Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Highschool-365

pimp lord

Pendekar Semprot
Daftar
17 Oct 2012
Post
1.927
Like diterima
2.424
Bimabet
Just a simple story
Hanya ingin berbagi imagination...
Enjoy
.....

(Fragments of A gado gado story)



Sang gadis tersenyum sinis memandang ke dua orang remaja di hadapannya.
Ia memandang ke sekeliling kamar “villa” sederhana di kawasan puncak yang memang sering digunakan para pencari kenikmatan untuk melepaskan hajat mereka, lalu kembali menatap ke arah dua orang remaja di hadapannya, yang salah satunya jelas nampak gugup sekali.
Remaja gugup yang membuatnya terpaksa menginjakkan kaki ke dalam villa yang suram yang jauh dari apartment atau hotel yang biasa menjadi tempatnya memuaskan pelanggan.
Gadis itu bisa melihat kegugupan yang diiringi nafas yang tercekat yang ke luar dari tenggorokan remaja tadi. Ia bisa merasakan degup jantung gemetar remaja yang kini mulai berkeringat dingin demi melihat tangannya dengan gemulai memainkan rambut pendeknya…
“Mau sendiri sendiri atau barengan?” kata sang gadis sambil perlahan menyelipkan tangannya ke balik rok abu abu yang dikenakannya, lalu dengan perlahan menurunkan celana dalamnya, melalui kaki yang masih tertutup sepatu berwarna hitam.
“Kalian sudah bayar aku untuk satu jam ke depan lho...” Godanya sambil melempar celana dalam warna krem polos tanpa ada hiasan apa apa, kecuali sebuah pita kecil di bagian depannya, ke arah remaja yang kini makin blingsatan dan duduk tak tenang di kasur, dengan tangan yang mencengkram erat pinggiran kasur itu.
“Ayo dong.... Masa aku di cuekin?” goda sang gadis lagi sambil kini berbalik memunggungi ke dua remaja itu, lalu perlahan melepas sabuk hitamnya, dan kemudian menurunkan zipper rok abu abunya.
Dengan gerakan sensual, sang gadis sedikit menundukkan tubuhnya sambil menurunkan panties nya hingga kini pantatnya menungging dan menampakkan bungkahan pantat sekal nya, dan belahan vagina ranum seorang gadis belia, yang bersih tanpa sehelai rambut pun.
Perlahan gadis itu melangkahkan kaki yang masih bersepatu dan tertutup kaus kaki panjang sedikit di atas lutut itu mendekati remaja yang kini jakunnya naik turun dan jantung yang berdebar debar tak menentu itu.
“Bas... Aku tunggu di teras, ya.... Enjoy....” Kata seorang dari ke dua remaja tadi sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari celana abu abu lusuhnya dan kemudian melangkah ke teras yang berada di samping villa.
“ Sel.. Sel... Woy... Ah... Rese luh....” ujar temannya yang keringat dinginnya membanjir di sekujur tubuhnya ketika gadis tadi kini duduk di atas pangkuannya, lalu merengkuh wajah remaja tadi dan kemudian memagutnya buas.
“Oooowwww.... Udah keluar? Hihihi... Cepet, ya? Sampai basah begini celananya...” ujar sang gadis sambil bangkit dari pangkuan remaja tadi dan melihat celana yang basah di bagian selangkangan itu...
Wajah remaja tadi nampak merah padam menahan nafsu dan malu.
Gadis tadi kemudian berlutut di hadapan remaja tadi, lalu membuka sabuk celana abu abu itu dan kemudian menurunkan zipper dengan menggunakan giginya...
Dengan tergesa remaja itu mengangkat pantatnya kerika sang gadis menurunkan celana panjang sekaligus celana dalam tang keduanya ternoda sperma hasil ejakulasi tadi.
“Hihihi... Kok lemes sih?” goda sang gadis sambil mengocok penis layu sang remaja yang justru semakin tak bisa bangkit itu....
“Kan mau ngentotin aku.... Sini, aku angetin dulu...” godanya lagi sambil menggenggam penis lagu dan basah remaja tadi yang mendengus dengus seperti banteng terluka, lalu menjilati penis yang berlumuran sperma itu dengan perlahan dan memudian mengulumnya.
Gadis itu merasakan penis itu membesar dalam mulutnya untuk sesaat sebelum...
Remaja tadi tersentak sentak di pinggir kasur, cengkramannya di pinggir kasur begitu keras, seakan mau mencabik kasur tak berdosa itu sampai jadi serpihan kecil.
Gadis itu tersenyum nakal lalu memandang ke arah remaja tadi dan berkata dengan ekpresi melecehkan....
“Yaaaah... Kok udah keluar lagi..... Aku kan belum mulai......”.....
Remaja tadi terisak berdiri dan berlari ke luar kamar dengan tergesa gesa sambil memegangi celananya yang belum rapi itu
…..

Flashback


Jemari sang gadis menari di atas keyboard sebuah laptop sederhana yang menjadi bagian dari kesederhanaan kamar kost nya.
Sebelah kakinya terlipat di bawah pahanya yang lain sambil ia duduk di kursi di depan meja kayu yang juga penuh dengan berbagai pernik pernik mulai dari kosmetik sampai buku buku pelajaran
“Aku cape, Nji....” ketiknya ketika seperti biasa, ia mencurahkan iisi hatinya pada sosok anonymous yang mengaku bernama Panji.
“Hari ini bener bener bikin aku depresi.... Tadi di kantin anak brengsek itu, Bastian, sengaja teriak kenceng kalau dia mau booking aku....”
.....
Display chat box itu tak menampilkan jawaban...
“Aku harus gimana, Nji... Tanpa teriakan PK itu aja aku sudah di anggap najis dan hina sama kebanyakan siswa..... Padahal salahku di mana? Aku ngga ngeganggu mereka, aku ngga sengaja ngegodain mereka, atau bertingkah seperti pelacur pinggir jalan yang terang terangan ngejajain tubuh mereka....” ketik gadis itu lagi...
“Aku memang ngga akan bisa menutup kemungkinan kalau iklan yang menampilkan aku sebagai escort, yang bisa dimanfaatkan jasanya, suatu saat pasti akan terbaca oleh mereka....”
“Aku ngga peduli mereka jijik sama aku, aku Cuma mu mereka ngebiarin aku sendiri, nyelesaiin sekolah dan move on...”
.....
“Kamu tau ngga segampang itu, kan?”
Display itu mengeluarkan jawaban....
“Mayoritas temanmu akan menganggap kalau kamu akan membawa sial buat mereka, nama sekolahmu jadi jelek, mereka dianggap bisa disewa seperti kamu. Sekalipun kamu sudah berhati hati untuk tidak mengenakan seragam sekolahmu untuk jualan, juga mengaburkan semua identitasmu.”
“Aku tau, Nji.... Sebenernya, sampai catur wulan ke dua kemarin semua baik baik aja, sebelum si PK, Bastian, mulai koar koar mau nyicipin aku....”
“Aku tau sejak lama Bastian pengen aku jadi pacarnya... We'll his trophy to be exact...”
....
“Pacar Bastian pasti banyak.....”
“Setauku malah dia belum pernah dekat dengan satu pun cewek di sekolah, ataupun denger dia ada pacar atau temen cewek di luar sekolah....”
“Is he good looking?...”
“I’ve seen way more better than him....”
“Hahaha....”
“Yang jelas, Bastian selalu jalan berdua dengan punakawannya, Axel....”
“Kelakuannya buruk? Bastian?...”
“Minus, Nji.... Trouble maker.... Dan fakta kalau ayahnya itu seorang tukang pukul nambah ketengilannya di sekolah....”
“ Sepertinya Bastian nyoba ngelampiasin apa yang dia dapet di rumah.... Pukulan di banding pelukan... Bentakan dibanding teguran....” display di hadapannya mengeluarkan jawaban
“Entahlah, Nji... Aku depressed di buatnya.... Aku kemarin di interogasi sama guru BP, karena koaran Bastian yang bilang kalau aku Avail BO.... Right after aku say no waktu dia nembak aku... Aku dapat peringatan verbal dari guru BP ku. Ia bilang kalau aku dimasukkan dalam daftar khusus. Kalau ketahuan aku jualan, aku akan di DO....”
“Aku takut, Nji... Aku bener bener pengen sekolah.... Aku jualan juga buat biaya sekolah....”
“Kamu inget ceritaku, kan......”
....
“Ya.... Nad.... Aku ingat....”
....
“So... What should I do, Nji?....”
.....
“I have something in mind.... It needs your sacrifice.... a long time game. Do you trust me?”
Lama Nadine memandang ke arah pertanyaan di hadapannya..
“Bagaimana kalau rencanamu gagal, Nji?....”
.....
“Kamu, tanggung jawabku.....”
....
In Motions


“Itu dosa, Nad, itu haram... Apa yang kamu pikirkan dengan melakukan hal itu? Apa kamu ngga sayang dengan tubuhmu? Masa depanmu?” kata Diana, guru BP yang shock mendengar kejujuran murid di depannya ini.
“Kamu bukan hanya merusak dirimu sendiri, tapi juga merusak orang lain, keluarga lain... Belum lagi resiko penyakit.... Kehamilan....” ujar Diana...
“Kamu sudah bikin malu keluargamu... Bagaimana kalau sampai ayah, ibumu tau?”
“Ibuku sudah meninggal....”
Diana tertegun... “Ayahmu...”
“Dia pergi meninggalkan aku dan kakak setelah ibu meninggal. Kakak sekarang dipenjara karena membunuh orang ketika ia bekerja sebagai security sebuah night club.”
“Semua keluarga dari kedua orang tuaku membuang kami....”
Sejenak ada keheningan yang canggung antara keduanya sebelum Nadine kembali berkata....
“Jadi, bu.... Pilihan apa yang aku punya?”
“Tapi itu salah, Nad... Biar bagaimanapun yang kamu buat itu salah....”
“Kalau begitu, bu.... Apa yang harus aku lakukan?”
“Kamu bisa bekerja yang lain, kan?...” kata Diana yang mulai ragu dengan sarannya sendiri...
“Bekerja sebagai apa, bu? Bekerja di mana? Sebagai pembantu? Sebagai buruh? Sebagai pelayan?”
“Itu masih lebih baik dari melacur, kan?” jawab Diana...
“Ibu pasti tau, berapa besar biaya yang harus dikeluarkan seorang siswa untuk dapat terus bersekolah di sini.... Apa menurut ibu gaji pembantu itu cukup?”
....
“Atau ibu lebih suka saya berhenti sekolah dan bekerja sebagai buruh dengan mengandalkan ijazah smp? Apa itu artinya saya tidak berhak mendapat pendidikan yang layak dan setara dengan anak anak lainnya?”
....
“Tapi, Nad... Bukan dengan jual diri, caranya...” ujar Diana dengan nada pelan...
“Lalu apa bu? Mengemis?”
“Kamu bisa mengajukan beasiswa....”
“Dengan nilai saya yang rata rata? Ibu yakin?”
....
“Kamu bisa cari orang tua asuh.... d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain).... Yang bisa menampungmu….”
“Kenapa bukan ibu saja yang menampungku untuk tinggal di rumah ibu…. Kenapa bukan ibu saja yang jadi orangtua asuhku? Saya akan berhenti melacur saat ini juga!' tegas Nadine
Diana tergagap….

“See… ngga segampang itu, bu, untuk mencari seorang d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain), orang tua asuh, apalagi mendapat orang yang mau menampungku….”

Diana hanya bisa terdiam.

'Bukan itu masalahnya, Nad….’ Batin Diana, she has her own secret to keep

Ia mencoba menarik tangannya yang mendadak digenggam erat oleh sang gadis.
“ Bu..... Tinggal sebentar lagi kenaikan kelas 3, bu.... Biarkan aku menamatkan pendidikanku. Sesudah itu aku tidak akan jadi benalu buat nama besar sekolah ini....”
“Aku sudah jelek dan kotor, bu.... Biarkan aku apa adanya..... Hanya tolong... Biarkan aku menyelesaikan sekolahku.....” kata sang gadis memohon pada Diana yang tak lagi bisa berkata kata...
....
“Ibu ngga bisa memutuskan ini sendiri... Ayo ikut ibu ke ruang Kepala Sekolah..”
....
Diiringi tatapan sinis, benci, jijik, dan senang sebagian siswa, Nadine berjalan mengikuti langkah sang guru BP menuju ruang kepala sekolah.
Daniel sang kepala sekolah mendengar dengan seksama semua penjelasan ibu Diana, sementara Nadine lebih memilih diam, menyerahkan semua keputusan ditangan sang pengadil di hadapannya.
“Ujian Kenaikan tinggal sebentar lagi. Kalau dia lulus, then she can continue. Kalau dia gagal. We kick her out.”

Diana mendesah antara marah, lega, setuju, dan bimbang….

Namun keputusan sudah dibuat…
....
Flashback


Nadine mengangkat tubuhnya dari paha sang lelaki yang berbaring di bawahnya.
Penis lelaki itu serta merta tercabut dari anusnya. Sang gadis lalu mengulum dan mengocok batang penis yang baru saja berasang di anusnya tanpa jijik. Ia menakan kepalanya salam dalam hingga bibirnya menempel di selangkangan sang pria yang menambah tekanan dengan menekan kepala sang gadis hingga hidung sang gadis menempel di perut bawahnya.
Pria itu bergairah melihat Nadine megap megap mencari udara, mendengar suara tercekik dan batuk tertahan sang gadis yang paru parunya serasa tebakar karena kekurangan oksigen

Wajah sang gadis memerah dan menarik nafas dalam yang pendek pendek ketika akhirnya mulutnya bisa terbebas dari penis itu, air matanya mengalir, liurnya belepotan membentuk sulur dari mulutnya ke penis yang masih tetap di genggam dan dikocoknya itu.

Ia lalu menurunkan kembali wajahnya, dan membuat lelaki itu melenguh nikmat dan menekuk kakinya ke arah dada ketika merasa lidah sang gadis melekat erat di lubang anusnya.

Lelaki itu kemudian menjambak rambut Nadine dan memaksanya naik untuk kembali memasukkan penisnya ke dalam anus sang gadis dalam posisi woman on top.

Nadine menggerakkan pinggulnya maju mundur kemudian memantul mantulkan pinggulnya membuat penis itu mengocok anusnya dengan kasar…

Lelaki di bawahnya menegang, ia menarik Nadine, dan memeluk tubuhnya erat sambil kini ia yang memacu pinggulnya, menyodomi anus Nadine dengan brutal, hingga…

Sang lelaki bergidig geli dan ngilu ketika Nadine menyedot sisa sisa sperma di penisnya yang sudah mengecil dan menjilatinya hingga bersih.

Lelaki itu lalu bangkit dan menarik Marine ke kamar mandi kemudian memaksa Nadine berlutut di depannya, dan kemudian mengencingi wajah sang gadis….

Lelaki itu nampak sangat puas…..

“Bapak akan ijinkan kamu tetap mengikuti pendidikan…. Namun gagal atau berhasilnya kamu, itu usahamu sendiri.”

Nadine terduduk memandang lantai kamar mandi dengan wajah dan kepala yang berbau pesing….

Ia tak sudi melihat wajah Daniel yang jauh berbeda dari kesehariannya di sekolah yang nampak berwibawa dan punya budi pekerti yang tinggi.

“Dan…” kata Daniel lagi sambil mengangkat dagu sang gadis menggunakan punggung kakinya…

“Kamu harus memuaskan bapak sampai saat kelulusan nanti, sesuai dengan perjanjian yang kamu setujui.”

Nadine hanya diam… Ia perlu bantuan psikopat ini…..

“Sekarang, tunggu di samping bapak…” kata lelaki itu lagi sambil duduk di wc dan.mulai membuang hajatnya.

….

Seperti biasa, dengan menulikan telinga dari gunjingan dan cemoohan, Nadine melangkah ke kantin sekolah…



“Blay….? Berapa tarif lu semalem? Kontol gua butuh pelampiasan nih!”

Teriakan keras diiringi tawa memuakkan dari beberapa orang yang berasal dari pojok kantin cukup untuk membuat seisi kantin termasuk Nadine untuk sejenak terdiam…

Bastian dan beberapa bajingan lainnya nampak tertawa terbahak bahak, hanya Axel, yang nampak jengah dengan kelakuan temannya yang mendadak berteriak tadi.

“Gila lo, Bas…. Jangan kelewatan gitu lah….”

“Hahaha, kenapa bro? Gua kan cuma nanya jablay itu…. Siapa tau aja kita dapet diskon… harga perkenalan… harga siswa… Hahaha….”

Bastian malah semakin menjadi….

…..

Seisi kantin masih terdiam ketika Nadine berjalan mendekati meja tempat Bastian dan gerombolannya duduk…

Mereka mengharapkan yang terburuk….

…..

Nadine membungkukkan tubuhnya dan memagut bibir Bastian dengan satu ciuman dalam….

Gadis itu kemudian tersenyum dan berkata dengan suara jernih

“Sorry, Bas, aku ngga bisa kasih diskon….

Tariff ku 700rb buat 1 jam, no anal, no cif, cim, caps is a must.

Tempat kamu yang sediain…. Kalau mau nanti malam, aku sediain slot buat kamu…

Oh iya kalau kamu datang bawa teman… masing masing bayarannya sama.”

Bastian tergagap…. Ia tak menyangka kalau becandaannya backfired ke dirinya sendiri….

“Aku tunggu kepastiannya sampai jam terakhir ya… atau aku ambil orderan lain…

Daaah Bastian…. Mmmuuaaaccchhhh”

Seru Nadine sambil melempar senyum jauh dan melangkah meninggalkan kantin, diiringi keriuhan yang mendadak kembali menyala di kantin, keriuhan yang melebihi biasanya, bahkan pada saat terpenuh kantin itu sekalipun….

Gunjingan, cemoohan, namun ada juga beberapa pembelaan dan rasa salut yang terdengar di sana.

…..

“Sel… gimana nih…..” Bastian nampak panik sendiri sambil melihat ke arah Axel, belum pernah ia merasa sangat terintimidasi, apalagi sekarang seisi kantin memandang ke arahnya menanti langkahnya selanjutnya

“Ya udah… kalau memang kamu mau, ya tinggal kabarin dia, kan?”

“Bangke lu, Sel… lu kira bapak gua kaya apa? Duit dari mana buat gua ngebayar tu Jablay!” Maki Bastian dengan kasarnya.

“Lah, kamu ngga bisa malakin anak anak kaya biasa?” Tanya Axel lagi…

“Gila lu! Jatoh harga diri gua malak buat bayar tu perek….”

“Ya udah, kalau gitu bilang aja ngga jadi…”

“Sompret lu, Sel… saran lo ngga mutu, anjeeeng!” Sembur Bastian yang merasa harga dirinya di injak injak itu.

“Terus gimana, Bas…. Tanya gih anak anak, kali aja bisa nalangin…” Saran Axel sambil memandang ke anggota gang lainnya yang mendadak salah tingkah…

“Waaah, sorry Bas… kalau segitu gua ngga sanggup….” Kata yang seorang

“Gua juga ngga ada duit, bro… sorry ya….”

Kata yang lain sambil beranjak dan mengajak temannya tadi pergi meninggalkan kantin

“Anjing lu pada.” Maki Bastian sambil membanting gelas yang untungnya terbuat dari plastik itu….

“Pokoknya gua ngga mau tau, Sel… gua mau lu nyiapin duit buat gua… Elo juga harus ikut!”

“Lah… kenapa aku musti ikut, Bas…..? Oooy, Bas…! Bas…..!”

Axel menepuk dahinya melihat kelakuan Bastian yang langsung pergi sambil misuh misuh dan menggertak beberapa siswa kelas 1 yang langsung ciut dan menyingkir dari sang preman sekolah….

Axel kemudian mengeluarkan telephone cellular dari sakunya…

“Bang Muksin?.... Baik bang…. Biasa… oh iya… mau minta tolong juga…” kata Axel sambil melangkah dari kantin, meninggalkan penjaga kantin yang membersihkan ceceran air dan makanan akibat kelakuan Bastian, sambil mengambil selembar uang bergambar ke dua proklamator yang ditinggalkan di sana…

Upahnya untuk tutup mulut…

…..

Nadine terkejut ketika wajahnya tiba-tiba dilempari setumpukan uang…

“Nanti malam, lu layanin gua ama Axel…” Seru Bastian yang kemudian tertawa keras penuh kemenangan dan berlalu dari hadapan sanf gadis yang menundukkan wajahnya dan menangis tersedu sedu, di hadapan teman sekelasnya yang sebagian kini justru memandangnya dengan rasa kasihan, bahkan beberapa akhirnya mendekatinya dan mencoba menghiburnya…

…..

Di gang sempit, kotor, berbau pesing, yang menjadi tempat favourite gang Bastian waktu bolos…

Wajah sang ketua gang sangat pucat dan berkeringat….

Jantungnya berdegup kencang….

Malam minggu tinggal besok…..

Wajahnya makin pias….

…..

Present day….


Nadine melepas seragamnya yang tersisa….

Ia kemudian membalut selimut yang cukup panjang untuk menutupi tubuh telanjangnya, lalu berjalan menuju teras samping….

“Kenapa Bastian? Aku denger dia nangis…” tanya Axel sambil mengepulkan asap rokok ke udara dan mengangusrkan rokok tadi ke Kay yang kemudian mengambilnya dan lalu menghisapnya dalam dalam.

“Ketua gang mu kabur….” Kata sang gadis sambil memandang ke arah Axel.

“Sekarang giliranmu… mau ngentot atau gimana?....”

Axel masih duduk dengan santai sambil menyulut rokok yang baru…

“Jangan bilang kalau kamu juga masih perjaka seperti Bastian….”

Axel tertawa tertahan dan terbatuk karena tersedak asap rokok…

“Ngga lucu… Ayo… Jangan sia-siain waktu satu jam mu….” Kata Nadine dengan ketus sambil membuang puntung rokok sembarangan, lalu beranjak ke arah kamar.

Axel menahan tangan sang gadis dan berkata…

“Aku punya satu jam, kan?”

Kay memandang Axel….

“Temani aku duduk dulu…..” katanya lagi sambil menarik Nadine agar duduk di kursi malas malas di sampingnya…

Nadine bergidig karena cuaca dingin area pegunungan, ia lalu mengeratkan selimut di tubuhnya…

Axel meletakkan cell phone nya dan 59.59.59…. 59.59.58….

Keduanya terdiam….

Axel mengangsurkan mug chocolate hangat ke pada Nadine, yang di terima sang gadis dan menegukknya perlahan…

“Kamu homo?...”

Axel terbahak mendengar pertanyaan sang gadis

“I can assure you…. I’m as heterosexual as a real man can be….”

“Terus, kenapa kamu ngga mau nidurin aku? Jijik? Takut ketularan penyakit?” Serbu Nadine….

“Ngga juga…. Look, a man having sex… emang berapa lama, sih dia bisa tahan? Ber jam jam? I doubt that… paling lama 30 menit… apalagi kalau sudah terangsang berat…”

“I just want my time to be worthwhile…”

“Jangan macam macam , Sel…. Aku bakal teriak kalau kamu macam macam…” Ancam Nadine...

“No anal, caps on, no cif, no cim…” Kata Axel mengulangi apa yang sang gadis sampaikan di sekolah tadi siang….

“Aku janji ngga akan macam macam….”

45.00.00….

“Sudah 15 menit, Sel…. Kamu yakin kamu belum mau ngentotin aku?” Tanya Nadine yang sekarang menekuk tubuhnya di kursi malas….

Udara area pegunungan, yang walaupun sudah ramai, namun tetap saja terasa dingin, ditambah tubuhnya yang hanya berbalut selimut, jelas membuat sang gadis kedinginan. Sementara coklat itu sudah kehilangan kehangatannya….

“Let’s get this over with…” Desak Nadine…

“Hey… I still have my time….” Kata Axel, sambil mengeratkan jacket nya…

“Apa sebenarnya maumu, Sel….? Aku ngga suka dipermainkan begini… Kamu sudah bayar aku….”

“So?” Tanya Axel dengan santai…

“The deal is one hour of entertainment… so entertain me the way I want it….” Kata Axel lagi….

Nadine dengan gusar bangkit dan masuk ke dalam villa, dan tak lama berselang kembali menemui Axel.

“Tinggal 10 menit, Sel…. Entertainment is over…. Anterin aku pulang….” Kata sang gadis yang kini mengenakan jeans dan turtleneck….

Axel memandang kagum pada Nadine yang kini nampak lebih menarik, kedewasaan nampak di wajahnya…. Kedewasaan yang ditempa oleh kerasnya perjuangan hidup….

“Aku mau kamu nemanin aku semalaman….” Kata Axel tiba tiba….

“Bayaranmu hanya untuk satu jam, Sel…

Kamu udah sia-siain waktumu…. Sekarang anter aku pulang…. Atau aku akan pulang sendiri, aku masih punya client yang sudah aku confirm, He will take me for all night.” Tegas Nadine sambil mengeluarkan cell phone nya.

00.00.00…

Bunyi alarm terdengar….

Nadine kemudian mengetik di cell phone nya…

….

Suara incoming notification terdengar dari cellphone Axel yang masih memperdengarkan suara alarm…

Ia lalu mengangkat cellphone nya, dan menekan beberapa kali….

….

Nadine membaca incoming messages yang menunjukkan transfer dana yang masuk ke rekeningnya….

“Sel… anterin aku…. Please…” katanya

“Baiklah…. Ke mana aku harus antar kamu?”

“Sebentar…” kata Nadi e sambil membuka map dan tampak bingung…

“Kenapa, Nad?”

“Alamatnya…..” kata sang gadis yang nampak kebingungan…

“Sel… mendingan kamu pergi, deh…. Client aku ternyata milih tempat ini juga….”

Katanya lagi dengan raut wajah bingung….

“Kapan dia sampai?” Tanya Axel sambil bangkit…

Suara ketukan di pintu villa mengagetkan sang gadis…

“Mungkin penjaga villa, client ku seharusnya datang sebentar lagi… please, Sel… Jangan rusak pekerjaanku” mohon Nadine…

Axel mengangguk, Keduanya melangkah ke pintu villa dan membuka pintu depan…

“Lho…. Mas Panji?”

Nadine membelalakkan matanya…

Telinganya seakan berdengung….

“What?!!!!”

“Iya Bang… maaf ya saya masuk duluan…”

“Aaah… ngga apa apa mas…. Udah biasa ini… hehehe… selamat hepi hepi ya…”

Kata penjaga villa itu sambil mengantungi dua lembaran merah ke sakunya.

….

“Lepasin aku Sel… Aku mau pulang…. Permainan apa ini?” Kata Nadine sambil berusaha melepaskan diri dari cengraman Axel di kedua bahunya

“The long game…. You promised me to do exactly all my plan….” kata Axel…

“Kamu menipuku!” Sergah Nadine, menepis tangan Axel dan menghempaskan tubuhnya di kursi.

“How come?” Tanya Axel sambil duduk di seberang sang gadis dan kembali menyalakan sebatang rokok.

“Kenapa kamu tidak jujur padaku?”, Kata sang gadis sambil melipat tangannya dan memandang tajam ke arah Axel.

“Apa kamu masih mau chat dengan aku, kalau aku bilang aku Axel…. Kamu begitu benci padaku karena dekat dengan Bastian.”Bahkan kamu tadi begitu sinis pada kami…”

….

“Kalau ini bagian dari rencanamu buat nidurin aku, Sel…. Kamu sudah bikin aku rugi banyak….” Kata Nadine…

“Harga diri, anonymity….”

“Hey… aku ngga ngebocorin siapa kamu, Nad, apa profesimu…” sergah Axel…

“Aku ngga tau gimana Bastian bisa sampai tau siapa kamu….” Lanjut nya lagi.

“Aku hargai jalan hidupmu…. Pilihanmu….”

Sang gadis terdiam…. Lelaki di depannya begitu kesal…. Ia jujur….

“Tapi rencanamu…. Kamu tau apa yang dibuat Daniel pada diriku…. Pelayanan yang dia minta dariku….” Kata Nadine lagi…

“Belum lagi celoteh Bastian besok waktu kita sekolah….”

“Aku sudah bilang…. Kamu tanggung jawabku…. Aku bisa pastikan kalau Daniel tidak akan minta kamu lagi untuk melayaninya….”

“Dan untuk Bastian…. He’ll get what he deserves….”

Nadine memandang skeptical….

“Just wait and see….”

Sejenak keheningan mengisi ruang villa itu….

“Lalu, sekarang…. Apa maumu, Sel….”

“Seperti yang aku bilang…. Aku mau kamu temanin aku malam ini….” Kata Axel sambil menarik sang gadis berdiri….

“Girl friend experience?” Goda Axel pada Nadine yang di balas dengan pandangan sewot dari sang gadis yang kemudian menyambut pagutan Axel di bibirnya.

Rengkuhan Axel di pinggangnya…

Rabaan tangan lelaki itu yang merayap naik ke punggungnya….

Lalu perlahan, Nadine mengangkat tangannya ke atas, membiarkan Axel melepas turtleneck nya…

Axel memandang payudara mungil sang gadis dengan tatapan nyalang, ia lalu kembali memagut bibir sang gadis sambil meremas payudara Nadine yang terasa dingin akibat suhu villa.

Axel membibing Nadine ke pembaringan….

Lidah keduanya saling membelit, bibir keduanya saling berpagutan, desah nafas memburu, lenguhan kecil, gemeretak gigi yang terkadang saling beradu…

Axel bangkit dari atas tubuh Nadine dan merenggut seragamnya hingga kancing kancing tak berdosa itu terlepas dan berhamburan…

Nadine sedikit bangkit dengan menumpukan tubuhnya pada ke dua sikunya, tanpa sadar ia menggigit bibir bawahnya sendiri. Matanya menatap kagum pada tubuh Axel yang cukup padat berisi…

Birahinya makin bangkit...

Axel kembali mendekap tubuh Nadine…. Payudara sekal sang gadis kini berhimpit dengan dada nya, puting payudara sang gadis kini bergesekan langsung dengan kulit tubuhnya, dan tak perlu lama sebelum kedua puting itu mengeras.

Jantung Nadine berdegup kencang….

Selama ini, ia selalu melayani pria pria dewasa, bahkan yang termuda adalah seorang mahasiswa tingkat tiga…

Kini, teman satu sekolahnya…. Seumuran dengan dirinya…. Mendekap tubuhnya… memberi kehangatan padanya…. Memagut bibirnya….

Biasanya saat ini, dirinya sedang berjongkok atau bersujud di hadapan selangkangan para lelaki itu sambil mengocok penis penis mereka, dan memberi kehangatan pada penis penis itu dengan mulutnya….

Biasanya saat ini, dirinya sedang berjuang sekuat tenaga untuk mengatur gag reflex nya agar tidak muntah ketika penis penis itu menghajar anak tekaknya.

Biasanya saat ini, ia sedang berjuang mengambil nafas karena hidungnya terbenam ke selangkangan atau perut bawah pria pria itu, dan tingkat kesulitannya jadi lebih tinggi jika hidungnya tertanam di rambut pubis yang lebat.

Biasanya saat ini, ia yang harus bergerak aktif melayani tamunya, seperti seorang kekasih yang rindu akan kenikmatan duniawi….

Namun sekarang…. Saat ini….

Axel membuatnya mendesah ketika bibir dan lidahnya menggelitik ujung bibirnya…

Membuatnya tanpa sadar mendekap kepala pemuda itu dan memagutnya dengan penuh nafsu….

Degup jantung Nadine semakin kuat, Axel sedikit menjambak rambutnya menyebabkan kepalanya terdongak, lelaki itu kemudian melumat area antara rahang dan leher sang gadis membuat Nadine terengah engah, ingin memagut kembali bibir sang lelaki namun tak bisa. Sementara itu sebelah tangan nya meraup dan meremas payudara mungil namun indah dan pepal sang gadis, dan sesekali mencubit dan memuntir halus puting Nadine yang terasa keras karena terangsang.

Tangan sang gadis bergerak liar ketika merasa kecupan ringan Axel perlahan merayap turun meninggalkan lehernya.

Desis sang gadis meninggi, matanya makin rapat, tubuhnya melenting ke atas….

Axel menghisap, mengigit lembut puting sang gadis, dan menggoda puting itu dengan sentilan sentilan dari lidahnya.

Sementara itu sebelah payudara sang gadis tetap merasakan remasan tangan sang pemuda, jepitan ibu jari dan telunjuknya di putingnya yang mencuat….

Tubuh Nadine melenting lenting merasakan sensasi permainan mulut dan lidah Axel yang membuat kecupan ringan, dan membuat lingkaran lingkaran kecil di tengah belahan dadanya, lalu perlahan jilatan dan kecupan ringan itu bergerak turun menuju perutnya.

Kedua tangan sang gadis bergerak liar, meremasi rambutnya sambil kepalanya menggeleng geleng ke kanan dan ke kiri,

Kepalanya terdongak, tangannya mencengkram bed sheet di bawahnya ketika Axel dengan perlahan membuka kancing jeans nya dan kemudian mengecup perut bawahnya dan menggigit ringan pinggulnya.

Axel kemudian bangkit dari tubuh Nadine dan sambil tetap memandang lekat ke mata sang gadis, kemudian merengkuh pinggul ramping sang gadis dan menariknya ke tepi kasur.

Axel berlutut di antara ke dua kaki Nadine yang terbalut boot cut jeans. Perlahan ia mengangkat kaki kanan sang gadis, kemudian melepaskan ankle boots yang dikenakan sang gadis beserta kaus kakinya, dan kemudian ia melakukan hal yang sama pada boot Nadine yang satunya…

Pemuda itu kemudian kembali mendekatkan wajahnya ke perut bawah sang gadis dan memberikan kecupan sensual di sana, sambil ke dua lengannya melepas kancing jeans sang gadis…

Pinggul Nadine terangat, memudahkan Axel untuk menurunkan jeans beserta panties nya yang basah di bagian tengahnya…. Tanda kalau dirinya sudah terangsang hebat…. Hal yang jarang di alaminya selama ia menemani pria pria yang selama ini justru meminta pelayanan dari dirinya….

Kini, tubuh Nadine sudah kembali telanjang…. Rona malu sedikit nampak di sana ketika ia melihat Axel memandang ke arah vaginanya yang bersih itu….

Kembali sang gadis menggelinjang geli…

Axel mengangkat telapak kaki kanan nya, dan tanpa di sangkanya, pemuda itu mengulum jempol kakinya….

Tanganya kembali meremas rambut dan payudaranya sendiri….

Terutama ketika Axel yang telah puas bergantian mengulum jemari kakinya kemudian menciumi betisnya hingga ke lutut…

Nadine mendesah keras tanpa bisa di tahannya. Axel membuat lingkaran lingkaran kecil dengan lidahnya, merayap di paha dalamnya hingga ke pangkal pahanya…

Tangan sang gadis meremas keras kepala Axel, ketika sang pemuda mencupangi pangkal pahanya, paha dalamnya, tanpa sedikitpun menyentuh vagina nya yang berdenyut denyut hebat...

“Sel…. Sel…. Oh.... ”Hanya itu yang ke luar dari tenggorokan sang gadis dengan suara tercekat. Tubuh mengejang, dan vagina yang melelehkan cairan kenikmatan….

Bahkan tanpa cunnilingus, atau kocokan jari, Axel membuatnya orgasme….

Nafas sang gadis tercekat, tertahan…

Axel akhirnya membenamkan wajahnya di vagina sang gadis, lidahnya melekat erat di vagina yang basah itu dan menyeruak masuk ke dalamnya…

Jilatan di vaginanya, hisapan di labianya, kuluman dan sedotan di clitoris nya…

Lidah Axel dengan nakal menjilati perineum sang gadis, dan bahkan menjilati lubang anusnya yang selama ini hanya merasakan licin dan lengketnya ludah yang di sembur seadanya sebelum penetrasi kasar dan kering oleh para penikmat tubuhnya.

Tubuh Nadine seakan dialiri listrik tanpa henti…. Tubuhnya kejang kejang… gelombang orgasme silih berganti menerjang dirinya…. Hanya oleh permainan lidah dan tangan sang pemuda….

Nadine memandang nanar ketika Axel bangkit dan membuka celana abu abu nya dan kemudian brief nya…

Gadis itu mengangkangkan pahanya, menanti tusukan penis sang pemuda yang ereksi penuh itu.

Ciuman lembut di berikan sang pemuda di bibir Nadine dan kemudian kembali bangkit, di jemarinya terselip sebuah bungkusan plastik berbentuk bujur sangkar berwarna biru yang tak lama langsung digigitnya hingga sobek.

Keduanya kembali berpagutan lembut…

Nafas Nadine memburu ketika ia merasakan gesekan karet yang membungkus penis yang begitu tegang itu di labia nya….

Dan…

Nafas sang gadis sedikit tercekat, dan desahan panjang mengikuti penis yang menyeruak masuk ke dalam vaginanya, terus ke dalam, melalui dinding hangat bergerinjal yang sangat sensitive itu, yang berdenyut denyut seakan ikut menyesuaikan bentuk, meremas penis keras yang kini bersarang di dalamnya….

Desahan sang gadis, lenguhan, rintihan nikmat, berpadu dengan deru nafas sang pemuda ketika ke dua pinggul mereka bergerak seirama…

Kaki Nadine naik dan mengunci pinggul Axel yang secara ritmis maju, mundur, dan berputar, memberi stimulasi kenikmatan untuk sang gadis…

Tangan Nadine meremas erat kepala sang pemuda yang kini bersarang di lehernya, sambil bernafas berat. Sementara tangan pemuda itu menekap erat punggung halus sang gadis, hingga payudaranya, putingnya yang mengeras, terremas, tertekan bergesekan dengan dada sang pemuda….

Keduanya saling berpagutan,.lidah mereka berkaitan…. Tangan Nadine mendekap erat punggung Axel, bahkan tanpa disadari ia mencakar punggung sang pemuda ketika ia kembali dihantarkan menuju orgasme nya….

Tak lama berselang, Axel mempercepat hentakan pinggulnya, membuat sang gadis sedikit tersentak sentak di bawah tubuhnya.

Nadine segera mendekap erat sang pemuda, memagut buas bibirnya, dan kembali mengunci kakinya di pinggang Axel…

Tubuh sang pemuda mengejang…. Hentakannya yang sangat dalam mampu membuat Nadine kembali mendapat orgasme kecil…..

…..

Keduanya berpagutan ringan… tak berkata kata, Axel merengkuh Nadine hingga kini sang gadis rebah di dadanya, dan tak lama berselang ke duanya terlelap…..

…..

Perlahan Nadine terbangun dari tidur lelapnya, diiringi suara kicau burung sinar mentari yang menyeruak masuk ke dalam kamar.

Tanganya menyentuh ruang di sebelah nya, dan mendapati kalau tak ada Axel di sana…. Entah kenapa, ia sedikit merasa sedih….

“Pagi, Nad….” Suara itu mengejutkan sang gadis yang reflex menarik selimut menutupi ketelanjangannya…

“Axel…?” Tanyanya dengan suara parau dan memadang ke arah pemuda yang hanya mengenakan boxer sambil membawa sebuah nampan dan meletakkannya di meja dekat pintu ke arah teras samping.

Tangan sang gadis menghalangi sinar mentari ketika Axel menyibakkan tirai… matahari sudah cukup tinggi….

“Aku ngga tau kamu suka sarapan apa, so aku minta tolong Bang Muksin buat beli sarapan, ini ada roti, bubur… ada teh, kopi atau susu coklat…” katanya sambil duduk di samping kasur….

“Emmmh.. ngga ah Sel…. Makasih… aku harus balik ke kostan….” Kata sang gadis sambil bangkit, berbalut selimut dan menjangkau turtleneck, dan mengenakannya….

“Ayolah…. Sarapan dulu…. Aku ngga mau kamu sampai kena maag…. Perutmu kosong.” Kata Axel sambil mendekati Nadine yang menghindari rengkuhan pemuda itu di bahunya, ia bergegas mengenakan jeans dan bootsnya.

“Sorry, Sel…. Aku ngga bisa….” Kata sang gadis sambil bergegas ke luar kamar.

Axel terdiam memandang ketergesaan sang gadis, lalu duduk di teras, membiarkan tubuhnya mengigil menerpa dinginnya angin pegunungan, hanya sebatang rokok yang menemani kesendiriannya.

…..

Di dalam kamar kost nya yang sederhana, Nadine memandang chat box terakhir nya dengan “Panji”....

“Do you trust me?”.....

“Kamu tanggung jawabku…..”

Pikiran sang gadis bergumul, kacau…..

Kursor itu kini berada di atas tombol “block”.

Jari kiri sang gadis menekan tombol kiri wireless mouse nya….

Nadine merebahkan dirinya di kasur, membenamkan wajahnya di bantal, dan menangis sejadinya…..

…….

Sang gadis memandang ke arah wajah pucat dengan kantung mata akibat tangis dan kurang istirahat…

Ia sebenarnya sudah tidak ingin pergi ke sekolah….

Ia membayangkan hal hal buruk yang akan di hadapinya di sana….

Ocehan Bastian….

Daniel yang akan me remind dirinya untuk membayar ongkos bantuannya….

Pandangan mendakwa Ibu Diana

Pandangan jijik teman temannya….

…..

Semua karena Axel!

…..

Nadine menghembuskan nafas kuat kuat mempersiapkan mentalnya, lalu melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah di hari Selasa, setelah sehari sebelumnya ia habiskan untuk menangis….

…..

“Gila lu, Nad…. Lu apain Bastian sampe nangis gitu?” Tanya seorang siswi yang selama ini menjaga jarak dengan dirinya..

Namun entah kenapa, ia kini sepertinya ingin sekali bergossip ria dengan dirinya…

“Iya nih, gila lu, anak orang sampe nangis nangis gitu….”

Nadine kembali tertegun, kini ada beberapa siswi yang sengaja duduk satu meja dengan nya, di bangku kantin yang selama ini hanya diisi dirinya.

“Eeeh…. Apa, ya?” Gagap Nadine…

“Ini… Ini….” Kata seorang dari mereka sambil memutar video di cellphone nya…



Nadine ternganga….

Editan nya rapi sekali, hanya menampilkan sosok Bastian yang pucat, gugup, nampak hijau….

Dan kabur sambil menangis dan memegangi celana yang belum rapi….

…..

Hari ini memang terasa berbeda…

Memang masih banyak, tatapan jijik, sinis, benci yang terarah padanya, bahkan tatapan iri…. Sementara bisik bisik makin ramai di antara para siswa seiring langkahnya menuju kantin.

Dalam kelaspun tadi ia merasa kalau ia jadi pusat perhatian…

Siswa pria tak seheboh biasanya, malah tak banyak yang berani menatapnya langsung.

…..

“Lu tau ngga, minggu malem kita semua di share video ini…. Viral….” Celoteh siswi tadi lagi..

“Bastian langsung kaya anak kucing, hahaha…. Habis dia gantian di bully…” tawa siswi lainnya..

“Sekarang tuh anak ngga berani koar koar lagi…. Thanks Nad….”

Nadine hanya bisa tersenyum kikuk…

Ia merasa jengah dengan perhatian mendadak seperti ini….

….

Hanya seorang dari beberapa siswi yang tadi mengerumuninya yang tinggal dan duduk bersama Nadine….

Chelsea…. Begitu tulisan di name tag sang gadis.

“Okay Nad…. Tinggal kita berdua sekarang. Aku bakal jujur ke kamu…. Dan, aku mau kamu duduk dan dengar aku sampai aku selesai.”

Nadia memandang tajam ke arah Chelsea… tangannya menggenggam erat chopsticks di mangkuk baksonya.

“Aku ngga terlalu suka sama kamu, karena kamu terlalu secluded…. Ngga mau bergaul, seperti kami ini semua musuhmu…. Seperti cuma kamu yang punya masalah….” Katanya lagi…

“You’re not…. You are not the centre of the universe, we all have problems, even may not be as big as yours….”

Nadine membuka mulutnya untuk menjawab…

“No…. Sebentar…. Biarkan aku selesai ngomong….” Kata Chelsea sambil mengangkat sebelah lengannya.

“Aku memang ngga terlalu suka sama kamu, tapi aku respek sama perjuanganmu, sama apa yang kamu lakukan buat survive…. Ngga semua orang sanggup, ngga semua orang mampu…. Dan buat itu, aku kagum sama kamu, Nad…. Aku mau jadi temanmu….”

Nadine tak percaya pada pendengarannya…

Chelsea mau jadi temannya?

“Kamu boleh sceptical dan ngga percaya…. But not all of us is your enemies…. Some of us really wish to be your friend.”

“I want to be your friend…..”

Nadine masih nampak tak percaya…

“Kenapa kakak mau jadi temanku?” Tanya sang gadis…

“Kakak tau kan siapa aku? profesi aku….? Aku ini jablay…. Perek…. Pecun…. Bispak…. Kakaj ngga takut image kamu jadi jelek karena berteman denganku?”

Nadine menambahkan, “Jangan bilang kalau kakak tau gimana rasanya jadi aku…. Kakang ngga tau…. Kita beda…. Aku ngga mau nama kakak jadi ikut jelek karena aku…. Cukup aku yang jelek….”

Dentang bell masuk pelajaran berikutnya membahana…

Chelsea mengambil selembar tissue meja dan menuliskan sesuatu di sana, kemudian meletakkannya di hadapan Nadine….

“Aku tau….” Katanya sambil berlalu dari hadapan Nadine….

Gadis itu mengambil catatan yang berisi sebuah tweet account.

Perlahan Nadine mengetik account itu di cellphone nya…..

…..

“Kak….” Kata nadine dengan suara bergetar memanggil Chelsea yang sedang berjalan dengan beberapa temannya saat istirahat ke dua sedang berlangsung

Gadis itu tersenyum dan menghampiri Nadine yang dapat melihat teman teman Chelsea berbisik bisik sambil memandang sinis dan jijik padanya….

“Iya, Nad….?” tanyanya…

“Ngg… kak…” katanya dengan takut takut sambil ujung jemarinya meremas dan memuntir muntir ujung seragamnya

Chelsea tersenyum geli melihat tingkah adik kelasnya yang nampak seperti seorang anak kecil yang takut karena dimarahi orang tuanya…

“Ayo….” Ajak Chelsea menarik Nadine ke sudut sekolah yang sepi…

Nadine langsung menubruk Chelsea, dan menangis di pelukan gadis yang kini mengusapi kepala Nadine.

“Maaf, kak…. Aku ngga tau….”

“Dan cukup kamu yang tau, Nad….” Kata Chelsea lagi sambil tersenyum ke pada gadis itu

Nadine tersenyum kecil dan berkata…. “Makasih kak…..”

“Now… mau gabung ke kantin?” Ajak Chelsea…

Nadine teringat Daniel…. Wajahnya langsung murung…

“Ngga, kak…. Aku harus menghadap Pak Daniel….” kata Naeine sambil pergi meninggalkan Chelsea yang tertegun sendirian….

….

Nadine nampak kaget melihat Axel melangkah ke luar dari ruangan sang kepala sekolah. Sang gadis menundukkan wajahnya, tak ingin melihat wajah pemuda yang berlalu tanpa bicara sedikitpun…

“Masuk….”

Terdengar suara sang kepala sekolah mengijinkan sang gadis yang mengetuk pintu..

Daniel nampak pucat, terlebih setelah mengetahui kalau yang memasuki ruang kerjanya adalah Nadine….

“Eh…. Emmmm…. Nadine…. Silahkan duduk….”

Sang gadis tetap berdiri….

“Untuk nanti malam, pak. Jam berapa saya harus datang ke tempat bapak?”

“Eh…. Oh…. Itu…. Sudah cukup Nad…. Terimakasih…. Sekarang tinggal kamu belajar sungguh sungguh, ya….” Jawab Daniel dengan gugup dan wajah yang semakin pucat...

Nadine mematung…. Ia tak mempercayai pendengaranya….

Ia sudah bersedia untuk melayani nafsu bejad dan liar sang kepala sekolah, perverted even, sebagai ganti ijin untuk nya tetap bersekolah.

And it's all done?

What happened?....

Nadine hanya mengangguk kecil ketika Daniel memintanya untuk meninggalkan ruang kerjanya….

….

Langkah kaki Diana yang ke luar dari balik pintu kamar mandi kecil yang ada di ruang sang kepala sekolah membuat keringat dingin Daniel semakin deras membasahi tubuhnya.

Tangannya mengambil rotan yang menjadi hiasan di ruang kerja Daniel

“Pengingat siswa akan jenis hukuman yang dulu pernah ada….” Katanya suatu ketika ketika…

Diana mengangkat dagu Daniel yang tertunduk dengan ujung rotan.

“Jangan sekali kali lagi kamu ganggu Nadine…. Atau murid perempuan lainnya.” Kata Diana dingin…

“Bukti yang ada padaku sudah cukup buat kamu mendekam di penjara untuk waktu yang lama….”

“Dan aku yakin kamu ngga akan suka dengan apa yang mereka lakukan dengan pemerkosa di dalam tahanan….” Katanya lagi sambil duduk di ujung meja kerja sang kepala sekolah, yang terdiam bagai domba yang bersiap untuk disembelih.

“Aku ngga menyangka di balik kharismamu, kamu ternyata bejad sekali, Dan….” Kata Diana lagi sambil beringsut sehingga kini ia duduk dengan dua kaki berada di sebelah kiri lengan Daniel yang nampak bergetar…

“All the perverted things you asked from our students…. In here?” Katanya sambil memandang seisi ruangan kerja sang kepala sekolah.

“Belum lagi nasty things you asked from them…. Kamu minta mereka nungguin kamu berak?! Dan kamu minta mereka cebokin kamu?! You are a psycho!” Kata Diana keras…

“Waktu Axel datang ke rumahku minggu malam, aku benar benar tak percaya.

Tapi bukti rekaman yang dia punya, yang dia dapat dari server pribadimu…. Kamu parah, Dan….”

Daniel hanya tertunduk, diam, pucat…

Diana mengangkat sebelah kakinya melalui kepala Daniel. Kakinya kini terkangkang lebar dengan lutut menekuk di hadapan sang kepala sekolah, karena kedua telapak kakinya menapak di pegangan kursi.

Rok span nya tertarik hingga pangkal paha, dan vagina merekah terpampang di hadapan sang kepala sekolah.

“Your ass is mine, now, Daniel…. Now lick my pussy, and don't stop until I satisfied….” Katanya sambil menekan kepala Daniel ke selangkangannya…

“Good boy….” Desah Diana sambil menikmati jilatan sang kepala sekolah yang terasa bergetar di labianya…

“Ooh I'm foing to have so much fun, Daniel…. I'll make you my bitch” katanya sambil membenamkan kepala Daniel erat di vaginanya, membuat sang kepala sekolah megap megap…

“I’ll make you lick my ass clean, you’ll eat my shit…. Yeah…. That’s a good boy….”

Diana menikmati betul mainan barunya, memacu vaginanya yang basah membasahi wajah Daniel, yang menegang karena kesulitan bernafas, hingga tiap rontaannya justru menambah gairah sang guru BP, sambil pikirannya melayang memikirkan Nadine…

Ya…. Salah satu alasan kenapa ia tak bisa menjadikan Nadine sebagai anak asuhnya, tinggal di rumahnya, karena tak ingin Nadine tau sisi liarnya, kegilaannya, rahasianya….

Membayangkan Nadine membuat Diana semakin terangsang dan memacu pinggulnya lebih kuat di wajah Daniel yang semakin lemas….

Hingga…..

…..

Nadine yang keheranan melangkahkan kakinya ke pojok sepi tempat dirinya dan Chelsea tadi berbicara.

Ia terkesiap…

Axel sedang berada di sana, mengepulkan asap rokoknya…

“Nad… Tunggu….”

Namun ia sudah berbalik dan bergegas pergi dari sana….

…..

Sudah seminggu setelah kejadian itu…

Sekolah berlangsung seperti biasanya, kecuali Chelsea yang semakin sering berbincang dengan dirinya, Bastian yang kini lebih banyak berdiam diri…

Dan Daniel yang nampak makin pucat dan kuyu, sementara Diana nampak semakin segar….

Nadine membuka notification di twit**ter account nya….

“Client?” tanya Chelsea…

“Iya kak….” Jawab Nadine, buat malam minggu…

Chelsea memandang lekat wajah Nadine…

“Kamu sering open slot?”

“Ngga juga kak…. Aku bener bener ngelakuin ini buat survival….”

Chelsea tersenyum “Aku ngelakuinnya buat ngisi kekosongan di sini…” katanya sambil menunjuk dadanya…

Nadine nampak heran….

“Nad…. Hari ini kamu ngga avail kan?”

Nadine menggelengkan kepalanya…

“Good, sore ini kamu main ke rumahku…. Aku pengen curhat banyak sama kamu…. Girls sleepover night….” Kata Chelsea sambil beranjak dari kantin.

Untuk kesekian kalinya Nadine dibuat kaget, tertegun…. Hari harinya kini memang makin penuh kejutan.

….

Nadine merasa canggung, tangannya kembali meremas tas nya sementara jazz merah yang dikemudikan Chelsea melaju membelah ramainya jalanan.

….

“Selamat datang, Nad….” Kata Chelsea sambil mengajak Nadine yang kagum melihat rumah Chelsea yang lumayan mewah itu.

“Udah pulang, non?” Tanya seorang wanita paruh baya yang membuka pintu buat Chelsea…

“Iya Mak…. Ini sama teman baru Che… Nadine” kata sang gadis memperkenalkan Nadine “Oh iya, Mak Asih, nanti tolong bawa cemilan sama minuman ke kamar, ya.” Pinta sang gadis sambil menarik tangan Nadine menuju kamarnya di lantai dua...

“Fyuuuh…. Legaaaaa….” Kata Chelsea setelah merasakan sejuknya AC kamar setelah beberapa saat dinyalakan.

Chelsea lalu membuka lemari pakaiannya, “Nad, aku mau mandi duluan…. Gerah….” Kata sang gadis sambil membuka seragamnya, dan meletakkannya di keranjang cucian.

“Haduh, Nad…. Ngga usah merah gitu dong muka nya…. Kita kan sama sama perempuan….” Kata Chelsea sambil tertawa kecil melihat Nadine yang tampak jengah melihat Chelsea dengan santai membuka bra dan celana dalamnya hingga ia telanjang bulat di hadapan Nadine….

Nadine menatap kagum tubuh indah khas remaja sma dengan ukuran pinggul yang menantang, dan payudara sekal yang tidak terlalu besar, namun langsung membuat Nadine merasa minder….

Her 32B cup is no match for Chelsea's bust size…

“Hihihi…. Nad, nih, spare handuk buat nanti kamu mandi….” Ujar Chelsea sambil kemudian dengan telanjang bulat melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

“Maaf neng…. Ini makananya….” Suara Mak Asih terdengar dari balik pintu.

Nadine membuka pintu dan menerima nampan dari Mak Asih…

“Makasih, ya Mak….”

“Iya neng…. Terimakasih juga mau jadi temennya neng Chelsea…. Sudah lama Emak ngga ngelihat neng Chelsea gembira seperti ini…. Ayo neng, silahkan istirahat….” kata Mak Asih…

Chelsea was right…. Batin Nadia sambil ia meletakkan nampan itu di meja. Lalu menuangkan teh dari poci dan meminumnya.

Semua orang punya masalah….

….

“Nad…. Ngga mau mandi?” Tanya Chelsea yang ke luar dari kamar mandi berbalut bathrobe sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Eh…. Iya, kak…” jawab Nadine, “Maaf aku minum duluan….”

“Santai aja, kali, Nad….” Kata Chelsea sambil tersenyum melihat polah Nadine yang polos itu…

Jauh berbeda dengan kegarangannya waktu menantang Bastian dan kroco nya di kantin.

Dengan kikuk Nadine melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi Chelsea yang nyaman itu, dan kemudian melepas seluruh pakaiannya hingga kini ia telanjang bulat…

Kaca besar yang terletak di depan washtafel kembali mengingat kan kalau boobs nya tak sebesar milik Chelsea…

Sejenak sang gadis merasa kalah, namun ketika ia meraba perutnya….

“Perutku lebih rata di banding kak Chelsea, hihihi…. Pantatku juga lebih padat, hamstring ku juga lebih berisi…” Batinnya sambil mematut diri di depan cermin….

Dengan kepercayaan diri yang pulih, Nadine kemudian menyalakan shower, dan merasakan nikmatnya basuhan air hangat di tubuhnya…. Ia merasa lebih relax…

….

“Taro aja di keranjang, Nad…. Nanti Mak Asih bawa ke laundry express dekat sini…”

Tunjuk Chelsea ke arah keranjang cucian ketika melihat Nadine hendak memasukkan seragamnya ke dalam tas….

“Ayo… sini…. Udah ngga usah pake daleman…. Riset bilang tidur tanpa daleman itu lebih sehat lho….” Kata Chelsea sambil mengamit tangan Nadine yang hendak mengambil spare pakaian dalam dari tas sekolahnya…. Dan mengajaknya ke lemari pakaian.

Chelsea meloloskan bathrobe nya, kembali memamerkan tubuh indahnya di hadapan Nadine yang kini sedikit tertantang dengan kelakuan Chelsea yang tersenyum seakan mengatakan…. “You wouldn't dare…”

Dan Nadine membalas dengan membuka handuk yang melilit tubuhnya.

Chelsea menarik nafas sehingga dadanya semakin membusung sambil melirik nakal ke arah Nadine, yang cemberut lucu dan kemudian menahan nafas hingga kini gurat six-pack muncul di perutnya yang rata dan sedikit memutar pinggangnya, hingga pantatnya yang keras tertampang di mata Chelsea.

Tiba tiba Chelsea memeluk pinggang Nadine…

“Have you ever been with a woman before?” Tanya nya yang di jawab oleh gelengan Nadine…

“You will....” Katanya sambil memagut bibir Nadine dengan penuh nafsu.

Keduanya berpagutan sambil mengarah ke arah kasur.

Nadine berada di atas tubuh Chelsea… memeluknya erat, merasakan hangat tubuh sang gadis di bawah himpitan tubuhnya….

“Makasih, kak…. Sudah mau jadi temanku….” Katanya di antara ciuman…

“Makasih Nad, sudah mau memanggilku kakak….” Jawab Chelsea sambil memagut bibir Nadine.

Tangan Nadine bergerak ke bawah kepala Chelsea dan sedikit menjambak rambut sang gadis hingga kepalanya sedikit mendongak, lalu Nadine bergerak dan memagut leher Chelsea hingga membuat sang gadis melenguh…

Persis sama ketika Axel melumat lehernya….

Damn…. Kenapa bayangan Axel justru hadir saat ini….

Tapi kenyataannya…. Dari sekian banyak lelaki yang sudah menikmati tubuhnya…. Hanya Axel yang benar benar menikmati tubuhnya, menggumulinya, membuatnya terbang ke angkasa dengan segala sentuhan, kecupan, ciuman, jilatan.

Dan kini…. Ia ingin membagi apa yang ia rasakan dengan Chelsea…

Perlahan ia menurunkan kecupannya ke arah payudara sang gadis, ia meremas pelan payudara indah Chelsea, seakan takut merusaknya, sementara sebelah putingnya kini merasakan kehangatan kecupan bibirnya, gigitan halus giginya, sentilan sentilan ringan lidahnya.

Nadine meraskan apa yang Chelsea rasakan saat ini, dengan tubuh meliuk, dada yang membusung terangkat, perut yang bergetar saat ia menciuminya.

Pinggul yang meliuk kerika ia halus mengigitnya…. Dan….

“Nad… oh… Nad…. God… Nadine!”

Chelsea meracau tak karuan ketika Nadine mencium, menjilat, mengigit halus paha dalam sang gadis yang melejang lejang bagai cacing kepanasan…

Dan tak lama setelah Nadine akhirnya membenamkan wajahnya ke vagina basah milik Chelsea, sang gadis mendapatkan orgasme nya

Dan seperti Axel yang memacunya terus dan terus, Nadine pun kemudian memasukkan jari tengah dan jari manisnya ke dalam vagina Chelsea, dan mulai mengaduk vagina sang gadis, sambil mulutnya tak berhenti mengilum, menjilat, menghisap clitoris Chelsea…

Dan sama seperti dirinya dulu, Chelsea pun mengalami multi orgasm….

……

“Gila, Nad…. Kamu beneran belum pernah main sama perempuan sebelumnya?” Tanya Nadine sambil mengatur nafasnya, ketika keduanya kini saling bepelukan di balik bedcover lembut miliknya….

“Kakak yang pertama….” Kata Nadine sambil kepalanya berbaring di dada lembut milik Chelsea….

“Dan…. Aku mau hanya kakak saja, perempuan yang bercinta dengan ku….”

Chelsea merengkuh Nadide dan mengecupnya lembut.

“Mandi lagi, ya… gerah nih.” Ajak Chelsea.

Keduanya terkikik geli dan bergegas ke kamar mandi sambil berpagutan.

Di bawah shower keduanya berpagutan. Chelsea mengambil sabun cair dan menuangkannya ke dadanya, ia laku menggesekkan tubuhnya ke tubuh Nadine, membiarkan sabun itu membalur tubuh keduannya. Nadine pun meliukkan badannya, hingga kini ia mendekap Chelsea dari belakang, ia menyabuni payudara sang gadis sambil meremas dan mencubiti putingnya

Ia lalu menyabuni perut Chelsea, dan tangannya merayap turun ke vagina sang gadis..

Chelsea sendiri tak tinggal diam, tangannya merayapi pinggang dan pinggul Nadine, mendekapnya hingga rapat ke pantatnya, lalu tangannya bergerak ke arah depan dan menangkup vagina Nadine…

Lenguh, desah, racauan kedua gadis mengisi ruang kamar mandi ketika jemari mereka saling mengaduk vagina masing masing, dengan gerakan tak beraturan yang semakin lama semakin cepat, hingga ke duanya mendapatkan orgasme mereka bersamaan….

Keduanya bernafas berat dan tertawa bersamaan…. Sebelum akhirnya mereka benar benar menyelesaikan mandi mereka.

…..

Setelah mereka menikmati makan malam yang disiapkan Mak Asih, kedua gadis itu kembali ke dalam kamar Chelsea….

Keduanya berbaring di kasur, memandang langit langit kamar dengan cahaya lampu yang diatur temaram oleh Chelsea.

“Nad…. Aku mau kita jujur satu sama lain…. Kamu sanggup?” tanya Chelsea memecah kesunyian kamar.

Sejenak tak ada jawaban dari mulut Nadine…. Namun anggukan kecil dari sang gadis, cukup membuat Chelsea tersenyum dan mulai bercerita.

“Kita berdua sama sama piatu….” Kata sang gadis yang membuat Nadine terpana…

“Yang membuat perjuanganmu lebih berat, ayahmu pergi meninggalkan kamu…. Sementara papaku memang ada…. Namun belum tentu sebulan sekali aku ketemu dia….”

Nadine memeluk boneka beruang yang ada di kasur, airmatanya mengalir…

“Dan yang buat aku bikin kamu lebih di mataku, kamu melakukan ini buat survive, sementara aku…. Aku mencari kehangatan figure seorang ayah….”

“Kak….” Kata Nadine….

“Sudah…. Please…..”

Keduanya berpelukan dan menangis…

Keduanya saling melihat, saling menyeka air mata.

“Ngga Nad, aku mau cerita semuanya…. Please….”

Nadine mengangguk

“Aku cemburu, Nad, ngelihat anak anak yang bisa akrab dengan papanya…. So…. Dimulailah petualanganku…. Dan virginku aku lepas sama seorang bapak yang cukup tampan, yang mendekatiku saat aku sedang galau, waktu aku mau nonton film di Mall ngelepas suntuk.

Aku nyaman sama dia…. Dia ajak aku ngobrol, ajak aku jalan…. Aku ngerasa papa ada di sampingku…

Makanya aku benar benar menikmati ketika ia menjadi pria pertama yang menyetubuhiku….

Rasanya nikmat sekali…. Ia tidak kasar, Ia memperlakukanku halus, membimbingku meraih kenikmatan, tidak egois….

Like Axel….

Damn, kenapa lelaki brengsek itu mendadak muncul di benak ku…. Gerutu Nadine….

“Namun, akhirnya aku harus kembali ke kenyataan kalau ia bukan papaku….” Kata Chelsea yang mengembalikan Nadine dari lamunannya…

“Dan semua itu ketika ia meninggalkan amplop coklat di samping ranjang, mengecup keningku dan mengucapkan terimakasih padaku sebelum meninggalkanku begitu saja di dalam kamar hotel….”

Keduanya terdiam…

….

“Aku…. Penagih hutang yang pertamakali menikmati tubuhku…. Setelah ayah pergi, dan kakak cuma bisa jadi penjaga malam, kehidupan kami benar benar di titik terendah. Dan sialnya, kakak justru berhutang pada seorang lintah darat.

Dan waktu hutang kami sudah jatuh tempo, penagih itu datang.

Dan seperti kisah klasik, aku harus merelakan keperawananku sebagai pembayar hutangku. Aku menolak mati matian waktu lintah darat itu menginginkan aku jadi istrinya yang entah keberapa. Aku bahkan menantangnya dengan mengatakan ikhlas kalau kakak ku di bui, daripada harus menjadi gundiknya.

Tapi aku tau, hutang harus tetap dibayar. So, my virginity buat pelunasan hutang.

Dan, kak…. Rasanya sakit sekali…. Lelaki itu kasar sekali. Karena dia hanya punya satu kesempatan, dia benar benar bikin aku jadi onggokan daging pemuas nafsu.

Dia robek pakaianku, Ia lecehkan paydaraku yang kecil ini, ia gigit kasar. Untuk pertama kalinya aku melihat penis lelaki dewasa, dan ia langsung menyodokkan penisnya yang bau itu ke dalam tenggorokanku, dan perutnya yang buncit membuatku makin sesak bernafas….

Bajingan itu malah tertawa melihat aku tersedak dan kesulitan bernafas….

Ia puas sekali melihatku tersiksa….

Dan kak…. Aku menjerit kuat waktu penisnya merobek selaput daraku…. Perih sekali…. Sakit….” Kata Nadine sambil menangis mengingat awal segalanya…

Chelsea merengkuh dan memeluk Nadine erat….

“Itu belum seberapa, kak…. Aku dipaksa mengoral penis yang berlumuran darah perawanku…. Dan untuk ke dua kalinya malam itu aku meraung kesakitan… aku tak peduli kalau teriakanku terdengar ke luar kontrakan kami…. Lelaki itu menyodomiku dengan brutal…. Aku memohon, aku mengiba, aku meronta…

Namun penis nista itu terus menerus merusak anusku…. Dan… untuk pertama kalinya juga aku merasakan darah yang bercampur rasa anus ku sendiri, sewaktu ia memaksaku men deep throat penisnya….

Dan aku meronta sekuatku kak…. Namun ia sengaja menimpa tubuhku dengan tubuh gemuknya dan dengan sengaja ia menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku….

Aku takut, kak…. Aku takut sekali kalau saat itu aku sampai hamil…. Aku bersyukur karena tak lama kemudian, aku menstruasi…. Namun saat itu aku benar benar panik, dan bajingan itu tertawa puas, dan berharap kalau ia berhasil menghamiliku….

Dan…. Tak ada sepeserpun yang ditinggalkannya untuk ku….

Bajingan itu pergi begitu saja sambil berkata kalau ia akan kembali lagi….

And he did….

Beberapa kali ia datang dan memperkosaku…

Ya…. Aku diperkosa…. Tidak ada rasa nyaman atau nikmat ketika ia menghajar mulut, anus dan vaginaku dengan penisnya….

Badanku remuk redam dibuatnya….” Kenang sang gadis sambil memeluk boneka beruang itu….

Kedua gadis itu sekarang duduk bersandar di kepala kasur….

Nadin melanjutkan ceritanya….

“Akhirnya kakak ku tau…. Ia justru memakiku, mengataiku sundal dan pelacur. Ia mengataiku tak tahu terimakasih, tidak bersyukur, tidak bersabar…. Ia menghajarku sebelum mengusirku ke luar dari rumah…. Itu kenapa sekarang aku nge kost, kak….”

“Dan alasan kenapa sampai kakak ku masuk penjara, ia membunuh bajingan itu…. Bersyukur aku sudah ke luar dari rumah itu jauh sebelum kakak ku membunuhnya….”

“Sejak itu aku akhirnya memilih menjual diriku untuk survive, kak….”

Chelsea kembali memeluk Nadine, mengecup keningnya lembut….

“Kamu mau tinggal di sini, Nad?” Tawar Chelsea….

“Terimakasih, kak…. Tapi sebaiknya tidak….” Tolak Nadine halus…

“Kakak boleh tak peduli, tapi aku peduli, kak…. Nama kakak itu baik di sekolah…. Aku ngga mau image kakak rusak karena aku….”

Pelukan Chelsea makin erat….

Keduanya terdiam untuk beberapa lama…

Chelsea yang kembali membuka pertanyaan….

“Nad…. I'm just curious…. Have you ever have older guy as your clients?”

Nadine mengigit bibir bawahnya dan mengangguk malu….

“Mereke baik padamu?” Tanya Chelsea lagi….

“Sebagian iya kak, tapi secara keseluruhan, mereka ingin aku melayani mereka, memuaskan nafsu mereka….

“Apa papaku pernah pake jasa mu?” Tanya sang gadis tiba tiba….

“Tidak, kak…. Aku ingat semua yang pernah memakai tubuhku untuk memuaskan nafsu mereka…. Dan aku bersumpah demi Tuhan, aku tidak pernah melayani papa kakak….”

“I believe you….” Kata Chelsea, “Kasih tau aku kalau sampai papaku order kamu, ya, Nad….”

“Pasti kak….”

“By the way…. Apa ngga ada client mu yang gentle sama kamu? Seorangpun?”

Axel….

Damn…. Baru Axel yang memperlakukannya bukan seperti onggokan daging…

“Emmmm…. Ada sih, kak…. Kakak beruntung, ya…. Semua client memperlakukan kakak baik….” Kata Nadine mengalihkan subjek cerita

“Meh…. Sama aja, Nad…. Memang awalnya waktu sebelum di kamar mereka nampak baik, care…. Tetapi pas di ranjang…. Seperti mengasuh bayi….” Desah Chelsea

“Terlebih kita harus bisa ngejaga ego mereka…. Harus bisa bikin mereka merasa perkasa di ranjang….”

“Apa kakak ngga pernah dapet client mahasiswa?” Tanya Nadine…

“Like I said Nad…. Aku perlu figur ayah…. Kalau mahasiswa atau yang di bawah 30 masih terpengaruh film porno, dan mereka mau praktek apa yang mereka lihat di badan kita….”

Nadine mendesah…. “Iya, kak…. Semua gaya….” Katanya sambil keduanya tertawa kecil….

“Kakak pernah anal?”

“Pernah lah…. Ya itu, sama yang di bawah 30 an…. Buat mereka, ass is another vagina…. Mereka pasti minta anal walaupun kita udah state no anal, iya lan?”

“Iya kak…. So, aku minta double payment…. Tapi tetap harus pake kondom…. Dan gilanya beberapa dari mereka mau!”

“Do you enjoy it, anal I mean….” Tanya Chelsea

“Mmmhhh gimana ya kak…. Perut aku serasa di aduk aduk…. Mules mules gimana gitu…. Aku biasanya stimulasi clit aku biar bisa nikmatin penis yang ngaduk rectum ku…. Kakak sendiri?”

“I love it…. Seperti katamu, Nad…. Perasaan mules, di aduk aduk…. Damn, jadi horny…. Sebentar Nad.” Kata Chelsea sambil bangkit dari tempat tidur dan menuju lemari….

“Nad…. Pasangin ini dong di pantatku….” Katanya sambil membawa sebuah buttplug yang cukup besar…

Nadine melongo sebelum perlahan mengambil buttplug berbahan metal itu dan mengulumnya sambil memandang nakal ke arah Chelsea yang kini menungging dengan posisi ass up face down di hadapan Nadine, yang mendekati sang gadis perlahan, lalu menjilati lubang anusnnya passionately…

Chelsea melenguh lenguh merasakan lidah Nadine begitu telaten menjilati anusnya, bahkan menghisap lubang anus nya seperti vacuum…

Perlahan Nadine mendorong masuk buttplug itu mengocok anus Chelsea dengan perlahan, sambil lidahnya menjilati perineum sang gadis, dan jari telunjuk dan jari tengahnya mengocok vagina sang gadis

Dan untuk kesekian kalinya Chelse orgasme malam itu….

…..

“Kamu bener bener gila, Nad…. Aku ngga pernah ngerasain seperti itu….” kata Chelsea setelah ia bisa mengatur nafasnya kembali, dan ia rebah di samping Nadine yang terkikik geli sambil memeluk boneka beruang dan mencium cepat bibir Chelsea

….

“Hey…. What happened in that place anyway…. Kamu apain Bastian sampai dia nangis begitu?”

Wajah Nadine memerah

Axel…. Axel is what happened…

“Ada satu online buddy ku yang menyarankan aku untuk full frontal…. Dia merancang yang disebutnya sebagai long time game….”

Chelsea nampak tertarik….

“Dan rencana itu di mulai dengan Pak Daniel…. My buddy bilang Daniel’s support is the key. He was right….”

“Daniel mau bantu kamu begitu saja?” Tanya Chelsea tak percaya…

“Ngga lah kak…. Dia juga bilang kalau bayarannya bakal mahal…. Dan memang sangat mahal….”

“Kamar mandi, ya?” Tanya Chelsea, yang membuat Nadine terkejut…

“Kakak juga?”

Chelsea mengangguk….

“Kamu diminta nyebokin dia kan?” Kata Chelsea, yang di amini anggukan Nadine...

“Dia tahu kelemahanku yang menikmati sodomi…. He loves fuck me in my ass…. Dan seperti yang kamu alami…. I too have to eat my own ass….” Kata Chelsea lagi…

“Tapi aneh…. Harusnya dia sudah manggil aku buat ngelayanin dia…. Tapi sudah lewat seminggu….”

Axel…..

Kembali bayangan pemuda yang melangkah ke luar dari ruang sang kepsek berkelebat di benak Nadine….

‘Ah…. Cuma kebetulan’, batin sang gadis…

“Aku curiga, Kiara yang mulut ember sama Daniel….” Ujar Chelsea yang menyadarkan Nadine dari lamunanya…

“Kiara?”

“Seangkatanku, sekelas, malah…. Dia itu ular…. Kamu harus hati hati sama dia….” Kata Chelsea mewanti wanti Nadine…

“Siapa dia, kak?” Tanya Nadine…

“Dia orang sok moralis, yang menganggap kita ini adalah kotoran yang seharusnya dibuang dari muka bumi….” Kata Chelsea berapi api…

“Aku punya firasat kalau dia juga yang ngebocorin status kamu ke semua siswa, termasuk Daniel….”

“Damn, padahal dia sendiri sama najisnya seperti kita…. Yang ngebedain, kita dapat uang….”

“Maksud kakak?”

“Dia pacaran sudah lebih dari lima kali, dan setiap pacaran, she make love for sure….”

“Kakak tau dari mana?”

“Karena mulut cowok itu lebih ember dari mulut kita, setiap habis nidurin cewek, pasti sesumbar…. Lagian aku pernah ngelihat Kiara keluar dari wc yang sama dengan seorang siswa, entah siapa…. Dan cowok itu betulin celananya pas ke luar….”

“Terus kenapa dia bisa sok moralis begitu, kak?”

“Entahlah, Nad…. Mungkin untuk dia selama sex itu tidak dihargai dengan uang, maka yang dilakukannya itu fine. Tapi kita…. Well buat dia kita itu najis…. So, Nad…. Hati hati sama dia, ya….”

Nadine mengangguk….

“Anyway…. Kenapa jadi ngelantur begini, ya, hehehe…. So…. Bastian….”

Wajah Nadine bersemu merah, dan akhirnya terkikik…..

“Dia masih perjaka…. Ngga pernah disentuh maupun menyentuh perempuan….

So, a little tease…. And the rest is history….” Kaya Nadine yang ditimpali tawa keduanya….

“Walau jujur aku ngga tau, kalau ada hidden camera di sana…. Dan video itu jadi viral….” Kata Nadine yang kini makin curiga….

Axel….

…...

“Mmmhhh…. Udah malem, Nad…. Tidur yuk….” Kata Chelsea sambil menarik Nadine ke dalam pelukannya….

Rasa tenang, hangat, dan damai merayapi kedua tubuh remaja telanjang yang berbalut bed cover….

Mengantar Nadine ke alam mimpi….

…..

Chelsea memandang wajah teduh sang gadis tidur dalam pelukannya….

'Aku harus menjaganya….’ batin sang gadis yang kini meneteskan airmata….

Ia lalu mencium puncak kepala Nadine, memeluknya erat, dan kemudian ikut terlelap….

….

Nadine termenung memandangi layar laptop sambil memeluk boneka beruang yang diberikan Chelsea kepadanya….

Ia melihat tombol di layar…. Cursor itu tepat di atasnya….

Ia terdiam…

……

“Kamar 6010.” Kata Nadine tanpa memperdulikan tatapan mesum, melecehkan, dari pegawai dan security hotel. Ia sudah terbiasa mendapat pandangan seperti itu. Tatapan judgmental yang munafik, karena tangan mereka tetap menerima lembaran lembaran uang sebagai pelicin untuk mengizinkan dirinya menuju kamar yang dimaksud.

Gadis itu berjalan di sepanjang koridor lantai 6 hotel yang merupakan lantai dengan type kamar yang cukup lumayan.

Ia lalu menekan bell kamar.

Dan ia terkejut….

Nadine hendak berlari, namun cekalan lembut di tangannya menghentikan niatnya.

Jantungnya berdegup keras ketika kakinya perlahan memasuki kamar.

Degup seperti saat pertama kalinya ia melangkahkan kaki dan bertemu client pertama nya….

Canggung, gadis itu duduk di kursi….

“Nggghhhh…. Sel…. Bisa di cancel aja….?” Kata Nadine, gelisah….

Axel tersenyum, “Mending kamu mandi dulu biar relax.” Katanya dengan santai.

Nadine berjalan kikuk ke dalam kamar mandi.

Di sana ia segera mengeluarkan cellphone nya. Ia bimbang…. Ia lalu menyimpan kembali device itu, dan kemudian membuka seluruh pakaiannya…

Ia memandang wajahnya di cermin.

“You can do this, Nad…. He’s just another client…. You need the money. Biaya ujian..

You can do this.”

…..

Berbalut handuk Nadine ke luar kamar mandi. Dan untuk kedua kalinya, Nadine mendadak kaku dan gelisah….

Tubuh ottermode Axel membuat vagina sang gadis mulai lembab….

'No…’ batin Nadine

'He’s a client…. You are working…. Jangan tergoda…. God he's awesome…. No!’

Nadin kemudian berkata, sambil mencoba menahan gairahnya...

“Ummmm, Sel…. Kalau boleh, ini terakhir kamu order aku, ya….” Pinta sang gadis, mencoba menyiram air dingin ke bara api nafsu di vaginanya….

“Kenapa?” Tanya Axel sambil mendekati Nadine dengan goosebumps yang kentara….

Tangannya kemudian memeluk pinggang ramping sang gadis.

“I'm not a good company?” Tanya pemuda itu lagi….

“Bukan… bukan itu, Sel….” Kata Nadine cepat 'Damn!’

“A…. Aku cuma ngga mau nyusahin kamu…. Aku ngga mau kamu maksa cari uang buat order aku…. Sewa hotel mewah….”

“Kenapa ngga?” Tanya Axel

“Ngga tau, Sel….” Jawab sang gadis yang tanpa disadarinya kini memeluk Axel dan menyandarkan kepalanya di dada sang pemuda.

“Aku cuma ngga mau ngebebanin kamu…. Nyusahin kamu…. Aku ngga pantes jadi tanggung jawabmu, Sel…”

Axel mengecup puncak kepala sang gadis….

“Sekarang aja, berapa banyak uang yang harus kamu keluarin buat kamar, buat order aku….” kata Nadine lagi

“Kita masih sama sama sekolah, kamu juga perlu biaya, kan?”

“Uang sebanyak ini…. Bisa kamu tabung buat masa depanmu, Sel…. Bukan dibuang untuk one night stand…. Terlebih dengan perempuan seperti aku….” Kata Nadine yang kini menangis di pelukan Axel….

Pemuda itu mengangkat dagu Nadine, mengecup bibirnya passionately….

“Kamu tanggung jawabku….” Katanya singkat sebelum mengangkat kedua kaki Nadine sehingga melingkari pinggangnya dan Nadine pun membalas pagutan sang pemuda yang kini merebahkannya ke kasur empuk.

Handuknya tercampak entah ke mana, namun tubuhnya terasa hangat, bahkan panas, payudaranya kembali bergesakan tertekan dada Axel.

Tangannya mengacak rambut sang pemuda yang kini melumati lehernya….

Nadine bisa merasakan kerasnya batang penis sang pemuda yang masih terbungkus celana jeans.

Remasan tangan Axel di payudaranya, jepitan di putingnya di tambah ciuman di perutnya membuat Nadine menggeliat geliat seperti cacing kepanasan…

Dan Nadine melenguh kecil tak tertahan ketika Axel kembali mengigiti pinggulnya

Dan ketika Axel menggodanya, menjilati paha dalamnya, ke lipatan antara paha dan selangkanganya.

“Sel…. Axel…. Ngggghhhhh…..”

Belum reda orgasm sang gadis ketika Axel dengan buas mengoral vagina Nadine, menjilati lubang anusnya. Gadis itu menjerit jerit dengan tubuh melejang lejang….

Gelombang orgasm silih berganti menghajar tubuhnya, terlebih ketika Axel memberinya two in the pink one in the stink….

Untuk pertama kalinya…. She squirts….

“Sel… Sel…. Sebentar…. Ampun…. Ampun….” Katanya karena Axel tak berhenti merangsangnya

Axel naik dan kembali merangsang leher sang gadis….

“Kenapa, Nad…. Kamu ngga suka?”

“Sel…. Harusnya aku yang ngelayanin kamu…. Harusnya aku yang nyenengin kamu….” Kata Nadine sambil tersengal, dan menahan rangsangan Axel di payudara mungilnya…

“Kamu mau bikin aku seneng, Nad?” Tanya Axel, yang dijawab anggukan lemah sang gadis yang kembali menggeliat karena vaginanya kembali dikocok oleh Axel

“ Kalau begitu, biarin aku nikmatin tubuhmu sesukaku….” Katanya sambil membalik tubuh Nadine dan memberi jilatan kecil sepanjang punggung Nadine yang kini tanpa sadar menaikkan pantatnya hingga menungging, dan melenguh kenikmatan ketika Axel menyedot lubang anusnya sambil dua jarin mengocok vaginanya…

Nadine hanya bisa terdiam lemas, dan hanya melenguh kecil ketika ia merasakan penis Axel yang berbalut kondom, akhirnya memasuki vaginanya…

Nadine terlonjak lonjak tanpa daya, tenaganya sudah habis terkuras, ia hanya bisa pasrah merasakan hujaman ritmis penis sang pemuda yang menggedor vaginanya…

Ia hanya bisa pasrah ketika Axel membalik tubuhnya hingga terlentang, kemudian menaikkan ke dua lututnya ke atas bahu sang pemuda, dan kemudian kembali menggenjot vaginanya dengan hentakan yang semakin lama semakin kuat, cepat, tak beraturan, dan…..

…..

“Sel…. Beneran…. Aku ngga bisa ngebiarin kamu buang uang sebanyak ini buat aku….”

Kata Nadine setelah keduanya beristirahat setelah pergumulan hebat yang terjadi beberapa kali…

“Sewa kamar ini aja sebenernya udah bisa buat nambah booking aku lagi…. Eh!” Nadine menutup mulutnya yang keceplosan, wajahnya merah seperti udang rebus

Axel tertawa…

“Iiih….” Kata Nadine malu sambil membenamkan wajahnya ke dada Axel

“Okay, okay…. Aku ngga ketawa lagi….” Kata sang pemuda sambil merengkuh Nadine.

“We’ll work something out, Nad….”

…..

“Mau apa kamu?” Tanya Chelsea ketus ketika Axel mendekati meja di mana dia dan Nadine sedang duduk.

“Aku mau minta maaf sama Nadine buat kelakuanku dan Bastian waktu itu.”

“Udah basi, Sel…. Kenapa ngga dari kemaren kemaren?” Sergah Chelsea….

“Kak….” Kata Nadine menahan emosi Chelsea

“Ngga, Nad…. Aku ngga rela laki laki model dia ngeganggu kamu. Dia ngga pantas buat kamu!”

“Kak…. Please….” Kata Nadine,

“Ayo Nad, kita pergi!” Kata Chelsea tegas sambil mengajak Nadine ke luar kantin, meninggalkan para siswa yang sedikit kebingungann melihat adegan ketiganya.

…..

“Dasar Najis… berandalan ngedeketin jablay, huh!”

Axel diam saja ketika Kiara melewati dirinya sambil meludah ke lantai….

…..

“Kamu siapa? Kamu bilang kamu punya kabar tentang Chelsea….” Ujar lelaki paruh baya itu pada remaja yang duduk di hadapannya.

“Bukan cuma tentang Chelsea, oom… tentang oom juga.” Katanya sambil menyalakan tablet dan memperlihatkannya pada lelaki itu.

….

“Kamu ngga kenapa napa, Nad?” Tanya Chelsea ketika membuka pintu rumah, menyambut Nadine yang memang sudah berjanji untuk datang pagi, hari minggu itu.

Wajah Nadine nampak pucat, lemas….

“Kakak juga ngga apa apa?” Tanya Nadine yang melihat wajah kurang tidur Chelsea…

“Rough night.” Kata keduanya hampir bersamaan, mereka tertawa kecil lalu masuk ke kamar Chelsea….

Setelah mandi bersama di shower, keduanya naik ke pembaringan, mengenakan pajamas jumpsuit model binatang yang membuat keduanya nampak lucu dan imut, berciuman ringan, lalu tertidur.

…..

Setelah terbangun, mengisi perut yang lapar, keduanya berbagi cerita dan pengalaman mereka….

“Tadi malam, untuk pertama kalinya aku menikmati rough sex dari client ku….” Kata Nadine memulai cerita.

“Kekasarannya classy, ngga asal kasar. Dia bisa ngebangun momentum dan suasana. He ties my hands, blindfolded me…. Spanks me…. Choke me….”

“God he’s rough….”

“Pantas sekali ini banyak sekali tanda di badan kamu, Nad….” Ujar Chelsea

“Hampir sama banyak dengan tanda di badan kakak.” Jawab Nadine sambil tertawa kecil…

“Hey…. Kamu, ya…. Ayo cerita dulu, nanti gantian….” Kata Chelsea lagi sambil mencubit hidung Nadine.

“Iya, waktu aku datang, dia pangsung menarikku ke pelukannya, memagut bibirku buas, tapi yang men-trigger aku jadi horny itu waktu dia melumat leherku dan berbisik. Aku bakal kasarin kamu…. Dan ia robek bajuku, damn that unexpected thing really turns me on, kak….” Kata Nadine yang kini membuka zipper rompern nya, dia mulai merasa panas…

“Dia lempar aku ke kasur, membuka celanaku kasar. Dia menerkamku, menggumuliku. Dia cabik braku hingga putus, makanya sekarang punggungku sedikit perih karena tergesek karet bra, seperti vaginaku yang masih perih karena ia merenggut G-string ku ke arah perutku hingga putus….

Dia meletakkan telapak kakiku di dadanya,

mendorong dadanya maju, hingga lututku meremas dadaku, dan ia menghentak penisnya kuat dan dalam…., Harusnya aku teriak, harusnya aku menolak, aku seperti diperkosa, kak .... Tapi tatapan matanya, beringasnya, kasarnya, ketika ia membalikku hingga telungkup lalu menyetubuhiku dari belakang, mengigit bahuku, meremas tenggorokanku…. Ooh…. Aku…. Aku….”

Kedua gadis itu bergetar bersamaan ketika mereka mendapat orgasme dari jari mereka yang tanpa disadari menstimulasi vagina dan payudara mereka sendiri. Diiringi desis perih dan kesakitan yang masih mereka rasakan

Setelah keduanya bisa bernafas tenang….

Chelsea lalu memulai kisahnya.

“Client ku juga kasar tadi malam…. Verbal dan physical…. Ia menampariku, menampari payudaraku, pantatku, vaginaku…. Ia mengataiku, lonte, perek, pelacur…. Airmataku tak berhenti mengalir, Nad…. Tapi entah kenapa aku cuma diam, duduk mengangkang di hadapannya…. Membiarkan ia memakiku, memarahiku, menyabetku dengan sabuknya, Ia mengikat ke dua tanganku ke jendela, tubuh telanjangku menghadap ke luar, ia membuka kakiku lebar dan mengikatnya. Aku memohon mohon, padanya, Nad, mulutku berujar, ampun pa, ampun papa, ampun papa…. Aku squirt, Nad, aku squirt di balik banyaknya sabetan sabuk di tubuhku, terutama vagina dan payudaraku…. Sama sepertimu, Nad…. He hypnotized me…. Auranya benar benar aura seorang ayah yang sedang memarahi putrinya…. Oh, penisnya, Nad…. Keras sekali, seperti kayu besi yang menghujam sampai ke rahimku…. Setiap hentakannya terasa seperti ada kemarahan di sana, ada rasa rindu di sana, ada nafsu yang membara….

Anusku, vaginaku, mulutku…. Damn, he completely owns me…. Dan sama sepertimu, Nad…. I’m in heaven….”

Kedua gadis itu berpelukan

“Dan Nad, sepertinya mulai sekarang, he will be my only client….”

Nadine memandang Chelsea….

“Yep, he's the figure father I always looking for…. I found him….”

Nadine menelusupkan wajahnya je dada telanjang Chelsea yang ke luar dari rompernya….

“Aku turut bahagia, kak….”

“Makasih, Nad, Aku harap kamu juga akan dapat seseorang yang memang care sama kamu, dan bisa kamu percaya…. Even if he is your client”

Nadine mempererat pelukannya….

Axel…. Pemuda yang semalam memberi sensasi baru dengan menggumulinya kasar…. Pemuda itu muncul dalam benaknya….

“Ternyata kita masochistic juga, ya Nad?” Kikik Chelsea

“Aku orgasm berkali kali kemarin, belum pernah ngerasain completely helpless, vulnerable, yet wanting more and more…

I want him to punish me…. Hurt me…. Fuck me again and again…. Destroying my ass…. Pound my pussy hard…. And cum inside me again and again…..”

“Ha? Kakak ngasih dia cum inside?” Tanya Nadine yang di jawab anggukan Chelsea…

“Tenang, Nad…. I took morning after pill tadi…” jawab Chelsea yang di iringi desah lega Nadine….

“Karena aku sudah decide kalau dia client private ku, so…. I let him….”

“Tapi kak, gimana kalau dia main dengan perempuan lain?”

“Setelah denganku, dia ngga akan main dengan perempuan lain lagi. Dia sudah berjanji…. Kami sudah buat perjanjian.”

“Can you trust him?” Tanya Nadine sceptical….

“Yes…. “

“Wow…. Mudah mudahan lelaki itu pantas dapat kepercayaan kakak….”

“Of course, Nad…. He's my father….”

“Iya kak, aku mengerti, aku cuma bisa berharap kalau dia pantas jadi figur ayah yang selama kakak cari….”

Chelsea tertawa…. “No, Nadine…. He IS, my father”

“Whaaaaa?” Nadine menganga…..

“Yes…. I fuck and being fucked by my own father….”

“Gimana bisa, kak?” Tanya Nadine, masih tak bisa mempercayai pendengarannya….

“Aku sendiri ngga tau, Nad…. Aku dapat bookingan, aku datang ke sebuah penthouse…. Lumayan jarang aku diundang ke penthouse…. Anyway, aku masuk, dan aku terkejut.

Papa di sana dengan muka merah menahan marah….”

“Tunggu, kak…. Kakak diam aja? Harusnya kakak bisa bela diri, kan? Bisa bilang kalau kakak ngelakuin itu karena ngga dapat perhatian dari papa kakak, kan? Tanya Nadine bertubi-tubi…

“Itu yang aku ngga ngerti, Nad…. I should've done that… Tapi…. Aku seperti anak yang ketahuan berbuat salah…. Aku nurut aja waktu papa memintaku tengkurap di pangkuannya….

Oh Nad, waktu tangan papa menampar pantatku….” Chelsea terdiam, menahan tubuhnya yang mendadak bergetar hebat…

“Tadi aku bilang kalau papa mengikat tubuh telanjangku, kan?” Tanya Chelsea yang dijawab anggukan Nadine.

“Papa sengaja ngebuka jendela penthouse yang sampai ke lantai, lalu ngebuka tirai.

Papa ngiket ke dua tanganku pakai tali tirai, jadi tanganku terentang ke samping.”

Chelsea kembali bergetar…. Tangannya meraih tangan Nadine, membimbingnya ke vaginanya yang berdenyut basah….

“Sensasi itu, Nad…. Walaupun penthouse itu di atas, tapi perasaan kalau tubuh telanjangku bisa terlihat bebas….”

“Aku menahan teriakkanku ketika papa menyabetku dengan sabuknya dari belakang…. Punggungku, payudaraku, pantatku, vaginaku….”

“Oh, Nad…. Ketika aku ngerasa penis papa di mulut vaginaku…. Hentakan pinggulnya waktu ia membenamkan penisnya dalam vaginaku…. It was the best cock I ever have inside my pussy…. Begitu keras, panas, memenuhi rongga vaginaku…”

“Aku nikmati remasan papa, gigitan papa, tamparan papa. Aku nikmati bagaimana papa melampiaskan nafsunya, amarahnya padaku…. Nnngghhh.” Lenguh Chelsea ketika Nadine mengocokkan dua jarinya di vagina sang gadis yang memang terasa sedikit lebih longgar…

“Aku nikmati bagaimana penis Papa menyetubuhi anusku, mulutku, tenggorokanku….”

“Oh and when he did cum inside me, Nad…. I finally have my father back….”

“Ia berjanji akan menyediakan waktu untukku, sesibuk apapun dia…. So aku berjanji tidak akan mencari papa yang lain, selama ia menepati janjinya…. And, he will give me extra incentive hihihi…. He said that I was the best fuck he ever had…. And I will do my best to keep him satisfied…. He love how I suck his cock, as muas how I love having his cock deep inside my throat, especially after he rams it on my ass”

Nadine mencium bibir Chelsea lembut….

“Aku ikut senang, kak….” Katanya sambil tersenyum, dan keduanya tidur berpelukan dengan romper yang berantakan, dan dada telanjang mereka bertautan erat….

…..

“Apa lagi rencanamu?” Tanya Diana yang duduk di balik meja Kepala Sekolah. Ukiran nama Diana Wijaya yang dibuat di atas tablet marmer abu abu dan diberi tinta warna keemasan memang pantas untuk berada di sana

Senyum iblis terpampang jelas di wajahnya….

“Ngga ada, bu…. Cuma mau ngasih ibu mainan baru….” Kata pemuda itu sambil mulai menjabarkan segalanya…

……

“Che…. Kamu di minta stay sesudah bubaran di sekolah sama Bu Diana….” Kata Annabelle, sekembalinya ia dari ruang kepala sekolah.

Chelsea tertegun, baru sekali ini ia riminta tinggal di sekolah setelah pelajaran selesai…. 'Fuck…. Now what?’ batinnya gusar…..

…..

“Mau apa kamu!” Hardik Chelsea ke Axel yang datang ke ruangan kelasnya, sambil ia menunggu kedatangan Bu Diana.

“Kamu diminta Bu Diana ke gym….” Kata Axel sambil membuka pintu kelas.

Chelsea mendadak merasakan aura dingin menyeruak dari sosok Axel yang seakan menunggunya ke luar kelas.

Perlahan gadis itu bangkit, membereskan tasnya lalu berjalan mengikuti sang pemuda menuju gym.

“Mau ke mana kita?” Tanya Chelsea ketika.Axel mengguide nya menuju pintu samping gym yang membawa mereka ke arah balcony gym

“Just come…. Please.” Kata Axel tegas…

….

Chelsea terkesiap, ia membekap mulutnya demi melihat aksi brutal di tengah basketball court….

Axel mempersilahkan gadis itu untuk duduk, dan menyaksikan main event di hadapan mereka.

Kiara meraung raung kesakitan ketika anusnya di double penetrasi oleh dua remaja, sementara vaginanya juga teriau penis seorang remaja yang terlentang di lantai. Raungan sang gadis tertahan ketika penis seorang remaja lainnya di sodok masuk secara brutal ke dalam tenggorokannya.

Kiara baru saja merasakan quadruple penetration pertamanya..

……

“Bu Diana…. Aku bawa kabar….”

Kata Kiara dengan wajah penuh kemenangan seiring langkahnya masuk ke dalam ruangan kerjanya.

“Kabar apa, Kiara?” Tanya sang kepala sekolah sambil memandang wajah murid yang terkenal paling cari perhatian, serasa pahlawan, penghianat.

“Nadine mau ngesex di gym….” Katanya dengan bersemangat.

“Hati hati kalau bicara, Kiara…. Apa bukti tuduhanmu?”

“Axel, bu…. Selama ini ternyata dia sudah booking Nadine beberpa kali. Dan kayanya karena udah kebelet, mereka mau ngelakuin itu di sini…. Gila ngga bu?” Cerocos sang gadis yang seakan tidak sadar kalau baru beberapa hari yang lalu dirinya bersetubuh di toilet gym.

“Apa Axel yang ngomong langsung ke kamu?” Tanya Diana…

“Ngga bu…. Anak itu cukup ****** buat ninggalin hpnya nggeletak di meja. Ini bu, screenshot nya. Memang bu, biar gimana kalau memang harus ketahuan, pasti akan ketahuan.” Katanya dengan penuh semangat

“Axel ******, bu…. Ngapain dia buang buang uang buat perek macam Nadine…. Padahal dia bisa cari perempuan baik baik yang ngga ngejual badannya buat uang.”

Diana membaca text screenshot itu lalu berkata pada Kiara.

“Nanti, kamu ikut ibu buat nangkap basah mereka.”

“Baik, bu!” Jawab Kiara dengan penuh kemenangan.

…..

Kiara terkejut ketika ia memasuki gym…

“Johan? Andre? Kifli? Kalian….?”

Di hadapannya ada sepuluh siswa yang pernah ia permainkan perasaannya…

Ia memandang wajah kesepuluh siswa yang mampak marah, penuh emosi dan dendam.

Ia mencoba lari ke luar gym ketika ia melihat seorang lelaki dengan slave outfit menghadangnya. Dengan full mask kulit, suspender, spiked choker, dan crotchless rubber pants, hingga penisnya yang tegang terpampang jelas.

Dan pukulan di uluhatinya olah Diana membuat sang gadis terjengkang di lantai, meringkuk menahan sakit, dan tak lama sebelum kesepuluh rekannya merobek pakaiannya dan memperkosanya seperti sekelompok serigala yang sedang membantai mangsanya.

…..

“Che….” Kata Axel, menyadarkan sang gadis yang ternganga menyaksikan pemerkosaan brutal yang dialami Kiara….

Ternganga karena melihat Diana melepas seragam dinasnya dan menampilkan pakaian seorang dominatrix di balik pakaian resminya.

Dan kini ia sedang menikmati permainan lidah sang male slave yang telah melepas topengnya…. Daniel….

“Sama sepertimu, aku juga sayang sama Nadine, care sama dia…. Aku harap, kamu mau ngizinkan aku buat dekatin dia….”

Kata Axel…

“Si…. Siapa kamu sebenarnya, Sel?” Tanya Chelsea, ada ketakutan dalam suaranya….

“Seseorang yang peduli…. Sama seperti kamu, Che….”

“Kalau kamu memang sayang…. Care…. Kenapa kamu masih biarkan dia avail bo?”

“Karena aku mau dia yang decide kalau cukup aku yang jadi partnernya….”

“Seperti kamu yang decide, kalau Papamu adalah client mu satu satunya….”

Chelsea terkejut….

“Kamu…”

“Iya, Che…. Aku yakin kamu pasti tau kalau Papamu beberapa kali memakai jasa bo untuk melepaskan birahinya….” Kata Axel.

“Dan ketika Papamu mengorder Nadine…. Aku tau di situ aku harus bertindak….”

“Apa! Nadine ngga pernah cerita….” Sergah Chelsea tak percaya…

“Dia ngga tau apa apa. Aku block orderan itu, dan aku buat wajah Nadine berbeda dari aslinya, lalu aku langsung menemui Papamu…”

“You, what?!”

“Yep, aku temui Papamu, aku buka semua sexual adventures nya…. Dan aku melakukan taruhan dengan Papamu.

I will give him one special surprise of BO that will guarantee make him stop hia adventure…. If not, he can have Nadine…. I guess he choose you….”

“Siapa kamu sebenarnya….” Kata Chelsea yang semakin merinding ketakutan….

“Seseorang yang peduli sama Nadine…. Sama seperti kamu…. So, Che…. Biarkan Nadine yang decide, whether she wants me or not…. Jangan halangi aku mencoba, ya….” Kata Axel lagi….

“Ayo, Che…. Kita pergi….” Katanya lagi sambil mengajak sang gadis meninggalkan ruanh gym, dan ketika mereka cukup jauh meninggalkan gym, Chelsea melihat tukang sapu, satpam, dan tukang parkir yang memang ada di sekolah itu bergegas menuju gym….

Chelsea merinding, Kiara bisa mati…. Dan ia memandang Axel dengan ketakutan…

“Jangan takut, Che…. Kamu peduli sama Nadine, itu sudah cukup buatku untuk protect kamu juga, at all cost….” Kata Axel lagi…

“So…. Please, jaga juga Nadine buatku, ya….”

Chelsea mengangguk takut….

“Just please, don't hurt her….”

“I won't.” Kata Axel….

“And, oh ya, Che…. Kamu punya bra dan panties warna merah, sama thigh high socks?” Tanya Axel tiba tiba…

Chelsea menggeleng, wajahnya mendadak merah seperti udang rebus…. Ia tahu maksud pertanyaan Axel…

“You're welcome.” Kata sang pemuda sambil mengedipkan matanya dan nyengir nakal.

……

“Sel…. It was the best fuck I ever had….”

Axel tersenyum membaca text message dari Chelsea….

…..

“Sel, please….” Kata Nadine dengan nafas berat dan terputus putus tertahan…

Tangannya yang terikat dengan silk rope terentang ke sisi bedpost menahan berat badannya ke kepala kasur, pinggulnya tersentak sentak, ia baru saja orgasme di mulut Axel yang kini malah menahan pinggulnya sehingga kini ia benar benar menduduki wajah pemuda itu…

“Sel…. Geli…. Aku ngga kuat…. Nanti aku ngompol…. Please….” Desah Nadine yang menggeliat geli karena Axel mengusapi pinggang dan pinggulnya sambil lidahnya menggelitik urethra sang gadis…

“Nggghhhhh…. Seeelllll…..”

Akhirnya sang gadis tak tahan lagi dan dengan deras kencing di mulut Axel yang langsung menelan semua semburan kencing sang gadis, seperti seseorang yang menemukan oasis di padang gurun setelah berjalan sekian lama.

Axel kemudian menarik pinggul sang gadis ke bawah, Nadine mengikuti arahan sang pemuda hingga kini, walau dengan tangan yabg masih terikat terentang, dirinya berbaring di atas tubuh sang pemuda.

Axel mengangkat wajah Nadine, sang gadis dapat melihat wajah sang pemuda yang belepotan kencing dan cairan vaginanya….

Axel menyeringai nakal….

He is so full of surprises….

Things that makes her completely drawn to him, attached to him….

Ketika Axel membuka ikatan di tangan Nadine, sang gadis mendadak menerjang sang pemuda, mencengram tangan sang pemuda di atas kepalanya.

Memandang wajah yang belepotan itu dengan penuh birahi, dan kemudian mencium bibir, mulut sang pemuda dengan penuh nafsu.

Keduanya berpelukan, berpagutan, saling meremas, saling meraba, mencakar….

Nadine melenguh di setiap tamparan Axel di pantatnya, di payudaranya yang mungil.

Nadine makin terangsang di setiap gigitan Axel, cupangannya,

Badannya menggelinjang tak tertahankan setiap pemuda itu meremas lehernya, memangkas udara yang masuk ke paru parunya….

She is so fucking wet….

Nadine kembali melihat Axel bangkit untuk meraih kondomnya.

Sang gadis mendadak bangkit dan bersimpuh di depan Axel sambil memeluknya erat….

“Please, Sel…. Aku benar benar menginginkanmu…. Seutuhnya…. Aku ingin menjadi milikmu, seutuhnya, Sel…. Aku rela menjadi budakmu, pelacurmu…. Aku rela jadi gundikmu, peliharaanmu…. Tapi, Sel…. Aku mohon…. Please…. I want to fill you inside me…. Please….” Kata sang gadis sambil memeluk erat sang pemuda, suaranya bergetar menahan tangis….

Axel kemudian merebahkan Nadine, menciuminya lembut….

“Please…. Make love to me, Sel….” Pinta sang gadis yang tak lama kemudian melenguh merasakan penis sang pemuda masuk ke dalam vaginanya,.

Nadine memeluk erat tubuh Axel, kakinya melingkar ke pinggang sang pemuda, ia tak ingin Axel lepas darinya, ia tak ingin lepas darinya….

Hingga….

Kedyanya melenguh bersamaan, tubuh keduanya mengejang, bergetar bersamaan….

Nadine memeluk erat tubuh sang pemuda….

Menangis di pelukannya…..

“Terimakasih, Sel…. Kamu sudah buat aku sangat bahagia….”

Axel mengecup kening sang gadis….

“Kamu mau jalan sama aku, Nad….?”

“Axel…. Aku milikmu….”

Dan sang gadis menangis bahagia ketika sebuah choker hitam di eratkan Axel di lehernya….

And they make love again, and again, and again….

……

Kiara melangkah ke gudang sekolah denga kepala tertunduk. Tukang sapu, satpam dan tukang parkir sekolah sudah menunggunya….

Di tengah kalimat mereka yang melecehkan, Kiara membuka seragamnya hingga kini meninggalkan tubuh telanjang yang siap tersaji di depan para pemangsanya.

Ia sudah melepas pakaian dalamnya begitu ia masuk ke dalam gerbang sekolah, di hadapan Bu Diana sang kepala sekolah….

Dan kini sedikit di bawah perut bawahnya di atas bibir vaginanya, sang gadis memiliki tattoo bertuliskan Gue Perek…

Kiara kemudian merebahkan dirinya di lantai gudang dingin, kotor dan berdebu, menanti para pemangsanya yang tak lama kemudian membantainya dengan brutal….

She cums again and again

She loves it….

…..

“Selamat ya, kak….” Kata Nadine sambil memeluk dan mencium pipi Chelsea di hari graduation kelulusan kelas 3

“You look nice on that choker, Nad…”

Kata sang gadis sambil melirik nakal ke arah Axel yang tersenyum salah tingkah

“Oh iya, ini Papa….” Kata sang gadis memperkenalkan lelaki berwibawa yang menemani dirinya.

“Sel…. Apa kamu bawa….?” Tanya ayah Chelsea yang dijawab Axel dengan mengeluarkan sebuah bungkusan panjang.

“Apa itu, pa?” Tanya Chelsea…

“Riding crop, sayang….” Kata sang ayah.

Chelsea langsung memeluk papa nya.

“Makasih papaaaaa….”

Keempatnya tertawa…

Diana memandang dari kejauhan, ia tersenyum senang….

Sekarang terserah Nadine…. She has her chance…. Semoga study nya lancar..

Diana lalu undur diri dan menuju ruang bawah tanah di mana Daniel, peliharaannya sudah menunggu…

…..

Di pojok lain sekolah itu, nampak gerumbulan remaja dan petugas sekolah…

Mereka sedang merayakan pesta kelulusan dan kenaikan kelas….

A hardcore gangbang party with the cum covered, cock loving, slut queen….

Kiara…

…..

End - For now.
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hhmm... Benar-benar sangat "simple". Becanda nih si boz wkwk... Mantap lah. Ditunggu lanjutannya hehe... (ngarepdotcom)
 
GILA!! Gw suka banget ceritanya. Terima kasih suhu. Teruslah berkarya :khappy:
 
Istimewa ceritanya

Cerita one shot terkereeeeeennn..... God job suhu :jempol:

Hhmm... Benar-benar sangat "simple". Becanda nih si boz wkwk... Mantap lah. Ditunggu lanjutannya hehe... (ngarepdotcom)

GILA!! Gw suka banget ceritanya. Terima kasih suhu. Teruslah berkarya :khappy:

Great story ..., two thumb up ....

Josh mantab

Thanks, all...
Really much appreciate it
 
Ceritanya mantap.
Benar2 bisa membuat imajinasi pembaca berasa masuk kedalam cerita.
Two thumbs up:mantap:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd