Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Bimabet
....
Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang” Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya. Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin.. Karena Ayah tahu…… Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya…. Saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia….. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Ayah menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Ayah berdoa….. Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata: “Ya Allah, ya Tuhanku …..Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita dewasa yang cantik…. Bahagiakanlah ia bersama suaminya…” Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk… Ayah telah menyelesaikan tugasnya menjagamu ….. Ayah, Bapak, atau Abah kita…Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat… Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis… Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. . Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..

Prienda


Huuuuuaaaaahhhh...:hua:

Q mewek sejadi2nya..
Kangen ayah...
Kebanyakan memang sangat dekat dengan ibunya, tp q lebih dekat dengan ayah..
Sampai saat persalinan pertama anakku ayah ikut masuk menemani q & hubby diruang persalinan..
:( :(

Saat persalinan q yg ketiga,
Q jauh dari orang tua...
Ayah sampai ga mau vc saat itu krna ga kuat nahan nangis saat liat kondisi q melahirkan tanpa ia mampu menemani..


Udah setengah tahun belum pulang ke rumah..
Nasib ikut hubby jadi perantau..:sendirian:

Ayah jg memperlakukan q beda dari adik2 ku.. mereka lebih diperhatikan.
Bukan karena ayah ga sayang q,
Tp ayah karena yakin q lebih bisa mandiri dalam segala hal..
 
Kangen ayah...
Kebanyakan memang sangat dekat dengan ibunya, tp q lebih dekat dengan ayah..
Sampai saat persalinan pertama anakku ayah ikut masuk menemani q & hubby diruang persalinan..
:( :(

Saat persalinan q yg ketiga,
Q jauh dari orang tua...
Ayah sampai ga mau vc saat itu krna ga kuat nahan nangis saat liat kondisi q melahirkan tanpa ia mampu menemani..
Sungguh sangat beruntung bisa menjadi akrab dan dekat dgn figur seirang ayah. Dan memang cara mereka menunjjukan perhatian dan kasih sayangnya sangat unik (bagi kita kaum hawa) dan berbeda dengan ibunda. @lam_mai , you are lucky to have a greatest dad in your life..!
Udah setengah tahun belum pulang ke rumah..
Nasib ikut hubby jadi perantau..:sendirian:
Cukuplah fengan mendoakan beliau dan selalu menjadi putri yg diharapkan beliau, aku pikit itu sudah sangat cukup untuk memuaskan jiwa beliau sebagai sosok ayah.
Ayah jg memperlakukan q beda dari adik2 ku.. mereka lebih diperhatikan.
Bukan karena ayah ga sayang q,
Tp ayah karena yakin q lebih bisa mandiri dalam segala hal..
For this thing, i salute you dear friend :ampun: sisi lain wanita yang sangat dibutuhkan. Menjadi mandiri dan tangguh.. pasti ayah sangat bangga padamu :rose:
 
Sungguh sangat beruntung bisa menjadi akrab dan dekat dgn figur seirang ayah. Dan memang cara mereka menunjjukan perhatian dan kasih sayangnya sangat unik (bagi kita kaum hawa) dan berbeda dengan ibunda. @lam_mai , you are lucky to have a greatest dad in your life..!

Cukuplah fengan mendoakan beliau dan selalu menjadi putri yg diharapkan beliau, aku pikit itu sudah sangat cukup untuk memuaskan jiwa beliau sebagai sosok ayah.

For this thing, i salute you dear friend :ampun: sisi lain wanita yang sangat dibutuhkan. Menjadi mandiri dan tangguh.. pasti ayah sangat bangga padamu :rose:

Teh Era jago nulis bgt..
Ini masih sesenggukan loh q nya..hihii

Cuma kedekatan kami lbh ke batin sih.
Klo lahiriah kami malah jarang ngobrol, soale q jarang cuhat ke ortu.
Happy ga happy ortu tau nya q ya bgitu aja keseharian nya..
 
SELAMAT JALAN ISTRIKU

Tiba-tiba HP ku berdering, setelah menjawab salam suara diseberang telepon tampak panik “Ayah.. bunda mimisan nich.” Hmm.. kumaklumi kepanikan istriku saat itu karena belum pernah dia mengalami mimisan seperti ini.

Memang cuaca di bulan Agustus 2007 siang itu begitu teriknya. Aku pikir ini akibat cuaca yang terik itu. Kemudian aku sarankan dia untuk segera ke dokter.

Beberapa hari kemudian istriku sakit pilek. Seperti biasanya kalau sakit ia hanya minum obat warung dan jarang sekali mau periksa ke dokter. “ oalah bunda…. ke dokter ajah kok takut,” ledekku, ku sorong pipi kenyalnya dengan ujung jari, ia merajuk bibirnya maju 2 centi, lucu melihatnya seperti itu.

Dua minggu berselang tapi pileknya belum juga hilang. Malah katanya ada yang terasa menyumbat di saluran hidungnya, rasanya tak nyaman dan susah bernafas. “Bun… besok kita ke Rumah Sakit ya! biar ayah ijin masuk siang,” rayuku agar ia mau ke Rumah sakit.

Keesokan harinya saya ajak ia ke RS. Bhakti Yudha Depok. Saat itu dokter THT bilang istriku alergi pada debu dan juga bulu-bulu binatang. Tapi sampai obatnya habis pileknya belum juga ada tanda-tanda kesembuhan.

Anehnya yang sering keluar lendir hanya hidung sebelah kiri saja. Bahkan istriku mulai susah bernafas melalui hidung, ia hanya bisa bernafas melalui mulut. Dan ketika saya membawanya periksa untuk kedua kalinya dokter menyarankan untuk rontgen. Namun dari hasil rontgen tidak terlihat adanya kelainan apapun di hidung istriku.

***
Tanggal 3 Nov 2007 ...

Aku mengajaknya periksa ke RS Proklamasi Jakarta, karena menurut informasi di sini peralatanya lebih lengkap. Ternyata benar, dengan alat penyedot dokter mengeluarkan lendir dari dalam hidung istriku. Senang rasanya melihat ia dapat bernafas dengan lega. “Alhamdulillah…..”

Beberapa hari kemudian sumbatan itu kembali muncul. “Duh..bunda!” Kontrol kedua ke RS. Proklamasi masih saja dokter belum bisa menyampaikan penyakit apa yang dialami istriku ini.

Dokter memasukkan kapas basah ke hidung istriku (ternyata itu adalah bius lokal), beberapa saat kemudian sebuah gunting kecil dimasukkan kedalam hidung dan.. “krek” potongan daging kecil diambil. Belakangan baru aku tau tindakan inilah yang dinamakan biopsi. Tak ada yang disampaikan kepada kami. Dokter menyarankan dilakukan CT Scan. Kemudian kami menuju ke RSCM untuk CT Scan.

Keesokan harinya hasil CT Scan aku bawa kembali ke Dokter RS Proklamasi. Setelah melihat hasil Scan, Dokterpun menyampaikan hasilnya dan juga hasil biopsi dari laboratorium.

“ini ibu positif,” kata dokter sambil menunjukkan foto CT Scan. Nampak ada sebuah massa diantara belakang hidung dan tenggorokan istriku. Cukup besar seukuran kepalan tangan. Aku masih belum mengerti maksud kata-kata nya dan memang sama sekali tak ada pikiran yang aneh aku coba bertanya, “maksudnya apa dok?”

“ibu positif kanker!”

Dek.. seolah detak jantungku berhenti “KANKER…Dok?” Tiba-tiba mataku jadi gelap, sebuah beban berat serasa menindih badanku. Aku diam dan tak bisa berkata apa-apa, lama aku terdiam.

“Kanker..?” tanyaku, tapi kalimat itu tak mampu terucap hanya bersarang di kepalaku. Sebuah penyakit yang selama ini hanya aku kenal lewat informasi dan berita-berita, kini penyakit itupun menghampiri orang terdekatku orang yang paling aku sayangi. Penyakit yang menakutkan itu menyerang istriku.

Kutatap wajah cantik istriku yang dibalut jilbab favoritnya, tenang.. teduh… tak ada ekspresi apa-apa aku makin bingung.
“duhh…bunda apa yang ada dalam fikiranmu bunda…”
“Sekarang bapak ke RSCM ke bagian Radiologi kita harus bertindak cepat,” tiba-tiba aku tersadar. Segera kuambil surat pengantar dokter dan menuju RSCM.

Sungguh tak pernah terpikirkan sedikitpun sebelumnya, kini kami berada dalam deretan orang-orang penderita kanker di ruang tunggu spesialis Radiologi ini. Aroma kecemasan bahkan keputus asaan tergambar di wajah mereka. Sebenarnya ini juga saya rasakan, tapi saya harus menyembunyikan raut ini di hadapan istriku. Aku harus tetap menyuguhkan energi penyemangat padanya.

Dihadapan dokter Radiologi aku bertanya, “sebenarnya istriku kena kanker apa dok?”

“kanker nasofaring.” jawab dokter singkat.

Ya Allah….kanker apa lagi ini? Istilahnya saja aneh bagiku. Kenapa harus istriku yang mengalaminya?

“Tapi Insya Allah masih bisa disembuhkan dengan pengobatan sinar radiasi dan kemoterapy,” dokter mencoba menangkap kegalauan diwajahku.

“Nanti ibu harus menjalani pengobatan radiasi selama 25 kali.”

Terbayang beratnya derita dan kelelahan yang harus dialami istriku. Belum lagi dengan kombinasi pengobatan kemoterapy yang melemahkan fisik.

Keluar dari ruang radiologi seolah semuanya jadi gelap, rasanya aku tak kuat menahan segala beban ini. Segera aku sms family dan teman-teman dekatku, aku kabarkan keadaan istriku dan kumintakan do’a dari mereka. Tak terasa bulir-bulir bening air mata bermunculan disudut mataku.

“Ayah kenapa? nangis yach..?” dengan polos pertanyaan itu keluar dari bibir istriku.

“iya, ayah sayaaang…. sama bunda,” suaraku gemetar.

Ku usap lembut kepala istriku. Ku tepis perlahan tangannya yang mencoba mengusap air mataku, ku gengggam kuat jari-jari lemahnya. Hatiku berbisik “kenapa tak ada kesedihan diwajahmu bunda? apakah bunda ga tau penyakit ini begitu berbahaya? Atau Allah telah memberitahukan ini semua kepadamu?”

“Bunda biasa ajah koq..” Jawabanya malah makin membuatku tak bisa bernafas, air mataku akhirnya jatuh juga.

Kususuri lorong-lorong RSCM dengan langkah lemas tak bertenaga seolah aku melayang, tulang-tulang terasa tak mampu menyangga badanku yang kecil ini.

Tanggal 5 Desember 2007 ...

Mulai hari itu istriku harus dirawat inap di RS. Proklamasi. Semua persiapanpun dilakukan mulai dari USG, Bond Scan dll. Hasilnya rahim masih bersih dan tulangpun normal artinya kankernya belum mejalar ke bagian lain, Alhamdulillah…sempat kuucap kata syukur itu.

Tanggal 8 Desember 2007 ...

Hari ke empat. Sore itu aku dipanggil ke ruang Dokter Sugiono yang akan melakukan Kemoterapy. Dikatakan bahwa kanker istriku stadium 2A dan Insya Allah masih bisa diobati. Istrikupun siap untuk menjalani pengobatan dengan kemoterapy. Kemudian kami minta ijin ke Dokter untuk diperbolehkan pulang sambil mempersiapkan segala sesuatunya.

Malam hari ketika kami di rumah, kami minta pendapat dari pihak keluarga tentang pengobatan yang akan kami lakukan. Dengan berbagai pertimbangan dan alasan pihak keluarga menyarankan agar kami tidak menempuh jalan kemo dan radiasi. Kami disarankan untuk menjalani pengobatan dengan cara alternatif dan pengobatan herbal.

Akhirnya sejak saat itu kami melakukan ikhtiar pegobatan dengan cara alternatif dan minum obat-obat herbal. Karena saat itu istriku sudah susah untuk menelan maka obat herbal yang diberikan tidak berupa kapsul, melainkan berupa rebusan. Setiap hari istriku harus minum ramuan dan rebusan obat-obat herbal yang baunya sangat menyengat. Tapi aku lihat ia dengan telaten dan sabar rutin minum semua obat-obatan itu.

Semangatnya untuk sembuh begitu besar. Doa pun tiada henti kupanjatkan siang dan malam. Dan malam-malamku selalu ku habiskan dengan tahajud dan hajat.

Aku mulai rajin mencari semua informasi yang berhubungan dengan kanker nasofaring, mulai dari makanan, cara pengobatan, bahkan alamat klinik pengobatan alternatif. Semua informasi aku cari melalui internet, koran dan dari rekan-rekan kerja.

Tiga bulan pengobatan, tapi Allah sepertinya belum memberi jalan kesembuhan dengan cara ini, akhirnya obat herbal aku tinggalkan. Bahkan pengobatan alternatif sudah aku tinggalkan sejak 1 bulan pertama karena aku ragu. Beberapa keluarga istri mulai putus asa. Malah ada yang beranggapan penyakit ini adalah kiriman dari orang. Tapi aku bantah semuanya,sempat ada pertentangan di antara kami. Aku yakinkan istriku bahwa ini adalah memang ujian dari Allah,

“Bun..semuanya atas kehendak Allah, bahkan jauh sebelum kita lahir sudah tertulis takdir ini, usia segini bunda sakit, berobat kesini-sini itu semua sudah ada dalam catatan Allah bun. Yang penting sekarang kita jangan lelah berihtiar dan bunda tetep harus semangat untuk sembuh.” Ia mengangguk perlahan.

Berat badan istriku mulai turun drastis karena tak ada asupan makanan, sebelum sakit beratnya 53 Kg kini tinggal 36 Kg. Kondisinya makin parah dan puncaknya ketika aku lihat mata kirinya sudah tak focus. Cara ia melihat seperti orang juling. Menurut Dokter herbal yang menangani istriku inilah rangkaian perjalanan kanker tersebut yang lama kelamaan akan menyerang otak. Dokter menganjurkan untuk segera dibawa ke rumah sakit.

Tanggal 26 Maret 2008 ...

Akhirnya aku kembali membawanya ke Rumah Sakit. Kali ini aku membawanya ke RS. Husni Thamrin. Istriku ditangani oleh team yang terdiri Dokter THT, Dokter Internis dan Dokter spesialis ahli kemoterapy, Kebetulan Dokter Sugiono ahli kemoterapy yang dulu merawat istriku di RS. Proklamasi juga praktek di sini. Dan kini Dokter sugiyono kembali menangani istriku.

Sore itu Dokter memanggilku ke ruangannya. Dokter menjelaskan stadium kanker istriku sudah menjadi 4C, dan kankernya sudah mulai menggerogoti tulang tengkorak penyangga otak. Melihat hasil CT Scan nya aku merinding, terlihat jelas tulang-tulang tengkorak itu keropos layaknya daun termakan ulat. Aku ingin menjerit, “Ya Allah… begitu berat cobaan ini Kau timpakan pada kami”

“Ma’afkan ayah bun, ayah tak mampu menjaga bunda…!”

Yang lebih mengagetkan ketika dokter mengatakan, “kita hanya bisa memperlambat pertumbuhan kankernya bukan mengobati.” Seolah hitungan mundur kematian itu dimulai. Aku limbung dan hampir taksadarkan diri, sekuat tenaga aku mencoba untuk tetap tegar. Dengan dipapah adik aku keluar dari ruang dokter.

Segera aku menuju Mushola kuambil air wudhu dan kujalankan sholat. Entah sholat apa yang kujalankan ini.

“Aku ingin ketenangan aku butuh pertolonganMu ya Robb. Kutumpahkan segala permohonan ini dihadapanMu yaa Allah. Bisa saja dokter memfonis dengan analisanya, tapi Engkaulah yang maha kuasa atas segala sesuatunya. Engkau maha menggenggam semua takdir, sakit ini dariMu ya Allah dan padaMU juga aku mohon obat dan kesembuhannya.”

Segala ikhtiar dan do’a tiada lelah kulakukan tuk kesembuhan istriku. Malam-malamku kulalui dengan sujud panjang disamping bangsal rumah sakit. Kubenamkan wajahku diatas sajadah lebih dalam lagi, tiba-tiba aku merasa tak mimiliki kekuatan apapun, aku berada dalam kepasrahan dan penghambaan yang lemah.

“Robb…Engkau maha mengetahui, betapa segala ihtiar telah kami lakukan. Tiada menyerah kami melawan penyakit ini, kini aku serahkan segalanya padaMu, tidak ada kekuatan yang sanggup mengalahkan kekuatannMu yaa…Robb, Tunjukkan pertolonganMu, beri kesembuhan pada istriku Ya..Allah.”​

Saat itu istriku masih bisa bicara meski dengan suara kurang jelas. Karena tenggorokannya pun sudah menyempit tersumbat kanker, ia sangat kesulitan dalam bernafas. Untuk mengantisipasi agar tidak tersumbat saluran nafasnya, dokter menyarankan agar dipasang ventilator dileher istriku. Akupun menyetujuinya meskipun aku tak tega, tapi ini resiko terkecil yang bisa diambil.

Istriku pasrah, dia minta aku menemaninya ke ruang operasi. Aku sangat mengerti ia sangat takut dengan peralatan medis di ruang operasi. Kemudian aku mendampinginya kedalam ruang operasi untuk pemasangan Ventilator. Aku melihat dengan jelas leher istriku disayat kemudian dimasukkan alat bantu pernafasan itu. “Sebenarnya aku tak tega melihatmu seperti ini bunda, tapi inilah yang terbaik untukmu saat ini.”

Selesai pemasangan ventilator bicaranya sudah tak bersuara lagi. Sejak saat itu praktis komunikasi kami hanya dengan isyarat atau terkadang istriku menulisnya pada lembar-lembar catatan kecil yang sengaja aku siapkan. Tentu saja hal ini terasa capek baginya. Namun sekali lagi ia terlihat tegar tak pernah aku mendengar ia mengeluh.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan akupun menyetujui untuk dilakukan kemoterapy terhadap istriku

Tanggal 6 April 2008 ...

Kira-kira jam 12 siang kemo tahap pertama dilakukan. Dengan perasaan tak menentu aku melihat dokter meracik obat dengan perlengkapan pengaman yang lengkap. Karena menurut dokter obat ini memang keras.

“Ya Allah beri kekuatan pada istriku…!” Beri kesembuhan melalui ihtiar obat ini ya Allah..!”

Sepanjang proses pengobatan tak hentinya kupanjatkan do’a dan dzikir dibantu dengan beberapa anggota keluarga.

Menurut Dokter kemo ini dilakukan dalam 3 sampai 5 tahap. Satu tahapan kemo memakan waktu 5 hari kemudian jeda 3 minggu untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Hari kedua setelah kemo kurang lebih jam 9 malam, istriku mulai merasa mual dan muntah. Hari ketiga jam 12 malam mulai keluar mimisan dengan darah hitam mengental. Hari ke empat jam 8 pagi ketika saya memandikan dan membersihkan mulutnya yang terus menerus mengeluarkan lendir, terdapat lendir bercampur darah hitam pekat dan mengental.

Menurut dokter ini adalah tanda kankernya sudah mulai hancur. Malam harinya istriku tidur sangat nyenyak dan tidak banyak batuk berdahak seperti hari-hari sebelumnya.

Alhamdulillah kemo tahap pertama selesai. Dokter bilang jika kondisi istriku membaik maka tiga hari lagi boleh pulang. Terlihat wajah cerah istriku ketika mendengar kabar ini. “nanti kalo pulang mau kemana bun.. ke Sawangan apa ke Kebayoran (rumah ibunya)?”

“ke Sawangan aja rumah kita sendiri,” jawabnya melalui secarik kertas. Namun ternyata dua hari kemudian ia mengalami diare yang hebat ini adalah efek samping dari obat kemo, sehingga kondisinya kembali lemas. Rencana pulangpun harus ditunda menunggu kondisinya membaik. Tetapi makin hari kondisi istriku makin drop. Hingga menjelang kemo tahap kedua malah albumin dalam darahnya menurun.

Selama dirawat istriku meminta agar saya sendiri yang memandikannya, bahkan aku juga yang membersihkan kotorannya. Semuanya saya kerjakan dengan telaten karena aku merasa sekarang saatnya untuk membalas semua kebaikan yang telah dilakukannya kepadaku selama ini. Ketika istriku sehat dialah yang selalu merawatku, menemaniku dan selalu menyiapkan semua kebutuhanku.

Selama hampir satu bulan di Rumah Sakit kami merasa menemukan keluarga baru. Keakraban terjalin antara kami dengan team dokter, dengan para suster bahkan juga dengan cleaning service yang tiap hari membersihkan kamar istriku. Saya merasa senang ketika suatu hari istriku dapat tertawa riang bercanda dengan para suster meski tawanya tanpa suara.

Minggu, 4 Mei 2008 ...

Kemo tahap ke 2 dilakukan. Sepertinya Allah benar-benar menguji kesabaranku. Ketika hendak dilakukan kemo, tabung infus 1000cc yang digunakan untuk campuran obat kemo ternyata tidak ada. Rumah sakit kehabisan stock, dan ini adalah sebuah kecorobohan yang mestinya tidak terjadi.

Karena tentunya pihak rumah sakit telah mengetahui jadwal pelaksaan kemo ini. Dokterpun marah. Kemudian Dokter menyarankan saya untuk segera membeli sendiri tabung infus di tempat lain. Tujuan saya adalah RSCM sebagai Rumah sakit terdekat, namun jika menuju RSCM menggunakan kendaraan akan memakan waktu lama karena jalannya memutar. Sayapun berlari ditengah terik matahari pukul 12 siang menuju RSCM. Namun disanapun tidak tersedia, kemudian saya berlari lagi menuju RS Sant Carolus, di sinipun nihil.

Begitu juga ketika saya ke Apotik melawai tak bisa mendapatkannya. Akhirnya saya mendapatkan tabung infus tersebut di Apotik Titimurni RS. Kramat. Akhirnya kemo tahap ke 2 pun dapat dilakukan.

Senin, 5 Mei 2008 ...

Hari ini Dinda anak kami yang kecil ulang tahun ke 4. Perhatian dan kecintaan istriku pada anaknya tak pernah berkurang. Dibatas ketidak berdayaannya dia menuliskan sesuatu, “Ayah jangan lupa beliin hadiah buat Dinda, ayah beliin jaket nanti bunda titip mukena, kasihan mukena dede sudah jelek. Bilang ke dede ini mukena dari bunda.”

Atas permintaan istriku siang itu sebagai tanda syukur kami memotong 2 buah kue ulang tahun yang salah satunya untuk dibagikan ke suster-suster yang jaga. Kemudian istriku minta dibantu turun dari tempat tidur, katanya ingin duduk bareng deket Dinda. Ia mencoba memberikan senyum bahagia pada Dinda dan menyembunyikan rasa sakitnya. Sementara Dinda nampak bahagia dipangku bundanya, mungkin ia mengira bundanya hanya sakit biasa saja. Lagu “selamat ulang tahun” yang kami nyanyikan terdengar getir di telingaku. Terasa pilu aku menatap mereka.

Selasa, 13 Mei 2008 ...

Biasanya jika istriku menginginkan sesuatu ia akan membangunkan saya dengan mengetuk besi tempat tidurnya. Namun malam itu saya merasa sangat ngantuk dan lelah, saya menulis pesan pada istriku, “bun..nanti kalo perlu apa-apa panggil suster aja ya! Ayah ngatuk dan cape, jangan bangunin ayah ya!” Dengan isyarat lemah ia mengiyakan permintaanku, ia mengusap tanganku kemudian menuliskan sesuatu “ayah tidur aja gapapa kok, bunda juga mau istirahat.”

Rabu, 14 Mei 2008 ...

Entah mengapa pagi ini aku sangat ingin merawatnya. Ketika ia kembali diserang diare berkali-kali yang sangat hebat aku sendiri yang membersihkan semuanya. Kemudian memandikannya dan mengganti pakaiannya. Pagi itu aku minta Lia anak sulung kami yang masih duduk di kelas 5 SD untuk menjaga bundanya, sebelum kemudian aku tinggal berangkat kerja.

Siang pukul 11 Lia menelpon “Ayah, bunda pingsan nafasnya cepet banget.” Aku kaget dan sangat khawatir. Selang 15 menit Lia sms “bunda sekarang ada di ruang ICU”. Astaghfirullah haladziim… apa yang terjadi pada istriku. Segera aku minta izin meninggalkan kantor. Di Rumah Sakit aku dapati Lia menangis sesegukan tak berhenti. “bunda yah… tolongin bunda yahh….!”

Kuhampiri istriku yang tergolek taksadarkan diri. Perawat memasang semua peralatan pada tubuh istriku, entah alat apa saja ini. Kuusap perlahan keningnya, dingin sekali. Tangan dan kakinyapun sangat dingin. Hingga menjelang maghrib aku tak beranjak dari sampingnya. Tak hentinya mulut ini memanjatkan doa. Sementara di luar ruang ICU sudah banyak kerabat berdatangan.

Tekanan darahnya sangat rendah dibawah 70. Dokter memberikan obat penguat tekanan darah dengan dosis tinggi. Tekanan darahnya sempat naik namun masih dikisaran 75-80, sangat rendah. Berkali-kali dokter menyuntikkan obat perangsang namun hasilnya tetap sama tak berubah. Dokter memanggilku, perasaanku gelisah tak menentu, campur aduk antara cemas, bimbang dan ketakutan yang amat sangat. Dugaanku benar Dokterpun menyerah.

Melihat kondisinya yang terus menurun ia menyarankan agar semua alat bantu dilepas saja. “maksudnya dok..?” aku menodong penjelasan. “secara medis kondisi ibu sudah tidak dapat ditolong lagi, lebih baik kita do’akan saja.” Aku benar-benar lemas mendengarnya seluruh badanku gemetar merinding “benarkah tak ada lagi harapan.” Tiba-tiba aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Aku tak mau menyerah, aku meminta agar semua alat bantu itu tetap terpasang pada tubuh istriku, sambil menunggu keputusan team dokter besok pagi.

“Aku tak mau kehilanganmu bunda.” Ku pegang kuat jemarinya, “buka matamu bunda sebentar saja, ayah ingin menatap mata bening bunda untuk terakhir kalinya,” kubisikan lembut ditelinganya.

Pukul 22, aku disodori surat pernyataan, tak sempat aku baca, kata suster ini adalah Surat persetujuan untuk melepas semua alat bantu dari tubuh istriku. “Tak sanggup aku melakukan ini bun, aku ingin tetap menatap wajahmu, aku ingin tetap mendampingimu meski dalam ketidakberdayaanmu.”

Akhirnya adikku yang menandatanganinya. Aku tak ingin selalu dihinggapi rasa bersalah jika menandatangani surat itu. Kemudian semua alat bantu dilepas dari tubuh istriku, tinggal tersisa alat pendeteksi detak jantung.

“Bun…..inilah yang terbaik yang diberikan Allah buat kita, maafkan ayah bun ayah tak bisa menjaga bunda. Ayah ikhlas bunda pergi, ayah terima semua dengan ihklas bun.. Jangan khawatir bun, ayah akan menjaga dan merawat anak-anak kita,” kubisikan lirih ditelinga istriku.

Kutemui Lia yang menunggu diluar ruang ICU, kubelai rambutnya penuh sayang. Ia menangis keras sejadi-jadinya, mungkin ia paham apa yang kumaksudkan. “Bundaa….. Lia ga mau kehilangan bunda, jangan tinggalin lia bundaa..!!” Tangisnya memekik, merebut perhatian semua orang diruang tunggu ICU ini. Semua mata menatap kami tapi mereka diam seolah mahfum dengan keadaan kami.

Dalam setiap rangkaian doaku tak pernah aku mengucapkan kata-kata menyerah “kalo memang hendak Engkau ambil maka mudahkan,” tak pernah aku menyebut kata-kata itu. Aku selalu minta kesembuhan, kesembuhan karena aku memang menginginkan istriku benar-benar sembuh.

Sepertinya kini aku harus menyerah dan pasrah “Ya.. Robb jika memang Engkau menentukan jalan lain aku ikhlas ya Allah…., mudahkan jalan istriku untuk menghadapmu dengan khusnul khootimah.”

Menurut suster dalam kondisi seperti ini pasien masih bisa mendengar. Kubimbing istriku menyebut kalimat “LAAILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR ROSULULLAH..” perlahan aku membimbingnya. Rasanya aku mengerti betul setiap helaan nafasnya, raga kami bagai menyatu. Kuulang hingga berkali-kali dengan helaan nafas yang terirama pelan. Dua bulir bening tersembul dari sudut matanya. Aku merasakan ia sanggup mengikuti kalimat ini, terimakasih ya Allah..!

Kamis, 15 Mei 2008 ...

Aku terbangun ketika tiba-tiba seorang suster memanggil “Keluarga ibu Siti Nurhayati..!” Aku bergegas masuk ke ruang ICU, jam menunjuk Pukul 05.05, masih pagi dengan hawa dingin yang menyusup tulang. “Ma’af pak, ibu sudah tidak ada.” ujar suster tadi singkat. Meski aku tau maksudnya tapi aku masih tak percaya. Kutengok layar monitor yang terhubung ketubuh istriku. Tak ada lagi yang bergerak disana.

Bagai tersambar petir, kudekap tubuh lemas istriku. Bibirnya menoreh segaris senyum. “INNA LILLAAHI WAINNA ILAIHI ROOJIUUN.” Aku lunglai terduduk disampingnya tapi tak ada lagi air mata yang keluar. “Bun, Ayah ikhlas melepas bunda, Allah telah memilihkan jalan terbaik buat kita.”

Selamat Jalan Istriku…… jemput aku dan anak-anak nanti di pintu SurgaNya.

Source: Gracie collections

Setia dalam mencintai dan memegang teguh komitmen pernikahan adalah sebentuk pernghargaan tertinggi terhadap dia yang menjadi pendamping hidupmu. :rose:

Merah_delima
 
KESETIAAN

Wanita ini bernama Clara Gantt, dia adalah isteri dari seorang tentara Amerika bernama Joseph Grantt.

Setelah menikah, mereka kemudian hidup bahagia dan damai di Fort Lewis, Washington.

Namun belum beberapa lama menikah, ada sebuah surat perintah berangkat perang untuk Joseph, tepatnya dia akan menjadi tentara Perang Dunia II di daerah Pasifik.

Walau memang berat, namun Clara akhirnya melepaskan suami tercintanya untuk pergi memenuhi tugas negara.

Selama beberapa kurun waktu, Joseph masih rutin mengirimkan kabar demi kabar kepada isterinya tersebut lewat sepucuk surat.

Bahkan Clara sempat beberapa kali menerima kiriman uang sebanyak 100 Dollar Amerika dari suaminya itu.

Awalnya, walau memang selalu merasa khawatir, namun Clara tak terlalu berpikir macam-macam dengan kondisi suaminya.

Namun suatu hari, Joseph sama sekali tak memberinya kabar apapun dalam kurun waktu yang cukup lama.

Clara mulai curiga dan semakin khawatir. Dia kemudian mencari informasi kesana dan kemari untuk memastikan bagaimana kondisi Joseph.


Dalam beberapa surat yang Clara terima, Joseph sempat meminta isterinya itu untuk menikah lagi jika dia tak pulang atau tewas di medan perang.

Namun Clara selalu menolaknya, dan mengatakan bahwa dia akan dengan setia menanti suaminya itu pulang, seberapa lama pun dia harus menunggu.

Pada tahun 1950, Pemerintah Amerika resmi menyatakan beberapa tentaranya hilang di Perang Korea, dan beberapa di antaranya telah tewas, termasuk Joseph Gantt.

Namun Clara tidak percaya. Dia masih berharap dan terus berdoa kepada Tuhan, agar Tuhan menjaga suaminya dan mengantarkannya pulang lagi menemuinya.

Selama 63 tahun lamanya, Clara menahan rindu teramat sangat. Dalam kerinduan itu, dia melampiaskannya dengan memajang semua benda milik suaminya di dinding.

Mulai dari foto-foto Joseph yang gagah, sampai beberapa medali dan penghargaan milik Joseph yang suaminya itu dapatkan dari Angkatan.

Dengan begitu, kerinduan Clara sedikit terobati. Dia merasa Joseph sedang tersenyum menghiburnya, dengan hanya melihat foto suaminya tersebut.

Akhirnya Setelah 63 Tahun, Suaminya Pulang, Namun…


Akhirnya setelah 63 tahun, Joseph pulang menemui Clara di Bandara Internasional Los Angeles.

Namun Joseph datang dalam keadaan telah menjadi mayat, dalam peti mati yang diberi bendera Amerika, dengan sambutan tangis sedih dari Clara yang teramat merindukannya.

Joseph meninggal pada tahun 1951 detelah mengalami siksaan hebat dari musuh yang menawannya. Jenasahnya ditemukan di antara banyak jenazah rekan seperjuangannya.

Setelah hasil tes DNA cocok, barulah diketahui bahwa jenazah yang telah tinggal tulang belulang itu adalah Joseph Gantt.

Ya, akhirnya Clara lega, dia bisa bertemu kembali dengan cintanya walau dalam kondisi yang sangat tidak diharapkannya.

Source: Gracie Collection's

Ujian kesetiaan tidak akan pernah mudah untuk dijalani, tetapi kekuatan cinta akan membantumu untuk melewatinya. :rose:

Merah_delima
 
Inggit Garnasih, Kisah Malang Penuh Perjuangan



Pepatah mengatakan bahwa dibalik kesuksesan seorang pria, terdapat wanita hebat di belakangnya. Maka hal itu juga berlaku pada sosok sang proklamator, Ir. Soekarno yang juga merupakan presiden pertama Indonesia. Ada banyak nama wanita yang tercatat mendampingi kehidupan penuh perjuangan dari Soekarno, namun nama Inggit Garnasih memiliki kisah yang istimewa sekaligus memilukan.

Bernama asli Garnasih, wanita ini lahir di desa Kamasan, Banjaran, Bandung pada 17 Februari 1888. Nama Garnasih berasal dari kata Hegar yang berarti segar menghidupkan dan Asih yang berarti kasih sayang. Nama ini sesuai ia sandang dan ini terbukti dari pengorbanan dan perjuangan yang ia berikan dalam mendampingi perjalanan hidup Soekarno yang sulit dan berliku.

Kisah Cinta Terlarang Inggit dan Soekarno
Perkenalan kedua orang tokoh bersejarah ini terjadi di rumah Inggit dan suaminya, Hj Sanusi. H.O.S. Tjokroaminoto menitipkan Soekarno muda di rumah Hj Sanusi yang merupakan anggota pergerakan Syarikat Islam Indonesia. Saat itu, Soekarno sudah beristrikan Oetari, putri dari H.O.S. Tjokroaminoto.


Pernikahan dua pasangan ini telah mengalami keretakan. Soekarno merasa bosan dengan Oetari yang ia anggap kekanakan, sementara itu Inggit merasa kesepian karena Sanusi sering keluar dan tidak lagi menemaninya. Dari sanalah tumbuh benih cinta antara Soekarno dan Inggit meskipun keduanya terpaut usia yang cukup jauh, Soekarno 21 tahun dan Inggit 34 tahun.

Soekarno yang merasa bahwa pernikahannya dengan Oetari terasa hambar kemudian menceraikannya. Sementara itu Sanusi pun akhirnya mencium adanya hubungan khusus antara Soekarno dan Inggit. Maka Sanusi akhirnya menceraikan Inggit dan dengan ikhlas melepaskan Inggit untuk menikah dengan Soekarno. Dengan lapang dada, Sanusi mengajak Inggit untuk sama-sama mendukung Soekarno agar ia bisa mencapai cita-citanya. Bagi Sanusi, kebahagiaan Inggitlah yang ia inginkan.

Selepas bercerai dengan Sanusi, menikahi Soekarno yang masih berstatus mahasiswa dan belum bisa bekerja berarti rela hidup dalam susah dan kehilangan materi berlebih seperti yang biasa ia terima dari Sanusi. Namun Inggit telah berpikir masak-masak, dan cintanya pada Soekarno membuatnya ingin mendampingi pria tersebut meski itu berarti hidup susah dan penuh tekanan.

Wanita Sederhana yang Rela Hidup dalam Susah
Inggit adalah sosok wanita sederhana yang tidak bisa membaca ataupun menulis. Namun kesederhanaan dan keterbatasan tersebut justru membuatnya menjadi sosok pembangkit semangat Soekarno hingga menjadikannya sosok pejuang tangguh bagi Indonesia. Inggit bukan hanya seorang kekasih atau istri, tapi juga sebagai ibu yang membimbingnya dalam setiap jatuh bangunnya Soekarno.


Inggit telah mendampingi Soekarno saat ia masih mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Maka itu ia harus membanting tulang sedemikian rupa demi mencukupi kebutuhan hidup keduanya. Berbagai macam cara ia lakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama sang suami mulai dari menjahit pakaian, menjual kutang, bedak, rokok, meramu jamu, hingga menjadi agen sabun kecil-kecilan.

Tamat sekolah pada tahun 1926 memang membuat Inggit begitu bahagia karena kesuksesan Soekarno juga berarti merupakan buah keberhasilannya mendampingi sang suami dengan setia. Meski begitu, perjuangan Inggit belum berakhir karena gelar insinyur yang diraih Soekarno tidak dimanfaatkannya untuk mendapatkan pekerjaan dari pihak Belanda. Sebaliknya, ia justru terus aktif di bidang politik dan mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Dengan langkah yang diambil Soekarno, maka sepasang suami istri ini harus tetap hidup miskin.

Meski begitu hal ini tidak membuat Inggit berpaling. Ia tetap mendukung penuh sanf suami hinga PNI semakin berkembang pesat. Sebagai seorang istri yang setia dan sungguh-sungguh mencintai suaminya, ia selalu memberikan semangat saat Soekarno menemui kesulitan dan selalu menyediakan kebutuhan Soekarno agar bisa terus berjuang. Ia juga yang dengan sabar mendampingi dan menerjamahkan pidato Soekarno ke dalam bahasa Sunda.

“Setiap kelelahan, ia memerlukan hati yang lembut, tetapi sekaligus memerlukan dorongan lagi yang besar yang mencambuknya, membesarkan hatinya. Istirahat, dielus, dipuaskan, diberi semangat lagi, dipuji dan didorong lagi,” ucap Inggit.

Penjara Bukan Penghalang Bagi Inggit Untuk Tetap Setia Menemani Suami
PNI yang semakain besar dan agresif mulai membuat pihak Belanda khawatir. Maka Soekarno akhirnya ditangkap dan dihukum 4 tahun penjara. Ia harus mendekam di Penjara Banceuy selama 8 bulan sebelum kemudian dipindahkan ke Penjara Sukamiskin.

Inggit tetap setia mengunjungi dan mengirim makanan untuk sang suami meskipun jarak yang harus ditempuh cukup jauh yaitu 20 km. Jika tidak punya cukup uang untuk membayar delman, maka Inggit harus berjalan kaki agar bisa menemui suaminya yang dipenjara. Segala macam hal dilakukan Inggit untuk meringankan beban Soekarno, mulai dari menyelundupkan buku yang diinginkan Soekarno atau memberikan sejumlah uang dalam makanan. Agar bisa menyelundupkan buku, Inggit harus berpuasa tiga hari agar buku-buku itu bisa ia sembunyikan di perut.

Kesedihan melihat suaminya yang merasa tertekan selalu berhasil ia tahan. Ia tidak menunjukkan kesusahan atau rasa kecewa di hadapan sang suami. Bahkan ketika suaminya merasa bersedih karena merasa gagal sebagai kepala rumah tangga, Inggit justru menenangkan hatinya.

“Tidak, kasep (ganteng), jangan berpikir begitu. Mengapa mesti berkecil hati. Di rumah segala berjalan beres.Tegakkan dirimu, Kus (Kusno, panggilan kecil Soekarno), tegakkan! Teruskan perjuanganmu! Jangan luntur karena cobaan semacam ini!” ujar Inggit.

Dalam masa hukumannya juga, Inggit dengan berani menyelundupkan dokumen sebagai bahan untuk menyusun pembelaan. Usaha Inggit ini pula yang akhirnya membuat Soekano berhasil menulis pembelaannya yang terkenal, “Indonesia Menggugat”.

Sebagai Wanita Bebas, Inggit Rela Menemani Sang Suami Dibuang ke Ende
Setelah bebas, Soekarno kembali melakukan kegiatan politiknya yang membuatnya dibuang di Ende, Flores sebelum kemudian dibuang ke Bengkulu. Inggit sebenarnya adalah wanita bebas, maka jika ia mau, dirinya tidak perlu mengikuti suaminya dibuang. Namun cinta dan kesetiaan Inggit membuatnya mengikuti Soekarno dalam pembuangan.

Segala macam kesedihan dan tekanan psikologis yang diderita Soekarno tidak menyurutkan cinta Inggit. Dengan setia ia selalu menghibur dan mendampingi Soekarno serta berusaha keras membangkitkan kembali semangat juangnya. Namun akhirnya, pemindahan Soekarno ke Bengkulu akhirnya menjadi ujian terberat bagi Inggit.

Kesetiaan Inggit menemani hidup Soekarno selama 20 tahun hidup yang berat ternyata tidak menghentikan Soekarno untuk terpikat kecantikan Fatmawati. Soekarno meminta ijin untuk menikahi Fatmawati karena Inggit tidak bisa memberikannya keturunan. Meski begitu, Soekarno sebenarnya tidak ingin menceraikan Inggit dan ingin menikah lagi namun tetap dengan Inggit sebagai istri pertama. Namun, di sinilah Inggit akhirnya harus merelakan Soekarno.


Inggit dengan tegas menolak untuk dimadu dan memilih untuk bercerai dari pria yang ia damping selama 20 tahun. Hal ini tentu bukanlah perkara mudah, bahkan merupakan peristiwa pahit dalam hidupnya. Namun Inggit mampu bertahan dan merelakan suaminya. Sebaliknya, ia senang karena ia telah menempuh jalan yang sulit dan berhasil mengantarkan Soekarno menjadi sosok yang hebat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Setelah bercerai dari Inggit, Soekarno akhirnya menikahi Fatmawati. Dengan diangkatnya Soekarno menjadi Presien pertama RI, maka Fatmawati akhirnya juga menjadi Ibu Negara pertama Republik Indonesia. Namun wanita ini juga ternyata tidak menjadi pelabuhan cinta terakhir Soekarno. Dua hari setelah melahirkan Guruh Soekarno Putra, Soekarno meminta izin untuk menikahi Hartini. Namun sama halnya dengan Inggit, ia menolak dimadu dan memilih untuk bercerai.

Wanita Bijaksana yang Memberi Nasihat Presiden Soekarno
Tahun 1960, Soekarno berada di puncak kekuasaannya. Ia mengunjungi Inggit yang saat itu telah berusia 72 tahun dan Soekarno berusia 59 tahun. Dalam pertemuannya, Soekarno meminta maaf karena telah menyakiti hati Inggit. Namun dengan besar hati Inggit menjawab, “Tidak usah meminta maaf Kus. Pimpinlah negara dengan baik, seperti cita-cita kita dahulu di rumah ini.”

Meski pernah disakiti, Inggit tetap memandang Soekarno sebagai sosok yang dekat di hatinya. Ia juga tetap memberikan nasihat pada Soekarno, “Kus, ini baju pemberian rakyat. Kus harus ingat dan harus bisa menjaganya. Jangan sampai melupakan mereka.”

Inggit ternyata juga berusia lebih lama dari mantan suaminya. Inggit menangis sedih melihat cinta lamanya telah pergi selama-lamanya mendahului dirinya. Sepeninggal Soekarno, istri-istri presiden pertama Indonesia tersebut ternyata rajin mengunjungi Inggit di Bandung. Fatmawati, Hartini hingga Ratna Dewi menghormati sosok wanita yang luar biasa, penuh kasih dan pengorbanan ini.

Itulah Inggit, sosok wanita hebat yang memiliki peran besar dalam perjalanan Soekarno berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Segala cobaan dan kesulitan tidak melemahkan kaki dan tekadnya untuk terus mendukung suaminya. Demi Soekarno yang dicintainya, Inggit rela mengorbankan semua yang ia miliki.

Source: Gracie collection's

Sosok istri adalah pendukung utama yang selalu bekerja dibalik layar. Setiap usaha dan pengorbanannya adalah karena rasa kasih yang besar terhadap sang suami. Menghargai dan menghormati mereka akan menunjukan sikap kesatria sebagai seorang pria sejati. :rose:

Merah_delima
 
Terakhir diubah:
KESETIAAN DALAM SUSAH DAN SENANG

Seorang istri berjuang membantu suaminya seorang guru yang lumpuh dengan cara menggendong menuju tempat mengajar selama lebih dari 17 tahun. Du Chanyun adalah seorang guru di kampung Dakou kota Liushan, tepatnya di pedalaman pegunungan Tuniu. Chanyun adalah tumpuan harapan dari 500 KK yang tersebar di kampung Dakou.

Tahun 1981, setelah lulus SMA, ketika itu usianya 19 tahun, Chanyun memutuskan menjadi seorang guru SD di kampung Dakou. Pria asal kampung Nancao, Provinsi Henan ini adalah seorang guru yang gigih. Selama sepuluh tahun, setiap bulan dia hanya memperoleh gaji guru sebesar RB. 6.5 (atau sekitar Rp. 7.000,-).
Suatu hari, di tahun 1990, bencana datang menimpanya. Saat itu adalah musim panas. Hujan badai membasahi ruangan kelas sekolahnya. Biasanya, di liburan musim panas, orang-orang di kampung itu mengumpulkan uang untuk memperbaiki sekolah, Du Chanyun begitu bersemangat bekerja, kehujanan pun tetap kerja memindahkan batu, seluruh badan basah kuyup. Akhirnya pada suatu hari, dia jatuh sakit, sakit berat karena kehujanan dan capek.

Sayangnya, setelah sembuh ia mendapatkan tubuhnya dia sudah tidak mampu dibuat berdiri lagi. Tubuh sisi kirinya tidak dapat digerakkan. Meski begitu, ia khawatir, mengajar akan menjadi sebuah mimpi yang jauh baginya.

Istrinya, Li Zhengjie merasakan isi hati sang suami. Untuk menentramkannya, Li mengatakan, “Kamu jangan kuatir, kamu tidak bisa jalan, sampai panggung pun saya akan menggendongmu,” demikian ujar wanita dari kampung yang buta huruf ini.

Menopang Suami

Tak urung, Li memikul tanggung jawab keluarga. Setiap hari, ia harus menggendong suaminya menjadi seorang guru dari rumah sampai sekolah yang jaraknya 6 mil. Sejak 1 September 1990, jadwal hidup Li seperti ini. Setiap hari mulai pagi-pagi, Li Zhengjie bangun menanak nasi, membangunkan 4 anggota keluarganya dan menyiapkan mereka makanan. Setelah makan, ia harus menggendong suaminya berangkat mengajar.

Di sepanjang jalan, Li meraba, merangkak jatuh bangun sampai tiba di sekolah. Di sekolah, Li menempatkan suaminya di kursi lalu menitip pesan ke beberapa murid yang agak besar lantas bergesa-gesa pulang. Maklum, di rumah masih ada sawah yang menunggunya untuk dikerjakan.

Sejak memikul tanggung jawab mengendong suaminya, ada dua hal yang paling dia takuti adalah musim panas dan musim dingin.

Rumah Du Chanyun berada pada Barat Selatan sekolah, walaupun jarak dari rumahnya ke sekolah hanya 3 mil, namun tidak ada jalan lain, selain dari jalan tikus, dengan batu-batuan yang berserakan, ranting-ranting pohon, sungai kecil.

Pada suatu hari di musim panas, saat itu, baru saja turun hujan lebat, Li Zhengjie seperti hari biasa menggendong suaminya berangkat. Air sungai saat itu melimpah menutup batu injakkan kakinya. Li Zhengjie sudah hati-hati meraba-raba batu pijakan, namun tidak disangka ia tergelincir. Arus sungai yang deras menghanyutkan mereka sampai 10 meter lebih. Untung tertahan oleh ranting pohon yang melintang di hulu sungai. Setelah lebih kurang setengah jam, ayahnya yang merasa khawatir akhirnya datang mencari, mereka ditarik, anak dan menantunya baru berhasil diselamatkan. Li lolos dari ancaman maut.

Dalam beberapa tahun ini, Li Zhengjie terus menggendong suaminya. Entah sudah berapa kali ia jatuh bangun. Pernah suaminya jatuh di posisi bawah. Kadang-kadang Li Zhengjie jatuh di posisi bawah. Suatu hari Li Zhengjie punya akal, setiap jatuh dia berusaha duluan menjatuhkan tubuhnya yang kekar menahan batu yang mengganjal.
Li Zhengjie telah berjuang membantu suaminya siang dan malam. Ia bekerja keras dan capek. Sang suami, melihat dengan jelas perjuangan istrinya itu. Hati Du Chanyun merasa iba.

Pada tahun 1993, Du Chanyun memulai rencana buruk agar sang istri meninggalkannya.Ia tak ini sang istri menderita. Untuk mencapai tujuan ini, dia mengubah karakternya, sengaja ia mencari gara-gara untuk bertengkar. Du Chanyun, mulai memakinya. Tentu saja Li Zhengjie merasa tertekan. Setelah 2 kali ribut besar, mereka sungguh-sungguh akan bercerai.

Di hari perceraian yang ditunggu, Li Zhengjie menggendong suaminya naik sepeda. Ia sangat berhati-hati mendorong suaminya ke kelurahan setempat. Semua orang sangat mengenal sepasang suami-istri yang dikenal akrab ini. Begitu melihat tampang keduanya, semua orang makin gembira. “Saya tidak pernah melihat wanita menggendong suaminya ke lurah minta cerai, kalian pulang saja,” ujar pihak kelurahan.

Setelah keributan minta perceraian tenang kembali, Li Zhengjie hanya mengucapkan sepatah kata pada suaminya. “Walaupun nanti kamu tidak bisa bangun lagi, saya juga akan menggendong kamu sampai tua.”

Tidak Bolos Mengajar

Kondisi di sekolah tempat Du Chanyun mengajar sangat parah. Meski demikian, kedua pasang suami istri bisa memberikan pendidikan yang baik buat anak-anak. Di sekolah itu, pendidikan sangat kurang bik. Tidak ada alat musik dan tidak ada poliklinik. Namun Du Guangyun menggunakan daun membuat irama musik buat anak-anak. Li Zhengjie naik ke gunung mencari obat ramuan, pada musim panas dia memasak obat pendingin buat anak-anak, pada musim dingin masak obat anti flu buat anak-anak.

Di bawah bantuan istri, dalam 17 tahun, hari demi hari, tidak terhalangi oleh angin hujan, tidak pernah bolos satu kali pun. Suatu hal yang menggembirakan, data yang terkumpul dari kepala sekolah tentang hasil ujian negeri bulan April, tingkat siswa yang lulus dari sekolah SD tersebut mencapai 100 %. Tahun lalu ketika ujian masuk perguruan tinggi, ada 4 orang siswa yang dulu pernah diajari dia masuk ke perguruan tinggi, tahun ini ada 4 lagi yang lulus masuk masuk spesialis.

Kini, setiap hari raya Imlek, murid-muridnya sengaja pulang ke kampung menjenguk bapak dan ibu gurunya, masalah tersebut menjadi peristiwa yang sangat menggembirakan bagi sepasang suami istri guru ini.

Source: Gracie Collection's

Ujian kesetiaan terberat akan semakin terasa ketika jalan kehidupan mulai terseok dan jatuh dalam kesusahan. Darah dan air mata akan tumpah, tetapi kekuatan cinta takkan mudah ditaklukan begitu saja. :rose:

Merah_delima
 
BAKTI TERHADAP ORANG TUA

Seorang pemuda membawa ayahnya yang telah tua dan agak pikun ke sebuah restoran terbaik di kotanya. Ketika makan, tangan sang ayah gemetar sehingga banyak makanan tumpah dan tercecer mengotori meja, lantai, dan bajunya sendiri. Beberapa pengunjung restoran, melirik situasi tersebut.

Namun pemuda itu terlihat begitu tenang. Ia membantu dengan sabar dan menanti sang ayah selesai makan. Setelah selesai, ia membawa sang ayah ke kamar mandi, untuk dibersihkan tubuh dan pakaiannya dari kotoran. Setelah itu, ia mendudukkan ayahnya kembali di kursi, dan dengan tenang ia pun membersihkan makanan yang tercecer di sekitar meja tempat ayahnya makan, Kemudian, ia membayar tagihan makan malam pada kasir restoran itu, menghampiri ayahnya, dan menuntunnya keluar.

Pemilik restoran yang sedari tadi mencermati perilaku pelanggannya ini, bergegas keluar menyusul si pemuda yang sedang menuntun ayahnya itu. Setelah berhasil menyusul, ia berkata, “Terima kasih, Anda telah meninggalkan sesuatu yang berharga di restoranku.”
Pemuda itu balik bertanya, “Memangnya barang berharga apa yang aku tinggalkan…?”

Sambil menepuk pundak si pemuda, pemilik restoran berkata, “Engkau telah meninggalkan pembelajaran yang mahal pada kami semua, tentang luhurnya nilai berbakti kepada orang tua.”

Source: Gracie Collection's


“Bakti” bagi setiap orang terhadap orangtuanya, tentu tidak sama satu sama lain, karena situasi yang berbeda-beda. Tapi yang pasti: bakti adalah hal yang tidak bisa kita abaikan. Seburuk apa pun rupa maupun kondisi orangtua kita, mereka tetap layak dan harus dihormati. :rose:

Merah_delima
 
BERBAGI DALAM KEKURANGAN

Oleh Sunaryo Adhiatmoko

Ijinkan saya mengenang sejenak, pergulatan sepasang suami istri. Misno dan Sikem. Keduanya punya enam anak. Tinggal di selatan Jawa Timur, di sebuah desa pegunungan yang masih mengkonsumsi nasitiwul (nasi dari tepung singkong yang dikukus) sebagai makanan pokok. Secara ekonomi, Misno dan Sikem, keluarga yang jauh dari cukup. Rumahnya masih dari bilik bambu, tanahnya juga hanya melingkupi pekarangan rumah saja.

Kurun 20 tahun, Misno dan Sikem menjejakkan telapak kakinya tanpa alas, di atas jalan berbatu dan aspal yang panas, saat matahari membakar. Berduaan, mereka menjajakan Rinjing (kerajinan dari bambu) yang dipikul dan digendong menuju pasar sejauh 30 km, dari rumahnya. Berangkat pukul tiga pagi dan akan sampai di pasar, pukul sebelas malam. Di sepanjang jalan, Rinjing itu dijual di perkampungan yang dilewati. Sampai di pasar, jika nasib baik, biasanya tinggal seperempat yang akan dijual pada esok pagi, pas hari pasaran.

Rinjing-rinjing itu, bukan buatan Misno dan Sikem. Tapi, produksi para keluarga miskin di desa itu. Suami istri ini, hanya perantara menjualkan saja ke pasar di kota. Jika pakai rumus ekonomi, hitungannya rugi, karena antara peluh yang bercucur dan tenaga yang dikuras tak sebanding. Rata-rata untung yang didapat Misno dan Sikem, tak lebih dari Rp 20 ribu. Hasilnya buat membeli gaplek(singkong kering bahan tiwul) untuk makan anak-anaknya.“Tidak usah berhitung kalau mau membantu orang. Gusti Allah mboten sare (Allah tidak tidur)”, wasiatnya dalam.

Jika Misno dan Sikem tidak menjual Rinjing itu, maka tetangganya juga tak dapat mencukupi kebutuhan hidup. Pernah suatu hari, keduanya sakit. Rinjing yang diproduksi warga numpuk tak terjual. Sampai ada seorang tetangga datang ke rumahnya, untuk minjam gaplek. Padahal Misno dan Sikem, juga bernasib sama.

“Sudah ambil saja, kasihan anak-anakmu kalau tidak makan”, kata Sikem, padahal anak-anak dia sendiri, juga terancam kelaparan.
Lha sampeyan gimana nanti”, jawab peminjam itu agak segan.
“Tidak usah dipikiri, biar Gusti Allah yang mikirin saya”, tandas Sikem bernas.
Esok hari setelah sehat, Misno dan Sikem kembali memikul dan menggendong Rinjing, titipan tetangganya. Di sepanjang jalan yang dilalui dalam 20 tahun, keduanya dapat sebutan Mbah Rinjing.Dari keuntungannya yang sedikit itu, Misno dan Sikem punya kebiasaan rutin, tiap pulang dari pasar. Sikem akan singgah di warung soto ayam. Ia membeli tulang belulang yang dagingnya sudah diambil buat soto. Sikem akan berpindah dari warung soto satu, ke warung soto lainnya, agar tak malu, karena membeli tulang-tulang yang harganya murah. Tulang yang menyisakan sedikit daging itu, dibawa pulang untuk oleh-oleh. Maka, tiap pulang dari pasar, para tetangga kumpul di rumahnya. Mereka dapat jatah potongan tulang ayam yang kala itu, cukup istimewa di desanya. Tapi, untuk keluarga yang paling miskin, Misno dan Sikem akan memberikan tambahan ikan asin.Jualan dengan berjalan kaki, juga pilihan Misno dan Sikem. Jika ke pasar naik angkutan, maka hasilnya tekor. Untung yang diambil juga sedikit, agar Rinjing cepat laku dan keluarga pengrajin bisa menafkahi keluarganya.

Sayang, kebersamaan suami istri itu, harus terpisah, saat Misno memenuhi panggilan Allah lebih dulu. Sikem, hatinya sempat remuk, karena harus menghidupi enam anak dan kebutuhan hidup para pengrajin Rinjing. Tak ada orang cukup mental, untuk jualan dengan berjalan kaki, puluhan kilo meter setangguh Misno.

Sebelum wafat, Misno berpesan pada istrinya, “Kalau kamu kuat teruskan jualan Rinjing, kasihan mereka. Kalau tidak kuat ya istirahatlah”.
Setelah berkabung, Sikem kembali bangkit. Ia gendong tumpukan Rinjing, hingga menggunung. Sikem menapak batu terjal dan aspal mendidih, sendirian. Sepanjang jalan dilalui, ia punya kekuatan, seakan Misno ada di sampingnya. Tapi, Sikem makin tua. Kekuatan tulangnya tak sekokoh dulu.Selama 10 tahun, setelah Misno meninggal, Sikem melanjutkan jualan Rinjing sendirian. Ia berusaha kuat, tak hanya utk kelangsungan hidupnya, tapi juga bagi para pengrajin Rinjing. Ia juga masih beli tulang bekas soto ayam dan ikan asin, untuk dibagi ke tetangganya. Hatinya juga lembut dan selalu berbagi, meski ia sendiri kekurangan.

Pada 2006, Sikem menyusul suami tercinta. Amanah suaminya telah ia tepati. Para pengrajin Rinjing sangat kehilangan. Kini, nyaris tak ada lagi yang membuat Rinjing di desa itu, karena tak ada yang menjualkan.

Source: Gracie Collection's

Sebuah pesan pendek, selalu dinasehatkan Misno dan Sikem pada anak-anaknya. Hidup jangan pelit, selalu menolong yang lemah dan membantu yang menderita. Terima kasih, atas nasehat kehidupanmu Mbah Rinjing. :rose:

Merah_delima
 
Kasih Sayang Terhadap Orang Tua

Pagi itu, seperti biasa Arif langsung berangkat ke sekolahnya tanpa pamit dan peduli pada ibunya. Sejak ayahnya meninggal dunia, sikap Arif berubah. Ia menjadi kasar dan tidak peduli pada lingkungannya. Ibunya yang sudah cukup tua pun sering sakit hati melihat tingkah laku anaknya tersebut. Besok adalah hari ulang tahun ibunya. Arif seakan tidak peduli dengan hal itu. Seperti biasa, ia pergi ke sekolahnya dengan berjalan kaki. Ia sudah sering mengeluh kepada ibunya untuk dibelikan motor, namun ibunya tidak punya cukup uang untuk mengabulkan permintaannya.

Sesampainya di sekolah ia langsung menyapa teman-temannya dan langsung menuju ke belakang sekolah untuk merokok dan nongkrong-nongkrong bersama teman-temannya. Hari itu, lagi-lagi Arif tidak masuk kelas padahal ia sudah kelas III SMA dan tidak lama lagi akan menghadapi Ujian. Ia hanya menghabiskan waktunya dengan bermain gitar dan merokok di belakang sekolah bersama teman-temannya. “Rif, kapan kamu akan membayar hutangmu yang kemarin?”, tanya salah satu temannya. “Nanti sore pasti kubayar, jangan takut”, Arif menjawab dengan yakin meskipun sebenarnya ia sedang tidak memegang uang sedikit pun.

Siang harinya, ia bolos ke luar sekolah dengan meloncati pagar sekolah. Ia pergi ke sebuah pasar di dekat sekolahnya dan mencoba mencopet karena butuh uang untuk membayar hutang pada temannya. Ia berhasil mengambil dompet korbannya namun belum sukses melarikan diri dari kejaran masa. Akhirnya ia gagal melarikan diri. Arif babak belur dihakimi masa dan akhirnya dibawa ke kantor polisi untuk ditindak lebih lanjut. Setibanya di kantor polisi, orang tua Arif langsung ditelpon dan diminta untuk datang ke kantor polisi. Ibunya kaget dan langsung menangis mendengar anak satu-satunya harus berurusan dengan polisi. Dengan wajah babak belur karena dihajar masa, Arif menangis dan menyesali perbuatannya. Ia menyesal karena selalu mengecewakan ibunya. Bahkan saat ibunya sakit sekalipun ia tidak pernah peduli dengan keadaan ibunya. Ia hanya sibuk bergaul dengan teman-temannya. Dalam tangisannya, Arif berjanji akan membahagiakan ibunya. Ia berjanji dengan dirinya sendiri untuk langsung mencium kaki sang ibu saat ibunya datang menjemputnya di kantor polisi.

Detik demi detik, menit demi menit, dan tiga jam sudah berlalu. Orang tua Arif belum juga datang. Arif pun merasa gelisah. Setelah tiga jam lewat, akhirnya telpon arif berbunyi. Di ujung telpon terdengar suara petugas rumah sakit yang mengabarkan bahwa ibunya sedang dalam kondisi kritis setelah mengalami tabrakan dalam perjalanan menuju kantor polisi. Ibunya tertabrak sebuah mobil saat menyeberangi jalan. Arif pun histeris. Ia langsung menuju rumah sakit dengan diantar oleh pihak kepolisian. Di tengah perjalanan, ia meminta untuk berhenti dan membeli setangkai bunga untuk sang ibu. Nampaknya Arif ingin memberikan sebuah kado ulang tahun untuk ibunya.

Sesampainya di rumah sakit, Arif berlari menuju kamar sang ibu. Ia kaget karena ibunya tidak ada di ruangan. Ia mencari informasi ke sana kemari dan akhirnya ia mendengar sebuah kabar buruk yang sesungguhnya tidak ingin ia dengar. Ibunya baru saja dipindahkan ke kamar mayat. Ya..ibu Arif tidak bisa diselamatkan. Ia meninggal dunia karena kehabisan darah. Setelah mendengar kenyataan pahit itu, Arif pun terdiam. Bunga yang baru ia beli jatuh ke lantai. Ia berlari menuju jenazah sang ibu. Ia menangis histeris seakan tidak bisa menerima kenyataan. Tangisannya semakin dalam ketika ia menemukan sebuah dokumen pembelian sepeda motor di dalam tas ibunya. Rupanya hari ini ibunya berhasil mengumpulkan uang dan membelikan sebuah sepeda motor untuk Arif. Ia sangat menyesal karena selama ini hanya bisa mengeluh dan mengeluh. Salah seorang saksi mengatakan bahwa selama ini ibunya Arif menjadi pengamen dan penjual kue di pasar. Biar bagaimanapun, tangisan Arif tidak dapat mengembalikan apa-apa. Ia sudah terlambat untuk menyesal. Semua telah terjadi.

Source: Gracie Collection's

Sudahkah kamu menanyakan kabar ibumu hari ini? :rose:

Merah_delima
 
Wanita
Ketika Tuhan menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya,

“Mengapa begitu lama menciptakan wanita, Tuhan?”

Tuhan menjawab,

“Sudahkah engkau melihat setiap detail yang saya ciptakan untuk wanita?” Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan, dan semua itu hanya dengan dua tangan“.

Malaikat menjawab dan takjub,

“Hanya dengan dua tangan? tidak mungkin!

Tuhan menjawab,

“Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja 18 jam sehari“.

Malaikat mendekat dan mengamati wanita tersebut dan bertanya,

“Tuhan, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?”

Tuhan menjawab,

“Itu tidak seperti yang kau bayangkan, itu adalah air mata.”

“Untuk apa?“, tanya malaikat.

Tuhan melanjutkan,

“Air mata adalah salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan, serta wanita ini mempunyai kekuatan mempesona laki-laki, ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki wanita. Dia dapat mengatasi beban lebih dari laki-laki, dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri, dia mampu tersenyum saat hatinya menjerit, mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan. Dia berkorban demi orang yang dicintainya, dia mampu berdiri melawan ketidakadilan, dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang, dia girang dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia, dia begitu bahagia mendengar suara kelahiran. Dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan dan kematian, tapi dia mampu mengatasinya. Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.”

“Cintanya tanpa syarat. Hanya ada satu yang kurang dari wanita, Dia sering lupa betapa berharganya dia ..”

Menjadi seorang wanita adalah suatu kehormatan yang besar dan tak ternilai harganya. Di dalam tubuhmulah kehidupan baru bermula. Ditanganmu yang penuh kasih sayang, kehidupan baru mulai mengenal dunia. Dan dalam pelukanmu, kesedihan dan duka bisa terluapkan dengan bebasnya. Wanita adalah mahakarya keagungan Maha Kuasa. :rose:

Merah_delima
 
Hi rumah cinta!! Bolehkan aku menulis sedikit ttg pikiranku? Tenang, bukan tentang sesuatu hal yang porno kok. Aku kan tahu sudah ada roomnya utk itu. Aku hanya ingin berbagi mengenai....

Tentang Cinta Dan Pernikahan



Sepanjang peradaban manusia, kita selalu berusaha merumuskan apa itu cinta. Ahli filsafat memandang cinta sebagai tukar tambah perasaan. Ahli kimia memandang cinta sebagai ikatan kovalen. Ahli fisika memandang cinta sebagai hukum kekekalan energi.

Jangan tanya tentang kisah cinta... Terlampau banyak sudut pandang dalam memandang cinta. Aku suka kisah cinta yang heroik seperti Rama dan Shinta. Terkadang aku juga suka kisah cinta yang ironis seperti Paris dan Helen. Tunggu! Bonnie & Clyde juga kisah cinta kriminal alternatifku. Terlepas dari apapun artinya, cinta aku dengar membutuhkan tempat untuk berlabuh. Hmmmm entahlah, aku tidak terlalu yakin akan itu.....

Pada akhirnya, manusia mencoba untuk merekayasa cinta. Manusia mendikte bahwa cinta harus memiliki tempat akhir untuk berteduh. Mereka membelenggu cinta dengan rantai ilusi bertajuk pernikahan. Kadang itu disebut ikatan suci. Aku tidak bohong! Suci... Itulah idiom yang kudengar. Lalu bagaimana denganku?

Aku orang yang skeptis pada pernikahan. Pandangan filosofisku, kalian manusia terlalu kurang ajar mengatur-atur cinta. Siapa kalian berhak menentukan cinta ini untukmu sehidup semati, lalu kalian ikatkan dalam tali ilusi yang disebut pernikahan. Bukankah, jika memang benar kau mencintaiku, kau tidak perlu tali untuk berpegangan kepadaku? Kalian manusia sungguh bodoh telah mengerdilkan arti cinta. Fakta bahwa kau perlu tali untuk menggenggamku menunjukan betapa rapuhnya cinta yang kau miliki.

Iya itulah perspektifku. Kontroversial? Pasti! Dan aku tidak peduli! Aku adalah orang yang selalu jatuh cinta. Sebisa mungkin setiap hari ada cinta yang 'baru'.
Tenang aku setia kok. Sungguh! Jangan salah mengartikan 'baru'. Aku hanya berpikir, setiap hari harus selalu ada cinta yang 'baru' dengan pasangan saat ini. Begitulah aku... Kalian hendak mencibirku apa? Pengecut? Orang gila? Orang bodoh? Aku tidak peduli! Ya itulah aku.... Aku yang sombong menantang cinta. Itulah aku, yang dulu...

Hingga saat diriku hampir tenggelam dalam hegemoni teori-teori cintaku, badai prahara rumah tangga menghampiri kedua orang tuaku. Ayah dan Ibu bertengkar hebat dan ini pertengkaran terburuk dalam hidup mereka. Jika kalian pikir pertengkaran Zeus dan Hera adalah pertengkaran suami istri terepik, maka cocok jika pertengkaran orangtuaku disebut pertengkaran terepik abad 21. Baik... Maafkan jika aku lebay.

Ibuku bersumpah dia tidak akan berbicara dengan Ayahku lagi. Mereka berpisah rumah selama beberapa bulan. Aku sangat marah dengan semua ini, Ibuku menangis sepanjang hari. Ketika berbicara di telepon. Aku bertanya kepada Ibu, “Mengapa Ibu tidak meninggalkan Ayah? Bercerailah saja Ayah dan Ibu. Aku rasa itu yang terbaik untuk kalian berdua,” kataku sok tahu. Padahal aku sendiri belum pernah menikah.

Ibuku berpikir sejenak dan berkata, “Karena Ibu menikah dengan Ayah, Ibu bersumpah dalam pernikahan untuk selalu menemani Ayah dengan keadaan sulit maupun bahagia. Ini mungkin masa-masa yang tersulit yang kita hadapi. ”

Setelah melewati satu tahun, mereka kembali bahagia bersama, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Yang rapuh dan rusak dalam hubungan mereka diperbaiki. Semua argumen dan pertengkaran dilupakan. Yang tersisa hanyalah cinta mereka satu sama lain. Kini hanya tinggal aku yang tercengang seperti melihat hari-hari kemarin bak sandiwara atau lakon-lakon besar. Hei, omong kosong macam apa kemarin?

Ini membuatku tersadar bahwa cinta tidak hanya tentang saling kasih mengasihi, saling percaya dan mempercayai. Tetapi cinta juga tentang kebencian, frustrasi dan kekecewaan. Dan inilah yang luput dalam perspektifku. Pernikahan nyatanya adalah benang suci tak terlihat yang menahan cinta melarikan diri, ketika cahaya cinta dihalangi oleh awan kesalahpahaman.

Aku yang begitu bodoh dan jumawa, sampai lupa bahwa cinta akan begitu mudah usai jika tali pernikahan tidak menahannya ketika badai besar datang. Tali pernikahan menahan cintaku dan cintamu bersama selama momen-momen lemah dari hubungan percintaan. Jangan harap kau mendapatkan benteng setinggi itu diluar pernikahan.

Setidaknya, aku mendapat gagasan dan idealisme baru tentang hubungan cinta dan pernikahan. Sebentar... Jangan salah paham. Tidak berarti jika sudah ada gagasan dan idealisme dia siap dinikahi. Dia masih kuliah dan #$@&#_@_@& ..... Seperti biasa Po, kau dari tadi hanya wacana. Wakdezing!!!!

*) Disclaimer : Semua tulisan di atas adalah perspektif pribadi dan kemungkinan utk salah sangat besar. Beberapa kejadian telah direkayasa. Ambil yg buruk, buang yang baik. #Eh benar kan ya??
 
Terakhir diubah:
Ini membuatku tersadar bahwa cinta tidak hanya tentang saling kasih mengasihi, saling percaya dan mempercayai. Tetapi cinta juga tentang kebencian, frustrasi dan kekecewaan. Dan inilah yang luput dalam perspektifku. Pernikahan nyatanya adalah benang suci tak terlihat yang menahan cinta melarikan diri, ketika cahaya cinta dihalangi oleh awan kesalahpahaman.
Era suka dgn isi paragraf ini.. sekumpulan rasa hati yg sangat manusiawi, namun sangat tidak disukai oleh kita.. kebencian, frustasi, kekecewaan. Semua adalah unsur pembentuk cinta.. coz life is never flat... hehehehehehe... bdw... thank you udah berkunjung ya om.. maaf kalo era g pernah nongol dimari..
 
Era suka dgn isi paragraf ini.. sekumpulan rasa hati yg sangat manusiawi, namun sangat tidak disukai oleh kita.. kebencian, frustasi, kekecewaan. Semua adalah unsur pembentuk cinta.. coz life is never flat... hehehehehehe... bdw... thank you udah berkunjung ya om.. maaf kalo era g pernah nongol dimari..

Yow masama
Klo ada ide saya numpang nulis lagi
 
RENUNGAN SINGKAT DARI SEORANG SAHABAT DI 46

Memang tidak mudah untuk mencari sahabat sejati, karena kita tidak akan pernah bisa menebak isi hati dan pikiran orang lain. Bahkan seorang ibu pun tidak bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran anaknya walaupun dia yang melahirkan tubuh anaknya. Sebaliknya teman begitu mudah untuk dicari namun hal itu tidaklah kekal. Mereka akan bersama Anda saat ada kepentingan dan di saat sedang ada kegembiraan, namun saat giliran duka sedang menaungi Anda mereka satu demisatu akan meninggalkan Anda. Disinilah kita bisa mengetahui siapa sahabat sejati Anda.

Namun sahabat janganlah Anda uji, karena dia telah memberi tempat khusus di hatinya untuk Anda, saat diuji maka Anda akan kehilangan tempat tersebut. Biarlah seleksi alam yang menentukan siapa sahabat sejati Anda, saat Anda sedang jatuh dia akan tetap bersama Anda, saat dia sedang kesulitan Anda akan menolongnya tanpa pamrih. Bila Anda telah menemukannya Anda harus menjaga berlian tersebut baik-baik karena Anda mungkin tidak akan menemukan berlian yang lain. Saya sering mendengar dan membaca cerita bahwa persahabatan putus karena masalah uang dan cinta, dan saya sering tertawa setelah mendengar / melihatnya karena menurut saya itu adalah omong kosong.

Seorang sahabat sejati tidak akan menukar hati sahabatnya dengan uang bahkan untuk wanita/pria sekalipun, bahkan bila mereka telah berkeluarga tetap akan saling kontak. Tidak ada teori tetap yang bisa merumuskan seorang sahabat sejati untuk Anda namun bila saatnya tiba Anda akan mengetahui dengan sendirinya. Seperti sebuah pepatah cina yang menyebutkan ‘bisa bertemu merupakan jodoh’. Tentunya bukan dalam konteks cowo-cewe, bisa saja antar cowo maupun antar cewe dan belum tentu harus kawin dan saling menyukai. Bisa saja seorang sahabat sejati justru adalah rival Anda, dia akan banyak bergesekan dengan Anda tapi hal tersebut justru membuat Anda makin sering bersua dengannya, berkompetisi sehingga saling memajukan, dan kembali ke ciri klasik bahwa dialah yang akan menolong Anda saat sedang jatuh walaupun terkadang rival Anda ini terlalu angkuh untuk mengakuinya.

Semoga Anda mampu menemukan sahabat sejatimu. Ingatlah selalu bahwa sahabat sejati layak untuk diperjuangkan…
 
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd