Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Masih penasaran dan jd teka teki juga kenapa segitu benci nya ayah syifa Satria.

Apa mngkin ayah syifa tau Satria anak Jalu?
Atau ayah syifa anak buah Jalu juga?

:kretek:
kelewat ente, Gan! :D bapaknya Syifa pernah dibuat bengep sama Satria, sebab itu lah begitu dendam. entah detailnya gimana kronologisnya..​
 
Bimabet
Chapter 29 : Antara Cinta dan Benci

Lembar pertama :

Semua berkas sudah tersimpan aman di Gunung Kemukus. Dalam brankas kamar A Ujang.

Lilis benar benar tidak pernah mempercayainya sama sekali. Dia tidak tahu kapan Lilis membawa semua berkas itu ke Gunung Kemukus. Rasanya tidak mungkin dia menyuruh orang membawa semua berkas berharga itu ke Gunung Kemukus. Pasti dia melakukannya sendiri. Lalu kenapa tidak ada yang memberitahu kedatangan Lilis ke Gunung Kemukus?

Lembar ke 2 :

Ternyata benar dugaan Lilis selama ini. Eka Ayudia bukanlah anak Lilis. Hasil tes DNA mengatakan Eka Ayudia bukanlah anak kita. Tapi anak yang sengaja ditukar dengan anak kita. Anak kita laki laki. Entah apa tujuan mereka, sampai sekarang Lilis sendiri tidak tahu dan belum menemukan di mana anak kita. Lilis sudah mengetahui Eka bukan anak kita sejak Eka berumur lima tahun.

Jalu terhuyung huyung dan jatuh duduk di kursi yang berada tepat di belakangnya. Bagaimana rahasia sebesar ini tersimpan rapat. Bahkan dia baru mengetahuinya sekarang.

Sebuah pesan masuk ke HPnya, Jalu ragu untuk mengangkatnya, apa lagi pesan itu masuk pada nomer umum, bukan hp pribadinya. Jalu mengambil HPnya, sebuah pesan chat dari Rini anaknya Codet

"Aku minta tolong kamu untuk melindungi dua orang anakku.!"

Jalu "Melindungi dari apa?" tanya Jalu heran.
A

"Nanti kamu akan tahu. Kamu juga tidak akan menyesal bertemu dengan anak pertamamu, karena dia anakmu. Kembaran identikmu. Besok mereka akan sampai Gunung Kemukus, ke rumahmu." Jalu kembali membaca pesan itu berung kali bahwa dia tidak salah baca. Kembaran identik, berarti dia anak lelaki yang sangat mirip dengannya.


Kepala Jalu seakan akan pecah membaca pengakuan dari Rini. Dia termenung, semua masalah datang bersamaan. Hanya kematangan jiwanya yang makan asam garam membuatnya tetap tenang.

"A Ujang...!" Ningsih memanggil Jalu dari luar kamar, dia tidak pernah mau masuk kamar kerja Lilis yang dulu menjadi kamar kerja mendiang Pak Budi. Banyak hantunya, kata Ningsih saat Lilis bertanya kenapa tidak mau masuk ke kamar kerjanya.

Jalu menarik nafas sepanjang yang dia bisa, berusaha menenangkan jiwanya yang terguncang.

"Iya...!" Jalu menutup kembali brankas dan keluar menemui istrinya yang menunggu di depan pimtu. Wanita yang selalu memperlakukannya dengan lembut. Kemanjaannya selalu mampu membuatnya bahagia.

"Dari tadi A Ujang di kamar mulu. A Ujang nyari apa?" tanya Ningsih manja.

"Nyari berkas. Ningsih lagi pengen ya?" goda Jalu menowel dagu lancip Ningsih. Godaan yang sepele, namun justru mampu menjaga kemesraan mereka selama 25 tahun.

"Aa kali yang pengen..!" jawab Ningsih sambil melenggok manja. Pantatnya yang besar dan indah digiyang goyangkannya menggoda Jalu.

"Ich malah nantangin. Aa entot baru tahu rasa kamu..!" kata Jalu neremas pantat Ningsih dengan lembut.

"Siapa takut dientot A Ujang..!" jawab Ningsih manja. Ningsih berbalik dan melingkarkan tangannya di leher Jalu. "Gendong...!" Ningsih merengek seperti anak kecil.

"Dasar istri manja." Jalu tertawa. Tangannya menggendong tubuh Ningsih yang melingkarkan tangannya d leher Jalu. Ini adalah momen yang selalu membuat Jalu bahagia dan melupakan semua beban yang dirasakannya.

Jalu merebahkan Ningsih di atas spring bed mewah dengan sprei berwarna pink, warna kesukaan Ningsih. Jalu tidak pernah mempersoalkan warna sprei yang tidak pernah berubah sejak mereka menikah.

"Kamu cantik sekali!" kata Jalu menatap wajah Ningsih. Kecantikannya tidak memudar di usianya yang ke 47 tahun.

"Sudah tua..!" jawab Ningsih tersenyum. Bibirnya menyambut ciuman mesra Jalu. Seperti sepasang pemuda, mereka berciuman lama.

"Orang tidak akan percaya kamu sudah berusia 47 tahun, sayangku. Bisik Jalu. Lidahnya menggelitik telinga Ningsih, lalu menyusuri lehernya yang jenjang tanpa meninggalkan jejak merah. Karena itu akan menodai keindahan leher istrinya yang putih halus.

"Aa...!" Ningsih merintih nikmat merasakan sensasi akibat lidah Jalu yang menjilati lehernya. Lidah yang sama selama puluhan tahun memanjakan birahinya.

Jalu sudah sangat hafal apa yang diinginkan Ningsih. Tangannya mulai membuka piyyama tidur Ningsih. Tidak pakaian dalam yang menutupi payudara maupun memeknya yang gundul alami. Jalu beralih menjilati payudara Ningsih, tidak ada bagian yang dilewatinya hingga ahirnya hinggap di putingnya yang sudah mengeras.

"Aa, nikmat..!" rintih Ningsih sambil mendekap kepala Jalu dalam kehangatan payudaranya yang selalu terjaga. Lemak ditubuhnya justru membuatnya semakin sexy.

Lidah Jalu menjalar ke bawah pusar, menuju lembah sempit yang menyimpan sejuta kenikmatan. Jalu menghirup aroma alami yang sangat disukain. Lidahnya menggelitik itil yang mencuat indah. Seperti ular, lidah Jalu nenyusup nasuk ke dalam lobang memek Ningsih.

"Ampunnnn Aa... Udah Aa....!" Kata Ningsih menarik Jalu agar menjauhi memeknya yang semakin basah.

Ningsih bangkit, membuka piyama yang dikenakan Jalu, sama seperti Ningsih, Jalu tidak memakai celana dalam sehingga kontolnya yang sudah tegang sempurna, mengacung dengan gagahnya.

Ningsih membungkuk, menghisap kontol Jalu dengan piawainya. Pengalaman yang didapatnya selama puluhan tahun melayani kebutuhan sex Jalu, sehingaa dia hafal apla yang paling disukai oleh Jalu.

"Sudah, Say... Aa sudah gak tahan pengen ngentotin memek kamu." kata Jalu tidak tega melihat Ningsih mulai kelelahan menghisap kontolnya yang besar, sehingga mulut mungilnya harus membuka maksimal.

Ningsih tersenyum lega, dia segera yerlentang dengan kaki mengangkang siap menerima hujaman kontol Jalu, kontol yang selalu membuatnya mencapai multi orgasme dan Ningsih sangat beruntung bisa merasakannya. Karena tidak semua wanita bisa merasakannya.

Jalu merangkak di atas tubuh Ningsih, kontolnya dituntun Ningsih ke tempat yang tepat. Bkes, kontol Jalu amblas dengan sempurna masuk hingga dasar terdalam.

"Aa nikmat....!" kata Ningsih memegang pantat Jalu dan meremasnya. Rasa nikmat tergambar jelas di wajahnya yang cantik.

Jalu yersenyum, semangatnya bangkit untuk memberikan kenikmatan maksimal yang bisa diraih wanita yang dicintainya. Pinggulnya bergerak perlahan disertai hentakan bertenaga yang akan membuat Ningsih dengan cepat meraih orgasmenya.

"Terus A, entot Ningsih...!" Ningsih mendesah menikmati gesekan Jalu pada dinding memeknya yang sangat sensitif.

Jalu tersenyum, dilumatnya bibir Bi tanpa mengurangi kcokannya yang lembut. Memek Ningsih begitu menggigit menjepit kontolnya. Ada kedutan halus yang meremas remas kontolnya menambah sensasi nikmat yang luar biasa. Beruntung sekali mendapatkan Ningsih, memeknya tidak pernah terjamah pria lain. Hanya dia satu satunya yang bisa menikmatinya tanpa batas.

"Aa, Ningsih gak kuat...... Ning kelllluar..!" Ningsih menjerit lirih saat puncak orgasme menghempaskannya ke langit ke tujuh. Tubuhnya mengejang, memeknya berkedut dengan keras meremas kontol Jalu.

"Memek kamu enak banget...!" kata Jalu menikmati remasan pada batang kontolnya.

"Ningsih mau di atas, A..?" kata Ningsih lembut. Sebuah kebiasaan yang tidak pernah berubah saat kami berhubungan sex.

Jalu menggulingkan tubuhnya ke samping tanpa melepas kontolnya dari memek Ningsih. Jalu tidak mau kehilangan momen saat kontolnya terjepit memek wanita yang dicintainya. Kebiasaan yang rutin, membuat pergantian posisi terasa mudah. Tanpa menunggu lama, Ningsih mulai memompa Kontol Jalu, meninggalkan jejak sejuta kenikmatan. Lendir birahinya mengalir membasahi kontol Jalu.
.
"Ochhh nikmat amat genjotan kamu...!" kataku sambil meremas payudar Ningsih dengan lembut. Walau bentuknya sudah mengdur tapi aku masih menganggapnya sebagai payudara terindah.

"Kontol A Ujang lebih ennnak lagiii. Pantes banyak cewek rela dientot A Ujang.....!" kata Ningsih, gerakannya semakin cepat dan bertenaga. Rasa nikmat membuatnya bisa melupakan kesedihan ditinggalkan Lilis.

"Aa mauuuu kelllluar..!" Jalu mengerang nikmat, tubuhnya mengejang membawa swjuta kenikmatan.

"Ning jugaaaaa kelllluar...!" bersamaan dengan Ningsih yang menyambut orgasme ke duanya.

******

Syifa memiringkan tubuhnya membelakangi Satria. Baru dia menyadari, pengorbanannya terlalu besar. Harga dirinya hancur tanpa bekas bersamaan dengan kehormtannya yang hilang. Betapa bodohnya memberikan kehormatannya pada seorang pemuda yang belum tentu dimilikinya. Syifa berusaha menahan tangisnya. Semuanya sudah menjadi bubur, kehormatannya tidak akan pernh kembali lagi.

"Syifa, maafin aku..! Aku berjanji akan mempertanggung jawabkan semuanya." bisik Satria di telinganya seperti hembusan angin di kemarau panjang. Kesejukan yang dirasakan hanyalah sebentar.

"Aku mau pulang, ayahku pasti marah aku pulang malam." kata Syifa menepiskan tangan Satria dari pinggangnya yang ramping.

"Nanti saja, baru jam delapan..! Aku pasti akan bertanggung jawab menikahimu." rayu Satria.

Tapi Syifa sudah tidak perduli, dia bangun dari spring bed empuk yang menjadi saksi hilangnya keperawanannya. Ada noda darah di sprei putih. Noda darah yang tidak akan pernah hilang, begitu pula aib yang harus ditanggungnya akan tetap ada seumur hidup.

Syifa memakai celana dalamnya dan juga BHnya. Syifa tidak perduli ada noda darah dan noda mani yang masih melekat di selangkangannya. Dia tidak berniat untuk membersihkannya. Dia hanya hanya ingin secepatnya sampai rumah, lalu mandi zunub dan sholat thaubat meminta ampun atas semua dosa dan kebodohannya sudah dibutakan oleh cinta.

"Kita pulang...!" ajak Syifa setelah lengkap berpakaian. Tidak lupa mengoleskan sedikit bedak pada kulit wajahnya yang halus.

"Maafkan aku...!" kata Satria sambil mengenakan pakaiannya yang berceceran di lanta.

Syifa tidak menjawab, bukan salah Satria, ini semua adalah kesalahannya. Harusnya dia tidak menjebak Satria, tapi nasi sudah menjadi bubur.

Satria meraih tangan Syifa untuk menggandengnya tapi Syifa langsung menepiskannya. Dirinya sudah terlalu kotor. Syifa mendahului keluar kamar, langkahnya setengah berlari hingga hampir saja menabrak sepasang anak muda yang berpapasan dengannya.

"Syifa..!" kata si pemuda yang ternyata mengenalnya.

Sontak Syifa menoleh, wajahnya langsung pucat karena pemuda itu adalah tetangganya. Berarti masalah baru akan timbul.

Syifa kembali berjalan dengan langkah yang semakin cepat meninggalkan Satria yang memanggilnya. Pikirannya menjadi kalut. Entah apa yang akan terjadi bila pemuda itu mengadu ke ayahnya yang akan marah dan membunuhnya.

Satria berhasil mengejarnya dan merengkuh pundaknya. Kali ini Syifa pasrah tidak berusaha menepiskan tangan Satria

******

Dina tersenyum sinis melihat Satria masuk sebuah penginapan dengan seorang wanita cantik yang berhijab. Sekali lagi Wulan melihat ke arah layar hpnya melihat rekaman video yang diambilnya sepanjang jalan selama mengintai Satria. Dimulai dari menjemput wanita itu di tempat kerjanya. Hingga bermesraan di taman kota dan sekarang masuk sebuah penginapan untuk apa kalau bukan untuk ngentot

Hampir satu jam Dina menunggu hingga ahirnya dia melihat Satria keluar dengan wanita lacur itu. Satri terlihat mesra merangkul pundak gadis cantik itu. Dina segera mengabadikan adegan itu dengan hpnya.

"Mampus lu, Satria. Semua rekaman ini akan kuperlihatkan ke Wulan." gumam Dina.

Bersambung....
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd