Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah si Badan Babi (NO SARA)

Wanita mana yang seharusnya dipilih Faza?

  • Zahra

    Votes: 282 55,7%
  • Hani

    Votes: 113 22,3%
  • Winda

    Votes: 232 45,8%

  • Total voters
    506
  • Poll closed .
Part 7

Malam itu, disaat semua aktivitas seharusnya berhenti, disaat orang-orang sudah memejamkan mata, disaat beberapa orang sedang menyelami dunia mimpinya, ada satu orang yang masih sibuk memperhatikan layar laptop.

“gilaaa, Tiii, gue pengen ngentotin lu lagi daaaaahh” kata seorang pria sambil mengocok penisnya.

Sudah cukup lama ia melakukan itu, dan saat ia ingin mencapai klimaks, ia tahan sebentar, lalu mengocoknya kembali.

“kapaan lagi ya Tiii hahaha, gue bisa rasain tubuh legit lu lagi”

Kegiatannya diganggu oleh seseorang yang menelfonnya. Ia sempat membiarkan telfon itu, namun sang penelfon tidak mau menyerah dan terus menelfonnya. Orang akhirnya kesal karena merasa ‘kentang’ dan ia segera menuju ke HP-nya dan mendapati nama Tama di HP-nya itu.

“Halo kenapa Tam?”

“huuuhh alhmdllah, untung lu masih bangun Dim” kata seseorang diseberang telefon.

“kenapa Tam?” kata Dimas.

“ban gue bocor nih, gue di alun-alun”

“lah buset lu ngapain ke alun-alun tengah malem gini?”

“ceritanya panjang sob, lu bisa jemput gue kan sekarang?”

“okee bentaarr”

Dimas bersiap-siap untuk menjemput temannya itu dan akhirnya meninggalkan kegiatan yang sebenarnya sebentar lagi akan mencapai klimaks. Ia mengeluarkan motornya dan berangkat menuju alun-alun untuk menjemput Tama.

Sesampainya di alun-alun, Dimas memutari alun-alun itu dan belum mendapati dimana Tama berada. Ia sangat kesal, bukan merasa dibohongi, namun karena kegiatannya tadi terganggu. Ia memutari sekali lagi dan akhirnya menemukan Tama yang baru saja keluar dari warung bandrek yang ada di sekitar alun-alun.

“weeh lu gua cariin sampe muter-muter ternyata disini” kata Dimas.

“iyaa sob sorry, gue abis izin sama yg punya warung kalo gue nitip motor disini dan diambil besok pagi”

“oohh, yaudah cepet naik”. Kata Dimas. “lu ngapain sih malem-malem ke alun-alun, mana sendirian lagi” lanjutnya setelah Tama naik motornya.

“hahaha, iya tadi gue abis ngikutin wahyu, lu tau sejak kapan ia punya jeep item?” kata Tama.

“hah? Wahyu bawa jeep item? Setau gue mah dia bawa motor, dan dikosan gapernah liat gue dia bawa mobil.” Kata dimas sambil menjalankan motornya.

“emang lu satu kosan sama Wahyu?”

“iye bego hahaha, kamarnya dipojokkan”

“ooh kamar itu ada penghuninya, kirain gaada. Lagian sepi banget”

“iya dia emang selalu ngunci kamar dan gapernah gabung sama kita-kita, padahal kan satu kos.” Kata Dimas sambil memberhentikan motornya karena ada lampu merah. “kok lu bisa ngikutin wahyu ampe alun-alun tam?” lanjutnya.

“gue tadi sama Nayla makan di ‘pas mantab’ dan pas udah selese dan lagi ngeluarin motor gue dari parkiran, gue liat dia sama Tia dateng pake mobil jeep itu. Gue kaget dia bawa jeep sekarang, mana modelnya kayak yg biasa nyulik orang kalo di sinetron-sinetron. Nah gue penasaran kan, akhirnya gue buru-buru nganter Nayla ke kosnya dan langsung balik ke ‘pas mantab’ gue tunggu aja dia sampe selese dan gue ikutin pas dia nganter Tia ke kosnya. Dari kosan Tia gue kira dia bakal balik ke kosnya, ehh ternyata ke daerah alun-alun. Gue ikutin terus tuh mobilnya dan akhirnya berhenti di rumah gitu dan gue ngeliat wahyu sempet ngobrol sama seseorang dan akhirnya balik naik GOJE*. Pas gue pengen ke rumah itu, eh ban gue nginjek paku, yaudah bocor deh.” Tama menjelaskan dengan cukup panjang.

“wah dapet juga lu Mba Nayla hahaha” kata Dimas sambil menjalankan motornya kembali karena lampu hijau sudah menyala. “ngapain ya dia?” lanjutnya.

“iyee hahaha, perjuangan banget itu Nayla” kata Tama. “gatau gue juga” katanya melanjutkan.

Mereka tidak melanjutkan obrolan hingga Dimas mengantar Tama hingga kosannya.

“Tam kok gue kepikiran soal kemarin si Faza nyuruh kita ngawasin Zahra ya?”

“ehh iyaa yak, gue kan juga sebelumnya disuruh ngawasin wahyu sama si Faza kupret itu..”

“JANGAN-JANGAN” kata mereka bersamaan.

“gue harus buru-buru ngasih tau Faza nih kalo kayak gini” kata Tama sambil masuk ke kosannya dan mengetuk pintu kamar Faza dan diikuti Dimas.

*TOK* *TOK* *TOK*. Cukup lama Tama mengetuk dan memanggil nama Faza namun orang yang diharapkan tidak kunjung bangun. Ia pun memutuskan untuk menceritakan hal itu pada pagi harinya dan Dimas segera pamit untuk kembali ke kosannya.

=======########=======
[HIDE] Zahra:

Hani:

[/HIDE]​
PAGI SUBUH

Zahra bangun dari tidurnya dan mendapati Hani masih tertidur sambil memeluk gulingnya. Ia lalu membangunkan Hani untuk segera melaksanakan ibadahnya.

“Zah, aku pulang yaa hehehe” kata Hani saat selesai melaksanakan ibadahnya.

“ehh jangan dulu doong, berangkat bareng aja ke kampus” kata Zahra mencegah.

“gak mau, kamu harus berangkat sama Faza pagi ini hahahah”

“iiihhh gamauuu, gamau secepet ituu”

“laah mau kapan Zah hahaha, atau Faza berangkat sama aku aja gimana? Hahaha” goda Hani.

“YAUDAH SANA” kata Zahra kesal.

“uuuuuuu hahahaha cemburu niiih” ledek Hani.

Zahra menghiraukan perkataan Hani dan segera membereskan peralatan ibadahnya. Zahra lalu pergi ke kamar mandi untuk mandi (ya iyalahnya masa untuk beli baju -_-). Hani juga ikut membereskan peralatan ibadahnya dan menunggu Zahra selesai mandi.

Selagi menunggu Zahra selesai mandi, Hani bermain dengan HP-nya dan belum mendapati pesannya dibalas oleh Faza. “ahh pasti belum bangun deh ini orang” gerutunya. Ia beberapa kali menelfon Faza namun tidak diangkat dan akhirnya ia menyerah dan sudah mendapati Zahra selesai mandi. Ia melihat tubuh Zahra dengan kagum karena kemolekan tubuhnya.

“Liatin apa kamu Han hahaha” ledek Zahra sambil memakai pakaian dalamnya.

“ehh engga hehehe, badan kamu bagus Zah” kata Hani sambil memalingkan pandangannya.

“aah bagusan juga badan kamu kok Han, ramping. Gampang dipeluk hahah” kata Zahra sambil memakai pakaian dan jilbabnya.

“iyaa gampang dipeluk sih cuman gaenak. Keras. Gaada empuk-empuknya” kata Hani sambil menyubit-nyubit lengannya sendiri.

“hahahaha” ketawa Zahra pecah dan membuat Hani sedikit terkejut karena ia baru pertama melihat Zahra yang tertawa selepas itu. “yaudah yuk han kita ke kosan kamu dulu, trus ke kampus bareng” kata Zahra yang sudah siap.

“oke bentar aku pakai jilbab dulu”

Mereka berdua berjalan menuju kosan Hani dan menunggu hingga waktu kuliah di kosan Hani.

=======########=======
[HIDE] Winda:

[/HIDE]​

“FAZA kita kesiangan!!” teriak Winda saat mendapati jam dinding sudah mencapai pukul 05.15 pagi.

Winda lalu menggerak-gerakkan tubuh Faza agar bangun dan segera melaksanakan ibadahnya. Sulit sekali membangunkan Faza, dan Winda akhirnya menyerah dan melaksanakan ibadah sendirian. Ia mengendap-endap saat menuju kamar mandi yang ada diluar kamar Faza, takut ada seseorang yang melihatnya. Ia selamat sampai kamar mandi dan mengambil air wdhu dan kembali ke dalam kamar Faza untuk melaksanakan ibadah.

Setelah beribadah Winda kembali berusaha membangunkan Faza dan akhirnya usahanya membuahkan hasil.

“HHMM HOAAAMM”

“HEH buruan bangun, udah siang ituu, cepet shllat!!” teriak Winda kepadaku.

“iyaaa iyaaa 5 menit lagi” kataku sambil menutup mata lagi.

“apanya yg 5 menit. Cepeettaaann bangunnn” kata Winda sambil mendorong-dorong tubuh Faza.

“hhhmmmm ahhh masih ngantukkk” kataku sambil menutup mata.

“hiiihhh bangun cepeett udah siaanggg”

Omelan Winda makin menjengkelkan dan aku sudah tidak bisa tidur lagi karenanya. Aku segera pergi ke kamar mandi dan mencuci muka kemudian mengambil air wdhu dan melaksanakan ibadah diruangan khusus yang ada di kosku.

Setelah selesai, aku kembali ke kamar dan melihat Winda sedang merapikan diri karena ingin segera pulang.

“mau dianterin lagi win haha?” tanyaku.

“kalo ga ngegendong aku mau” katanya cukup ketus.

“uuuu gitu aja marah, yaudah yuk aku anterin” kataku langsung menuju keluar kosan dan diikutin oleh Winda yang mengendap-endap.

Selama perjalanan singkat ke kosan Winda, kami sama sekali tidak mengeluarkan satu katapun dan itu bertahan hingga mencapai pagar kosan Winda.

“za, inget perjanjian” kata Winda.

“eh? Perjanjian apa?”

“tuhkaan lupa ihhh”

“ehh yang mana sihh?”

“yang semalem, kamu baikan sama Zahra, jalan sama Zahra lagi. Pokoknya balik kayak dulu lagi kamu sama Zahra” katanya cukup tegas. “dan aku harap kejadian semalem kita yang terakhir ngelakuin itu” lanjutnya.

“oohh iya iyaaa, tp kamu jangan nyesel kalo beneran aku sama Zahra dan kita udah gabisa deket aku lagi hahaha”

“gapapa, lebih baik gitu” katanya sambil membalikkan badan dan langsung menuju ke dalam kosannya.

Aku yang heran dengan perubahan sikap Winda terhadapku, hanya diam saja dan langsung kembali ke kosanku.

Sekembalinya aku ke kosanku, aku mendapati Tama yang sudah ada di depan kamarku.

“woeee pagi-pagi udah pada bangun aja hahha” kataku kepada mereka berdua.

“ada hal yang harus gue omongin ke elo za” kata Tama dengan tatapan serius.

“wah ada apa nih?” kataku penasaran.

“lo belum mandi kan? udah sana mandi dulu, biar nanti bisa langsung berangkat ke kampus” kata Tama.

“yaelaah ngapain sih? Ada apaan siih?” kataku makin penasaran.

“udah buruan, sana mandi” kata Tama cukup tegas.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan akhirnya memutuskan untuk mandi pada pagi hari itu. Air masih sangat terasa dingin sekali dan aku mandi dengan sedikit tergesa-gesa karena tidak sabar mendapatkan berita dari Tama.

Setelah selesai mandi, Tama sudah berada di dalam kamarku. Aku lalu memakai pakaianku dan Tama segera menceritakan kejadian tadi malam. Mendengar cerita dari Tama aku sempat kaget dan tidak menyangka bahwa Wahyu masih berniat melakukan hal itu. Kukira setelah kegagalannya tempo hari, ia sudah tidak berniat melakukannya lagi.

“trus gimana nih za?” kata Tama.

“gue mau ke kosan Zahra sekarang. Mau liat dia, gue khawatir” kataku sembari bersiap-siap memakai jaket dan mencari kunci motor. “videonya kirim ke Wahyu sekarang, biar dia gak berani macem-macem” lanjutku.

“ehh beneran za? Gila aja langsung dikirim. Gue ga setuju bro” ujar Tama. “mending nunggu dia kebukti ngapa-ngapain baru kira kirim dan kalo bisa sebar biar satu kampus tau” lanjutnya.

“kalo kayak gitu, kita keliatan selangkah dibelakang doong. Awalnya kan bikin video itu buat nyegah Wahyu ngapa-ngapain biar kita selangkah didepan” ujarku dengan raut muka yang tajam. “dan kalo lu sebar sekampus, malah Tia yang bakalan kena getahnya. Si Wahyu mah gaada urusannya, gue gasetuju kalo Tia jd kebawa-bawa” lanjutku.

“yaudah terserah elo dah bro. gue siapin komputer gue dan sekarang langsung gue kirim ke Wahyu”

“muka lu sama dimas udah diburemin kan?” tanyaku ke Tama.

“udeh selow, gue gaakan ngirim pake email gue juga. Yakali bego juga kalo gitu. Gue ada email cadangan. Jadi tenang aja”

“okedeh thanks yak. Gue duluan” kataku sambil mengeluarkan motorku keluar dan langsung menuju kosan Zahra.

Sesampainya di kosan Zahra, aku memakirkan motorku di tempat biasa aku memakirkan motorku apabila aku main ke kosan Zahra, dan mengetuk pintu depan.

“Eh nak Faza, mau jemput Zahra?” kata Ibu Nia ibu kos Zahra.

“iya bu hehe Zahra masih ada di dalam ya bu?”

“tadi pagi saya liat dia udah berangkat nak. Belum lama ini berangkatnya. Sama temennya yang kurus cantik itu” ujar Bu Nia.

“eh siapa bu?” kataku penasaran.

“kurang tau nak, saya baru liat juga. Anaknya kurus banget nak”

“hani mungkin ya bu?” tanyaku memastikan.

“mungkin nak, ibu juga kurang tau hehe”

“ohh yaudah deh bu makasih ya bu. Faza pamit dulu”

Aku langsung menuju motorku dan mamacu motorku langsung ke kampus.

=======########=======​

Kuliah akhir-akhir ini aku sudah tidak merasakan ‘feel’-nya, karena minggu depan sudah ujian akhir dan materi kuliah sudah dipenghujung serta cara penyampaian materi oleh dosen sudah dirasa tidak semenarik sebelum-sebelumnya.

Masih terlalu pagi saat aku datang ke ruang kelas karena aku datang masih 15 menit sebelum kuliah berlangsung. Aku mendapati kelas yang masih kosong dan aku memutuskan untuk duduk di baris ke 4 dan di dekat jendela. Aku bisa melihat kantin dan tempat parkir di tempat ini. Sekitar 5 menit aku hanya memandangi kantin dan tempat parkir itu, akhirnya aku mendapati orang-orang sudah mulai berdatangan. Ada yang jalan kaki dan ada yang menggunakan sepeda motor. Bosan melihat pemandangan itu, aku beralih dengan bermain HP. Aku membuka forum semprot untuk sekedar melihat-lihat thread terbaru untuk memakan waktu.

Waktu menujukan pukul 7 tepat dan teman-temanku sudah mulai berdatangan. Aku melihat Winda datang bersama Hani dan Zahra, lalu disusul oleh Dimas dan ia duduk disebelahku. Kemudian aku melihat beberapa teman-teman ku yang mungkin nanti aku masukkan ke cerita ini (hahaha), aku kemudian menyimpan HP-ku. Dosen sudah datang dan mulai mempersiapkan peralatannya, dan aku belum melihat Zahra dan Hani. 5 menit setelah dosen memuali penjelasan, Tama datang dan disusul oleh Wahyu. Tama memberi tanda ‘sip’ kepadaku dan menempati kursi persis debelakangku, sedangkan Wahyu duduk persis dibelakang Zahra. Aku terus memperhatikan Wahyu, dan sesekali mata kami bertemu. Tiap mata kami bertemu, ia selalu memberikan senyum yang sangat menjijikan dan aku tidak sabar ingin berbicara dengan dia setelah kuliah selesai.

Have sent bro” bisik Tama kepadaku.

“sip tinggal nunggu dia ngecek HP-nya. Gue harap sih dia engga buka HP-nya sampe gue dapet tugas yang gue kasih ke Wahyu” ujarku.

Kuliah berlangsung sangat membosankan. Aku sering memalingkan pandangan ke luar jendela dan melihat suasana kantin yang mulai ramai oleh mahasiswa. Aku sesekali mengobrol dengan Dimas yang bilang bahwa ia ingin menikmati Tia lagi. Aku bertanya padanya apakah ia hanya ingin menikmati tubuhnya saja atau ingin menjadikan ia pacarnya karena setelah kejadian ini ada kemungkinan Wahyu dan Tia akan putus. Dimas berkata bahwa yang penting ia bisa menikmati tubuh Tia. Hal itu berarti Dimas hanya bernafsu saja dengan Tia. Aku sedikit memberi masukkan kepada Dimas, daripada hanya menikmati saja, lebih baik jadikan Tia sebagai pacar. Karena jika sudah mendapatkan hatinya, maka akan mudah untuk proses-proses selanjutnya dan aku berjanji akan membantu Dimas dalam mendapatkan Tia.

Akhirnya kuliah berakhir dan aku langsung menghampiri Wahyu.

“yu, laporan sama rekaman bawa kan?”

“iyaa za, bentar” katanya sambil mengambil barang yang ada di tasnya. “nih, udah semuanya, udah aku edit. Silahkan kalo mau denger lagi, dan laporannya juga udah selesai. Monggo kalo mau dicek dulu”

“ohh okedeh, gausah deh. Makasih yaa yu” ujarku sambil memberinya form penilaian. “nih yu tulis nilai buatku biar sekalian aku ngasih ke Bu Indri” lanjutku.

Wahyu menuliskan nilai untukku dan langsung mengembalikan form penilaian itu.

“za, nilai 85 yak hahaha” ujar Wahyu.

“iyee tenang” kataku sambil menggabungkan form nilaiku dan nilainya. Aku kemudian memasukan form penilaian didalam laporan itu

“yaudah aku duluan yaa mau ngumpulin ke Bu Indri” kataku sambil berlalu dari hadapan Wahyu.

“MAKASIH YA ZA” katanya dengan cukup keras. Aku sempat menoleh kearahnya dan melihat senyuman itu lagi. Senyuman yang membuatku bulu kudukku berdiri. Senyuman yang seketika membuat firasat yang buruk.

Aku lalu segera meninggalkannya dan menuju ke ruangan Bu Indri dengan tergesa-gesa. Aku tidak mendapati Bu Indri di ruangannya, namun ruangannya tidak dikunci sehingga aku bisa masuk dan meletakkan tugasku di meja kerjanya.

Aku lalu pergi ke kantin karena jeda waktu untuk kuliah berikutnya masih cukup lama. Aku mendapati Hani, Winda, dan Zahra sedang makan, dan melihat Tama dan Dimas duduk persis di belakang mereka bertiga yang sedang menunggu pesanan. Aku menuju Tama dan Dimas.

“woeh, gimana tadi Wahyu?” kata Tama.

“serem bro, dia senyum-senyum terus. Gue takut jangan-jangan dia homo hahaha”

“maksudnya senyum-senyum terus?” samber Dimas.

“ya gitu dim, jijik gue”

Aku melihat Hani dan Winda seperti menunjuk Zahra seraya memberi kode untuk segera menemuinya.

“za, itu Hani sama Winda ngapain sih daritadi hahaha” kata Tama.

“hahaha, gatau gue juga. Gue kesana dulu ya.”

good luck” ujar Tama.

Aku menuju meja mereka bertiga dan karena yang kosong hanya disamping Zahra, maka dari itu aku duduk di samping Zahra. Aku masih merasa canggung karena Zahra tidak merespon apa-apa setelah kehadiranku di sampingnya. Hani dan Winda yang melihat memutuskan unttuk segera pergi dan menuju warung dimana ia membeli makanan di kantin itu.

“Zah” aku membuka obrolan.

Ia masih sibuk mengunyah makanannya dan aku hanya memperhatikan dia.

“malem ini kamu ada acara ga?” kataku sedikit terbata-bata.

Ia menyelesaikan makannya dan meminum minumannya. Aku masih hanya memperhatikan dia melakukan itu dan menunggu ia merespon pertanyaanku.

“ZA, WAHYU PERGI TUH” teriak Tama yang mengagetkan aku dan Zahra dan kami berdua secara reflek memalingkan pandangan ke arah yang ditunjuk Tama

“GUE SAMA DIMAS MAU NGIKUTIN DIA, NANTI GUE KABARIN DIMANANYA, dim pinjem kunci motor” katanya sambil buru-buru menuju parkiran dan Dimas menyerahkan kunci motornya lalu menuju warung ia memesan makanan dan bilang bahwa pesenannya disimpan dulu karena ada urusan mendadak dan ia langsung menyusul Tama. Aku sekilas melihat raut muka terkejut Hani saat melihat Tama dan Dimas bergegas menyusul Wahyu.

“za jadi kamu udah tau ya?” ujar Zahra yang membuatku bingung.

“ehh, maksudnya?”

Zahra lalu diam dan aku melihat matanya mulai berkaca-kaca. Aku lalu secara reflek memegang dagunya dan mengarahkan wajahnya ke arahku. Aku melihat matanya melihat kearah lain yang bukan kearah mataku.

“zah, maksudnya? Wahyu ngapain kamu?” kataku memastikan.

Zahra masih belum bisa berkata apa-apa dan matanya semakin berair. Aku lalu mencari tissue di tas Zahra karena aku tau ia pasti selalu menyimpan tissue di tasnya. Aku lalu mengusapkan tissue ke matanya.

“maafin aku za, aku gabisa jaga diri aku huhuhu” tangis Zahra pecah.

Firasat buruk tbtb menggerayangiku.

“zah? Wahyu udah.....” kataku yang tak sanggup melanjutkan kata-kata.

Tangis Zahra makin pecah dan membuat Hani dan Winda kembali ke tempat kami. Aku masih belum percaya bahwa wahyu sudah melakukan itu terhadap Zahra.

“Zah maafin aku, aku ga jagain kamu. Aku janji bakalan ngebales perbuatan Wahyu buat kamu” kataku sambil mencium keningnya.

Aku lalu berdiri dan membuka HP-ku dan mendapati pesan dari Dimas. “kosan Tia” isi pesan singkat itu. Aku lalu memberi tahu Hani dan Winda untuk menemani Zahra. Winda bingung dengan apa yang terjadi. Hani lalu memberi kode bahwa nanti akan diceritakan oleh Zahra. Aku lalu berdiri dan langsung menuju motorku untuk pergi ke lokasi yang diberitahu oleh Dimas

“FAZA GAUSAH ANEH ANEH!!” teriak Zahra yang membuat langkahku terhenti. “aku gapapa Za, kamu gausah kesana dan nemenin aku disini” lanjutnya.

“gabisa Zah. Aku harus kesana dan ngasih pelajaran ke Wahyu” kataku dan langsung melanjutkan langkahku.

“KALO KAMU TETEP KESANA, AKU GAAKAN MAU NGOMONG SAMA KAMU LAGI” teriaknya lagi dan lagi-lagi membuat langkahku terhenti.

“gapapa Zah kalo kamu gamau ngomong sama aku lagi abis ini. Itu lebih baik daripada aku ngebiarin si ANJI*NG ITU masih bisa ketawa-ketawa setelah ngapa-ngapain kamu” kataku yang langsung bergegas menuju motorku karena aku tidak mau ada gangguan lagi.

Aku lalu meyalakan motorku dan memacunya ke lokasi yang disebut oleh Dimas. Aku sempat melihat Zahra sedang menagis di pelukan Winda dan melihat Hani memandangiku dengan tatapan yang sedikit sedih saat aku melewati kantin. Aku sudah tidak peduli lagi dengan hal itu karena fokusku sudah tertuju pada si kampret itu.

=======########=======​

“MAKASIH YA ZA” ujar seorang laki-laki yang tidak lain dan tidak bukan adalah Wahyu. Senyum terlukiskan di bibirnya karena merasa puas sudah berhasil menyetubuhi kekasih dari lawan bicaranya itu.

Setelah lawan bicaranya itu berlalu dari pandangannya, ia lalu membuka HP-nya dan membuka galleri-nya.

“HAHAHAHA, MAKAN TUH ZA BEKAS KU” katanya sambil melihat-lihat gambar hasil jepretannya saat menyetubuhi Zahra tempo hari. “ini enaknya judul threadnya apa ya” Wahyu berbicara sendiri

Wahyu masih melihat gambar-gambar Zahra yang tidak menggunakan sehelai benang pun sampai ada notifikasi baru dari emailnya bahwa ia mendapatkan email baru.

“ini apanih ngirim-ngirim email” katanya seraya membuka emailnya tersebut.

Ia lalu terkejut dengan isi pesan itu yang hanya berisikan video. Ia memutuskan untuk mengunduh video itu.

Cukup lama ia mengunduh video tersebut karena ukurannya yang cukup besar.

Proses pengunduhan pun selesai dan ia langsung membuka video itu. Alangkah lebih terkejutnya Wahyu saat mendapati kekasihnya sedang disetubuhi oleh dua orang yang tidak dikenal. Ekspresi wajah sang kekasih terlihat sangat menikmati perlakuan yang didapatkannya.

“SIALAAAAAN KAU TIA” katanya sambil menggeggam dengan keras HP-nya itu.

Ia lalu bergegas keluar dari ruangan kelas itu dan langsung menuju tempat parkir untuk mengambil motornya dan langsung menuju kosan kekasihnya itu.

Sesampainya ia dikosan kekasihnya itu, ia langsung masuk kedalam kosannya karena pintu depannya tidak dikunci.

*TOK*TOK*TOK*TOK*TOK*

“TIA BUKA PINTUNYA” teriak Wahyu cukup keras.

Pintu kamarpun dibuka oleh pemiliknya dan sang kekasih terkejut oleh ekspresi Wahyu yang sangat marah. Wahyu langsung mendorong sang kekasih masuk ke dalam kamar, dan ia lalu menutup pintu kamar itu.

“wahyu ada apaa?” tanya sang kekasih yang bingung atas perilaku Wahyu.

Wahyu tidak mengatakan apa-apa dan *PLAK* pipi sang kekasih ditamparnya dengan cukup keras.

“INI SIAPA??” kata Wahyu sambil memperlihatkan video yang dikirim oleh orang yang tak dikenal.

Alangkah terkejutnya Tia bahwa ternyata pemerkosaan atas dirinya direkam dan sekarang rekaman itu ada di kekasihnya. Tia tidak bisa berkata apa-apa dan matanya berkaca-kaca.

“HEH, GAUSAH NANGIS DASAR JABLAY” katanya yang cukup menohok kekasihnya.

*PLAK*

Tia menampar Wahyu cukup keras sambil mengeluarkan air matanya. Wahyu yang tidak terima telah ditampar oleh kekasihnya itu, langsung mendorong kekasihnya itu ke kasur dan merebahkannya.

“DASAR JABLAY” kata Wahyu sambil merobek kaos yang dipakai oleh Tia.

“WAHYU JANGAN!! AKU INI PACARMU!!” ujar Tia sambil mencegah Wahyu melakukan lebih jauh.

Mereka berdua dikagetkan oleh pintu kamar yang tiba-tiba derbuka oleh tiga orang yaitu Tama, Dimas dan aku. Tama langsung menarik tubuh Wahyu menjauhi Tia. Wahyu sempat memukul Tama cukup kuat yang membuat aku membantu Tama untuk menarik Wahyu.

“NGAPAIN KALIAN, GAUSAH IKUT CAMPUR!!” kata Wahyu sambil berontak.

Aku melihat Dimas memakaikan jaketnya kepada Tia yang pakaiannya dirobek oleh Wahyu.

“diluar aja ya yu” ujarku.

Wahyu sempat ingin memukulku namun tanganku lebih cepat untuk menangkap tangannya dan ia segera menarik tangannya dari genggamanku dan langsung menuju ke luar. Aku, Tama dan Dimas mengikutinya dari belakang.

Kami sampai di luar kosan Tia

“KALIAN GAUSAH IKUT CAMPUR, INI URUSANKU SAMA JABLAY ITU” katanya sambil menunjuk kosan kekasihnya.

“EH LO TUH NGATAIN PACARLU JABLAY TAPI LO JUGA MERKOSA CEWEK” ujarku. “LOGIKA LO DIMANA?” lanjutku.

Raut muka Wahyu seketika berubah dari marah menjadi kaget sekaget-kagetnya.

“yu, maksudnya apa? Kamu merkosa siapa yu?” ujar Tia yang keluar dari kosnya.

“eh engga kok, aku gak ngerti apa yang mereka omongin. Sekarang kamu tinggal jawab siapa yang ada di video itu?” tanya Wahyu kepada Tia.

“HAHAHAHA ada ya orang kayak elo lu, udah jelas ketauan. Masih mau ngeles yu?” ujar Dimas. “Tia kalo gak percaya coba cek HP-nya deh, siapa tau ada foto-fotonya” lanjutnya.

“yu beneran kamu merkosa cewek? Kenapa yu? Aku masih kurang? Selama ini aku masih kurang udah ngelakuin semua buat kamu?” kata Tia terbata-bata karena air matanya makin membanjiri wajahnya.

Aku lalu beranjak menuju dekat motor Wahyu untuk berjaga-jaga jikalau Wahyu berhasil keluar dari kepungan kami. Sementara itu Wahyu masih diam tak bisa berkata apa-apa dan Tia tangisannya makin pecah.

“GARA-GARA KAMU AKU DIPERKOSA. KAMU GATAU KAN YU??” ujar Tia ditengah-tengah ke-diam-an itu. “KEMARIN PAS AKU MINTA KAMU NEMENIN AKU, KAMU MALAH MENTINGIN URUSANMU ITU” lanjutnya sambil masih menangis.

Wahyu semakin terkejut dengan pernyataan Tia. Ia benar-benar tidak bisa berkata apapun dan tidak bisa berbuat apapun.

“AAAAAHHHHHHHHHH” teriak Wahyu secara tiba-tiba dan ia langsung menyerang Tama dan Dimas yang mengepungnya. Karena kaget, Tama dan Dimas menerima serangan itu dan jatuh terjerambab. Wahyu lalu berlari ke arahku yang berada di dekat motornya. Ia sudah bersiap-siap dengan pukulannya dan akan memukulku saat ia mencapaiku. Namun, sekali lagi aku bisa menghindar dari pukulannya dan aku menendang Wahyu sehingga tubuh Wahyu menubruk motornya dan membuat ia beserta motornya jatuh. Wahyu terlihat kesakitan akibat menabrak motornya hingga jatuh. Aku lalu mendekatinya.

“yu, kenapa elo merkosa Zahra?”

“itu gara-gara kamu Za”

“apa salah gue?”

*BUGH* aku memukul wajahnya.

“APA SALAH GUE” ujarku. “KALO GUE YANG SALAH, NGAPAIN BAWA-BAWA ZAHRA?”

Wahyu masih tidak mengeluarkan kata-kata.

“WOY JAWAB!!”

*BEGH*

Wahyu berhasil mendaratkan satu pukulan yang cukup keras tepat di wajahku. Aku sempat terhuyung karena mendapat pukulan itu. Wahyu mencoba berlari untuk kabur, namun Tama yang sudah bangun dari jatuhnya dengan sigap lari mengejar Wahyu. Mudah saja bagi Tama mengejar Wahyu karena memang ia adalah salah satu pemain sepakbola fakultasku sehingga cukup cepat dalam berlari. Tama lalu menendang kaki Wahyu yang sedang berlari dan mengakibatkan Wahyu jatuh tersungkur dan bagian pelipisnya berdarah karena mencium permukaan aspal jalan.

“URGH SIALAAAANNNN” umpat Wahyu sambil memegangi pelipisnya yang berdarah.

Tama lalu menahan tubuh Wahyu sehingga ia tidak bisa bergerak lagi. “Za, ini orang enaknya diapain” teriaknya kepadaku yang sedang mendekati mereka.

Aku lalu merogoh semua kantung yang ada di pakaiannya dan mendapatkan HP-nya. Aku lalu membuka-buka galeri-nya dan mendapati foto-foto Zahra yang saat itu tidak menggunakan sehelai benangpun. Aku lalu memperlihatkan foto itu kepada Tia, yang setelahnya foto tersebut aku hapus dari HP-nya. Tak lupa juga aku menghapus video Tia yang sedang dalam kondisi tidak senonoh untuk berjaga-jaga apabila Wahyu melakukan hal yang tidak wajar lagi.

Tia sangat terkejut karena wanita yang ada di gambar itu adalah Zahra. Tia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi dan ia hanya bisa menangis. Ia lalu mendekati Tama dan Wahyu.

Aku memerintahkan Tama untuk melepaskan Wahyu dan segera meninggalkan mereka. Aku lalu melemparkan HP wahyu kearahnya yang kemudian tidak dapat ia tangkap HP tersebut dan membuat HP-nya itu jatuh ke jalan dan casing-nya terlepas dari HP-nya

“yu kita putus” bisik Tia kepada Wahyu.

Tia lalu segera masuk kedalam kosnya meninggalkan Wahyu yang masih meringis kesakitan. Tak lama setelahnya, ia memungut HP-nya yang berserakan di jalan lalu segera menuju motornya.

“Dim, kalo mau sekarang bisa tuh Tia lu deketin. Tapi jangan maksa banget, dia pasti masih shock” kataku kepada Dimas.

“besok ajalah Za, gak enak gue haha, dia juga pasti lagi nangis itu”

“nah makanya itu Dim, saat dia lagi nangis itu lu masuk” Tama menyambar obrolan kami.

“udeeeh sanaaa. Cowok bukan? Hahaha” ujarku yang diikuti oleh Tama.

Tama lalu melemparkan kunci motornya.

“Nih, kita balik duluan. Jangan di entotin dulu ya dim hahahaha”

Aku dan Tama lalu menuju motorku. Kami melewati Wahyu yang sepertinya sudah bersiap ingin meninggalkan tempat itu. “yu kami duluan” kataku. Ia tidak berkata apa-apa dan langsung menyalakan motornya lalu berlalu dari hadapan kami.

=======########=======
[HIDE] Winda:

[/HIDE]​

Malam hari setelah kejadian itu. Aku hanya memandangi langit-langit kamarku. Masih terbayang perkataan Zahra bahwa ia tidak akan berbicara denganku lagi. Aku tidak bisa berpikir apapun dan hanya bisa memikirkan Zahra atau bahasa sekarang namanya GALAU (hahaha). Aku menimbang-nimbang apakah aku harus ke kosnya sekarang juga atau tidak. Ditengah kegalauan ku, pintu kamarku diketuk oleh seseorang.

“Za, buka pintunya” kata seseorang diseberang pintu. Aku mengenali suara tersebut.

*CKLEK*

“Ngapain win?”

“emmm keluar yuk za?”

“kemana?”

“temenin makan”

“dimana?”

“baso pak ujuh, di gang itu” katanya seraya menunjuk entah kemana.

“emang enak makan baso malem-malem?”

“eh emang gaenak ya?”

“lah ya gatau aku haha, yaudah bentar aku siap-siap” kataku sambil mencari celana jeans dan jaket ku.

“yuk win” ajakku.

“udah siap-siapnya gitu doang? Hahaha”

“laaah orang cuman jalan bentar, ya ngapain pake pomade segala haha”

“yaudah yuukk”

Aku lalu menutup pintu dan menguncinya.

Diperjalanan menuju tempat makan, kami hanya berbicara kepada diri kami masing-masing. Aku yg saat itu masih kepikiran tentang Zahra, nyatanya sedang berjalan beriringan dengan wanita lain. Baru kali ini aku membayangkan dan mengharapkan Zahralah yang ada disampingku ini. Sebelum-sebelumnya apabila aku menghabiskan waktu bersama salah satu dari Hani, Winda maupun Zahra, aku tidak pernah membayangkan orang lain.

“Za, kamu galau ya?” kata Winda tiba-tiba.

“ehh apaaan sih hahah, engga kokk”

“hahaha gausah boong Za, keliatan kok. Matamu kosong”

“iya gapapa mataku kosong yang penting hatinya engga”

*HOEK* Winda tiba-tiba muntah dijalan (ini bercanda hahaha)

“halaaah apaan deh za haaha”

Tanpa terasa perjalanan yang cukup singkat itu selesai sudah. Kami sudah sampai di warung baso yang dimaksud dan segera memesan makanan.

Selama menunggu pesanan, aku dan Winda terjebak di situasi yang canggung karena aku yang pikirannya sedang melayang entah kemana, sedangkan Winda seperti ingin menyampaikan sesuatu namun ia tidak mau memulainya. Aku yg sadar dengan situasi ini akhirnya memutuskan untuk mencubit pipinya yang sedikit tembem itu dan membuat ia jengkel. Suasana sedikit mencair akibatnya, dan ia marah-marah karena pipinya ku cubit agak keras. Ia berusaha membalasnya namun, tanganku lebih kuat untuk menahan tangannya sehingga kami malah berpegangan tangan dan tidak ada yang mau melepasnya.

Pesanan pun datang, kami melepaskan pegangan tangan tersebut dan segera melahap makanan yang sudah disediakan. Cukup cepat kami melahap makanan tersebut karena kami makan tidak diselingi dengan obrolan yang bertele-tele. Hanya ia menyuruhku untuk mengambilkan kecap atau aku menyuruhnya mengambilkan sambal.

Selesai makan, kami aku membayarkan makanannya, walaupun sempat ditolak oleh Winda namun aku tetap memaksanya. Kami lalu kembali ke kos kami masing-masing. Selama perjalanan pulang, situasi canggung datang lagi dan kami hanya diam saja.

“Za, lewat tuh kosanmu hahaha” kata Winda sesaat setelah mendapati kami melewati kosanku.

“nganter kamu dulu” jawabku singkat.

Kami berjalan sedikit lagi dan sampailah di depan kosan Winda.

“za makasih hehe”

“makasih buat apa?”

“tadi makannya hehe”

“yaampuun santai kali hahaha, lain kali kamu yg bayarin hahaha”

“kayaknya udah gaada lain kali deh za hahaha” jawabnya yang membuatku sedikit terkejut. “iya tadi aku, Hani sama Zahra ke kosannya si Hani pas kamu pergi dan udah denger cerita Zahra kalo dia abis di emm kamu tau lah yaa. Aku juga sedih Za, kok bisa ya si Wahyu. Orang cupu kayak dia bisa kayak gitu” lanjutnya.

“iyaa. Aku juga kaget Win, aku juga ngerasa ini salahku juga. Aku ngerasa kalo awalnya dia kesel sama aku kali ya gara-gara aku ngasih tugas banyak banget waktu itu. Waktu itu aku emang gedek sama dia karena tugas semua yg ngerjain aku, ya akhirnya aku ngasih sisanya. Tapi setelah dipikir-pikir masa iya sih cuman gara-gara gitu doang, dia merkosa orang. Aneh” kataku heran.

“nah itu Za, trus tbtb Hani cerita kalo ia pernah ketemu Wahyu di Venus dan ia ngerasa kalo Wahyu agak gimana gitu waktu itu”

*DEG*

“trus ya za, si Hani cerita lagi kalo dia dikirimin video dia lagi emmm aduh gimana ya ngomongnya. Jijik haha. Ya pokoknya ngirim video ke Hani pas foto dia gapake jilbab kesebar. Nah aku sama Zahra ya kaget lah” lanjut Winda.

*DEG*DEG*DEG*

Tiba-tiba keheningan muncul dengan tiba-tiba.

“za, kamu boong ya sama aku” katanya yang sontak membuatku terkejut.

“hah? Boong apa?” kataku sedikit terbata-bata.

“kamu kan yang nyebar fotonya Hani? Kamu kan yg waktu itu bales chat-ku pake HP-nya Hani? Kamu kan yang ngajak Hani ke Venus? Kamu kan yang bikin Hani sembuh? Semua itu kamu kan?”

Aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan itu. Aku hanya diam dan menunduk.

“maaf win, aku…….” Aku tak bisa melanjutkan kata-kata.

Winda lalu mengelus kepalaku dan seraya berkata “gapapa kok Za hehe, jangan lagi-lagi yaa. Kasian kamu. Pusing kan? hahaha. Pilih salah satu aja hahaha aku bakal dukung yang mana aja”. Ia lalu mencium keningku. “lagipula tadi mereka juga udah tau kelakuanmu sama aku hahaha, tadi aku juga cerita kalo kita juga udah gituan hehe” lanjutnya.

Aku tertegun dan makin tak bisa mengeluarkan kata-kata. Aku lalu mencium bibir Winda dengan lembut. Cukup lama kami berciuman. Kami sempat melepaskan ciuman kami, dan aku melihat Winda tersenyum manis sekali dan menciumnya sekali lagi. Kami lalu melepaskan ciuman kami. Aku seperti biasa meremas payudaranya itu dan tak ada reaksi penolakan dan protes dari dia. Sekali lagi kami berciuman namun singkat dan akhirnya aku pamit menuju kosanku.

Sesampainya di kamarku, aku membuka HP-ku dan mengetik sebuah pesan untuk seseorang. Isi pesan itu adalah “besok aku ke kosanmu yaa hehe” lalu aku mengirim pesan itu, dan sudah ada pemberitahuan bahwa pesan itu terkirim. Tak lama setelah itu aku mendapat balasan yang berisi “iya za heheh, aku tunggu =)”. Pesan itu sukses membuatku tersenyum dan aku lalu memutuskan untuk pergi tidur karena tidak sabar untuk esok hari.

Bersambung…………………..

Jangan lupa ijo-ijonya dan tinggalkan komen berupa kritik dan saran
 
Terakhir diubah:
siaalaan, wahyu nya kurang di ancurin, bikin greget ajaa suhuu, masih kurang puas sama adegan itu :Peace::Peace:

overall mnteeb
 
Wah anjriiiit ini sih dalem bgt pembalasan buat Wahyu nya, msh penasaran dg alur ceritanya
 
Mampus dah si wahyu, serem njir ketemu orang psycho macam dia.
Ditunggu juga nih manuver tikung dari dimas buat dapetin tia.
Yang ga kalah penting semoga si faza sama zahra.

Thanks suhu atas update nya, i'm very excited about your story, what a great one.
 
Mustinya si wahyu di genki dama ato rasen shuriken aja
Hahahaha
Agak mirip ama kisah gua sih, bedanya gua lebih sadis ama orang yang ngapa2in pacar gua (ehm,sekarang udah mantan,dan tiba2 gua galau :galau: )
 
fix emang faza kamu cocok nya sama zahra, zahra sebagai perempuan pasti malu mengakui kalo kamu itu yang ia harapkan utk jadi pacar nya.

Lelaki gentle adalah lelaki yang mau tanggung jawab atas kesalahan nya dan memperbaiki kesalahan tersebut sehingga jadi lebih baik.

Buktikan faza kalo kamu termasuk lelaki gentle, perjuangin cinta kamu biar zahra yakin kamu lah yang cocok untuk nya.

Thank's sudah update, di tunggu kelanjutan cerita nya...
 
Dibilangin juga embat ketiganya .. daripada milih satu kan pusing haha
 
Bimabet
wah lwahyu harusnya di habisin sekalian, wkwk lanjutannya bakal seru nih ,ditunggu hu

nb. jangan lama lama ya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd