Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
- Holiday! -

Hani



Sindy



Bella



Mamah



=====

"Ccupphh... Ccupphh... Sayangg aku buka bajunya yahh" ucapku kepada Hani disaat aku melepas ciumanku.

"Jangann sayang, nanti kalo Mamah kamu pulang ribet beres-beresnyaa... Ccupphh... Ccupphh.." balas Hani yang kemudian lanjut mencium bibirku.

"Ccupph... Tapi BH nya aku buka yaa, gapapa kann?" kembali ucapku dan Hani tersenyum mengangguk, dan kemudian aku langsung memasukkan tanganku ke dalam kaus yang sedang dia gunakan.

--

Sore ini, aku dan Hani sedang bermain dirumahku dan tentu saja kini kami berdua sedang bermain di dalam kamarku. Awalnya kami berdua bermain game SpongeBob di PS-ku. Namun karena makin lama menjadi bosan, kami menyudahi permainan dan mengganti agenda menjadi menonton film di TV ku dan tentu saja kami menonton sambil cuddling. Awalnya kami fokus menonton, namun lama kelamaan kami malah menjadi bosan hingga akhirnya kami mulai berciuman.

--

"Ccupph... Ccupphh... Ahh sayangg..." desah Hani ketika kugenggam dan kuremas payudaranya.

Kami berciuman sudah cukup lama sampai akhirnya aku mendengar suara pagar dibuka, pasti Mamah sudah pulang. Akupun langsung melepas ciumanku.

"Ccupphh... Sayangg mamah udah pulang, dilanjut kapan-kapan yah" ucapku melepas ciuman dan mulai beres-beres.

"Ahhh masih kepengennn" ucap Hani cemberut, namun tetap beres-beres dan selesai beres-beres, kami kembali menonton film.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka dan ada suara kaki yang melangkah di tangga mendekat kearah kamarku. Orang itu pun membuka pintu kamarku dan benar saja ternyata orang itu adalah Mamah.

"Loh ada Hani, toh? Hayoo di kamar berduaan ngapainn??" ucap Mamah.

"Tadi main PS tapi bosen, jadi sekarang lagi nonton film" balasku sambil menunjuk kearah TV.

"Ehh tante udah pulang??" ucap Hani yang kemudian langsung berjalan menghampiri Mamah untuk menyalimi tangannya.

"Iyaa, kamu dari jam berapa kesini, Han?" tanya Mamah.

"Dari siangg tante"

"Oooh gitu, eh Kak, Bella lagi nggak dirumah, ya?" tanya Ummi kepadaku.

"Tadi keluar sama Faisal, Mah. Katanya sih mau nonton tadi" balasku.

"Oooh, eh iya ini Mamah bawa Pizza, makan bareng-bareng yuk" ucap Mamah mengajakku dan Hani untuk makan di bawah.

--

Selama kami makan, kami tidak mengobrol banyak, namun Mamah sesekali bertanya kepadaku dan Hani, atau hanya sekedar menceritakan kegiatan Mamah selama bekerja tadi.

"Bay, Han, kalian nggak ada niatan pengen jalan-jalan kemana gitu? Kayaknya kalian kerjaannya main dirumah doang" tanya Mamah kepadaku dan Hani.

"Ngga tau sih, Mah. Belom kepikiran juga kita mau kemana Mah" balasku.

"Iya, Tan. Aku juga sebenernya pengen ngajakin Bayu main ke puncak cuma dia nggak pernah mau soalnya macet" ucap Hani ke Mamah.

"Oooh gitu, toh. Kalo main ke pantai gitu kalian mau nggak? Mamah tadi dikasih ini sama pasien Mamah" ucap Mamah sambil memberikan brosur kepada aku dan Hani.

"Dia nawarin Vila ke Mamah?" tanyaku ke Mamah dan Mamah hanya mengganguk.

"Bagus sih, Bay. Kalo mau kesana ajak yang lain juga, gimana?" tanya Hani.

"Sekalian tuh Bella sama Faisal diajak biar kenalan sama temen-temen kamu, kan dia katanya pengen masuk kampus kamu juga" ucap Mamah.

"Hmm, boleh sih, yaudah deh nanti dipikirin lagi maunya kapan" jawabku.

"Okedeh kalo begitu, yaudah Mamah tinggal
yah, Mamah mandi dulu. Abisin Pizza nya ya" ucap Mamah sambil mengelus-elus kepalaku dan kepala Hani yang masih tertutupi jilbabnya kemudian Mamah beranjak ke kamar.

Sekarang tinggal aku dan Hani yang berada di sofa di depan TV ini, dan Hani kulihat sedang tersenyum-senyum sendiri entah apa alasannya.

"Kenapa, sih?" tanyaku.

"Nggak, kok. Aku lagi kepikiran aja Mamah kamu goals banget"

"Goals gimana?"

"Iyah, cantik, karismatik, pinter lagi. Terus bisa ngelahirin anak yang ganteng dan cantik dan bisa ngedidik anak-anaknya dengan baik" jawab Hani yang memang belum tahu tentang Mamah.

"Ummm..." ucapku bingung menjawab perkataan Hani.

"Loh, kenapa??" tanya Hani.

"Sebenernya... Mamah bukan ibu kandung aku"

"Hah? Kamu serius?" ucap Hani keheranan.

"Iyaa, bunda meninggal pas aku masih 8 tahun, terus Ayah nikah sama Mamah pas aku 11 tahun" jelasku.

"Yaampun, maaf yah, Bay. aku nggak tau"

"Udah nggak papa kok, aku cuma takut kalo aku cerita ke kamu aku malah jadi kepikiran terus jadi sedih" jawabku.

Hani tidak mengatakan apa-apa, dan setelah menghabiskan pizza nya, aku dan Hani menonton TV sebentar dengan Hani menyandarkan kepalanya di pundakku. Tak lama kemudian, berhubung hari sudah mulai gelap, Hani memutuskan untuk pulang dan aku mengantarnya ke stasiun kereta yang tidak terlalu jauh dari rumahku.

--

Sesampainya di rumah, kulihat Mamah sedang duduk di sofa menonton TV dan masih mengenakan mukenanya. Mamah yang sadar atas kedatanganku pun langsung menyapaku.

"Loh Bay? Abis darimana?" tanya Mamah kepadaku.

"Abis nganterin Hani, Mah. Bella udah pulang, Mah?" jawabku kembali bertanya kepada Mamah.

"Belom, kak. Kenapa emang?"

"Nggak kok, nanya aja"

Akupun langsung berjalan menuju sofa dimana Mamah sedang duduk dan langsung merebahkan badanku disamping Mamah.

"Jadi gimana, Kak? Kamu minat itu main ke Vila nya? Kalo mau bisa Mamah telpon orangnya, kata dia didiskonin kok" tanya Mamah.

"Bagus sih, tapi jauh banget Mah kalo sampe ke ujung jawa" balasku.

"Makanyaa kan kamu nanti ngga sendirian, ajak yang lain juga biar bisa gantian nyupirr"

"Iyaa Mamah, yaudah aku ajakin yang lain dulu aja ya, nanti kalo udah fix baru Mamah bilangin, gimana?" ucapku ke Mamah dan Mamah hanya mengangguk.

--
(5 Hari kemudian)

"Barang udah masuk semua kan? Sung berangkat aja yaa" ucap Rama mengajak kami semua untuk langsung berangkat.

"Ehh masa kalian ngga pamit sama Tante dulu??" ucap Mamah menyuruh kami pamit terlebih dahulu, dan kami semua langsung berlari menuju ke Mamah untuk berpamitan.

"Hati-hati di jalan yah, kak. Jagain adek kamu" ucap Mamah kepadaku.

"Iya, mah. Yaudah aku jalan dulu yah" balasku yang kemudian langsung berjalan menuju ke mobil yang kugunakan.

Setelah Mamah memberitahukan kalau Mamah mendapatkan diskon untuk menginap di Villa yang berada di ujung kiri Jawa ini, aku langsung bersemangat untuk mengajak teman-temanku untuk menginap disana selama beberapa hari. Diantaranya yang ikut adalah Aku, Rama, Adi, Faisal, Hani, Sindy, dan Bella. Kami juga mengajak Oliv, Andre, dan kak Liya, namun mereka berhalangan untuk ikut sehingga kini hanya kami bertujuh yang akan kesana. Kami membawa dua mobil, dimana mobilku ditumpangi oleh aku, Faisal, Hani, dan Bella, sedangkan yang di mobil Rama sisanya.

Perjalanan menuju kesana pun sesuai seperti yang kuduga. Kurang lebih 6 jam perjalanan melewati jalan yang rusak di akhir sempat membuat kami putus asa, namun setelah sampai ke tempatnya, ternyata tempatnya sangat indah. Villa ini langsung menghadap ke pantai yang indah dan dikelilingi dengan pepohonan yang membuat semuanya terlihat menjadi lebih sejuk.

Singkat cerita, kini kami sudah sampai di Vila, dan kami tiba di waktu yang tepat karena kami sampai disini jam 3 sore sehingga kami tidak perlu menunggu lama untuk melihat matahari terbenam.

"Ahhh gila pantat gua pegel bet Ram 6 jam-an duduk di mobil" ucapku kepada Rama ketika aku keluar dari mobilku.

"Iya dah, biasanya perasaan kalo balik kuliah bawa mobil ga sepegel ini" balas Rama.

Kami pun mulai menurunkan barang-barang kami, dan tak lama kemudian, ada bapak-bapak yang datang menghampiri kami.

"Permisi mas, ini bener rombongan dari dokter Kintan?" ucap pria tersebut yang membawa-bawa nama Mamah.

"Iya bener, pak, saya anaknya" jawabku sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.

"Oooh iya, mas. Perkenalkan saya Alif, saya salah satu staff disini. Ini biar saya sama teman saya saja yang bawain barangnya" ucap pak Alif yang langsung menyuruh teman-temannya untuk mengambil dan membawakan barang-barang kami.

Pak Alif langsung mengajak kami beranjak ke bungalow kami, dan kami ternyata mendapatkan bungalow yang sangat dekat dengan pantai, so basically kami mendapatkan bungalow dengan view terbagus. Bungalow kami memiliki dua kamar tidur, dua kamar mandi, dapur, ruang TV yang bisa digunakan untuk tidur berempat untukku dan cowok-cowok, meja makan dan teras. Dua kamar yang tersedia diisi oleh Sindy di satu kamar dan Bella dan Hani di kamar satunya, jadi sepertinya untuk mencari celah untuk bisa ngentot disini susah.

"Baik mas Bayu, ini barang-barangnya udah ditaro di dalem semua, kira-kira mas Bayu kalau perlu bantuan bisa langsung telepon saya aja ya Mas" ucap pak Alif sambil memberi kartu namanya.

"Baik pak, makasih banyak ya pak" jawabku ketika mengambil kartu namanya.

Sore ini, kami tidak melakukan banyak hal berhubung kami sudah sangat kelelahan karena jarak perjalanan yang kami tempuh. Jadi hari ini kami hanya bersantai di bungalow kami dan ketika matahari mulai terbenam, kami langsung berlari menuju ke pantai untuk melihat sunset. Malamnya, kami memutuskan untuk makan di restoran yang ada di Vila ini, dan setelah makan kami langsung beranjak tidur.

--
(esoknya)

Aku terbangun pukul 5 pagi, dan ketika aku bangun, kulihat Faisal dan Rama masih tertidur, namun aku tidak melihat Adi. Akupun langsung beranjak bangun untuk mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat. Aku beranjak ke kamar mandi, dan ternyata didalam ada Adi dan Sindy yang sedang berciuman dengan kaus Sindy diangkat hingga sampai ke payudaranya yang tidak tertutup BH dan kerudung Sindy yang sudah dia singkapkan ke belakang.

"Di! Buset dah kunci pintu!!" ucapku kepada Adi dan aku langsung kembali menutup kamar mandi.

Can't believe I have to see that again. Karena Adi dan Sindy masih berada di kamar mandi luar, aku memutuskan untuk mengambil wudhu di kamar mandi yang berada di kamar Hani dan Bella.

Aku mengetuk pintu kamarnya, dan tak lama kemudian Hani keluar dan dia sudah menggunakan mukenanya. Kulihat juga kalau Bella masih tertidur.

"Kenapa, sayang?" tanya Hani.

"Kamu udah sholat?"

"Baru mau sholat, kamu mau bareng?"

"Iya, aku wudhu disini sekalian aja, ya? Adi lagi di kamar mandi luar" ucapku dan Hani hanya mengangguk, dan setelah aku mengambil wudhu, kami sholat berjamaah.

Setelah kami sholat berjamaah, aku tidak langsung keluar dari kamar Hani dan Bella, dan Hani membuka mukenanya kemudian melipat mukena dan sajadahnya. Hani saat ini mengenakan piyama panjang yang sangat jarang kulihat dia mengenakannya.

"Aku jarang liat kamu pake piyama deh" ucapku.

"Hehehe, iyaa aku lagi suka pake piyama gini, kemaren aku sama Ummi sampe beli berapa stel gitu, lucu nggak?" tanya Hani kepadaku.

"Makin kayak anak kecil hehehe"

"Ih kamu mah" ucap Hani kesal sambil memukul punggungku.

"Loh aku nggak bilang kalo itu hal yang buruk yah, malah kan lucu jadi makin imut gitu" ucapku sambil tertawa yang membuat Hani tersipu malu, dan tak lama kemudian aku keluar menuju teras.

Aku langsung menduduki kursi yang ada di teras ini, dan aku takjub melihat pemandangan yang kulihat. Tidak jauh dariku, terdapat pantai yang indah dengan pasir yang bersih, air yang cukup jernih, dan terdapat banyak pohon kelapa yang membuat semuanya menjadi lebih indah. Mungkin jika aku nanti sudah menjadi pria yang sangat sukses, aku ingin mempunyai rumah di pinggir pantai seperti ini. Bayangkan bagaimana rasanya menikmati sore hari dengan bersantai di pinggir pantai terkena hembusan angin, such a nice feeling.

Aku sepertinya terlalu takjub dengan pemandangan ini, sampai aku tidak sadar kalau Hani menghampiriku ke teras.

"Ngapain kamu bengong gitu?" ucap Hani yang memecahkan buyaranku.

"Eh nggak kok, aku lagi ngeliatin pemandangan aja, bagus banget" balasku.

"Oooh gitu, yaudah. Nih sarapan dulu" ucap Hani sambil memberikan piring yang penuh dengan roti dan segelas teh hangat, setelah itu Hani kembali kedalam untuk mengambil gelasnya dan kemudian Hani kembali duduk di sampingku.

"Bagus banget yah pemandangannya" ucapku ke Hani.

"Iya, bagus banget" jawabnya.

"Nanti abis sarapan mau jalan-jalan di pinggir pantai, nggak?" ajakku.

"Boleh"

Kami pun sudah menyelesaikan sarapan kami, dan aku langsung mengajak Hani untuk langsung berjalan ke pantai, namun Hani ingin mengambil kerudung terlebih dahulu. Kami berjalan bergandengan menyusuri pesisir pantai ini, mencari kepiting-kepiting kecil, dan memasukkan kaki kami kedalam air laut. Kami berjalan menyusuri pantai ini sampai akhirnya kami sampai di dermaga kayu yang ada di pantai ini.

"Kamu mau kesana?" ajakku dan Hani mengangguk.

Kami pun langsung berjalan menuju ke dermaga tersebut dan duduk di ujung dermaga tersebut. Aku berinisiatif untuk merangkul Hani dan Hani menyandarkan kepalanya di pundakku. Kami berdua duduk disini cukup lama dari matahari yang belum terbit sepenuhnya hingga kini langit sudah terang benderang. Kami tidak banyak bicara, sebelum Hani akhirnya membuka percakapan.

"Sayang" ucap Hani.

"Kenapa?"

"Kamu punya mimpi apa untuk kita berdua kedepannya?"

"Kok kamu tiba-tiba nanya kayak gitu?" tanyaku bingung.

"Ngga kok, aku penasaran aja sama pemikiran kamu tentang kita" jawab Hani.

Wow, ini sepertinya pertama kali aku mendengar Hani memberiku pertanyaan yang sangat serius tentang bagaimana visiku untuk hubungan kami kedepannya.

"Well, aku belum terlalu mikirin sampe sejauh itu, sih" ucapku kepada Hani.

"Kok gitu?"

"Yaa karena aku mikirnya kita masih terlalu dini buat langsung serius ke tahap berikutnya, kita juga harus nikmatin masa muda kan" jelasku.

"Iya sih" jawab Hani yang sepertinya agak kecewa dengan jawabanku.

"But I have a hope, though" ucapku.

"What is it?" tanya Hani.

"Aku berharap kalo aku bisa terus nikmatin momen indah kaya gini bareng kamu sampe kita tua nanti" jawabku dan kulihat Hani tersenyum.

Hani melepaskan rangkulanku, dan Hani menatap wajahku dengan tampang manisnya. Aku yang paham apa yang Hani inginkan pun memegang kepalanya dan mulai mencium bibirnya.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Hani mulai menaruh tangannya di pipiku, dan tanganku yang satunya memeluk tubuh Hani hingga kini kami makin menempel. Kami berciuman cukup lama sampai akhirnya Hani melepas ciumannya.

"Aku sayang kamu" ucap Hani pelan.

"Aku juga sayang kamu, Han. Ccupphh..." balasku yang kemudian kembali mencium bibirnya singkat.

Kami sepertinya sudah berada di dermaga ini cukup lama, jadi kami memutuskan untuk kembali ke bungalow kami. Sepanjang perjalanan ke bungalow, Hani tidak melepaskan gandengan tangannya hingga kini kami sudah sampai di bungalow kami. Setelah aku membuka pintu, kulihat anak-anak sudah bangun semua, dan Sindy langsung menyapaku.

"Eh Bayu, gimana bulan madunya?" ucap Sindy meledekku yang membuat semuanya tertawa.

"Bagus kok, kamu bulan madunya sama Adi tadi pagi gimana? Asik nggak?" balasku meledek Sindy yang membuat semua tertawa lebih kencang, sepertinya bukan hanya aku yang mengetahui tentang kejadian Adi dan Sindy di kamar mandi tadi.

Kami sarapan bersama di dalam bungalow ini dengan makanan yang kami bawa, dan setelah kami selesai makan, kami memutuskan untuk bermain ke pantai. Aku dan Bella yang memang sangat menyukai pantai langsung menyeburkan diri kami ke air dan kemudian disusul dengan yang lain kecuali Hani. Kami saling menyirami satu sama lain, bahkan terkadang Adi bertingkah seperti orang gila dan melempari aku, Adi dan Faisal dengan pasir. Kami bersenang-senang, namun Hani hanya melihati dari pinggir.

"Kak Hani kok nggak nyebur??" tanya Bella.

"Aku nggak deh, kalian aja yang main air" jawab Hani.

Muncul ide isengku untuk menarik-narik Hani hingga dia mau ikut dengan kami. Akupun berjalan menuju Hani yang sedang duduk dan duduk disampingnya.

"Kenapa? Kok gamau nyebur?" tanyaku.

"Males aja, ribet bersih-bersihnya" jawab Hani, oh ternyata bukan hal yang serius.

"Sanaa kamu kal... EHHH BAYUU!!!" ucap Hani yang terpotong karena kaget ketika aku langsung mengangkat tubuh Hani dan berlari menuju ke air.

Aku langsung menyeburkan kami berdua, dan Hani langsung berusaha untuk berdiri, namun aku langsung memeluknya supaya dia tidak bisa lari.

" BAYU IHH LEPASINNN! LIAT NIHH BAJU AKU JADI BASAHH!!" teriak Hani yang membuat kami semua tertawa.

"Hahahaah, lagiann kamu jauh-jauh ke pantai nggak mau berenang" ucapku yang membuat Hani cemberut.

"Ihh iyaa iyaa udahh aku nyerahh, lepasinn pelukannyaa" ucap Hani memohon, dan aku langsung melepas pelukanku.

Setelah aku melepas pelukanku, akhirnya Hani ikut bermain air dengan kami. Kami melakukan banyak aktivitas, seperti membangun benteng pasir, bermain bola yang kami bawa, dll. Kami bermain disini sangat lama hingga akhirnya terik matahari mulai menyengat dan kami memutuskan untuk kembali ke bungalow.

--
(Malamnya)

Malam ini kami memutuskan untuk makan dengan bakar-bakaran ikan yang sudah kupesan melalui pak Alif. Kami menyalakan api unggun dan kami duduk mengelilingi api unggun tersebut. Kami bernyanyi, mengobrol-ngobrol ria, intinya kami bersenang-senang. Tak terasa sudah jam 9, dan kami memutuskan untuk kembali ke bungalow. Setelah masuk ke dalam bungalow, aku berniat untuk langsung tidur, namun kebisingan dari yang lain karena mereka belum mau tidur membuatku tidak bisa tidur, jadi aku memutuskan untuk main hape saja. Tak terasa kini sudah jam 10, dan suasana sekarang mulai sepi. Aku berniat untuk tidur, namun tiba-tiba Hani datang kepadaku.

"Sayang" ucap Hani.

"Loh kamu belom tidur?" tanyaku dan aku langsung membangunkan tubuhku yang sedang terlentang.

"Belom, aku nggak bisa tidur" jawabnya.

"Kenapa?"

"Nggak tau, kayak belom ngantuk aja"

"Mau jalan-jalan ke pantai lagi?" ajakku.

"Boleh, ajak yang lain juga aja sekalian" jawab Hani dan aku langsung menuju ke Rama dan Faisal, sedangkan Hani langsung menuju ke Sindy dan Bella.

Aku sempat bingung mencari dimana Faisal, Adi dan Rama, dan akhirnya aku menemukan mereka berdua di teras sedang bermain game moba analog.

"Sal, Ram, mau ikut ke pantai nggak?" ajakku.

"Nggak dah, lagi ranked ini" jawab Rama menolak ajakanku.

"Tai jauh-jauh kesini ujung-ujungnya push rank juga, yaudah deh kalo gitu" balasku dan aku langsung kembali ke dalam untuk menghampiri Hani.

Kulihat Hani baru keluar dari kamarnya, dan kini dia sudah kembali mengenakan kerudungnya.

"Bella mau?" tanyaku.

"Bella udah tidur, tadi aku ajakin tapi dia ga bangun-bangun" jawab Hani dan aku hanya mengangguk.

Kini tinggal Sindy yang belum diajak. Aku dan Hani pun langsung beranjak menuju kamar Sindy. Namun ketika aku ingin mengetuk pintu, aku mendengar suara aneh dari dalam kamarnya. Karena suaranya tidak terlalu jelas, aku menempelkan telingaku ke pintu kamarnya, dan Hani yang juga penasaran pun ikut menempelkan telinganya. Suaranya tidak terdengar jelas, namun aku tahu kalau itu adalah suara desahan.

"Ahhh... Ahhh... Iyaa teruss entottinn memekk akuuu... Yang dalemmm...." suara Sindy sedang mendesah terdengar samar-samar.

"Uhh... Iyaa... Memek kamu enakk bangett.." ucap Adi mendesah keenakan, dan aku dan Hani hanya bisa tertawa cekikikan mendengar percakapan mereka yang sedang ngentot.

"Pantes tadi aku cari-cari Adi nggak ada" bisikku ke Hani yang membuat Hani tertawa cekikikan.

Sepertinya yang akan ke pantai hanya aku dan Hani. Aku dan Hani pun langsung beranjak keluar dan kami berjalan menuju ke pantai yang tidak jauh dari bungalow kami. Setelah kami sampai di pantai, Hani yang membawa tikar langsung menggelar tikarnya supaya kami tidak menduduki pasir, dan setelah itu aku dan Hani langsung menyelonjorkan kaki kami diatas tikar ini. Selama kami duduk disini, Hani selalu menyandarkan kepalanya ke pundakku, dan terkadang aku mengelus-elus kepala Hani yamg masih tertutup dengan jilbabnya.

Sudah cukup lama kami berada di posisi ini, dan Hani mengangkat kepalanya untuk mencium pipiku.

"Ccupphh.."

Aku yang kaget langsung menoleh kearah wajah Hani, dan Hani tersenyum melihatku dengan wajah manisnya yang bisa membuat lelaki meleleh melihatnya. Aku yakin pasti ada saja satu atau dua orang diluar sana yang mengira kalau aku menggunakan pelet atau semacamnya. Aku mulai membelai pipinya yang mulus, dan Hani menggenggam tanganku.

"Kayak lagi ngelus pipi bayi" candaku yang membuat Hani makin tersenyum manis.

Kami bertatapan, dan wajah kami makin berdekatan, lebih dekat, sangat dekat, hingga akhirnya kami mulai berciuman mesra. Aku tidak melepaskan tanganku dari pipinya, dan Hani juga tidak melepas genggamannya.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Sembari tangan kiriku memegang pipi Hani, tangan kananku bergerak kearah payudaranya yang masih tertutup oleh piyama yang dia kenakan. Aku mulai meremasnya pelan dan Hani mendesah keenakan.

"Ccupphh... Ahhh sayangg..." desah manja Hani.

Kami terus berciuman sampai aku tidak menyadari kalau Hani mulai membuka kancing piyamanya. Aku yang kini sudah menyadarinya langsung membantu Hani membuka piyamanya dan setelah kancingnya terbuka semua, aku melihat Hani tidak menggunakan BH.

"Ccupphh... Ccupphh... Kamu ngga pake BH?" tanyaku setelah aku melepas ciumanku.

"Hehehe, nggak. Aku mikirnya kan tadi mau langsung tidur" ucap Hani.

"Emang nggak takut nyeplak?"

"Nggak kok, ini bahannya lumayan tebel, mau dilanjut nggak?" ucap Hani sambil menidurkan badannya di tikar.

Hani memosisikan badannya menjadi tidur terlentang, dan kakinya dibuka agak lebar supaya aku bisa memosisikan badanku diantara kedua kakinya. Aku memindahkan posisiku dan kami lanjut berciuman di posisi missionary ini.

Sudah ±5 menit kami berciuman, Hani membuka celananya, dan akupun ikut membuka celanaku. Tanpa melepas ciuman, aku memindahkan tanganku menuju memek Hani, dan kurasakan memek Hani sudah cukup basah. Akupun berniat untuk memasukkan kontolku, dan aku meminta izin kepada Hani lebih dulu.

"Ccupphh... Aku masukkin yahh" ucapku meminta izin, dan Hani tersenyum mengangguk.

Aku mulai memposisikan kontolku di depan memeknya, dan sebelum aku memasukkan kontolku, aku menggesek-gesekkan komtolku di memeknya terlebih dahulu hingga Hani menjadi kesal namun keenakan.

"Ihh sayangg masukinnn" rengek Hani.

"Pengen?" ucapku menggoda Hani.

"Pengennn"

"Yaudah deh aku nurutt" ucapku dan kemudian aku langsung memasukkan kontolku ke memek Hani.

"AHHHH" jerit Hani ketika aku memasukkan kontolku dalam-dalam.

Aku menggenjot memeknya pelan, dan kini kaki Hani melingkari badanku. Sembari aku menggenjot memeknya, tak lupa aku kembali menciumi bibirnya supaya jeritan Hani bisa tertahan.

"Ccupphh... Ccupphh.. Ummfffh... Ccuppph..." desah Hani yang tertahan oleh ciumanku, dan aku mulai mempercepat genjotanku.

"Ccupphh... Ccupphh... Ahh sayangg iyahh terusss..." desah Hani keenakan.

"Hhhh... Hhhh.... Iyaa... apaa sihh yangg nggakk buatt si cantikk..." balasku dan aku terus mempercepat genjotanku hingga Hani menjadi sangat lemas.

Sudah 10 menit aku menggenjot memek Hani, dan sepertinya Hani sudah akan mencapai orgasme pertamanya karena jika Hani sudah akan mencapai orgasmenya, pasti dia langsung menciumi bibirku.

"Ccupphh... Ccupph... Sayangg... Akuu udahh mau nyampeee.... Ccuppph.. AHHH" jerit Hani ketika dia mencapai orgasme pertamanya, dan cairan orgasmenya mengguyur kontolku.

Selama Hani beristirahat, aku merapikan celana kami berdua terlebih dahulu sebelum aku menidurkan badanku menyamping di sampingnya, dan Hani sepertinya kebingungan.

"Hhh... Hhhh... Sayang kamu ngapain? Ngga mau kamu lanjutin?" tanya Hani.

"Nggakk, sini kami ikutan tidur nyamping juga" balasku menyuruh Hani untuk mengganti posisinya.

Setelah Hani memindahkan posisinya, aku mengangkat kaki Hani yang berada di bagian luar dan aku kembali memasukkan kontolku ke memeknya.

"UHHH... Balikk kee sarangg lagiii burungg kamuuu..." ucap Hani yang membuatku tertawa ketika aku kembali memasukkan kontolku.

Selama aku menggenjot memek Hani di posisi ini, tanganku tak berhenti memainkan payudaranya, dan Hani yang selalu berusaha menoleh ke belakang mengundangku untuk menciumi bibirnya.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Sudah 10 menit aku menggenjot memeknya di posisi ini, dan aku mulai merasakan pejuku sebentar lagi akan keluar. Akupun langsung mengabari Hani dan ternyata Hani juga sudah akan mencapai orgasme keduanya juga.

"Hhhh... Sayangg... Akuu dikittt lagii keluarrr..." ucapku mengabari Hani.

"Uhhh... Iyahh... Gantii posisii ke awall tadii aja yaaa... Buang sperma kamuu di peruttt akuu..." jawab Hani dan aku langsung mencabut kontolku.

Hani mengubah posisinya menjadi kembali terlentang dan membuka lebar kakinya. Aku tidak berpikir panjang untuk memindahkan tubuhku ke antara kakinya, dan aku langsung memasukkan kontolku dan menggoyangnya dengan kecepatan maksimal.

"AHHH... IYAAHH... TERUSS SAYANGG.... AHHH ENAKK..." jerit Hani keenakan.

"PLOKK... PLOKK... PLOKK..." suara selangkangan kami beradu.

Kini pejuku sudah mau keluar, dan aku langsung mencabut kontolku dari memek Hani. Hani yang merasa tanggung pun bertanya kepadaku.

"Hhhh.... Hhhh... Kok dicabutt??" tanya Hani.

"Akuu udahh mau keluarrr... Kocokinn dongg..." balasku dan Hani mulai mengocok kontolku dengan cepat.

Selama Hani mengocok kontolku, kugunakan salah satu tanganku untuk meremas payudaranya, dan tangan satunya untuk memainkan memek Hani. Dengan ini kami bisa mencapai orgasme bersamaan.

"Uhhh... Sayangg... Akuu mauu keluarr..." desah Hani.

"Hhhh... Hhhh... Samaa akuu juga mau keluarr... Barengann yahh..." balasku sambil mendesah.

Kami mempercepat gerakan tangan kami sampai akhirnya kami mencapai orgasme kami masing-masing.

"AHHHH" lenguh kami berdua ketika kami mencapai orgasme kami, pejuku tertumpah di perut Hani, sedangkan cairan orgasme Hani membasahi tanganku dan juga tikar yang menjadi alas.

Setelah kami mengambil napas, aku menggunakan tanganku untuk mengambil peju yang masih berada di perut Hani, dan setelah perut Hani bersih, aku meminta Hani untuk membersihkan tanganku dengan lidahnya dan menelan semua pejuku.

"Glekk..."

Kini aku sudah menelentangkan tubuhku disamping Hani, dan kini Hani menaruh kepalanya di dadaku. Akupun berinisiatif untuk mengelus-elus kepalanya yang masih tertutupi jilbab dan Hani mulai memeluk tubuhku. Kami berada di posisi ini cukup lama sambil mengobrol ria.

"Kamu tau nggak, sih?" tanya Hani kepadaku.

"Apah?"

"Ini salah satu keinginan aku hehehe" ucap Hani yang disusul dengan tawa manisnya.

"Apa? Seks di pantai?" tanyaku.

"Hehehe, iyaa" jawab Hani.

"Ihh sama dongg" balasku dan kami berdua tertawa.

Kami tidak ingin berlama-lama disini karena angin malam yang bisa membuat kami berdua masuk angin, jadi kami memutuskan untuk kembali ke bungalow. Sepanjang perjalanan, aku terus merangkul Hani dan Hani juga terus memeluk pinggangku. Ketika kami sampai di bungalow, kulihat Faisal dan Rama sudah tidak ada di teras. Aku membuka pintu bungalow, kemudian kulihat Faisal dan Rama sudah tertidur, sementara Adi tidak terlihat berada di dekat mereka, sepertinya masih berada di kamar Sindy. Aku mengantar Hani sampai kamarnya, dan setelah kami berada di depan pintu kamarnya, Hani memelukku singkat.

"Yaudah, udah malem, kamu jangan lupa mandi wajib dulu yah, biar nanti pagi bisa sholat subuh" ucap Hani ketika melepas pelukannya.

"Iyaa, kamu juga ya" balasku, dan Hani beranjak masuk ke kamarnya, namun sebelum memasuki kamarnya, aku menggenggam tangannya.

"Han"

"Kenapa, Bay?" tanya Hani, dan aku langsung menarik tangannya dan kemudian kami berciuman singkat.

"Ccupphh... Ccuphh..."

Hani melepas ciumannya dan kemudian dia memeluk erat tubuhku seolah tidak membiarkan aku pergi.

"Aku sayang kamu, Bay" ucap Hani.

"Aku tau kok, kamu jangan bosen-bosen ngomong itu yah" balasku sambil mengelus-elus kepalanya.

Kini Hani melepas pelukannya, dan Hani langsung memasuki kamarnya sementara aku langsung beranjak ke kamar mandi luar untuk mandi sekaligus mandi wajib. Ketika aku keluar kamar mandi, kulihat Sindy sedang berjalan menuju kamar Hani dan Bella membawa bantal.

"Loh, Sin, mau ngapain?" tanyaku.

"Eh, Bayu. Ini Bay, aku kayaknya mau tidur bareng Hani sama Bella malem ini biar kalian yang cowo-cowo bisa tidur di kamar aku. Udah kamu tidur di kamar aku aja sana, Faisal sama Rama udah pindah ke kamar tuh" jawab Sindy menyuruhku untuk tidur di kamar.

"Sekasur berempat? Nggak deh, dempet-dempetan entar, lagian juga takut kamar kamu bau" jawabku yang membuat Sindy bingung

"Hah? Bau apa?"

"Bau peju, hehehe" ucapku yang membuat Sindy kaget.

"Ihhh kok kamu bisa tau sihh??" tanya Sindy sambil menepuk punggungku.

"Ya gimana nggak tau?? Kamu sama Adi ngedesah kenceng banget sampe aku sama Hani bisa denger" jawabku yang membuat wajah Sindy memerah.

"Ihhh, yaudahh sana tidur, lagian Adi mah pake kondom biar bisa crot di dalem, udah ah jangan dibahas-bahas lagi" ucap Sindy yang sangat merasa malu dan dia langsung memasuki kamar Hani dan Bella.

Aku yang merasa sangat kosong di ruang ini sendirian pun langsung merebahkan diriku, dan aku langsung menutupi tubuhku dengan selimut dan memejamkan mataku. Sekitar 30 menit kemudian, ada yang menggoyang-goyangkan tubuhku. Aku membuka mataku dan kulihat Hani yang sudah mengganti pakaiannya dengan piyama dan bergo yang baru.

"Hmm? Kenapa, Han?" tanyaku.

"Tadi Sindy cerita sama aku katanya kamu tidur sendirian diluar, jadi aku mau temenin kamu disini" jawab Hani.

"Oalahh, yaudah sini" balasku sambil mengangkat selimut supaya Hani bisa memasuki selimut dan tidur di sampingku.

Hani langsung menidurkan badannya di sampingku, dan Hani langsung mendekapkan tubuhnya kepadaku, pertanda kalau dia ingin dipeluk. Aku yang sudah paham dengan apa mau Hani pun langsung memeluknya, dan kami bertatapan sebentar sebelum akhirnya kami kembali berciuman sebentar.

"Ccupphh... Ccuppph..."

Kami berciuman sebentar sampai akhirnya Hani melepaskan ciumannya.

"Good night, Sayang" ucap Hani sebelum memejamkan matanya.

"Good night" balasku dan kami berdua tertidur pulas.

-To be Continued-
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd