Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ilman Menghamili Ibu

Bimabet
Mau ngelanjutinnya kayak gimana ane juga bingung, mungkin ada saran dari para suhu sekalian.
Kalo boleh buat cerita nya emak nya lg hamil sampe beranak hu. Tp kalo ada cerita lain lg hu yg lebih mantap. Semangat suhu.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Seminggu kemudian pada malam harinya Ayah akhirnya tiba dirumah. Aku dan Ibu menyambutnya dengan antusias. Ayah membawakan kami banyak oleh-oleh dari Palangkaraya. Setelah membuka oleh-oleh dari Ayah kami pun menuju meja makan untuk makan bersama. Aku dan Ayah memuji masakan Ibu pada malam itu karena porsinya yang banyak dan terasa lezat. Di waktu makan Ayah menanyakan apa saja yang kami lakukan selama 3 bulan ia berada di luar kota dan menanyakan apakah aku menjaga Ibu dengan baik. Ibu menjawab bahwa selama 3 bulan ini aku dan Ibu menunggui rumah dan ketika akhir pekan jika aku tidak ada acara dengan teman kami berdua biasa jalan-jalan menemani Ibu belanja atau makan berdua di restoran. Ayah memujiku karena telah menjalankan tugas dengan baik. Makan malam saat itu banyak diselingi canda tawa dari Ayah, aku pun sesekali menanggapi candaannya begitu juga dengan Ibu.

"Hebat kamu ya Man, bisa gantiin tugas Ayah buat jagain Ibu kita yang cantik ini hehehehe". Canda Ayahku yg dibalas dengan cubitan ringan dari Ibuku

"Iya dong yah, nanti kalo gak dijagain bisa-bisa Ibu diapa-apain lagi sama orang kan nanti kita yang repot". Balasku pada Ayah.

"Tapi kamu gak ngehamilin Ibu kamu kan kayak sama Vira dulu? Awas ya kalo sampe kayak gitu tak jadikan rawon dagingmu itu hahahahaha". Balas Ayahku

"Ih Ayah becandanya kok gitu, Ilman kemaren jagain Ibu dengan baik kok, Ya gak Man?". Tanya Ibuku sambil mengerlingkan matanya

"Tau nih Ayah, bukannya ngasih motivasi malahan ngungkit-ungkit masa lalu". Kataku sambil memanyunkan bibir.

"Maaf deh, Ayah cuma bercanda kok, yaudah dilanjut gih makannya nanti keburu dingin lagi. Ujar Ayahku meminta maaf dan mengalihkan pembicaraan.

"Oh Ayah maafkan aku, sebenarnya selama 3 bulan kepergianmu kemarin, aku sudah menanamkan benih spermaku ke dalam rahim istrimu yaitu Ibu kandungku sendiri, semoga kau mau menerima anak dalam kandungan Ibu itu sebagai anakmu". Kataku dalam hati.

Selesai makan aku dan Ibu menuju ruang keluarga untuk menonton TV sementara Ayah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sewaktu menonton aku memberanikan diri untuk bertanya pada Ibu.

"Bu, usia kandungan Ibu udah berapa bulan?". Tanyaku padanya.

"Udah hampir sebulan sih Man, memangnya kenapa?". Balas Ibuku.

"Aku takut Ayah tahu perbuatan kita Bu, aku ngerasa bersalah waktu ngobrol pas makan malam tadi". Kataku sambil menyenderkan kepalaku pada bahunya.

"Udah kamu gak usah pikirin itu sayang, biar nanti itu urusan Ibu buat ngeyakinin Ayahmu, sekarang mendingan kamu fokus buat nyelesaikan skripsimu biar nanti bisa lulus dan dapet kerjaan". Kata ibuku menenangkanku dan mengalihkan pembicaraan.

"Makasih ya Bu buat pengertiannya, nanti aku bakal berusaha nyelesaikan skripsiku biar nanti bisa bahagiain Ibu". Kataku sambil beringsut tidur di pahanya yang mulus sembari mencium perutnya yang sekarang terisi "dedek bayi" hasil semprotan spermaku ke rahimnya selama 3 bulan belakangan ini.

Ibuku pun tersenyum sambil membelai kepalaku dan memegang tanganku untuk diusap-usapkan ke perutnya yang sedang "berisi" ini. 10 menit kemudian ketika Ayah selesai mandi, aku pun bangun dan minta izin Ibuku untuk tidur karena mataku yg sudah berat.

Keesokan malamnya, aku mendengar suara desahan dari kamar orang tuaku, rupanya mereka tengah melepas kangen selama 3 bulan ini. Aku berinisiatif untuk mengintip apa yang terjadi di dalam sana. Saat aku melihat ke dalam, terlihat Ayah sedang menindih Ibu dan menyodok vaginanya dengan kencang, mereka mendesah-desah dengan hebat.

"Oh bu, punyamu kok makin tebel ya dibanding sebelum Ayah tinggal 3 bulan kemarin, Ayah jadi keenakan ini Ohh Ohh Ohh". Kata Ayahku sambil mendengus-dengus.

"Ayah juga making ganas aja, waktu 3 bulan di Palangkaraya beneran "puasa" atau malah "jajan" sama cewek disana Ohh Ohh Ohh". Tanya Ibuku yang juga ikut mendesah karena sodokan Ayah.

"Ayah disana beneran puasa kok Bu, soalnya cewek disana gak ada yang secantik Ibu Ohh Ohh Ohh". Balas Ayahku.

"Ih Ayah udah tua masih aja gombal". Kata Ibuku sambil mencubit hidung Ayahku yang mancung.

Pergumulan itu pun berlanjut hingga 10 menit kemudian mereka menggeram bersama sambil mengeluarkan cairan masing-masing. Tubuh Ayahku pun ambruk menindih tubuh Ibuku sambil meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan mereka tadi.

Setelah selesai menonton persetubuhan mereka, aku pun pergi ke kamar untuk meredakan nafsuku dengan bermasturbasi sembari membayangkan persetubuhan dengan Ibuku. Setelah keluar cairan spermaku, walaupun terasa kurang nikmat tapi nafsuku lumayan mereda dan akhirnya aku pun tertidur lelap hingga keesokan harinya.

Beberapa hari kemudian, aku pun kembali aktif kuliah karena masa liburan sudah usai. Aku pun berusaha sesuai dengan janjiku pada Ibu untuk menyelesaikan kuliahku yang tinggal sedikit lagi. Aku dan Ibu masih melakukan hubungan seks secara teratur walaupun tidak sesering seperti waktu aku libur dikarenakan kesibukan skripsi.

Sebulan kemudian waktu sore hari aku mendengar suara percakapan dari kamar orang tuaku.

"Ibu kok bisa hamil sih, padahal kan usia Ibu udah cukup tua lho, udah 45 tahun". Tanya Ayahku keheranan.

"Ya jelas masih bisa Yah, walaupun usia Ibu udah 45 tahun tapi Ibu masih produktif dan gak pernah pake KB. Inget gak sebulan lalu waktu Ayah baru pulang dari Palangkaraya, keesokan malamnya Ayah setubuhin Ibu habis-habisan kan sampai sperma Ayah keluar di dalem rahim Ibu banyak banget? Nah waktu itulah Ibu lagi masa subur-suburnya". Kilah Ibuku sambil beralibi.

"Yaudah lah, kalo udah terlanjur hamil mau diapain lagi, yang penting jaga kandunganmu ya Bu jangan sampai kecapean. Maafin kata-kata Ayah yang tadi ya". Kata Ayahku sambil memeluk tubuh Ibuku dengan erat.

"Gak apa-apa yah, mungkin udah takdir kita untuk punya anak lagi di usia segini". Jawab Ibuku yang juga membalas pelukan Ayahku dengan erat.

Melihat pertengkaran kecil mereka mereda aku pun langsung pergi ke kamarku lalu menguncinya. Di dalam kamar aku menangis menyesali perbuatanku karena gara-gara akulah Ayah dan Ibu sempat bertengkar kecil tadi perihal kehamilan Ibu. Untung saja mereka berdua cepat saling bermaafan dan keadaan kembali membaik. Aku bertekad untuk menyelesaikan skripsiku lebih cepat agar bisa membahagiakan Ayah dan Ibu plus "dedek bayi" yang ada di kandungan Ibu saat ini.

Malam harinya sewaktu di ruang makan, Ayah memberitahukan padaku bahwa aku akan punya "adik" lagi. Aku pun pura-pura terkejut dan senang mendengar berita ini. Ayah berpesan padaku untuk tidak menyusahkan Ibuku yang sedang hamil dan juga bergantian menjaga Ibu kalau ia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Aku pun mengiyakan pesan Ayah dan berjanji untuk menjaga Ibu dan "adikku" yang ada di dalam kandungannya.

Setelah makan seperti biasa aku dan Ibu langsung menuju ruang keluarga untuk menonton TV, sedangkan Ayahku menuju ruang kerjanya karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Di sela-sela menonton TV kami pun mengobrol perihal kehamilan Ibu.

"Ibu pintar ya bisa ngeyakinin Ayah kalo bayi dalam kandungan Ibu ini dari benihnya Ayah, padahal kan bayi ini". Kataku sambil mengusap perut Ibu.

"Itu udah jadi tugas Ibu sayang, yang penting sekarang kamu fokus sama skripsiku aja". Kata Ibuku memotong kata-kataku yang tidak aku selesaikan tadi.

Aku pun langsung memeluk Ibuku dengan satu tangan dan mencium bibirnya sembari satu tanganku yang lain mengusap-usap perutnya sebagai tanda sayang. Ibu menegurku karena Ayah sedang ada di rumah. Aku pun menghentikan aksiku lalu melanjutkan nonton TV dengan Ibu sambil bersikap biasa layaknya Ibu dan anak.

Beberapa bulan kemudian tidak terasa usia kandungan Ibu telah mencapai 7 bulan. Hal itulah yang membuat perut dan payudara Ibu sudah semakin membesar dan badannya mulai melar. Melihat perubahan tubuhnya tersebut membuat aku semakin bergairah padanya. Sewaktu pagi sesudah Ayah berangkat kerja, karena hari ini aku tidak ada jadwal konsultasi skripsi dengan dosenku, aku memutuskan untuk dirumah saja agar bisa menikmati tubuh Ibuku.

Aku melihat Ibu sedang tertidur kecapaian setelah menemani Ayah sarapan, untung saja ada Bi Minah yang membantu di rumah, kalo tidak pasti Ibu kewalahan mengurus rumah. Melihat itu aku berinisiatif untuk menggendong Ibu ke kamarnya, sewaktu aku membawa Ibu ke kamar aku berpapasan dengan Bi Minah dan bertanya padaku yang sedang menggendong Ibu.

"Ibu mau dibawa kemana den Ilman?" Tanya Bi Minah.

"Aku mau bawa Ibu ke kamarnya Bi, kasian soalnya tadi ngeliat Ibu ketiduran di sofa, aku takut Ibu jatuh dari sofa". Jawabku pada Bi Minah.

"Yaudah hati-hati gendongnya den Ilman, biasa orang kalo hamil tua emang bawaannya sering kecapean melulu". Ujar Bi Minah menasihatiku.

"Iya bi, ini aku gendongnya pelan-pelan kok". Jawabku padanya.

"Den tadi Bibi udah bikinin nasi goreng buat Aden sarapan, nanti kalo udah bawa Ibu ke kamarnya, Den Ilman langsung sarapan ya soalnya Aden kan belum sarapan apalagi ngegendong Ibu ke kamarnya pasti lapar dan capek banget". Ujar Bi Minah yang memang perhatiannya membuatku seperti punya Ibu kedua.

"Iya makasih ya Bi." Ucapku berterima kasih.

"Den maaf ya Bibi gak bisa lama-lama soalnya Bibi ada acara nikahan sodara di Kendal, jadi nanti abis bersih-bersih Bibi mau langsung kesana, Oh ya nanti kalo Ibu udah bangun bilangin Bibi izin ya". Kata Bi Minah memohon Izin.

"Iya nanti aku sampaikan ke Ibu, oh ya kapan Bibi pulangnya?". Tanyaku padanya.

"Besok juga udah pulang kesini Den, yaudah Bibi lanjut bersih-bersih dulu ya. Kata Bi Minah.

"Ok Bi". Tutupku

Aku pun langsung membawa Ibu ke kamarnya dan membaringkannya diatas ranjang. Setelah itu aku mengisi perut dengan sarapan dan mandi. Setelah mandi aku mengecek keadaan dan kulihat Bi Minah sudah tidak ada dirumah. Aku pun langsung menuju kamar Ibuku untuk melampiaskan nafsuku yang sudah di ubun-ubun.

Aku pun langsung membuka pintu kamar Ibuku lalu menguncinya supaya aman dan kulihat ia masih tertidur pulas disana. Satu jam sudah kutinggal rupanya Ibu masih berbaring terlentang dengan desahan nafasnya yang terdengar halus. Melihat tubuh putih mulusnya dengan payudaranya yang membesar karena hamil membuat nafsuku kian terbakar. Aku pun mulai menciumi wajahnya seperti kening, pipi, dan bibir, lalu turun ke lehernya. Pelan-pelan kubuka baju Ibuku dan celananya lalu kulemparkan ke lantai kamar sehingga ia telanjang bulat sampai tidak ada sehelai benang pun menutupi tubuhnya.

Setelah berhasil menelanjanginya, aku juga melucuti baju dan celanaku dan kulempar ke lantai sehingga aku juga sama-sama telanjang bulat seperti Ibu dengan penisku yang mengeras sempurna dan mengangguk-angguk minta dimasukkan ke Vagina Ibu

Aku pun menciumi tubuhnya dan kuhirup wangi sabun yang masih segar di tubuhnya. Rupanya Ibu sudah mandi tadi pagi sama sepertiku. Aku pun mulai menciumi payudara lalu turun ke perut, paha dan vaginanya. Kujilati vaginanya yang mulai becek karena terangsang, kemudian aku kembali ke payudaranya untuk mencium dan menjilatinya. Aku memberanikan diri untuk menghisap payudaranya dan benar saja, aliran ASI yang manis mulai masuk ke mulutku dan kutelan dengan lahap. Sungguh lezat air susu Ibuku membuatku ketagihan untuk menghisapnya.

Setelah puas menghisap air susunya, aku pun tidak sabar untuk menikmati tubuhnya yang sedang hamil itu. Selanjutnya kumiringkan tubuh Ibuku membelakangi arahku mengingat kondisi perutnya yang sedang hamil 7 bulan membuatku tak mungkin menyetubuhinya dalam kondisi konvensional. Setelah berhasil kumiringkan, kuangkat sedikit kakinya lalu kumasukkan penis besarku ke dalam vaginanya secara perlahan-lahan.

Setelah berhasil memasukkan semua penisku, barulah tubuh Ibuku mulai menggeliat mengeluarkan desahan namun matanya masih dalam kondisi terpejam. Aku merasa sepertinya Ibu sangat kelelahan sekali saat ini tidak seperti biasanya, padahal sewaktu belum hamil ketika tertidur pulas, kalau kucium bibirnya sedikit saja pasti Ibu langsung bangun. Aku pun mulai menggenjotnya dengan pelan.

5 menit sudah aku menggenjot tubuhnya sambil mendesah pelan, kulihat Ibuku mulai sadar dan membalikkan lehernya menghadap ke arahku dan memandangku dengan tatapan sayu.

"Man, Ibu lagi capek banget nih kok malahan kamu sodok sih?". Tanya Ibuku pelan.

"Aku gak tahan waktu ngeliat Ibu tidur di sofa tadi makanya aku bawa Ibu ke kamar biar lebih bebas buat ngegenjot Ibu Ohh Ohh Ohh". Jawabku sambil mendesah.

"Nanti ketahuan Bi Minah lho sayang". Ujar Ibuku dengan tatapan sendunya.

"Tenang Bu, Bi Minah tadi udah izin sama aku buat ngehadirin nikahan sodaranya di Kendal, katanya sih besok baru pulang". Kataku menyampaikan pesan Bi Minah tadi pada Ibu.

"Yaudah gak apa-apa, tapi kamu genjotnya yang pelan ya, ingat lho sama anak kembarmu yg ada di rahim Ibu". Ibuku mengingatkan.

Aku pun melanjutkan genjotanku dengan perlahan. 30 menit sudah aku menggenjot tubuhnya. Tidak ada tanda-tanda aku untuk orgasme, sementara Ibu sudah 2 kali mencapai orgasmenya. Aku pun berinisiatif untuk mengubah posisi menjadi doggie style. Kuberanikan diri untuk meminta ia mengubah posisinya menjadi menungging.

"Bu, ganti posisi jadi nungging dong, kalo posisi nyamping kayak gini terus aku jadi tambah lama keluarnya". Pintaku pada Ibu.

"Aduh Ibu udah capek banget ini sayang". Keluh Ibuku.

"Ayolah Bu, sekali aja, biar aku bisa cepet keluar". Kembali aku meminta padanya.

Akhirnya Ibu pun menuruti permintaanku untuk menungging. Aku pun pada awalnya kembali menggenjotnya dengan perlahan seperti pada posisi awal tadi. Namun, karena merasa ingin cepat keluar, kupercepat genjotanku pada vaginanya. Merasa sodokanku makin keras. Ibuku pun kembali memperingatkanku untuk melakukannya dengan perlahan.

"Man, yang pelan dong genjotnya, ada anak kembarmu ini rahim Ibu Ohh Ohh Ohh" kata Ibuku kembali mengingatkanku sambil mendesah nikmat.

"Sabar bu, bentar lagi aku juga keluar kok tenang aja". Jawabku menenangkannya.

10 menit kemudian, aku merasakan ujung penisku mulai geli dan ingin menyemburkan isinya. Ketika akan keluar, terbayang dalam otakku ingatan rangkaian peristiwa persetubuhanku dengan Ibu dari awal sebelum hamil sampai akhirnya Ibu hamil anak kembarku sekarang. Bayangan itulah yang membuat aku menjadi lebih bernafsu dengan Ibuku saat ini dibandingkan dengan sebelumnya. Kupercepat genjotanku pada Ibu sampai pada akhirnya kutekan penisku dalam-dalam dan akhirnya keluarlah spermaku dalam jumlah yang luar biasa dahsyat.

"Ohh bu aku mau keluar, ini terima spermaku Bu Ohh Ohh CROOOOT CROOOOT CROOOOT CRUOOOT CRUOOOT CROOOOT Ahh Ahh". Teriakku sambil mengeluarkan spermaku lebih banyak ke tubuh Ibuku dibandingkan dari biasanya.

"Ohh Man, Ibu juga keluar lagi sayang CREEET CREEET CREEET CREEET Ahh Ahh". Balas Ibuku yang juga sudah keluar untuk ketiga kalinya.

Akhirnya aku dan Ibu pun berhasil mencapai kenikmatan maksimum dari persetubuhan kami pagi ini. Aku pun mencabut penisku dari vaginanya dan membantunya untuk mengubah posisinya dari menungging menjadi berbaring miring menghadapku. Setelah itu kami pun berbicara santai.

"Man, tadi kok Ibu ngerasa sperma kamu keluarnya banyak banget lebih banyak dari biasanya". Ujar Ibuku keheranan.

"Iya bu soalnya pas tadi aku mau keluar aku jadi terbayang persetubuhan kita dari awal sebelum Ibu hamil pas kita baru pulang beli gaun Ibu di butik sampai terakhir Ibu hamil anak kembarku seperti saat ini". Ujarku sembari mencium kening dan memeluknya.

"Senafsu itukah kamu sama Ibu Man, sampai ngebuat Vagina Ibu banjir kayak gini". Tanya Ibuku membalas pelukanku.

"Bukan hanya nafsu Bu, tapi aku juga mencintaimu sebagai orang yang paling berharga dalam hidupku, I Love You Ibu". Ujarku dengan mesra.

"Love You Too Sayang". Balas Ibuku.

Beberapa saat kemudian aku melepaskan pelukanku dan melihat spermaku keluar dari vagina Ibuku terus mengalir ke pahanya dan sedikit mengenai sprei. Aku pun berinisiatif untuk mengambil kain lap yang ada di kamar Ibu untuk membersihkan tubuh Ibuku dari aliran spermaku. Setelah selesai kami pun tertidur berdua sambil berpelukan mesra di kamar Ibu hingga siang harinya.

Kurang lebih 2 bulan kemudian, di usia yang ke 46 tahun Ibu akhirnya melahirkan anak kembarku di rumah sakit di rumah sakit ditemani oleh aku dan Ayah. Mereka berdua kembar beda kelamin. Setelah berembuk kami sepakat menamai mereka Rangga dan Arini. Sewaktu Ayah keluar menerima Telfon aku pun berbincang dengan Ibu.

"Man, Rangga mirip banget ya sama kamu, liat deh hidungnya yang mancung sama badannya kekar. Persis kayak waktu kamu baru lahir". Ujar Ibuku.

"Arini juga mirip banget sama Ibu, liat aja rambutnya agak pirang gitu persis kayak Ibu". Ujarku sambil mengamati Arini.

"Namanya juga anak kita berdua pasti mirip sama Ayah dan Ibu kandungnya dong ya gak Man". Kata Ibuku sambil mengerlingkan matanya.

"Ehh Iya Bu hehehe". Ujarku sambil tertawa kecil.

2 bulan kemudian akhirnya aku pun diwisuda. Setelah berjuang selama 5 tahun akhirnya aku berhasil mencapai gelar sarjana. Hari ini aku begitu bahagia karena kedua orang tuaku plus kedua "adikku" ikut meramaikan wisudaku. Ibuku dengan dandanan cantiknya yang sangat khas seperti wanita Indo-Belanda dan Ayahku yang gagah dengan jas dan dasinya plus kedua "adikku" yang lucu membuatku begitu bahagia pada hari tersebut. Saat Ayah menyingkir sebentar untuk menerima Telfon, aku pun berbincang dengan Ibu.

"Ilman, inget ya sama kedua anakmu ini, kamu harus nafkahin mereka berdua karena mau bagaimana pun mereka berdua ini darah daging kamu". Kata Ibuku mengingatkanku sambil mengelus kepala mereka berdua yang tengah tertidur dalam kereta bayi.

"Tenang Bu, kemarin Ilman sudah dapat tawaran kerja dari perusahaan besar, gajinya juga lumayan, cuman mereka ngasih syarat untuk nunjukkin ijazah S1 kalo mau diterima kerja disana. Makanya Bu, Ilman belum bisa dapet kerjaan kemaren, tapi tenang aja kalo udah pegang ijazah Ilman yakin bisa diterima".

"Nah gitu dong, itu baru namanya "Ayah" yang bertanggung jawab sama anaknya hihihihi". Kata Ibuku sambil tertawa kecil.

Akhirnya kami pun saling tersenyum satu sama lain.

TAMAT
 
Terakhir diubah:
Seminggu kemudian pada malam harinya Ayah akhirnya tiba dirumah. Aku dan Ibu menyambutnya dengan antusias. Ayah membawakan kami banyak oleh-oleh dari Palangkaraya. Setelah membuka oleh-oleh dari Ayah kami pun menuju meja makan untuk makan bersama. Aku dan Ayah memuji masakan Ibu pada malam itu karena porsinya yang banyak dan terasa lezat. Di waktu makan Ayah menanyakan apa saja yang kami lakukan selama 3 bulan ia berada di luar kota dan menanyakan apakah aku menjaga Ibu dengan baik. Ibu menjawab bahwa selama 3 bulan ini aku dan Ibu menunggui rumah dan ketika akhir pekan jika aku tidak ada acara dengan teman kami berdua biasa jalan-jalan menemani Ibu belanja atau makan berdua di restoran. Ayah memujiku karena telah menjalankan tugas dengan baik. Makan malam saat itu banyak diselingi canda tawa dari Ayah, aku pun sesekali menanggapi candaannya begitu juga dengan Ibu.

"Hebat kamu ya Man, bisa gantiin tugas Ayah buat jagain Ibu kita yang cantik ini hehehehe". Canda Ayahku yg dibalas dengan cubitan ringan dari Ibuku

"Iya dong yah, nanti kalo gak dijagain bisa-bisa Ibu diapa-apain lagi sama orang kan nanti kita yang repot". Balasku pada Ayah.

"Tapi kamu gak ngehamilin Ibu kamu kan kayak sama Vira dulu? Awas ya kalo sampe kayak gitu tak jadikan rawon dagingmu itu hahahahaha". Balas Ayahku

"Ih Ayah becandanya kok gitu, Ilman kemaren jagain Ibu dengan baik kok, Ya gak Man?". Tanya Ibuku sambil mengerlingkan matanya

"Tau nih Ayah, bukannya ngasih motivasi malahan ngungkit-ungkit masa lalu". Kataku sambil memanyunkan bibir.

"Maaf deh, Ayah cuma bercanda kok, yaudah dilanjut gih makannya nanti keburu dingin lagi. Ujar Ayahku meminta maaf dan mengalihkan pembicaraan.

"Oh Ayah maafkan aku, sebenarnya selama 3 bulan kepergianmu kemarin, aku sudah menanamkan benih spermaku ke dalam rahim istrimu yaitu Ibu kandungku sendiri, semoga kau mau menerima anak dalam kandungan Ibu itu sebagai anakmu". Kataku dalam hati.

Selesai makan aku dan Ibu menuju ruang keluarga untuk menonton TV sementara Ayah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sewaktu menonton aku memberanikan diri untuk bertanya pada Ibu.

"Bu, usia kandungan Ibu udah berapa bulan?". Tanyaku padanya.

"Udah hampir sebulan sih Man, memangnya kenapa?". Balas Ibuku.

"Aku takut Ayah tahu perbuatan kita Bu, aku ngerasa bersalah waktu ngobrol pas makan malam tadi". Kataku sambil menyenderkan kepalaku pada bahunya.

"Udah kamu gak usah pikirin itu sayang, biar nanti itu urusan Ibu buat ngeyakinin Ayahmu, sekarang mendingan kamu fokus buat nyelesaikan skripsimu biar nanti bisa lulus dan dapet kerjaan". Kata ibuku menenangkanku dan mengalihkan pembicaraan.

"Makasih ya Bu buat pengertiannya, nanti aku bakal berusaha nyelesaikan skripsiku biar nanti bisa bahagiain Ibu". Kataku sambil beringsut tidur di pahanya yang mulus sembari mencium perutnya yang sekarang terisi "dedek bayi" hasil semprotan spermaku ke rahimnya selama 3 bulan belakangan ini.

Ibuku pun tersenyum sambil membelai kepalaku dan memegang tanganku untuk diusap-usapkan ke perutnya yang sedang "berisi" ini. 10 menit ketika Ayah selesai mandi, aku pun bangun dan minta izin Ibuku untuk tidur karena mataku yg sudah berat.

Keesokan malamnya, aku mendengar suara desahan dari kamar orang tuaku, rupanya mereka tengah melepas kangen selama 3 bulan ini. Aku berinisiatif untuk mengintip apa yang terjadi di dalam sana. Saat aku melihat ke dalam, terlihat Ayah sedang menindih Ibu dan menyodok vaginanya dengan kencang, mereka mendesah-desah dengan hebat.

"Oh bu, punyamu kok makin tebel ya dibanding sebelum Ayah tinggal 3 bulan kemarin, Ayah jadi keenakan ini Ohh Ohh Ohh". Kata Ayahku sambil mendengus-dengus.

"Ayah juga making ganas aja, waktu 3 bulan di Palangkaraya beneran "puasa" atau malah "jajan" sama cewek disana Ohh Ohh Ohh". Tanya Ibuku yang juga ikut mendesah karena sodokan Ayah.

"Ayah disana beneran puasa kok Bu, soalnya cewek disana gak ada yang secantik Ibu Ohh Ohh Ohh". Balas Ayahku.

"Ih Ayah udah tua masih aja gombal". Kata Ibuku sambil mencubit hidung Ayahku yang mancung.

Pergumulan itu pun berlanjut hingga 10 menit kemudian mereka menggeram bersama sambil mengeluarkan cairan masing-masing. Tubuh Ayahku pun ambruk menindih tubuh Ibuku sambil meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan mereka tadi.

Setelah selesai menonton persetubuhan mereka, aku pun pergi ke kamar untuk meredakan nafsuku dengan bermasturbasi sembari membayangkan persetubuhan dengan Ibuku. Setelah keluar cairan spermaku, walaupun terasa kurang nikmat tapi nafsuku lumayan mereda dan akhirnya aku pun tertidur lelap hingga keesokan harinya.

Beberapa hari kemudian, aku pun kembali aktif kuliah karena masa liburan sudah usai. Aku pun berusaha sesuai dengan janjiku pada Ibu untuk menyelesaikan kuliahku yang tinggal sedikit lagi. Aku dan Ibu masih melakukan hubungan seks secara teratur walaupun tidak sesering seperti waktu aku libur dikarenakan kesibukan skripsi.

Sebulan kemudian waktu sore hari aku mendengar suara percakapan dari kamar orang tuaku.

"Ibu kok bisa hamil sih, padahal kan usia Ibu udah cukup tua lho, udah 45 tahun". Tanya Ayahku keheranan.

"Ya jelas masih bisa Yah, walaupun usia Ibu udah 45 tahun tapi Ibu masih produktif dan gak pernah pake KB. Inget gak sebulan lalu waktu Ayah baru pulang dari Palangkaraya, keesokan malamnya Ayah setubuhin Ibu habis-habisan kan sampai sperma Ayah keluar di dalem rahim Ibu banyak banget? Nah waktu itulah Ibu lagi masa subur-suburnya". Kilah Ibuku sambil beralibi.

"Yaudah lah, kalo udah terlanjur hamil mau diapain lagi, yang penting jaga kandunganmu ya Bu jangan sampai kecapean. Maafin kata-kata Ayah yang tadi ya". Kata Ayahku sambil memeluk tubuh Ibuku dengan erat.

"Gak apa-apa yah, mungkin udah takdir kita untuk punya anak lagi di usia segini". Jawab Ibuku yang juga membalas pelukan Ayahku dengan erat.

Melihat pertengkaran kecil mereka mereda aku pun langsung pergi ke kamarku lalu menguncinya. Di dalam kamar aku menangis menyesali perbuatanku karena gara-gara akulah Ayah dan Ibu sempat bertengkar kecil tadi perihal kehamilan Ibu. Untung saja mereka berdua cepat saling bermaafan dan keadaan kembali membaik. Aku bertekad untuk menyelesaikan skripsiku lebih cepat agar bisa membahagiakan Ayah dan Ibu plus "dedek bayi" yang ada di kandungan Ibu saat ini.

Malam harinya sewaktu di ruang makan, Ayah memberitahukan padaku bahwa aku akan punya "adik" lagi. Aku pun pura-pura terkejut dan senang mendengar berita ini. Ayah berpesan padaku untuk tidak menyusahkan Ibuku yang sedang hamil dan juga bergantian menjaga Ibu kalau ia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Aku pun mengiyakan pesan Ayah dan berjanji untuk menjaga Ibu dan "adikku" yang ada di dalam kandungannya.

Setelah makan seperti biasa aku dan Ibu langsung menuju ruang keluarga untuk menonton TV, sedangkan Ayahku menuju ruang kerjanya karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Di sela-sela menonton TV kami pun mengobrol perihal kehamilan Ibu.

"Ibu pintar ya bisa ngeyakinin Ayah kalo bayi dalam kandungan Ibu ini dari benihnya Ayah, padahal kan bayi ini". Kataku sambil mengusap perut Ibu.

"Itu udah jadi tugas Ibu sayang, yang penting sekarang kamu fokus sama skripsiku aja". Kata Ibuku memotong kata-kataku yang tidak aku selesaikan tadi.

Aku pun langsung memeluk Ibuku dengan satu tangan dan mencium bibirnya sembari satu tanganku yang lain mengusap-usap perutnya sebagai tanda sayang. Ibu menegurku karena Ayah sedang ada di rumah. Aku pun menghentikan aksiku lalu melanjutkan nonton TV dengan Ibu sambil bersikap biasa layaknya Ibu dan anak.

Beberapa bulan kemudian tidak terasa usia kandungan Ibu telah mencapai 7 bulan. Hal itulah yang membuat perut dan payudara Ibu sudah semakin membesar dan badannya mulai melar. Melihat perubahan tubuhnya tersebut membuat aku semakin bergairah padanya. Sewaktu pagi sesudah Ayah berangkat kerja, karena hari ini aku tidak ada jadwal konsultasi skripsi dengan dosenku, aku memutuskan untuk dirumah saja agar bisa menikmati tubuh Ibuku.

Aku melihat Ibu sedang tertidur kecapaian setelah menemani Ayah sarapan, untung saja ada Bi Minah yang membantu di rumah, kalo tidak pasti Ibu kewalahan mengurus rumah. Melihat itu aku berinisiatif untuk menggendong Ibu ke kamarnya, sewaktu aku membawa Ibu ke kamar aku berpapasan dengan Bi Minah dan bertanya padaku yang sedang menggendong Ibu.

"Ibu mau dibawa kemana den Ilman?" Tanya Bi Minah.

"Aku mau bawa Ibu ke kamarnya Bi, kasian soalnya tadi ngeliat Ibu ketiduran di sofa, aku takut Ibu jatuh dari sofa". Jawabku pada Bi Minah.

"Yaudah hati-hati gendongnya den Ilman, biasa orang kalo hamil tua emang bawaannya sering kecapean melulu". Ujar Bi Minah menasihatiku.

"Iya bi, ini aku gendongnya pelan-pelan kok". Jawabku padanya.

"Den tadi Bibi udah bikinin nasi goreng buat Aden sarapan, nanti kalo udah bawa Ibu ke kamarnya, Den Ilman langsung sarapan ya soalnya Aden kan belum sarapan apalagi ngegendong Ibu ke kamarnya pasti lapar dan capek banget". Ujar Bi Minah yang memang perhatiannya membuatku seperti punya Ibu kedua.

"Iya makasih ya Bi." Ucapku berterima kasih.

"Den maaf ya Bibi gak bisa lama-lama soalnya Bibi ada acara nikahan sodara di Kendal, jadi nanti abis bersih-bersih Bibi mau langsung kesana, Oh ya nanti kalo Ibu udah bangun bilangin Bibi izin ya". Kata Bi Minah memohon Izin.

"Iya nanti aku sampaikan ke Ibu, oh ya kapan Bibi pulangnya?". Tanyaku padanya.

"Besok juga udah pulang kesini Den, yaudah Bibi lanjut bersih-bersih dulu ya. Kata Bi Minah.

"Ok Bi". Tutupku

Aku pun langsung membawa Ibu ke kamarnya dan membaringkannya diatas ranjang. Setelah itu aku mengisi perut dengan sarapan dan mandi. Setelah mandi aku mengecek keadaan dan kulihat Bi Minah sudah tidak ada dirumah. Aku pun langsung menuju kamar Ibuku untuk melampiaskan nafsuku yang sudah di ubun-ubun.
Mntap bingit hu, kalo bisa ibunya hamil kembar aja hu.
 
Udah ane bikin lengkap tuh, semoga para suhu disini bisa crot berjamaah ngebaca cerita ane.
 
Bikin cerita yg lain Hu yg ga kalah Mantep nya ama ini
Lancrotkan Hu
 
Ane masih newbie sebenarnya suhu, 2 cerita ane ini sebenarnya hasil adaptasi dari cerita lain alias copy the master. Tapi nanti ane usahain bakalan bikin cerita yg alurnya murni dari hasil pemikiran sendiri.
 
Wuiih :mantap:, walau dah selesai TS mau nerusin, dan akhirnya Taman. Thanks Suhu :beer:
 
Ane cuma berusaha mengembangkan ceritanya suhu sesuai permintaan para pembaca disini. Kalo cerita aslinya sih cuma cerpen biasa tanpa ada adegan seks. Terima kasih untuk apresiasinya.
 
ceritanya simple tapi bkin kentang, harus makin banyak bkin cerita biar makin ahli he he he lanjutkan suhu ditunggu cerita2 lainnya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd