Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KISAHKU DENGAN LELAKI LAIN

Bimabet
Sayang suhu......
Coba istri nya iwan di gangbang.....
Malah udh balik ke kota.....
 
Satpam baru bawa pentungan sepanjang 22cm, idola para ibu2 komplek. :mantap:
 
Mantap nih Bu Gani,,Restu dapet durian ,,treesome dong Bu Gani, Restu ,,tentunya aktor utama,
 
Monggo dilanjut lagi, suhu-suhu semua. Semoga berkenan.


Bu Gani terbangun karena cahaya matahari yang menembus kaca jendela kamar menerpan wajahnya. Dirasakannya tubuhnya masih telanjang tanpa sehelai benang pun. Badannya juga terasa agak remuk. 'Pergulatan' semalam membuat dirinya bangun sesiang itu.

Masih terbayang betapa nikmatnya percintaan dengan Pak Restu. Betapa gagahnya pula batang milik Pak Restu mengoyak vaginanya.

Ketika semalam Bu Gani menarik Pak Restu menuju kamarnya, begitu tiba di sana, Bu Gani langsung mencium bibir Pak Restu. Tangannya langsung terkalung di leher satpam kompleks tersebut. Pak Restu juga langsung menerima serangan tersebut. Maka terjadilah adegan ciuman yang panas. Mereka saling melumat dan menghisap. Tangan-tangan mereka juga pada akhirnya bergerak saling meraba. Tangan Bu Gani turun ke selangkangan Pak Restu. Sedangkan Pak Restu mulai meremas payudara Bu Gani dari balik dasternya. Tangan Bu Gani langsung melakukan gerakan mengocok karena penis Pak Restu sudah tegang.

Bu Gani kemudian berinisiatif untuk membuka baju milik lawannya itu hingga akhirnya Pak Restu telanjang bulat. Astaga, pikir Bu Gani. Bagus betul badan Pak Restu. Perutnya sixpack. Dadanya ditumbuhi bulu-bulu meski tidak banyak. Lengannya kekar. Pahanya kokoh dan ditumbuhi bulu-bulu yang terus sampai betis. Pemadangan itu makin membuat Bu Gani tak tahan untuk segera menuntaskan nafsu.

Pak Restu juga tak mau kalah, ia lucuti semua pakaian Bu Gani sampai Bu Gani juga tak mengenakan apa-apa. Dipandanginya tubuh Bu Gani. Rupanya di umur segitu, tubuhnya masih bagus. Meski payudaranya sedikit kendor. Skendor. Indah sekali. Bulu-bulunya tercukur rapi.

Tiba-tiba saja Bu Gani menarik Pak Restu ke tempat tidur. Dimintanya ia menindih dirinya sambil berciuman. Maka kemudian mereka kembali tenggelam dalam ciuman yang panas. Dirasakannya, lewat tangan Pak Restu, kemaluan Bu Gani sudah mulai basah. Desahan-desahan yang dikeluarkan Bu Gani juga menunjukkan bahwa ia sudah sangat bernafsu.

“Pak....masukkkkiiinnn...” pinta Bu Gani.

Pak Restu kemudian, tanpa basa-basi, mengarahkan penisnya ke vagina Bu Gani. Tampaknya Pak Restu juga sudah tidak tahan. Saat ujung kepala penisnya menyentuh bibir vagina, seperti ada sengatan listrik yang menyerang Bu Gani. Apalagi saat Pak Restu mulai mendorongnya masuk. Bu Gani otomatis mendesah, “Ah...”

Meski penis Pak Restu terbilang besar, tetapi Bu Gani merasa tidak ada kesulitan saat hendak masuk. Bu Gani berpikir, mungkin karena sudah sedikit basah atau memang dirinya sudah banyak menikmati jenis batang lelaki. Yang jelas, Bu Gani merasakan nikmat yang luar biasa penis itu telah memenuhi rongga vaginanya. Terasa sesak.

Pak Restu kemudian mulai melakukan gerakan maju mundur. Penisnya jadi keluar masuk di vagina Bu Gani. Semakin lama semakin cepat gerakannya.

“Ah...ah...ah...” Bu Gani mendesah seirama dengan dorongan penis Pak Restu.

Payudara Bu Gani tak luput dari sasaran. Mulut Pak Restu melahap keduanya secara bergantian. Sesekali ia juga melakukan ciuman di bibir dan leher Bu Gani.

Semakin lama, gerakan itu semakin cepat. Desahan yang keluar juga semakin keras. Bu Gani hanya bisa memejamkan mata menahan nikmat yang dirasakan.

Kaki Bu Gani melingkar di pinggang Pak Restu, menahan agar Pak Restu terus menggenjotnya bahkan semakin dalam.

“Pak...terussss...ahh....”

Pak Restu tak meracau meski terdengar desahannya walau tak keras. Ia seolah fokus untuk memuaskan lawannya. Hingga akhirnya Bu Gani menegang dan ia merasa sampai di puncaknya. Nikmat yang luar biasa. Kaki yang tadi mengalungi pinggang Pak Restu makin mendorong tubuh satpam itu untuk semakin menghujamkan senjatanya ke vaginanya.

Pak Restu lalu mencabut penisnya yang tenggelam di liang kenikmatan Bu Gani. Bu Gani bertanya kenapa dicabut, Pak Restu menjawab, “Istirahat dulu.” Pak Restu keluar kamar.

Tak lama, tenaga Bu Gani sudah kembali. Ia menghampiri Pak Restu yang terlihat duduk di ruang tamu sambil merokok. Langsung saja, Bu Gani duduk di pangkuan Pak Restu. Diambil rokok di tangan Pak Restu, lalu dibuangnya. Bu Gani langsung saja mencium bibir Pak Restu. Bau rokok. Tapi hal itu justru membuat Bu Gani kian bernafsu.

Bu Gani merasakan ada yang bergerak di vaginanya. Ah, rupanya batang Pak Restu kembali menegang. Bu Gani mengangkat tubuhnya kemudian diarahkannya penis Pak Restu menuju vaginanya.

Bles. Masuk semuanya.

Kini ganti Bu Gani yang aktif. Ia bergerak turun naik agar penis lawannya keluar masuk. Sementara Pak Restu hanya diam sambil memainkan payudara Bu Gani. Sesekali Bu Gani melakukan goyangan di penis Pak Restu. Hal ini membuat Pak Restu merem melek.

“Ah...ah...ah...” desah satpam tersebut.
Cukup lama gerakan bercinta sambil duduk, lalu Pak Restu bangkit sambil menggendong Bu Gani. Ah, kuat sekali lelaki ini, pikir Bu Gani. Suaminya tak mungkin melakukannya.

Mereka kemudian bercinta sambil berdiri. Tubuh Bu Gani turun naik. Terdengar suara pantat dan pinggul yang beradu. Meraka juga saling melumat bibir. Adegan mereka kian panas.

Pak Restu kembali ke dalam kamar tanpa mengubah posisinya. Lalu direbahkannya Bu Gani di tempat tidur dan memintanya untuk menungging. Bu Gani menuruti permintaan satpam itu. Pak Restu mulai menyetubuhinya dari belakang.

“Ah...ah...ah...” Pak Restu kembali mendesah bersamaan dengan setiap gerakan keluar masuk penisnya di vagina Bu Gani.

Bu Gani merasa seperti ia akan kembali meraih puncaknya. Apalagi saat Pak Restu semakin mempercepat gerakannya.

“Terruuuss...paakkk...ceepppaattt....”

Akhirnya Bu Gani kembali meraih orgasmenya yang kedua. Ia tersungkur seperti orang bersujud karena tak kuat menahan. Tanpa diduga, Pak Restu mengganti posisi Bu Gani. Ia menelentangkan Bu Gani kemudian menaikkan kedua kaki Bu Gani ke atas bahunya. Kemudian dimasukkannya penisnya kembali. Lalu dimulailah gerakan maju mundur.

Bu Gani hanya bisa pasrah. Ia hanya bisa menikmati. Tenaganya seperti terkuras habis. Sedangkan Pak Restu masih terus saja menggenjotnya. Tak pernah ia bercinta selama ini sebelumnya dengan suaminya, atau laki-laki yang lain yang pernah tidur dengannya. Pak Restu sungguh hebat, pikir Bu Gani.

Tiba-tiba gerakan Pak Restu makin cepat dan akhirnya Bu Gani merasakan ada semprotan yang kuat di dalam vaginanya. Penis Pak Restu berkedut-kedut selama beberapa kali. Agak lama sebelum Pak Restu mencabutnya. Bu Gani merasa ada sesuatu yang mengalir di selangkangannya. Ya itu sperma Pak Restu yang terlampau banyak.

Setelah agak lama, Bu Gani melangkah ke dapur mengambil pakaian bagian bawah Pak Restu. Ia kembali ke kamar menyerahkan pakaian tersebut ke Pak Restu. Namun, sebelum menyerahkan ia mengambil CD-nya dan mengusapkannya pada vaginanya. Ia bersihkan sperma-sperma dengan CD itu. Kemudian dibersihkannya juga penis Pak Restu.

“CD sudah kotor. Biar saya cucikan. Nanti kamu ambil ke sini.”

Tentu saja, maksud Bu Gani agar ia punya kesempatan lagi besama Pak Restu.

Akhirnya Pak Restu tidak mengenakan CD. Setelah berpakain rapi, Pak Restu pamit ke Bu Gani.

“Kamu hebat.” Kata Bu Gani lalu mengecup bibirnya sekali dan bonus remasan di penisnya.

Jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Bu Gani langsung pergi tidur.

***
Begitulah kisah yang diceritakan Bu Gani pada kami. Aku sebetulnya tidak mau percaya. Tapi rasanya kisah itu seolah nyata sekali. Apa mungkin aku tidak menerima kenyataan itu?

“Bu, apa CD-nya sekarang masih ada di ibu?” tanya seorang ibu pada Bu Gani.

“Masih, Bu. Tinggal nunggu pemiliknya mengambil.” Jawab Bu Gani sambil tertawa-tawa.

Ah, betapa irinya aku dengan Bu Gani. Meski sudah berumur, tapi masih bisa mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Keinginanku untuk bercinta dengan Pak Restu kian tak terbendung. Beberapa kali aku bermimpi bercinta dengannya.

Pernah aku bermimpi bercinta dengan Pak Restu di dalam perkemahan di tengan hutan. Pernah juga kami bemimpi bercinta di dalam rumahku, bahkan saat ada suamiku. Dan yang terakhir, aku ingat mimpiku, aku bermimpi bercinta dengan Pak Restu di depan suamiku sendiri.

Saat bercinta dengan suamipun, aku tak ragu untuk membayangkan Pak Restu, sesuai gambaran dari cerita Bu Gani: dadanya, perutnya, selangkangannya.

Dan, aku tetap tak bisa mewujudkan keinginanku sampi Bu Gani menceritakan kembali percintannya kembali dengan Pak Restu. Justru hal yang tak diharapkan terjadi.

Dan tanpa diduga, aku bertemu lelaki yang pernah bercinta denganku saat di desa, hingga terjadi persetubuhan kembali.

(Bersambung)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Dilanjut...dilanjut....

***

Suatu siang di hari Minggu, aku mengantar anakku pergi ke toko mainan. Dia merengek meminta mainan baru. Kebetulan ayahnya, suamiku, sedang ada pekerjaan. Jadilah aku yang mengantar.
Aku pergi dengan naik taksi online. Siang itu tokonya lumayan ramai. Mungkin karena hari Minggu, banyak anak-anak berlibur dan memilih pergi ke toko mainan. Setelah anakku selesai membeli apa yang diinginkannya, kami segera keluar toko.

Rencananya aku mau langsung pesan taksi online, tetapi anakku haus dan meminta membeli minuman. Ketika di dalam sebuah minimarket, aku melihat seseorang yang memiliki cerita denganku saat di kampung. Sepertinya ia juga melihatku.

“Wah, Bu Rina.”

“Pak Kasman. Kok di sini?”

“Saya kerja di sini.”

“Oh ya? Kerja apa?”

“Ya sesuai kemampuan saya, Bu. Pijet.”

Bayangan pergumulanku dengan Pak Kasman mendadak merasuki pikiranku. Masiu terasa pula bagaimana ia memberikan kenikmatan bagiku dulu.

“Ibu sendirian?”

“Iya. Suami lagi sibuk.”

“Naik apa?”

“Tadi naik taksi.”

“Saya antar ya, Bu.”

“Wah, ga usah, Pak. Saya naik taksi aja.”

“Jangan lah, Bu. Saya kan tetangga sekampungnya Pak Iwan. Solidaritas. Hehe.”

“Baiklah.”

Sepanjang perjalanan, kami tak banyak bicara. Baru kusadari kalau anakku sudah terlelap. Aku memperbaiki posisi duduknya di pangkuanku.

“Bu...” Pak Kasmana memulai pembicaraan. Saat saya tengah asyik bermain HP.

“Iya?”

“Saya minta maaf ya.”

“Soal apa?”

“Kejadian di rumah saya dulu.”

Saya paham apa yang ia maksud. “Sudahlah, Pak. Semuanya sudah terjadi. Lagipula, itu juga kesalahan saya.”

“Hmm. Apa Pak Iwan tahu?”

“Tidak. Tapi...dia sempat bertanya. Ya saya jawab bahwa Pak Kasman berbuat tidak senonoh. Tapi tak sampai bercinta.“

“Pak Iwan marah?”

“Tidak.”

“Jujur, Bu. Melihat wajah dan tubuh ibu, saya tak bisa berbohong bahwa saya ingin menikmatinya.”

Aku menoleh ke arahnya. Dia juga menoleh. Aku ingin segara sampai di rumah.

“Bu, ijinkan saya menikmati tubuh ibu sekali lagi.” Tangannya meraih pahaku. Aku meletakkan HP-ku di dashboard mobil. Lalu aku coba menyingkirkan tangannya, namun ia kembali lagi.

Astaga. Apakah kejadian di kampung akan terulang.

Dari paha, tangannya naik ke payudaraku. Ia mulai meremas-remas.

“Pak...jangan...”

Tiba-tiba saja, mobilnya berhenti. Kupandangi jalanan terlihat sepi. Aku tidak tahu daerah mana ini.

Pak Kasman kini sibuk memasukkan tangannya ke balik bajuku. Namun agak susah karena ada anakku sedang kupangku.

“Pak...sudah...ayo pulang!”

“Bu, saya ingin sekali lagi. Saya ketagihan.”

Pak Kasman adalah satu dari sekian lelaki yang pernah bercinta denganku yang memiliki penis paling besar. Itu didukung dengan postur tubuhnya yang tegap.

“Tapi ga mungkin di sini.”

Pak Kasman menghentikan gerakannya. “Kita cari hotel ya?”

Aku tersentak. “Tidak sekarang. Aku takut suamiku sudah pulang.”

“Pasti belum.”

“Jangan, Pak.”

Pak Kasman diam sejenak. Sebelum akhirnya, dia merelakan kemauannya.

“Baiklah. Tapi ada satu syarat.”

“Apa itu?”

“Ibu oral punya saya.”

Astaga. Dasar lelaki!

“Oke. Tapi setelah itu pulang.” Jawabku tanpa pikir panjang.

Aku memindahkan anakku ke kursi tengah agar bisa berbaring. Pak Kasman membantuku. Setelah selesai, aku langsung menuju selangkangan Pak Kasman.

Kuraih gundukan di selangkangannya. Kuremas. Rupanya sudah mulai mengeras. Kuremas-remas terus. Kemudian tanganku meraih resleting celananya. Kuturukan resleting itu agar memberi ruang bagi batang yang sedang berkembang ukurannya.

Gundukan itu dibungkus CD berwarna merah maroon. Aku meminta Pak Kasman menurunkan celananya beserta CD-nya juga. Maka mencuatlah sesuatu yang pernah mengaduk-aduk vaginaku dulu.

Kugenggam dan mulai mengocoknya. Pak Kasman tidak diam, tangannya meraih payudaraku. Meremasnya. Aku tidak lagi khawatir dengan keadaan di luar, bagaimana jika orang-orang melihat kami.

Kuterus mengocok penis Pak Kasman. Penis itu sudah tampak tegang. Aku pun segera menurunkan kepalaku. Mulutku membuka dan langsung melahap batang kejantanannya yang besar itu.

Tangan Pak Kasman masih di payudaraku. Kudengar ia mulai mendesah, menikmati kulumanku di penisnya.

Kukulum penis Pak Kasman. Penis itu terlalu besar hingga mulutku tak dapat menampung seluruhnya. Kesepong juga sesekali dan kujilati juga seluruh bagian batangnya bahkan buah zakarnya. Itu, kurasa, makin membuat Pak Kasman nikmat.

Tangan Pak Kasman sudah menyelinap di balik bajuku. Tangannya sudah bisa meraih payudaraku dan menyentuh putingnya secara langsung. Ia memelintirnya dan membuatku merasa geli dan enak.

Aku semakin cepat menaikturunkan kepalaku. Pak Kasman semakin kuat mendesah. Aku jadi semakin bersemangat. Tapi tak lama setelah itu, Pak Kasman menakan kepalaku agar penisnya makin terbenam di mulutku. Aku membelalak. Dan kurasakan penisnya menyemburkan sperma. Cukup banyak. Sperma itu langsung masuk ke tenggorokanku. Mau tak mau, aku menelannya.

Aku mengangkat wajahku. Kubersihkan sisa sperma Pak Kasman di lubang penisnya. Kujilati sampai bersih.

“Makasih ya, Bu. Ibu memang hebat.”
Aku diam tak menjawabnya. Aku mengambil tissue di tasku. Kubersihkan mulutku.

“Ayo pulang.”

Tanpa diduga, wajah Pak Kasman bergerak ke arahku. Kemudian ia mengecupku. Lalu ia pun melajukan mobilnya.

Saat sampai di rumah, Pak Kasman juga ikut turun dari mobil. Ia mengantarku sampai depan rumah.

Setelah Pak Kasman pulang, aku baru sadar bahwa HP-ku masih di dashboard mobilnya. Aku lupa. Bagaimana caranya aku mengambilnya?

Aku pun berpikiran untuk meminjam HP tetangga. Aku keluar rumah. Saat di luar, kulihat Pak Restu sedang berjalan. Pikiran nakalku langsung muncul. Aku memanggilnya.

"Iya, Bu?"

"Saya perlu bantuan Pak Restu, bisa ngga?"

"Insyaallah, saya bisa, Bu."

"Saya boleh pinjam HP-nya ga? HP saya ketinggalan di mobil teman. Sementara suami saya masih di luar. Saya mau pinjam untuk memastikan keberadaan HP saya."

"Oh, boleh kok, Bu."

Pak Restu langsung menyodorkan HP-nya padaku. Aku menerimanya dan mulai menghubungi nomorku.

"Halo, Pak HP saya ada di mobil bapak tadi. Tolong disimpan...... Nanti saya ambil. Alamat Bapak di mana.... Baiklah. Kapan dan di mana?..... Hah? Baiklah.... Terimakasih, Pak."

"Ini, Pak. Sudah." Kukembalikan HP milik Pak Restu. "Terimakasih."

"Sama-sama, Bu." Jawabnya sambil tersenyum kepadaku.

"Bapak dari mana?" Tanyaku.

"Hmm..ini dari rumah Bu Gani. Ambil barang."

Lalu aku teringat dengan cerita Bu Gani perihal CD Pak Restu yang disimpannya. Pak Restu pasti baru saja mengambilnya. Tapi, di mana CD itu? Disimpan di sebelah mana? Ah, apakah CD itu langsung dipakainya? Apa Pak Restu saat ke rumah Bu Gani tidak memakai CD? Sehingga ia langsung memakainya di rumah Bu Gani? Atau Bu Gani sengaja menyimpan CD baru? Setelah ia bercinta dengan Pak Restu? Astaga. Kenapa pikiranku jadi seperti ini?

"Saya permisi dulu, Bu." Pak Restu pamit dan berlalu dari hadapanku.

Kemudian, aku teringat dengan Pak Kasman. Ia mengajakku bertemu di hotel. Aku tahu rencananya. Sudah bisa kupastikan bahwa ia akan mengajakku bercinta.

(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd