Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
Istimewa ndan... Thanks updatenya
Mantab hu dilanjut dilanjutt :adek::adek:
Makasih huu
Can't wait for the next conflict suhu... hehe :Peace:
Siaapp. Tunggu sajaa
selamat sore om berteduh disini dulu yah hhihihihihi
Silahkaan haha
Sundul gan biar diatas terus wkwkw
Makasih gaan haha
"Penghianat" hmmmmm siapa ya yg di maksud toni itu, dan knapa yanti g'kooperatif dengan memberi tahukan ke faza cs klo yanti di telpn ma toni
Msh penasaran hadew umeb uteku wa
Lanjut pgn krungu critane yanti kayane akeh si dirahasiakna
Muehehe tetep tunggu lanjutannya ya hu haha
 
yahuuudd negh ... gw enjoy bacanya ... sampai penasaran ..
penasaran siapa sang penghianat itu ... jodi atau malah mungkin tama ya ?
gw tunggu aja deh lanjutannya
 
Ko toni ngatain jodi pnghianat? Apa jgn2 jodi jg menikmati tubuh yanti hu? Awal mula kisahnya yanti ada drumah mamat gmn hu? Trus itu rumah mamat deket ama nayla? Apa gda kejadian antara mamat dg kintan hu? Secara kintan kn prnah dinikmati oleh bp nya nayla.... Jd penasaran hu kelanjutannya
 
PART 7

Winda:
21373622_1177714139028290_8992799766995795968_n.jpg


Nura:
19929.jpg


Yanti:
19932.jpg

Beberapa minggu kemudian

Aku baru selesai melaksanakan ujian dan itu melegakkan sekali. Tubuhku sudah bisa bergerak secara normal sekarang karena tiap hari semenjak aku bisa berjalan, aku melatihnya dengan jogging setiap hari dan tanganku aku latih dengan mengangkat barbell yang diberi oleh bapak kos. Aku juga sedikit-sedikit belajar ilmu bela diri untuk memperkuat tubuhku.

Tidak ada kabar terbaru mengenai Toni karena Jordi dan Jodi tidak menemukan apapun di rumah tersebut. Menurutnya, warga sekitar juga tidak mengetahui jika rumah tersebut ada penghuninya karena sudah ditinggal selama beberapa taun belakang.

Sore harinya, Winda sudah harus kembali ke Wonosobo karena kakaknya Resti akan dilamar oleh salah seorang lelaki pilihannya. Winda mengundangku untuk datang ke pernikahan kakaknya yang mungkin akan dilangsungkan beberapa hari kemudian. Aku hanya menjawab dengan “insyaallah” karena aku tidak yakin bahwa aku bisa datang ke pernikahan kakaknya tersebut. Ia hanya manyun mendengarnya. Ia hanya berpesan ‘tidak macam-macam’ selagi dirinya tidak ada disampingku. Aku yang gemas, mencium bibirnya cukup lama selama mengantar kepergiannya di stasiun.

Malam harinya, aku sedang bersiap-siap untuk segera meninggalkan kota ini sejenak karena musim libur semester sudah tiba. Selagi mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa, aku mendengar mobil berhenti di depan kosanku dan kutebak itu adalah mobil Jordi.

“woe za, mau kemana?” Jordi turun dari mobilnya dan langsung menuju pintu rumah kosku.

“mau balik ke Jakarta lah. Liburan nih haha” Aku mempersilahkan Jordi masuk.

“waduh, gabisa diundur za?” Wajah Jordi cemas.

“kenapa emang mas?”

“rencana gue sama Jodi malem ini mau ke sana lagi dan sekarang bareng lu dan temen-temenlu itu. Gue masih yakin kalo Toni tuh disana” Raut Wajah Jordi serius.

Aku menimbang-nimbang. Memang tidak ada bukti apapun bahwa Toni berada disana, dan bahkan tidak ada satu petunjuk apapun dimana keberadaan Toni. Melihat kemampuannya itu, Toni merupakan salah satu orang yang berbahaya apabila masih berkeliaran di luar sana. Apalagi Yanti yang merupakan targetnya tidak bisa berbuat apa-apa.

“okedeh. Gue coba sms Dimas biar suruh kesini” Aku membuka HP-ku dan menulis pesan.

Aku menuju sebuah kamar yang tidak terkunci dan aku mendapati seseorang sedang tidur dengan pulasnya.

“woy tam, bangun. Kita bakal pergi” Aku menggoyang-goyangkan tubuh Tama hingga akhirnya ia setengah tersadar.

“hhhmmmpphh. Pergi kemana?” Suaranya masih serak.

“ke Toni”

“wah gila lu” Tama langsung bangun seketika. “yaudah bentar gue mandi” Tama bergegas bangkit dan menuju kamar mandi yang berada di luar kamar dan disusul olehku.

Beberapa saat kemudian, Dimas datang ke kosan dan tak lama kemudian Tama keluar dari kamarnya. Kami semua sudah siap.

“lu udah sembuh kan za?” tanya Jordi saat kami menuju ke mobilnya.

“iyaa udah” jawabku singkat dan masuk ke dalam mobilnya disusul oleh Tama dan Dimas.

“kita ke Jodi dulu yaa, deket kok searah”

“emang dimana Mas Jodi?” Dimas penasaran.

“biasa, diamah ngapel mulu kerjaannya” Jordi mulai menginjak pedal gas dan kami melaju.

Beberapa menit kemudian, kami sampai di rumah kos yang cukup megah dan di halaman depannya terdapat dua orang yang memiliki jenis kelamin berbeda sedang duduk di kursi halaman.

“loh Nura?” Aku kaget saat mengetahui siapa perempuan itu.

“loh ka Faza. ngapain kak malem-malem ke kosan Nura?” Ia tak kalah terkejutnya.

“itu mau jemput Mas Jodi” aku menunjuk lelaki yang berada di sebelahnya.

“ayoo jo buruan, kita udah siap semua” teriak Jordi dari dalam mobil.

“iyaa sebentar pamit dulu”

Beberapa saat kemudian, Jodi sudah berada di dalam mobil bersama kami dan Jordi dengan cekatan menginjak pedal gas.

“lagi sama Nura mas?” Aku memulai obrolan.

“hahaha, engga kok za, dianya aja yang genit”

“dia nya yang genit apa lu yang genit jo hahaha” Jordi menimpali. “lu tuh sukanya tipe-tipe yang kayak gitu ya jo, baru tau gue. Kemarin sama Mira sekarang sama Nura”

“ngincernya dedek gemes nih serem hahaha” Aku menimpali lagi. “btw itu anak dampingku loh kemarin. udah ketemu Wisti belum mas? dijamin kalo ketemu pasti langsung pindah deh hahaha”

“pernah liat sih cuman kenal duluan sama Nura. Dia tiba-tiba line gue coba hahaha”

“lu nya aja jo yang gampangan hahaha”

“sialan lu”

Kami semua tertawa karena obrolan tersebut dan memang harus diakui Nura memiliki tubuh yang sangat seksi. Penampilannya mendukung tubuhnya agar terlihat seksi. Badannya proporsional dan yang paling menggiurkan adalah dadanya yang tidak besar dan tidak kecil juga. Pas digenggam sepertinya.

Setelah berpuluh-puluh menit kemudian. Kita sudah sampai di lokasi yang dimaksud. Jordi menjalankan mobilnya dengan perlahan agar kami dapat mengamati semua hal. Suasana yang awalnya penuh canda, seketika langsung berubah menjadi serius.

“loh ini bukannya rumahnya Nayla ya?” ujar Tama saat melewati sebuah rumah yang diduga persembunyian Toni.

“yang mana tam?” Jordi menimpali.

“ini yang depan rumahnya Toni. Gue pernah sekali nganter kesini pas masih sama dia”

“lo pernah sama Nayla?” Jordi sedikit terkejut

“iya pernah. Sebentar doang sih haha”

Suasanya kembali lengang dan serius. Aku jadi teringat kembali saat percakapanku dengan Nayla saat di secretariat. Waktu itu kata-katanya terpotong karena ia teringat akan sesuatu. Atau jangan-jangan yang dimaksud Nayla dulu itu rumahnya berada di depan rumah Mamat yang saat ini menjadi tempat persembunyian Toni? Namun, jika dilihat-lihat rumah itu kosong nampak tidak berpenghuni dan suasana di sini juga sangat sepi.

Kami berputar-putar beberapa kali namun tidak mendapatkan hasil apapun. Aku mengusulkan untuk turun saja dan mencoba masuk ke dalam rumah, namun ideku langsung ditolak karena dinilai terlalu berbahaya.

Kami sempat berhenti di sebuah warung angkringan yang berada di luar kompleks rumah itu untuk sekedar mengisi perut dan mencari informasi.

“oiya pak, bapak kenal dengan Pak Hasan yang rumahnya ada di jalan Kenangan itu?” Tama bertanya ke penjual angkringan tersebut.

“emmm. Pernah ketemu sih kenapa memangnya mas?”

“kira-kira kemana ya Pak Hasan sekarang. rumahnya sepi betul”

“ooohh iyaa saya ingat. Kalo tidak salah dua tahun lalu di pindah dan yang aku tahu sekarang rumahnya diisi oleh anaknya”

“anaknya?”

“iyaa anaknya. Anaknya cantik dan yang saya tidak mengerti kenapa wanita secantik itu berani tinggal sendirian di rumah itu” Bapak itu mulai bercerita.

"omong-omong. Mas siapanya Pak Hasan?”

“oohh bapak saya berteman dengan Pak Hasan, dan kami udah lumayan akrab. Makanya saya bingung pas lewat situ rumahnya kok sepi” Tama mulai membual. “oiya pak omong-omong, kalo depan rumahnya Pak Hasan tuh milik siapa ya pak? Tadi saya lewat situ, rumahnya gelap dan sepi banget”

“oohh kalo itu rumahnya Pak Yunus. Tapi beliau pindah beberapa tahun lalu. Kalo gasalah anaknya juga tinggalnya disitu”

“nama anaknya tau ga pak?”

“emmm kalo gasalah dipanggilnya Mamat deh. dia akrab juga sama pemuda-pemuda disini tapi akhir-akhir ini saya udah gapernah liat lagi. Ada apa sih mas?”

“oohh. Gapapa pak. Cuman pengen tau aja hehe. Makasih ya pak”

“iyaa mas, sami-sami”

Kami menyelesaikan makan kami dan lansgung beranjak menuju mobil lagi.

“gue yakin Nayla ada di dalem rumah Pak Hasan” Ujar Tama sesaat setelah kami masuk ke dalam mobil.

“berarti rumah yang di depannya itu juga bener rumahnya Mamat yang kita cari, karena waktu itu Mba Nayla kayak pengen ngomong apa tapi ketahan. Tapi karena tadi dapet cerita dari bapak itu jadinya jelas semuanya” Aku menimpali. “ada kemungkinan Toni ada disana”

“kita mau mampir ke Nayla dulu nih?” Jordi mulai melajukan mobilnya perlahan.

“Iya mas boleh” Aku menimpali.

Kami masih siaga melihat kanan dan kiri mengamati berjaga-jaga jikalau ada sesuatu yang mencurigakan. Namun sepanjang perjalanan tidak ada apapun yang memang mencurigakan, atau bahkan suasana seperti ini yang mencurigakan.

Kami sampai di depan rumah yang dimaksud. Jordi memarkirkan mobilnya jauh dari rumah itu untuk keamanan karena memang sepanjang jalan kenangan ini sangat sepi. Kami semua turun dan langsung menuju rumah Nayla.

*TOKTOKTOK*

Jordi mengetuk pintu dan menunggu beberapa saat. Namun, tidak ada jawaban dan mulai mengetuk pintu lagi. Tidak ada jawaban lagi.

“coba gue telfon deh Nayla” Jordi mengeluarkan HP-nya.

“gausah mas. kayaknya dia udah gak tinggal disini lagi deh” Aku mencegah Jordi.

“tau dari mana lu?”

“kemarin gue nganter ke kosannya dan dia sekosan sama Mba Kintan”

Jordi menuruti perkataanku dan memasukkan HP-nya lagi.

“za, gue denger sesuatu di dalem rumah itu” Tama menunjuk rumah yang berada di depan kami semua.

“denger apaan tam?” Dimas menimpali.

“ssstttt” Ia meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. “denger baik-baik. Suara cewe. ANJING!!. BENERAN SUARA CEWEK” Tama tiba-tiba berlari menuju rumah itu.

Kami semua reflek mengikuti Tama. Setelah berada di depan pintu, memang benar terdengar suara perempuan sedang mengerang keras. Aku mencegah Tama langsung mendobrak pintu. Kita cari cara masuk tanpa rusuh sehingga Toni lebih mudah dihadapi.

Kami semua berpencar mengelilingi rumah ini untuk mencari pintu atau apapun yang bisa dibuka tanpa paksaan. Aku melewati jendela yang gordyn-nya sedikit tersingkap sehingga sedikit memperlihatkan pemandangan yang ada di dalam rumah. Ya benar saja aku sedikit melihat ada perempuan sedang di genjot dengan cukup kasar oleh seorang laki-laki yang kutebak itu adalah Toni. Namun, aku belum bisa melihat wajah perempuan itu sehingga aku belum bisa menebak siapa perempuan itu.

*BRAAKKK*

Suara kayu jebol.

Nampaknya salah satu kami merusak rencana. Aku melihat Toni menghentikan gerakannya kemudian ia berdiri dan menuju ke arahku. Sayangnya aku terlambat menyadari bahwa Toni berjalan ke arahku dan saat jendela ia sibakkan maka terpapanglah pemandangan tubuh telanjang Toni di jendela itu. Aku sedikit melompat kebelakang karena terkejut dan langsung melihat wajahnya yang masih aku ingat sangat menyeramkan itu.

Aku masih terpaku saling bertatap pandangan dengannya. Ia kemudian tersenyum ngeri dan kembali ketempat semulanya. Ia memakai pakainnya lagi dan akhirnya aku melihat wanita itu adalah Yanti. Tubuh Yanti sudah terlihat meringkuk seperti kesakitan.

*BRAAKKKK

Kudengar pintu depan di dobrak dan kulihat Toni sudah bersiap-siap di depan pintu depan.

“WOYYYY JANGANNNNN LANGSUNG MASUKK” Aku berteriak.

*BRRRUGG*

Aku kembali terlambat dan aku melihat Tama ditendang cukup keras mental ke luar rumah.

Aku langsung berlari menuju pintu depan dan aku melihat semuanya juga melakukan hal yang sama.

Aku melihat Tama tersungkur menabrak tembok depan rumah dan merintih kesakitan. Aku melihat Toni tersenyum puas dan sudah memasang kuda-kudanya.

Dimas memulai serangan terlebih dulu dan pukulannya bisa dielakkan dengan mudah. Toni membalas pukulan menuju wajah Dimas dan dengan cekatan Dimas menepis pukulannya tetapi ia tetap terpental ke samping.

“mayan juga lo” ujar Dimas membuang darah yang keluar mulutnya.

Toni mengangkat tubuh Dimas dengan cara mengenggap kerah baju Dimas hingga kaki Dimas tidak menampakkan di lantai.

*BRRUUKKK*

Toni jatuh tersungkur karena Jordi dan Jodi menendang keras kedua kaki Toni.

Jordi dan Jodi langsung memegang tubuh Toni dan secara bergantian memukul wajah Toni. Namun, dengan sekali hentakan, Toni mendorong kedua tubuh yang memukulnya menyebabkan kedua tubuh itu mental ke samping menabrak tembok.

“DASAR PENGHIANAT” umpat Toni.

Aku tidak paham dengan maksud Toni.

Toni bangkit namun ia kembali terpental karena Dimas sudah bersiap-siap menendangnya dengan keras. Ia menabrak tembok dekat dengan Jordi yang masih merintih kesakitan.

Akhirnya aku mulai paham dengan Toni. Ia tidak bisa menangani dua serangan sekaligus. Ia pasti fokus ke penyerang pertamanya namun ia tidak bersiaga dengan serangan-serangan berikutnya.

Kami mempunyai kesempatan menang darinya.

Aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah membantu Dimas, Jordi dan Jodi. Namun gerakanku di tahan oleh Tama.

“sabar za. Biarin mereka dulu. Kita buat pemain cadangan aja. Jaga-jaga kalo mereka ternyata kalah. Lagipula lo baru banget sembuh” nafas Tama terengah-engah.

Aku menjadi ragu ingin mengikuti kemauanku atau saran dari Tama.

Saat ini Dimas sedang mengangkat tubuh Toni membalas perbuatan Toni terhadap dirinya. Dimas menendangkan lututnya kearah selangkangan Toni membuat Toni ambruk dan meringkuk kesakitan. Dimas masih terus menendangi Toni.

Jordi yang berada di dekat Dimas, menghentikan Dimas dan menarik mundur Dimas.

Dalam sekejap Toni sudah bangkit dan menendang mereka berdua dan tubuh Dimas dan Jodi tersungkur. Namun setelah melakukan tendangan itu, Toni langsung meringis kesakitan.

“nah sekarang giliran kita za” Tama langsung beranjak tanpa aba-aba.

Kulihat Jodi menendang kaki Toni membuat tubuh Toni sejenak mengambang di udara, Tama dengan cekatan memukul perut Toni menggunakan sikunya menyebabkan tubuh Toni meluncur deras ke lantai.

Toni kulihat memuncratkan darah dari dalam mulutnya.

“GOOD JOB” Tama memberi jempol ke Jodi.

Namun kesenangan itu berlangsung dengan singkatnya, Toni berhasil menendang kaki Tama dan menyebabkan Tama tersungkur. Toni bangkit dan dengan gilanya menendang tubuh Tama menyebabkan tubuh Tama terpental. Ia menendang tubuh Tama seperti ia menendang bola.

Tersisa aku dan Jodi yang masih dalam kondisi baik. Aku mulai masuk ke dalam arena pertempuran. Aku berdiri berjeran dengan Jodi menghadap Toni yang sedang menunduk kali ini.

Aku tetap siaga.

Beberapa menit Toni masih terus menunduk menyebabkan kami berdua tidak sabar. Kami berdua langsung berlari menuju Toni dan melancarkan tendangan melompat.

Tendangan kami berdua berhasil mengenai tubuh Toni menyebabkan Toni terdorong dan tersungkur.

“bawa tali atau apa gitu ga mas?” Aku masih siaga melihat tubuh Toni yang masih tersungkur.

“duhh dimobil za. Bahaya kalo sekarang ngambil di mobil. Ninggalin lo sendirian kyak gini”

“biar gue yang ambil” Jordi bangkit namun nafasnya ngos-ngosan.

Fokus kami sesaat tertuju pada Jordi yang keluar dari rumah ini.

“BRRUUUGGGG*

Pandanganku seketika kabur dan aku merasakan tubuhku menabrak sesuatu yang keras. Toni berhasil menendang kepalaku sesaat fokusku berubah.

Aku bisa menggerakan tubuhku namun pandanganku masih kabur. Aku hanya melihat bayangan seseorang sedang saling beradu pukulan dan juga aku melihat bayangan orang terpental setelah mendapat pukulan dari salah satu orang itu.

Aku tidak tau siapa yang menang dalam duel itu. Yang aku tau adalah aku melihat bayangan seseorang mendekatiku dan aku merasakan tubuhku diangkat dan kurasakan ada lutut yang menendang perutku dengan keras. Kurasakan aku mengeluarkan sesuatu yang kental dari mulutku dan rasanya asin. Tubuhku dilempar oleh bayangan itu dan melayang menabarak susatu benda yang keras. Aku merasakan kesadaranku menghilang.

*****
“zaaaa, bangun zaaaa” Seseorang kurasakan menggerak-gerakan tubuhku. Aku kenal dengan suara ini. Suara dari orang tersayangku. “zaaaa banguunn. Sampe kapan kamu tiduran disini?” Suara itu makin keras terdengar.

Aku berusaha mati-matian bangkit dari tidurku.

“ini dimana?” aku melihat sekitar yang isinya putih semua.

“ayoo zaa, ikut aku” Wanita itu menarik tanganku dan membawaku entah kemana.

Semakin lama, ruangan tersebut semakin terang hingga membuat mataku sakit. Pegangan tangannya semakin berbeda. Menjadi dingin dan genggamannya kian erat.

*PLAK*

“KAMU BUKAN WINDA” Aku menepis tangannya dengan tanganku yang satunya.

“maksud kamu apa za?” Ia melihatku dengan tajam.

“INI DIMANA? BALIKIN GUE KE TEMPAT TADI”

“kamu kok ditinggal sama aku jadi kasar sih sama aku?” Ia menunduk.

“KAMU BUKAN WINDA!!”

Ia menangis sesenggukan dan wajahnya ia tutup dengan kedua tangannya. Aku memperhatikannya beberapa saat kemudian.

Lama kelamaan suara tangisannya berubah menjadi suatu tawa yang terdengar sangat mengerikan.

“AKU ADALAH WINDA. PACAR KAMU FAZA”kepalanya sudah ia tegakkan namun wajahnya masih ditutup oleh tangannya.

Tubuhku saat itu juga gemetaran. Aku merasakan udara dingin yang menusuk kulit dan suasana di ruangan itu kian redup. Semakin lama angin semakin besar dan dingin, membuatku harus sedikit menutupi mataku dengan tanganku agar penglihatanku jelas.

Aku melihat sosok itu membuka wajahnya yang ditutup dengan tangannya, dan akhirnya aku melihat wajahnya berubah dari sosok cantik Winda menjadi sosok yang aku tak kenal. Matanya merah, dan mulutnya sobek membuat gigi-giginya terlihat.

Langkahku mati saat kulihat sosok itu melesat menuju dan menangkap tubuhku. Tubuhku di cengkram dengan keras. “AKU ADALAH WINDA” Ia berteriak persis di depan kepalaku menyebabkan air liurnya muncrat mengenai wajahku.

Sosok itu kemudian melompat dengan sangat tinggi dan menghempaskan tubuhku ke bawa. Aku menutup mata karena pasrah akan menghantap lantai ruangan itu.

*BYURRRR*

Aku seperti terjun di sebuah perairan. Kini tubuhku berada di tengah-tengah lautan.

Aku yang belum lancar berenang, panik karena perairan tersebut sangat dalam. Kaki tidak merasakan dasar perairan itu. Aku menggerakan seluruh tubuhku untuk mencapai permukaan air yang jaraknya cukup jauh.

Cukup lama akhirnya sedikit lagi aku mencapai permukaan. Nafasku sudah hampir habis dan tubuhku terasa keram semua karena cukup lama aku memaksa menggerakan tubuhku.

Tinggal sedikit lagi aku mencapai permukaan, ada sesosok makhluk yang menerjangku dan aku merasakan tubuhku mati rasa karena digigit oleh gigi-gigi yang cukup tajam. Nafasku habis dan aku membuka mulutku dan aku merasakan air masuk ke dalam tubuhku dan kesadaranku kian luntur hingga hilang.

.

.

.

Aku kembali tersadar di suatu ruangan yang aku kenal. Ini adalah kamar kosanku. Aku menunggu beberapa saat di kamar itu lalu aku mendengar pintu kamar terbuka. Aku melihat diriku masuk ke dalam kamar sambil membawa tubuh seorang wanita yang pingsan.

Aku terkejut karena pemandanganku saat ini adalah diriku membawa Winda untuk pertama kalinya ke dalam kamarku. Itu adalah saat dimana aku akan memperkosa Winda.

Aku terus memperhatikan dan aku sadar nampaknya sosokku ini tidak bisa ia lihat. Aku terus memperhatikan diriku membuka pakaian Winda, kemudian diriku mulai memompa vagina Winda sambil Winda terus terusan mengerang dan mendesah tidak karuan. Hingga akhirnya gerakannya terhenti dan mereka berdua seakan mengetahui keberadaanku. Mereka berdua kemudian menatapku tajam dan itu membuatku sangat terkejut. Mereka berdua menggerakan tangan kanan seraya menunjukku dan sesaat kemudian tubuhku terpental.

.

.

.

“HAAAAAAAHHHHHHHH” Aku langsung bangkit dari tidurku.

“akhirnyaa za. Lo bangun juga” Tama berada di atasku dan tangannya berada di dadaku. Aku mengira bahwa ia terus-terusan menekan dadaku. “ahh gila lo zaa, ngelindurnya serem” Tama mulai beranjak dari atas tubuhku.

Aku masih terus terdiam dan memperhatikan sekelilingku. Aku menyadari bahwa saat ini ruangan yang sedang aku tinggali ini adalah dunia asli. Aku melihat sosok tubuh menggeliat-liat karena diikat oleh dua orang.

“Toni ketangkep tam?” Suaraku serak.

“iyaa. Gila. Kita semua harus nyerang bareng biar ketangkep tuh orang. Dimas aja tidur pas selese. Gue juga niatnya tidur, ehh elo ngigo serem” Tama mulai menyenderkan tubuhnya di dinding.

“gue ngigo apa aja?”

“kebanyakan ngomong Winda, tapi sambil teriak-teriak gitu. sempet nyebut Hani juga tadi, Zahra juga, tapi kebanyakan Winda”

Jordi mendekatiku setelah yakin telah mengikat Toni dengan cukup keras.

“mas sorry”

“hah? Buat apa za?”

“tadi kata Tama gue ngigoin Zahra…”

“sante aja za, gue kan udah tau masa lalu kalian berdua” Jordi juga mulai menyender di tembok. “akhirnya. Berhasil juga nangkep tuh orang. sekarang tinggal nunggu polisi”

“Mas Jodi mana mas?”

“lagi bantuin Yanti tuh” Jordi menunjuk kearah ruang tengah.

Aku melihat Yanti masih menangis terisak sambil memakai pakaiannya dibantu oleh Jodi. Beberapa saat kemudian mereka berdua datang mendekati kami di ruang depan.

Yanti langsung menubruk tubuhku dan memelukku cukup erat sambil menahan tangisannya.

Aku hanya terdiam sambil mengelus kepalanya. Cukup lama kegiatan itu dan aku melihat semuanya sudah tertidur. Mungkin kelelahan pikirku.

“makasih yaa zaaaaa” Ujar Yanti akhirnya setelah beberapa saat lalu hanya menangis terisak memelukku.

“kok makasih ke aku sih. Aku mah gak ngapa-ngapain. Mereka semua tuh” Aku menunjuk ke sekeliling ruangan itu.

“iyaa ke kalian semua pokoknya” Yanti melepas pelukannya.

Kami berdua kemudian melihat tubuh yang menggeliat-geliat di lantai berusaha melepas ikatan yang ada di tubuhnya namun nampaknya hal itu sia-sia.

“AWAS KALIAN. AKAN KUBALAS SEMUA INI. TERUTAMA KAU JODI!”

Jodi seketika menendang kepala Toni yang seketika membuat Toni pingsan.

Setelah sekian lama akhirnya aku mendengar suara sirene dan suara tersebut terhenti tepat di depan rumah yang saat ini sedang kami singgahi.

Petugas itu kemudian masuk ke dalam rumah dan sedikit terkejut melihat kami semua yang tergeletak di lantai. Aku menjelaskannya dan kemudian menunjuk tubuh yang yang masih terus menggeliat-geliat. Petugas itu langsung memanggil teman-temannya dan segera mengangkut tubuh itu. aku berpesan agar ia tidak ditempatkan bersama dengan temannya dan aku meminta tolong untuk menyembuhkan teman-temanku.

Teman-temanku bangun dari tidur singkatnya dan langsung mendapat perawatan.

Setelah semua luka yang ada di tubuh masing-masing dari kami ditutup dengan menggunakan perban, para petugas pergi dari rumah itu.

“nah sekarang kita baliknya gimana nih? Kayaknya gamuat kalo ditambah Yanti. Bayangin aja misal Yanti di depan, di tengah berarti ada 4 orang yang gedenya hampir sama semua hahaha” Ujar Jordi.

“iyaa juga sih. Apalagi ini lumayan jauh dari kosan. Engap banget nanti haha” Dimas menimpali.

“gimana kalo nginep semalem disini, biar besok bisa nyewa ojek atau apa gitu buat nganter ke kosan” Jodi kali ini menimpali.

Beberapa saat kami mempertimbangkan ide dari Jodi dan akhirnya mau tidak mau kami sepakat untuk menginap satu malam di rumah ini.

Kini Toni dan Mamat sudah ditangkap oleh yang berwajib dan Yanti otomatis sudah bebas dari kekangan mereka dan bisa hidup dengan normal kembali. Entah apalagi kejadian yang menungguku dimasa yang akan datang. Aku masih kepikiran tentang mimpiku yang berkaitan dengan Winda dan saat aku melihat diriku pertama kalinya memperkosa Winda. Jika diingat-ingat aku jadi sedih. Aku merasa tak pantas menjadi kekasih Winda.

Aku kemudian memutuskan untuk menelfon Winda hanya sekedar ingin mendengar suaranya dan kabarnya. Kami berbincang-bincang di telefon cukup lama karena aku dimarahi akibat kelakuanku malam ini. Tapi tak apa. Aku senang tiap kali ia marahi. Aku tidak ingin kehilangannya.

Bersambung​
Aroma2nya Jodi penjahat juga nih
 
Wah mantep udah update, gokil nih ceritanya. Udah kaya film" hahaha
Ditunggu kelanjutannya
 
Lanjutkan suhu, di tunggu update selanjutnya :jempol:
Selalu bisa memberikan suasana emosional di setiap adegan sex ataupun jalan ceritanya :galak:
Di tunggu jalan crot yang lain, kintan mira atau nura mungkin :ngiler:
Atau tia yang dulu di incer tapi belum di exe :taimacan:
 
Cerita dengan banyak genre ni, dari Romance, fight, penghianatan dan misteri, semoga sampai tamat gan ceritanya..
 
yahuuudd negh ... gw enjoy bacanya ... sampai penasaran ..
penasaran siapa sang penghianat itu ... jodi atau malah mungkin tama ya ?
gw tunggu aja deh lanjutannya
Masa tiba tiba tama sih hu hahaha. Makasih huu. Stay tune teruss sama cerita ini haha
Ko toni ngatain jodi pnghianat? Apa jgn2 jodi jg menikmati tubuh yanti hu? Awal mula kisahnya yanti ada drumah mamat gmn hu? Trus itu rumah mamat deket ama nayla? Apa gda kejadian antara mamat dg kintan hu? Secara kintan kn prnah dinikmati oleh bp nya nayla.... Jd penasaran hu kelanjutannya
Naah itu huu. Ane juga masih penasaran haha. Stay tune hu sama cerita ini semoga engga mengecewakan
 
Wah mantep udah update, gokil nih ceritanya. Udah kaya film" hahaha
Ditunggu kelanjutannya
Makasih huu haha.
Lanjutkan suhu, di tunggu update selanjutnya :jempol:
Selalu bisa memberikan suasana emosional di setiap adegan sex ataupun jalan ceritanya :galak:
Di tunggu jalan crot yang lain, kintan mira atau nura mungkin :ngiler:
Atau tia yang dulu di incer tapi belum di exe :taimacan:
Untuk kintan sebenernya udah ada tinggal di launching aja yg belum hahaha. Nura nihh. Ane masih mikir ke mana biar bisa ke nura wisti sama ayu haha
Cerita dengan banyak genre ni, dari Romance, fight, penghianatan dan misteri, semoga sampai tamat gan ceritanya..
Makasih hu doanya heheh
Lama banget hu ga ada adegan ekse perawan hmm
Sabar huu haha. Yg perawan udah pada abis hahah
 
Duuh maaf sekali karena sebenrnya tadi malam mau update cuman gatau kenapa ane tiba tiba ketiduran haha. Jadi nanti malem ya hu updatenya biar rame juga. Kalo pagi pagi kan ada yg kerja dll takutnya menganggu kinerja nantinya hahaha.

Maaf hu sekali lagi
 
Bimabet
Oke hu, klo pagi susah buat coli ny di tempat kerja... Hahahaa
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd