Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.

merah_delima

Calon Pertapa Semprot
Daftar
29 May 2017
Post
3.599
Like diterima
6.823
Lokasi
Heaven
Bimabet
Salam..

Om momod, om admin, para suhu dan suhuwati, ijinkan saya membagikan kisah dalam kehidupan yang semoga bisa menjadi sumber inspirasi, memberi sedikit manfaat untuk kita semua. Thread ini terbuka untuk teman-Teman yang ingin berbagi kisah kehidupan. Entah kisah kehidupannya sendiri, atau kisah orang dikenal, atau kisah-kisah yang kebetulan diketahui dan layak dibagikan, agar bisa sedikit memberi pelajaran, memberi sedikit inspirasi untuk kehidupan kita yang lebih baik lagi.

Saya mengagumi keindahan cinta, keindahan kasih sayang, sebagai sumber kehidupan dan nafas dari Sang Pemilik Semesta. Dan melalui beragam kisah-kisah ini, saya berharap, cinta dan kasih sayang bisa menghadirkan harapan, bisa menghadirkan kebahagiaan, dan menjadi inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Salam,


Merah_Delima






MENANAM BENIH ROMANTISME DAN CINTA​

Beberapa orang menyadari bahwa dalam kalender terdapat beberapa tanggal khusus atau peristiwa yang terjadi setiap tahun dapat dimanfaatkan untuk mengobarkan api romantisme. Seorang pria menyiapkan perayaan yang sangat khusus bagi istrinya untuk menunjukan rasa hormat atas pengorbanan wanita itu bagi dirinya.

Moment yang dimaksud adalah malam menjelang hari wisuda sang suami, setelah ia menempuh program pendidikan yang panjang dan meletihkan untuk memperoleh gelar masternya. Setelah 4 tahun mengikuti kuliah intensif setiap hari, akhirnya sebentar lagi ia akan memperoleh ijazah.

Istrinya mempersiapkan pesta khusus yang akan dihadiri oleh banyak teman dan membantunya merayakan 'hari pelepasan' yang telah lama dinanti-nantikan. Akan ada kue, minuman, spanduk, pita2, permainan bilyar, dan banyak lagi. Banyak tamu undangan yang bersedia hadir, dan tampaknya tamu yang datang aka membludak. Namun, suaminya memiliki ide lain. Ia diam2 mengontak semua undangan dan mengutarakan niatnya membuat pesta kejutan untuk menghormati istrinya. Ya, di sana memang tetap akan terpasang spanduk, pita2, dan semua yang telah dipersiapkan, namun pesta itu akan diperuntukkan bagi sang istri, bukan dirinya.

Sang suami ingin melakukan hal istimewa untuk menunjukkan kepada sang istri betapa ia menghargai pengorbanannya selam bertahun-tahun demi kelulusannya. Kerelaan sang istri bekerja purnawaktu untuk menunjang keberhasilan studi suaminya dan memupuskan impiannya untuk memiliki rumah serta keluarga (anak), dalam banyak segi, jauh lebih berat dibandingkan keharusan belajar selama berjam-jam yang dilakoni sang suami.

Pada hari H, sang istri sibuk melakukan persiapan dan memberi sentuhan akhir. Ia yakin semuanya akan berjalan sesuai rencana. Sang suami mencari akal untuk membuatnya keluar dari pesta, dan ketika ia pergi, suaminya memasang spanduk besar bertuliskan nama sang istri. Pada saat itu, semua tamu pun telah berdatangan.

Saat sang istri kembali, semua tamu serentak berseru "KEJUTAN". Saat menyadari apa yang terjadi, wanita itu tak mampu membendung air matanya. Suaminya meminta beberapa tamu undangan yang sangat mengenal sang istri untuk menyampaikan hal yang paling mereka sukai dari sang istri. Selanjutnya sang suami sendiri berdiri dihadapannya dan para tamu undangan dan dengan kata2 lembut penuh cinta serta penghargaan, ia menyampaikan terima kasih atas segala yang telah diperbuat sang istri untuknya. Usai sesi ungkapan cinta dan terima kasih itu, para tamu menunjukkan penghormatan pada sang istri dengan bersulang.

Bagi mereka berdua, inilah perayaan untuk memperingati pengalaman yang mereka rasakan bersama, dan dengan memperingatinya dengan cara yang khusus, sang suami Telah mematri kenangan yang romantis, bertahan seumur hidup, tentang cinta dan pengabdian sang istri tercinta.

Gary Smalley

Source: Love Is a Dedication (Nashville, Tenn: World Publishing, 1989)



Menghargai dan menghormati pasangan hidup atas apa yang telah mereka berikan akan menunjukkan betapa besar arti kehadiran mereka dalam perjalanan bahtera rumah tangga. Saling membantu, saling melengkapi, akan menguatkan ikatan cinta pada saat kehidupan berada di titik terendah. Pada akhirnya, cinta dalam keluarga akan melahirkan kebahagiaan yang tak ternilai harganya :rose:

Merah_Delima
 
Terakhir diubah:
IS THIS THE MOST PERFECT LOVE STORY?

Saya berada di satu kafe di kawasan Kota Lama Neuchatel, kota di Swiss yang sangat kental dengan nuansa abad pertengahan.

Di bawah sinar matahari yang hangat, saya duduk menikmati bir. Di belakang saya, duduk seorang perempuan muda. Matanya biru mengkilap dengan rambut hitam pekat yang bergelombang.

Ia duduk di samping meja bundar yang terbuat dari marmer, mirip dengan meja yang biasa ditemui di kafe-kafe Eropa.

Tak ada yang istimewa dari meja ini. Yang membuatnya tak biasa adalah ada hiasan papan catur di meja tersebut.Dalam hati, saya mencoba menyusun kalimat 'maukah kamu bermain catur dengan saya' dalam bahasa Prancis.Kepingan kenangan ini terjadi pada Juni 1975. Saya tengah jalan-jalan di Swiss dan Prancis sebelum menjadi mahasiswa tingkat strata satu di Chicago, Amerika Serikat.

Saya melancong dengan mengandalkan kebaikan hati para pengendara mobil yang memberi saya tumpangan gratis.Saya berada di Neuchatel hanya karena sehari sebelumnya mobil yang saya tumpanhi ini menuju ke kota ini.

Saya menginap di satu hostel di atas bukit. Pada hari itu cuaca panas dan saya haus sehingga memutuskan untuk turun dan duduk-duduk santai di Cafe Pam-Pam.

Akhirnya saya memberanikan diri untuk berbicara dalam bahasa Prancis dengan ala kadanya. Ia menjawab dalam bahasa Prancis, "Pardon?" Saya mengulangi lagi kalimat yang pada intinya adalah mengajaknya bermain catur.

Ia mengatakan dalam bahasa Inggris, "Perhaps we should speak English." "Mungkin sebaiknya kita mengobrol dalam bahasa Inggris saja."Namanya Maif, panggilan pendek untuk Marie-France, usianya 19 tahun dan tinggal di Neuchatel. Ia biasa menghabiskan waktu di kafe untuk minum kopi dan merokok sepulang sekolah. Pada hari pertemuan tersebut, ia baru saja menyelesaikan ujian SMA.

Jatuh cinta tapi tak berani mengatakan

Selama dua hari berikutnya, Maif mengajak saya jalan-jalan dan menunjukkan sudut-sudut kota tempat ia tinggal. Kami menyusuri jalan berbatu menuju kastel yang dibuat pada abad ke-12, merebahkan badan di atas rumput di tepi danau sambil menikmati indahnya Gunung Alpen.

Kami melewatkan waktu hingga petang dan mengakhiri hari dengan masuk ke klub yang menyediakan jukebox, mesin pemutar lagu, yang akan memainkan lagu setelah kita memasukkkan koin ke mesin ini. Pemusik favoritnya adalah George Benson.

Selama dua hari bersama, kami tak pernah berciuman. Saya akui saya jatuh cinta dengannya, tapi ia mengaku sudah punya kekasih di Kanada. Ia akan segera menyusulnya ke sana dan mengikuti kuliah bahasa Inggris.

Terus terang saja, saya tak punya keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya saya rasakan.

Jadi, saya putuskan untuk meninggalkan Neuchatel, menumpang mobil orang lagi ke tempat yang saya tak pernah ingat namanya. Tapi beberapa hari kemudian saya menyerah dan kembali ke Neuchatel, ke Cafe Pam-Pam.

Tak lama kemudian Maif datang dengan skuter hitamnya. Setelah menghabiskan satu cangkir kopi, ia mengajak saya ke satu rumah tak jauh dari Cafe Pam-Pam. Di rumah inilah ia tinggal bersama neneknya.

Kami makan siang dengan telor dadar yang disiapkan sang nenek. Saya tak pernah makan siang dengan menu telor dadar. Kami menyantap hidangan di dapur.

Saya masih punya waktu di Neuchatel sebelum terbang kembali ke Amerika tapi semakin lama berada di kota ini, semakin sakit rasanya.

Sakit karena tak bisa mengatur rasa antara cinta dan keinginan untuk mengutarakannya ke Maif.

Keesokan harinya saya ucapkan selamat tinggal. Kami berdiri di depan rumah dan akhirnya saya menciumnya. Bukan di bibir, tapi di pipi, ciuman perpisahan antara dua kawan. Ketika membalikkan badan, saya mendengar Maif mengucapkan sesuatu dengan lirih. Saya menangkap ada rasa kecewa yang dalam dalam ucapan lirihnya.

Saya tak tahu mengapa saya tak menoleh dan kembali kepadanya. Saya sungguh menyesal dan merasa seperti orang yang idiot.

Pada bulan September saya memulai studi saya di Chicago sementara Maif, yang saya tahu, di Ontario untuk belajar bahasa Inggris. Kami sekali saling bertukar surat. Saya meneleponnya sekali dan ia mengatakan mungkin akan ke Chicago tidak lama lagi. Namun ketika saya meneleponnya lagi Maif mengatakan ia punya pacar baru.

Hilang kontak

Dan kami pun hilang kontak. Selama 32 tahun.

Setelah selesai kuliah, saya ke Australia dan Selandia Baru selama satu setengah tahun sebelum ke Hawaii. Di Hawaii ini keluarga saya pernah menetap selama tiga tahun pada 1960-an.

Kadang saya memikirkan Maif tapi hanya sekedar mengingatnya dalam kenangan memori.

Tahun demi tahun berlalu, dunia berubah, dan tibalah era internet. Rekan-rekan di kantor memaksa saya menggunakan layanan jejaring sosial untuk para profesional LinkedIn. Ini menginspirasi saya untuk melacak keberadaan Maif dan ketika saya mengetikkan namanya di Google, muncul akun LinkedIn Maif.

Saya memberanikan diri untuk mengirim pesan dan 'jreng' kami akhirnya bisa lagi menjalin kontak. Ia bekerja di Jenewa sementara saya menetap di Hawaii.

Ia bercerita bahwa sebelum pesan elektronik pertama saya datang, ia bermimpi bertemu perempuan misterius yang mengenakan kerudung. Maif bertanya ke mana perempuan ini akan pergi dan ia menjawab, "Saya kembali ke Akron." Maif bertanya lagi, "Apa yang terjadi di Akron?" Perempuan ini tak menjawab.

Akron adalah nama tempat di Ohio, daerah yang saya tempati ketika saya bertemu Maif pada 1975.

Kami bertukar email setiap hari dan kemudian melalui Skype. Kami sama-sama sudah lama menjadi duda dan janda. Anak-anaknya telah beranjak dewasa sedang saya sendiri tak punya anak.

Ia menjalin hubungan seseorang dalam delapan tahun terakhir tapi hubungannya ini berakhir.

Dari komunikasi intens ini kami sadar bahwa kami sama-sama menyukai Leonard Cohen, Tom Waits, dan Vic Chesnutt. Kami juga sama-sama senang digoda. Akhirnya kami tiba satu kesimpulan: kami sebaiknya berhubungan dengan lebih serius.

'Cinta lama bersemi kembali'

Ia ke Hawaii selama beberapa pekan dan setahun berikutnya saya ke Jenewa dan tinggal di rumahnya selama tiga bulan bersama anaknya yang sudah dewasa, Daniel.

Dari sini kami menyadari bahwa kami masih saling suka. Waktu 32 tahun ternyata tak menghapus rasa itu. Rasa cinta yang tertinggal di depan satu rumah, di dekat Cafe Pam-Pam di Neuchatel, ternyata tidak hilang.

Kami menikah dan tahun ini pernikahan kami memasuki tahun yang ketujuh.

Beberapa tahun lalu, saat kami melewatkan waktu di ladang pertanian di atas Neuchatel, saya menerima paket dari kawan lama di Ohio. Isinya kartu pos yang dibingkai: kartu pos yang lebih dari 30 tahun lalu yang saya kirim dari Neuchatel untuk kawan baik saya, Larry dan Sandy.

Ini antara lain yang saya tulis pada kartu pos tersebut:...

Marie-France, gadis cantik berusia 19 tahun. Bersamanya saya menghabiskan hari-hari yang indah di Neuchatel. Ia tinggal di kota ini dan bahasa Inggrisnya sangat bagus. Kalau saya tak meninggalkan kota ini, mungkin saya terperangkap dalam jeratan asmara yang pelik karena saya tahu saya mungkin saja telah jatuh cinta dengannya selamanya.

Pertama kali ketika kami kembali ke Neuchatel, saya dan Maif langsung ke Cafe Pam-Pam. Kami mencari meja marmer dengan hiasan papan catur. Ternyata setelah lebih dari 30 tahun, meja itu masih ada.

Meja itu sekarang berada di teras depan rumah kami, menjadi adalah saksi bisu dari pertemuan pertama kami. Pertemuan yang memercikkan cinta, yang tak hilang meski kami sempat tak berjumpa 32 tahun lamanya. ***

Tulisan asli dalam bahasa Inggris dengan judul Is this the most perfect love story? bisa Anda baca di BBC Trav

Cinta selalu bisa menemukan tempatnya untuk bernaung, tak perduli berapa lama ia berkelana dan seberapa jauh ia berpergian.. :rose:

Merah_Delima
 
Terakhir diubah:
AKU AKAN MENCINTAIMU SELAMANYA

Belum sampai sehari setelah aku dan tunanganku James, mengikat janji, kami menerima berita mengejutkan bahwa pria yang kucintai itu di diagnosa mengidap kanker pankreas. Dokter meramalkan bahwa penyakitnya tak tersembuhkan dan umurnya tinggal beberapa bulan lagi.

Bagi dua sejoli yang tengah dimabuk cinta, berita ini merupakan pukulan telak yang tak terlukiskan. Namun setelah melakukan serentetan diskusi yang diwarnai derai air mata, kami memutuskan untuk tetap melangsungkan pernikahan. Dengan dikelilingi anggota keluarga dan teman-teman yang mengasihi kami, kami melangsungkan pernikahan di rumah James dengan upacara indah yang dilakukan di sela-sela jadwal radiasi dan kemoterapi. Rencana kami untuk berbulan madu ke Paris diganti dengan acara menonton keindahan Grand Canyon di Teater IMAX.

Namun, kami bahagia dapat bersatu. Dalam sisa hidupnya yang menurut dokter hanya tinggal beberapa bulan, tetapi secara ajaib ternyata dapat bertahan hingga 3 tahun berikutnya, kami mampu belajar dengan cepat cara mensyukuri setiap peristiwa, menciptakan hari-hari membahagiakan, serta malam-malam mempesona milik kami. Kami menciptakan saat-saat romantis dengan berdansa di garasi, dan berbagai macam situasi romantis lainnya. Suatu malam, ketika james dirawat di rumah sakit, kami membawa kaset lagu dan mendengarkan suara Ella Fitzgerald melantunkan lagu cinta kesukaan kami sementara tetes demi tetes cairan infus kemoterapi mengalir ke nadinya.

Akhirnya kondisi suamiku merosot tajam, dan para dokter memberitahu bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Padahal, hari ulang tahun pernikahan kami tinggal 2 hari lagi. Beberapa jam setelah mendengar kabar itu, James menggenggam lembut tanganku dan bertanya apakah kami perlu merayakannya lebih awal untuk berjaga-jaga seandainya ia tidak dapat bertahan.

Aku setuju, meski aku selalu berpikir bahwa alangkah luar biasa jika ia mampu bertahan hidup hingga hari ulang tahun pernikahan kami. Dan jangan-jangan ia justru meninggal lebih cepat jika merayakan hari ulang tahun pernikahan lebih awal?

Dengan berusaha melupakan kecemasanku, malam itu aku dan James memperingati 3 tahun pernikahan kami dengan gembira. Kami mengucapkan lagi janji pernikahan kami, berdoa bersama-sama, dan tentu saja kami saling menagis.

James masih dapat melalui hari itu dan keesokan harinya. Ketika akhirnya kami sampai pada tengah malam hari ulang tahun pernikahan kami, ia memberi isyarat padaku untuk membantunya duduk di tempat tidur. Dan dengan bisikan manis yang masih terngiang di telingaku, ia berkata, " aku ingin menunjukkan kesetiaanku padamu dengan berusaha hidup lebih lama agar dapat mengucapkan, ' aku akan mengasihimu selamanya. Selamat ulang tahun pernikahan.'"

Esok paginya, James berpulang, setelah melewati masa-masa indah kami. Namun, ia meninggalkan lebih banyak kenangan cinta untuk diingat daripada yang dialami banyak istri dalam kehidupan pernikahan mereka.

Kesetiaan itu teruji ketika 'roda kehidupan sedang berada dibawah'

Desiree Lyon

source: A Match Made in Heaven

By Susan Wales and Ann Platz
 
DALAM SUSAH DAN SENANG

Dulunya pria ini hanya bekerja sebagai kuli bangunan sampai pada akhirnya sukses jadi kepala bagian. Kemudian ia membuat tim pekerja sendiri yang pada akhirnya berkembang menjadi sebuah perusahaan konstruksi ternama.

Sang istri yang mengikuti pria itu mulai sejak kuli bangunan, makin hari terlihat makin tua. Badan yang dulunya langsing, saat ini terlihat kasar berotot, kulit juga tak sehalus dahulu. Dibanding dengan beribu wanita cantik diluar sana, ia terlihat terlampau simpel serta pendiam. Kemunculannya selalu mengingatkannya bakal saat lantas yang sulit.

Sang suami memikirkan, inilah waktunya pernikahan itu selesai. Ia menabungkan duit sebesar 1 miliar ke bank istrinya, beli juga baginya suatu tempat tinggal di daerah kota. Ia terasa, ia tidaklah suami yang tidak berperasaan. Seumpamanya ia tak menyiapkan bekal untuk hari tua istrinya, hatinya juga tak tenang……

Pada akhirnya, ia juga ajukan tuntutan cerai pada istrinya.

Sang istri duduk bertemu dengannya. Tanpa ada bicara sepatah katapun ia dengarkan argumen sang suami ajukan perceraian. Tatapannya tampak terus teduh serta tenang. Saat hari sang istri pergi dari tempat tinggal juga tiba, sang suami membantunya memindahkan beberapa barang menuju tempat tinggal baru yang dibelikan oleh suaminya. Sekian pernikahan yang sudah di bangun sepanjang nyaris 20 th. lebih ini juga selesai demikian saja.

Selama pagi ini, hati sang suami sungguh tak tenang. Mendekati siang, ia juga tergesa-gesa kembali pada tempat tinggal itu. Tetapi ia merasakan tempat tinggal itu kosong, sang istri sudah pergi. Diatas meja tergeletak kunci tempat tinggal, buku tabungan diisi 1 miliar rupiah serta sepucuk surat yang ditulis oleh istrinya.

Saya pamit, pulang ke tempat tinggal orangtua saya. Seluruhnya selimut sudah dicuci bersih, dijemur dibawah matahari, kusimpan didalam kamar belakang, almari samping kiri. Janganlah lupa menggunakannya saat cuaca mulai dingin.

Sepatu kulitmu sudah kurawat seluruhnya, kelak apabila pada akhirnya mulai ada yang rusak, bawa ke toko sepatu di pojok jalan untuk diperbaiki.

Bajumu kugantung pada almari pakaian samping atas, kaos kaki, ikat pinggang kutaruh didalam laci kecil di samping bawah.

Sesudah saya pergi, janganlah lupa meminum obat secara teratur. Lambungmu kerap punya masalah. Saya sudah menitip rekan membelikan obat cukup banyak untuk persediaanmu sepanjang 1/2 th..

Oh ya, kamu kerap sekali keluar tempat tinggal tanpa ada membawa kunci, jadi saya cetak 1 set kunci dan kutitipkan pada security di lantai bawah. Seumpamanya kamu lupa lagi membawa kunci, ambillah saja padanya.

Ingat tutup pintu serta jendela saat sebelum pagi-pagi pergi kerja, bila tak, air hujan bisa masuk mengakibatkan kerusakan lantai tempat tinggal.

Saya juga membikinkan pangsit. Kutaruh di dapur. Sepulang dari kantor, kamu bisa memasaknya sendiri “

Tulisannya sangat buruk, sulit di baca. Tetapi tiap-tiap huruf seperti selongsong peluru berisikan cinta tulus, yang ditembakkan menghujam jauh ke dalaman ulu hatinya.

Ia melihat tiap-tiap pangsit yang terbungkus rapi. Ia teringat 20 th. waktu lalu saat ia masih tetap jadi seseorang kuli bangunan, teringat nada istrinya memotong sayur, menyiapkan pangsit di dapur, teringat begitu nada ini bagikan melodi yang indah serta begitu bahagianya ia ketika ini. Ia juga mendadak teringat janji yang disampaikannya waktu ini : ” Saya mesti berikan kebahagiaan untuk istri saya… ”  

Detik ini juga ia lari secepat kilat selekasnya menyalakan mobilnya. 1/2 jam lalu, dengan bersimbah keringat, pada akhirnya ia temukan istrinya didalam kereta.

Dengan suara geram ia berkata, ” Kamu ingin ke mana? Sepagian saya letih di kantor, pulang ke tempat tinggal sesuap nasi juga tidak bisa kutelan. Demikian jahatnya kamu jadi istri? Keterlaluan! Cepat ikut saya pulang!"

Mata sang istri berkaca-kaca, dengan patuh ia juga berdiri ikuti sang suami dari belakang. Mereka pun pulang. Perlahan-lahan, air mata sang istri beralih jadi senyum bahagia….

Ia tak tahu bahwa sang suami yang jalan di depannya sudah menangis sedemikian rupa. Dalam perjalanan sang suami lari dari tempat tinggal ke stasiun kereta, ia demikian takut.. Ia takut gagal temukan istrinya, ia sangatlah takut kehilangan dia.

Ia menyesali dirinya kenapa dirinya demikian bodoh sampai akan mengusir wanita yang demikian ia cintai. Kehidupan pernikahan sepanjang 20 th. itu nyatanya sudah mengikat erat-erat mereka berdua jadi satu.

Source: inspiring japanese love story

'Dalam susah dan senang' itulah sebaris ikrar suci pernikahan yang biasa diucapkan oleh para pasangan pengantin saat menikah. Beberapa pasangan benar2 memegang janji suci itu, sementara yang lain mengingkarinya.

ketulusan dan kesetiaan akan janji itu hanya mampu dijalani oleh mereka yang mengucapkannya dari lubuk hati dan menjiwainya :rose:
Merah_delima
 
Terakhir diubah:
Suatu hari pada tanggal 14 februari, seorang pria tua menumpang bus sambil membawa selusin mawar merah dan duduk disamping seorang pemuda. Pemuda itu memandang ke arah bunga2 mawar itu dan berkata, "ada seseorang yang akan mendapatkan hadiah valentine yang indah ya.."

"Ya" jawab pak tua itu.

beberapa menit berlalu, dan pak tua itu menyadari bahwa pemuda yang duduk disebelahnya tengah memandangi bunga2 mawar itu.



"Apakah kau punya kekasih?" Tanyanya.

"Ya" jawab pemuda itu. " saya akan mengunjunginya sekarang dan memberikan ini ini untuknya" ditangan pemuda itu tergenggam sebuah kartu valentine.

setelah beberapa menit terdiam, pak tua itu bangkit dari tempat duduknya untuk turun dari bus. Saat ia melangkah menuju lorong bus, ia meletakkan bunga mawar itu ke pangkuan si pemuda itu dan berkata " kurasa istriku pasti ingin agar aku memberikan bunga ini padamu.dan akan kukatakan padanya bahwa aku telah melakukannya."

ia bergegas keluar, dan ketika bus berjalan lagi, pemuda itu menoleh dan melihat pak tua itu memasuki pintu gerbang sebuah sebuah kompleks pemakaman.


BENNETT CERF

Cinta itu abadi...dan akan tetap hidup..tak terbatas oleh dunia fana ini dan seluruh pembatasnya...ada beberapa orang yang beruntung karena mampu menjalani indahnya keabadian cinta itu..meresapinya...dan menjaganya hingga akhir waktu... :rose:

Merah_delima
 
Terakhir diubah:
CINTA YANG MENYEMBUHKAN

Kisah ini terjadi di beijing Cina, seorang gadis bernama Yo Yi Mei memiliki cinta terpendam terhadap teman karibnya di masa sekolah. Namun ia tidak pernah mengungkapkannya, Ia hanya selalu menyimpan di dalam hati dan berharap temannya bisa mengetahuinya sendiri. Tapi sayang temannya tak pernah mengetahuinya, hanya menganggapnya sebagai sahabat, tak lebih. Suatu hari Yo Yi Mei mendengar bahwa sahabatnya akan segera menikah hatinya sesak, tapi ia tersenyum “Aku harap kau bahagia“. Sepanjang hari Yo Yi Mei bersedih, ia menjadi tidak ada semangat hidup, tapi dia selalu mendoakan kebahagiaan sahabatnya.

12 Juli 1994 sahabatnya memberikan contoh undangan pernikahan yang akan segera dicetak kepada Yi mei, ia berharap Yi Mei akan datang, sahabatnya melihat Yi Mei yang menjadi sangat kurus & tidak ceria bertanya

“Apa yang terjadi dengamu , kau ada masalah?"

Yi mei tersenyum semanis mungkin ” Kau salah lihat, aku tak punya masalah apa apa, wah contoh undanganya bagus, tapi aku lebih setuju jika kau pilih warna merah muda, lebih lembut …” Ia mengomentari rencana undangan sahabatnya tersebut.

Sahabatnya tersenyum “ Oh ya, ummm aku kan menggantinya, terimakasih atas sarannya Mei, aku harus pergi menemui calon istriku, hari ini kami ada rencana melihat lihat perabotan rumah … daag“.

Yi Mei tersenyum, melambaikan tangan, hatinya yang sakit.

18 Juli 1994 Yi Mei terbaring di rumah sakit, Ia mengalami koma,Yi Mei mengidap kanker darah stadium akhir. Kecil harapan Yi Mei untuk hidup, semua organnya yang berfungsi hanya pendengaran, dan otaknya, yang lain bisa dikatakan “Mati“ dan semuanya memiliki alat bantu, hanya muzizat yang bisa menyembuhkannya. Sahabatnya setiap hari menjenguknya, menunggunya, bahkan ia menunda pernikahannya. Baginya Yi Mei adalah tamu penting dalam pernikahannya. Keluaga Yi Mei sendiri setuju memberikan “Suntik Mati“ untuk Yi Mei karena tak tahan melihat penderitaan Yi Mei.

10 Desember 1994 Semua keluarga setuju besok 11 Desember 1994 Yi Mei akan disuntik matidan semua sudah ikhlas, hanya sahabat Yi Mei yang mohon diberi kesempatan berbicara yang terakhir, sahabatnya menatap Yi Mei yang dulu selalu bersama. Ia mendekat berbisik di telinga Yi Mei

“Mei apa kau ingat waktu kita mencari belalang, menangkap kupu kupu?...kau tahu, aku tak pernah lupa hal itu, dan apa kau ingat waktu disekolah waktu kita dihukum bersama gara gara kita datang terlambat,kita langganan kena hukum ya?“

“Apa kau ingat juga waktu aku mengejekmu, kau terjatuh di lumpur saat kau ikut lomba lari, kau marah dan mendorongku hingga aku pun kotor ?...Apakah kau ingat aku selalu mengerjakan PR di rumahmu? ...Aku tak pernah melupakan hal itu … “

“Mei, aku ingin kau sembuh, aku ingin kau bisa tersenyum seperti dulu, aku sangat suka lesung pipitmu yang manis, kau tega meninggalkan sahabatmu ini ?....”

Tanpa sadar sahabat Yi Mei menangis, air matanya menetes membasahi wajah Yi Mei

“Mei...kau tahu, kau sangat berarti untukku, aku tak setuju kau disuntik mati, rasanya aku ingin membawamu kabur dari rumah sakit ini, aku ingin kau hidup, kau tahu kenapa ?...karena aku sangat mencintaimu, aku takut mengungkapkan padamu, takut kau menolakku“

“Meskipun aku tahu kau tidak mencintaiku, aku tetap ingin kau hidup,Aku ingin kau hidup, Mei tolonglah, Dengarkan aku Mei … bangunlah …. !!"

Sahabatnya menangis, ia menggengam kuat tangan Yi Mei

"Aku selalu berdoa Mei, aku harap Tuhan berikan keajaiban buatku, Yi Mei sembuh, sembuh total.Aku percaya, bahkan kau tahu?.. aku puasa agar doaku semakin didengar Tuhan“

“Mei aku tak kuat besok melihat pemakamanmu, kau jahat ... !! kau sudah tak mencintaiku, sekarang kau mau pergi, aku sangat mencintaimu…aku menikah hanya ingin membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku sehingga kau bisa mencari pria yang selalu kau impikan, hanya itu Mei …“

“Seandainya saja kau bilang kau mencintaiku, aku akan membatalkan pernikahanku, aku tak peduli … tapi itu tak mungkin, kau bahkan mau pergi dariku sebagai sahabat“

Sahabat Yi mei mengecup pelan dahi Yi Mei, ia berbisik ”Aku sayang kamu, aku mencintaimu ” suaranya terdengar parau karena tangisan.

7 jam setelah itu dokter menemukan tanda tanda kehidupan dalam diri Yi Mei, jari tangan Yi Mei bisa bergerak, jantungnya, paru parunya, organ tubuhnya bekerja, Sungguh sebuah keajaiban !! Pihak medis menghubungi keluarga Yi Mei dan memberitahukan keajaiban yang terjadi. Dan sebuah mujizat lagi … masa koma lewat ….pada tgl 11 Des 1994 14 Des 1994 Saat Yi Mei bisa membuka mata dan berbicara, sahabatnya ada disana, ia memeluk Yi Mei menangis bahagia, dokter sangat kagum akan keajaiban yang terjadi.

“Aku senang kau bisa bangun, kau sahabatku terbaik“ sahabatnya memeluk erat Yi Mei Yi Mei tersenyum.

“Kau yang memintaku bangun, kau bilang kau mencintaiku, tahukah kau aku selalu mendengar kata-kata itu, aku berpikir aku harus berjuang untuk hidup“

“Lei, aku mohon jangan tinggalkan aku ya, aku sangat mencintaimu”

Lei memeluk Yi Mei “Aku sangat mencintaimu juga“

17 Februari 1995 Yi Mei & Lei menikah, hidup bahagia dan menjalani kehidupan rumah tangga mereka penuh dengan cinta.

Source: Love Lights Your Life by Gracie Leandra Xander

Cinta adalah pemberian Sang Pencipta yang menjadi sumber segala kehidupan. Kekuatannya sungguh-sungguh sangat luar biasa, membuatmu mampu melakukan hal-hal yang sebelumnya tampak mustahil bagimu :rose:

Merah_Delima
 
Terakhir diubah:
"MAKE A WISH MOMMY!"

Hari itu ulang tahunku yang ke-28, dan aku benar2 depresi. Seluruh duniaku tampak gelap, masa depanku suram. Aku seorang ibu yang baru bercerai, membesarkan 2 anak kecil sendirian. Putraku yang berusia 6 tahun, Nick, bersekolah di TK. Putriku, Maya, belum bersekolah dan sedang sakit keras.

Sebagian besar waktuku kuhabiskan sendirian di rumah dengan 2 anak anakku, sehingga aku jarang melakukan interaksi sosial musim dingin itu. Bahkan cuaca pun seolah bwrkonspirasi melawanku. Aku belum lama tinggal di Utah dan masih menyesuaikan diri dengan cuaca dingin dan bersalju. Bulan januari itu adalah salah satu bulan paling ganas selama beberapa tahun belakangan. Saljunya benar2 setinggi pinggang, yang membuat pergi keluar rumah menjadi perjuangan sehari-hari dan membuat perasaan terisolasiku semakin menjadi. Musim dingin itu penuh kesepian yang tak tertanggungkan, perjuangan, dan rasa putus asa. Aku menjadi terbiasa menhasihani diri sendiri. Depresi sudah menjadi bagian hidupku sampai2 aku lupa bahwa dulu aku adalah orang yang bahagia atau kapan saat terakhir aku tertawa.

Hari sebelum ulang tahunku, aku sangat kesal. Aku merasakan pedihnya kehilangan teman2 yang kutinggalkan, mereka yang selalu menemaniku merayakan ulang tahun. Tidak ada pesta, tidak ada hadiah, tidak ada kue ulang tahun, bahkan tidak ada telpon ucapan selamat ulang tahun karena aku terlalu miskin untuk sekedar memasang telpon.

Awan keputusasaan menggantung di atasku saat aku menidurkan anak2 malam itu. Nick memeluk leherku dengan tangannya yang gemuk dan berkata "Besok ulang tahunmu mommy! Aku tidak sabar!" Matanya yang biru berkilau penuh antusias.

Tidak bisa membalas antusiasme putraku, aku mencium pipi merahnya yang manis. Kuharap dia tidak mengharapkan ada pesta ulang tahun yang tiba2 terjadi, seperti saat dia berulang tahun.

Pagi berikutnya, aku bangun sebelum anak2 bangun dan mulai membuat sarapan. Aku mendengar suara2 dalam ruang tamu kami yang sempit, sehingga menduga Nick sudah bangun, dan menunggunya datang ke dapur untuk sarapan. Lalu aku menunggunya datang ke dapur untuk sarapan. Lalu aku mendengarnya berbicara pada Maya, dengan tegas menyuruh adik perempuannya untuk "membuat Mommy tersenyum hari ini."

Kata-katanya membuatku terpaku. Aku merasa seperti tertampar: aku telah begitu lama tenggelam dalam kepedihanku sehingga tidak menyadari betapa hal itu mempengaruhi anak-anakku. Karena merasakan ketidakbahagiaanku, putra kecilku melakukan usaha terbaiknya untuk memperbaiki hal itu. Perhatiannya dan keegoisanku akhirnya membuatku menangis. Aku berlutut di dapur kami yang kecil dan berdoa memohon kekuatan untuk entah bagaimana menemukan kebahagiaan lagi. Aku memohon kepada Tuhan untuk menunjukkan setitik keindahan dalam hidupku, untuk benar2 merasakan anugerah2 yang kumiliki.

Sambil tersenyum, aku berjalan memasuki ruang tamu untuk memeluk mereka--dan sekali lagi aku dibuat terpaku. Disana, Nick duduk di lantai, begitu juga dengan Maya yang masih membungkus tubuh mungilnya dengan selimut, dan didepan mereka ada setumpuk hadiah. Pesta ulang tahun untuk 3 orang.

Aku memandang tumpukan hadiah itu dengan mata terbelalak dan mulut ternganga, lalu menatap putraku. "Selamat ulang tahun!" teriaknya, menyeringai dengan seringai ompongnya yang mempesona. Wajah gembiranya memancarkan kebahagiaan melihat keterkejutanku. "Aku berhasil mengejutkanmu mommy, iya kan?!!"

Dengan rasa haru di dada, aku berlutut disampingnya dan bertanya bagaiman caranya dia berhasil memperoleh semua hadiah itu untukku. Nick mengingatkanku pada perjalanan ke toko 'all a dollar' dan aku langsung mengingat dia berkata bahwa dia akan menghabiskan semua uang yang ditabungnya beberapa waktu kebelakang. Aku menertawakan kantongnya yang menggelembung dan berpikir ia seperti seorang perampok yang berhasil mengosongkan brankas sebuah bank dimana uang itu penuh sesak di kantong celananya.

Aku nyaris menggodanya karena menghabiskan semua uang itu dengan sangat hati2, tapi tidak jadi kulakukan. Aku terlalu sibuk mencari barang2 keperluan kami sehingga Nick dengan leluasa berbelanja sendiri. Aku ingat senyum cerah dan tawanya saat ia memeluk kantong belanjaanya ke dada. Aku mengasumsikan dia sudah membeli sesuatu untuk menyenangkan dirinya sendiri; aku tidak pernah menyangka bahwa kejutan dalam Kantong itu untukku.

Memandang tumpukan hadian yang indah di hadapanku, aku mengerjabkan mata tidak percaya bahwa Nick telah menghabiskan semua tabungannya untukku.

'Itulah.' Aku mendengar suara dalam hatiku. 'Itulah anugerahmu. Bagaimana bisa kau meragukannya?'

Doaku sudah terjawab. Tiba2 aku bisa melihat dan menyadari keindahaan hidupku. Kesedihanku lenyap seketika, dan berganti dengan rasa syukur atas anugerah dan keindahan yang telah kumiliki selama ini.

Aku memeluk anak2ku dan berkata betapa beruntungnya aku memiliki mereka. Atas desakan Nick, dengan hati2 aku membuka setiap hadiah. Gelang. Kalung. Gelang lagi. Cat kuku. Permen kesukaanku. Gelang lagi. Hadiah2 penuh perhatian, semua terbungkus dalam dalam kantong hadiah dan kertas kado yang dibeli dengan uang saku anak TK, adalah hadiah paling berarti yang pernah kuterima. Hadiah terakhir adalah hadiah yang paling disukai Nick: kue ulang tahun dari lilin dengan kata2 "I Love You" di tulis di atasnya.

"Kau harus punya kue ulang tahun mom," putraku yang baik hati itu memberitahuku.

"Ini kue paling indah yang pernah mommy lihat," kataku padanya, menahan air mataku. Dan memang begitu menyentuh dan mengharukan bagiku.

Lalu Nick dan Maya bernyanyi "selamat ulang tahun" untukku dengan suara kecil mereka yang manis.

"Mintalah sesuatu mommy," desaknya.

Aku memandang mata biru putraku dan tidak bisa memikirkan apa yang akan kuminta.

"Mommy sudah memiliki semua yang mommy inginkan," bisikku.

"Mommy punya Nick, Mommy punya Maya."

Source: Susan Farr for A Cup Of Comfort

Dalam hidup kita, ada banyak hal yang sebenarnya adalah anugerah dan keindahan yang tiada duanya. Hadiah-hadiah ini terkadang sebentuk hal-hal kecil dan terkadang dalam bentuk yang sangat besar. Yang diperlukan hanyalah sedikit memejamkan mata, kembali ke relung hati, dan melihat apa yang ada disekitar kita dari sana :rose:

Merah_Delima
 
Terakhir diubah:
KIDUNG HATI

Suasana gembira begitu terasa saat para musisi dari seluruh dunia berkumpul di Radio City Music Hall untuk mementaskan keterampilan mereka. Cathy, seorang gadis kecil berambut pirang dari Louisville, Kentucky, bukanlah satu-satunya hadirin yang terpesona oleh penampilan bocah lelaki di panggung itu. Tepuk tangan terdengar membahana ketika komposisi musik yang dimainkannya usai.

Seusai penampilannya, ia kembali ke tempat duduk para penonton. Dan Cathy terkejut ketika ternyata anak itu mengambil tempat duduk kosong di sampingnya. Lee, pianis berusia 13 tahun dari San Francisco itu, ingin mengobrol dengan Cathy. Tetapi ketika ia memandang kecantikan wajahnya, lidah Lee menjadi kelu.

"Permainanmu hebat." kata Cathy membuka percakapan.

Lee merasa wajahnya memerah karena malu. "Kau memainkan alat musik apa?" tanyanya setelah kesenyapan yang seolah-olah tidak berujung itu.

"Aku menyanyi,"jawab Cathy.

Seharusnya mereka tidak boleh bercakap-cakap selama konser berlangsung, namun mereka justru melupakan semua yang tengah berlangsung di panggung. Lee begitu penasaran terhadap gadis itu. Cathy berusaha berkonsentrasi pada acara konser, namun ia terus mencuri pandang pada lelaki tampan yang duduk di sebelahnya. Mereka terus berbisik-bisik sementara pertunjukan berlangsung di panggung.

"Aku gugup sekali," kata Cathy.

"Mungkin ini bisa membantumu." Lee melepaskan sebuah cincin emas yang dipakainya lalu menyelipkannya ke jari Cathy yang mungil. "Pakailah ini. Nanti boleh kau kembalikan setelah penampilanmu usai," bisiknya.

Cathy menatap cincin emas yang terasa berat dijarinya, yang entah mengapa membuat hatinya melayang-layang. 'Sikapnya menyenangkan sekali' pikir Cathy.

Tak lama tibalah giliran Cathy untuk tampil di atas panggung. Ia melambai kecil kearah Lee saat berjalan ke sisi panggung. Ketika Cathy muncul di tengah panggung, Lee terpesona mendengar suaranya yang bak malaikat. Perasaan ini belum pernah ia rasakan sebelumnya. Mungkinkah ini cinta pada pandangan pertama?

Cathy adalah orang terakhir yang tampil. Ketika acara berakhir, Lee menghambur ke panggung. Namun mustahil baginya untuk menemukan gadis itu di antara kerumunan banyak musisi muda, orang tua, dan guru mereka. Ia mencari-cari gadis berambut emas di antara orang-orang yang jumlahnya tak terhitung. Tetapi kerumunan itu hilir mudik ke segala arah, dan suara gaduhnya begitu memekakkan telinga. Hatinya sangat kecewa ketika sadar bahwa ia bahkan tak tahu nama belakang gadis itu.

Pada akhir malam itu, Cathy dan orangtuanya pun mencari-cari Lee di antara kerumunan untuk mengembalikan cincinnya, tetapi Lee tidak ditemukan. Satu-satunya petunjuk yang mengarah pada identitas pianis muda tampan itu hanyalah inisial "LS" yang terukir di bagian dalam cincin emas tersebut. Cathy pitus asa, dan orangtuanya berusaha mengembalikan cincin itu sebelum mereka terbang kembali ke Louisville. Tapi upaya mereka sia-sia.

Beberapa tahun kemudian, pianis muda itu beranjak dewasa dan menjadi pianis terkenal internasional. Ia mementaskan konser-konser di seluruh dunia. Ia sering memikirkan Cathy dan mencari wajahnya di antara kerumunan penonton. Ia berdoa semoga Tuhan mempertemukan mereka kembali.

Sementara itu, Cathy juga sering pentas sebagai penyanyi latar bagi artis terkenal. Suara emasnya sangat disukai orang. Namun, pianis muda tampan bermata gelap yang pernah menyelipkan cincin di jarinya itu tetap tinggal dalam kenangan, dan hatinya mengatakan bahwa ia akan bertemu dengannya lagi. Ia pun berdoa agar Tuhan menuntunnya kepada lelaki itu.

Ketika berada di Los Angeles, Cathy diundang oleh teman wanitanya untuk menghadiri kantata Natal di Paviliun Dorothy Chandler. Ketika ia mengambil tempat duduk dan mempelajari jadwal acara itu, tiba-tiba terbacalah sebuah nama--Lee Smith, sang pianis pada malam kenangan itu. Mungkinkah ia lelaki berinisial "LS", tanyanya dalam hati. Ketika acara dimulai, ia tak ragu lagi. Ia memang pianis itu!!

'Apakah ia masih ingat padaku?' Ia bertanya-tanya. Ia hampir-hampir tak dapat menahan diri sampai pianis itu selesai tampil. Begitu layar ditutup, Cathy langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari ke belakang panggung. Ia menemukan ruang gantinya dan mengetuk pintu.

"Masuk," terdengar suara seorang pria.

Cathy memutar pegangan pintu dan masuk.

Mereka saling berpandangan. Lee menangkap sekilas cincin emas yang menjadi bandul kalung di leher wanita itu. Ia yang pertama kali bersuara.

"Kenapa lama sekali?" katanya sambil meringis nakal.

Mereka menghambur saling berpelukan dengan hangat dan penuh kasih.

Di ujung pengembaraan mereka, pernikahan adalah tali yang menyatukan dua kehidupan. Cinta mereka tumbuh dan semakin berkembang, sejak saat pertama kali mereka bertemu belasan tahun silam tanpa mereka sadari.

Source: Darlene Rubin


Beberapa insan meyakini akan adanya cinta pada pandangan pertama. Ketika akhirnya harus terpisah, kekuatan dan keteguhan hati adalah kunci untuk menjaga agar asa cinta itu tetap hidup, agar nyala api cinta itu tetap berkobar :rose:

Merah_Delima
 
Terakhir diubah:
JALAN BERSILANGAN

Dia melihat jam: 12.00 tengah malam. 15 menit lagi dia bisa pulang. Cynthia Adams telah bekerja sebagai perawat di ruang UGD Branson Memorial Hospital selama 6 tahun. Biasanya dia mendapat giliran kerja tengah malam. Meskipun memilih waktu kerja itu, dia tidak pernah merasa terbiasa dengannya. Di UGD, giliran kerja tengah malam kadang-kadang bisa seperti tempat duduk terdepan dalam pertunjukan film horor. Cynthia sudah bekerja di UGD nyaris sepanjang karirnya, lebih dari 20 tahun. Dia terus-menerus berkata pada dirinya sendiri nahwa dia butuh perubahan, bahwa mungkin dia bisa menjadi perawat di bangsal perawatan, tapi dia tidak pernah punya waktu untuk mengisi surat-surat yang dibutuhkan untuk kepindahan tugas itu.

Malam itu, cynthia bertukar giliran jaga dengan salah satu perawat yang bertugas siang hari, supaya dia bisa menghadiri workshop yang akan diadakan keesokan paginya. Saat jam menunjukan tengah malam, radio di belakangnya berbunyi dan memperdengarkan serangkaian nada rendah. Perawat yang bertugas, Ruby, mengangkat mikrofon untuk menjawab panggilan itu, dan Cynthia memusatkan perhatiannya kepada suara yang keluar dari speaker.

"Ada tabrakan mobil," lapor paramedis. "3 terluka. 2 akan datang ke tempat kalian."

Saat para medis menyebutkan data-data penting, Ruby mencatatnya pada lembar laporan. Secara instingtif, Cynthia membuat analisis awal dari luka-luka yang diderita tiap pasien.

"Waktu transport?" tanya Ruby.

"10 menit, paling lambat," jawab paramedis. "Salah satu keadaannya kritis."

Cynthia menunggu ambulans itu tiba sementara Ruby melengkapi data administrasi. Dia menyukai dan menghormati Ruby, dan dia tahu bahwa saat di bawah tekanan kadang-kadang Ruby menjadi panik. Melihat naik-turunnya bahu Ruby, Cynthia tahu bahwa Ruby sedang panik. Dia melihat jam lagi: 12.05, sepuluh menit lagi. Dia mengembuskan nafas dan mengambil keputusan.

"Aku akan mengurus yang satu ini, Ru" kata Cynthia, sambil meraih sepasang sarung tangan karet.

"Kau yakin?" tanya Ruby, dengan tatapan penuh rasa terima kasih.

"Tentu" jawab Cynthia. "Tapi

setelah itu aku pulang"

Ruby menyelesaikan pembicaraan dengan paramedis dan memberikan data-data penting kepada Cynthia supaya dia bisa mulai mencatat keadaanya.

Seperti yang dilaporkan, salah satu korban kecelakaan itu kondisinya sangat buruk. Meskipun ternyata hanya dibutuhkan waktu 6 menit untuk membawanya ke rumah sakit, dia sudah kehilangan banyak darah. Tim UGD yang pertama berlari ke pintu, membawa korban masuk dan mulai menanganinya.

Sementara Cynthia menunggu korban yang kedua dengan sabar, ia mencatat informasi dari petuhas polisi yang telah membantu di tempat kejadian kecelakaan itu. 2 remaja yang mabuk narkoba telah menerobos lampu merah dan menabrak sisi mobil sepasang orang tua itu. Sang suami, Joshua Banks, berusia 83 tahun, mengalami cedera kepala yang parah, melihat dari tanda-tandanya, luka dalam dan luka luar yang mengerikan. Jejak darah selebar setengah meter terbentuk sepanjang lorong menuju bilik UGD tempat pak Banks dirawat.

Ambulans kedua tiba membawa bu Banks, berusia 79 tahun. Dia mengalami patah tulang lengan, tapi tidak ada cedera serius lainnya. Saat pintu ambulans terbuka, Cynthia langsung melihat tatapan khawatir di wajah wanita tua itu.

"Di mana Joshua?" tanya bu Banks, saat paramedis mengeluarkan usungannya dari dalam mobil. "Aku harus menemui Joshua-ku."

"Dokter sedang merawatnya," kata Cynthia. "Saat ini kami harus merawat anda bu."

"Aku baik-baik saja," balas bu Banks. "Aku ingin melihat suamiku."

"Saya mengerti kekhawatiran anda bu," kata Cynthia lembut namun tegas. "Biarkan saya memeriksa tekanan darah anda bu, lalu saya akan mencari tahu tentang keadaan suami ibu."

Bu Banks menatap mata Cynthia lalu mengulurkan tangannya yang sehat.

"Aku benar-benar tidak apa-apa" katanya berkeras.

Saat Cynthia mengukur tekanan darah, detak jantung, dan suhu tubuhnya, dia mengamati bu Banks. Wanita tua itu tampak sehat dan terawat. Meskipun wajahnya tampak tegang, ada kelembutan di matanya yang mengisyaratkan bahwa pasiennya ini baik hati.

"Siapa nama depan anda bu?" Tanya Cynthia, berusaha mengalihkan bu Banks dari kekhawatirannya.

"Anita," jawab wanita itu. "Teman-temanku biasa memanggilku Nita"

"Anda ingin saya memanggil anda siapa?"

Anita Banks tampak terkejut, tapi senang. Pundak dan wajahnya tampak sedikit lebih santai.

"Nita saja."

"Oke Nita," kata Cynthia. "Tekanan darahmu agak tinggi. Aku yakin mengkhawatirkan suamimu tidak akan membuat keadaan itu lebih baik. Dia dalam penanganan yang baik."

"Kurasa kau benar," kata Nita, tampak ragu-ragu. "Tapi aku benar-benar ingin melihat suamiku. Saat ini ulang tahun pernikahan kami, dan... aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa dirinya."

Cynthia menepuk pundak Nita dengan lembut.

"Maukah kau menemaniku sebentar?" tanya Nita pelan.


Lanjut ke bawah yaahh...
 
Cynthia mempertimbangkan sejenak. Saat itu jam 12.17, dua menit lewat dari giliran tugasnya. Dia harus menghadiri workshop jam 07.00 keesokan paginya; dia benar-benar butuh istirahat. Dia menatap Nita.

"Tentu saja," katanya. "Pertama-tama, aku akan melihat keadaan pak Banks, sementara dokter merawat tangan anda."

"Tolong panggil dia Joshua. Dia tidak suka dipanggil pak Banks."

Cynthia tersenyum. "Akan kulihat keadaan Joshua kalau begitu, lalu aku akan segera kembali."

Saat Cynthia berjalan ke pos jaga perawat, Ruby melirik jam. "Seharusnya kau sudah pulang."

"Aku tahu, tapi bu Banks memintaku untuk menemaninya sebentar. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan suaminya, dan hari ini ulang tahun pernikahan mereka."

Ruby mengangguk.

"Bagaimana keadaan suaminya?" tanya Cynthia sambil meraih catatan kondisi pak Banks.

"Buruk."

Cynthia membaca catatan itu dan meletakkannya kembali ke meja. Pak Banks mengalami cedera organ dalam yang parah. Para dokter masih berusaha membuat keadaanya menjadi stabil.

"Maukah kau memberitahuku begitu ada kabar?" tanyanya pada Ruby.

"Tentu saja."

Saat Cynthia kembali ke kamar Nita, wajah wanita tua itu penuh kelegaan. Cynthia menarik kursi ke dekat tempat tidur dan duduk.

"Berapa lama kalian sudah menikah?" tanyanya pada bu Banks.

Tubuh Nita menjadi sedikit lebih santai di tempat tidur.

"48 tahun" kata Nita pelan.

Cynthia sering bertanya-tanya bagaimana rasanya punya orang tua yang saling mencintai. Orang tua angkatnya sering bertengkar dan akhirnya bercerai saat dia berusia 10 tahun.

"Kau sangat mencintainya, bukan?"

"Ya, memang," kata Nita.

Tatapannya mengabur, seolah sedang melamun, lalu dia tersenyum dan meneruskan.

"Aku bertemu Joshua di sebuah kafe kecil, tidak jauh dari tempat aku dibesarkan. Aku sedang berjalan-jalan dengan sahabatku dan saudarinya. Joshua datang bersama seorang temannya, dan mereka duduk di meja di sebelah kami."

Nita berhenti, matanya berbinar-binar saat ia mengingat-ingat malam penting yang sudah lama berlalu itu.

"Kami pasti telah duduk diam selama 10 menit penuh sebelum akhirnya dia berdehem, dan saat itu aku mendongak, dia tersenyum. Dari senyum pertama itu, aku tahu aku mencintainya. Saat itu juga aku tahu bahwa dialah pria yang akan menikah denganku. Dan kau tahu? Aku yakin dia juga merasakan hal itu."

Cynthia mengangguk. Dia nyaris menangis. Ingatan masa kanak-kanak tentang pertengkaran antara ibunya dan berbagai teman kencannya berputar dalam benaknya.

"Suatu hari kau akan mengalaminya," kata Nita.

"Kurasa tidak"

Nita mengulurkan tangan untuk memegang tangan Cynthia dan meremasnya dengan cara begitu lembut dan menenangkan, yang merupakan hal baru bagi Cynthia. Dia tidak pernah menerima cinta kasih dari ibunya yang bersikap menjauh dan kejam.

"Aku pernah punya anak perempuan," kata Nita dengan nada melamun.

"Oh? Apa yang terjadi padanya?"

"Kami masih muda, dan Joshua pergi berperang," kata Anita. "Ibuku menyarankan agar aku tidak membesarkan bayiku sendiri, tapi aku berkeras merawatnya sendiri. Lalu aku mendapat kabar bahwa Joshua terbunuh dalam tugas, dan aku memberikan bayiku untuk diadopsi. Aku tidak tahu, sampai terlambat untuk mendapatkan anak itu lagi, bahwa Joshua masih hidup. Aku tidak pernah berhenti berharap kejadiannya tidak seperti itu."

"Aku anak adopsi," kata Cynthia. "Aku selalu ingin mengenal ibu kandungku."

Nita sedang akan mengatakan sesuatu saat pintu terbuka dan dokter masuk ke dalam kamar.

"Bu Banks? Saya Dokter Telis," katanya. "Suami anda dalam kondisi stabil sekarang."

Nita dan Cynthia mengembuskan napas lega dan berpelukan.

"Dia mengalami cedera tengkorak dan beberapa luka dalam, jadi kami memasukkannya ke kamar perawatan supaya bisa mengawasinya, tapi dia akan baik-baik saja."

Dokter itu pergi, dan Cynthia memandang Nita.

"Kurasa lebih baik aku pulang sekarang," kata Cynthia.

"Terima kasih, kau mau menemaniku," kata Nita.

"Terima kasih kembali. Dan terima kasih juga untuk obrolannya. Senang bertemu denganmu."

"Jalan kita bersilangan untuk suatu alasan," kata Nita. "Kau tidak pernah tahu ke mana percakapan santai dengan seorang asing akan membawamu."

Cynthia pergi ke pos jaga para perawat untuk menyelesaikan mengisi data pekerjaannya.

"Di mana barang-barang pribadi pak Banks dan bu Banks?" tanya Cynthia pada Ruby.

Ruby menunjuk sebuah keranjang di belakang meja. Cynthia duduk dan menuangkan isinya ke atas meja. Sebagai perawat yang bertugas, sebenarnya tanggung jawab Ruby-lah untuk mengumpulkan, manandai, dan menyimpan barang-barang pribadi pasien, tapi untuk beberapa alasan, Cynthia merasa ingin melakukannya.

Dia menandai barang-barang milik Nita terlebih dulu: tas kecil dengan isi yang biasa: lipstik, tempat bedak, dompet. Dia membuka dompet itu untuk menghitung uang di dalamnya--sesuai kebijakan rumah sakit--dan menuliskan 11,38 dollar di daftar isian. Dia sedang memasukkan dompet itu ke dalam kantong saat ia melihat foto di dalamnya: foto tua Nita dan Joshua. Saat ia memasukan dompet itu ke dalam kantong, selembar foto lain terjatuh. Dia mengambil foto itu, dan saat akan mengembalikannya ke dalam dompet, tulisan tangan di baliknya menarik perhatian Cynthia: "Putriku, Taby."

Cynthia membalik foto itu. Nafasnya tercekat. Dia meraih ke bawah lemari untuk mencari tasnya sendiri, menarik keluar dompetnya, dan membukanya untuk mencari foto-fotonya. Paling atas terletak foto Cynthia sebagai bayi baru lahir, yang kata ibu angkatnya diberikan oleh ibu kandungnya. Foto itu sama persis dengan foto dalam dompet nita.

Dengan perasaan terkejut, Cynthia berlari kembali ke kamar tempat Nita dirawat dengan membawa kedua foto itu. Ia mendapati Nita sedang duduk termenung di tempat tidur, sambil memandang ke luar jendela.

"Ibu?" tanya Cynthia dengan nada tertahan.

Nita berpaling dan tersenyum. Saat itu jam 01.00

-----Jamie D'Antoni-----

Source: a cup of comfort -edited by Colleen Sell-

Segala sesuatu akan indah pada waktunya, dan kita tidak akan pernah tahu kapan saat itu akan datang. Tetapi yakinlah, Sang Pencipta semesat tidak akan pernah membiarkan insan ciptaanNya selalu hidup dalam penantian itu. JANGAN PADAMKAN API HARAPANMU. :rose:

Merah_Delima
 
Terakhir diubah:
Kang ujang, terima kasih untuk ide nyatuin semua cerita dlm satu thread..dan bener juga ga ada yang tercecer..

terima kasih banyak ya kang ..semoga ada manfaat yg bisa dipetik dari thread ini:rose:

Sama2 ra...:rose:

Jelas bermanfaat, karna mengingatkan kita terkadang hal2 yg kita anggap sepele ternyata berdampak besar dlm hidup kita...:kopi:
 
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd