Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Is This the Love We Created? (PART 22/S1 End)

Status
Please reply by conversation.

gnomegnome

Semprot Holic
Daftar
29 Apr 2017
Post
304
Like diterima
1.166
Bimabet
Halo suhu-suhu! Setelah menjadi pembaca setia subforum ini, izinkan saya yang nub ini untuk menulis cerita perjeketian saya sendiri, hehe. Feel free untuk kasih saran dan kritik membangun ya hu, cerita ini tumbuh berkembang bersama pembaca. :D
53109607-423327111750693-139644613605156596-n.png
INDEX
PART 1: Bitter Truth
PART 2: Flashbacks
PART 3: With Friends Like This....
PART 4: Memories
PART 5: Revelations
PART 6: Innuendo
PART 7: Don't Stop Me Now
PART 8: I Was Born to Love You
PART 9: Friends Will Be Friends
PART 10: Good Old-Fashioned Lover Boy
PART 11: Under Pressure
PART 12: Too Much Love Will Kill You
PART 13: Pain Is So Close to Pleasure
PART 14: Fat Bottomed Girls
PART 15: Heartbreaker
PART 16: The Loser In The End
PART 17: Who Wants to Live Forever
PART 18: I'm Going Slightly Mad
PART 19: Under A Glass Moon
PART 20: There Must Be More to Life Than This
PART 21: Love of My Life
PART 22: I Can't Live with You
=======================================================================================================

PART 1: Bitter Truth

Brak! Mataku seketika terbuka, degup jantung dan napasku meningkat seiring dengan keringat dingin yang mengucur di sekujur tubuhku. Aku terduduk, mataku terbuka lebar tapi otakku masih setengah sadar. Aku terbangun dalam keadaan kaget

“Kak! Udah siang nih, aku telat nanti!” Teriak wanita yang sepertinya baru saja mendobrak pintu kamarku itu.

Aku menatapnya dengan pandangan kosong. “Heh?”

“Ih bangun! Kan udah janji mau nganterin aku.” Rambutku dijambakinya, gak sakit emang, tapi kepalaku yang pusing malah jadi makin pusing.

“Eh iya iya! Ini udah bangun!”

“Aku tunggu di depan ya.” Lalu ia pun keluar dari kamarku. “Mandi dulu! Aku gak mau semobil sama orang bau!” Teriaknya seraya berjalan menjauhi pintu kamar.

Aku meregangkan badanku sambil menguap dengan mulut terbuka lebar. Kesadaranku kembali seketika bersamaan dengan kaget yang kedua kali. Aku telanjang! Udara semalam sangat panas dan AC kamarku sudah beberapa hari ini rusak sehingga aku memutuskan untuk melepas semua pakaianku. Bodo amat pikirku, toh ini kamarku sendiri. Cerobohnya, aku ketiduran sebelum sempat mengunci pintu kamar.

Eh dia ngeliat dong, tapi kok biasa aja sih? Pikirku. Aku tak sempat berasumsi lebih jauh. Buru-buru aku mengambil handuk dan mandi.

Oh ya, kalian menunggu perkenalan dariku ya? Namaku Jerry. Umurku 22, baru saja ulang tahun seminggu yang lalu. Penampilanku gak penting, setidaknya gak penting buatku sendiri. Kata orang sih badanku termasuk tinggi, aku sendiri gak tahu pasti berapa tinggiku, soalnya tiap ngukur tinggi pasti hasilnya di sekitaran 177-180 cm.

Setelah mengeringkan diri dan berpakaian, aku mengenakan kacamataku dan segera berjalan keluar. “Ayo Ya, katanya telat.” Kataku kepada wanita yang tadi memaksaku meninggalkan dunia mimpi.

“Hah? Oh iya, tunggu!” Dia memasukkan hapenya ke dalam tas dan berlari menyusulku ke mobil.

Hari sudah menjelang siang, sinar matahari sudah mulai menyengat. Lama juga aku tidur. “Tempat biasa kan?” Aku menutup pintu mobil hampir bersamaan dengannya. Ia duduk di sebelahku.

“Iya, hari ini aku latihan aja.” Matanya sudah terpaku pada layar hape.

Perjalanan hari ini terasa sunyi. Aku kembali memikirkan kejadian tadi pagi. Tak mungkin Aya tidak melihat tubuhku yang telanjang bulat. Oh iya, nama wanita di sebelahku ini Aya. Seumur hidupku dia cuma Aya, adik yang meski umurnya denganku cuma beda beberapa hari tapi sangat manja padaku. Beberapa tahun belakangan ini kalian juga mengenalnya, sebagai Aya JKT48. Dia adalah adikku, meskipun bukan adik kandung, bukan juga adik sepupu. Aku diadopsi oleh kedua orangtuanya. Yang diceritakan padaku sih ibu kandungku meninggal ketika melahirkanku, dan ayahku dari sejak ibuku hamil pun sudah pergi entah kemana. Gak penting, menurutku yang mendidik, membesarkan, dan mengasihiku adalah yang berhak kuanggap sebagai orangtua, siapa lagi kalau bukan orangtuanya Aya.

Kesunyian ini membuatku canggung, apa dia marah? Atau malu? Bukannya seharusnya aku yang malu? Atau harusnya aku yang marah? Lamunanku semakin larut, aku tak sadar aku mengemudi terlalu ke tengah dan hampir menabrak mobil lain yang melaju dari arah berlawanan.

“Kak Jeeer! Hampir aja!” Teriaknya. “Sadar woi! Masih tidur ya?”

“Maaf-maaf, aku ngelamun.” Aku meliriknya, kulihat tangan kirinya memegang dadanya yang ngos-ngosan. Sekilas aku melihat kaosnya yang cukup tipis sehingga aku bisa melihat payudaranya yang terbungkus bra, tak terlalu besar, tapi mungkin ukuran bra itu yang ketat, payudaranya terlihat seakan sangat penuh dan tumpah-tumpah, apalagi saat dia ngos-ngosan dan tangannya menekan dadanya itu. Pikiranku kemana-mana, adikku benar-benar sudah beranjak dewasa. Sebelum lamunanku membuatku hampir terbunuh lagi, aku fokus menyetir kembali.

“Ngelamunin apa sih? Oshi kakak? Galauin dia mulu, mending oshiin aku aja sini.” Aku tak menjawabnya, hanya memandangnya sinis. Aku memang seorang fans, bahkan aku lah yang mengenalkan Aya kepada JKT48 sehingga dia juga menjadi fans dan kemudian menjadi member. Jujur aku belum pernah menonton Aya di teater, selain karena timnya dulu bukan tim yang aku tonton, aku juga merasa aneh melihat adikku sendiri perform di atas panggung itu.

“Oh iya, kakak gak pernah teateran lagi kenapa sih? Nonton aku gitu kek, kan udah setim sama oshi kakak.” Tambahnya.

“Iya kapan-kapan deh, kalo dia lagi gak perform.” Dia yang kumaksud adalah oshiku, yang sekarang satu tim dengan Aya setelah shuffle di Request Hour bulan April kemarin. Siapa oshiku? Lanjut baca aja deh, hehe.

“Yah kok gitu?”

“Nanti gak fokus mau liatin kamu atau dia.” Candaku sambil tersenyum sok-sok tersipu malu kepadanya.

“Ih apasih! Nonton aku aja belum pernah.” Gerutunya, lalu mencubit lenganku.

“Aku masih belum siap Ya, mau gimana?”

“Belum siap dia graduate kak? Segitunya ya jadi fans.” Aku meliriknya lagi, kini matanya memandang ke luar, pandangannya jauh ke langit seakan sedang berandai-andai. “Kira-kira ada yang ngeoshiin aku kaya kakak ngeoshiin kak Viny gak ya?”

Aku menghela napas panjang. Nama itu seakan menguras tenagaku. Ya, oshiku adalah Viny. Aku memang masih alam fase denial saat ini. Sejak dia mengumumkan akan graduate aku tak ingin melihat dia, takut aku makin tak bisa melepas dia saat nanti dia benar-benar sudah graduate.

“Pasti ada lah, buktinya SSK kemarin peringkat kamu lumayan tinggi.” Jawabku yang berusaha menghindari percakapan mengenai Viny.

Mobilku berhenti di depan rumah yang sering kalian lihat di berbagai video JKT48, dari luar sini tak terlihat di dalam rumah itu ada sebuah kolam, namun samar-samar suara air mancur terdengar.

“Nanti inget jemput aku, jangan tidur lagi!” Perintahnya saat hendak menutup pintu mobil.

“Aya!” Aya menoleh ke arah suara itu.

“Baru nyampe? Telat loh, aku juga telat nih.”

“Iya kak, gara-gara ini nih aku telat.” Aya menunjukku, lawan bicaranya itu menghampirinya dan menoleh, memandang ke dalam mobil. “Hah? Oh. Halo kak, kakaknya Aya kan?” Tanyanya seraya tersenyum padaku. Orang itu adalah Viny.

Aku terdiam memandangnya, senyumku canggung, aku deg-degan. Bertahun-tahun dia menjadi oshiku tapi masih saja aku lemah melihat senyumnya. Senyum termanis yang pernah kulihat. AKU GESREK!
 
Terakhir diubah:
Tandain dulu
Semangat semangat
Wadidaaw naini
Nitip patok dulu
mantapmantaptap
Ikutan gesre
ijin nyimak suhu
Izin menyimak.
pasang patok gaesss

monggo-monggo suhu. maafkan tulisan nubi yang masih rada berbelit-belit hehehe :Peace:
 
PART 2: Flashbacks

Mobilku melaju di jalanan yang sudah lumayan sepi malam itu. Aku lagi-lagi tak bisa tepat waktu menjemput Aya, kali ini bukan karena ketiduran, tapi beberapa menit yang lalu ada kecelakaan lalu lintas, akibatnya macet selama hampir satu jam. Ngomongin soal kecelakaan, beberapa bulan belakangan ini mungkin masa-masa tersulit buat Aya.

Aku teringat berita cedera yang ditimpa Aya, membuatnya tak bisa mengikuti kegiatan JKT48 selama beberapa bulan. Aku yang tiap hari ikut merawatnya juga merasakan dampaknya, ia yang semula periang dan enerjik menjadi diam. Tak jarang aku menggendongnya di sekitar rumah, pikirku tak sehat kalau hanya berdiam diri dan menatap kamar yang sama setiap hari.

Aku teringat pula tentang malam itu, aku berjalan menggendongnya untuk kembali ke kamar setelah makan malam. Aya terasa ringan menggantung di punggungku, mungkin dia kehilangan berat badan, kasihan pikirku.

Aku merasakan basah di pundakku, setetes, kemudian setetes lagi. Aya menangis terisak, aku terdiam saat duduk di kasurnya. Ia melepas kaitan lengannya di leherku, aku berbalik dan melihat adikku dengan pipinya yang basah, matanya berbinar terang menatapku.

“Aku takut kak. Aku gak mau gini terus huhuuu.” Ia kembali terisak dan membenamkan wajahnya di dadaku.

“Lah kenapa? Kamu pasti sembuh Ya.” Tangan kiriku memegang pundaknya sementara tangan kananku mengusap pelan pipi dan rambutnya.

“Terus kalo aku sembuh, apa masih bisa balik perform lagi? Aku gak mau dilupain. Aku ngerasa udah ngecewain orang-orang yang ngedukung aku.”

Aya melingkarkan lengannya di pinggangku, aku menyentuh dagunya, ia pun menoleh ke atas, mata kami kembali bertemu. “Kamu gak akan dilupain. Fans kamu pasti makin sayang sama kamu Ya. Cedera ini bukti kamu berusaha semaksimal mungkin.”

Aku menghapus air mata dari pipinya. Lalu hening. Matanya tetap memandang dalam mataku, begitu pula aku. Aku mendekapnya makin erat dan wajah kami mendekat. Napasnya yang semula memburu karena menangis kini menjadi tenang.

Air matanya berhenti lalu Aya menutup mata, dan aku juga. Bibir kami saling bertemu. Aku mengecup bibirnya, yang dibalasnya dengan sebuah kecupan juga. Entah apa yang ada di dalam pikiranku saat itu, tapi aku tak ingin berhenti, aku terbawa suasana. Setelah berbalas kecup, kami berbalas kuluman bibir, air liurnya menyampur dengan air liurku.

“Mmh…” Desahnya diikuti irama napas yang kembali meningkat. Entah berapa menit kami saling berciuman.

Aku memutuskan untuk membuka mataku, kulihat ia juga membuka matanya, dan bibir kami terpisah. Canggung. Mata kami berpaling, dalam diam pun aku dan dia seakan sepakat untuk tidak saling memandang. Aku melepaskan pelukanku dan berdiri.

Tanpa berkata apa-apa aku berjalan ke arah pintu kamar, kuraih gagang pintu yang terasa dingin karena suhu tubuhku meningkat setelah kejadian tadi, aku yakin Aya juga merasa hangat.

“M-makasih kak.” Aku menoleh ke arahnya, mata kami bertemu kembali, dan aku menjawabnya dengan senyum. Hari-hari pun berlalu dan kami tak pernah membahas kejadian itu lagi, semua terasa normal, hubungan kami sebagai saudara pun tidak terasa beda.

Lamunanku membuat perjalanan ini tidak terasa. Aku sudah kembali berada di depan rumah latihan atau kantor atau apalah fungsi rumah ini. Aya dalam sekejap mengenali mobilku dan berjalan menghampiri. Ia membuka pintu dan masuk.

“Telat lagi!”

“Tadi ada orang tabrakan Ya, berangkatnya udah tepat waktu kok.” Belaku saat menoleh ke arahnya. Mobilku melaju kembali menuju arah pulang.

“Eh kak, tadi kak Viny bilang kaya pernah liat kakak, tapi lupa dimana.”

“Pas HS kali.” Aku menjawabnya enteng.

“Nah iya aku juga nebak gitu, tapi kata kak Viny bukan pas HS, bukan di teater juga.” Kulihat Aya larut dalam pikirannya, seolah dia tahu dimana dan kapan saja aku dan Viny pernah bertemu.

Aku memang sering bertemu dengan Viny di berbagai event JKT48 apalagi handshake. Dalam kesempatan apa pun, kalau tidak berhalangan dengan kuliah atau urusan keluarga, aku pasti menyempatkan diri untuk handshake dengan Viny. Tapi sepertinya memang ia tidak mengingatku dari handshake. Pikiranku kembali mengingat-ingat cerita bulan November tahun lalu.

Aku berada di kamar hotelku di Jogja untuk menonton pengumuman SSK 2018. Sendirian dan bosan, aku berpikir untuk keluar mencari udara segar, sekalian jalan-jalan keliling tempat wisata di Jogja. Aku mengurungkan niatku, gak seru pergi sendiri, malah keliatan kaya orang hilang.

Kamarku berada di lantai yang cukup tinggi, meskipun aku lupa lantai berapa, dan kamarku ini di ujung, pas sekali di samping tangga darurat. Gapapa lah, kalo ada kecelakaan aku yang selamat duluan.

Malam tiba dan aku masih berdiam diri di kamar hotel, bermain laptop sambil sesekali menengok ke arah TV yang kubiarkan menyala. Samar-samar kudengar bunyi benturan di tembok belakang kasurku, aku menurunkan suara TV, dan kemudian benturan itu terdengar lagi. Bukan benturan yang keras, malah lebih seperti ketukan. Awalnya kupikir dari kamar sebelah, tapi setelah kupikir, kamar sebelah itu temboknya bersebarangan dengan kasur ini.

Tak mau ketenanganku diganggu, aku beranjak keluar kamar dan menuju ke tangga darurat. Aku terkejut melihat sesosok wanita di samping pintu, hotpantsnya sudah terjatuh dan kaosnya tersingkap memperlihatkan bra yang terbuka, tangan kanannya menyelip masuk di celana dalamnya. Kami sama-sama terkejut.

“Eh?! Yu-…” Ia dengan sigap menutup mulutku dengan tangannya. Aku tersadar, ini tangan yang tadi dia selipkan di dalam celana dalamnya. Tangan itu berlumur cairan vaginanya, yang sekarang menempel erat di mulutku. Begitu dekatnya dengan hidungku, aku tak bisa untuk tidak menghirup aroma itu, sangat harum.

Ia kelihatan susah menjagaku untuk tidak menjauh darinya karena tinggi kami berbeda lumayan jauh. Akhirnya aku berhasil melepaskan tangannya.

“Yupi?! Kamu ngapain?!” Aku masih terkejut, pertama karena melihatnya, kedua karena mulutku disumpal tangannya yang becek itu.

Bentar, ini berarti aku sehotel sama member? Pikirku. Yupi hanya menundukkan kepalanya, kaosnya dibenarkan kembali, dan kedua tangannya kini menutupi selangkangannnya itu.

“Kakak mau janji gak?” Tanyanya lirih. Aku berusaha mencerna maksud pertanyaannya itu.

“Janji gak bilang soal ini ke siapapun. Kakak boleh apa-apain aku deh.” Wajahnya masih tertunduk. Aku masih terpaku, tak tahu harus berbuat apa.

Tanpa disuruh ia lalu menarik celana pendekku hingga jatuh. Aku makin terpaku. Cindy Yuvia kini sedang mengelus-ngelus penisku! Kulit tangannya yang halus membuatku tidak bisa menahan nafsuku. Penisku menegang keras.

Kudorong ia untuk menghadap tembok dan menungging, celana dalamnya kutarik turun perlahan. Aku menggesek-gesekkan penisku di bibir vaginanya, dan tanpa diminta langsung kumasukkan penisku dalam-dalam.

“Ahh.” Desahku pelan. Penisku dijepit sangat erat, vagina Yupi sungguh sangat sempit. Aku merasakan pijatan pada penisku, tubuh Yupi bergetar hebat. Ia mencapai orgasme pertamanya saat aku memasukkan penisku. “Mmh ka-… ahh!” “Kak!”

Kubiarkan ia rileks sejenak, lalu mulai kugoyangkan penisku maju mundur, keluar masuk lubang senggama sang idola ibu kota ini.

“Ahh ahh ahh… Enak kak ahhh.” Racaunya. Nafsuku semakin liar, aku percepat tempo permainanku. Tubuh Yupi menegang kembali. “Aaaahh!” Ia menegakkan tubuhnya, mendekat ke arah tubuhku, punggungnya menekuk. Yupi yang sudah diburu nafsu dengan liarnya menciumiku, lidahnya mencari lidahku dengan ganas. Gerakannya yang menegakkan badan membuat penisku keluar dari dalam vaginanya. Sepertinya itu membuat orgasme Yupi semakin hebat, tubuhnya bergetar semakin keras.

Setelah puas menikmati orgasmenya yang kedua, Yupi ambruk ke lantai. Ia kini menungging ditumpu oleh tangan dan lututnya. Aku tak ingin membuang waktu dan langsung menghujam vaginanya kembali.

“Ahh kak, terus terus…. Ohh iya disitu ahh!” Racau Yupi semakin menjadi-jadi. Aku menggenjot vagina Yupi semakin dalam, kusesuaikan ritme permainanku agar Yupi juga bisa menikmatinya.

“Mmh, aku mau keluar nih.” Seruku dengan napas yang terengah-engah.

“Bareng kakhh, aku jug-ahh mhh kak mentok!” Yupi tak sempat menyelesaikan ucapannya ketika aku mendorong penisku masuk sedalam-dalamnya. Yupi sepertinya kembali orgasme, dan kini ia juga squirting! Lantai tangga darurat itu basah bercampur cairan kenikmatan dan keringat kami berdua.

Penisku berkedut bersamaan dengan squirting Yupi. Crot crot crot! “Ahh! Ahh!” Spermaku kutembakkan ke dalam rahim Yupi. Ia kini terbaring lemas di lantai. Kulepaskan penisku, lalu memakai kembali celanaku.

Yupi menikmati orgasmenya. Ia memakai pakaiannya lengkap seperti semula, kaos warna merah member tim J dan hotpants jeans yang memamerkan pahanya yang mulus dan putih itu.

Ia kemudian berdiri. “Makasih ya kak!” Senyumnya manis, tapi lemas. Tenaganya terkuras setelah permainan kami barusan. “Makasih juga Yupi.” Aku membalas senyumannya.

Kami keluar dari tangga darurat itu menuju lorong kamar hotel. Di ujung lorong terlihat Viny yang menoleh ke arah kami. Yupi langsung berlari ke arahnya. Aku mematung di depan pintu kamarku, entah tak percaya bisa melihat oshiku di sini atau tak percaya aku baru saja melakukan hubungan seks di tangga darurat, dengan seorang member JKT48!

Viny memperhatikan aku yang mematung, aku cepat-cepat masuk kamar dan mencuci muka. Kulihat cermin dan bisa terlihat bahwa aku masih berlumuran keringat, kuyakin Yupi juga. Aroma perbuatan kami pun pasti masih tercium jelas.

Berbulan-bulan setelahnya tak ada kabar bahwa kami ketahuan. Kupikir ya udah, berarti aman. Tapi sepertinya Viny curiga, dan mungkin setelah bertemu aku tadi siang, kecurigaannya tumbuh kembali.

“Ngelamun lagi, oi!” Aya melambaikan tangannya di depan mukaku. “Eh apasih Ya!”

“Huu, kakak tuh. Ngelamun mulu daritadi pagi.”

“Emangnya salah?”

“Ya ngga sih, tapi jangan pas nyetir juga. Ngelamunin apalagi sih?”

“Gak penting.” Jawabku, kemudian menghembuskan napas panjang.

“Gak mau ngucapin apa gitu?”

“Hah? Apaan? Selamat malam?”

“Ih kakak! Tau ah!” Ia menyilangkan kedua lengannya di dada, membuat payudaranya mengangkat. Aku meliriknya, bibirnya manyun.

Aku memarkirkan mobilku di garasi rumah. Aya langsung masuk sementara aku mengecek mobil dan gerbang. Saat berjalan masuk aku menyempatkan diri mengecek hapeku.

October 18th 2019

Aku menepuk jidatku. Pantes aja, aku lupa ngucapin ultah!
 
Wahh chapter 1 dan 2 nya oke nih... Ijin nyimak hu hehehe.....
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd