menyangka aku akan melakukan ini untuk memuaskan napsu bejat guruku sendiri.
Setelah cukup lama Pak Agus tak kunjung keluar juga, malahan Pak Agus merubah posisi dan menunggingkanku dan mencabuliku dari belakang.
“Ah ah... Nikmat kaliii kamu Risaaa... Kayaknya bapak bakal ketagihan sama memek kamu Risa.” Kata Pak Agus dibarengi desahannya.
Pak Agus pun mempercepat gerakannya seakan dia akan segera keluar, dan benar dia mulai meracau akan keluar.
“Ah ah. Risa, bapak udah mau keluar.”
“Ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah ah....” Desahanku menjadi cepat seiring gerakan Pak Agus yang cepat. Tak lama...
“AARRGHHH.”
“AAAAAAHHHHHH”...
Pak Agus menyemburkan spermanya yang sangat banyak di dalam kemaluanku.
Setelah puas karena Pak Agus berkata dia tak punya waktu, dia langsung bergegas pergi dan membiarkanku terkujur lemas dengan spermanya yang mengalir keluar dari kemaluanku.
Dan paman pun masuk ke kamar di mana Pak Agus mencabuli muridnya sendiri.
“Gimana? Nikmat? Nih, upah buat kamu.”
Sambil melemparkan beberapa lembar uang 50-an paman meninggalkanku.
...
Besoknya, seperti hari Sabtu kemarin aku pergi sekolah tanpa pakaian dalam tetapi sekarang dilarang oleh paman untuk mengenakan jaket.
Sesampainya di sekolah aku langsung dicegat oleh Pak Agus dan menyuruhku untuk menunggu di depan kelasku dan jangan mengikuti upacara bendera. Aku pun mencoba menolak tetapi dengan Pak Agus menutupi penglihatan orang lain dari dadaku, Pak Agus mencubit puting susuku yang menyeplak di seragamku sambil mengancam aku akan di iklan kan oleh Pak Agus kepada orang hidung belang lainnya. Setelah itu aku pergi ke kelas dan berdiam diri menunggu seluruh teman kelas pergi ke lapangan untuk upacara bendera. Terlihat Asep dan Hendra melihatku dengan wajah sinis sambil pergi keluar kelas. Setelah semuanya pergi, aku menyadari bahwa Hani tidak masuk sekolah dan akhirnya Pak Agus pun menghampiriku di kelas dan menjelaskan maksudnya kepadaku. Pak Agus “hanya” ingin lagi melakukan seks denganku disaat yang lain sedang upacara bendera, katanya. Aku pun tak melawan dan Pak Agus pun melaksanakan napsu bejatnya di kelasku. Sesaat sebelum upacara bendera selesai, tepat sekali Pak Agus telah selesai menyetubuhiku dan langsung pergi dengan lagi-lagi membiarkan kemaluanku masih banjir dengan spermanya. Tak lama Asep dan Hendra masuk kelas duluan dan saat melihat keadaanku yang terkulai lemas dan terlihat kemaluanku yang berlumur sperma dan tak memakai celana dalam, mereka langsung membawaku ke toilet yang tak jauh dari kelas dan langsung memperkosaku lagi. Setelah Asep dan Hendra selesai mereka membawaku ke kelas sambil sperma mereka masih mengalir dari kemaluanku ke pahaku. Untungnya semua orang kelas tak menyadarinya dan Asep dan Hendra beralasan mereka membawa aku dari UKS karena tadi sakit dan tak mengikuti upacara bendera. Pulang sekolah Asep dan Hendra melakukannya lagi di toilet sekolah dan mengantarku pulang karena paman tak menjemputku.
...
Sudah 3 minggu sekarang berlalu dari awal semua ini. Aku masih bingung akan keadaan ku, yang tidak kunjung menstruasi tapi tak menunjukkan gejala hamil pula. Dan aku juga masih menjadi langganan Asep-Hendra, juga Pak Agus, di rumah ku sendiri maupun di sekolah, mereka memperkosaku secara “gratis”. Dan tepat hari ini penderitaanku akan berakhir, karena kakakku akan pulang dari rumah sakit dan paman tak akan lagi dapat melakukan ini. Hari ini hari Sabtu, aku pulang sekolah dengan biasa, disekolah aku pasti diperkosa oleh Asep-Hendra dan Pak Agus tapi itu sudah tak kuhiraukan karena aku tak sabar ingin menjemput kakak dari rumah sakit. Tetapi datang sms dari kakak yang mengatakan bahwa dia tak usah dijemput, dan akan pulang nanti malam. Aku pun kecewa dan kegiatan sehari-hariku pun tetap masih berlanjut. Seperti biasa paman menelanjangiku memberiku pr tetapi bedanya paman ingin melakukan seks denganku pada sore hari. Sekarang aku merasakan ada hal janggal, kenapa paman masih melakukan hal ini padahal kakak akan pulang hari ini. Tapi aku tak merisaukan itu karena hatiku kelewat senang karena penderitaan akan berakhir hari ini. Aku pun melayani paman dengan biasa dan paman pun dengan biasa kuat sekali hingga beberapa kali tapi bedanya sekarang paman melakukannya dibatas biasanya. Sekarang paman sudah 7 kali menyemprotkan spermanya dan masih kuat sudah hampir tiba waktunya kakak sampai rumah dan paman masih menggauliku.
“Ah... Ah... Ah...” Desahku.
“Urgh....” Erang paman.
Paman menyemprotkan sperma ke 8 kalinya.
“Hah... Ha... Pa, pakle masih... Kuat...” Tanyaku sambil mengambil napas.
“Santai aja, hari ini kamu gak bakalan tidur.” Kata Paman.
Apa? Kenapa? Emangnya paman bakal tetep ngelakuin ini walaupun kakak udah pulang.
Lalu tak lama teras kemaluan paman mulai mengeras lagi di dalam kemaluanku dan paman menggerakan lagi pinggulnya, bahkan sekarang agak cepat.
“Ah ah ah ah ah ah ah...” Desahku.
Paman terus menggauliku.
“Risa... Pakle... Aku pulang...” Suara kakak dari depan.
Kakak pulang, tetapi paman masih menggauliku, malahan paman semakin mempercepat goyangannya.
“Ah ah ah ah ah ah ah ah, m-maaass! “ Desahku sambil memanggil kakak.
Terdenganr kakak bergegas mendatangi kamarku dan lalu membuka pintu kamarku.
“Pakle!” Kata kakak.
“M-maaass... ah... Pak-pakle aaaaaaaaaaahhhhhh!” Desahku.
Pakle menyemprotkan sperma ke 9 kalinya.
“Wah... Guntur dan pulang, mau coba?” Tawar paman.
Maskud?!
“Boleh... Sini tak nyobain.” Kata kakak.
‘Tu-tunggu dulu.. Mas... Mas... Ma-aaahhh...”
Kakak langsung memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluanku dengan kecepatan yang tak lambat.
“Ah ah ah ah ah ah ah... M-mas, maksudnya ini apah...” Aku bertanya sambil mendesah.
“Agh... Tenang aja adikku sayang. Masmu ini cuman butuh duit besar yang cepet. Ya salah satunya ngejual kamu lah.” Jelas kakakku sambil menghentikan dulu goyangannya.
“Jadi selama ini?!” Tanya ku.
“Ya, memang semua ini udah direncanain. Awalnya sih gak sama pakle, tapi gara-gara insiden itu terpaksa nyari bantuan orang lain, eh ternyata pakle emang udah lama pengen nyobain tubuh kamu adikku sayang.” Jelas kakakku.
“Emangnya biaya kuliah mas mau dari mana, ya dari usaha ini lah, jadi bertahan ya sampai mas lulus.” Lanjutnya.
Aku pun langsung menangis mendengar penjelasan kakak, tak menyangka kakak bakal menjual adiknya sendiri. Dan kakak pun setelah menjelaskan semuanya, sambil tersenyum dia melanjutkan melimpahkan birahinya padaku. Dan terus kakak dan paman terus bergantian memperkosaku sampai matahari tak kunjung datang.
The end of part 3...
Fin...

Jika ada pertanyaan seputar cerita karena masih bingung dan penasaran boleh bertanya, saya jawab.
Dan seperti biasa kritik dan sarannya supaya penulis dapat lebih baik untuk menulis cerita berikutnya.
Satu lagi, setelah lebaran cerita ini bisa dapat –after story-, juga –the real prologue-. Kalo suka cerita saya rajin-rajin aja cek thread ini semoga ceritanya dapat kelar.
KANSHA! m(__)m
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
sayang banget cerita bagus tp macet

Wah. Sebenernya mau langsung lanjutin. Tapi tritnya terlalu sepi jadi ngebuat saya kurang semangat buat bikin ceritanya. Tapi kayaknya saya bakal ngerjain ceritanya lagi. Makasih gan...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd