Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Keluarga Tabu

Part 6 Peristiwa dan Hadiah

SARAH POV

Hahaha... tadi lucu sekali. Ku kira Bu Milky akan menyerahkan kehormatannya begitu saja.ketika aku menggodanya, ternyata sifatnya cukup kaku dan sulit ditembus. Aku akui kejujuranya patut diapresiasi, walaupun motif kenapa dia bisa bersama Papa satu kamar belum jelas, dia seolah menyuruhku untuk pasrah menerima berita itu.

Aku berusaha menahan amarahku dari tadi. Namun....

"Aku tidak tahu apa motif mu yang sebenarnya perempuan jalang... Mendekati suami tercintaku? Siapa yang punya watak berani seperti itu. Dia pikir aku menyerah dengan semua ini, sialan. Dasar perempuan lonte." Aku mengeluarkan amarah setelah pertemuan barusan di dalam mobil. Aku kesal sekali, seolah dia merasa memiliki suamiku padahal dia bukan siapa-siapa.

"Bajingan licik mau merebut suamiku perlahan-lahan. Seolah suamiku sendiri yang datang kepadamu. Perempuan mana yang langsung percaya dengan argumen omong kosong mu begitu. AHKhhhhh...." Aku memukul kemudi mobil, berharap amarahku terlampiaskan walaupun sedikit.

Aku melihat ke arah kaca spion belakang, melihat tatapan mataku sendiri disana membuatku malu. Bajingan kecil yang bertindak seolah dia sudah memenangkan sebuah kompetisi nasional. Aku melihat wajahku memerah memikirkan pertemuan tadi Untung saja aku berhasil menahan amarahku di ruangan pribadinya. Kalau tidak, harga diriku akan tercoreng.

Aku berusaha mengelola degup jantungku dengan mengatur nafas, "Memang sekaya apa dia? secantik apa dia?" Aku menatap kosong ke arah depan.

TING *pesan*

Bunyi notifikasi pesan WA di ponsel mengalihkan emosiku sekejap.

*isi pesan*(Mamah masih lama yaa!!!)

Aku tersenyum membaca pesan itu. Pesan dari anak satu-satunya yang kusayang.

Memikirkan kegiatan yang akan dilakukan Naia disekolah membuat perasaanku kembali tenang daripada memikirkan si jalang itu. Tiba-tiba terbesit ide...

"Gimana kalo beli laptop buat Adek Naia. Kurasa dia butuh nanti" Aku tersenyum dengan saran yang tiba-tiba muncul di kepala.

Aku ingat beberapa hal tentang keperluan sekolah, mungkin peralatan yang agak umum tetapi sebisa mungkin sekolah seharusnya memberikan informasi tentang perlengkapan sekolah yang wajib dibeli untuk siswa baru. Apalagi untuk sekolah terkenal di Batam.

"Tapi kalo Papa tahu bagaimana?" Aku sejenak memandang kosong ke arah depan jalanan yang penuh sesak kendaraan.

Aku mencoba mengingat wajah Papa. Wajah maskulin dengan garis rahang tegas, kumis tipis di antara mulut dan hidungnya yang mancung, dan garis-garis tipis hampir diseluruh permukaan wajahnya, seakan memanjakan gerakan tanganku untuk segera membelainya.

Aku tersenyum, "Papa belum pulang, papa masih dinas" aku membayangkan Papa berada disampingku melihatku mengendarai mobil dengan pakaian ku sekarang. Aku penasaran reaksinya bagaimana.

Pandangan matanya yang tajam membuatku merasa nyaman. Dia seperti siap melindungiku kapanpun. Meskipun dia sekarang tidak ada dirumah, kedatangan Papa membuat tubuhku menggigil karena rindu.

Di trotoar para pejalan kaki dengan pakaian formal berkelompok berjalan entah kemana. Perempatan jalan penuh sesak dengan mobil pribadi dan beberapa motor bebek yang dikendarai sepasang suami istri, ada juga yang masih remaja. Melihat wajah anak remaja itu dengan kumis tipis pandangan kosong aku tebak dia baru saja bangun dari tidurnya.

"Mungkin habis begadang main game." Pikiranku mengarah kesana.
Tapi aku tak ingin Naia menjadi gadis yang senang menemani bulan di malam hari bersama gadgetnya. Aku harus tegas di waktu tertentu. Dia sekarang masih dalam masa puber. meskipun aku senang dia menikmati waktu pribadinya, aku tak ingin dia lupa waktu.

Saat mobil melaju di tengah kemacetan, gerakan tubuhku terasa kaku. Aku mencoba menenangkan diri dengan meremas kemudi, tetapi itu hanya membuatku semakin gelisah. Setiap detik terasa seperti abad yang berlalu, dan aku semakin terjebak dalam pusaran kebingungan. Tapi dengan memikirkan anak gadisku yang manis, sedikit cukup memberikan aku ruang bernafas.

Aku berbelok ke kiri dengan menyalakan lampu sein serta menurunkan kaca jendela sedikit. Udara berhembus masuk kedalam bercampur dengan suhu dinginnya AC mobil. Silau sekali menatap jalan aspal dan langit biru yang berdiri tegak. Terik panas terlihat dari gerombolan orang tua menyeberang jalan sambil menyapu keringat di dahinya dengan lengan menuju arah tujuan yang sama denganku.

Aku masuk ke gerbang masuk parkiran mobil, menekan tombol karcis, lalu segera menekan pedal gas mengikuti plang penunjuk arah. Pejalan kaki melirik mobilku sambil tersentak karena suara knalpot.

"Sudah berapa lama aku nggak pergi ke Mall" Aku membatin, kurasa itu sudah lama.

"Kurasa itu sudah lama. Aku ingin mengajak Naia jalan ke mall lain kali." Pikirku sambil meratakan posisi mobil yang aku parkir di basement mall.

Aku berkacak pinggang melihat cermin kecil yang ku bawa dari dalam tas. Melihat apakah ada sesuatu yang salah dari wajahku,meskipun agak kesal karena wanita itu aku mencoba meringankan beban wajahku sedikit dengan pijatan lembut, lalu menyemprot sebotol parfum vanilla ke bagian tubuh tertentu.

Suasana di parkiran sepi, ada beberapa orang tua dengan anaknya berjalan masuk ke dalam mobil mereka, ada juga yang membawa setumpuk kantong di dalam troli belanjaan mereka, beberapa suara percakapan lantang terdengar dari mulut siswa siswi yang baru saja datang memarkirkan mobilnya dan menuju pintu masuk mall.

Aku masuk kedalam lobi depan mall. Ada tulisan Terra Mall persis di belakang meja petugas mall yang sedang duduk memeriksa tumpukan kertas cek list. Omong-omong aku juga pernah mendengarnya, soal mall baru dekat sekolah SMAN 21 Batam, namun baru sekarang aku bisa melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.

Keadaan mall masih sepi pengunjung, beberapa lorong ada yang masih di pel lantainya oleh petugas kebersihan. Ada pemilik konter kecil juga berjejeran di tengah jalan mall mempersiapkan barang dagangannya keluar. Beberapa dari mereka melihatku.

Yang membuatku lucu adalah reaksi pria muda yang sedang mengelap etalase konternya sambil menganga tengah melihatku berjalan melewatinya. Aku sadar tatapannya walaupun hanya sekali lirik. Mungkin di dalam pikirannya adalah gambaran tubuhku yang seksi. Aku sengaja mengayunkan pantatku dan menenteng tasku dengan gaya alay setelah sadar akan reaksi pria itu.

"Pagi-pagi udah melongo aja bang bang." tuturku dalam hati.

Menuju lantai dua, suara langkah kakiku paling kuat diantara yang lain. Mungkin karena belum banyak orang disini karena baru buka namun pandanganku tetap ke arah lift.

Terpampang di plakat informasi di atas langit langit mall bertuliskan gadget dan elektronik berada di lantai dua.

Di ujung pandanganku setelah pintu lift terbuka terdapat lorong panjang dengan satu gerai laptop tepat sebelum area toilet yang ada di sebelah kanan. "Kebetulan sekali. " Aku menuju kesana perlahan sambil menoleh ke kanan ke kiri melihat heran karena hanya satu gerai itu yang telah membuka rolling doornya setengah.

Aku melewati gerai laptop itu menuju toilet sebentar.

"Permisi ada orang?" Setelah mengarah ke gerai laptop aku memanggil pemilik gerai, meletakkan kedua tanganku di atas etalase kaca.

"Permis-i...e-eh" bukan kata sambutan pemilik toko yang terdengar, aku malah melihat dua orang sedang bercumbu berpelukan tepat dibalik tirai transparan yang mengarah kedalam gerai itu.

Aku melihatnya tanpa mengucap kata, dua orang itu asyik berpelukan diatas sofa. Seorang pria tua sedang menggendong dan memeluk seorang wanita dengan mengucap beberapa kata. Aku tidak bisa mendengarnya, yang kudengar hanyalah desahan tipis dari balik tirai transparan itu.

"Ehem" Aku pura-pura batuk sambil memainkan rambutku dan tanganku yang lain memeriksa notifikasi handphone. Terlihat mereka segera melepas ikatan itu lalu merapikan pakaiannya sambil tersenyum keluar dari balik tirai.

"Ehmm.. ma-maaf kak.. ada yang bisa dibantu. Kakak mau beli apa?" Seorang wanita berdiri malu-malu tersenyum kearahku. Lalu diikuti seorang pria keluar berpura-pura mengecek handphonenya menunduk dengan celana longgar pendek dan kaos tipis.

Wanita itu menyusuri wajahku sambil tersenyum melihat laptop di etalase kacanya tepat di bawah kami berdua. Setiap inci wajahnya terlihat berkeringat, hijab tunik ungunya juga sedikit miring akibat intensitas tadi.

"Aku mau cari laptop buat anak perempuan saya, dia nanti masuk ke SMA dan aku nggak ngerti laptop yang bagus untuk belajar."

"Anak? Aku kira kakak masih gadis kuliahan soalnya cantik hehe.." Dia kaget dengan ekspresi berlebihan.

"Ngga ngga, aku udah punya anak, dia mau masuk sekolah sebentar lagi." Aku membalasnya dengan sedikit respon, "Justru aku heran kenapa kamu bekerja di mall dengan wajah terlihat seperti gadis usia tujuh belas tahun." Aku menambahkan sekaligus melirik pria yang sedang duduk berpura-pura sibuk dengan gadgetnya.

Pria itu menoleh ke arahku sambil tersenyum, dia mendekat berdiri dari kursinya, "Maaf bu, ibu denger sesuatu ngga pas disini, bunyi aneh atau apa gitu?" Dia berkata sambil merendahkan kepalanya sedikit, kedua telapak tangannya menempel seolah bersikap sopan kepadaku.

Aku tersenyum, pandanganku menyapu wajah pria itu lalu beralih ke arah wanita tepat di depanku dengan hijabnya dan pakaian menonjolnya, "Aku liat dan dengerin kalian, tapi aku ga mau ikut campur urusan kalian. tapi ngeliat wanita dengan wajah didepanku ini aku rasa kalian seorang ayah dan anak. Bukankah begitu?" Pandanganku sekarang menyipit, menelisik kearah pria tua itu.

Terlihat gerakan tangannya kacau, pandangannya mengabur seolah memutar otak untuk beralasan. Pria itu melirik ke samping, melihat anak gadisnya yang gemetar badannya takut terjadi sesuatu hal yang tidak mengenakkan mereka berdua setelah ini.

"Kenapa kalian diam saja? Takut dilaporin kan?" Aku berkacak pinggang mengejek mereka berdua kikuk mematung didepanku.

Pria tua itu menarik nafasnya, mencoba memahami situasi, "Baiklah jika ibu mendengar dan melihat kami tadi, saya akan bertanggung jawab jadi jangan laporkan anak saya, cukup saya saja, atau apa ada hal yang ibu minta dari kami untuk menutup ini semua."

"Bapak tahu kalau melakukan dengan anak kandung sendiri adalah tindak pidana besar?" Aku meninggikan suaraku.

"Sa-saya tahu bu. tapi jika ada hal lain yang bisa menggantikan kesaksian ibu, apapun itu saya siap bertanggung jawab dan memenuhinya." Pria tua itu ekspresinya tak karuan, wajahnya memohon memelas dengan nada lirih sekarang.

Aku mendengus kesal, "Aku sudah bilang tadi kan, kalau aku tidak mau ikut campur urusan kalian. Tapi kalau kalian memaksa..."

Belum genap aku memikirkan sesuatu yang pantas, anak gadis didepanku meraih tanganku dan menggenggamnya berkata sedih" Tolong jangan laporin Papa ke polisiiiii...tolong maafkan kami kak, toloonggg" Dia berteriak sedikit saat itu, aku langsung menyuruhnya mengecilkan suara lalu menarik tanganku dari genggamannya.

"Kakak ngerti tapi jangan teriak. Nanti ada orang kesini..." Aku memberi pengertian kepadanya sambil menatap wajahnya yang gugup sekarang, "Baiklah.. kalau bapak takut dan tidak percaya dengan semua ucapanku dan menutup mulutku, gini saja.. berikan aku laptop gimana tanpa bayar ya?" Aku merapikan sedikit hijab gadis yang ada di depanku sambil mengarahkan aura intimidasi ke pria tua itu, ayahnya sendiri.

"Baiklah.. maafkan kelakuan saya, saya tidak akan mengulanginya lagi dan-"

"Stop. Aku ga mau mendengar omong kosongmu, silahkan lakukan dan lanjutkan kegiatan kalian tadi, aku tidak peduli, aku hanya ingin dilayani sebagai pelanggan. Dan aku tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan kepada anakmu sendiri."

Pria tua itu tertegun dan bingung..."Cepat mana laptopnya!" Aku memarahinya, seketika itu dia masuk ke dalam ruangan bilik terburu buru.

Gadis yang berada di depanku masih sesenggukan menahan tangis, aku takut air matanya jatuh kena laptop di etalase kacanya,

"Udah jangan nangis. Kakak ga bakalan laporin papa kamu ke polisi, aku tahu kalian suka sama suka, dan ga ada paksaan kan?Namamu siapa?"

"Na-namaku Nazwa, beneran kan kak? kakak ga laporin papa kan?" Ia bertanya lagi

"Tenang aja kakak ga laporin kok. Kamu sama papa kamu ga ada paksaan kan?"

"En-enggak kak, dulu papa nyuruh aku begituan, mau ga mau aku harus nurut."

Aku tersenyum dan mengelus pundaknya, "Baiklah, lebih baik begitu. Kakak ga mau kamu tertekan akibat ulah ayahmu sendiri. Dan kamu menikmatinya kan?"

"Menikmati maksudnya?"

"Jangan bohong depan kakak. Kakak ngeliat kamu nyaman banget dipeluk tadi. Kamu udah ngewe sama ayahmu kan?" Tanyaku penasaran.

"I-iya kak. Aku menikmatinya kak. Aku udah ngewe sama papa juga, tapi kata papa hubungan kayak gitu ga boleh dilakuin ayah sama anak. Makanya kami ga bisa terang terangan nunjukin depan umum."

Aku lega dia sedikit terbuka sekarang, "Bagus kalau kamu menikmatinya, hubungan kayak gitu biasanya karena paksaan dan anak seusiamu selalu jadi korban pelecehan. Tetapi, i jika kamu ga nyaman dan amit amit disiksa sama ayahmu sendiri bilang sama kakak ya" Aku menyodorkan kartu namaku di atas etalase kaca.

Ia kaget melihat kartu namaku, "Kakak seorang dokter?" dia langsung bertanya. Aku menjawabnya dengan anggukan.

"Simpan kartu nama kakak, dan panggil nomor kakak jika kamu butuh sesuatu."

"Ba-baik kak. aku akan nyimpan nomor kakak. "

Kami berbincang sedikit setelah ketegangan itu. aku bertanya kepada Nazwa soal keluarganya, dan pekerjaan yang dia lakukan sekarang. Aku melihat dia belum terlalu berani menjelaskan semua hal tentang keluarganya kepadaku, tentang bagaimana bisa dia memiliki seorang ayah yang memiliki nafsu pada anaknya sendiri, juga dimana dia tinggal. Terlihat dari ucapannya sedikit gugup. Mungkin dia butuh ayahnya disampingnya untuk menjelaskan hal tabu seperti itu didepan orang yang baru dia kenal. Kemudian ayah Nazwa keluar dari ruangan bertirai itu membawa tas laptop, sebuah laptop, mouse, cas laptop, dan flashdisk.

Aku bergeser ke samping kanan mengarahkan pandanganku ke arah laptop yang diletakkan ayahnya Nazwa diatas etalase.

"Namanya siapa bu?" Aku kaget ayah Nazwa menyodorkan tangannya kearahku.

"E-h Sarah.. " Aku menjabat tangannya bingung.

"Nama saya Darwis dan memang benar saya telah melakukannya dengan anak saya sendiri. Terimakasih telah berkompromi dengan tindakan kami. Jika berkenan Ibu bisa mampir sebentar ke rumah kami. "

Aku kaget, "Terimakasih kembali, lain kali bapak harus hati-hati. Sangat tidak etis melakukannya di depan umum, walaupun itu masih didalam tempat jualan milikmu, apalagi dengan anakmu sendiri. "

Pria tua itu tersenyum cerah sekarang. Namun sorot matanya tampak seperti penjahat yang telah kepergok massa. "Bu, sangat jarang saya bertemu dengan orang seperti anda. Yang tidak suka ikut campur urusan orang lain. Jika ibu ada masalah mengenai apapun tentang peralatan sekolah anak anda, atau mungkin laptop yang telah saya berikan bermasalah. Saya siap membantu tanpa dibayar. "

Pria itu kemudian mengeluarkan hp nya lalu menyodorkannya kearahku. "Jika bisa saya ingin berkenalan dengan anda. Bisakah saya mendapatkan nomor anda, Bu Sarah?"

Aku tersenyum, "Saya sudah memberikan kartu nama saya pada anak anda. Ada nomor telepon saya disitu. "

Nazwa pun tersenyum tipis sambil memperlihatkan secarik kartu nama kecil ke arah papanya.

Pria tua itu kaget, mungkin karena ia melihat logo rumah sakit terkenal dan gelar namaku disitu.

Aku berdehem, "Baiklah bapak. Saya rasa urusan saya selesai disini. Terima kasih telah memberikan laptop ini cuma cuma, yah walaupun itu akibat ulah bapak sendiri hehe. Oh ya ingat tetap berhati-hati dengan masyarakat. "

"I-iya baiklah, senang berkenalan denganmu Bu Sarah.Terimakasih atas sarannya" Darwis menjabat tangan sekali lagi setelah menyiapkan peralatan yang diberikan gratis kepadaku.

Aku memutar badanku setelah melirik ke arah Nazwa yang kembali ceria. Betapa indahnya keluarga seperti itu jika tiap anggotanya saling mengerti hasrat satu sama lain. Menghargai satu sama lain tanpa ada konflik yang sebenarnya tidak perlu.

Tiba ujung lorong spontan Nazwa berteriak,"JANGAN LUPA MAMPIR LAGI YA KAK!"

Badanku tersentak kaget, melihat kebelakang sosok Nazwa yang tersenyum sambil melambaikan tangan kecilnya.

Aku membalasnya hanya dengan senyuman dari kejauhan.

"Sialan, gasopan banget teriak-teriak" tutur batinku kesal.

Aku segera turun, kembali ke tempat parkir dan kembali pulang.

"Astaga mumpung disini." Aku teringat setelah menyalakan layar ponselku, melihat pesan terakhir dari Naia. Dia suka makanan dan minuman manis jadi aku kembali ke dalam mall membeli segelas milk
shake vanilla latte dan donat coklat.

"Jadi ibu yang pengertian susah sekali rasanya." Keluhku setelah berlari kecil membawa bingkisan makanan dan minuman masuk kedalam mobil.
 
Terakhir diubah:
Spesial buat malam ini sange banget bikinnya ahhmm...

Part 7 Kasih Sayang dan Penerimaan Dosa

Sarah mengendurkan otot nya. Mobil yang ia bawa berjalan pelan kembali menuju rumah. Kondisi geografis jalan dan medan Kecamatan Sagalu selalu memanjakan matanya. Paduan hijaunya alam, kondisi aspal yang mulus, deretan pohon di tepi jalan menemaninya kembali pulang.

Rumah keluarga Sarah terletak di Perumahan Perhutani, Kecamatan Sagalu, berdekatan dengan zona observasi alam, beberapa tempat wisata alam juga dan hutan buatan milik pemerintah kota. Betapa senang ia menyusuri jalan menuju rumah. Rumah yang diberikan suaminya untuk ditinggali keluarga kecil sepertinya, sangat jauh dari kebisingan, sangat cocok untuk dirinya yang memiliki sifat tertutup.

Perumahan perhutani itu berada diatas bukit kecil. Ia memasuki kawasan perumahan dengan halaman sebelum portal masuk cukup lebar. Bentuknya setengah lingkaran dengan air mancur berada di tengahnya. Tak ada papan nama perumahan di sana, karena memang perumahannya cukup elit dan eksklusif. hanya segelintir orang yang tahu tempatnya. Bahkan Sarah sebagai istrinya masih bingung hingga sekarang bagaimana bisa dirinya digiring suaminya terlempar ke tempat dimana jarang terlihat orang berinteraksi disini. Ia bingung bagaimana cara suaminya menemukan perumahan dengan kondisi lingkungan begitu lengang dan sepi.

Ia masuk dan menekan pedal gas, mempercepat laju mobilnya menuju rumahnya yang berada di paling ujung perumahan yang dikelilingi pohon tinggi menjulang.

Mobil Toyota Supra MK-5 warna hitam milik Sarah menderu pelan memasuki pekarangan rumah. Tak ada garasi di rumahnya. Area pekarangan rumahnya cukup luas dengan alas permukaan berupa batuan paving. Jika mobilnya ada kendala biasanya montir yang datang langsung mengecek ditempat tanpa perlu dipindahkan karena luasnya halaman.

Ia mematikan mesin mobil, melihat barang bawaan sekali lagi, keluar dari mobil membawa beberapa tas belanja, berjalan ringan dengan pakaian formal, lalu membuka pintu rumah. Ia tak sabar menemui anaknya yang berada di dalam.

CKREKKK.. bunyi pintu rumah terbuka.

Sarah mendengar langkah kaki terbirit-birit anaknya dari ruang tamu. Ia berpikir anaknya akan menyambutnya disini. Tetapi setelah beberapa saat diam ditempat, anaknya tak mengeluarkan bunyi lagi.

Begitu memasuki ruangan dapur ia melihat anaknya sedang jongkok di rak jaring besi tepat di samping wastafel. Pantatnya nungging lebar. Sarah kaget anaknya sedang tidak memakai Celana dalam. Jelas sekali vagina pinknya tampak dibalik mukena putih yang ia pakai. Bulu kemaluannya tipis terlihat. Lubang anusnya juga mengerut lucu disana.

Akibat dari cahaya matahari di siang hari menyorot masuk, mukena putih yang di pakai Naia tampak transparan. Mukena terusan itu ia pakai berjongkok meraih sesuatu, mulutnya mengeluarkan suara yang tertahan,

"HMMPHHH… ahhss dikit lagi dapet."

Sarah hanya melihat anaknya yang masih nungging di ruang makan. Tas kecil dan makanan yang dibeli ditaruh diatas meja kaca.

"Naia kamu ngapa… Eh?" Sarah hendak mendekati anaknya yang sedang kepayahan disana. Namun, setelah Sarah sadar tergeletaknya ponsel anaknya tepat disamping piring camilan anaknya, Sarah tertegun antusias dengan video pasangan yang sedang nungging telanjang di ponsel Naia.

"Uhhhmm… apa ini, tidak mungkin." Gumam Sarah dalam hati.

Video itu dijeda secara sengaja. Bahkan Sarah masih tidak bisa mempercayai apa yang sedang ia lihat didepannya sekarang. Ia segera mendekatkan bola matanya segera ke arah ponsel anaknya yang tergeletak dengan video porno yang terpampang berhenti berputar itu, memeriksanya sekali lagi.

Raut muka Sarah sedikit kaget. Sebenarnya ia ingin segera menanyakan temuannya itu ke anaknya sekarang.

"Foto, foto buruan. Harus ada bukti." Sarah mengurungkan niat bertanya itu, mengambil ponselnya dari dalam tas dan segera menjepretnya sebagai alat bukti.

Ia buru-buru menyimpan ponselnya lagi ke dalam tas. Tapi setelahnya…

"Timun? Kok timun yang ada di kulkas tiba-tiba disini. Ujungnya becek lagi," Sarah mencoba mencari alasan yang masuk akal mengapa benda lonjong berwarna hijau ini kabur dari rak nya. Benda itu terbaring di kursi meja makan dengan kondisi separuh bagian batangnya lengket. Seperti telah dilumuri sesuatu.

Tiba-tiba Sarah tersenyum jahat, "Ah.. aku paham!" Ucapnya spontan dalam hati.

Tanpa banyak omong dia meraih batang timun itu lalu menyelipkannya dibalik tirai jendela. Ia menyembunyikan segera sayuran hijau itu.

“Mama… Udah pulang ya, Sejak kapan?” Naia menyadari kedatangan mamanya sembari meraih sesuatu dibawah sana.

Sarah mendekatinya perlahan. Tubuh anaknya yang cukup padat sedang berada di depan matanya. Pantat Naia memperlihatkan bagian vitalnya. Lubang anus dan vaginanya terlihat sedikit basah. Mukena tipis itu menampakkan tubuh telanjang Naia karena pantulan cahaya.

Sarah antusias ikut menatap anaknya yang sedang jongkok, mencari sesuatu yang entah apa itu.

Pantat Naia disentuh jari tangan kanan mamanya dengan sedikit tekanan, membuatnya jadi tumpuan lengan mamanya.

Sarah sedikit menampar pantat anaknya yang bulat itu pelan, "Cari apa sayanggg… ada yang jatuh disitu?”

Sarah menyangga badannya dengan lutut. Ia melihat benda yang dari tadi sibuk Naia ambil susah payah.

“Ini ma, aku mau ambil sendok di rak dapur, mau makan malah jatuh.”

Sarah menatap wajah Naia yang berkeringat basah, ia bulir keringat dan raut wajah yang siap meledak karena kesal.

Mengerti akan kondisi anaknya Sarah memindahkan kunci mobilnya ke tangan kanannya yang sedang menyangga tubuh nya diatas pantat Naia.

"Sabar sayang, sini mama bantuin," Ia berusaha meraih sendok stainless itu dengan tangan kirinya.

Tanpa disadari, ujung dari kunci mobil yang ia pegang di tangan sebelah kanan Sarah menusuk vagina anaknya.

"Makasih dah bantuin maaa-AHHHHHHHHMMMHFF… "

Naia seketika mendesah tertahan. Ia menggigit bibir bawahnya sedikit. Nafasnya seketika tak karuan. Kunci mobil mamanya masuk ke dalam vaginanya dengan kulit masih dibalut kain mukena.

Semakin Sarah berusaha sekuat tenaga meraih sendok itu, semakin kuat pula tekanan kunci mobil yang telah berada di dalam vagina anaknya.

Vagina Naia serasa digaruk dengan kasar. Raut wajah Naia menahan erangan, bola matanya memutar ke belakang. Pinggulnya yang sedikit lebar dan kencang mengejang. Kedua pahanya bergetar saat kunci mobil ibunya semakin menekan masuk ke dalam.

"Dikit lagi mama-AHHFFFFUCKKHHMM… MMFFFHH… " Naia menyemangati Sarah dengan posisi badan jongkok tertahan, kedua telapak tangannya menempel diatas lantai dingin ruang dapur. Suara bibirnya mengecil dibagian akhir kalimat.

Naia sangat menikmati apa yang dilakukan mamanya sekarang.

"Ahh.. yess.. mphhmm… mama yaahh. Di sanah… ehemmfff… Uhhmm… " Tubuh Naia semakin bergetar. Refleks melakukan gerakan maju mundur seperti diperkosa oleh orang dari belakang dengan gaya doggy-style. Kunci motornya menekan semakin kuat lubang suci Naia yang semakin basah.

Suara semangat Naia yang dekat ditelinga Sarah membuat sarah menjulurkan tangannya sekali lagi,
"I-iiyahh sayang. Susah juga mama ngambilnya. Dempet sama tembok, Mana kecil lagi sendoknya."

Sarah tidak mengerti kondisi anaknya sekarang. Ia berusaha fokus meraih ujung sendok itu dengan tangan kirinya sebisa mungkin. Mata Sarah melototi benda kecil itu, memperkirakan sendok itu bisa diambil secepat mungkin.

"Ah… i-ini dia. Mama udh dapet. " Sarah berdiri segera setelah mengambil sendok kecil itu. Nafasnya nya ngos-ngosan. Kepalanya sedikit pusing karena lumayan lama berjongkok. Bulir keringat mengalir deras di dahinya. Payudara Sarah mengecap di kain putih kaos polosnya. Sedikit basah di area tengah dadanya, memperlihatkan seberapa besar payudara yang Sarah miliki.

Kunci mobil yang menekan vagina anaknya kini lepas. Sarah kemudian berdiri berkacak pinggang, "Huft… capek juga jongkok kayak gitu," Ia segera meraih sebotol air minum dari kulkas untuk melepaskan dahaga.

Ia meminum air sembari melihat tubuh anak gadisnya mengejang ditempat, "Sayang… kenapa masih jongkok, sendoknya udah mama taruh di meja tuh."

"I-iya mah… Gatau ini kaki Naia tiba-tiba kram. Tinggalin aja Naia, aku gapapa kok," Naia mengucap dengan tatapan wajah mengarah ke lantai.

"Haha… jongkok doang udah kram sayang? Kayaknya kamu kurang olahraga deh. Yaudah mama tinggal ke kamar. Mama mau ganti baju sebentar." Sarah pergi meninggalkan anaknya yang masih merasakan efek klimaks karena ulahnya tanpa ia sadari. Hanya membawa taa

"I-iya mah.. uhhmm.. hufftt…" Setelah menyadari mamanya meninggalkannya, tubuhnya langsung terkulai lemas diatas lantai yang dingin. Membiarkan minuman dan makanan manis yang telah mamanya berikan diatas meja makan mencair.

Singkat waktu suara adzan isya terdengar sedikit dari rumah. Hari sudah gelap hanya terdengar sedikit suara hewan nokturnal di luar rumah. Jalan lebar menuju rumah Sarah terlihat lengang hanya ada dua tiga rumah kosong yang belum dihuni dengan jarak lima belas meter diantarai tiap rumah, dipenuhi ilalang dan sejumlah pohon mangga dan pisang. Lampu jalan warna kuning menerangi area itu terang tanpa ada tanda-tanda seseorang pernah disini sebelumnya. Rumah Sarah berada paling ujung paling jauh dari titik keramaian perumahan perhutani, paling dekat dengan gerumulan pohon tinggi dan semak belukar yang tumbuh liar. Mungkin karena memang hanya orang penting yang bisa memiliki rumah disini.

Sarah melihat sekejap kondisi lingkungan rumahnya dengan dada berdegup kencang, "Waktunya sholat kan sayang?" Ia tersenyum lalu menutup jendela ruang tamu rapat-rapat, beranjak menuju ruang kamar Naia yang terkunci dari dalam.

"Sayang… sholat isya ya… buruan ambil air wudhu nya." Sarah mengetuk pintu kamar anak satu-satunya yang ia punya lalu kembali ke kamar.

Di dalam kamar Naia terengah-engah membereskan peralatan sekolahnya, menyiapkan sajadah dan mukenanya lalu menjawab panggilan mamanya, "Iya mah.. bentar.. Naia lagi beres-beres perlengkapan sekolah."

Sarah mendengar suara anaknya dari dalam kamar. Sejujurnya ia tidak masalah anaknya tidak melakukan sholat. Dulu di usia yang sama seperti Naia, Sarah juga sering meninggalkan sholat dan lebih mementingkan kebutuhan yang lain. Ia tidak memaksakan anaknya karena ia tahu dorongan egonya lebih kuat daripada kesadaran spiritualnya. Baginya, melakukan sholat adalah hal formal saja.

Sarah tersenyum nakal. Ponsel pintarnya berada di tripod dengan posisi vertikal. Didepan ponsel Sarah terdapat sajadah yang telah digelar. Bau harum parfum sedikit meredakan ketegangan.

"Okey sayang, lakukan seperti yang aku perintah di WA mu sayang… Hmmmff…"

Dior menatap Istrinya yang bersiap melakukan sholat isya melalui video call dengan tubuh telanjang.

Sarah segera melakukan gerakan takbiratul ihram dengan senyuman dan deru nafas semakin tak karuan. Ia berhadap-hadapan dengan ponsel yang sedang menyala, menghadap ke arahnya, dengan tampilan video call suaminya yang sedang mengamati tubuh istrinya dari jauh.

"Yah sayang hmmm… gitu sayang.. sholatlah yang benar lonte kecil ku hmffffuckk." Dior membuka kedua pahanya semakin lebar, memperlihatkan penisnya yang keras dari layar ponsel. Ia duduk di kursi kantor dengan badan penuh keringat. Mendekatkan kontolnya ke arah kamera depan, berusaha menggoda istrinya yang sedang fokus ibadah.

Suara berat, seksi dan bernafsu yang keluar dari mulut Dior membuyarkan kalimat sholatnya. Ia lantas menatap kontol suaminya di layar hape sambil berusaha mengulangi kalimat sholatnya yang berantakan.

"Mmmmfff…" Sarah tersenyum nakal melihat tingkah suaminya. Membayangkan kontol suaminya yang sedang bekerja di luar sambil melakukan gerakan sholat, membuat payudaranya semakin mengembang bulat. Putingnya mengencang hingga nampak menonjol dari tampilan mukenanya.

"Yeahhhmmmfffuuckk… lacur, istri aku lacur… gitu sayang, udah sange yah sayang hemmm… fuckk…" Penis Dior berayun seirama dengan permainan tangan nya yang sengaja menggoda istrinya sendiri. Ia mengocok batang penisnya yang tegang dengan suara desahan yang terdengar dari speaker ponsel istrinya.

Dior memperlihatkan batang penisnya semakin dekat ke kamera, suara erangan tipis Dior terdengar di telinga Sarah. Tubuhnya bergetar, aliran darah nya mendidih, deru nafas dari hidungnya tak karuan. Kepala Sarah yang ditutup mukena kini muncul bulir keringat tipis ditepinya. Suhu ruangan kamarnya semakin panas akibat ulah suaminya sendiri.

"Udah basah memeknya sayang? Hemmmfff… lacur banget kamu sholat sampe tegang gitu putingnya hemm…mmmfff…" Sarah mendengar itu saat melakukan gerakan sholat kini sudah tidak tahan. Mukena putih tipis hampir transparan membuat Sarah gerah badan. Disela gerakan sholat Sarah melihat penis suaminya yang tengah dikocok semakin menggoda Sarah segera menyelesaikan shalatnya cepat.

Sarah sangat bahagia. Matanya berbinar cabul. Suaminya berjanji untuk mengirimkan video coli yang biasa ia kirim ke Sarah di malam hari. Namun di malam ini, ia dan suaminya sedang berhadapan melalui video call sambil melakukan sholat isya. Bahkan pasutri ditempat lain tidak akan pernah berpikir liar seperti itu.

Tongsis itu tegak berdiri dengan tampilan layar ponsel semakin mesum. Dior mengocok penisnya dengan lembut sambil memanggil nama istrinya sendiri, "Aku tahu kamu pelacur muslim yang taat sayang.Mmfff… liat nih dasar istri pelacur… kontolku udah ga tahan pengen ngerusak wajah mu yang sok alim itu.. Fuckk… yeah..hmmm," .

Sarah menelan ludah, berada di rakaat terakhir dan melakukan salam. Jantungnya berdegup kencang, ingin segera bergabung dengan suaminya yang siap menemaninya melakukan hal tabu.

Ia menyingkap bagian bawah mukenanya yang transparan itu, memperlihatkan mulusnya kedua paha dan betis yang ia punya. Sarah meluruskan kakinya kedepan dan membuka kedua pahanya, memperlihatkan vagina indahnya kepada suaminya yang sedang menonton dari balik layar.

"Sayangg… mfff.. papah… aku udah selesai sholat nihh… mama udah gatahan.. ayoooo… ahhmmmfff…” Sarah tersenyum kearah layar ponsel. Ia masih duduk diatas sajadah dengan kedua tangan siap meraba dirinya sendiri.

Dior tersenyum, "Tunjukkan vagina mesummu sayang. Tunjukkan lubang sucimu itu. Papa udah siap nemenin kamu colmek dari sini. Hhmmmfff…" Dior memposisikan ulang tubuhnya, melihat tubuh istrinya yang terbalut kain mukena dengan perasaan nafsu yang sudah tak terbendung lagi.

"Ohhmmm… iyeahhh… sayang…. Fuckk… mama lacur banget… mama pelacur yang taat kan sayang… mmmhhh.. mama adalah ibu Naia yang sangat mesum… mama siap melayani papa dari sini." Jari tangan kanan Sarah menggosok vaginanya yang telah basah kuyup oleh cairannya sendiri. Pinggul sarah bergerak maju mundur seakan disodok oleh kontol suaminya sekarang. Telapak tangan kirinya meraba payudaranya yang masih dibalut kain. memainkan putingnya sendiri yang menyembul tegang. memilin-milin puting tersebut, menariknya dengan manja, lalu mengarahkannya ke lidahnya sendiri. Sarah menyedot, mengecup, menggigit puting susunya dengan perasaan dicintai.

Suami Dior melihat tingkah istrinya menjadi sangat senang. Ia beruntung memiliki seorang istri yang sangat mengerti kebutuhan nafsunya tanpa rasa malu. Dior semakin mencengkram batang penisnya, mengocoknya maju mundur sambil tersenyum bahagia, “Yeahh… Hmmm… FFfffuckk.. iyah sayang… terus…. gitu sayangg Ahhmm… istri yang pintar seperti kamu wajib patuh dan tunduk pada suaminya. Gosok terus vagina sucimu sayang. Perlihatkan kepadaku betapa mesumnya dirimu sekarang… AHhhhmmfff,”

“... Terus kecup putingmu yang cabul itu sayang.. lonte muslimah sepertimu boleh ngelakuin semua hal diatas sajadah. Ga ada yang ngelarang, Papa malah setuju kamu colmek diatas sajadah sholatmu. Papa adalah imammu, imam yang mesum untuk keluarga kecil kita,”

“... Remas lagi sayang ahhmmfffuckk.. kontol papa ga tahan lagi pengen muncrat. Tapi papa nunggu kamu muncrat duluan sayanghh.. ahhmm.. fuckkhh.. yahh. gitu terus remas payudaramu yang seksi itu. Teruslah menjadi seorang wanita mesum dan taat. “ Dior keenakan melihat gerakan demi gerakan yang Sarah perlihatkan kepadanya. Ia merasa bersalah hanya bisa menikmati tubuh istrinya dari jauh. Membayangkan jika istrinya berada di dekatnya lalu mencabulinya dengan dengan ganas. Mengisi vagina Sarah dengan cairan sperma yang sangat disukai oleh Sarah. Membasahi semua tiap jengkal tubuh istrinya dengan keringat tubuh.

Jeritan nikmat suara Sarah yang tertahan telah lepas sekarang. Suara decakan mesum dari lubang vagina Sarah yang disetubuhi oleh jarinya sendiri membuatnya mabuk akan kenikmatan.Jeritan itu pecah, gerakan demi gerakan jari yang mengayun masuk, mengocok dan mengelus tiap sisi lubang vaginanya membuat pikiran jernihnya perlahan lenyap.

“Ahhmm.. yessshh… mmmMMMhhmm.. Fuckkhsss… Hmmmfffyeahh… Papa… aku ingin penis papa disini.. papahh.. Ahhmmfff.. cepatlah pulang kerumah… Mamah.. Ahhhmmmhhm… u-udahhh ga. sabar.” Sarah meninggikan nada suaranya, berharap suaminya mengerti bahwa dirinya sekarang kesepian tanpa belaian manja dari tangan suaminya.

Sarah membuka lebar-lebar pahanya. Membuatnya semakin terlihat seperti pelacur porno di film biru. Jari tangan kanannya bergerak semakin cepat, memburu segala kerakusan akan libido seks yang ia butuhkan sekarang. Sarah mengerti keadaannya. Suaminya yang bekerja jauh dari rumah melindungi keluarganya terpisah oleh jarak. Jarak yang tidak bisa Sarah lawan. Sarah ingin memperlihatkan pada suaminya bahwa cukup dia saja yang bisa melayaninya, cukup Sarah saja yang ada dihatinya, cukup vaginanya saja yang dibuahi oleh sperma nikmat.

Sarah teringat akan video yang diperlihatkan oleh Bu Milky, kawan lama suaminya. Ia tidak ingin itu terjadi kedua kali. Ia tidak ingin ada wanita lain selain dirinya di dalam keluarga ini. Sarah tidak mau hanya karena wanita jalang yang tidak paham posisinya, keluarganya jadi hancur. Sarah harus menunjukkan dirinya pada Dior bahwa dia mampu jadi apa yang Dior mau dan inginkan. Sarah akan menuruti semua yang Dior perintah. Sarah adalah wanita yang taat dan patuh. Ia menginginkan surga. Ia menginginkan berkah dari suaminya yang jauh bekerja disana. Di usia yang semakin bertambah, Sarah mulai mengerti bahwa ia harus bersyukur dengan apa yang ia miliki sekarang. Ia terus belajar menjadi wanita yang sholehah, istri yang taat, dan seorang ibu yang mampu menyayangi anaknya sebaik mungkin.

Mulut Sarah menganga, lidahnya menjulur panas dan basah dengan cairan ludah yang tumpah mengalir ke tubuhnya. Sarah ingin menunjukkan bahwa dia mampu menjadi apa yang suaminya ekspektasikan. Sarah ingin membahas wanita jalang itu tetapi ia tidak mau merusak momen keintiman mereka berdua sekarang. Dipikirannya cukup dengan membuktikan bahwa tubuhnya hanyalah milik Dior. Suami tercintanya yang selalu mensupport keluarganya. Walaupun jarak memisahkan.

illustrasi:D


Tubuh Sarah semakin panas. Disisi lain Dior kegirangan dan menikmati nafsu yang kian memuncak.

“Sayanghmmm.. Papahh.. udahh.. ga-kuat… sayang udah crot belum.. Hmmmfffff…” Dior semakin ganas mengocok penisnya yang kekar, yang terlihat jelas di layar ponsel istrinya dengan ganas. Kocokannya semakin tak karuan temponya. Kulit tangan Dior tampak mengkilat, tubuhnya sudah kewalahan keringat basah melihat istrinya yang sama-sama masturbasi dengannya. Keintiman yang sangat dirindukan olehnya.

“Ahhmfffuckkk.. sa-sayang… Ahhmmfff…bentar yahh.. Mama ambil dildo duluhh Ahmm…” Gerakan sarah terhenti sejenak. Ia segera melompat dari sajadahnya mengambil dildo yang disimpan dekat dengan saklar lampu di dalam laci kecil. Ia tersenyum mengambil benda itu, benda yang hampir mirip dengan kontol suaminya, bahkan ukurannya juga sama. Ia segera kembali ke posisinya, mengangkang diatas sajadah yang telah basah oleh cairan keringat, air liur dan dan cairan vaginanya yang lembab. Payudaranya nampak merah sebelah disekitar puting karena gigitan dan tarikan akibat ulah nya sendiri.

Ia menepuk-nepuk dildo di liang vagina nya itu didepan suaminya. Sementara suaminya meludahi penisnya berulangkali untuk melicinkan gerakan mesumnya segera.

Tanpa sadar Sarah berpikir sejenak setelah tahu kondisi dildonya yang sengaja ia basahi di pagi hari telah kering. Nampak dildo coklat itu seperti telah di lap oleh tisu. Ia segera memeriksanya, mendekatkan batang dildo itu ke wajahnya.

"Kenapa sayang? Ada yang salah dengan mainan seksmu?" Dior bertanya menghentikan gerakan tangannya sebentar.

"E-enggak pah… perasaan mama sengaja biarin cairan memek mama basah dari pagi di dildo mamah, tapi ini kok kayak habis dilap pake tisu. Mama juga simpen baik-baik kok di tempat biasanya. Tapi…"

"Apa jangan-jangan adek Naia yang make?" Dior nyeletuk bertanya.

Sarah tersenyum puas. tapi dia masih ragu dengan pernyataan papa, “Kemungkinan aja sih, tapi apa mama aja yang lupa kalo mama sendiri yang lap dildonya yah pah?”

Dior mengendurkan suaranya, “Sayang… papa tahu ingatan mamah itu kuat. ngga mungkin mamah lupa apa yang mamah lakuin tadi pagi sayang… yang paling mungkin itu Naia anak gadis kita satu-satunya udah make dildomu sayang.”

Sarah masih berpikir, “Sayang marah kalo dildonya dipinjem Naia? Apa kita harus beliin dildo buat Naia aja yah biar ga minjem punya mamah?” Dior memberikan komentar sedikit, berharap istrinya mengerti dan segera melanjutkan sesi masturbasi bersama kembali.

Sarah tersenyum senang lalu menggelengkan kepalanya, “Kalau Naia yang make berarti anak kita udah berani jujur sama tubuhnya sendiri ya pah? mungkin dia udah ga tahan. Tadi pagi mama sengaja godain, mama gesekin puting mama ke punggungnya pas nyuci piring. Mungkin pas mama lagi pergi ke sekolah trus dia masuk ke kamar mamah.”

“Jadi mamah sengaja godain adek Naia? mamah udah punya inisiatif sendiri sekarang yah tanpa papa disana hehe.. papa seneng banget dengarnya sayang.” Mendengar kelakuan iseng istrinya pada anak kandungnya sendiri semakin membuat penis Dior mengencang. Batang penisnya berkedut siap untuk pelepasan sperma yang sangat dinantikan Sarah.

Sarah cekikikan, “Hehehe.. papah seneng banget kayaknya dengerin mamah ngelakuin itu ke Naia, tuh penis papa udah langsung klimaks. Udah mau crot ya sayang?” Sarah tersenyum puas diatas sajadah melihat kondisi penis suaminya.

Dior menganggukan kepalanya, “Mamah ngerti nggak kalo kelakuan kayak gitu udah masuk ke hal tabu? Bisa-bisanya mamah godain anak gadisnya sendiri kayak gitu. Nanti dia jadi lesbi gimana sayang?”

“Ngga mungkin pah… kan nanti kalo papah pulang kerumah Naia udah siap dilecehin sama papah. Papa inget nggak kalo papa bilang ke Naia kayak gini ‘nanti kalo kamu dah besar papa bakal bikin kamu jadi istri papah yang kedua hehe.. bercanda sayang.’”

Dior tertawa, “Hahaha.. papa aja lupa. Itu pas smp kelas dua kan? terus kenapa sayang?”

“Sejak saat itu adek Naia jadi sering dikamar, mukanya sering terlihat lesu trus pas mama masuk ke kamarnya kayak bau pesing gitu. Hahaha, kayaknya setelah papa bilang gitu anak kita diam-diam belajar jadi dewasa deh pah… biar ngga ngecewain papa hehehe.. trus tau nggak tadi siang pas mama pulang kerumah hapenya kan di atas meja makan, mama naruh barang belanjaan disitu eh mama ga sengaja liat hape adek Naia lagi buka video bokep, terus mama foto deh diam-diam biar jadi bukti. “

Dior kegirangan tersenyum dan tertawa keras sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, malu dan tak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut istrinya sendiri, “Hahaha… anak kita udah dewasa ya sayang. Papa ga sabar buat nanem benih di vagina Naia.”

Sarah menelan ludah, ia bergerak spontan mengarahkan dildo bekas pakai anaknya ke dalam vaginanya, “Ahmmfffuuckk.. iyah sayang.. Ahhh… mama pengen keluarga kita jadi lebih akrab dan harmonis, benerkan papah.. MMmmffff…” Ia mendorong dildo itu masuk kedalam lubang sucinya.

Duduk dengan posisi kedua paha mengangkang kedepan, jari tangan kirinya menyerbu klitoris vaginanya, memainkan biji nya sambil mendorong dildo nya maju mundur. Sarah tanpa menunggu mempercepat temponya mendorong batang mainan itu. Ia tidak sabar untuk mencapai puncak kenikmatan.

Dior tidak kalah dengan istrinya. Iya kembali mencengkram batang penisnya yang telah keras akibat cerita istrinya, mendesah pelan sekaligus membayangkan kondisi keluarga nya sekarang.

Dior mengerti, sebagai suami ia harus sadar dan bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. Ia telah merubah istrinya yang polos menjadi wanita gila akan libido seksnya sendiri. Ia harus menggiring istrinya menuju puncak kenikmatan bersama-sama.

Sarah sadar perbuatan yang ia lakukan sebenarnya bukan kehendaknya. Melainkan perintah dari suaminya. Namun seiring berjalannya waktu perintah itu sekarang malah menjadi kebiasaan mesum barunya. Tiada hari tanpa memikirkan seks. Dan sekarang ia harus terima keadaan. Ia hanya bisa klimaks dengan suara papa di momentum ini, tampilan penis suaminya dari jauh, dan mainan dildonya yang siap membantu memenuhi nafsu seksnya yang semakin tua malah membikin pikirannya semakin mesum.

"Sayangg… mmff… aku pengen liat anak kita colmek dirumah. Lain kali kalo mama pergokin dia, tolong videoin yah.MmhhMmmmm… " Dior memajukan pinggulnya, mengarahkan lubang penisnya ke arah kamera ponsel.

Sarah tersenyum mendengar ucapan mesum suaminya,"Iyahh sayang… Mhhmmm.. lain kali mama rekam… " Mulut sarah mendesis dan mengerang nikmat. Volume suaranya sudah tak terkontrol. Bahkan ia lupa bukan dia saja yang ada di rumah. Namun meskipun begitu ia tak peduli. Hanya penis suaminya lah yang ada dipikirannya sekarang. Membayangkan penisnya masuk ke dalam vaginanya kembali membuatnya semakin tak karuan.

Tubuhnya sedikit demi sedikit bergetar, menuju kondisi yang dia inginkan. Berkali-kali ia colok vagina nya yang lembab dengan dildo kepunyaannya. Sementara itu Dior melihatnya dengan muka kepayahan. Ia sudah tak bisa mengatur ritme seperti sebelumnya.

"Ahmmmm sayangg papahh… "

"Ffffuckkkk… MmmMmhhmm.. istri aku yang mesum. "

"Papah yang ngajarin mamah kan, Ahkhhhh…."

"Papah hanya membantu mengeluarkan sifat asli mu yang terpendam sayang… Mmmfff.. terus mainkan dildonya, anggap aja itu penis papahh.. yeahhhmm.. FUCKKK… mamahh anak satu lacurku… " Dior semakin brutal mengerang nikmat, kontolnya semakin membesar, siap memuntahkan isinya.

"Papahhh… ahhh… a-akuuu sayangg papah…AHHHKKHHHH CROOTTT PAPAHH… AHHMMM… MMMMHHHMMFFFUCKK.. YEAHH.. EHEMMFFFFCKK YESS… UHH… MHHMM.. " Suara sarah memekik dengan kedua paha terdorong keatas. Tubuhnya bergetar hebat, menggelinjang kuat. Ia mengacaukan kain sajadah yang baru saja ia pakai buat shalat. Cairan orgasme vagina Sarah mengalir indah dibawah sana. Membuat bercak basah diatas kain sajadah suci miliknya.

Mata Sarah melebar, memutar kebelakang, nafasnya tak beraturan. Bulir keringat membasahi setiap inci dari tubuh Sarah. Lidahnya menjulur keluar dengan mulut menganga, membuat air ludah yang diproduksi rongga mulutnya jatuh di atas kain mukena tipis miliknya. Ia sadar air liur adalah najis. Tapi ia tak peduli dengan pernyataan itu. Sekarang ia menikmati perasaan dirinya, tubuhnya dan kebebasan yang telah suaminya berikan kepadanya. Ia sangat bahagia sekarang, meskipun penis suaminya belum ia dapatkan.

"AHHMMMMMFFFUCKK.. MAMAHH. TERIMA SPERMA SUCI KU.. MAMAHHH.. INI YANG KAMU MAU KANN… A-AKU CINTA SAMA MAMAH… " Dior menjatuhkan spermanya tepat ke arah kamera ponsel. Membuat gambar kameranya kabur karena cairan. Sarah melihat sperma suaminya tumpah dengan membayangkan cairan itu telah berada di di vagina nya yang binal. Ia menjilati sisa cairan orgasme miliknya yang menempel di mainan dildo miliknya. Ia berusaha semaksimal mungkin menikmati momen indah ini. Membayangkan kehadiran suaminya dan sperma favoritnya.

Tampilan layu penis papa setelah ejakulasi dan bulu halus di sekitar penisnya membuat perasaan Sarah senang. Ia telah membuat nikmat penis suaminya dari jauh. Ia sadar ia telah melayani suaminya dengan baik. Ia percaya diri bahwa ia masih bisa melakukan sesuatu untuk suami tercinta meskipun dari jauh. Ia akan terus mencintai suaminya. Meskipun jalan yang ditempuh penuh dengan dosa sekalipun. Meskipun pikiran negatif akan suaminya bisa saja selingkuh masih ada, namun sekarang dan saat inilah ia bisa menilai bahwa suaminya disini sedang menemani dirinya melangkah jauh untuk mencapai puncak kenikmatan bersama.

Berbagi hal mesum dengan pasangan sangat menyenangkan dan membuat suasana keluarga jadi harmonis. Apapun agamanya.

Sementara itu tubuh Dior masih kaku akibat efek pasca ejakulasi. Penisnya masih berada dekat didepan kamera. Mengecil kembali seperti ukuran semula. Ia mengatur nafasnya yang tak beraturan sedari tadi. Ia tersenyum bahagia. Ia masih bisa merasakan romantisme hubungan suami dan istri meskipun jarak memisahkan. Dior terlihat mengambil sebotol minuman air putih lalu meminumnya banyak-banyak. Ia masih memusatkan kesadarannya yang telah kacau. Ia memperhatikan istrinya telah berkembang menjadi wanita ideal sekarang. Dior senang, istrinya masih setia dengannya meskipun mereka jarang bertemu.

Dior berpikir Sarah pasti telah mengetahui video yang telah diperlihatkan oleh Milky kawan perempuan lamanya. Ia sungguh bersalah. Ia ingin segera meminta maaf kepada istrinya. Namun sebagai suami egonya tentu tinggi. Dior hanya bisa menebak perasaan Sarah sekarang. Dior berpikir bahwa Sarah telah memaafkan dirinya meskipun Sarah tak bilang kepadanya. Ia percaya istrinya akan selalu mendukungnya apapun masalahnya.

Hadiah yang telah istrinya berikan kepadanya adalah rasa penerimaan. Karunia cinta yang sangat diinginkan Dior sepanjang hidupnya. Menerima segala kesalahan dan kekurangan diri Dior tanpa menghilangkan kepedulian dan kasih sayang kepadanya.

Setelah sesi intim mereka berdua selesai. Sarah merapikan sajadahnya, melipatnya kembali lalu disimpan. Mukena yang terkena cairan tubuhnya telah ia lepaskan. Ia menaruhnya di atas kasur begitu saja tanpa dilipat.

Sarah lalu meletakkan tongsis itu tepat di sisi kanan tempat tidurnya. Dengan posisi telanjang memamerkan payudara indah penuh keringat cinta ia merebahkan badannya di atas kasur. Tersenyum ke arah kamera ponsel yang masih tersangkut sambil melihat suaminya kembali merapikan tempat duduknya. Ia melihat aktifitas suaminya sambil memperlihatkan payudaranya ke arah kamera. Menemani suaminya bekerja di malam hari sembari berbincang banyak hal.



Sementara itu diwaktu yang bersamaan saat Naia berusaha mengumpulkan niat untuk ke kamar mandi mengambil wudhu, ia mendengar suara papanya dari balik pintu kamar mamanya. Ia mengambil wudhu, keluar dari kamar mandi dengan pakaian mukena favoritnya diam-diam menguping.

Perasaan rindu, senang, tidak sabar, gelisah, cinta, kasih sayang, dan gejolak nafsu tercampur aduk saat dirinya mendengar dialog antara papa dan mamanya. Ia sangat merindukan sosok papanya yang gagah. gelombang ingatan dirinya bersama papa di waktu kecil memperjelas sensasi ikatan dirinya dan papanya.

Tubuhnya jongkok mendekat ke arah daun telinga pintu kamar mamanya. Gelombang perasaan itu menyapu semua kesadaran dan perintah dari mamanya. Naia berusaha menyamarkan aura kehadirannya dengan mengatur nafas. Dengan berani ia menunggu didepan pintu kamar dengan perasaan tertahan.

Ia menelan ludah. Suara papanya memerintah mama seakan membuat dirinya ikut terhanyut dalam kondisi yang sama.

Naia kaget papanya mengeluarkan kata kata mesum yang bahkan Naia tidak bisa mempercayai itu keluar dari mulut papa kesayangan nya. Tertegun dan tidak percaya ia mematung melemahkan otot tubuhnya lalu duduk tanpa alas di atas lantai.

Ia menyangkal suara itu tak percaya namun disisi lain ia tetap melanjutkan indra pendengarannya menguping. Papanya berkata sangat kotor bahkan disaat mamah sedang melakukan sholat.

Tapi entah mengapa setelah mendengar ucapan mesum papanya dari balik pintu, tubuhnya merespon sebaliknya. Tubuhnya berkedut dan muncul gejolak nafsu dari dalam dirinya.

Seakan merespon panggilan tubuhnya, jari Naia memainkan vaginanya sendiri tanpa Naia sadari. Ia bersandar di tembok mengangkang dengan mukena. Menuruti aliran gairah dan nafsu yang telah diciptakan oleh suara papa. Kedua matanya memejam. Kesadarannya beralih menjadi gairah dan rasa ingin tahu. Naia lantas terus mengocok vaginanya, memainkan klitorisnya dari balik mukena.

Percakapan demi percakapan yang mama papanya ucapkan memunculkan pemahaman baru akan kasih sayang, hubungan keluarga, dan percintaan orang dewasa.

Ia terus mengocok vaginanya sambil mendengar mamanya menjerit nikmat. Ia membayangkan seperti apa penis papanya sekarang. Ia menyadari bahwa kedua orang tuanya melakukan sesi masturbasi bersama. Dan dirinya ikut sesi itu tanpa bilang diam-diam.

Tepat setelah ia berhenti sejenak memainkan vaginanya, ia mendengar mamanya sedang membahas dirinya sekarang didepan papa. Kejadian pagi dan siang hari tadi dibahas juga disitu. Naia kaget sekaligus nyaman dengan kondisi keluarga nya sekarang. Ia hanya tidak menyangka perbuatan mamanya sebagian besar memang disengaja.

Seharusnya ia marah. Ia harus marah melihat kelakuan egois mamanya sendiri akan obsesi gila itu. Obsesi yang sangat tabu dan tidak masuk akal. Tetapi ia kembali berpikir ulang. Naia sadar dirinya telah menikmati semua kejadian rekaan yang dibuat mamanya itu. Naia malu sekaligus senang. Naia juga tak percaya bahwa tadi siang mamanya melihat konten dewasa di hpnya. Naia tak bisa menahan klimaksnya lagi setelah membayangkan semua itu telah terjadi.

Naia muncrat, badannya bergetar hebat. Naia membanjiri lantai ruangan dengan cairan squirt keluar dari vaginanya. Naia melepaskan cairan layaknya kencing itu mengalir deras. membasahi setiap inci lantai rumahnya.

“Ahhmmfff… mamah.. papah.. aku sayang kalian.”

Udara panas mengelilingi tempat Naia berada. Ia terduduk lemah. Ia malu dengan apa yang ia lakukan sekarang. Naia hanya berpikir bahwa dia sangat merindukan papanya. Ia tidak mengira tubuhnya membawanya dirinya terjerumus kenikmatan nafsu. Ia sadar ia tak bisa mengontrol itu. Tubuhnya seolah telah siap akan hal-hal erotis yang akan terjadi di kehidupanya sekarang.

“Papah.. cepatlah pulang, Naia kangen banget..” Naia berkata dalam hatinya seraya menatap kosong ke arah lantai. Melihat cairan vaginanya sendiri yang membanjiri sebagian petak lantai.

Naia terdiam sejenak. Suara mesum dari dalam kamar mamanya masih terdengar. Ia merasakan aroma seks memenuhi udara di sekelilingnya, membuat Naia sulit untuk tidak memikirkan betapa bergairahnya orang tuanya selama ini.

Naia perlahan memahami dan tahu lebih baik dari sebelumnya bahwa tidak ada yang bisa disembunyikan selamanya. Suatu saat dimana semua kebiasaannya telah diterima oleh mama dan papanya, kebiasaan mesum dan menjadi gadis yang taat agama. Dimana semuanya telah terbongkar dan terkuak, Naia akan siap menghadapi situasi itu. Bahkan Naia siap menjawab pertanyaan kedua orang tuanya jika mereka melarang aktivitasnya.

Tetapi mendengar perbincangan mereka, soal dildo, kebiasaan Naia, sengaja menggiring anaknya sendiri, dan rasa kasih sayang kedua orangtuanya, Naia merasa bahwa dirinya tak perlu malu akan tindakannya sekarang. Mungkin saja ia belum percaya diri dan masih merasa berdosa. Naia tahu itu. Naia hanya tinggal menuruti semua keinginan mama papanya secara alami. Ia percaya orang tuanya akan membawanya menuju puncak kenikmatan yang sangat Naia inginkan. Ia hanya terus akrab pada orang tuanya, terbuka pada setiap pendapat akan dirinya dan orang tuanya. Kedekatan yang sangat dirindukan dan kasih sayang tanpa ada makian dan perasaan bersalah.

“Mamah.. suaramu kenceng banget,, sanget banget pasti mamah.” Naia mendengar lonjakan suara mamanya yang kian tak beraturan, bahkan suara nafasnya mendengus tertahan dengan rintihan kenikmatan, bahkan Naia sangat ingin melihat mamanya beraksi sekarang.

Tapi ia segera mencari kain untuk mengelap cairan vaginanya sendiri yang tumpah ke lantai. Ia hendak mengambil tangkai pel di balik pintu belakang rumah namun Naia takut bila mamanya tiba-tiba keluar kamar. Ia langsung melepas mukenanya, melipat semampunya lalu menaruh di atas cairan squit yang menggenang. Menyerap secepat mungkin, mengelap dengan hati-hati dengan gerakan tangan menggenggam mukenanya diatas lantai. Menyapu bersih cairan surga miliknya hingga tak bersisa.

Berada diantara dua pilihan;memakainya kembali atau membuangnya ke tempat baju kotor, Naia merasa sangat sensual sekali membayangkan mamanya tadi colmek diatas sajadah. Ia bertanya apakah itu diperbolehkan. Namun mamanya sendiri telah melakukannya barusan. Ia tertegun menelan ludahnya sendiri, lonjakan gairahnya kembali muncul sedikit, ia tersenyum melihat mukena bekas lap cairan miliknya ditangan, lalu memakainya pelan-pelan sambil merasakan sensasinya.

Ia berdiri mematung di depan pintu wc, kembali mengambil air wudhu dengan pakaian najis, lalu menuju kamarnya kembali dengan pikiran mesum barunya.

Sebagai anak yang baik dan berbakti, ia mencontoh apa yang telah mamanya lakukan tadi. dan ia penasaran dengan apa yang terjadi.

Naia melakukan gerakan sholat seperti biasa. Namun ketegangan diantara kedua pahanya tak bisa ia hiraukan lagi. Mencium aroma mesum dari kain yang ia kenakan, ia mendesah tipis sambil melantunkan kalimat sholatnya.

Di tiap gerakan yang ia lakukan, ia merasa basah dan lengket. Kain yang telah sebagian basah karena cairan dari vaginanya sendiri menempel di kulit mulusnya, di area vagina, payudara, leher, dan pantatnya. Sensasi antara salah dan benar itu perlahan-lahan menggiringnya lebih jauh lagi dari apa yang ia sangka.

Ia tak sabar menyelesaikan kewajibannya itu dan kembali ke rutinitas nya seperti biasa. Colmek dengan nyaman di atas kasurnya. Menggapai kenikmatan itu lalu kembali normal menjadi gadis yang muslimah.

Tetapi yang tidak diketahui Naia adalah, semakin dia menundukkan dirinya kepada nafsu, semakin dia sadar bahwa ia tak bisa lepas dari itu. Lehernya
seperti diborgol oleh kebiasaan mesum yang tak pernah bisa ia lepas. Setaat dan sekhusyuk apapun ia berdoa. Naia tak sadar ia akan memasuki jurang kemaksiatan itu, menikmati hal-hal baru yang ia temui. Membuat dirinya menjadi dewasa belum pada waktunya. Bahkan tanpa bantuan mamanya sendiri,

~~~~

Komen kasih pendapat hu🥵🥵🥵🙏, masih belajar.

Rajin" ngocok biar semangat menjalani hidup ☺️
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd