Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
-It Will Never Ends-

Hani



Sindy



Bella



Mamah



====

"Bay, bangun, Bay" ucap Adi membangunkanku.

"Hmm? Jam berapa ini, Di?" tanyaku yang belum sepenuhnya connect dengan dunia.

"Jam 6, kok lu tidur diluar ama Hani?" balas Adi.

"Kalo di kasur berempat maksain, Di, makanya gua diluar. Terus Sindy cerita ke Hani kalo gua tidur diluar, eh si Hani nya malah ikut diluar juga"

"Oalah, yaudah beres-beres dari sekarang aja, Bay. Biar ga kesiangan berangkatnya" ucap Adi menyuruhku untuk segera beres-beres.

Aku bergegas berdiri meninggalkan Hani yang masih tertidur, dan aku langsung berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku. Setelah aku selesai mandi, aku langsung menuju ke Hani yang masih tertidur, dan mengangkat tubuhnya supaya bisa kupindahkan ke kamar. Namun belum sampai kamar, Hani malah terbangun.

"Hmm? Bay kamu mau bawa aku kemana?" tanya Hani.

"Pindah ke kamar ajaa kalo mau tidur, soalnya udah pada mau beres-beres" balasku.

"Oooh yaudah, kamu ngga sholat subuh tadi?" ucap Hani kembali bertanya.

"Nggak, aku baru bangun juga ini"

"Okedeh, udah Bay turunin aku aja, aku mau beres-beres juga kalo gitu" pinta Hani dan aku langsung menurunkan tubuhnya.

"Okehh, sekalian bangunin Bella yah" balasku dan setelah aku menurunkan Hani, aku langsung bergegas mengemas barang-barangku.

--

Kini kami sudah siap untuk berangkat pulang. Setelah kami sarapan, kami memasukkan barang-barang kami ke dalam mobil, dan kami melakukan dokumentasi terlebih dahulu, tipikal foto-foto biasa. Namun, tiba-tiba perutku bergejolak karena rasa pedas pada makanan tadi.

"Aduhh mules banget gua, kalian masuk ke mobil duluan deh, gua mau berak dulu" ucapku yang disusul dengan tawa riang yang lain, dan kemudian aku langsung berjalan menuju kedalam kamar mandi.

Setelah aku selesai membuang sampah yang ada di perutku ini, aku langsung berjalan keluar, dan kulihat Sindy sedang duduk di meja makan.

"Loh Sin kamu belom ke mobil?"

"Belom, aku abis mastiin nggak ada barang yang ketinggalan"

"Ohh, terus kamu ngapain sekarang?" tanyaku.

"Ummm, ada yang mau aku omongin sama kamu" jawab Sindy sambil menarikku dan memojokkanku ke tembok.

"Umm Sin, what's this all about?" tanyaku.

"Pokoknya kamu nggak boleh ceritain tentang apa yang aku sama Adi lakuin tadi malem ya, apalagi kalo sampe kamu sebar ke seangkatan" ucap Sindy.

"Iya, Sin, iyaa. Kamu ngapain sampe nyudutin aku begini??" tanyaku yang mulai panik.

"Aku mau ngelakuin sesuatu buat imbalan karena aku tau pasti kamu bakal cerita-cerita juga" jawab Sindy, dan sebelum aku bisa menjawab, Sindy menurunkan badannya sekaligus menurunkan celana pendekku beserta celana dalamnya.

"Sinn..." ucapku lirih, dan Sindy seperti takjub melihat ukuran kontolku.

"Yaampunn, kontol Adi kalah gede sama punya kamuu... Slrrpp..." ucap Sindy dan tiba-tiba dia mulai menjilati kontolku yang sudah ngaceng.

"Sinn ngapain si?? Udah ahh" ucapku menyuruh Sindy menyudahi jilatannya, namun Sindy malah melakukan yang sebaliknya dan dia mulai memasukkan kontolku ke mulutnya.

"Chlokhh... Chlokhh... Udahh diem ajaa..." balas Sindy dan dia lanjut menyepong kontolku.

Fuck, aku harus ngapain? Aku sangat menikmatinya, namun as much as I hate to admit that it feels great, it's also messed up. Bagaimana tidak? Pacar sahabatku kini sedang memainkan kontolku dan dia seperti menikmatinya. Apa aku harus membiarkan Sindy melakukan ini?....

"Chlokhh... Chlokhh... Ahh gimana Bay, enak nggak? Chlokhh... Chlokhh..." ucap Sindy kala dia melepas sepongannya.

Nggak, NGGAK! Bagaimanapun juga, Sindy dan Adi adalah sahabatku, ini tidak boleh terjadi.

"Sin udah Sin ahh!!" ucapku dengan nada kencang dan aku langsung menarik badan Sindy untuk berdiri dan Sindy terlihat seperti sangat terkejut.

"Sin, kamu gaperlu ngelakuin ini, kamu ngomong baik-baik sama aku juga aku pasti bakal nurut kok, udah kamu jangan malah bertingkah kayak gitu, kasian Adi kalo dia tau" ucapku menjelaskan kalau perbuatan Sindy salah.

"Umm, iya deh, maafin aku ya, Bay. Aku cuma mikir mungkin kalo aku muasin kamu, kamu bakal lebih bisa dipercaya" jawab Sindy memelas.

"Iyaa, udah santai, gausah bertindak gegabah lagi lain kali ya" balasku sambil menepuk-nepuk pundak Sindy.

"Iyaa, Bay. Maaf yah aku setakut itu soalnya kalo kamu bakal nyebarin ke anak-anak di angkatan kita" jawab Sindy, dan setelah aku menaikkan celanaku, kami berdua berjalan keluar bersama.

Ahh rasanya seperti tanggung banget, namun tidak apa-apa, aku kan masih bisa minta jatah sama Hani. Sepanjang jalan, terasa kecanggungan antara aku dan Sindy, dan aku berusaha untuk memecahkan kecanggungan ini.

"Sin"

"Apa?"

"Sepongan kamu enak tau, hahaha" candaku yang membuat Sindy malu.

"Ihh Bayu, udah ahh jangan dibahas-bahas lagii" balas Sindy sambil memukul punggungku, akhirnya keheningannya terpecahkan.

Kami pun langsung memasuki mobil kami, dan ketika aku duduk, Hani bertanya kepadaku kenapa aku lama.

"Kamu berak kenapa lama banget?" tanya Hani.

"Asli perut aku nggak enak banget rasanya, gara-gara bakar-bakaran tadi malem juga kayaknya" jawabku, dan kami langsung berangkat pulang.

--

Singkat cerita, kini kami sudah sampai di kota kami. Seperti biasa, aku mengantar Hani pulang terlebih dahulu sebelum mengantar yang lain pulang, dan setelah mengantar Faisal pulang, aku dan Bella hanya berduaan di mobil.

"Kak"

"Kenapa, Bel?" tanyaku.

"Kayaknya keputusan aku udah bulat mau masuk fakultas kakak aja" jelas Bella.

"Kamu yakin?" tanyaku memastikan.

"Iya, kak. Kemaren-kemaren aku udah nanya banyak sama kak Sindy juga, kayaknya fakultas kakak asik" jawab Bella, dan aku hanya bisa tersenyum mengangguk.

Kami menikmati perjalan kami yang santai ini, sampai tiba-tiba, ketika kami mau memasuki jalan ke rumahku, ada dua orang bermotor yang tiba-tiba menghentikan mobilku. Siapa dia? Apa yang dia inginkan? Akupun hendak turun, namun Bella sempat menahanku.

"Kak, jangan, kalo dia macem-macemin kakak gimana?" ucap Bella menahanku.

"It's okay, Bel. Ini udah di 'sarang' kita juga kok" jawabku meyakinkan Bella.

Aku langsung turun dari mobilku, dan kedua orang itu langsung berjalan mendekatiku. Aku tidak tahu siapa mereka berdua karena mereka masih menggunakan helm fullface, jadi aku langsung menanyakan identitas mereka.

"Kalian berdua siapa? Ada urusan apa?" tanyaku dan mereka langsung membuka helmnya, dan aku langsung mengetahui siapa mereka.

"What a surprise, kak Nanda and Satrio" ucapku sarkas.

"Eh, Bay. Denger-denger lu abis liburan nih ama anak-anak. Gimana? Seru ngga? Pasti seru dong" ucap kak Nanda basa-basi, namun aku tidak mempan terhadap kebodohan seperti itu.

"Let's just go to the point here, kalian dibayar berapa sama Derrick buat mukulin gua?" tanyaku yang sudah mengetahui kalau dalang dibalik ini adalah Derrick.

"Yah ketauan, Nan, hahaha" balas kak Satrio.

"Okedeh, Derrick bayar kita cukup banyak buat lu bonyok," jawab kak Nanda yang membuatku tersenyum, well what can I do? They wanna fight, I have to fight back, namun kak Nanda belum selesai bicara.

"Terus, Derrick bilang kita bakal dapet bonus kalo kita bisa bikin lu koma" ucap kak Nanda melanjutkan perkataannya, dan tiba-tiba kak Satrio mengayunkan tangannya yang memegang pisau kearah perutku.

"SHITT!" teriakku dan dengan sigap aku langsung mendorong tangan kak Satrio hingga pisaunya terlempar jauh, dan aku langsung menyerang kak Satrio yang masih terdiam kaget. Aku melancarkan banyak serangan ke kak Satrio, seperti pukulan, tendangan, dll.

"BUGG... BUGG... BUGG..."

Disaat aku menyerangi kak Satrio, kak Nanda tiba-tiba menerkamku dari belakang dan kini tanganku dikunci oleh sikap kak Nanda (gambaran: gerakan submission Masterlock by Chris Masters di WWE). Kini aku tidak bisa melakukan apa-apa, dan kak Nanda langsung mengomando kak Satrio untuk menyerang balik.

"Yo! Buruan, Yo! Pukulin Bayu!" teriak kak Nanda, dan kak Satrio langsung memukuli perutku yang tidak terlindungi apa-apa melainkan kaus.

"ARGHH!! UHUKK, UHUKK" jeritku ketika kak Satrio memukuli perutku, man that hurts so bad.

"LU PIKIR LU TANGGUH HAH?? *BUGG.. * LU BUKAN SIAPA-SIAPAA!! *BUGG.. BUGG.. * PAHAMM??" teriak kak Satrio.

Aku terus berusaha untuk menghindari serangan kak Satrio dengan kakiku, dan aku berusaha menyerang kak Nanda dengan kepalaku, namun tiba-tiba...

"LEPASIN KAKAK GUA NGGAK?!?!" teriak Bella yang tiba-tiba keluar dari mobil membawa kunci stir mobil.

"BELLA MASUK KE MOBIL LAGI SEKARANG!!" teriakku, dan tiba-tiba kak Satrio memukul perutku sangat keras, dan kak Nanda melepas kunciannya hingga aku terjatuh.

"Wih, cakep juga nih adek lu, Bay" ucap kak Nanda dan kak Satrio yang bergerak mendekati Bella, dan Bella yang ketakutan langsung masuk kedalam mobil dan mengunci pintu.

"Ayoo dong, keluar Bel, gabakal kita apa-apain kokk" ucap kak Nanda sambil memukul-mukul kaca.

Aku yang masih terkapar pun tiba-tiba merasa seperti aku mendapatkan kekuatan ekstra ketika aku melihat Bella ketakutan di dalam mobil dan aku langsung beranjak mendorong kak Nanda hingga dia terjatuh kedalam selokan yang cukup dalam, dan aku langsung menyerangi kak Satrio hingga dia terjatuh tersandar di mobilku.

"ANJING!! *BUGG..* LU JANGAN *BUGG..* DEKET-DEKET *BUGG..* ADEK GUA!!" teriakku sambil menendangi perut kak Satrio.

Aku terus menyerang kak Satrio yang masih terkapar hingga dia mulai seperti kehilangan kesadaran, dan aku langsung menarik tubuhnya yang sudah mulai lemas dan memaki-makinya tepat didepan wajahnya.

"LU MAU MACEM-MACEM SAMA GUA, LAIN KALI BAWA SATU GENG SAMA LU! DAN KALO LU MASIH MAU DISURUH DERRICK BUAT MACEM-MACEM SAMA GUA, GUA BAKAL BAWA LU KE KANDANG SINGA, PAHAM?! GAUSAH LU MACEM-MACEM SAMA GUA SAMA BELLA LAGI!!!" teriakku dan aku langsung melempar tubuh kak Satrio ke motor yang dia gunakan, dan aku langsung berlari menuju mobilku kemudian aku langsung mengendarai mobilku dengan cepat menuju rumahku.

"Phew.. That was close" ucapku lega ketika kami sudah sampai dirumah kami.

Bella tidak mengatakan apa-apa, namun Bella langsung memelukku sambil menangis.

"Hikss... Hiks... Kakk..." ucap Bella terisak.

"Ssstt... Udahh... Gausah nangiss..." ucapku menenangkan Bella sambil mengelus-elus punggungnya.

"Kakk.. Nanti aku kalo ketemu mereka lagi gimana??" tanya Bella lirih.

Oh iya, aku tidak berpikir sampai sejauh itu, sial.

"It's okayy, udah nanti biar kakak yang ngurus, yah" ucapku sambil memegang kepala Bella dan mengecup keningnya sebelum aku kembali memeluk Bella.

Setelah Bella sudah agak tenang, aku mengajak Bella untuk masuk kedalam rumah, dan sepertinya Bella tidak ingin jauh-jauh dariku dulu.

"Kamu mau tidur dikamar kakak?" tanyaku dan Bella hanya mengangguk.

Setelah bersaliman dengan Mamah, aku langsung beranjak ke kamarku dan Bella beranjak ke kamarnya. Sesampainya di kamarku, aku langsung menelepon Fabio, salah satu 'petinggi' tongkronganku di angkatan Bella yang juga sekelas dengannya.

"Halo kak? Kenapa malem-malem gini lu nelpon, ya?" sapa Fabio.

"Halo, Fab. Gua boleh minta tolong nggak? Jadi Derrick sama Bella lagi ada masalah, nah besok kalo Derrick masih deket-deket ke Bella, sebisa mungkin lu jauhin sama anak-anak, bisa nggak?" jawabku meminta tolong.

"Masalah yang kemaren? Hahahah, okedeh kak, nanti gua bilangin ke anak-anak sekalian" jawab Fabio yang membuatku lega.

"Okedeh kalo begitu, makasih banyak ya Fab, kalo dia ngulah ke lu di tongkrongan langsung kabarin gua aja, biar gua yang urus" balasku dan setelah Fabio mengucapkan salam, aku menutup telepon dan disaat yang sama Bella memasuki kamarku.

"Udah, Bel. Aman" ucapku ke Bella ysng membuat Bella tersenyum, kemudian aku dan Bella langsung beranjak tidur.

====
(6 bulan kemudian)

"KAKK AKU DAPET KAKK!!!" teriak Bella kepadaku yang sedang berada di dalam kamar.

"Dapet apa??" tanyaku yang kebingungan.

"PERTANIAN KAKK, YEYY AKU SEKAMPUS SAMA KAKAKKK!!" kembali teriak Bella yang membuatku ikut kegirangan.

"SERIUS?? YESSS!!! SELAMATT ADEKKK!!!" teriakku yang kemudian langsung berlari memeluk Bella dan kami berloncatan kegirangan.

--

Aku lega. Kini Bella akan sekampus dan sejurusan denganku. Dengan ini aku bisa tetap menjaga Bella lebih dekat dan kedua orangtua ku tidak perlu khawatir. Rencana yang kubuat dengan Fabio dan Faisal 6 bulan yang lalu juga cukup efektif, selama semester terakhir Bella di sekolah, Derrick tidak pernah semeterpun berada di dekat Bella. Kini dengan kondisi akademis Derrick yang sangat berantakan, aku yakin Derrick bahkan tidak bisa mendaftarkan dirinya ke kampus yang sama dengan Bella. Asumsiku pun benar karena Derrick tidak lolos seleksi setelah Faisal memberitahuku, dan Faisal juga lolos ke kampus yang sama dengan Bella meski beda fakultas, so I guess this is an absolute win.

--

Setelah kami merayakan kesuksesan Bella, kami kembali ke kamar masing-masing karena Bella ingin merayakannya dengan temannya juga via video call. Selama aku di kamar sendiri, aku memikirkan sesuatu. Mungkin akan asik jika aku memberi Bella kejutan dan hadiah untuk merayakan kesuksesannya. Namun aku tidak ingin sendirian, oleh karena itu aku mengajak Hani. Tanpa berpikir panjang, aku langsung menelpon Hani dan Hani langsung mengangkatnya.

"Halo, kenapa sayang?"

"Sayang, Bella dapett!!" ucapku kegirangan.

"Dapet PTN?? Alhamdulillahh, di kampus mana??" tanya Hani yang ikut senang.

"Di kampus kitaa sayangg, di fakultas aku jugaaa"

"Alhamdulillahh, nanti dehh aku telpon orangnya buat ngucapin selamat" balas Hani.

"Nahh, Han, aku niatnya mau surprise-in dia gituu, kamu mau ikut, nggak??" tanyaku.

"Bolehh, sorean aja yaa, nanti jemput aku ke stasiun juga okehh?" jawab Hani.

"Iyaa, yaudah aku mau beli hadiahnya dari sekarang aja yaa, babayy" ucapku dan aku mematikan telepon.

Wah, sepertinya hari ini akan cukup menyenangkan. Akupun langsung bergegas mengganti pakaianku dan beranjak pergi, namun aku berpamitan dengan Bella terlebih dahulu.

"Bel, kakak mau keluar dulu, kamu ngga papa sendirian di rumah?" tanyaku.

"Oh, ngga papa kok, kak. Tapi nanti kabarin ya kalo udah mau pulang" balas Bella dan aku menggangguk.

--

Jujur, aku kebingungan. Hadiah apa yang harus kuberikan?? Aku kan kakaknya, harusnya aku tahu apa yang Bella butuhkan dan ingin. Namun kenapa aku malah mentok begini? Sepertinya aku harus meminta bantuan. Oleh karena itu, aku langsung menghampiri Faisal yang sedang berada di tongkrongan, dan ternyata anak-anak tongkrongan juga sedang berpesta merayakan beberapa dari mereka yang lolos ke PTN juga.

Singkat cerita, kini aku dan Faisal sudah sedang berbincang, dan hal pertama yang kutanyakan pasti tentang Derrick.

"Gimana Derrick, dia beneran gak tembus?" tanyaku.

"Nggak, kak"

"Oalah, yaudah kalo gitu, orangnya kemana sekarang?"

"Tadi kayaknya pas dia ngeliat lu, dia langsung kabur dah, hahaha" jawab Faisal dan aku ikut tertawa.

"Sal, Bella lagi kepengen apa sekarang?" tanyaku.

"Waduh, gatau dah kak, emang kenapa? Lu mau surprise-in?" jawab Faisal.

"Iya, Sal. Lu mau ikut?" ajakku.

"Nggak dah kak, bocah pada mau party nanti malem, sorry gua gabisa ikut dulu" jawab Faisal menolak.

Ahhh, Faisal juga tidak bisa, jadi aku langsung menelepon Rama, toh dia juga seniornya di salah satu ekskul sekolahku dulu. Aku menelepon Rama, dan setelah Rama mengiyakan ajakanku, aku kembali menuju ke mobilku dan menjemput Rama.

--

Singkat cerita, kami sudah membeli apa yang ingin kami beri ke Bella. Aku membelikan seperangkat alat tulis, tas, sepatu, dan Boneka, sementara Rama membelikan jersey tim Sepakbola kesayangannya Real Madrid dengan nameset idolanya, Marco Asensio. Well what can I say? Football runs in our family blood.

Kini kami tinggal harus menjemput Hani di stasiun, dan setelah Hani memasuki mobil kami, Hani menunjukkan hadiah yang dia berikan yang berupa cardigan berwarna merah maroon dan sebuah jilbab yang merupakan pemberian Ummi. Hani bahkan juga membawakan kue, dengan itu aku tidak perlu membuang uang lebih banyak lagi. Kami pergi menuju tempat jasa pembungkusan hadiah terlebih dahulu dan setelah itu baru kami bergegas kerumahku.

Setelah aku membukakan pagar, aku menyuruh Rama yang mengendarai mobilku untuk memasukkannya kedalam garasi, dan aku dan Hani langsung memasuki rumahku. Namun, ketika aku mendorong pintunya, pintunya langsung terbuka.

"Loh, kok nggak dikunci?" pikirku, namun aku tetap beranjak masuk.

Aku dan Hani langsung menduduki sofa yang berada di ruang tamu kami, dan kami mulai mempersiapkan apa yang ingin kami gunakan untuk mengejutkan Bella, namun karena aku mulai haus, aku memutuskan untuk ke dapur dan mengambil minum untukku, Hani, dan Rama. Setelah aku mengambil minum, Hani bertanya padaku.

"Sayang, kamu beli sepatu lagi?" tanya Hani.

"Hah, sepatu apaan?" jawabku kembali bertanya, Hani tidak mengatakan apa-apa, hanya menunjuk kearah pojok dan kulihat ada sepatu yang kutaksir cukup mahal harganya.

"Loh, aku nggak tau deh, sepatunya Bella mungkin" jawabku, dan kami melanjuti persiapan kami.

Tak lama kemudian, Rama yang sudah memarkir mobilku dan menutup pagar memasuki rumahku dan memberikan kunci mobil yang kami gunakan tadi.

"Nih Bay kuncinya, sorry pintu garasinya nggak gua tutup tadi, ada motor KV di dalem garasi jadi gua pindahin dulu motornya kedepanan dikit biar gampang keluar, tapi malah jadi gamuat. Btw lu kok tiba-tiba ganti motor?" tanya Rama kepadaku.

Hah? Motor KV?

"Hah? Nggak kok, kan gua jarang dirumah juga, bokap juga masih di London, kagak ada yang bisa make motor kopling dirumah, Ram" jawabku yang makin kebingungan.

"Lah gimana sih kan kamu yang punya rumah" ucap Hani meledekku yang membuat Rama tertawa.

Disaat aku terdiam, aku melihat sesuatu yang berada didekat kotak tisu, akupun menggeser kotak tisunya, dan kulihat terdapat kain dilipat yang agak basah ditengah, dan disampingnya terdapat botol kecil, kemudian Hani langsung mengambilnya dan membaca tulisan di botol tersebut.

"Chloroform? Kenapa bisa ada disini?" ucap Hani yang membuat suasana menjadi makin hening dan tegang.

Sepatu mahal? Motor KV??? Kain dan Chloroform?!?!? JANGAN-JANGAN....

"OHH FUCKK!!!"

Aku langsung berdiri dan berlari menuju kamar Bella. Aku berusaha untuk membuka pintunya, namun pintunya terkunci. Akupun mulai berusaha untuk mendobrak pintunya, namun jika hanya aku sendiri sepertinya akan memakan waktu yang lama.

"Bella?? Bella?!? BELLA?!?" teriakku sambil menggedor-gedor pintu kamar Bella.

"Bay, kenapa, Bay???" tanya Hani yang mulai panik.

"Can't you see?!? Bella lagi dalem bahayaa! Ram bantu gua dobrak pintunya Ram!" jawabku yang sedang sangat panik dan ketakutan karena aku takut terjadi sesuatu terhadap Bella.

Aku dan Rama terus berusaha mendobrak pintu sekuat tenaga, berbagai cara kami lakukan, dan Hani berdiri di belakang kami dengan tampang yang sangat ketakutan. Setelah beberapa kali percobaan, pintu akhirnya terbuka, dan apa yang terjadi di kamar Bella membuat Hani terjatuh kaget, Rama langsung memegang kepalanya, dan aku terjatuh karena shock. Kulihat Bella yang tangannya terikat di ujung-ujung kasur sudah tidak menggunakan apa-apa di bagian bawah, bajunya tersingkap keatas hingga payudaranya terekspos, dan darah berceceran di sekitar selangkangannya. Selain itu, kulihat ada laki-laki yang kukenal sedang berusaha untuk kabur dari jendela, dan orang tersebut adalah....... Derrick.

Oh no, no, no, no, no. OH, NO!!! BELLA DIPERKOSA DERRICK!!

"DERRICK BANGSAT!!!" teriakku yang kemudian langsung berlari menghampiri Derrick, namun Derrick keburu melarikan diri lewat jendela.

Setelah Derrick keluar melewati jendela, aku dan Rama langsung berlari keluar untuk mengejar Derrick, namun sayang, Derrick terlalu cepat sehingga kami tidak bisa mengejarnya. Derrick berhasil kabur menaiki motornya dan meninggalkan beberapa barangnya, dan karena kami sudah tidak bisa mengejarnya, aku menjadi makin frustasi dan memukul-mukul pagar rumahku.

"BANGSAT!! *BUGG..* BANGSAT!! *BUGG..* BANGSATT!!!" teriakku sambil memukuli pagar karena frustasi.

"Ssstt, udah Bay, udah. Kita balik ke Bella dulu aja sekarang, liat kondisi dia gimana" ucap Rama menenangkanku sambil mengelus-elus punggungku, dan setelah aku menjadi lebih tenang, kami berdua langsung berlari menuju kamar Bella.

Kami memasuki kamar Bella, dan kulihat kini ikatan di tangan Bella sudah dilepas, dan Bella sedang menangis di pelukan Hani. Tubuh bagian bawah Bella pun kini sudah ditutupi oleh jaket Hani, supaya aku dan Rama tidak bisa melihatnya.

"Hikss... Hikss... Hikss..." suara tangisan Bella.

"Ssstt, udahh Bella, everything's gonna be okay, kamu kuat kokk" ucap Hani menenangkan Bella.

Bella kini mengangkat kepalanya, dan melihat kearahku dengan mata memerah sembab, dan kulihat ternyata terdapat beberapa luka di wajahnya.

"Hikss... Hikss... Kakk..." ucap Bella lirih, dan aku langsung duduk disampingnya dan menepuk-nepuk punggungnya.

"Maafin kakak, yah" hanya itu yang bisa kuucapkan karena aku bingung harus mengatakan apa, dan aku langsung merangkul Bella.

Bella terus menangis, dan Hani kini juga ikut menangis karena tidak kuat melihat Bella, sedangkan aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis didepan Bella. Tak lama kemudian, Rama yang tadi keluar kamar kembali masuk kedalam kamar Bella.

"Bay, Derrick lagi di tongkrongan, sikat nggak?" tanya Rama, dan aku melihat ke wajah Bella.

Bella langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatapku dengan tatapannya seolah mengatakan "Jangan kak, jangan". Namun pikiranku sudah bulat untuk pergi menghajar Derrick.

"It's okay, kakak pergi dulu yah, kamu ditemenin kak Hani dulu. Don't worry, kalo udah selesai kakak langsung pulang kok" ucapku meyakinkan Bella, dan aku langsung keluar menuju ke mobil.

Baru sampai ke depan pintu, tiba-tiba Hani menarik tanganku.

"Kamu yakin, Bay?" tanya Hani.

"Iya, jagain Bella dulu yah, Mamah sebentar lagi pulang kok, ccupphh..." jawabku sebelum aku mencium kening Hani, dan setelah itu aku dan Rama langsung berangkat.

Sesampainya di tongkrongan, aku melihat keadaan sekitar terlebih dahulu, dan aku mencari dimana Derrick berada. Tak butuh waktu lama aku bisa menemukan Derrick yang sedang berkerumun dengan beberapa senior seolah tidak terjadi apa-apa. Aku yang naik pitam pun langsung keluar dari mobil bersama Rama dan aku mempercepat langkahku menuju Derrick. Jarak kami berdua sudah makin dekat, dan Derrick yang tiba-tiba manyadari keberadaanku langsung berusaha untuk kabur.

"JANGAN KABUR LU, ANJING!" teriakku yang langsung berlari mengejar Derrick bersama Rama.

Derrick berlari dengan cepat, dan Faisal yang melihat Derrick kabur langsung menghadang Derrick supaya Derrick tidak bisa kabur. Derrick yang bingung harus kemana memutar badannya, dan kini jarakku dan Derrick sudah sangat dekat.

"BAY GUA MINTA MAAF BAY!!" teriak Derrick meminta maaf, namun aku menghiraukannya dan melancarkan flying kick kearah kepalanya hingga dia terjatuh.

Ketika Derrick terjatuh, aku tidak berhenti menyerangnya dan terus memukuli tubuhnya, dan kini Rama ikut menendangi tubuh Derrick yang masih tergeletak di lantai dan tertahan oleh badanku.

*BUGG... BUUGG.. BUGG...*

"BAY SORRY BAYY!!" kembali teriak Derrick meminta ampun, namun aku tidak peduli.

"ANJING LU!! *BUGG.. BUGG.. * BANGSAT!!" jawabku yang terus memukuli Derrick.

Perkelahian kami mengambil perhatian seluruh orang di tongkrongan, dan akhirnya mereka semua berusaha untuk melerai perkelahian kami berdua, dan aku ditarik oleh Seniorku.

"Bay lu apa-apaan sih dateng tiba-tiba mukulin orang?!?" tanyanya.

"DIA MERKOSA ADEK GUA KAK, MASA GUA DIEM AJA?!?" teriakku sambil menunjuk kearah Derrick, dan kulihat seniorku ini sangat terkejut dan langsung menatap kearah Derrick.

"Bener, Rick?"

"Boong dia, kak! Gaada buktinya!" jawab Derrick yang kembali memicu amarahku dan aku mulai memberontak, namun aku terus ditahan.

"Udah, udah! Kita coba cek hapenya aja, mungkin dia rekam" ujar Faisal yang langsung mengambil hape Derrick dari kantongnya.

"BALIKIN HAPE GUA!!" teriak Derrick yang berusaha melepas tahanan dari anak-anak, namun tidak berhasil.

Karena hape Derrick memerlukan sidik jari untuk membuka kunci, Rama langsung memukul kencang perut Derrick, dan saat Derrick kesakitan, Faisal langsung menarik tangan Derrick untuk membuka kunci hapenya.

Setelah kunci keamanan Derrick terbuka, Faisal langsung membuka galeri hape Derrick dan langsung memfoto barang bukti yang ada di galerinya, setelah itu baru Faisal memberikan hapenya kepadaku. Ternyata benar dugaan Faisal, Derrick mengabadikan momennya di hapenya. Aku langsung menunjukkannya ke seniorku, dan seniorku seperti sangat kecewa dengan tindakan Derrick. Setelah menunjukkan foto-fotonya, aku langsung membanting hape Derrick dan menginjak-injaknya hingga hancur berkeping-keping.

"Rick..." ucap Seniorku dengan tatapan sinis.

"Kak, ampun kak, plis, gua minta.. BUGG!!" ucap Derrick yang terpotong karena tiba-tiba Faisal melancarkan pukulannya, setelah itu Derrick dikeroyok oleh ±5 orang, yaitu aku, Faisal, Rama, dan kedua seniorku.

Setelah kami puas, seniorku langsung mengangkat tubuh Derrick yang sudah tidak berdaya dan memaki-makinya.

"Lu udah berapa kali gua bilang jangan ngulah, hah?!? Ampe anak baik-baik kayak Bella lu embat juga, bangsat!" maki seniorku.

"Hhh... Ampun kak... Ampun..." jawab Derrick lirih, dan seniorku kembali melancarkan pukulan ke wajahnya.

"Gimana ini, Bay? Mau kita bawa ke polisi aja?" tanya seniorku.

"Jangan, bawa ke rumahnya dulu aja, unjukin barang bukti di hape Faisal ke bokap nyokapnya" jawabku, dan Faisal serta beberapa orang termasuk seniorku langsung membawa Derrick kedalam mobil seniorku dan beranjak pergi.

--

Aku dan Rama pun bergegas kembali ke rumahku, dan kulihat sudah ada mobil Mamah. Aku langsung bergegas ke kamar Bella, dan kulihat Mamah dan Hani kini sedang berusaha untuk menghibur Bella. Mamah melihat kearahku dengan senyumannya yang membuatku gugup.

"Kak, kamu abis darimana?" tanya Mamah.

"Ke orang yang ngelakuin ini, Mah. Udah dibawa ke orangtuanya juga" jawabku gugup.

"Oooh gitu, noh dek, tenang yah, orangnya udah diurusin sama kakak kok, kamu kuat, Mamah percaya sama kamu" ucap Mamah ke Bella sambil mengelus-elus kepalanya, dan kulihat Bella tersenyum kecil, meski tampangnya masih murung.

--
(malamnya)

Hani memutuskan untuk menginap di rumahku untuk menemani Bella, dan setelah Hani memastikan Bella sudah tidur, Hani pergi ke kamarku dimana aku berada.

"Bella udah tidur?" tanyaku.

"Udah, tadi sambil aku unjukin hadiah kita-kita juga, Bella udah bisa ketawa, kok, meski masih murung banget" jawab Hani.

"Ohh, gitu, okedeh" balasku singkat, dan kini Hani duduk disampingku.

Aku tidak bicara banyak, dan Hani juga sama. Hani menyandarkan kepalanya kepadaku, dan tangannya mengelus-elus kepalaku.

"Aku gagal, Han" ucapku.

"Hah?"

"Aku gabisa jagain Bella, bodoh banget aku" kembali ucapku dan kini aku tidak bisa menahan tangisku.

"Lohh, nggak kokk, kamu nggak gagal sayangg, kamu baru gagal kalo Bella nggak bisa pulih dari kejadian ini as, kamu jangan kayak gitu, okey?" ucap Hani menyemangatiku, dan Hani langsung memeluk tubuhku.

"Hikss... Tapi..." jawabku namun Hani langsung memotong perkataanku.

"Ssst, udahh, kamu jangan kayak gitu, kamu harus kuat di depan Bella, okey? Aku percaya kok kamu bisa, kamu tau kenapa?" tanya Hani yang membuatku bingung.

"Karena aku pernah ngalamin hal yang sama kayak Bella, dan kamu orang yang bisa dan selalu ngedukung aku buat mulihin mental aku, ccupphh.." lanjut Hani yang kemudian disusul dengan ciuman Hani di bibirku.

Kami berciuman cukup lama, dan kini kami berdua sudah tiduran di kasurku tanpa melepas ciuman. Karena aku takut jika Mamah melihat, aku langsung melepas ciumanku.

"Aku sayang kamu" ucapku sambil memeluk Hani.

"Aku juga sayang kamu, Bay. Sekarang kamu tidur, yah. Kamu perlu perhatiin kesehatan kamu juga" balas Hani.

"Tidur bareng, yuk" ajakku dan Hani mengangguk. Kami berdua langsung memasuki selimut, dan dengan posisi cuddling ini, kami berdua tertidur pulas.

Maafin kakak ya, Bel.

-End of Chapter II-
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd