Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KESEMPATAN KEDUA [LKTCP 2020]

Bagaimana aku mengenal kehidupan malam? Hmm selulus SMA aku berhasil di terima di sebuah PTN negeri di Bandung jurusan Manajemen. Ternyata dunia mahasiswa sangat berbeda dengan dunia SMA. Nadien si gadis cupu agak kesulitan mendapatkan teman yang benar-benar tulus berteman denganku. Diawal kuliah, aku mulai dekat dengan beberapa orang yang aku sebut “sahabat”. Tapi tak butuh lama semua itu berubah ketika suatu hari tanpa sadar ketika aku berada dalam sebuah toilet beberapa “para sahabatku” ini menyusul masuk tanpa menyadari aku telah berada didalamnya dan ternyata mereka membicarakan tentangku disana. Terungkap semua atas ketulusan pertemanan mereka dengan tertawa mereka berhasil memanfaatkan kepolosan keluguan diriku demi kepentingan mereka. Betapa sakit dan perihnya orang yang ku anggap “Sahabat” ternyata hanyalah topeng belaka.

Butuh beberapa saat untukku agar bisa keluar kamar mandi tanpa menangis. Mungkin ini semua salahku yang tak bisa menilai orang yang benar-benar tulus berteman dengan ku dan akhirnya aku memilih untuk membatasi diri agar tidak memiliki teman dekat. Hingga akhirnya selama 3 tahun aku hidup dalam kesendirian hingga suatu saat seorang kakak tingkat menghampiriku dia bernama Eva.

Hai kamu Nadien ya?” Sapa Eva dengan bermake-up tebal dan pakaian sexy menyapaku saat perkuliahan selesai. Beberapa pasang mata melihat kearah kami dengan lirikan dan bisikan yang tidak enak didengar. Semua itu mereka lakukan tidak tanpa alasan. Eva seorang mahasiswi tingkat akhir yang enggak kelar-kelar kuliahnya karena kesibukannya menjadi seorang wanita panggilan.

Sebenernya aku tak peduli dengan siapa Eva, Eva yang tiba tiba datang padaku meminta tolong memberikan bimbingan salah satu mata kuliah kelemahannya. Meski heran dia telah memilih aku dari sekian banyak mahasiswa berprestasi akhirnya aku pun luluh mengabulkan permintaannya, hanya karena semua ini untuk alasan menghindari perjodohan orang tuanya jika tak lulus tahun ini.

Dengan mengenal Eva ternyata itu mengubah semua tentang diriku, dengan berkaca padanya aku mulai membuka lagi apa yang dinamakan “hubungan pertemanan”, belum lagi penampilanku. Aku yang biasanya tak peduli akan penampilan kini mulai mengenal akan bermake-up dan mempercantik diri mulai perawatan kulit hingga memilih pakaian yang hendak dikenakan.

Layaknya bagaikan itik si buruk rupa menjadi seekor angsa yang indah, perubahan akan diriku 180 derajat itu membuat orang orang yang dulu menyepelekanku mulai berdecak kagum. Melihat kecantikan yang dulu terpendam telah terkuak kini banyak laki laki yang mulai mengejarku, petualanganku tentang cinta pun dimulai, entah berapa kali aku mempermainkan perasaan pria dengan memanfaatkan dengan menerima cinta lalu memutuskannya tanpa alasan.

Entah bagaimana Eva menyarankanku untuk memanfaatkan kecantikanku dengan bergabung sebuah agency sebagai model mereka. Aku pun menyambut tawaran itu dan mulai bergabung dengan agency kenalan Eva, beberapa kali aku menjadi model Iklan dan mengikuti beberapa Event dari berbagai produk. Seiring kegiatan itu gaya hidupku pun mulai berubah, aku yang dulu tak mengenal kehidupan dunia malam karena tuntuntan profesi dimana seringnya beberapa event yang dilakukan di tempat kehidupan malam itu berada, tak hanya itu aku pun mulai mengenal rokok, minuman keras dan narkoba. Keluargaku tidak pernah tahu aktifitasku yang sering pulang dini hari selain bekerja hanya kakakku Bianca. Diantara semua, Bianca lah yang berbeda. Bisa di bilang dia paling badung diantara kami semua. Sering kali dia menyusulku ke tempat bekerja dan ikut party bersama kami.

Seiring perubahan gaya hidup dan penampilanku yang awalnya membuat sebagian orang kaget, tak jarang mereka menerima dan memuji perubahan itu tetapi seiring itu juga banyak juga cibiran dan cacian yang memang tak mmenerima akan perubahanku ini, tapi perkataan Eva lah yang membuat aku tak memikirkan hal-hal negative tentang pandangan mereka tentangku,

“toh aku tidak bergantung hidup dari mereka, jadi mengapa harus dibuat pusing itulah yang diucapkan Eva. “

Bobby, dia adalah salah satu pria dari sekian banyak yang gigih mendekati aku. dia anak dari salah satu perusahaan rokok terkenal yang kami promosikan, dengan ketampanan dan kekayaannya membuat banyak wanita ingin menjadi pacarnya.

Dari sekian wanita yang mencoba mendekatinya Bobby ternyata lebih memilih aku, tanpa ragu dia menyatakan cintanya padaku. Sebenarnya aku sudah mendengar kabar burung tentang kehidupan liarnya, mulai dari sering gonta-ganti wanita, Free sex, hingga ketergantungan akan narkoba. Tetapi atas saran Eva untuk menerima cintanya semata mata sebagai batu loncatan di dunia model sampai menyuruh morotin kekayaannya, dengan berbagai pertimbangan akhirnya akupun menerima Bobby.

Semenjak berpacaran dengannya beberapa kali dia berusaha mengajakku untuk menginap di rumah mewahnya yang sering ditinggal pergi orang tuanya di jalan Surapati. Dengan mengetahui kehidupan liarnya sudah tentu saja ajakan itu selalu aku tolak.

Iya, aku menolaknya karena ingin menjaga keperawananku. Aku yang selalu memegang teguh tak ingin melepas keperawanan ku hingga menikah meski dia itu adalah pacarku sendiri. Hubungan kami hanyalah sebatas cumbuan ringan yang kami lakukan saat di club malam atau di kamar miliknya. Selalu saja ada sesuatu hal yang mengingatkan dan menyadarkanku agar menjaga keperawananku jika nafsu birahi sudah mulai tak tertahankan saat bercumbu dengannya.

Suatu ketika saat Bobby merayakan Pesta ulang tahunnya di kediamannya saat berdua di kamarnya, dia memintaku suatu kado special dariku. Suatu kado agar aku memberikan keperawananku sebagai ungkapan rasa cintaku padanya, tentu saja permintaan konyol itu aku tolak mentah-mentah. Yang akhirnya kami pun bertengkar hebat, dengan perasaan marah aku pun pergi meninggalkan pestanya.

Keesokan harinya setelah kejadian itu aku mulai melupakannya. Akhirnya aku merencanakan untuk mengunjunginya siang ini ke rumahnya untuk memberikan Surprise dan meminta maaf kepadanya. Sepanjang perjalanan aku sudah membayangkan roman wajah muka Bobby yang terbangun tidur dan bahagia melihatku datang.

Setiba disana nampak bekas sisa pesta semalam dari sampah sampah yang berserakkan. Beberapa teman masih tertidur di sembarang tempat layaknya tumpukan ikan asin diatas karpet, sebagian dari mereka yang sudah terbangun duduk di soffa, terkaget saat melihatku kembali ke rumah Boby. Entah kenapa instingku berkata lain saat melihat mereka yang gugup akan kehadiranku kembali, tanpa banyak bicara mereka langsung pergi menghilang meninggalkan rumah Bobby tanpa berpamitan membuatku semakin curiga. Dengan perasaan tak menentu aku berjalan mendekati pintu kamar Bobby.

Krek … perlahan aku membuka pintu kamarnya, Sayup sayup aku dengar desahan dibalik sekat yang menghalangi tempat tidur Bobby dari pandanganku dengan penasaran terus memasuki kamarnya.

Betapa terkejutnya saat ku melihatnya, sebuah live show porn di pagi hari. Bobby yang sedang menindih tubuh seorang wanita, aku memekik berterik membuat mereka pun tersentak kaget menghentikan kegiatannya.

Eva… teman yang selama ini telah mendukung kini kepergok tengah memadu kasih dengan Bobby. Rasa kecewa melihat mereka terlebih perasaan jijik terhadap Eva yang telah menusukku dari belakang membuat aku berbalik meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun, tak peduli Bobby mengejarku yang ada dibenakku aku mulai sekarang aku melupakan mereka dalam hidupku.

Bisa di tebak setelah kejadian itu Bobby dan Eva terus menghubungiku bahkan mendatangi rumahku untuk meminta maaf atau entah untuk tujuan lain yang aku tidak mau tahu. Bagiku, semua itu sudah tidak perlu lagi, aku tidak mau mendengar semua alasan dan pembenaran mereka. Aku ganti semua nomor selularku dan pindah ke agency lain. Dan syukurlah semua berjalan dengan lancar. Semenjak hari itu, aku tidak pernah bertemu dengan mereka lagi. Walaupun di agency baru ini aku melanjutkan kembali hidupku, aku mendapat teman2 kerja baru dan sering clubbing bareng, bahkan aku pun sering berganti-ganti teman pria, tetapi semua aku lakukan tanpa membuka hatiku pada siapapun. Kegiatanku bersama mereka hanya kerja, minum2 , clubbing, bercumbu dan langsung pulang ke rumah. Kejadian itu merubahku kembali menjadi Nadien yang tidak percaya kepada orang lain dan tertutup kembali.

Dan ini terus berlangsung sampai aku bertemu dengan Heru yang menyembuhkan semua lukaku dan menyelamatkan aku dari dunia gelap tanpa jiwa itu.


***​


Sore itu Seperti biasa Andra mengantarkan Nadien sepulang dari pertemuan mereka untuk kumpul rutin bulanan.

“Nad, kq kamu cemberut terus sih.” Kata Andra di perjalanan pulang.

“Cemberut gimana Ndra, Ngga apa2 kok” Jawab Nadien.

“Serius yang, kenapa? Waktu pertama datang biasa aja ceria, ketawa-ketawa, tapi kok lama2 kamu diam. Di mobil liat keluar terus kayak ga mau liat aku. Ada apa sih?”.

“Ndra, boleh aku minta satu hal?” Nadien masih melihat ke luar jendela dengan tatapan kosong.

“Apa?”.

“Jangan mengoda Lyla lagi depan aku”.

“Hmmm….”Andra hanya bergumam.

“Jangan lagi chat dengan Lyla di belakangku kecuali kamu memang ada perlu”.

“Oh jadi karena itu?”.

“Iya. Aku gak suka liatnya. Oke, tentang hubungan kita tidak ada satu orang pun yang tau. Kita harus senormal mungkin depan orang, but its hurt. At least, hargai aku”.

“Nad aku kan pernah bilang, kalau aku jadi kaku sama Lyla, mungkin akan jadi aneh.”

“Aku gak nyuruh kamu jadi kaku, aku Cuma minta kamu berhenti menghubungi Lyla dan menggodanya depanku”.

“hmm…”gumam Andra lagi.

“Aku gak peduli kalau terlihat jadi aneh, tapi aku ga tahan melihatnya Ndra. Semua kepura-puraan ini sudah cukup menyiksaku, dan sekarang di tambah dengan melihatmu terus menggoda Lyla, kamu anggap apa aku?”.

“Oke Nad, tapi aku juga ingin kamu menghentikan hubungan kamu dengan Lutfi dalam bentuk apapun.”

“Loh aku memang gak ada hubungan apa2 sama Lutfi,”.

“Lutfi masih suka chat kamu kan? Aku tau Nad, Lutfi suka cerita kok” jawab Andra.

“Oke Ndra, apakah kamu juga menanyakan bagaimana perubahan sikapku kepadanya semenjak kita berpacaran? Coba kamu tanya sama dia. Kamu pikir aku wanita macam apa, pikiranku sebagai seorang istri yang berselingkuh sudah cukup berat untukku. Apalagi aku pacaran dengan mantan pacar sahabatku sendiri, kamu pikir aku sanggup untuk berkhianat lagi dengan pria ketiga? Aku gak seburuk itu Ndra”.

“Oke sayang, maaf. Jangan marah ya sayang” Jawab Andra sambil memegang tangan Nadien.

“Maaf kalau aku menjadi se-posesiv ini sama kamu” jawab Nadien sambil menundukkan kepalanya.

“Gapapa Nadien, aku malah seneng Nad, hahaha.” Kata Andra terkekeh.

“Loh” Naddien terbelak melihat kearah Andra melihatnya tertawa.

“Berarti kamu cemburu , kamu cinta sama aku dan gak mau kehilangan aku, sekarang aku tau, ngakulah Nad, hahaha. Aku sering bilang kalau cinta dan sayang sama kamu, tapi kamu tidak pernah bilang itu sama aku. Kadang aku ragu, bagaimana perasaan mu padaku, Dan hari ini aku tahu sayang, kalau kamu mempunyai perasaan yang sama. Hahaha. Love you too Nadien” Andra terus tertawa mentertawakan kelakuan Nadien.

“Huh” Nadien mendengus menandakan kekesalannya.

“Udah jangan cemberut Nad, tadi aku sengaja kok lebay sama Lyla, pengen tau reaksi kamu. Lutfi memang curhat sama aku, kalau kamu berubah sekarang. Jarang balas chat, dan kalaupun balas chat sampai berjam-jam jedanya. Tapi kan aku mesti memastikan kalo perubahan itu karena aku” kata Andra, lagi sambil terus memegang tangan Nadien sambil menyetir.

“Huh,” Nadien menonjok lengan Andra.

“hahaha, udah dong sayang, aku lagi nyetir nih, mobil oleng ntar” Andra masih terkekeh dengan menggeleng gelengkan kepalanya.

“Tapi kan kasian Lyla, jangan janjiin dia jadi bahan percobaan kamu, bagaimana kalau nanti dia ke-geer-an dan berharap CLBK sama kamu. Kalau dia nanggap serius gimana coba?”.

“Gapapa, tenang aja, aku dari kemaren-kemaren juga sudah membatasi chat dia, kalo dia gak chat duluan aku gak pernah memulai. Coba aja kamu tanya sama dia ntar. Cuma gak tau kenapa hari ini aku gemes aja sama kamu. Jangan khawatir sayang, mulai sekarang aku akan membatasi diri ke Lylla, kalau bisa kita janganlah kumpul2 lagi.”.

“Ya gak bisa gitu lah Ndra, masa sampai cut hubungan sama temen-teman semua”.

“Kenapa Nad? Kamu takut gak ketemu Lutfi lagi ya?”.

“Ish… bukan gitu, gak enak lah Ndra”.

“Enak-enakin ajalah nad, aku gak peduli sama mereka. Buat aku sekarang kamu yang penting. Kalau kamu takut memulai, aku yang memulai, liat aja” kata Andra lagi.

Nadien tersenyum sambil melihat Andra dan bersandar di bahunya. Satu tangan Andra mengusap2 kepalanya dan mencium rambut Nadien.

“Oh iya Nad, satu lagi, jangan marah ya … janji”.

“Hmm apa lagi?”.

“Janji dulu”.

“Oke janji, kenapa?”.

“Kamu bilang tidak ada seorang pun yang tau tentang hubungan kita. Ada yang tau kok”.

“Loh, siapa?? Kok bisa?”.

“Oki,… aku ga tahan pengen cerita sama dia. Gapapa dia aman kok Nad, punya pacar juga kok dia hahaha, kalau sampai bocor, aku bocorin juga kartu dia”.

“Aaaahhh Andraaaaaa” Nadien menutup wajahnya, ingin rasanya dia menggunakan jurus menghilang.

“Kenapa sayang?” sementara sebelah tangannnya memegang kemudi, sebelah tangan Andra menarik tangan Nadien yang menutupi wajahnya.

“Bisa runyam ntar Ndra dan aku malu ntar kalo ketemu. Haduh kok kamu cerita sih duh duh”.

“Gak sayang dia aman Kok. Aku gak pernah sembunyiin hal apapun sama dia, mau senang atau memalukan. Oki pendengar dan pemberi pendapat yang baik, dan good secret keeper. Memilikimu adalah kebahagianku tersendiri. Aku Cuma pengen berbagi kebahagiaan saja sayang. Jangan khawatir sayang, aku percaya sama dia, dan aku harap kamu juga percaya sama Oki”.

Nadien hanya terdiam dan mengangukkan kepalanya.


***​


Pov Nadien

“Andra memang membuktikan kata-katanya, selain dia jarang sekali komen dan muncul di group dengan alasan sibuk, dia tidak datang ke pertemuan berikutnya. Aku merasa hal ini membuat Lyla jadi murung, ini membuatku jadi kasihan dan tidak enak kepada Lyla. Walau kami sudah menikah dan punya pasangan masing2, kehilangan seseorang yang kehadirannya selalu hadir di setiap hari pasti akan membuat sedih. Terlebih seseorang itu memang punya arti untuk kita. Andra yang dulu pernah menghilang lalu kembali lagi dikehidupan Lyla, dan kini pun terulang kembali. Bagaimana apabila Lyla tahu kalo perubahan ini disebabkan oleh hubunganku dengan Andra? Aku tahu rasanya dikhianati oleh sahabatku sendiri, jadi aku mengerti sekali apa yang dia rasakan nanti jika terjadi.”

“Sekarang dia jarang balas chat aku Nad” kata Lyla ketika mereka berjalan bersama keluar dari café Kemuning dan duduk di pelataran café sambil menunggu ojol yang sudah di pesannya.

“Eh Nad kok kamu gak mau dianter pulang Lutfi?’ tanyanya lagi mengalihkan pertanyaan ketika Lutfi melintas di depan kami sambil melambaikan tangannya.

“Gak lah Lyl, aku takut dia ada rasa sama ku. Jadi aku membatasi diri sama Lutfi. Biar dia cari pacar beneran dan cepetan nikah. Sama aku kan gak mungkin” jawabku.

“Iya, bener juga” jawab Lyla pendek.

“Sejak kapan Andra jarang chat kamu, Lyl?” tanyaku menyelidiki.

“Sebenarnya dia udah aneh dari beberapa bulan lalu Nad, tapi minggu-minggu ini dia benar2 lose contact. Gak pernah chat ata VC lagi sama aku, jawab chat pun lama sekali. Mungkin dia lagi sibuk banget dengan kerjaan” jawab Lyla lagi.

“Iya kayaknya dia sibuk banget sama proyeknya, ntar juga dia pasti kontak kamu lagi kalau gak sibuk. Tapi alangkah lebih baik, kamu stop hubungan kamu sama Andra. Pernikahanmu baik-baik saja kan, suamimu juga sangat baik, begitu juga Andra yang aku rasa pernikahannya baik2 saja” jawabku menenangkannya.

Padahal dalam hati aku ingin sekali bilang “maafkan aku Lyla, tapi lupakan Andra, lepaskan Andra, dia sudah memiliki aku selain istrinya.

Lyla menatap kosong ke depan entah apa yang difikirkannya.

Sesekali dia merapikan rambut yang menutup matanya yang tertiup angin.

“Aku tahu Nad, walaupun aku belum dikaruniai anak, tapi pernikahanku sangat baik-baik saja, suamiku sangat baik dan mencukupiku secara lahir dan bathin, aku gak pernah kekurangan apapun. Tapi Andra bukan saja cinta SMA-ku, ketika kami bertemu lagi seakan-akan semua kenangan SMA-ku kembali lagi. Aku merasa jenuh dan kesepian dan Andra melengkapi kebahagianku".

“Sejauh apa hubungan kalian?” tanyaku lagi

“Hanya sebatas chat Nad, kadang VC kalau dia sedang dalam perjalanan atau ketika tidak sibuk, itu dulu. Sekarang sudah jarang sekali atau terhitung gak pernah lah kalau aku gak duluan kontak” kata Lyla sendu, matanya yang berkaca-kaca menandakan kalau dia memang sangat kehilangan Andra.

“Oke, mungkin ini waktunya aku kembali ke dunia nyata Nad.” Lyla tersenyum menyembunyikan kesedihannya. Sedangkan aku membalas senyumannya dengan sejuta rasa bersalah.


***​

POV 3

Nadien gendut” sebaris pesan pendek masuk ke hp Nadien.

“Iya Andra pesek” jawab Nadien.

“Boleh telepon?”.

“Boleh, ga ada Heru”.




Kriiiiiingggg

Siang sayang, lagi apa? lagi Kangen aku ga?” Tanya Andra di ujung telepon sana.

“Biasa lagi beres-beres di rumah, mumpung anak-anak di rumah orang tua Heru” jawab Nadien.

“Kangen ga sama aku?”.

“Baru aja dua hari kmeren kita ketemu, sayang”.

“Hmm gak kangen sama aku? Ish, aku udah nanya beberapa kali gak di jawab-jawab , Oke lah kalau begitu
” suara Andra merajuk.

Nadien tersenyum sambil membayangkan roman muka andra yang pasti sangat mengemaskan.

“Very much, hun”.

Aseeek … yang, aku ke rumahmu singgah sebentar boleh? Aku kangen… Heru pulang malem kan?”.

“Nggak, Heru pulang sore buat jemput anak-anak lalu kuliah malam jam 6. Jangan kesini ya Ndra…”.

“Please bentar aja, Cuma pengen liat kamu sebentar. Keingetan kamu terus, kerjaan gak kelar-kelar … mungkin karena lelah otakku Nad … banyak banget kerjaan, takut gak bisa ketemu besok, campur aduk semua di otakku. Please sebentar aja, aku cuma sambil lewat aja mau ke proyek di jalan buah batu. Kasih aku waktu 5 menit, gak usah masuk rumah … diluar sudah cukup”.

“Gak bisa ndra, maaf ya sayang, jangan marah, aku …”.


Klik … Nandien tersentak menyadari Andra menutup telepon.

Huh” gumam Nadien. Nadien memijit telepon untuk menghubungi Andra kembali tapi ternyata Andra sudah mematikan teleponnya.


15 menit kemudian

Tok.. tok.. tok..

Nadien terdiam ketika dia membuka pintu Andra sudah berdiri di depannya dengan senyum bocahnya.

“Tadi aku lewat ada yang jualan jeruk, aku ingat Bagas sangat suka jeruk, jadi aku beli sekalian dianterin ke sini” Andra menjulurkan sekantong keresek jeruk dan entah ada apalagi di dalam sana. Di pandang nya tubuh Nadien dengan pakaian homedress berwarna cream yang membalutnya. Rambutnya tersanggul dengan beberapa rambut terurai terlepas dari ikatannya.

“Iya makasih” jawab Nadien .

“Minta minum boleh? Aku diem di luar aja” ucap Andra lagi

“Boleh. Dimana mobilnya?” bola mata Nadien yang bundar melihat kana kiri mencari mobil, membuat Andra tambah gemas melihatnya.

“Di parkir di lapangan sana, soalnya kalau kamu denger suara mobil, aku takut kamu gak buka pintu” jawab Andra sambil terus menatap Nadien.

Nadien tersenyum mengiyakan, dan akhirnya berbalik mengambil air minum.

“Ini!!”.

“Makasih” Andra masih berdiri di depan pintu dan minum air yang diberikan Nadien sedikit demi sedikit mengulur waktu. Matanya terus melihat merajuk ke arah Nadien.

“Oke, masuk sebentar aja ya. Gak enak kamu minum berdiri depan rumah” Jawab Nadien akhirnya. Andra tersenyum dan masuk ke rumah dengan girangnya mendahului Nadien dan duduk di kursi ruang tamu.

“Hmmm” Nadien menyilangkan tangan dan tetap berdiri memandang Andra yang sedang minum dan duduk cengengesan .

“Minta minum lagi” kata Andra sambil menyodorkan gelasnya kepada Nadien.

“Ayolah Ndra.” Kata Nadien menggelengkan kepalanya.

“Cuma satu gelas lagi” kata Andra tersenyum, "hufth" Nadien tidak tahan melihat senyuman Andra yang merajuk begitu manis. Dan segera mengambil gelas dan bergegas ke dapur membawa air yang Andra minta. Melihat wajahnya seperti itu saja gairah Nadien langsung timbul. Wajahnya terasa panas, Nadien menarik nafas panjang untuk menurunkan libidonya yang mulai naik sambil mengumpat dalam hati, dia tahu Andra tidak akan pergi dari rumah apabila dia tidak segera memberikannya air yang dia minta. Hampir gelasnya terjatuh ketika tiba-tiba sepasang tangan memeluknya dari belakang dan memciumi lehernya.

“Ndra, jangan , nanti ada orang yang masuk” kata Nadien.

“Gak sayang, sudah aku kunci pintu depan. Aku Cuma mau memelukmu sebentar saja” kata Andra

Kepalanya dia sandarkan di bahu Nadien dan tetap memeluknya dari belakang. Terasa tubuh hangatnya yang lelah bersandar di tubuh Nadien.

Tidak pernah Andra selemah dan selelah ini.

“Ada apa ndra?”.

Nothing Nad. Aku Cuma lelah, kangen, pengen meluk kamu sebentar saja”.

Nadien mendiamkannnya beberapa saat dan kemudian berbalik memandang wajah Andra. Dipandangnya wajah Andra yang begitu lelah.

Andra memajukan wajahnya dan mencium bibir Nadien dengan hangat. Ciuman yang begitu lembut dan dalam. Nadien memejamkan matanya dan menikmati ciuman itu. Mereka mulai saling membalas ciuman disertai dengan nafas yang semakin keras. Andra menggendong tubuh Nadien dan membaringkannya di kasur. Ciuman mereka terus berlanjut sambil mulai melucuti pakaian mereka masing-masing. Andra memang tahu betul bagaimana cara membangkitkan libido Nadien. Selain Ciuman-ciuman dan remasan di dada, ketiak adalah bagian yang paling sensitive untuk Nadien. Tubuhnya menggeliat dengan desahan dan rintihan kecil ketika lidah Andra mulai menyapu ketiaknya.

“heuh..” bagian perutnya terangkat menekan dada Andra yang berada diatasnya. Setelah Andra merasa Nadien telah cukup terangsang. Andra menarik Nadien keatas tubuhnya meminta serangan balik. Seakan mengerti keinginan Andra, ciuman-ciuman Nadien mulai menghujani Andra. Setelah melumat habis bibir Andra, ciumannya mulai turun ke leher dan membasahi seluruh leher Andra serta dada Andra sesekali sapuan lidahnya menggelitik puting susu Andra dengan tangan membuka seluruh pakaian andra. Ciuman dan jilatan pun semakin turun ke arah perut dan turun lagi kebagian favorit Nadien. melihat penis Andra yang tegak berdiri, Nadien langsung memasukkanya ke dalam mulutnya.

“Sluppp….hmmmmm..”.

“Uuuuhh” Andra mendesah ketika penisnya masuk ke dalam mulut Nadien. Sesekali Nadien menggelitik buah zakar Andra dan melumatnya. Sapuan lidahnya pun terus bermain main sampai ke bagian belakang hampir mendekati anus Andra. Tarian lidah Nadien membuatnya merasaan geli yang hebat sekaligus nikmat, membuat lutut Andra mulai bergetar. Tangannya meremas rambut Nadien sementara Nadien melihat ke arahnya sambil tersenyum kecil. Melihat wajah Andra yang tadinya begitu lelah menjadi wajah yang lebih menyenangkan dan rilex.

tok tok tok.

“Permisii” Ketukan dan suara dari pintu depan

“Hah!!” Seketika Nadien dan Andra bangun berhamburan dari kasur. Wajah mereka seketika menjadi pucat pasi sambil sibuk mencari dan memakai pakaian mereka masing-masing.

“Sembunyi dulu Ndra”.

“Dimana??”.

“Dimana saja,mmm, lemari ..cepet Ndra”.


“Bu heruuu…!!!”

Tok..to..tok ketukan suara di pintu depan kembali terdengar diikuti seseorang memanggil Nadien.

Andra segera melompat ke dalam lemari dengan dibantu Nadien. Setengah berlari Nadien pergi ke ruang tamu. Ditendangnya sepatu Andra yang ada di sebelah pintu, hingga masuk ke dalam kolong kursi. Setelah yakin semua terlihat aman, Nadien segera membuka pintu.

“Iya bu Dimas” kata Nadien terengah-engah

“Maaf bu Heru lagi sibuk ya, saya Cuma mau nanya ada paket saya gak nyasar kesini?” kata bu Dimas tetangganya yang pengetuk pintu.

“Ngga ganggu kok bu, ini saya lagi setrika di belakang, gak ada bu, gak ada paket” jawab Nadien sambil berusaha mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.

”Oh, pantesan sampe keringetan begitu bu, baiklah makasih ya bu Heru” jawabnya sambil berlalu.

Nadien membiarkan pintu ruang tamunya terbuka dan duduk lemas di kursinya.

Mimpi buruk….bagaimana apabila ada yang melihat Andra masuk ke rumah dan menutup pintu, dan mereka menggerebek kami? Haduh.”kata Nadien dalam hati.

“Plak” Nadien memukul dahinya sendiri, seakan teringat sesuatu, ia berlari ke arah kamar. Tapi Andra ternyata sudah keluar kamar dan menghampiri Nadien yang masih shock.

“Ssst tenang, gak apa. Coba kamu keluar rumah dan liat sekeliling, kalau kamu rasa tidak ada siapa2, kasih kode anggukkan sama aku, nanti aku segera keluar rumah” katanya dengan tenang, padahal Nadien ingin sekali menangis ketakutan.

Nadien bergegas keluar dan melakukan yang Andra perintahkan. Sebuah anggukan kecil terlihat, Andra segera keluar rumah.

“Aku nanti hubungi kamu lagi ya sayang, tenang ya sayang, gak akan ada apa2. Love you!!” dengan tenang Andra berjalan pergi meninggalkan Nadien yang masih berusaha mengumpulkan nyawa dirinya.


***​

POV Nadien.

“Hufth” aku hembuskan nafasku dengan keras sambil bersandar duduk di meja ruang tamu. Baru saja aku selesai membereskan kasur bekas pergumulanku dengan Andra.

Untuk kesekian kalinya handphone-ku berbunyi. Aku diamkan saja sampai akhirnya berhenti sendiri. Dengan malas aku raih handphone yang dari tadi teronggok di meja, “Andra” dengan 7 kali panggilan tak terjawab.

“Entah kenapa aku enggan sekali mengangkat telepon karena tahu pasti Andra yang menghubungi. Seketika perasaan takut, benci, sebal dan sedih berkecamuk dalam dadaku. Takut ketika memikirkan bagaimana apabila siang tadi terjadi hal yang lebih buruk. Bagaimana jika seseorang ada yang melihat Andra masuk ke rumahnya dan melapor kemudian mereka menggerebek kami. Hufth.. apa yang terjadi nanti. Bagaimana ketika Heru tahu, bagaimana nasib perkawinan kami? Anak-anak? Hidupku … Hidup kami … apa yang akan terjadi. Belum semua hinaan dan cemoohan yang harus aku tanggung dan keluargaku".

"Benci kenapa diriku sendiri yang terkukung nafsu birahi, nafsu duniawi sehingga menghilangkan semua akal sehatku. Benci karena tidak bisa menolak, Benci kepada Andra yang pemaksa".

"Sebal kepada diriku sendiri yang begitu bodoh menyuruh andra masuk ke dalam rumah, sebal kepada Andra yang selalu berhasil mendapatkan apa yang dia mau.”

“Sedih ….. mengapa aku harus menghianati Heru dan mencintai Andra dalam satu waktu sekaligus".

"Wanita macam apa aku?? Sedih hampir saja aku bercinta dengan Andra, di rumahku sendiri, sedih kenapa aku harus mempunyai keinginan sex yang tinggi, hampir saja aku menodai rumahku dan tempat peraduanku dengan Heru. Sebuah tempat sakral untuk kami yang terikat tali pernikahan.”

"Tak terasa cairan hangat mengalir di pipiku, seribu rasa penyesalan datang. Logikaku sudah kalah oleh nafsuku, aku harus menghentikan semuanya. Perasaan ku kepada Andra, aku mencintai Andra, Tapi ini tidak benar, ini salah, ini cinta yang salah …. Aku istri dari seseorang, tapi tidak ,,, bukan cinta yang salah, cinta tidak pernah salah … waktu … waktu yang salah, kalau saja aku bertemu Andra sebelum aku menikah dengan Heru mungkin semua akan berbeda, kalau saja … kalau saja …. Arghhhh!! Kamu sudah menikah Nadien!!! Aku menegur diriku sendiri. Ya, aku sudah menikah, dengan seorang pria lembut yang bertanggung jawab yang sangat mencintaiku …. Dan aku pun mencintainya, sosok seorang laki-laki yang menyelamatkan hidupku dari sisi gelapku. Menjadikan aku ibu untuk 2 anak luar biasa. Dan aku sudah sangat beruntung mendapatkan itu.”

“Mungkin ini teguran untukku, peringatan untukku menghentikan semuanya. Kejadian tadi membuatku sadar, kalau saat ini aku telah kembali Nadien yang dulu, seorang Nadien yang egois dan gelap. Yang memburu kesenangan dunia dan lari dari kenyataan padahal kenyataan itu sudah indah adanya. Aku seharusnya bersyukur dengan apa yang aku dapat. Jangan tergoda lagi dengan semua keglamoran dan kebebasan orang-orang, padahal mungkin sebenarnya, banyak orang yang menginginkan kehidupan yang sudah aku punya.”

“Semua pasti lebih baik apabila aku berhenti berhubungan dengan Andra. Andra akan kembali pada istrinya dan hanya ada Heru dan anak-anak untukku.”

“Tapi bagaimana jika semua menjadi lebih buruk. Aku mencintai Andra, aku sangat membutuhkannya. Semua lelahku sirna ketika bersamanya. Dan aku yakin Andra pun begitu. Kami sudah sangat tergantung satu sama lain. Apakah aku mampu bertahan tanpa Andra yang selalu membantuku. Dan bagaimana Andra jika aku meninggalkannya … apakah akan butus proses untuknya move on ke kehidupan normalnya tanpa bersama aku di sisinya, ataukah justru biasa saja dengan mudah dia beralih lagi mencari wanita lain yang sudah menjadi sifat nya yang Player untuk menjadi pacarnya? ataukah dia akan hancur sama seperti aku?? Aku tidak Tahu.”

“AAAAAHHHHH” aku berteriak dengan wajah ditutup bantal, menangis sejadi-jadinya. Meratapi diriku sendiri yang mencintai Andra dan Heru dan aku pun tidak mau kehilangan keluargaku.



***​



POV 3

Sudah jam 6 malam Heru datang bersama Aurel dan Bagas yang berhamburan masuk ke dalam rumah mencari Nadien. Untung saja dinginnya air menyejukkan tubuh Nadien dan mengempeskan kesembaban matanya.

“Halo sayang, seger banget nih” kata Heru menggoda.

“Wee” Nadien menjulurkan lidahnya dan memeluk kedua anaknya yang baru saja datang.

“Maa aku laper” kata Aurel manja.

“Iya sayang sebentar”.

Nadien membantu Heru membawa tas pakaian anak-anaknya dan membawanya ke kamar.

“Ma jeruk boleh aku makan?’ teriak Aurel lagi di ruang makan.

“Iya, boleh sayang”.

Terdengar tawa dan candaan mereka di ruang makan. Sementara Nadien di kamar tidur, duduk asyik mengeluarkan semua barang yang ada di dalam tas dan memilah-milah pakaian kotor.

Selang beberapa menit kemudian Heru masuk ke kamar dan menghampiri Nadien.

“Ma ini apa? Ada di dalam kantong keresek jeruk.” Kata Heru sambil melemparkan sebuah kantong plastik ke pangkuan Nadien.

Nadien tertegun ketika melihat isinya. Satu set pakaian lingerie berenda berwarna hitam yang sangat cantik yang terlihat mahal.

“Ada suratnya di dalem ma” kata Heru lagi dengan dingin. Dengan tangan gemetar Nadien mengeluarkan sebuah kartu kecil yang bertuliskan :

“Nanti kalau check in lagi pake ini ya sayang” Love Andra

“PLAKK” Sebuah tamparan keras melayang ke wajah Nadien. Air mata Nadien langsung mengalir dari pipinya, bukan rasa sakit yang dia rasakan, tapi rasa ketakutan yang luar biasa.

“Bukan apa-apa pah, ini Cuma candaan Andra dan teman2 pah, mereka iseng”.

“Gak mungkin iseng kayak gini mah, apa mereka gak punya otak? Dan namanya Cuma Andra, ini dari Andra kan? Mama suka check in sama dia?” Mata Heru memerah dengan air mata di sudut-sudut matanya. Dan Nadien hanya menangis dan memegang tangan Heru.

“Kamu menghianati aku Nadien??”.

“Percaya sama mamah pah, ini bukan apa2” Heru menepis tangan Nadien yang sedang mengusap wajahnya dan berjalan mundur menjauhi Nadien.

“Aku tahu Nadien , jangan bohong lagi. Aku barusan baca chat dari Andra. Aku tau semuanya”

Napas Nadien langsung terhenti, dadanya berdebar kencang, ia ingat hpnya yang teronggok di ruang tamu dengan riwayat telepon dan chat yang belum sempat dia baca.

Andra memandang nanar Nadien, matanya memerah dengan air mata di sudut matanya. Tangannya tegang terkepal menahan semua amarah di dadanya.

“Aku pergi dulu kuliah malam” Heru berbalik pergi meninggalkan kamar. Nadien shock, hanya diam dan menangis. Dia duduk di karpet kamarnya dan melempar hadiah terkutuk dari Andra itu ke sudut kamarnya. Terdengar suara motor Heru dan teriakan anak-anak yang mengantarnya sampai depan rumah.

“Mama sama papa berantem?” kata Aurel ketika masuk ke dalam kamar mendapati Nadien yang sedang menangis.

“Ah? Hahaha, ngga sayang gak apa apa, biasalah orang dewasa ada selisih paham, bukan berantem. Lagi ngomongin ganti cat pagar, mama mau biru, papa mau kuning maksa, jadi mamah nangis buat bujuk papa, kayak Aurel aja kalau mau sesuatu pasti nangis kan kalo gak diturut, hahahaha” Nadien tertawa dalam tangisan sambil memeluk Aurel menenangkannya. Aurel tersenyum dan memeluk nadien dengan sangat erat,

“Kirain mama berantem, Aurel takut”katanya lugu.

“Nggak lah sayang, mana mungkin kita berantem” .

“Aaaahhh ikutaaaan” Bagas datang dan menubruk Aurel dan Nadien yang berpelukan. Mereka bertiga tertawa dengan lepas. Pelukan hangat dan ciuman datang dari kedua anaknya yang sudah lama tidak ia rasakan. Dia lupa kehangatan buah hatinya karena dia terlalu sibuk menyusun rencana kencan dan membuat kebohongan-kebohongan agar bisa bersama Andra.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang, akhirnya hubunganku dengan Andra sudah diketahui Heru. Apa yang akan terjadi … hal yang aku takutkan kini terjadi. Aku tidak mau kehilangan keluargaku, aku harus mempertahankan pernikahanku. Aku harus” pikir Nadien dalam hati.

Setelah Aurel dan Bagas tertidur. Dengan lunglai Nadien berjalan keluar kamar hendak mengunci semua pintu sebelum dia tidur. Handphone masih tergolek diatas meja ruang tamunya.

Dengan bergetar Nadien membaca semua pesan dari Andra.

“Sayang, gimana keadaan mu? Masih shock kah? Tenang ga akan ada apa-apa. Heru gak akan tahu”...

“Sayang, di kantong jeruk ada surprise buat kamu. Hehehe”...

“Sayang kok ga mau angkat telepon?? Oh gitu yaaa … hmmm awas ya kamu, pokoknya yang dalam kantong itu harus kamu pakai pas kita check in lagi tambah hutang 2 ronde hahaha”....

“Nad, kenapa ga angkat telepon sama chat aku?? Urgent angkat teleponnya”....

“Nadien, cepat hapus chat, nanti terbaca heru, aku udah ga bisa narik pesan lagi sudah 1 jam”...

“Nadien, urgent, baca chat”....



Dan ada 3 pesan yang sudah ia tarik.

Tubuh Nadien semakin lemas setelah membacanya. Andra memang tidak membiacarakan insiden tadi siang, tapi chatnya yang lain sudah cukup menjelaskan hubungannya dengan Andra dan membuat terancam pernikahannya.

Nadien kembali menangis meratapi semua kesalahan yang ia buat. Apa yang harus aku lakukan?? Nadien hanya berharap ini hanya sebuah mimpi buruk, dan ketika ia terbangun semua akan baik-baik saja.


***​


Sepeti biasa Nadien terbangun jam 5 pagi. Kepalanya terasa sakit dan berat, disertai mata yang sembab karena menangis semalaman sampai tertidur.

Dia sedikit lega ketika melihat Heru yang tertidur di kursi ruang tamu. Tiba-tiba heru membuka matanya dan memandang Nadien dengan sedih.

“Duduk ma. Kita bicara sebentar” katanya lagi.

Nadien segera duduk di sampingnya, Heru bergeser menjauhi seakan-akan jijik bersentuhan dengan Nadien.

“Sejak kapan mama pacaran sama Andra?”.

“Engga pa, mama….”.

“Stop Nadien, jujur padaku, sudah sekian lama?”.

“3 bulan” kata Nadien berbohong padahal sudah hamper 8 bulan dia bersama dengan Andra.

Heru menghela nafasnya, pandangannya kemudian tertunduk tidak mau melihat Nadien.

“Udah check in berapa kali?”.

“Nggak pa, belum pernah, itu Cuma lelucon andra saja yang mau check in, tapi mama belum pernah check in”.

“Ok mah, aku tahu kalian pasti pernah check in. Pacaran orang yang sudah menikah itu berbeda dengan pacaran ABG, aku tidak mau tahu berapa kali kalian sudah check in, kebohongan ataupun kebenaran yang nanti kamu sebutkan tetap sakit buat aku”.

Nadien terdiam dan menunduk. Bulir-bulir air mata mulai jatuh membasahi pipinya.

“Kenapa mah?, jawab saja, jangan sampai aku harus mengulang setiap pertanyaanku” Tanya Heru lagi.

Nadien berfikir keras memikirkan kata-kata yang akan ia ucapkan sehingga semua akan baik-baik saja dan Heru kembali baik dan menerimanya, tidak menceraikanya.

“Suka curhat mama? Cerita tentang di rumah ?”.

“Kadang-kadang tapi tidak semua hal aku ceritakan kepada Andra”.

“Jadi hubungan kalian karena hati atau materi?” Heru akhirnya memberikan dua optional kepada Nadien.

“Materi” akhirmya Nadien memillih materi. Dia pikir kalau masalah hati Heru pasti akan menceraikannya karena merasa Nadien sudah tidak mencintainya lagi. Kalau materi, hanya itu saja, jadi tidak ada cinta.

“Buat apa uangnya ma?”.

“Susu, makanan anak-anak, bayar pembantu harian dan kebutuhan lain”.

“Jadi selama ini anak-anak ku makan makanan dari uang haram Nad?” teriak Heru.

“Bukan uang haram pah”.

“Itu uang haram karena diberikan atas perzinahan kalian!”.

Nadien tersentak mendengar perkantaan Heru sekaligus tersinggung. Karena dia merasa uang yang Andra berikan kepadanya adalah uang halal, dan semua ia habiskan hanya untuk keperluan keluarganya, untuk membantu Heru.

Nadien merasa ia harus membela dirinya karena ini dia lakukan memang semata-mata bukan hanya karena dirinya saja.

“Papa pikir uang yang papa berikan sudah cukup untuk menutup semua kebutuhan kita? Papa sibuk bekerja tapi sebagian besar uangnya papa pakai untuk kuliah dan kadang papa berikan untuk keluarga papa, aku tidak pernah meminta apapun ataupun mengeluh, tapi anak-anak dan kebutuhan di rumah lebih dari apa yang papa berikan, setiap hari aku harus selalu muter otak agar uang-uang itu cukup, aku yang mengatur di rumah, aku tidak tahan liat anak-anak yang serba kekurangan. Papa pikir dari mana semua uang yang aku dapat? Upah dari Bianca tidak sebesar itu. Dan papa pun menikmati kehidupan papa dengan beban yang menjadi berkurang. Papa tenang kuliah dan bisa memberi secara rutin dengan keluarga papa”.

Heru terkejut mendengar ucapan Nadien. Dengan mata yang memerah dia memandang Nadien yang sedang duduk tegap dihadapannya sambil berlinang air mata.

“Tapi apapun itu, tidak bisa jadi alasan kamu berselingkuh dengan laki-laki lain!!” Heru berteriak matanya semakin memerah marah. Nadien tidak bisa berkata apa-apa lagi.

“Maafkan aku kalau ternyata selama ini kamu tidak bahagia. Dan maafkan aku apabila semuanya akan berbeda nanti.” Heru berdiri hendak meninggalkan Nadien. Nadien menarik tangan Heru dan mendekap kaki Heru yang berdiri dihadapannya.

“Maafkan aku pah, aku mohon maafkan aku. Aku gak akan berbuat itu lagi pa, aku janji, baru 3 bulan pa, tidak terjadi apa-apa antara aku dengan Andra” Nadien berbohong dan berusaha meyakinkan Heru dengan tangisannya.

“Sekarang aku tidak tahu, lagi, mana perkataanmu yang benar atau bohong. Selama ini aku mempercayaimu, aku berikan kamu kebebasan bersama teman-temanmu, kamu selalu menyiratkan Lyla yang berselingkuh dengan Andra, tetapi ternyata kamu sendiri yang melakukannya. Dan yang paling membuatku sedih, ternyata selama pernikahan 10 tahun ini, aku tidak bisa membahagiakan kamu, kamu tidak bahagia bersamaku dan aku tidak menyadarinya. Aku kira semua baik-baik saja sampai kemarin” Heru menarik kakinya agar terlepas dari dekapan Nadien. Tubuh Nadien pun terjatuh karena berusaha menahan dekapannya di kaki Heru. Dan Heru sama sekali tidak berbalik untuk membantunya dan terus berjalan ke kamar mandi.



***​


Sudah 5 hari semenjak kejadian hari itu suasana menjadi berubah. Heru dan Nadien selalu tampak biasa di depan anak-anak, tapi tidak ketika mereka hanya berdua. Tidak ada senyuman apalagi sentuhan dari Heru untuk Nadien. Untuk menghindari usaha Andra untuk terus menghubunginya, Nadien pun bercerita kepada Bianca agar Bianca memberitahukan kepada Andra apa yang terjadi dan memintanya jangan menghubunginya lagi. Entah bagaimana reaksi Bianca saat itu mendengar pengakuanku tapi mendengar nada bicara menyiratkan kekecewaan yang amat sangat.

Malam itu seperti biasa Nadien tidur di kamar bersama Bagas. Tengah malam terasa sentuhan hangat masuk ke dalam tubuh Nadein membuatnya terbangun. Dia sangat bahagia akhirnya Heru mau menyentuhnya lagi setelah sekian lama. Heru menciumi rambut Nadien dan menarik tubuhnya ke arahnya. Nadien mulai membuka mata dan bibirnya yang dibalas dengan bibir Heru yang melumatnya dengan kasar.

“Eeuhh” Nadien bergumam karena kaget, tidak biasanya dia seperti ini.

Heru menghentikan ciumannya untuk sesaat, dan kembali melumat bibir Nadien dengan kasar. Nadien yang kaget mengikuti permainan ciuman Heru. Tidak butuh lama akhirnya Heru membuka seluruh pakaian Nadien dan pakaiannya. Tangan Heru mulai turun ke arah klitoris Nadien gerakan tangannya yang awalnya lembut makin lama makin cepat dan kasar. Nadien mengenyitkan dahinya dan berusaha menarik tangan Heru agar lepas dari klitorisnya, Tapi Heru tidak berhenti, tubuhnya menindih Nadien, sementara bibirnya terus melumat bibirnya, jari-jarinya mulai masuk ke dalam vagina Nadien. Desahan Nadien pun berubah, yang asalnya hanya berisi desahan kenikmatan sekarang disertai dengan rintihan kesakitan.

“Sakit pah, pelan-pelan”.

“Ssst, nanti Bagas bangun” jawab Heru tak perduli.

“Tapi kamu suka kan seperti ini mah? Vagina mu basah dengan cepat” Heru tunjukkan tangannya yang basah dengan lendir vagina Nadien.

Nadien mengenyitkan dahinya dan mengigit bibir bawahnya karena heran dengan prilaku Heru.

Heru tertegun memandang bibir bawah Nadien dan dengan kasar menciumnya lagi.

“Mmh, eugh” Nadien tersentak ketika Heru tiba-tiba menghujamkan penisnya ke dalam vagina nadien.

Terasa sakit sekali karena di hujamkan dengan kasar. Bulir-bulir air mata Nadien mulai terasa di sudut matanya jatuh perlahan karena mendapat perlakuan seperti itu dari Heru suaminya. Bagaimana tidak Heru yang biasanya sangat lembut sekarang seperti sedang memperkosanya.

Tanpa peduli dengan apa yang dirasakan Nadien, Heru tetap melanjutkan mencumbu Nadien sampai akhirnya Heru mendapatkan kepuasan.

Setelah beberapa detik Heru meredakan sensasi yang dia rasakan, dia langsung berdiri memakai pakaiannya. Tanpa berkata apa-apa dia hanya mengambil bantal dan selimut mereka dan keluar kamar meninggalkan Nadien dan Bagas.

Nadien hanya diam melihat dengan perlakuan heru. Dia berusaha menempatkan dirinya di posisi heru yang telah dikhianati. Berusaha meyakinkan diri untuk menerima semua perlakuan kasarnya.

“Ini semua salahku, mungkin bisa lebih buruk lagi, apapun aku terima, asal Heru memaafkanku dan tidak menceraikanku” kata Nadien dalam hati.

“Nanti juga semua akan reda, dan akan kembali normal”.

“Ini sebuah awal yang baik. Heru sudah mau menyentuhku lagi, Jangan khawatir Nadien, semuanya akan membaik, semua akan baik-baik saja”.

Nadien tersenyum dan segera menyeka air mata yang tadi jatuh di pipinya. Dan mencoba tidur di tengah dinginnya malam.

Tapi ternyata apa yang lakukan Heru kepadanya tidak hanya terjadi malam itu saja. Hampir setiap ada kesempatan Heru selalu mencumbu Nadien dengan kasar. Tidak pernah peduli bagaimana keadaan Nadien yang lelah atau sakit. Dan bahkan melakukan hal-hal yang tidak biasa mereka lakukan. Pada awalnya Nadien selalu berusaha menerima dan memahami perubahan Heru ini dan berusaha meyakinkan dirinya kalau semua akan segera normal dan baik-baik saja.

Sampai akhirnya pada suatu hari Nadien tidak tahan lagi.

“Kenapa?” Tanya Nadien terisak. Setelah heru baru saja selesai “memperkosanya”.

Heru terdiam dan tersenyum sinis ke arah Nadien.

“Kamu itu istriku, aku boleh melakukan apa saja mauku. terserah apa mauku memperlakukanmu layaknya seperti pelacur atau apapun itu, semua adalah hak-ku. Selama ini aku selalu menjaga perasaanmu tapi kamu tidak menjaga perasaaanku. Dan sekarang aku coba cara lain terhadapmu.” Jawab Heru yang masih mengancingkan pakaiannya, tanpa menoleh sedikit pun pada Nadien.

“Aku selalu mencintaimu tanpa syarat, karena berharap kamu menerimaku dengan semua kekuranganku. Dan ternyata di belakangku kau merusak segalanya.” Dan seperti biasa Heru langsung keluar kamar meninggalkan Nadien.

Nadien menangis tak tertahankan, menelungkup membenamkan wajahnya ke bawah bantal karena takut Bagas terbangun. Dia kaget ternyata Heru bisa sekasar dan sejahat itu. Semua perbuatannya dan perkataannya begitu menyakitkan. Sepertinya sekarang Heru sudah memperlakukannya layaknya seorang pelacur.

Nadien terus menangis meratapi nasibnya, dengan sedih Nadien memandang Bagas yang sedang tertidur pulas, mengusap rambutnya dan menangis kembali berusaha untuk tertidur.

“maafkan mama sayang…”.


***​


Sore itu Nadien sedang bermain dengan Bagas ketika ada pesan masuk dari Oki.

Tuuuing..

“Gimana kabarnya Nadien.?.

“Baik-baik saja oki, gimana kabar kamu dan teman-teman semua?”.

“Baik Nad, sulit banget sih kamu jawab chat”.

“Iya nih, maaf ya aku sibuk banyak kerjaan di rumah sama bantu kakakku Bianca kadang-kadang Ki…”.

“Nah sekarang kamu kok biasa jawab chat, gak lagi sibuk kan?”.

“Ngga Ki, Bagas lagi anteng, Heru juga lagi kerja” .

“Ooh gitu ya, bisa nelpon dong”.



Belum sempat Nadien menjawab, sebuah panggilan masuk dari Oki.

“Iya halo Ki …”.

“Nadien… apa kabar”.


Deg suara Andra.

Hati Nadien langsung bergetar mendengar suara orang yang dirindukannya. Ingin rasanya dia menutup telepon itu, tapi sebagian dirinya menolak.

“Baik Ndra, bagaimana kabarmu”.

“Tidak begitu baik Nadien.”.

“Jangan begitu Ndra, kamu harus sehat dan baik-baik saja”.

“Kamu pikir semua baik-baik saja setelah aku tahu apa yang terjadi dan kamu menghilang. Kamu pikir aku bisa baik-baik saja ketika tahu orang yang kusayangi dan aku cintai sedang kesulitan karena aku? Kamu pikir orang macam apa aku?”.

“Aku ingin ketemu Nad”.

“Gak bisa Ndra keadaan sudah berbeda”.


Terdengar suara motor masuk ke halaman rumahnya.

“Heru pulang, sudah ya Ndra”.


“Please Nad ada hal penting yang harus kita bicarakan, royal crown 303 besok jam 10 pagi”.

“Gak bisa Ndra”.


Terdengar suara gerbang depan yang di tutup.

“Aku mohon Nad, atau aku akan terus menelepon mu dengan cara apapun”.

“Kalau kau benar-benar menyayangiku maka kamu tidak akan melakukannya. Maaf Ndra kita gak bisa ketemu lagi, maafkan aku”.


Klik telepon segera Nadien tutup dan menghapus semua chat dan riwayat teleponnya. Nadien segera menghampiri Aurel dan Bagas yang tengah bermain agar Heru tidak menaruh curiga.

Seperti biasa Heru masuk ke rumah dan langsung masuk kamar mengganti bajunya.

Hufth hampir saja.”.



Jam sudah menunjukkan jam 12 malam, tapi Heru tidak bisa menutup matanya untuk tertidur. Sejak Kejadian hari itu Heru seperti layaknya mayat hidup yang harus tetap hidup dan berdiri kuat demi anak-anaknya. Dia tetap menjadi seorang ayah yang baik di hadapan kedua anaknya, tetap bersemangat dan ceria, tetapi semua itu langsung buyar ketika Nadien dihadapannya. Sekarang kamar tidurnya adalah ruang tamu atau ruang tengah. Sesekali dia tidur di kamar apabila tubuhnya sudah terasa sakit-sakit dan hanya ketika Nadien tidak berada di kamar. Sebisa mungkin dia menghindari agar tidak satu ruangan dengan Nadien, setiap Nadien muncul dia langsung pergi, setiap Nadien menghampiri dia menghindar. Dan ketika dia merindukan istrinya dan menyentuhnya selalu berakhir dengan perlakuan kasar dan ingin menyakitinya. Pikirannya terhadap Nadien yang begitu sempurna sudah hancur luluh lantah.

Aku tidak mungkin hidup seperti ini terus. Aku harus melakukan sesuatu” pikirnya.


***​


Besoknya sepulang mengantarkan Aurel ke sekolah, Nadien melihat Heru tengah berbicara serius dengan seseorang lewat telepon di depan rumahnya.

“Iya kak boleh, sama-sama Kak”.Heru mengakhiri meneleponnya.

“Ma, kak Bianca barusan telepon, dia ada pekerjaan penting yang harus mama bantu, karena mama yang siapin berkasnya dulu. Cepat siap-siap kak Bianca sedang di perjalanan. Nanti mbo Yati yang nungguin Bagas di rumah”.

“Oh, iya pah” jawab Nadien kaget.

“Papa mau kemana?” Nadien bertanya karena dia tahu kalau hari ini Heru libur bekerja.

“Harus antar atasan di kantor, aku pergi sekarang. jangan tunggu aku menjemput ke kantor Bianca, mama pulang aja sendiri pakai ojol begitu selesai”.

Tanpa menunggu jawaban Nadien, Heru mengambil tasnya dan langsung pergi dari rumah.

Selang 10 menit Bianca datang dengan mbok Yati.

“Yuk Nad. Tinggalin hpnya biar mbok Yati pegang.”

“Hah?” Nadien merasa aneh dengan perkataan kakaknya.

“Hp kamu bersih kan? Gak ada yang bisa jadi masalah? Kalau ngga kunci aja, deh biar gak bisa di buka Heru kecuali angkat telepon.”.

“Iya aman Bi, gak ada apa-apanya kok” jawab Nadien.

“Oke kita pergi sekarang”.

“Nad” Bianca memberikan telepon yang baru saja dia hubungkan entah kepada siapa. Ketika mereka sedang dalam perjalanan.

Andra” tertulis di layarnya.

Halo, Nadien ..” di ujung telepon Andra memanggilnya.

Nadien terhenyak sambil memandang Bianca.

“Jawab dulu, nanti setelah selesai aku yang bicara” jawab Bianca mengerti arti pandangan Nadien sambil sesekali melihat ke arah spion.

Iya halo Ndra”.

Royal crown 303 aku tunggu di sana. Ada hal penting yang mau aku bicarain. Please Nad..”.

Iya ndra” jawab Nadien dan menutup teleponnya.

“Bukannya aku mendukung Andra dan tidak menyukai Heru. Kamu tau kalo aku menyukai dan menyayangi Heru. Tapi terlebih-lebih aku lebih sayang sama kamu. Semua bencana ini, apa yang terjadi antar kau, Heru dan Andra, aku akui bagaimanapun juga aku ada andil. Aku akan berusaha memperbaiki semuanya dengan cara apapun aku hanya ingin adikku bahagia, aku tidak tega melihat hidup adikku seperti di neraka. Semalam Andra meneleponku, kami mengobrol cukup lama untuk mencari solusi atas masalah kalian dan aku menyetujui untuk membantunya. Sebenarnya sih bukan membantunya, tapi membantumu. Nanti kamu akan tahu Andra akan jelasin semuanya. entah itu benar atau salah atas tindakanku ini, aku mohon pada mu Nad, segera tuntaskan semua ini tak peduli apa keputusan yang akan kamu ambil, aku tetap mendukungmu,” ujar Bianca seperti memberikan ultimatum pada Nadien untuk mengambil sikap.

“Makasih Bi, aku juga sayang kakak” Nadien menangis dan menyandarkan kepalanya di bahu Bianca. Bianca mengelus kepala adik yang disayangnya dan sesekali menoleh ke kaca spion.

“Dari tadi ku lihat ke belakang, takut ada yang ngikutin. Tapi sejauh ini aku cukup yakin tidak ada Heru yang mengikuti. Sekarang kita masuk ke jalan tol, di rest area nanti kamu akan berganti mobil, Andra sudah sewa mobil untuk mengantarkan kamu kepadanya. Segera hubungi aku ke nomor kantor setelah urusanmu dengan Andra selesai, pake handphone Andra, nanti aku jemput. Soalnya aku mau matiin nomer yang ini biar Heru gak bisa menghubungi aku. Jangan khawatir ini sudah kami rencanakan dengan baik, aku juga gak kemana mana”.

“Iya Bi, terima kasih”.

Sesampainya di rest area, seperti yang sudah mereka rencanakan Nadien segera masuk ke dalam mobil. Sopirnya pun nampaknya sudah tau kemana mereka pergi. Nadien tidak tahu, hal penting apa yang dimaksudkan Bianca ataupun Andra. Tapi dia yakin Bianca orang yang cerdas, dan yang terpenting dia menyayanginya, tidak mungkin Bianca membuat rencana yang gegabah dan mengambil resiko seperti ini.


***​


Nadien mengetuk pintu kamar 303 Hotel Royal Crown.

“Trek” pintu terbuka dan Andra tersenyum lirih melihat Nadien di hadapannya.

Nadien masuk dengan senyum yang sama.

“brukk” Andra mendekapnya dengan sangat erat, pelukan terhangat dan tererat yang pernah Nadien rasakan. Andra menuntun Nadien agar duduk di kasur dan berlutut di hadapannya.

“Bagaimana kabarmu? Aku sangat merindukan mu, sangat mencemaskanmu. Aku tidak tahu kabarmu sama sekali, teman-teman yang lain juga bahkan Lyla pun tidak tahu. Sampai akhirnya Bianca menghubungi aku. Dan dia meminta agar aku tidak mengubungimu lagi, dan ia hanya meminta aku berdoa agar semua baik-baik saja. Itu membuatku tambah bingung Nad, itu semakin membuat aku gila. Ingin aku menelponmu dan lari mendatangi rumahmu, tapi aku takut. Aku bukan takut kepada Heru, tapi aku takut kamu tidak menginginkannya, aku takut malah membuat masalah baru dan kau membenciku” Bola mata indahnya berkaca-kaca dan bergerak kesana kemari, seperti mata seorang bocah yang sedih sekaligus bahagia.

I’m okay Ndra,” jawab Nadien.

“Heru … Dia memukulmu atau apapun? Dia kasar sama kamu??”.

“Ngga andra …. Dia memang marah pasti. Tapi perlakuannya kepadaku masih sebatas wajar, tidak ada hal kasar atau apapun” ucap Nadien berbohong,

“Walau memang sekarang masih kaku. Tapi gapapa nanti semua akan berlalu, semua akan baik-baik saja” Nadien menatap wajah seorang pria yang dirindukannya sedang berlutut dihadapannya dan mengusap rambutnya.

“Maafkan aku Nad, jika saja hari itu aku tidak memaksa datang dan mengganggumu. Semua ini tidak akan terjadi. Kamu sudah bilang tidak dan aku tetap memaksa. Argh.. maafkan aku Nadien, aku sangat merindukanmu hari itu dengan segala masalah dan kepenatanmu, aku benar-benar membutuhkanmu hari itu, tapi aku malah merusak segalanya”.

“Nadien aku sangat mencintaimu, jangan tinggalkan aku, Aku tidak sanggup kehilangan kamu, bercerailah dengan Heru, aku akan ceraikan Almira, menikahlah denganku.” Ucapnya lagi.

Dengan perasaan hancur melihat kerapuhan orang yang dicintainya, Nadien tersenyum berusaha menenangkan Andra.

“Ngga sayang. Kasian Almira, anak-anak kita dan Heru, kita gak boleh egois” jawab Nadien.

“Oke aku gak akan ceraikan Almira. Kita segera urus perceraianmu dengan Heru, dan kita menikah secepatnya, anak-anak kamu kita urus bersama. Dan Heru … Heru, dia boleh kunjungi anak-anak kapanpun dia mau”.

“Ngga Ndra, aku akan bertahan dengan Heru”.

Lutut Andra begitu lemas dan bersimpuh menangis di kedua paha Nadien.

Please Nadien don’t leave me, I need you” Tak terasa air mata Nadien pun menetes tanpa bisa berkata apa-apa. Andra hanya mendapatkan senyuman dan belaian di rambutnya sebagai jawaban.

Do you love me Nadien?” Andra mengangkat kepalanya melihat ke arah Nadien. Pandangan mereka beradu dan seakan-akan dunia berhenti berputar untuk sesaat.

Nadien memandang wajah Heru, wajah yang begitu tampan dengan air mata di ujung kedua matanya.

Nadien mencium Andra dengan lembut. Andra yang biasa sangat liar dengan ciumannya, membalasnya dengan ciuman yang lembut dan dalam. Ciuman yang bukan hanya sekedar nafsu, tapi rasa sayang dan kerinduan yang mendalam. Nadien menariknya ke atas kasur dan membuka kancing blouse berwarna birunya satu persatu, blouse biru yang pernah ia pakai ketika pertama kali mereka berjumpa. Dan mereka pun larut dalam sebuah pergumulan percintaan yang luar biasa, yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya. Rasa rindu dan takut kehilangan keduanya semakin membuat percintaaan ini begitu berarti.

“Hmmmh” entah berapa lama Andra tertidur. Tangannya menggapai ke sisi kasurnya dan meraba berusaha mencari sosok yang tadi masih tertidur di sampingnya. Dia langsung membuka matanya ketika menyadari tidak ada seorang pun di sisi. Dia langsung duduk di kasur dan melihat sekeliling, tampak sudah tak ada lagi pakaian, sepatu dan tas Nadien yang berserakan. Dia segera berlari mencari ke kamar mandi dengan harapan Nadien ada disana. Tapi yang ia dapati hanya kamar mandi kering yang kosong. Seketika tubuhnya lemas, menyadari Nadien telah meninggalkannya.


***​


Sementara di tempat lain.

Ting…tong…

Almira baru saja menidurkan Olivia ketika seseorang memijit bel pintu rumahnya.

“Oh iya, siapa?” kata Almira ketika dia membukakan pintu rumahnya.

Berdiri dihadapannya, seorang pria tinggi yang tampan dengan lesung pipi di kedua pipinya terlihat ketika dia tersenyum.

“Siang bu Andra, kenalkan saya Heru suami Nadien. Boleh saya minta waktunya sebentar, kita ngobrol di kursi teras saja” katanya lagi.

Almira menghembuskan Nafasnya ketika mendengar siapa pria yang meperkenalkan dirinya. Almira menganguk dan mempersilahkan Heru untuk duduk di kursi terasnya.

“Baik pak Heru, sepertinya saya tahu apa yang akan kita bicarakan” jawab Almira.

Mata Heru membesar pertanda kaget mendengar ucapan Almira.

“Saya pernah mendengar nama istri bapak menjadi igauan suami saya ketika sedang sakit beberapa hari yang lalu”

Heru kaget mendengar perkataan Almira. Terlebih melihat Almira yang begitu kuat dan kokoh sekaligus tenang.

“Silahkan pak, katakan apa yang mau bapak katakan. Saya sudah pernah mengalami ini, ini bukan hal pertama. Jadi saya tidak begitu kaget.” Kata Almira tegar.

Heru menganguk dan duduk mengikuti Almira. Heru menarik nafas panjangnya sebelum dia mulai berkata-kata.

“Maaf bu … begini ……!!”.



***​


Malam sudah menunjukkkan jam 10 malam ketika Heru sampai di rumahnya.

Dengan perasaan kalut dan lelah karena berkelilling entah kemana sepulang bertemu dengan Almira dia membuka pintu rumahnya.

Dia melemparkan kunci2 diatas meja dan duduk di ruang tamu sambil mengadahkan kepalanya kearah langit-langit.

Membayangkan Nadien yang disentuh dan bercinta dengan laki-laki lain yang membuatnya jijik. Apalagi alasan Nadien bersama Andra adalah karena materi. Layaknya seorang pelacur yang bercinta karena uang. Karena itu setiap ia bercinta dengan Nadien, ia memperlakukannya seperti pelacur.

Heru merasa dia memang tidak pernah memberi materi banyak kepada Nadien, karena harus dia bagi untuk membayar kuliah malamnya dan sesekali memberikannya kepada orant tuanya. Bagaimanapun sebagai anak laki-laki dia harus terus berbakti kepada orang tuanya, dan kuliah malam, ia melakukannya agar mendapatkan pekerjaan untuk penghidupan yang lebih baik untuk keluarganya. Tapi Heru kira, semua yang ia berikan itu cukup, karena Nadien tidak pernah berkata apa-apa dan meminta apapun ataupun mengeluh. Bahkan ketika mereka ada waktu dan berjalan-jalan ke mall pun nadien tidak pernah mau membeli apapun.




Seakan terhenyak Heru menyadari kalau selama ini dia salah dan tidak memahami apa yang ada di dalam hati Nadien. Nadien yang tidak pernah banyak meminta dan mengeluh tetap saja seorang wanita yang mempunyai keinginan dan nafsu. Heru memang jarang sekali memberikan barang untuk Nadien karena dia kira memang Nadien tidak menginginkannya.

“Arghhh’… Heru meremas rambutnya sendiri kesal kepada dirinya, yang sama sekali tidak memahami Nadien. Selama 10 tahun ini dia kira Nadien sudah cukup bahagia dengan yang dia berikan. Tidak hanya sedikit materi saja yang dia berikan, kesibukannya bekerja dan kuliah malam semakin membuat Nadien tertekan dan menyimpan semuanya sendirian. Sehingga ketika orang lain semacam Andra masuk yang bisa memberikannya materi dan perhatian, membuatnya luluh.

Apalagi setelah dia berbicara dengan Almira siang tadi. Bagaimana Andra sebelum dan setelah bertemu dengan Nadien dan bagaimana ketika mereka tidak bertemu lagi.





“Dan ternyata aku juga punya andil atas kehancuran pernikahanku” gumam Heru.

“Tapi tetap saja itu tidak membenarkan apa yang Nadien lakukan” gumamnya lagi.

Heru bangkit dari tidurnya, dan mengambil air putih untuk menenangkannya. Terlihat olehnya sebuah album keluarga dibawah rak TV dan membukanya. Dipandangnya foto Nadien yang selalu tersenyum bahagia, perhatiannya mulai tertuju kepakaian nadien yang sudah usang dan itu-itu saja. Heru mulai menangis di hinggapi rasa bersalah dan penyesalan.

Dia berjalan ke arah kamar dan mengitip di sela pintu kamarnya yang terbuka. Dia melihat Nadien yang membelakangi pintu sedang menangis sambil mengelus rambut Bagas. Kaki panjangnya yang indah sedikit terlipat karena kedinginan, karena tidak ada selimut di kamar ini dan Nadien tidak pernah sekalipun mengeluhkannya.


***​


Keesokan paginya, seperti biasa Nadien bangun jam 5 pagi.

Heru pun sudah bangun dan duduk di sofa ruangan tengah sambil menonton tv.

“Buatin kopi mah” kata Heru.

Nadien tanpa menjawab segera membuatkan Heru kopi dan menyimpannya di meja. Heru menarik tangan Nadien yang sudah mau bergegas pergi meninggalkannya.

“Ada yang mau aku omongin”.

Deg. Jantung Nadien rasanya terhenti.

“apakah Heru akhirnya menceraikan aku?” pikirnya dalam hati.

Nadien kemudian duduk di samping Heru dengan kepala tertunduk.

“Kamu tahu? beberapa hari ini seperti neraka untukku. Setiap di rumah aku ingin selalu keluar dari sini, tapi di tempat kerja dan kampus aku sama sekali tidak bisa berfikir dan hanya memikirkan kamu dan anak-anak. Aku seperti mayat hidup yang tidak tahu harus berbuat apa dan tidak tahu lagi kamana arah dan tujuanku. Kamu sudah menghancurkan semua gambaran tentang keluarga dan istri yang sempurna, menghapus semua yang sudah aku persiapkan dan aku rencanakan untuk masa depan kita.” Heru terdiam untuk sesaat.

“Maafkan aku …” bulir-bulir air mata mulai jatuh di pipi Nadien.

“Memaafkanmu akan lebih mudah dibandingkan melupakan perselingkuhanmu dengan Andra. Kemarin aku mendatangi rumah Andra dan berbicara kepada Almira atas perselingkuhan kalian. Ternyata Almira juga tahu tentang hubungan kalian dan ini juga bukan perselingkuhan Andra yang pertama” Heru berhenti sejenak menarik nafasnya. Dan Nadien membulatkan matanya karena terkejut ketika mengetahui Heru telah berbicara dengan Almira.

“Andra ternyata hanya seorang lelaki brengsek yang lemah, alasan perselingkuhannya hanya karena perjodohannya dengan Amira, yang menjadikan Pembenaran atas semua yang dilakukannya. Almira pun sangat tahu, Kalau Andra sangat mencintai kamu, bagaimana dia hancur setelah kamu tinggalkan. Tapi Almira bilang dia akan tetap mempertahankan pernikahannya dengan Andra demi anak-anaknya dan demi menebus kesalahan keluarganya yang memaksa Andra untuk menikahinya”.

Mendengar hal itu Nadien kaget dan nafasnya seakan terhenti.

“Dan aku akan melakukan hal yang sama untukmu Nadien. Aku akan memberi kesempatan kedua untukmu, walau aku tidak tahu apakah ini akan menjadi suatu hal yang baik atau buruk untuk kita berdua. Tapi aku akan mencobanya demi anak-anak”.



"KESEMPATAN KEDUA" Song By Tangga


“Aku tidak memintamu untuk melakukannya, tapi kamu harus melakukannya untuk menebus kesalahanmu kepada ku dan anak-anak”.

“Kita mulai dari hari ini. Aku tidak akan meminta maaf dengan semua perlakuan kasarku akhir-akhir ini kepadamu dan atas kesalahanku lainnya padamu. Tapi aku akan berusaha memaafkanmu dan mencoba kembali normal seperti dahulu. Ini pasti sulit untuk kita berdua, tapi kita harus memulai semuanya dari nol.”.

“Iya… Heru… iya, kita mulai semuanya dari nol aku mohon, beri aku kesempatan” isak Nadien seakan ada secercah harapan untuk memperbaikinya.

Heru mengelus wajah wanita yang di cintainya dan memeajamkan matanya untuk sesaat.

“Aku harap ini jadi kebaikan kita berdua” Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Heru memeluk Nadien dengan erat. Tangisan Nadien semakin keras merengkuh di pelukan suaminya, begitu juga Heru yang sangat merindukan untuk memeluk istrinya seperti ini.

Heru mencium istrinya dengan lembut seperti yang biasa dia lakukan.

“Mari kita pergi untuk beberapa hari, 3 hari saja. Kita titipkan anak-anak sama orang tuaku.”.

“Hah?” kata Nadien kaget.

“Bagaimana pekerjan dan kuliahmu?”.

“Sudah jangan pikirkan itu”.

Nadien terdiam memikirkan hal lain. Dan heru tahu apa yang difikirkan Nadien.

“Jangan juga memikirkan masalah uangnya. Aku punya sedikit uang yang cukup untuk kita berlibur 3 hari ini. Kamu mau?”.

“Iya pa, aku mau.” Heru tersenyum melihat wajah istrinya yang sudah mulai lagi bersinar, walaupun dalam hati Heru masih mencoba untuk memaafkan Nadien. Dia sangat berharap liburan ini akan membuat semuanya menjadi lebih baik.


***​


Sudah 2 minggu lamanya semenjak Nadien dan Heru pulang dari liburannya. Mereka berusaha bertahan dengan segala kesalahan dan kehidupan masa lalunya.

Sebuah nomor yang tak dikenal yang masuk saat Nadien baru saja keluar kamar mandi.

“Halo” tanpa pikir panjang Nadien menjawab telepon itu.

Halo Nadien, bagaimana kabarmu” Suara Andra bergetar karena berusaha menahan emosinya.

Sehat Ndra, bagaimana kabarmu?”.

Hancur Nad

Nadien menghembuskan nafasnya dengan perlahan dan panjang.

Apa maksudmu meninggalkan aku begitu saja hari itu? Kamu sengaja melakukannya? Kamu memberikan ku satu hari, agar aku merasa sangat bahagia yang kemudian kamu hempaskan dengan keras. kamu kira semua akan baik-baik saja Nad …. Hebat Kamu Nad, apa salahku hingga kamu tega berbuat itu padaku”

Nadien hanya terdiam tidak berkata apa-apa. Andra tidak tahu, disini Nadien pun sama hancurnya dan meneteskaskan air mata. Hari itu Nadien hanya ingin memberikan satu hari kebahagiaan untuk Andra yang tidak bisa ia berikan lagi di kemudian hari.

“Kamu sayang aku Ndra?” lirihnya.

“Sangat Nad”.

Kalau kau menyayangiku, aku mohon, jangan hubungi aku lagi. Demi kebaikan semuanya. Lebih baik kita tidak lagi bertemu dan berhubungan lagi dalam bentuk apapun”.

“Tidak Nad”.


Aku mohon. Berjanjilah kepadaku kalau kamu benar menyayangiku, lepaskan aku, kembalilah kepada Almira dan anak-anakmu. Mereka sangat mencintai dan menyayangimu. Mereka lebih berhak daripada aku. Aku tidak pernah memberikan apapun untukmu Ndra.”.

Kamu salah Nad, kamu berikan segala kebahagiaan untukku. Aku membutuhkanmu.

“Jangan lepaskan aku Nad. Aku mencintaimu Nad ”

“… dan aku juga mencintaimu Ndra dan aku sangat menyayangimu. Aku tidak mau kamu kehilangan apa yang sudah kamu punya sekarang. Aku harus rela melepaskanmu”

“Hentikan itu Nadien. Dulu kamu tidak pernah menjawab setiap aku menanyakan apakah kamu juga mencintaiku Nad. Dan apa maksudmu mengatakan itu sekarang. Kalau kau mencintai aku, tinggalkan Heru, menikahlah denganku. Aku terima anak-anakmu. Please Nadien, jangan tinggalkan aku.”

“Maafkan aku, Ndra. Aku mencintaimu, tapi Almira dan anak-anakmu lebih mencintaimu dan membutuhkanmu. Mereka lebih berhak atas dirimu. Begitu juga Heru dan anak-anakku yang membutuhkanku dan juga lebih berhak atas diriku daripada kamu. Berbahagialah untukku.”


Untuk beberapa saat, mereka tidak ada yang berbicara yang terdengar, hanya suara lirih isakan tangis dan tarikan nafas mereka berdua.

“Baiklah Nad jika itu maumu”

“Iya andra… maafkan aku …. Take care”




Untuk beberapa detik Nadien menunggu jawaban dari Andra, tapi tidak ada suara …. Sehingga akhirnya Andra menutup telepon tanpa jawaban.


***​


POV Nadien

“Tidak bisa di pungkiri, aku mencintai Andra dan Heru, dengan cinta yang berbeda. Andra yang seperti memiliki segalanya, ketampanan, kecerian dan kehidupan dan harta berlimpah yang ternyata yang hanya dia butuhkan adalah orang yang benar-benar dia cintai disisinya, sehingga dia tetap bisa bertahan dan kuat dalam kehidupan yang keras. Dan Heru, pria yang lembut dengan segala keterbatasan dan kemampuanya, hanya bisa memberikan ketulusan dan kerja kerasnya, berharap agar itu cukup untuk akan orang yang dicintainya bertahan dengan cintanya.”

“Aku tidak memilih keduanya, aku memilih dua buah hatiku. Aku bertahan dengan pernikahanku dengan Heru, karena Heru dan anak-anakku membutuhkanku. Dan anak-anakku membutuhkan seorang ayah yang mereka cintai dan pastinya sangat menyayangi dan mencintai mereka. Keberuntunganku mempunyai mereka bertiga dan Heru yang selalu menyayanginya. Beberapa kali aku mendapatkan Kesempatan kedua di hidupku. Dan keduanya di berikan oleh Heru. Setelah memberikan kesempatan kedua untuk hidup lebih baik dengan menjadikan aku menjadi istrinya, dan Heru kembali memberi kesempatan kedua untuk mempertahankan pernikahan kami. Walau aku tidak tahu bagaimana hidupku kedepannya dan apakah keadaan rumah tanggaku akan lebih baik dari hari ini atau malah lebih buruk. Yang jelas Aku akan mempergunakan kesempatan keduaku ini dengan sebaik-baiknya. Dan hanya berharap semua akan indah pada waktunya.



“….Andai saja aku masih punya
Kesempatan kedua
Pasti akan kuhapuskan lukamu
Menjagamu memberimu
Segenap cinta…”

Song Liric “Kesempatan Kedua” by Tangga










The End
Berpeluang jadi juara nih...
 
Sukses hu... Ampe nangis apalagi sambil puter lagunya.. Tapi maaf gue ga ngerasain feel nadien mencintai baik andra atau heru.. Nadien lebih kerasa nafsu dari awal part.

Tapiserius tulisan suhu keren
 
Sukses hu... Ampe nangis apalagi sambil puter lagunya.. Tapi maaf gue ga ngerasain feel nadien mencintai baik andra atau heru.. Nadien lebih kerasa nafsu dari awal part.

Tapiserius tulisan suhu keren
makasih untuk suport, komen dan kritiknya, untuk menjadi lebih baik kedepannya.

yah mungkin belum terbiasa dengan cerita oneshoot yang dibatasi jumlah katanya jd penyampaian isi cerita kurang begitu kena ke imajinasi pembaca, Khusus nya penggambaran sosok karakter Nadien itu sendiri apakah karena nafsu atw cinta,

maklum masih nubi 😁🙏

tapi sekali lagi aq ucapin makasih, ini yang aq harapkan agar bisa membuat karya yang lebih baik lagi🤗🤗
 
Keren banget hu, wow
Cerita yg bagus .. walaupun sedikit kecewa sama ending nya hehe
Sumpah baper gw huft
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd