Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisah Parmin (CoPasEdit dari Tetangga)

Parmin sexs story ... Lanjut gan .. !!!

Aihh.. Siap :victory: Brada..

Nyang ini juga masih banyak yang Nubi harus edit..
Kalo udah kelar pasti segera Nubi apdet..

Trims Adul n Komengnya ya..

Salam.. n KEEP SEMPROT..! :beer:
 
  • Like
Reactions: rhs
Kisah Keempat – Bu Ijah si Empunya Warung

Cerita ini ketika terjadi saat si Parmin kelas 3 SMA semester akhir..
Si Parmin sebenernya termasuk anak biasa-biasa saja.. gak pinter atau bodoh-bodoh amat..
Dalam kelasnya yang berjumlah 35 orang itu dia di rangking 27 saja. Haha..

Dalam satu bulan ia selalu menghiasi hari-harinya dengan bolos satu hari dari sekolah.
Tetapi ia ga pernah ngebayangin mengalami peristiwa yang bakal menghiasi pengalaman perlendirannya.. dan susah dilupakannya seumur hidup.

Hari itu adalah hari Jumat. Siswa-siswa di SMA si Parmin berseragam Pramuka.
Seusai jam sekolah.. biasanya siswa-siswa yang ambil bagian dalam kegiatan Pramuka akan pulang belakangan.
Sekitar jam empat sore. Sebelum kegiatan Pramuka dimulai siswa-siswa akan saling bercengkrama.. ngumpul.. ngrumpi.. atau bermain bola.

Parmin sedang berkumpul dengan teman-temannya bercerita yang lucu-lucu.. jorok-jorok.. dan lain-lain.
Parmin selalu membaur dan memilki banyak teman.. apalagi dari ilmu-ilmu sosial.. –zaman taun 80-90-an dulu disebut anak SOS–
Pada saat berkumpul dengan anak Sos inilah awal mula kejadiannya.

Tanpa sepengetauan si Parmin.. rupanya teman-temannya anak-anak Sos itu udah sepakat bahwa nanti setelah kegiatan Pramuka mereka akan mencegat anak-anak STM yang berlokasi di desa sebelah..
Emang sih.. biasanya anak-anak STM itu lewat di jalan dekat sekolah mereka.

SMA Negeri di mana Parmin bersekolah terletak di salahsatu lokasi yang berbatasan langsung dengan sejenis persawahan atau kebun dan rumah-rumah penduduk lainnya.
Sekolah mereka dikelilingi tembok setinggi 2.. 5 meter.. kecuali di bagian depan sekolah.. yang hanya dipagari setinggi satu meter.

Singkat cerita.. ketika kegiatan Pramuka usai anak-anak Sos telah berkumpul di sebuah kedai di pinggir jalan dekat sekolah mereka sambil merokok. Mereka menunggu anak-anak STM tertentu yang biasa lewat di situ. Si Parmin yang baru kali itu ikut nimbrung ga tau apa yang bakal terjadi..

Sedang asyik-asyiknya si Parmin ngintipin paha-paha cewek Pramuka yang latihan baris berbaris.. sekonyong-konyong ia mendengar teriakan-teriakan dan bentakan-bentakan.
Ketika ia menoleh ternyata telah terjadi keributan.. –tawuran– antara anak-anak Sos sekolahnya dengan anak-anak STM.

Sontak Parmin kaget.. cuma mampu berdiri tegang.. menyaksikan batu dan kayu berterbangan.
Ia sempat melihat ada anak STM yang terjatuh dan dikeroyok oleh empat orang anak-anak sekolahnya.
Tetapi ia heran.. karena anak-anak sekolahnya lari berhamburan.. padahal jumlahnya lebih banyak.

Dengan ragu-ragu pelan ia menuju jalan.. Ternyata tidak berapa jauh di ujung jalan ia baru dapat melihat sekelompok anak STM tengah berlarian mendatangi lokasi tawuran.. Ia masih sempat melihat seorang temannya lari kencang terjatuh karena punggungnya terlempar batu.. tetapi masih juga bisa bangun dan lari lagi.

Tiba-tiba seorang anak STM menunjuknya dengan marah.. Tentu saja Ia panik.. dan tanpa pikir panjang Parmin pun lari.. dkejar oleh hampir sepuluh orang.. Parmin tak peduli apapun lagi.. yang ada di otaknya adalah menyelamatkan diri.. Ia berlari kembali ke arah sekolah..
Di belakangnya anak-anak STM masih mengejar.. Ada yang membawa rantai.. ada yang melepas ikat pinggang.. Suasananya begitu menyeramkan bagi Parmin..

Tetapi akibat kepanikan yang luar biasa.. Parmin justru memilih jalan yang salah.. Ia mengambil jalan di samping sekolahnya yang menuju persawahan..!
Dalam benaknya langsung melintas ketakutan.. karena ia tau jalan itu buntu di ujungnya.. jelas Ia tidak bisa sembunyi..
Dalam hatinya juga ia merasa tak mungkin masuk ke rumah-rumah warga yang letaknya jarang-jarang.. karena lokasi itu memang lokasi persawahan..
Sambil berlari ia berpikir keras .. sementara tidak jauh di belakangnya anak-anak STM makin beringas mengejarnya..

Di depan ia melihat sekelompok rumpun pohon pisang.. Parmin tau jika ia bisa melewati dengan lebih cepat rimbunan itu akan menghalangi sejenak pandangan anak-anak STM yang mengejarnya.. dan ketika akhirnya ia berhasil melewati pohon-pohon pisang itu ia berhenti sebentar dan berpikir keras..
Di depannya ada sekitar 4 rumah di samping kanannya tak jauh ia melihat bagunan rendah dari tembok dan papan.. Parmin memutuskan.. Ia berlari dan memasuki bangunan rendah itu..

Blupp..! Baru saja tubuhnya masuk.. dari dalam terdengar teriakan ketakutan dan panik..
Sontak Ia terkejut.. antara malu-takut-dan lain-lain.. Ternyata bangunan rendah itu adalah kamar mandi.. dan nampaknya pada saat itu sedang digunakan oleh yang punya untuk mandi..

Parmin hendak mundur.. tetapi sudut pikirannya yang lain juga membayangkan tubuhnya akan jadi bulan-bulanan senjata-senjata anak-anak STM..
Ia memandangi orang yang mandi itu.. Ia heran.. Begitu juga orang yang mandi itu heran melihatnya.. Seorang wanita paruh baya.. Jreng..!
Karena takut dan paniknya.. dan juga heran.. wanita itu lupa bahwa ia sedang telanjang bulat..

Parmin menyaksikan pemandangan itu.. semua berlangsung cepat.. Tapi ia tidak bisa berpikir..
Parmin langsung menerobos masuk kamar mandi itu.. lantas menjoprok diam di dalamnya langsung jongkok..

“Bu.. maaf.. saya sedang dikejar-kejar anak-anak STM.. saya hanya mau bersembunyi .. maaf bu..!”
Ujarnya sambil jongkot di sudut Parmin berbisik antara tegang.. malu.. takut dan konak..! Haha..

Wanita yang mandi itu langsung buru-buru mengambil sarungnya dan menutupi tubuhnya yang bugil.. tetapi ia tidak keluar`dari kamar mandi tersebut.. Parmin berdiam diri..

Dua menit kemudian ia mendengar teriakan-teriakan dan suara-suara anak-anak STM yang mengejarnya.. ada yang terus berlari mengukuti jalan dan sebagian ada yang berhenti di sekitar empat rumah yang ada di situ.. Umpatan-umpatan mereka terdengar kejam..

Tak lama Parmin mendengar beberapa langkah mendekat ke kamar mandi..
“Hei.. ngapain.. ngapain.. mau ngintip orang mandi ya..!? Hei..hoi..hoi.. tolong..!!”
Terdengar wanita yang ada di kamar mandi berteriak.. Ia berdiri di depan pintu kamar mandi..

Anak-anak STM yang tadi hendak mendekat langsung mundur dengan muka panik namun masih terlihat sangar..
“Maaf bu.. maaf. Siapa yang mau ngintip..? Kami nyari anak SMA sini yang lari tadi ..” kata seorang anak STM itu dengan keras dan kasar.
“Iya. Siapa yang mau ngintip..!?” yang lain menimpali..
Lalu mereka pergi dan mencari-cari di sekitar empat rumah yang ada di situ..
Wanita yang tadi ada di kamar mandi keluar dan menutup pintu kamar mandi.. Ia menjemur pakaian yang dicucinya..

Kurang lebih setengah jam setelah anak-anak STM itu kembali pulang.. ia mengetuk pintu kamar mandi..
“Udah.. ayo keluar.. anak-anak berandal itu sudah pulang..”
Parmin keluar dari kamar mandi dengan tegang.. Ia melihat kiri kanan..
“Sudah.. tidak ada lagi.. anak-anak STM itu sudah pulang daritadi.. masa tidak percaya..” wanita itu berkata.

Dengan gaya malu-kaku dan menunduk Parmin manggut-manggut. “Terimakasih bu Ijah.. terimakasih.. kalau tidak ada bu Ijah saya tidak tau nasib saya bagaimana..” kata Parmin menunduk.
Wanita itu adalah bu Ijah.. wanita berumur sekira 37 taun.. yang membuka warung jajanan persis menempel di pagar sekolah SMA si Parmin..
Di warung bu Ijah inilah biasanya anak-anak SMA dan juga Parmin membeli minuman dan makanan..
Dan sekarang Parmin baru tau bahwa rumah bu Ijah berada di sini..

“Kenapa bisa begitu tadi nak Parmin..?” bu Ijah bertanya tentang kejadian yang dialami Parmin.

Parmin lalu menjelaskan secara detil kejadian itu sampai kenapa ia bersembunyi.. Ia bercerita panjang lebar..
Di sela-sela cerita bu Ijah mengambil air minum dan bangku panjang.. Parmin duduk dan melanjutkan ceritanya..
Mereka tidak menyinggung bahwa tadi di kamar mandi Parmin sempat melihat tubuh bugil bu Ijah..
Dan entah mengapa pikiran Parmin tidak terlintas dengan kejadian itu ketika bercerita.
Bu Ijah juga lantas bercerita tentang keluarganya. Suaminya adalah satpam di sebuah pabrik..
Mereka memiliki anak dua orang yang semua dititipkan di kampung orangtua suaminya.

“Iya sudahlah nak Parmin.. jangan lagi suka gabung-gabung dengan anak-anak yang suka bolos dan tawuran.. ini sudah sore.. langsung pulang ke rumah.. jangan lagi singgah-singgah..” kata bu Ijah pada Parmin.
Akhirnya Parmin pamit dan mengucapkan lagi terimakasihnya pada bu Ijah.

Di warungnya yang biasa dikunjungi anak-anak SMA.. bu Ijah tidak pernah bercerita tentang kejadian yang dialami Parmin.
Parminpun menunjukkan sikap yang biasa saja seperti sebelumnya.

Tetapi akhir-akhir ini ada satu hal yang membuat Parmin jadi sering merenung dan lalu tersenyum simpul.. konak sendiri..
Ia baru menyadari bahwa ia telah melihat seluruh tubuh bugil bu Ijah. Dan entah mengapa Parmin merasa bu Ijah jadi kelihatan seksi setiap hari. Ia sadar bahwa bu Ijah tidak pernah mengubah penampilannya dalam menjaga warungnya.

Bayangan tubuh bugil bu Ijahlah yang membuatnya merasa hari demi hari bu Ijah jadi makin seksi.
Tanpa disadarinya.. Parmin selalu terangsang setiapkali melihat bu Ijah di warungnya. Ia jadi sering diam-diam mengamati bu Ijah dengan seksama.. dan makin konak.. -- udah kangen ngentot, ya Min..? hehe.. -- Wanita berumur 37 taun.. dengan tinggi 165.. kulit kuning langsat.
Tiap dipandangin Parmin merasa wajah bu Ijah setiap hari jadi makin manis. Makin merangsang birahinya.

Pernah Parmin melirik ke arah dada bu Ijah ketika hendak membayar jajanannya.. dan ia menyaksikan bagian atas dada yang putih.. membusung.. dan belahan dada yang sangat jelas.. menantang.. bu Ijah pura-pura tidak tau saja perilaku mesum si Parmin..
Makin hari Parmin merasa setiapkali melihat bu Ijah di warungnya kontolnya menegang terangsang..
Dan kalau sudah begitu ia hanya berdiam diri takut teman-temannya atau bu Ijah menyaksikan celana di bagian depannya menonjol..

Parmin sering mendengar obrolan-obrolan ringan anak-anak yang menggoda atau bercanda tentang bu Ijah..
Tentang kemolekan tubuh bu Ijah..
Parmin semakin sering membayangkan ketika ia sejenak melihat tubuh bugil bu Ijah.. walaupun yang muncul adalah bayangan samar..
Dan perasaanya biasanya langsung kecut karena kejadian itu..

Akhirnya bisa diduga.. pelampiasannya ke mbak-mbak jablay di kampungnya jadi makin ganas.
Ga pandang bulu lagi. Pokoknya setiapkali ada kesempatan.. entah mbak Sri.. mbak Tri ataupun mbak Nur dia sergap dan setubuhi.. sambil membayangkan sedang menggumuli tubuh montok bu Ijah.

Sementra itu Parmin pun merasa hari demi hari bu Ijah selalu berbicara lain kepadanya.. jika ia berada di warung bu Ijah sendirian suaranya terasa dibuat manis dan seperti membelai perasaanya.. serta nafsunya..
Hingga beberapa minggu kemudian.. terjadilah hal yang membuat Parmin ga kuat lagi menahan nafsu pada bu Ijah..

Pagi itu hujan rintik-rintik.. Seusai pelajaran ketiga.. ia disuruh gurunya ikut ke kantor guru untuk mengambil hasil ulangan minggu lalu.. lalu dibagikan ke murid-murid di kelasnya..
Dengan ogah-ogahan Parmin masuk ke ruang guru.

“Eh.. kebetulan kamu ada. Parmin tolong kamu pesankan ke warung makanan dan minuman..” Seorang guru berkata padanya.
Ketika itu di kantor memang terdapat beberapa guru yang belum masuk untuk mengajar.
Setelah mencatat dalam hati pesanan guru-guru yang agak banyak Parmin langsung beranjak keluar.. menuju warung bu Ijah..

Sesampai di warung bu Ijah.. Parmin langsung menyampaikan pesanan guru-gurunya. Tetapi hanya berselang semenit tiba-tiba hujan besar langsung turun.. Jadinya si Parmin hanya duduk-duduk di bangku panjang warung bu Ijah menunggu hujan reda.

Letak warung bu Ijah memang berada di luar halaman sekolah.. tetapi menempel pada pagar sekolah..
Hanya ada semacam pintu kecil yang terbuka di pagar yang merupakan penghubung antara halaman sekolah dengan bagian teras warung bu Ijah..
Jika Parmin memutuskan menembus hujan untuk kembali ke kelas atau ruang guru maka sudah pasti seluruh pakaiannya basah kuyup..

Lima menit kemudian hujan bukannya berhenti tetapi malah makin deras disertai angin kencang.. Hal itu membuat pikiran Parmin menerawang..
Ia memerhatikan bu Ijah yang sedang menyiapkan pesanan guru-gurunya.. bu Ijah memakai semacam pakaian terusan yang berbahan agak mengkilat berwarna hijau..

Parmin memandangi tubuh bu Ijah yang sedang membelakanginya.. Ia melihat pantat bu Ijah yang montok dan pinggul yang besar.. seketika nafsu merambatinya.. Sontak kontolnya berdiri tegang.. tenggorokannya terasa jadi kering.. otak mesumnya mulai bekerja aktif.
Semakin lama ia memperhatikan gerakan-gerakan bu Ijah.. Parmin semakin terangsang.. Sementara hujan tidak ada tanda-tanda mau reda..

“Kayaknya bakal lama nih hujan. Bikinkan teh manis bu..” kata Parmin bangkit dan mendekat ke arah bu Ijah.. mencoba untuk memulai aksi mesumnya.
“Iya. Lama sepertinya ini. Pesanan guru-guru jadi tertunda ini..” kata bu Ijah menimpali.

Bu Ijah lalu membuat teh manis dan menyodorkannya ke Parmin yang berdiri di bagian teras warung.
Ketika bu Ijah berjalan ke arahnya.. Parmin melirik ke arah dada bu Ijah.
Ia melihat bagian dada yang sangat busung itu bergoyang-goyang seiring gerakan tubuh bu Ijah..
Parmin makin terangsang.. Ia udah ga peduli bu Ijah juga melihat lirikannya..

Ketika jarak mereka telah dekat.. Parmin tanpa ragu dan malu melirik ke belahan dada bu Ijah.. Parmin melihat belahan dada yang sangat seksi.. putih.. dan ketat terbungkus pakaian..
Bu Ijah meletakkan teh manis pesanan Parmin di meja dekat Parmin berdiri.. lalu berbalik lagi ke bagian dalam warungnya..

Suasana warung yang sepi membuat pikiran Parmin jading makin liar.. otak mesumnya kian menjadi.
Ia memandangi tubuh bu Ijah sambil berkhayal memeluk dan menggumuli tubuh bu Ijah..
Dengan sadar ia menggerakkan tangannya mengusap-usap kontolnya dari balik celananya..

“Nak Parmin.. kalau bosan nunggu hujan masuk aja ke dalam nonton tivi..” Tiba-tiba bu Ijah memanggil dari dalam warung.

Tuink..! Parmin terbangun dari khayalnya.. Pucuk dicinta ulam tiba. Pikir Parmin dalam hati.

Tanpa ragu lagi Ia beranjak ke dalam warung.. Nah.. ketika Parmin berjalan memasuki bagian dalam warung,, sekonyong-konyong bu Ijah juga bergerak ke arah teras.. hingga mereka berpapasan di pintu yang sempit itu..

Kesempatan..! Parmin ga mengelak ketika tubuh mereka bergesekan tipis di mulut pintu..
Srett.. dengan agak memajukan pantatnya.. si Parmin langsung dapat merasakan kontolnya yang menegang di dalam celananya bergesekan dengan pinggul bu Ijah..

Erghh.. Ia pura-pura sontak menariknya.. pura-puranya karena terkejut..
Tetapi ketika ia melihat bu Ijah terus berjalan ke arah meja seperti tidak terjadi apa-apa.. Parmin jadi enggan duduk di sofa usang yang ada di depan tivi.. Ia pingin lebih lagi.

“Ini teh manisnya.. jangan ditinggal.. nanti dimasuki lalat..” ia mendengar suara bu Ijah.

Tak lama bu Ijah sudah sampai di depannya.. menunduk meletakkan teh manis di meja depan Parmin.. Deg..! Sekali lagi Parmin menyaksikan pemandangan yang menggoda nafsu syahwatnya..
Apalagi bu Ijah meletakkan gelas itu perlahan.. Jelas aja si Parmin jadi bisa melihat kain yang menutupi susu besar bu Ijah agak turun dan menyajikan pemandangan yang menggetarkannya..

Ia melirik wajah bu Ijah.. Parmin tertegun ketika menyadari mata bu Ijah memandang ke arah selangkangannya..
Mereka sama-sama terdiam.. sama-sama merasa tenggorokan kelu..

Dengan termangu ia memandang bu Ijah yang sudah berjalan ke dalam bagain dapur warung..
Pandangan matanya melekat pada pinggul dan pantat bu Ijah..

Aha.. lampu apa nih..? ujarnya dalam hati.

Nafsunya makin beringas.. apalagi ketika menyadari bu Ijah tadi melihat ke arah selangkangannya..
Tanpa disadari telah hampir sejam Parmin di warung bu Ijah. Dan hujan belum ada tanda-tanda mau berhenti..

“Nak Parmin.. tolong ke sini sebentar..!” terdengar suara bu Ijah memanggil.
Parmin lansung beranjak ke arah dapur dan melihat bu Ijah nampaknya sedang kesulitan meraih sesuatu di rak dapur bagian atas..
“Tolong bantu ibu ambil itu..” kata bu Ijah ketika Parmin telah berada dalam dapur warung itu.
Warung itu tidak begitu terang.. tetapi cukup untuk dapat melihat apa saja di dalamnya..

“Biar saya sendiri aja bu..” kata Parmin.
“Mana bisa. Harus berdua. Berat itu. Karung itu isinya beras jadi agak berat. Harus berdua mengangkatnya..” kata bu Ijah lagi.

Hehe.. pancingan nih..? kekeh si Parmin dalam hati.

Parmin langsung mendatangi dan meraih ke karung di rak atas di mana tangan bu Ijah juga sudah ada.
Ketika mendekat.. Parmin hampir saja lepas kendali.. nafsunya udah naik ke ubun-ubun.. turun ke batang kontol..

Mereka berdiri berdua bersisian mencoba menurunkan karung beras.
Tetapi karena karung itu memang terisi hampir setengah.. agak susah bagi mereka untuk segera menurunkannya.
Pikiran Parmin suidah makin ga karuan.. apalagi saat itu tubuh mereka begitu dekat dan bergesekan setiapkali berusaha mengerahkan tenaga.

Bu Ijah merapatkan sisi tubuhnya ke tubuh Parmin. Parmin bisa merasakan setiap lekuk sisi tubuh bu Ijah menempelinya.
Jelas saja membuat nafsunya makin meronta.

“Nah.. kita coba sekuat tenaga iya nak.. satu-dua-tiga ..” bu Ijah memberi komando.
Mereka sama-sama mengerahkan tenaga. Seketika karung itu terjatuh.. tetapi mereka menahannya.
“Letakkan di bawah sama-sama iya..” kembali bu Ijah memberi aba-aba.

Ketika mereka menunduk menurunkan karung itu.. Parmin melihat sangat jelas belahan buah dada bu Ijah.
Begitu juga ketika mereka meletakkannya di lantai. Bu Ijah diam saja ketika mata Parmin terus meliriki ke arah susunya yang besar itu.

“Terimakasih nak Parmin ya..” ujar bu Ijah.

Telapak tangan bu Ijah bergerak mengusap batang tangan Parmin.. Parmin merasa darahnya mengalir.. Konak sekoanaknya dia sekarang.
Ia tak sanggup lagi berbicara.. jelas makin merah mukanya dan otong semakin bertambah besar.. mengeras konak berat.
Sementara bu Ijah tersenyum saja dengan warna wajah yang agak gelap.

Parmin berdiri pelan.. bu Ijah memandanginya.. Parmin tak lagi peduli pada bagian celana depannya yang menonjol.. dan saat itu bu Ijah melirik ke arah tonjolan itu..
Ia hanya diam.. dan lalu kembali ke depan tivi dengan pikiran tak menentu..

Tak berapa lama.. suara bu Ijah membuyarkan pikirannnya.. “Hujan sudah reda nak Parmin. Nanti kamu dicariin guru-gurumu..” ujar bu Ijah dari arah teras.
Parmin beranjak dari depan tivi. Ketika ia hendak melangkah.. bu Ijah mendekatinya. “Terimakasih iya nak Parmin..” katanya. Lalu ia mengusap tangan Parmin.
Dengan gerakan kaku Parmin berjalan ke halaman sekolah lalu menuju ke kelasnya..

Semakin hari hasratnya untuk bisa mencoba dan menggumuli tubuh bugil bu Ijah semakin besar saja.
Ia tak lagi sembunyi-sembunyi melirik ke bagian-bagian tubuh bu Ijah yang seksi..
Dan seperti gayung bersambut bu Ijah juga sering memandangi Parmin dengan wajah yang penuh hasrat..

Sampai suatu ketika.. hari itu hari Jumat.. ketika sekolah sedang masuk jam istirahat murid-murid seperti biasa langsung menyerbu warung bu Ijah..
Demikian juga dengan Parmin.. Sejak pikirannya dipenuhi oleh bayangan semok tubuh bu Ijah..
Parmin selalu yang paling belakangan keluar dari warung daripada murid-murid lainnya..
Ia merasa puas bisa leluasa memandangi tubuh bu Ijah walau hanya 1 menit saja..
Dan kali ini ketika murid-murid lain sudah masuk kelas.. Parmin masih di warung dan memandangi tuubuh bu Ijah..

Ketika itulah bu Ijah mendekatinya.. “Nak Parmin.. besok mau ga pagi-pagi ke rumah ibu. Ibu ada masak ayam.. enak lho masakan ibu..” Bu Ijah menyapanya.
“Lho.. emang besok bu Ijah ga jualan..?” tanya Parmin.
“Nggak nak.. mau istirahat dulu sehari-dua hari..!” jawab bu Ijah.
“Hhmmm.. gimana ya..” Parmin meragu.. pura-puranya sih.. hehe..
“Besok ga ada ulangan kan..?” Tanya bu Ijah lagi.
“Nggak sih..” balas Parmin masih sok jual mahal.
“Sekali-sekali bolos kan tidak apa-apa.. lagian kata teman-temanmu kamu anak yang pintar.. ibu sengaja lho masak buat kamu.. dan.. suamiku nanti malam pergi ke Sukabimi melihat anak-anak..”

Akhirnya setelah mendengar penjelasan terakhir itu Parmin mengangguk.. ”Oke deh bu..”
“Iya udah.. sana masuk ke kelasmu..” kata bu Ijah.
Ia menyempatkan diri mendekati Parmin dan mengusap tangannya..
Parmin merasa ingin saat itu bisa langsung menerkam tubuh bu Ijah.. namun masih ditahannya. Parmin lalu dengan berat hati beranjak ke kelasnya..

Besoknya sekitar jam sembilan.. Parmin sudah mengetuk pintu rumah bu Ijah..
Tidak ada seorangpun yang melihat Parmin memasuki rumah itu.. dan ini memang sudah dirancangnya sejak berangkat dari rumah tadi.
“Ayo masuk nak Parmin..” sambut bu Ijah.

Parmin masuk dan berjalan di belakang bu Ijah. bu Ijah membawa Parmin ke ruangan belakang di dekat dapur.
“Duduk nak Parmin. Ibu bikin minuman dulu ya..” kata bu Ijah
Parmin duduk di sofa usang yang ada di ruangan belakang itu.

Ia pandangi bagian belakang tubuh bu Ijah yang hanya beberapa langkah darinya dan sedang menyiapkan minuman.
Parmin merasa bu Ijah sangat seksi.
Bagian bawah tubuh bu Ijah yang padat dan besar itu dililit oleh sarung batik.. sementara bagian di atasnya bu Ijah mengenakan semacam baju kebaya..

Melihat pemandangan itu kontol Parmin langsung kontan memuai.. mengeras pelan-pelan.
Parmin langsung berdiri..dan di keremangan ruangan itu.. ia dengan gemetar memeluk tubuh bu Ijah dari belakang..

“Bu Ijah..” bisik Parmin sangat pelan. Ia melingkarkan tangannya di pinggul bu Ijah.
Jleb.. Ia menempatkan bagian kontolnya yang tegang persis di pantat bu Ijah.

Bu Ijah hanya diam. Parmin makin bernafsu. Ia menggesek-gesekkan bagian kontolnya ke pantat bu Ijah dan menekan-nekannya.
Lalu dengan nafas yang sangat memburu Parmin menciumi leher belakang bu Ijah..

Bu Ijah masih diam.. ia hanya mengeliat pelan.. Parmin jadi makin nafsu dan berani.. Ia menjilati leher bu Ijah..
Segera Parmin memindahkan tangannya.. lalu meraba buah dada bu Ijah yang membusung.. “Mmhh.. nak Parmin..” bu Ijah mendengus pelan.

Parmin makin liar ketika mendengar dengusan penih nafsu bu Ijah. Ia putar tubuh bu Ijah. Menciumi leher bagian depannya..
Lalu ke bawah ke arah belahan dada bu Ijah yang ketat tertutup kain. Bu Ijah mendenguskan nafas penuh nasfu di telinga Parmin.

Karena tak kuat lagi menahan nafsunya.. Parmin menarik tubuh bu Ijah jatuh ke lantai.
Mereka terduduk di lantai. Parmin masih menciumi dan menjilati leher putih dan mulus bu Ijah.
“Mmmhh.. hah..” dengus bu Ijah pelan di telinga Parmin. Lalu ia meremas rambut Parmin dan menariknya.

Bu Ijah melihat ke arah mulut Parmin dan langsung menciuminya. Ia melingkarkan ke dua tangannya di leher Parmin dan melumat bibir Parmin dengan liar dan penuh nafsu.

Parmin tak mau kalah.. ia langsung membalas dengan jilatan yang tak kalah liarnya. Ia menggerayangi susu bu Ijah yang besar.. Meremasinya.. Remasan-remasan Parmin membuat bu Ijah makin nafsu..

Sambil melumat dan mengisap-isap bibir Parmin tangan bu Ijah bergerak menyusup ke dalam baju Parmin dan meremas-remas dada Parmin. Parmin terbuai dibuatnya.

Parmin lantas menarik tubuh bu Ijah makin rapat ke dalam pelukannya. Tangan Parmin bergerak membuka kancing baju kebaya bu Ijah.
Kini bu Ijah hanya memakai BH di bagian atas tubuhnya. Bu Ijah lalu melonggarkan bebatan sarungnya.. menariknya agak ke atas.
Lalu ia bergerak membuka kedua pahanya dan menduduki Parmin.

Kini selangkangan Parmin dan bu Ijah menempel ketat. “Hhhoohh..” Parmin mengerang penuh nafsu.
Bu Ijah yang lebih berpengalaman dan sedang dipenuhi nafsu bergerak mempreteli baju Parmin. Parmin membalasnya dengan menurunkan tali BH Bi Ijah.

Nafsunya yang tinggi mengajari Parmin menurunkan ciumannya ke leher bu Ijah..lalu turun ke bagian atas dada. Menciumi dan menjilati bagian atas dada bu Ijah. “Ooh..” bu Ijah mendengus penuh nafsu.

Ketika Parmin menurunkan lagi wajahnya.. di depannya terpampang susu bu Ijah yang putih.. mulus.. dan berukuran besar. Ia melihatnya dengan penuh gelora birahi.. lalu menengadahkan wajah melihat wajah bu Ijah.
“Hhohh bu Ijah.. hhoohh..” erang Parmin perlahan.. lalu menciumi mulut bu Ijah.
Setelah itu ia menurunkan wajahnya. Parmin membuka mulutnya.. menciumui dada.. dan mengecupi susu bu Ijah.
Lalu dengan penuh nafsu Parmin membuka mulutnya dan mengisapi-isap puting susu bu Ijah yang berwarna kecoklatan.

Mula-mula ia mengisapinya dengan lembut dan perlahan. bu Ijah mendengus di telinganya.
Ia membusungkan dada dan melihat ke arah susunya yang sedang dihisapi Parmin.
Ia meremas rambut Parmin dan menekan-nekannya ke arah susunya.

Tangan Parmin bergerak lalu meremasi pangkal susu bu Ijah. Parmin makin bernafsu. Ia menciumi dan menjilati susu bu Ijah.
Sementara itu bu Ijah menggoyang-goyangkan pinggulnya. bu Ijah merasakan sensasi ketika memeknya yang masih terbungkus celana dalamnya bergesekan dengan kontol Parmin yang juga masih terbungkus celana.

“Hhoohh.. mmhhh..hhaahh..” bu Ijah mengerang penuh nafsu. Ia terus menggeliat-geliat.
“Hhhoooh Parmin.. enak banget sedotanmu.. hhohh.. hisapin Miin.. ohhh..enak banget.. mmhhaah.. enak banget susuku dihisapin begitu .. hhoohh..”

Parmin makin bernafsu saja mendengar erangan bu Ijah. Ia makin gencar menjilati.. menyedoti.. dan melumati susu bu Ijah.
“Hhoohh nak Parmin .. hhhooohhh..” bu Ijah mengerang keenakan..

”Mmmhhoooh Parmin..hhaahh.. hhhuuhh.. ooohh.. oohh Parmin ayo kita ke kamar ibu aja..oohh..”
Bu Ijah makin bernafsu digeluti darah muda Parmin.
Parmin bangkit.. ia memangku tubuh bu Ijah dan berjalan ke arah kamar yang ditunjuk bu Ijah.. sementara itu mulutnya tidak pernah lepas dari susu bu Ijah..

Sesampai di kamar.. Parmin meletakkan tubuh bu Ijah di ranjang. Ia dengan liar melepaskan sarung batik bu Ijah.
Parminpun akhirnya melihat celana dalam bu Ijah yang membungkus gundukan di selangkangan bu Ijah.
Ia menunduk perlahan.. memandangi selangkangan bu Ijah. Nafasnya panas dan memburu.
Parmin mendekatkan mulutnya ke selangkangan bu Ijah. Lalu mengecup pelan celana dalam bu Ijah.

Bu Ijah mengangkat pantatnya. Parmin hanya sebentar mengecup celana dalam itu.
Ia lalu memandang wajah bu Ijah.. lalu mendekat dan mencium bibir bu Ijah. Bu Ijah menyambutnya dan membalas lumatan mulut Parmin.

“Hhoohh bu Ijah.. tebal banget memekmu.. lebar banget memekmu..”
“Aku pengen ditusuk sekarang Min.. ga tahan lagi.. entotin aku Parmin..”
“Hhhoohh..” Parmin makin penuh nafsu karena ucapan vulgar bu Ijah.

Cepat Ia berdiri membuka seluruh pakaiannya termasuk celana dalamya. Ia kini telanjang bulat.
Selanjytnya Parmin bergerak ke selangkangan bu Ijah.. menciumi celana dalam bu Ijah..lalu tangannya bergerak membuka celana dalam bu Ijah..
Akhirnya Parmin melihat jembut bu Ijah yang hitam lebat.

“Hhhooo..” erang bu Ijah.. ketika Parmin mencium memek bu Ijah.
Ia melebarkan paha bu Ijah dengan tangannya. Parmin menjulurkan lidahnya. Lubang memek bu Ijah yang sudah basah berlendir dijilatinya.

“Nghhaahh..” erang bu Ijah lirih seperti menangis.
”Hhhooohh Min.. ooohhh.. enak banget Min..hhoohh..”

Parmin makin bernafsu. Ia mengulik-ulik lubang memek bu Ijah dengan lidahnya.
Bu Ijah merasa keenakan lalu mengangkat pinggulnya.

Mulut Parmin menempel dengan ketat di selangkangan bu Ijah.. bergerilya dengan liar di liang senggama bu Ijah.
Ia masukkan lidahnya ke lubang memek bu Ijah.. dan menggoyang-goyangkan lidahnya dalam lubang memek yang berlendir itu.

“Hhhhoooohhhsss.. oooohhh..” bu Ijah mengerang.
”Hhhhooohhh enak banget.. hhhooohh.. Jilatin yang lama.. hhhooo..jilatin memekku say.. oooohhh Min.. hhooohhh..” erang bu Ijah.

Karena nafsu birahinya sudah di puncak.. bu Ijah menarik kepala Parmin dan menciumi mulutnya.
Ia melumatnya dengan liar.. bu Ijah lalu menarik tubuh Parmin ke tengah-tengah ranjang..
Parmin bergerak ke tengah ranjang.. lalu mulutnya turun lagi ke susu bu Ijah dan menjilati susu bu Ijah dengan penuh nafsu..
Bu Ijah memeluk kepala Parmin di dadanya.. ”Hhhhoohh say.. entot aku sekarang Min.. ibu dah pengen banget ngentot.. hhhooohh..” erang bu Ijah.

Bu Ijah menarik Parmin ke arahnya.
Bu Ijah sekarang berbaring telentang.. sementara Parmin masih menunduk menjilati susu bu Ijah.

“Entotin aku sekarang Parmin.. hhooohh..ibu ga tahan lagi..hhhooo..”

Tanpa pikir panjang Parmin lalu merentangkan kaki.. ia memeluk tubuh bu Ijah yang bugil.
“Hhhooo bu Ijah..” erang Parmin penuh nafsu.

Ia lalu menciumi leher bu Ijah.. tangan kanannya bergerak ke selangkangannya.
Ia mengocok kontolnya sebentar lalu mengarahkan kontolnya ke memek bu Ijah.

Tangan bu Ijah membantu mengarahkan kontol Parmin ke lubang memeknya.
Dan ketika bu Ijah merasa kepala kontol Parmin sudah pas di lubang memeknya ia mengerang penuh nafsu.
“Entot aku sekarang Min..”

Mendengar 'perintah' vulgar bu Ijah.. Parmin yang memang udah spnning tinggi itu langsung menekan pantatnya.
Slepph.. Perlahan-lahan kontolnya memasuki memek bu Ijah.
“Nnnggghhhaahh..” Bu Ijah mendesis dan mengerang ketika akhirnya kontol Parmin masuk seluruhnya ke dalam lubang memeknya.

“Hhhhoooohhh enak say.. pompa Min.. digenjot..” Erang-erangan bu Ijah yang lirih seperti tangisan memenuhi kamar mesum itu.

“Hhhooohhh.. entotanmu Min.. entoti aku terus Min..goyang Min..”

Parmin menggenjot tubuh bu Ijah penuh nafsu birahi. Nafasnya panas dan memburu.
“Hhhhooohh.. hhhooohhh..” Erang Parmin keenakan.

“Hhhoohh bu Ijah.. enaaak sekali memekmu.. oohh enak banget ngentotin memek bu Ijah..”
Parmin terus menekan-nekankan pantatnya. Kontolnya bergerak liar di lubang memek bu Ijah.
Clebb.. crebb.. clepp.. clebb.. crebb.. clebb.. crebb..! Kontolnya keluar-masuk dengan cepat.. merojok liang memek bu Ijah penuh semangat

Di bawahnya.. Bu Ijah mengimbanginya dengan memaju-mundurkan pantatnya di kasur.
Kadang memutar-mutar pinggulnya. Selangkangan mereka menempel dengan ketat. Gerakan-gerakan itu makin membuat keduanya lupa daratan.

Parmin dengan penuh nafsu menggumuli tubuh bu Ijah. Menggenjoti tubuh bu Ijah dengan nafsu seksnya yang panas.
Bu Ijah meremas pantat Parmin dan mejadikan pantat Parmin sebagai tumpuan tangannya untuk bergoyang memacu tubuh Parmin dari bawah.
Bu Ijah merem melek dibuai nafsu ketika merasakn kontol Parmin yang tegang.. keras.. dan panas menusuk-nusuk dalam memeknya.

“Hhhhoooohhh nak Parmin.. hhoohh.. enak sekali entotanmu.. enak sekali kontolmu Min.. Hhhoohh Min.. ooohhhh Min.. ooohhh genjoti ibu terus..hhhoohh.. kontolmu enak sekali.. hhoohh Min..”

Bu Ijah makin mempercepat gerakan pinggulnya. Ia makin melebarkan pahanya untuk membuat kontol Parmin menusuk makin dalam..
”Hhhhoooohhh entoti memekku Min.. hhooohh.. hhhooohhh.. hhhooohh Min.. genjot say.. genjot yang keras..ahhh.. Min..ooohh entot yang keras hhhooohh Min.. ooohhh Min..”

Gerakan pinggul bu Ijah makin liar. Ia merasa nafsunya makin mendekati puncak.
Ia mencengkeram keras pantat Parmin. Dan meliuk-liukkan pantanya. Ini membuat Parmin merem-melek.

Nafsunya makin berkobar. Ia menekan-nekan pantatnya makin keras. Ia mencengkeram kasur dan menghujamkan kontolnya dalam-dalam..

“Hhhhooohh bu Ijah.. hhhooohhh..” Parmin mengerang menahan nikmat..

“Ohhh..hhhhoohh.. oohh bu Ijah.. aku mau keluar.. ohhh..” Erang Parmin sambil menghujam-hujamkan kotolnya dalam memek bu Ijah dengan keras.

Bu Ijah juga makin liar. “Terus say.. aku juga mau keluar.. oooohhh.. ooooo Min.. ooo..”

Tiba-tiba suara bu Ijah menghilang tertahan. Seketika tubuhnya seperti kejang-kejang. Gerakan pinggulnya sangat liar..
Bu Ijah membusungkan dada dan menegadahkan wajah ke atas.. Seiring itu.. dari memek bu Ijah menyemprotkan cairan yang sangat banyak..
Srrr.. srrrr.. srrr.. srrrr..! Parmin merasakan semprotan cairan memek bu Ijah bersamaan dengan tubuh bu Ijah yang mengejang.

Hanya berselang satu lima detik..
Jlegh..! Parmin pun menghujamkan batang kontolnya kuat-kuat.. keras.. dan sangat dalam di lorong memek bu Ijah yang berkedut-kedut seolah menjepit dan meremas batang kontolnya.

“Hhhooohhh bu Ijah.. hhhooohh..” Parmin mengerang. Ia menekan pinggulnya serapat mungkin di selangkangan bu Ijah.
Tubuh Parmin pun mengejang-ngejang melepas nikmat.

Bersamaan dengan itu kontolnya memyemprotkan mani dalam memek bu Ijah sangat banyak.
Crott.. crott.. crett.. crett.. crett..!!
Semprotan itu berkali-kali membuat bu Ijah meraih kepala Parmin dan seperti orang kehausan menciumi mulut Parmin dengan rakus.

Selangkangan Parmin dan bu Ijah menempel dengan ketat dan kuat.
Bergerak mengejang bersamaan seiring penuntasan nafsu syahwat yang memuncak.

Batang kontol Parmin berdenyut-denyut mengejang dalam lubang memek bu Ijah..
Lubang memek bu Ijah juga berdenyut-denyut menyedot-mengisap-menarik-narik-dan memijat-mijat batang kontol Parmin.

“Ohhh Parmin..” desah bu Ijah di sela lumatannya pada mulut Parmin.
“Hhhoooh bu Ijah sayang..” Parmin juga mengerang.

Gerakan-gerakan kejang itu berlangsung 2 menit.. mulut mereka masih saling berebutan menjilat dan mencium. Lidah bu Ijah dan Parmin mencuat.. meraih.. memilin.. menjilat.. dan melahap.

Mereka berdua tertidur. Parmin baru terbangun siang harinya. Ketika itu bu Ijah sedang memelukinya.
Mulut bu Ijah menempel pada dadanya menciumi dan menyedot puting susunya yang mungil.
Sementara tangan kanan bu Ijah memijat dan meremasi kontol Parmin yang sudah keras dan tegang.

“Oh Minn.. enak banget tadi ngentotnya ..” Bu Ijah bergerak mencium mulut Parmin. Tangannya terus meremas lembut kontol Parmin.
“Aku juga merasa enak bu. Memek ibu tebel dan empuk. Enak ngentotinnya. Aku juga suka susu bu Ijah yang besar..” kata Parmin sambil menggerakkan tangannya meremas puting susu bu Ijah.

“Aku mau sering-sering dientot ama kamu, nak Parmin. Hhhmmmhhh.. ibu suka.. Enak banget kontolmu pas menusuk-nusuk memekku.. hhoohhmmhh..” ujar Bu Ijah lalu kembali melumat bibir Parmin.
Mereka kembali berciuman dengan ganas.. panas.. dan liar. Saling membelit dan menggumuli.

Sejak itu bu Ijah dan Parmin sering mencuri-curi kesempatan untuk saling menuntaskan birahi mereka yang mesum dan panas.. sampai Parmin tamat SMA.
---------------------------------
 
Terakhir diubah:
Eynakk banget jadi parmin,,ada aja jalan dan kesempatan...mgkn doa ank soleh selalu dimudahkan jalannya hehe..
 
Eynakk banget jadi parmin,,ada aja jalan dan kesempatan...mgkn doa ank soleh selalu dimudahkan jalannya hehe..

:jempol: Bener buanget Brada.. hehe..

Trims juga Adul + Komengnya ya..
Moga Terhibur n KEEP SEMPROT..!!
 
Kisah 13 – Bu Mus 50 Tahun

Wek.. dah cukup lama nih gak ngetik pengalaman si Parmin.
Nih pengalaman dengan nenek-nenek 100% asli, cuma nama dan tempat aja gue palsuin.
----------------------

Sekitar 10 tahun yang lalu peristiwa ini terjadi, saat itu si Parmin sudah kembali lagi ke ibukota.. demi mencari sekarung uang –biar kaya raya gitu..–
Seperti para perantauan yang lain.. Parmin harus tinggal di sebuah rumah kontrakan yang berukuran 3x8m, hanya ada 1 ruang tamu, 1 ruang tidur dan 1 dapur + 1 kamar mandi/WC.

Yang punya kontrakan adalah Bu Mus, umur 50an dan sudah lama menjanda.
Dia hanya tinggal dengan anak pungut yang berusia 10 tahun, karena dari perkawinannya tidak dikaruniai anak.. –katanya Bu Mus ini mandul–

Untuk mengisi kesibukan sehari-hari.. Bu Mus membuka warung kecil dan juga melayani pesanan mie instan..
Lumayan hasilnya.. karena Bu Mus punya kontrakan 15 pintu.

Yang namanya bujangan.. maka Parmin tiap pagi selalu pesen mie goreng kesukaannya di warung Bu Mus ini.
Karena si Parmin kerja dapet shift siang.. maka sarapan mie goreng selalu dia pesen jam 9 - 10 pagi.
Dan jam-jam segitu tetangga kontrakan sudah pada berangkat kerja, hanya ada beberapa ibu-ibu muda yang sibuk di dapur masing-masing.
Praktis tiap jam 9-an warung Bu Mus sepi, maka selalu ditutup warungnya.

Si Parmin tiap pagi lewat pintu belakang untuk memesan mie gorengnya –karena kontrakan Parmin paling pojok dan pintunya berdekatan dengan pintu belakang Bu Mus–

Suatu saat Parmin sedang tidak enak badan.. dia tidak ke warung Bu Mus. Parmin hanya tiduran aja di kamar sambil nonton TV..
Tiba-tiba pintu Parmin diketuk orang, ternyata Bu Mus yang ngetok pintu.
Si Parmin cuma ngintip dari gorden jendela aja.. karena Parmin kalo tidur cuma pakai celana dalam..
Maklum.. panas. Dan Parmin gak punya duit buat beli AC.

“Min, kok gak pesen mie..?”
“Mau pesen Bu Mus, tapi lagi gak enak badan nih..”

“Ya.. udah, tar tak anterin aja ke sini..”
“Ya, Bu Mus.. jawab Parmin..”

Parmin kembali ke kamarnya setelah membuka kunci pintu dan membiarkan pintunya tetap tertutup.
Tak berapa lama pintu dibuka Bu Mus dari luar sambil membawa sepiring mie goreng kesukaan Parmin, langsung ngloyor ke kamar Parmin.

Parmin sempet kaget juga karena dia masih dalam keadaan hanya memakai celana dalam aja..
Terlambat untuk memakai celana kolor.. Bu Mus sudah nongol di kamar Parmin sambil bilang:

“Nih, Min.. mie gorengnya.. Iihhh.. Min.. kok cuma pake celana dalam aja sih..?" –Bu Mus kaget ngeliat Parmin telentang di kasur hanya memakai celana dalam doang–

“Eeh.. uh.. anu bu.. saya tiap tidur cuma begini doang..” –Jawab Parmin sambil berusaha nutupin celana dalamnya dengan bantal–

“Iih.. malu Iihh..!” –komentar Bu Mus sambil tangannya nyubit lengan Parmin.. terus buru-buru pergi lagi–
-------

Tak berapa lama Bu Mus masuk lagi sambil nanya.. “Min mau bikin teh manis apa..? Buat minum obat..?”
“Boleh Bu Mus, sekalian obat ultraflunya ya, bu..”
Tak ada jawaban dari Bu Mus, hanya bunyi pintu ditutup. Ceklek..!

Parmin senyum-senyum sendiri.. dia seneng juga Bu Mus ngeliat jendolan di celana dalamnya.
Hehehe.. Bu Mus ini meski dah 50an tapi bodynya masih lumayanlah. Kagak gemuk kulit putih, dada 36an agak kendor sih –kan 50an bro– tapi yang pasti blom turun mesin. Otak Parmin langsung kacau..

Hehehe.. kayak apa yah rasanya ngentot nenek-nenek.. blom pernah ngrasain nih. Otak mesumnya makin geregetan.. haha..

Sambil makan mie goreng otak Parmin makin ngeres aja, otomatis si otong mulai menggeliat dari bobonya..
Sengaja Parmin tidak memakai kolor yang tadi sempat di ambil dari gantungan.
Pengin tau reaksi Bu Mus kalo dia ngliat gue masih begini aja aahhh..

Ceklek..! Bunyi pintu dibuka.. dan sepeti tadi juga Bu Mus langsung nyelonong masuk ke kamar si Parmin.
Dan tentu saja Bu Mus lagi-lagi melihat Parmin masih telentang hanya dengan celana dalamnya aja.

“Nih, Min.. tehnya dan obat. Buruan diminum biar sembuh..” –Bu Mus tidak menyinggung keadaan Parmin yang cuma bercelana dalam aja–
“Ya Bu Mus.. gudang garamnya minta sebungkus ya bu, dah abis nih..”

“Emang gak masuk kerja min..? –tanya Bu Mus.. sambil matanya ngelirik ke arah Celdannya Parmin.. jelas terlihat celana dalam Parmin gembung oleh si otong yang dah mulai mengeras–

“Gak bu.. tadi dah SMS ke temen minta diizinkan. –Parmin sambil melirik Bu Mus, pengin tau apa Bu Mus ngeliatin celana dalamnya.. ternyata iya–
“Ntar ya Min, tak ambilin rokoknya..” –sahut Bu Mus sambil beranjak pergi–

Wah.. Bu Mus ngeliatin ke celana dalam gue nih.. batin Parmin lagi. Si Parmin makin butek otaknya..

Hhmm.. gue mo pancing nih nenek-nenek ini.. pikir Parmin.

Parmin kemudian memutar film BF yang tadi malam ditonton sendirian. –ngocok gak yah si Parmin.. hehehe..–
Walaupun badan gak enak.. kalo urusan syahwat mah gak ngaruh lagi..

Bu Mus masuk lagi membawa rokok pesenan Parmin dan langsung ke kamar Parmin, yang kini TV di kamar Parmin tertayang adegan XXX.
“Nih min rokoknya.. Iiihh..!! Apaan tuh, Min..!? –Bu Mus kaget ngelihat adegan XXX di TV–

“Eh itu film perang bu..” –jawab Parmin agak takut juga dia–

“Iih.. perang apaan..!? Kok pada bugil gitu..?
“Perampokan Bu Mus.. Tuh, yang lakinya tadi ngerampok.. trus yang punya rumah diperkosa. –Jawab Parmin sambil deg-degan juga, takut kalo Bu Mus marah-marah–

“Eh.. ini yah yang namanya film BF..?”
“Gak kok bu, ini cuma film semi..” –Parmin ngeri juga nih–

Bu Mus kemudian duduk di lantai sebelah kasur Parmin.. Plonggg hati Parmin.
Dia ngeri aja kalo Bu Mus marah-marah. Eh.. ternyata.. oh, ternyataaaa..

Mata Bu Mus sepertinya berbinar-binar ngliat film itu.. Sampai gak ngerasa rokok di tangannya diambil oleh Parmin.

Sesaat tidak ada yang berbicara..

“Iih..kok diisep gitu punyaan lakinya..?”
“Iya bu itu namanya disepong. Emang Bu Mus belom pernah gitu yah..?”

“Ogah ah.. jijik lagi..” balas bu Mus masih menatap adegan di layar TV.

“Eh.. enak loh, bu..” seloroh Parmin.. sembari merhatiin gerak dan bahasa tubuh bu Mus yang terlihat mulai 'gerah'.

“Ah.. bisa aja kamu..” bu Mus ngejawab sambil lalu.. matanya tetap mantengin layar Tv.
-------

Beberapa saat kemudian keduanya asik dengan dirinya masing-masing.
Bu Mus dan Parmin kembali terdiam, Parmin nglirik Bu Mus.. pengen tau reaksinya dulu.
Namun sekali-sekali bu Mus ngelirik celana dalam Parmin yang makin penuh.. Bahkan kepala si otong dah mulai nongol dari celana dalam Parmin.

Muka Bu Mus mulai memerah terbakar adegan dalam film tersebut, Parmin pun demikian.
Tapi Parmin gak berani hantam kromo saja menghadapi Bu Mus ini. Dia ngeri jika meleset bisa berbahaya.
-------

Makin lama Bu Mus makin sering ngelirik celana dalam Parmin.. karena kini topi baja si otong dah sepenuhnya nongol dari balik karet celana kolor.
Dan Parmin tau hal ini.

Masih dalam posisi telentang Parmin menyalakan rokok gudang uyahnya. Diisapnya dalam-dalam sambil menenangkan diri.
Kali ini Parmin tak mau gegabah. Berpura-pura mengambil asbak di dapur.. sekembalinya Parmin langsung telentang lagi..

Tapi kini Bu Mus melihat .. Bahwa celana dalam Parmin lebih melorot.. Sehingga bukan hanya topi baja si otong yang terlihat tapi batangnyapun terlihat.. keras.. tegang seperti menantang.. karena si Parmin dengan sengaja udah melorotkan celana dalamnya saat di dapur tadi.

Bu Mus makin merah mukanya menyaksikan hal ini.. Nafasnyapun terdengar agak berat.. meski susah payah Bu Mus mencoba menahannya.
Sementara Parmin terlihat nyantai.. seperti tidak ada hal yang aneh pada dirinya. Rokok terus diisap Parmin.. terapi relaksasi agar bisa mengontrol diri.
-------

Bu Mus masih diam saja, meski kini lebih sering melihat otong Parmin daripada lihat TV.
Hehehe.. bukan ngelirik lagi memang. Dan Parmin jelas tau hal ini.. tapi dia masih nunggu 'timing' yang tepat untuk melanjutkan aksinya.

Rokok telah habis satu batang.. si Parmin mulai melancarkan jurus berikutnya.
Tangan kirinya pelan-pelan mulai mengelus-elus otongnya.. hanya kepalanya saja.
Pelan.. pelan.. Makin lama Parmin bukan hanya ngelus-elus tapi sudah mulai mengocok-ngocok otongnya.

Dan kontan saja Bu Mus makin blingsatan menyaksikan hal ini. Ya.. Bu Mus sudah tidak menghiraukan adegan di TV lagi sekarang.. tetapi menyaksikan ulah Parmin yang sedang mempermainkan otongnya.

Sambil ngocok otongnya.. Parmin menatap wajah Bu Mus..
Tapi Bu Mus tidak menghiraukan.. ia lebih terpaku pada tangan Parmin yang sedang bekerja.

Si Parmin makin bergairah mengetahui hal ini. Celana dalamnya kini dia lepas dan dilemparkan begitu saja.. sehingga kini Parmin toples di depan Bu Mus.
Makin bersemangat Parmin mengolah otongnya.. Benar-benar nikmat melakukan aktivitas onani disaksikan nenek-nenek.
Suatu hal yang belum pernah Parmin lakukan sebelumnya.

Parmin makin hot mengocok si otong.. jelas terlihat topi bajanya memerah dan makin terlihat besar. makin cepat Parmin menggerakkan tangannya.. Makin nikmat terasa di ujung kenikmatannya.

Kini Parmin gak peduli lagi dengan Bu Mus yang makin ngos-ngosan menyaksikan adegan live di depan matanya. Parmin merem-melek menikmati sensasi ini.
Hingga rasa nikmat itu menyerang seluruh persendian tubuhnya.. Menyengat bagaikan kilat menghantam bumi..

Arrghhh..!! Ahhhh.. ahhh..!” Dibarengi gerakan pantat Parmin mendorong ke atas.. Crot.. crot..crot..!
Roket-roket cair itu meluncur dengan kecepatan 120 km/jam.. dan langsung mendarat di muka Bu Mus.. tepat di bibir, hidung bahkan mata Bu Mus..

Sementara ledakan terakhir.. karena tenaga ledakannya telah berkurang.. maka hanya mendarat di dada Bu Mus yang terbuka.. karena saat itu Bu Mus cuma mengenakan daster tipis dengan bukaan dada agak turun.. sehingga belahan dadanya terlihat..
Nah.. di belahan dada itulah roket lendir terakhir mendarat..!

Bu Mus sungguh terkaget dengan serangan itu.. tapi Bu Mus tidak berusaha untuk menghindar.. sehingga menjadi sasaran empuk.
“Aahh ahh.. ahh..” Parmin mendesah nikmat sambil memejamkan matanya.
Bu Mus sungguh terpesona melihat tubuh Parmin mengejang-ngejang dan menyemprotka maninya ke muka dan dadanya..

Beberapa saat kemudian Parmin membuka mata.. dan melihat wajah Bu Mus belepotan lendirnya.. Jrengg..! Sontak ia jadi kaget setengah mati..
“B-bu maaf bu.. maaf bu..”
“Eh.. oh.. gak apa, Min..”

“Aduh.. Bu Mus, saya bener-bener minta maaf..”
“Gak apa-apa Min.. gak apa, kok..” –Sambil Bu Mus mengelap lendir-lendir dari wajahnya menggunakan kain dasternya..–

Bersamaan dengan itu.. Bu Mus beranjak dan langsung ngeloyor keluar kontrakan Parmin.
Tinggallah Parmin yang masih telentang dan toples di kasurnya sendiri. Agak ngeri juga Parmin kalo Bu Mus bakalan marah..
-------

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang.. tapi Parmin masih terbaring lelep di kasurnya.. hanya mengenakan kolor doang dan tanpa celana dalam tentunya.
Sayup-sayup terdengar oleh Parmin suara yang memanggil-manggil namanya.

Setelah terbuka matanya.. dia menemukan Bu Mus telah ada di kamarnya sambil membawa piring dan gelas.
“Min.. nih makan siang dan teh buat minum obat..”
“Eeh Bu Mus. Makasih Bu Mus..”

“Buruan bangun.. trus mandi biar sehat..”
“Ya Bu Mus..”
Bu Mus lalu pergi dan Parmin menghabiskan makan siangnya kemudian mandi siang..

Brrr.. seger juga nih.. abis ngloco di depan Bu Mus trus mandi gini..
Ahh.. kalo dimandiin Bu Mus enak ngkali yah..?
Otak mesum Parmin mulai nongol lagi.

Abis mandi Parmin ke warung Bu Mus.. hanya mengenakan kolor tanpa celana dalam dan tanpa kaos.. mengembalikan piring dan gelas kotor sekalian mau bayar ke Bu Mus.

Di warung yang sekaligus rumah Bu Mus, terlihat sepi.. hanya ada Bu Mus sementara anak angkatnya sedang bermain di luar.
Sementara Bu Mus terlihat hanya mengenakan daster tipis tanpa bra..

Karena.. Parmin bisa melihat puting Bu Mus tercetak jelas di dasternya.. “Bu Mus ini piring kotornya, sekalian mo bayar yang tadi..”
“Yang tadi mana, Min..?” Bu Mus bertanya sambil senyum.

“Makan pagi ama rokok.. juga makan siang, Bu Mus..”
“Oo.. kirain yang tadi itu.. Kalo itu kan gak usah bayar min..”

“Aah, Bu Mus ini.. ntar saya mau lagi loh, bu..”
“Ya, gak apa.. to min, kan ibu gak ngapa-apain malah kamu yang keringetan..”

“Ooh.. gitu yah bu, jadi kalo mau lagi.. boleh dong Bu Mus..?”
“Ya, sapa yang mau nglarang, Min..”

“Tapi Bu Mus liat lagi yah..?”
“Ogah ah..”

“Kok ogah bu..?”
“Takut aja..”

“Takut napa, hayo..!?”
“Takut kalo pengin.. gimana coba..?”

“Pengin apaan Bu Mus..?”
“Udah ah, Min..”

“Hehehe..” –Otong Parmin dah mulai bangun lagi.. dan jelaslah kolor Parmin jadi kayak tenda–
“Iihh.. tuh adek kamu bangun lagi.. sono ke kontrakan aja dah..!”

“Ya deh bu. Eh, tapi minta es teh manis ya.. Bu Mus..”
“Iya, Min.. ntar tak anter..”
“Heheehhe..” Parmin ketawa senang sambil ngloyor ke kontrakannya.

Langsung Parmin tiduran di kasur dan memutar film XXX yang lain lagi.
Kalo ini bakal gue eksekusi nih nenek-nenek.. batin Parmin.. Otomatis otong menggeliat-geliat di dalam kolornya.

Ceklek..! Bunyi pintu dibuka..
“Nih.. Min, es tehnya..” –Bu Mus nongol di kamar Parmin.. –
“Ya, Bu Mus..”

“Iihh.. film apalagi tuh, Min..?” –tanya bu Mus melihat tayangan di TV–
“Ini negro lawan bule Bu Mus.. duduk bu..”
“He-eh..” –Bu Mus trus duduk di deket Parmin.. sambil matanya melihat kolor Parmin yang tendanya makin tinggi..–

“Tuh.. dah bangun, Min..”
“Iya Bu Mus.. nakal ini si otong..” –jawab Parmin sambil mengeluarkan otongnya dari dalam kolor..–

“Gimana Bu Mus.. otongku gede gak..?”
“Iihh.. gede banget.. Min..!”

“Ama punya bapak dulu gimana, bu..?”
“Gedean punya kamu Min.. punya bapak mah kecil..”

“Hehehe..” Parmin nyengenges sambil mulai ngocok-ngocok si otong yang disaksikan Bu Mus di sampingnya..

“Mau bantuin gak, bu..?”
“Bantuin gimana, Min..?”

“Ya.. bantuin ngocokin si otong bu..”
“Ogah ah, Min.. ntar jadi pengin saya..”

“Yah, gak apa to bu kalo pengin..” –sambil tangan Bu Mus diraihnya dan ditaruh di atas si otong tegangnya..–

Bu Mus tidak menolak hal itu.. bahkan tangannya mulai bergerak naik-turun di otong Parmin..

Oohhh nikmat betul belaian tangan halus Bu Mus ini.. Parmin mulai mendesah pelan..
Parmin melorotkan kolornya.. sehingga dia toples sekarang ini.

Sementara Bu Mus masih mengocok otong Parmin menggunakan tangan kanannya.
Tangan Parmin tak tinggal diam.. mulai disusupkan dicelah lengan daster yang Bu Mus kenakan.

Slepp..! Teraihlah buah dada Bu Mus yang tidak di bungkus bra itu..

Terasa halus bongkahan daging yang menggantung itu. putingnya kecil.. lalu dielus-elus.. kadang dipuntir-puntir putingnya.
“Ssshhh.. ahhh..” Bu Mus mulai mendesah keenakan juga.

Tak lama tangan kiri Parmin melingkar lewat belakang punggung Bu Mus dan memeluk tubuh Bu Mus.. sehingga Bu Mus bersandar di dada Parmin.
Sekarang kedua tangan Parmin mendapat sasaran masing-masing. seementara Bu Mus masih dengan tangan kanan mengocok otong Parmin yang makin panas..

Tangan Parmin mulai meraba-raba perut Bu Mus dan mulai turun ke pangkal paha..

Hmmm.. ternyata Bu Mus juga tidak mengenakan celana dalam..

Teraba oleh Parmin pangkal paha Bu Mus tidak ditumbuhi bulu sama sekali.. benar-benar halus..
Bu Mus makin begelora.. nafasnya mendapat serangan seperti itu,.

Tanpa perlawanan.. Parmin kemudian merebahkan tubuh Bu Mus di kasur dan mulai menaikkan dasternya..

Jrengg..! Terlihat paha Bu Mus benar-benar putih mulussss.. Sedangkan memeknya.. benar-benar seperti memek anak kecil.. tanpa bulu sedikitpun.

Kemudian mulut Parmin langsung nyosor ke puting kiri Bu Mus.. "Aahhh.." Bu Mus mendesah dan kocokan di otongpun makin kencang.

Jari-jari Parmin membelah lipatan di pangkal paha Bu Mus.. dan menemukan celah yang telah basah.. sampai jari Parmin terpeleset masuk ke liang hangat.. basah.. itu.

“Shhh shhh ahhh..” Erang Bu Mus menimpali serangan itu, paha Bu Mus terbuka dengan sendirinya..
Lalu tangan Bu Mus berusaha menggeser pinggul Parmin ke arah pinggulnya.

Parmin tau bahwa Bu Mus sudah ingin ditindih tubuhnya.
Dengan posisi Bu Mus mengangkang maka otong Parmin langsung menemukan sasarannya yang telah basah kuyup.

Agak susah juga kepala otong masuk ke lubang sempit itu..
Bayangin aja berapa tahun lamanya lubang itu tidak pernah mengisap cerutu hidup..?
Memek Bu Mus terlihat berwarna merah.. kayak punya anak perawan.

Pada usahanya yang ketiga.. Blessepp..! Maka nyelononglah si otong.. berhasil menyusup ke liang nikmat tersebut..

“Ahhh ahhh ahhh..!” Bu Mus langsung menggoyangkan pinggulnya.. begitu merasakan batang Parmin sudah amblas di dalam memeknya.

Parmin pun tak tinggal diam.. langsung dia pompa keluar-masuk dengan RPM tinggi.. tuh si otong di lepitan memek membasah Bu Mus..

Crekk.. crekk.. pyiekk.. pyiekk.. pyiekk..!
Bunyi berkecipak akibat bergeseknya benda pejal alias si otong.. dengan daging belah berotot kenyal rame mengisi kamar kontrakan si Parmin saat itu.

Sungguh nikmat sekali ngentot nenek-nenek ini.. pikir Parmin.
Sungguh sangat berbeda dengan ngentot wanita-wanita lain yang pernah dia entot sebelumnya.

Batang Parmin tidak bisa masuk semua masih tersisa 2 sentimeter sudah mentok.
Parmin heran sekali.. sungguh dangkal tidak seperti memek yang lain yang bisa amblas semua.

Parmin mencabut otongnya.. dan dia coba masukkan jari telunjuknya.. Dia raba seluruh dinding dalam memek Bu Mus..
Ternyata benar.. semua dinding teraba.. Ini berarti bahwa memek Bu Mus benar-benar sempit dan dangkal..!

Tak mau lama-lama nganggurin memek.. Jlebb..! Parmin sodokin lagi otongnya di liang memek dan mulai dia geber lagi..
Crebb.. crebb.. crebb.. crebb..! “Sshh.. Sshhh.. shsshssshss..ahhh..!” Ujung kontol Parmin mentok menimbulkan sensasi yang sangat nikmat..
Ahhh..!

Sekitar 5 menit Parmin memompa memek Bu Mus.. dan kini aliran itu ingin meledak..

Dan.. “Aghhh.. aghh.. aghhh..!” Crott.. crott.. crott.. crott.. crott..!
Dibarengi pelukan erat Bu Mus ke tubuh Parmin.. Srrr.. srrr.. srrr.. srrr.. srrr..!
Tubuh mereka berdua kejang-kejang melepas cairan masing-masing..
Yang membuktian bahwa Bu Mus pun mengalami hal yang sama..
-------

Lalu sunyi.. hanya suara ‘agh.. uh..’ dari TV Parmin.. (. )
---------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Weh mantap hu
bagus nch bila di masukin ke cerbung

:stress: Idiihh.. jangan ya brada..
Walaupun emang bisa sih ditaruh di Cerbung..
Tapi Nubi yang ketar-ketir nantinya..
Soalnya Nubi ga bisa 'rutin' nongol di Forum..

Biasa.. -- klise sih..-- RL yang ga kompromi ama Nubi..

Lagian memang dari 'sononya' Kisah Parmin ini emang serial..
Tiap cerita berdiri sendiri.. meskipun masih saling berkaitan..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd