Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KONSULTAN SKANDAL [LKTCP 2020]

Tante_Kumis

Kakak Semprot
Daftar
11 Jan 2018
Post
194
Like diterima
373
Bimabet
Konsultan skandal
Selamat malam, semua~
Tanteu mau berbagi sedikit kisah tanteu selama malang melintang di dunia perlendiran. Kebetulan ada pengalaman tanteu yang cucok dengan thema LKTCP tahun ini. Tentu saja ga selamanya bikin kantong menyan kalian cenut cenut. Sesekali ada nyess sekaligus gemeusnya loh.
Selamat menikmati yaaaaa
:hati:

Disclaimer!
1. Seperti yang syudah dijelasin di atas, ini based on true story. Jadi kalo ada kemiripan nama tokoh, TKP, atau bahkan char di cerita ini, harap diam diam ya. Apa yang di expose di underground, biarlah tetap di underground.
2. Mohon maaf apabila ceritanya ga se-wow cerita milik suhu suhu di sini. Tanteu hanya ingin meramaikan sahaja.
3. Harap maklum jika lebih banyak ngalor ngidulnya daripada SS, karena tanteu selalu percaya bahwa setiap cerita memuat proses untuk mencapai tujuan. Highlight-nya adalah bagaimana si tokoh utama mendapat apa yang dia inginkan. Kalo gasuka, ga usah di vote ya mas maaaass.. Tak perlu lah meninggalkan komen kasar yang bikin pedes mata pas baca.

Akhir kata, let the story begin.


KONSULTAN SKANDAL

Char
*Siti*


*Pak Putra*





You said that you will always be.
Without you, i feel lost at sea.



Suara merdu Sandro Cavazza memenuhi sebuah kamar ukuran 4*5.
Di atas peraduan, seorang wanita berusia 26 tahun masih tertidur dengan pulasnya.
Without You-nya Avicii yang dipilih jadi alarm hp karena lagunya nge-beat pun tak mampu membuatnya terjaga.

Alih-alih beranjak, dia malah menunda alarmnya 30 menit kemudian lalu lanjut tengkurap. Wanita itu bernama Siti. Dari kelakuannya yang menunda-nunda waktu, kita bisa tahu, Siti adalah kita.

Char
Siti


Hwuaaaaa! Mati gue mati gue mati gueeeeeeee!!!!!! *Kraiiiii


Aku dengan tergesa gesa mempercepat langkahku menuju gate B yang menjadi pintu masukku menuju pesawat tumpanganku. Hampir saja aku terlambat karena jalanan yang begitu macet, belum lagi saat akan melakukan check in. Antriannya lumayan panjang padahal waktu penerbangan sudah begitu dekat.

Setelah kudapatkan nomer kursi juga menunjukkan kartu identitas pada petugas penjaga gate B tersebut aku lalu berjalan menuju pintu masuk pesawat melewati garbarata yang menghubungkan gate itu dengan pintu pesawat ini

"Huffft. Untung masih keburu." gumamku lega dalam hati. Secepat kilat kududukkan pantatku di atas kursi pesawat kelas bisnis. Keren yak? Keren lah~
Wong dibayarin kantor ini. Aku senyam senyum menatap ke luar tepat ketika pesawatku lepas landas.
See you again, Jekarrrrrdah.

Selama 2 Minggu ke depan, aku ditugaskan ke suatu kota kecil menggantikan Pak Panut, analis lingkungan senior yang sibuk mempersiapkan resepsi anaknya 2 minggu lagi. Duh ribet amat emang jadi horang kayah. Segalanya kan sudah disiapkan oleh WO, mulai dari catering, MUA, sampai MC dan hiburan. Kok yo beliau mau-maunya ikut berepot repot ria. Bahkan beliau sudah ambil cuti dari minggu sebelumnya. Se-totalitas itu beliau loh andil dalam prosesi pelepasan putri tunggalnya ke dalam pelukan pria lain secara legal.

Perusahaan yang aku datangi ini adalah salah satu pabrik kertas terbesar di Indonesia. Entah kenapa pabrik ini harus dibangun di dekat geopark yang juga paling besar di dunia. Makanya, kementerianku secara periodik selalu mengirimkan analis untuk inspeksi IPAL perusahaan tersebut. Sebenarnya, kami terdiri satu tim yang terdiri dari 4 orang. Tapi, tiga diantaranya sudah berangkat kemarin. Kenapa aku diberangkatkan belakangan? Karena kementerian mencari seseorang untuk menggantikan Pak Panut. Alhamdulillah... Kali ini aku yang terpilih.

Sekarang aku mau istirahat dulu deh ah~ Secara yaaaaa, kota kecil tempat pabrik itu berada terletak 4 jam lagi dari bandara KNO. Perjalananku pasti melelahkan. Dan aku yakin besok akan lebih melelahkan lagi. So, aku kudu bobo syantik buat nabung tenaga. See you, all





Aku baru saja sampai dan gila gila gilaaaaa what a breath-taking view i saw here. Aku sampe speechless ciyusan ih. Segera aku meminta tolong ke supir jemputan perusahaan agar berhenti untuk take beberapa foto.
Yang akhirnya jadi keputusan yang aku sesali. Di luar mobil dingin banget sampe merinding akutuuu. Ku tatap hpku, masih jam 3 sore tapi dinginnya luar biasa. Mana anginnya kencang lagi huhuhuhu.

Dan kayanya aku salah kostum deh. Iiiiihhh kesel kesel keseeeeel. Blazer sama midi skirt ku ga matching buat foto foto di puncak bukit. Padahal view-nya langsung ke danau dan itu instagrammable banget. Akhirnya, aku memutuskan untuk ambil beberapa foto pemandangan dan mengupload-nya di akun Instakilo dan WhyApp milikku.


Aku terbangun di kamar hotel yang dipesankan perusahaan. Sembari terduduk, aku memijat pelipisku.
Duh. Udah berapa lama sih, aku ketiduran? Padahal udah bobo di pesawat juga. Dan pas dijemput supir dari Medan ke Danau Toba juga aku sempat bobo sebentar. Lama-lama aku kaya nini-nini. Ringkih banget. Dikit-dikit cape. Cape dikit ngantuk. Apa karena kurang ngeue ya? Udah semingguan aku ga ngeue. Iiiihhh bodo ah~
Rutukku sambil beranjak ke kamar mandi.

Aku memeriksa hp ku. Tuh kan, ada banyak notif dari InstaKilo dan WhyApp. Pasti mereka ngomenin story aku yang nge-posting view Danau Toba dehhhhhhhh.
Aku langsung ngebalesin chat WhyApp satu persatu. Terutama dari @Nona_Rahasia dan @Sanji_Onepiece. Mereka berdua ini adalah temanku di forum UG dan selama 3 tahun terakhir kami berkomunikasi di real life juga.


Nona_Rahasia: uwu syikili yah danaunya, beb. Semoga kamu betah di sana yaaaaa :hati: :hati:

Me: Muucih doanya, sayang akuuuuhhhh :fgenit:

Sanji_OnePiece : ciyeehh yang lagi di pedalaman
Me : ih ena aja. Tadi pas aku lewat, ada Indomelar dan Alfamelarat kok sebelah sebelahan.

Entah siapa yang memulai, pokoknya kedua minimarket retail tersebut telah dijadikan tolok ukur kemajuan sebuah peradaban secara tak tertulis.

Sanji_OnePiece : Terus gimana? Udah nemu euean di sana?
Me: πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ belom lah. Belom sehari juga di sini. Tapi, Ji, kayanya bakal susah deh nemu partner eue di sini. Ini kan bukan di ibukota provinsinya

Sanji_OnePiece: Bukannya itu daerah wisata? Kan rame orang. Pasti ada banyak bule juga.
Me: Ada sih, beberapa.

Aku mengingat ingat bahwa di sepanjang perjalanan ada banyak backpacker bule. Ada yang sendiri. Ada yang bergerombol.

Me: Nggak semudah itu juga, Ji. Kamu kira aku talent Fake GoCar? Kan kamu tau aku tuh gabisa euean tanpa penjajajakan minimal beberapa hari sebelumnya.

(Aku memang bukan penikmat sex tipe 'match di dating app-langsung ketemu-ngeue-crot-kelar)

Sanji_OnePiece: Feeling gue nih, ya.... Kayanya kamu bakal eue sama dua orang di tempat kamu nganalis ini.


Me: Hwuaaaaaa
Eue sama orang satu tempat kerja? Edun hahahahahaahh. Emang bisa? Ini agak pelosok. Lagian yah, Ji. Kayanya karyawannya anak baik baik deh.

Aku berani bicara begitu karena telah bertemu managernya, mas mas duda umur 33. Tadi sebelum ke hotel, aku menemuinya dan memberi surat perintah tugas. Perintah langsung dari Pak Panut karenaaaa si manager area ini deket sekali dengan Pak Panut.

Kami ngobrol agak banyak dan deseu sempat cerita bahwa Pak Panut udah kaya' ayah angkatnya sendiri. Sama kaya aku dong. Di divisiku, Pak Panut itu udah seperti ayah bagi kami. Cuma yah, part paling ngeselin itu pas dia cerita banyak soal perusahaantapi tak sekali pun melihat ke arahku.

Sanji_OnePiece: Siti ampun deh. Di pelosok itu lebih banyak undercover story-nya. Trust me.

Me: I know... Tapi, kalo di tempat kerja, kayanya aku kudu mikir beberapa kali deh, Ji.

Aku mengamini pemaparan Sanji dan menepis di saat yang sama. Setelah berpakaian, aku turun untuk makan malam bersama tim analis sudah lebih dulu turun ke resto hotel.
DAY 1

Hari ini hanya perkenalan dengan sebagian kecil staf staf di kantor dan menemui beberapa supervisor serta kepala produksi di pabrik. Aku sebenarnya agak kurang nyaman dengan tim-ku karena diantara mereka bertiga ada Renny.

Tanpa alasan yang jelas, Renny kurang suka terhadapku dan rasa tak sukanya itu tuh ditunjukkin terang-terangan banget. Alasan dia sih karena gaya berpakaianku yang menurut dia ga terlalu syar'i dan aku berpakaian seperti itu untuk menggoda cowok cowok.

Aku cuma make blazer abu abu dengan celana bahan item. Bingung juga. Bagian mananya yang menggoda? Dasar wedhokan ra jelas. Lagian buat apa juga aku pake lipstick mahal mahal buat menarik perhatian cowo cowo yang mungkin nggak tau bedain Mac dengan Purbasari
Iiiiih puh-leez deh ah. Aku kan dandan buat diri sendiri. Gimana sihhhhh!!!

Apalagi tadi pas perkenalan dengan staf-staf kantor, ada satu laki-laki yang agak ramah ke aku. "Oh jadi Bu Siti ini yang gantiin Pak Panut ya? Pak Panut ada cerita soal saya ga?"

Laki-laki itu langsung disorakin staf-staf lain.


"Huuuuuu bapak ini kalo liat ceweee aja. Langsung keluar deh, naluri buayanya."

Ibu ibu yang lain nyeletuk, "Bu Siti, hati hati aja deh sama Pak Putra. Apalagi kalo dia nawarin tebengan, jangan mau."

Lelaki itu, Pak Putra, ngeloyor ke ruangannya karena malu.

Mungkin cuma perasaanku, aku sempat menangkap Renny memutar bola matanya sewaktu Pak Putra basa basi busuk ke aku.

Masalahnya bukan itu. Naluriku sebagai wanita member forum seks berkata, Pak Putra itu player.

Penglihatanku sekilas mengikuti tubuh tingginya yang keluar ruangan. Dan napasku mulai ga beraturan. Pak Putra terlihat 10 tahun lebih muda dari usianya. Kerlingan matanya agak nakal. Sedikit brewok yang baru dicukur. Uuuuhhh itu enak banget digesekin di leher pas foreplay.

Otot bisepnya yang liat. Posturnya lumayan atletis. Perutnya sih ga kaya roti sobek tapi rata dan liat kaya otot lengannya. Kaya' nya dia sering olah raga. Tingginya deseu 180-an dan pinggul ga terlalu gede. Oke.

Demi semua fitur yang dimilikinya.....
Demi aku yang mekinya udah semingguan ga diganjel...
Pikiranku kacau.
Demi Neptunus, aku kebelet ngeue...
Lace underpants ku basah. Shit!


--------------


Renny sedang becandaan dengan Thobias Sirait dan Rifqi sambil sesekali membahas tentang penduduk yang ternyata sering demo ke pabrik. Mau sebagus apapun pengelolaan limbah di pabrik kertas ini, tetap saja ada limbah yang ternyata mereka buang ke danau. Dan para penduduk khawatir usaha keramba ikan air tawar mereka terganggu karena limbah itu.

Aku? Aku diam saja. Sambil melihat lihat Tinder-ku yang memang, ehm, sepi. Asli deh, nearby user-nya ga banyak. Yang paling deket juga bule-bule. Sisanya cowo cowo random yang berjarak puluhan bahkan ratusan km dari tempatku.


Duh malesin deh. Cuma dua Minggu di sini, itu pun karena kerjaan. Ngapain juga aku nemuin cowo ga dikenal sampe setengah hari perjalanan? Dan aku juga yakin mereka nggak mau buang waktu buat nyamperin aku.


Huhuhuhu aku engas, engas, dan engas terab. Kayanya siapa aja yang ajakin aku ngeue, aku bakal open legs easily, dehhhhhhh.

"Sit, kok ga dimakan ikan mas-nya?"
Rifqi menyentakkan lamunanku. Aku tersentak ke dunia nyata.

"Eh....Oh iya, aku masih jet lag kaya'nya." Diingatkan seperti itu, aku mulai menyantap makan siangku, gulai ikan mas khas daerah sini.

"Kamu tuh kudu lebih fokus dong, Sit. Kita tuh di sini kerja. Apalagi kamu bisa ada sini kan karena gantiin Pak Panut." Renny nyerocos. Pedes. Tapi dia memang benar. Makanya aku diam saja.

Thobias mulai merasa nggak enak dan berusaha mengalihkan pembicaraan
"Eh aku mulai males lah sama grup steril kita. Banyak boomer kemaruk main WhyApp, suka kali ngirimin jokes bapak-bapak. Jijik kali aku!"

Aku tersenyum tipis. Thobias barusan terdengar seperti Mak Beti sewaktu dia membahas grup steril kantor kami. Sudah rahasia umum kalo semua instansi pasti punya grup WhyApp yang ga ada bos sebagai member-nya. Kami juga begitu. Tapi yah karena di Kementerian banyak staf yang sudah pada tua, tetap aja banyak yang bossy dan ngeselin.

Setelah makan siang, kami tenggelam pada pekerjaan agar pelaporan-nya sesuai dengan target yang diberikan. Empat belas hari.

----------

Aku masuk ke kamarku dengan gontai, melepas pakaian, lalu nyusruk ke bedcover hanya dengan lace undergarment. Aku sedikit bersyukur dapat kamar sendiri dan tak harus menghabiskan malam dengan Renny.
Kalo ada dia kan aku kudu pakai pakaian yang lebih lengkap.

Aku tak bisa tidur. Engas benar-benar melanda sampai ke ubun-ubun. Ditambah cuaca yang sangat mendukung dan view kamarku yang langsung menghadap danau. Huaaaaa benar-benar tersiksa aku malam ini.

Setelah makan siang, kami benar-benar bekerja keras. Bolak balik ke kantor, ke pabrik lalu ke IPAL yang jauhnya 3 km dan kudu jalan kaki. Sorenya, ketika staff kantor pulang ke mess dan perumahan karyawan, kami malah ke coffeshop milik bule yang sudah puluhan tahun longstay dengan alasan terlalu cinta dengan Danau Toba. Di situ kami menggarap laporan hari pertama dan memasukkan dokumentasi yang kami ambil. Dan selesainya pas semua orang kelar makan malam. Sebagian besar justru aku, Thobias, dan Rifqi yang ngerjain. Renny? Live di InstaKilo dong, kalo dia lagi di Danau Toba dan berhenti setelah Thobias mendampratnya
"Kau ikut kerjakan jugak lah woy. Ngapain pulak kau sok sok cantik pake live IK. Yang nonton pun cuma 4 orang. Tadi pas si Siti melamun, kutengok sibuk kali mulutmu itu ngata-ngatain dia."

Hihihi. Sukurin. Kadang punya temen yang lambenya kaya Samyang Nuclear ada untungnya juga.

Aku masih menatap plafon kamarku. Berusaha keras meredam nafsu yang dari tadi meronta-ronta minta dituntaskan. Dalam aku mengutuk kenapa sampai lupa membawa sextoys-ku. Ku pikir beban kerja akan membuatku lupa akan hasrat seksual. Ternyata aku salah. Aku lupa kalo aku ditugaskan ke daerah dingin yang udaranya bikin kita cewek-cewek tuh selalu pengen ditusuk, eh, dipeluk.

Aku menangkap secercah harapan dari layar ponselku yang memancarkan cahaya temaram. Penerangan satu-satunya di kamarku yang gelap dan dingin.
Aku membuka aplikasi Tinder. Siapapun match dekat dekat sini yang cucok, kudu ku wot malam ini juga. Terserah deh, rekam se-timku mau bilang apa. Bodoamat!!!!!

Dengan sumringah, ku buka Tinderku yang memang sengaja ku mute notifikasinya agar tidak menggangguku yang tadi sedang bekerja.
Wow. Banyak match dan chat masuk. Beberapa diantaranya bule bule yang memang ku swipe right. Sisanya laki laki sekitar. Engga semuanya local guy, ada juga yang kerja di Pemda dan yang lagi kerja periodik seperti aku.

Ku buka chat-nya satu satu

*VCS yuk*

Ih ogah. Unmatch.

*Dek, minta instakilo-nya dong*

Paling benci akutuuuu sama laki laki yang main Tinder lalu nanya IK. Like, seriously? Rerata yang main Tinder tuh nggak cari jodoh. Ngapain terlalu banyak minta private info dari temen nemu di dating app? Pasti ini tipe cowo visual yang mau liat fisik doang deh. Yang mau ngulik-ngulik IK cuma buat kepoin sejauh mana wanita itu memuaskan secara fisik di matanya. Kalo ada angle foto yang dirasa ga menarik, langsung deh dighosting. Duh modhuss buaya murahan.
Setelah puas ngomel dalam hati, apakah yang aku lakukan? Tentu saja unmatch lah!!!

Him: Hay, cantik.
Me: Hello.
Him: Bio-nya 'a sapiosexual who looking for some fun.' Sapiosexual itu apa ya?
Me: Googling, atuh.
Him: Sorry ga ngerti bahasa Inggris. Googling maksudnya apa ya?

Aku nggak nyari yang ganteng juga. I know who i am. I am not a Victoria's Secret model. Tapi laki laki kaya gini? Ga mudeng tentang apapun? Duh nggak termaafkan!!! Bilang hay-nya juga pake Y nggak pake I.
Hihhhh!!! Ndesit!!! Unmacth aja deh.

Setelah sibuk unmatch sana sini, aku melihat harapan terakhir dari match yang ini. Ganteng banget. Tinggi. Atletis kaya Pak Putra.
*Eh


Jam tangannya Fossil dan itu ori. Lumayan okelah. Dia pegawai kementerian seperti aku. Entah apa yang dilakukannya di sini tapi yang penting aku ngeue malam ini.
Jantungku berdegup ketika membuka chat-nya.

Him: Dek, pernah isap telor, nggak?


JDER!!!!!!! MAJOR TURN OFF ANYING!!!

Nasib pria ini selanjutnya sangatlah menyedihkan. Aku mengajaknya pindah ke WhyApp lalu mengomelinya habis-habisan. Setelah kulihat chatku centang biru, WhyApp-nya dia ku block dan Tinder-nya ku unmatch

Tapi, nasibku lebih mengenaskan lagi. Aku jatuh tertidur dengan kepala pusing dan meki yang basah serta denyutan. Betul-betul malam jahanam.


DAY 2

Hari ini nggak banyak yang perlu diceritakan. Seperti biasa, kerja keras bagai kuda pacuan. Bedanya, kuda pacuan beneran dikebiri agar hanya fokus untuk balapan, sedangkan aku tuh kaya kuda betina yang gelisah karena you knowlah, mekiku minta dikawin.

Beneran yah, engas yang tak tersalurkan itu memang mempengaruhi mood. Renny yang hari ini kembali menyindir seperti kemarin-kemarin akhirnya kutimpali dengan nada ketus. Pak Putra yang berusaha berbaik hati dengan memasukkan tim kami ke grup WhyApp kantor pun kutanggapi sekenanya. Yang excited menanggapi Pak Putra malah Renny. Thobias dengan Rifqi jadi saling sikut melihat tingkahnya.

Aku berusaha fokus ke laptopku tapi nggak sanggup.
Akhirnya aku chat Sanji sambil galau

Me: Ji
Him: Apa? Tumben kamu chat aku di jam kerja.
Me: Gapapa kok. WhyApp Web ini. Bisa Nyambi dan nggak keliatan kalo lagi main HP.

Kebetulan posisi dudukku berada di titik buta-nya CCTV kantor.

Him: Oh. Pasti ada yang penting sekali.
Me: Certainly. Ji, aku engas.
Him: *emoticon kesel* Kita temen. Aku nggak mau ngeue sama temen.
Me: Iya tauuuuu... Siapa juga yang mau ngeue. Aku cuma laporan.
Ji, aku engas dan nggak tau kudu gimana. Aku nggak bawa sextoys. Pengen ngeue sama Tinder match tapi di sini tuh mulutnya kuproy semua. Aku kudu piye?

Tumpah sudah uneg-unegku. Memang nggak bisa mengurangi engas tapi setidaknya aku lega.

Him: Di sana kan rada pelosok. Bukannya lebih bebas kalo mau ngeue?

Me: Yha bebaslah. Kan banyak hotel di sini. Tapi aku nggak nemu cowo dari dating app. Apalagi member forum di. Di sini beda dengan Jekarrdah yang pick up lines-nya bisa macam macam.

Him: Kalo gitu, kamu lebarkan sayap aja di RL.

Me: Ji, nggak bisa gitu dong, Ji. Ini ruang lingkupnya kecil.

Him: Kamu nggak nemu target potensial di situ? Di kantor? Sama sekali nggak ada?

Dia bertanya untuk memastikan. Aku langsung teringat Pak Putra dan kudukku mulai meremang. Aku jadi ingin lebih cepat merasakan penisnya. Dan selangkanganku makin becek. Fuck!

Me: Ada. Satu.

Him: Beneran cuma satu?

Me: Sebenernya, yang oke ada dua. Yang satu kayanya player. Yang satu lagi alim banget.

Aku membuka grup WhyApp kantor. Kali ini dari HP. Melihat DP WhyApp Pak Putra dan Pak Manajer.
Ku screenshot keduanya lalu ku kirim ke Sanji cepat-cepat. Nggak enak aja kalo nanti beredar selentingan bahwa analis IPAL dari Kementerian kerjaannya main HP pas jam kerja.

Aku melihat ke laman WhyApp web dan melihat chatroom-ku dengan Sanji. Gambar yang kukirim kan langsung centang biru.

Terlihat dia sedang mengetik lalu meng-quote foto Pak Putra.

Him: Jadikan ini targetmu. Tingkat kesulitan hampir tidak ada. Naluri kamu bener dong. Dia ini fuck-able. Yang kedua kayanya nggak usah main main deh. Dia lurus banget.

Me: Oke. Terus gimana caranya aku make a move? Ji, aku baru kali ini hunting di RL.


Harus ku akui, aku deg degan. Jantungku detaknya tak beraturan. Memulai perburuan di real life resikonya lebih besar. Mudah mudahan enaknya sebanding. Aku membayangkan tonjolan di celana Pak Putra lalu huhuhuhu aku makin becek. Nyesel berat pake thong hari ini. Aku makin nggak nyaman dan thong yang hanya menutupi sebagian kecil belahan mekiku ikutan basah dan bikin aku jadi ngerasa gatal.
Kompilasi yang pas untuk membuat seorang wanita harus ngacir ke toilet.

Ini baru pertama kalinya aku ke toilet kantor ini dan jauh dari bayanganku tentang toilet kantor di perusahaan yang terletak di kabupaten. Toiletnya lumayan mewah.
Bilik water closet-nya bersih dan kering.

Minusnya cuma satu. Jejeran cermin dan wastafelnya bisa keliatan jelas dari pintu keluar toilet yang langsung bertemu dengan koridor. Dan di ujung koridor ada toilet cowok. Itu artinya, cowok yang mau ke toilet bisa melihat aktivitas kami di depan cermin.

Aku masuk ke bilik toilet dan membuka celana. Aku iseng iseng mengobok-obok mekiku dan banyak lendir menempel di jari-jariku. Entah apa yang membimbingku, aku memotret lendir lendir itu.

Lalu aku membuka separuh thongku. Lendir yang menempel di sana lebih banyak lagi. Bercak basahnya sangat jelas. Lalu aku memotret bercaknya. Beserta mekiku yang setengah ter-ekspose.

Ihhhh kenapa aku jadi makin engas? *Kraiiiiiii so hard

Aku melihat sekeliling bilik. Kebetulan di dalamnya pakai WC duduk dan oh, ada jet washer. Tak pernah sebahagia ini aku melihat jet washer. Aku membuka semua penutup tubuhku di bagian bawah sampai bottomless lalu mulai beraksi


Haiiii para wanita wanita forum, adakah di antara kalian yang pernah masturb dengan jet washer? Kalo iya, sini pelukan sambil saling nempel nenen.

---------


Aku keluar bilik closet dengan perasaan girang sehabis orgasme. Lemes bokkkk! Kedua kakiku gemeteran sampai-sampai aku berpikir tak usah ikut lembur hari ini.

Aku mematut diri di depan cermin. Merapikan letak bra-ku lalu mengancingkan kemejaku. Tadi aku sempat mainin puting sambil masturbasi pakai jetshower. Itu sebabnya pakaianku bagian atas agak berantakan.

Di luar pintu toilet, aku dikagetkan oleh sosok seorang pria. Pak Putra!
Dia tersenyum penuh arti dan tak berkedip sama melihat ekspresi terkejutku.
Pertanyaannya, berapa lama dia mengamati gerakanku? Apakah cukup lama untuk tahu bahwa aku masturb?
Suara air yang keluar dari jet shower secara simultan, kancing kemeja terbuka sampai 3 biji, bra yang letaknya berantakan. Siapapun bisa menduga bahwa aktivitas yang dilakukan pasti tak biasa.
Apalagi player semacam Pak Putra.

Tapi ih, kok aku makin engas? Kok aku malah pengen dia tau? Kok aku malah pengen dia ngeDS aku di toilet?

Aku cepat cepat mengangguk ke beliau, tersenyum sungkan, lalu cepat cepat pergi sebelum pikiranku lebih liar lagi terhadapnya.


-----------------


Sanji: Huahahahahhah. Terus gimana? Ah. Nggak seru. Kenapa kamu nggak minta dia ngentotin kamu aja sih?

Ingin ku getok rasanya kepala Sanji. Aku udah menahan malu setengah mati demi nyeritain pengalamanku pagi tadi, dia malah ngakak.

Me: Gila kamu! Nggak mau ah. Ntar kami ke-gap. Kamu kan tau sendiri sanksi sosial untuk cewek yang ketangkap mesum lebih besar daripada ke cowoknya.

Him: No. Dia lebih senior daripada kamu. Pangkat, jabatan, gaji, dan reputasi. Kalo ada yang harus dijaga, dia yang harus lebih menjaga dirinya daripada kamu menjaga diri kamu.

Aku terdiam. Sanji ada benarnya. Lalu dia melanjutkan,

Him: Coba tadi kalo kamu cepet sadar, terus lama-lamain benerin kancing baju kamu di depan dia, wuihhhhhhh kamunya pasti udah diterkam. Dan selesai deh, masalah kamu.

Me: Tapi dia lakor huhuhu aku takut.

Him: Kamu kan nggak ngerebut. Cuma minta sedikit air dari botolnya karena kamu haus.

Me: Iya juga sih, Ji.

Aku mulai kemakan omongan Sanji. Aku cuma pengen ngeue, bukan minta dinikahi biar dapet hartanya Pak Putra.
Yang membingungkan ku, bagaimana caranya memulai serangan ke Pak Putra secara halus?

Di dunia alter, aku tak segan segan untuk memulai duluan. Cowok-cowoknya banyak yang open minded soal siapa yang harus memulai. Ini real life, bokkk!! Kudu alusss mainnya. Jangan nanti dia berpikir aku terlalu agresif lalu dia kabur.

Kalo kabur doang mah mending. Lha ini? Ngember kemana-mana.
Udah kentang karena cowonya kabur, dipermalukan pula. Wah, itu bukan peran yang ingin aku mainkan.

Sanji: Terus gimana, Siti?

Me: i am in. Terus, cara modhussssnya gimana?

Him: Kalo dari cara kamu cerita soal dia yang ngeliatin kamu mulu senyam senyum sampai nggak berkedip, kayaknya dia tertarik juga deh sama kamu.
Kamu keren. Kamu dapet target yang bikin aku nggak perlu berpikir terlalu keras.

Me : Kayaknya terlalu mudah, deh. Gimana kalo targetku itu Pak Manajer aja?

Him: Aku udah bilang dia lurus banget, Siti Marissa Siregar. Aku nggak ngeremehin kamu. Dan sebagai konsultanmu, menurutku, dia ini cukup menarik untuk dijadikan target.

Tapi ingat, kamu cuma dua minggu di situ. Cukup dua minggu lalu kaburlah seperti tak pernah terjadi apa-apa.

Me: Cukup sekali ngeue lalu walk away kan? Aku rasa dia bukan tipe yang terikat setelah ngeue. I mean, dia bisa dapat target lain yang lebih wow daripada aku.

Him: Jangan mau terikat. Ikatan loh yang bikin banyak drama. Kamu kerja di sana dan kamu masih probation sebagai ketua tim analis IPAL.

Oke. Cukup kata pengantarnya. Kamu mau kita mulai sekarang?

Me: Mulai apa?

Him: Go texting him.

Me: Anjay. 'Pak Putra, ngentot yuk.' Gitu, Ji?

Him: Ya enggaklah, bego.

Sanji tampaknya mulai serius mendeklarasikan dirinya sebagai konsultan skandalku, jelas terbaca dari gaya textingnya yang mulai nge-gas.

Him: Dia di kantor sebagai apa?

Me: Kabag Keuangan. Dia sebenernya nggak terlalu berkaitan dengan kerjaan aku. Tapi, dia kaya selalu berusaha bantuin.

Aku mengingat-ingat kejadian pasca dia ngeliatin aku berkaca di toilet. Setelah itu, dia jadi makin berusaha menarik perhatian, semisal nyamperin aku dan tim-ku lalu bilang ke kami untuk menghubungi dia kapanpun kami menemui masalah di kerjaan.

Bahkan dia nyuruh Togar, OB kantor buat nganterin brunch pas tim kami diskusi soal pengambilan sampel limbah dan air danau.

Him: Bagus. Kamu make a move deh. Gini, pabrik kaya gitu nggak mungkin nggak punya lab untuk meneliti sampel bahan kan?

Me: Loh? Kalo soal itu kan kami bisa pakai laboratorium dinas lingkungan hidup di sini.

Him: Alasan kamu, kamu perlu meneliti sampel di lab mereka, baru ke lab dinas terkait. Sebagai bahan perbandingan biar lebih independen aja hasilnya.

Aku terdiam. Tokcerrrr gila si Sanji ini.
Ini sih alus banget modusnya. Laporan analis IPAL milik pabrik itu yang diteruskan dari kabupaten ke provinsi selalu berbeda dengan laporan yang kami terima dari masyarakat melalui ombudsman. Itu sebabnya kami tim analis lingkungan dari kementerian yang harus turun tangan.

Him: Ya udah, Sit. Texting sekarang.

Me: Oke.





Me: Sore, Pak Putra. Maaf mengganggu waktunya. Saya Siti Marissa Siregar, analis dari KL**
Kalau mau pinjam lab kantor, adakah perbedaan prosedur dengan peminjaman lab milik dinas? Terima kasih sebelumnya, Pak.

Setelah tekan send, aku turun ke resto untuk makan malam dengan Thobias. Rifqi dan Renny katanya sudah makan duluan dan sedang cari cemilan ke Indomelar.

------------

Thobias dan aku sedang bersantai di kamarku. Kami berdua rebahan pakai sheetmask milik Thobias yang selalu nyetok. Takut? Engga. Thobias nggak suka sama perempuan gengs.
Beberapa puluh menit kemudian, Thobias bersih bersih dan pamit ke kamarnya.
Aku mafhum. Ini sudah jam 9 dan pacarnya selalu ajak videocall jam segini, kapanpun Thobias dinas luar.

Tepat saat itu, Sanji nge-WhyApp aku.

Him: Gimana, sit? Udah 3 jam nih. Udah direspon, belom?

Me: Lah aku baru inget aku texting Pak Putra. Bentar ya.

Aku kaget melihat thread chat kami. Terlihat centang biru di sana. Chatku yang tidak dibalas. Hanya dibaca saja. Aku mulai putus asa. Ah. Saatnya mengadu ke Sanji.

Me: Ji, nggak dibales, Ji. Huaaaaa aku malu banget 😭😭😭

Him: Sabar. Mungkin waktunya belom tepat untuk balesin kamu.


Tring!

Notifikasi di atas screen-ku menunjukkan balasan WhyApp dari Pak Putra udah dateng


Me: Ji, dibales, Ji.

Him: Its show time.

--------------


Pak Putra (PP): Maaf, Bu. Baru balas. Perihal peminjaman lab kantor, bisa ibu tanyakan ke Kabag Sarana dan Prasarana.

Lalu dia melampirkan sebuah kontak. Terbaca nama Panggabean Sarpras di sana.

Me: Baik, Pak. Terima kasih.


Dalam hati aku agak sedikit kecewa.
Yahhhhhh gini doang, keluhku.

PP: Sama sama, Bu Siti. Ngomong ngomong, sudah jam segini. Kenapa belum tidur?

Aku bingung harus jawab apa. Ku japri si Sanji yang ternyata masih online. Ku forward chat dari Pak Putra.

Me: Ji, Ji. Aku harus jawab apa?

Him: Yeeee natural aja, mah. Dia harusnya bisa close percakapan kalian pas kamu bilang sama sama. Lha ini dia malah basa basi. Thats a good sign. You go, girl. *tepuk pantat

Me: Oke


---------------

Me: Iya, Pak. Saya biasa tidur jam 11 ke atas.

Pak Putra: Duh kasihan. Lagi di kota orang, malah susah tidur. Karena nggak ada yang nemenin ya?

Aku kaget. Kenapa rasa-rasanya penjajakanku ini terlalu mudah?

Me: Heheheh gitu deh, Pak.

Pak Putra: Kan sudah ada bantal guling yang nemenin.

Ku tatap bantal gulingku yang bentuknya seperti pocong. Huhuhuhu ini om om cunihin kenapa malam Jumat ngomongnya kaya' gini sih? Kan ngeselin.

Me: Jangan ih, Pak. Ini malam Jumat. Kalo bantal gulingnya bisa ngomong, kan malah serem.

Pak Putra: Hehehehe kok malah serem? Kan asik ditemenin. Bisa dijadikan selimut lagi, biar hangat.

Aku bingung maksudnya apaan. Segera ku forward chat PP ke Sanji.

Me: Ji, maksudnya apaan?

Him: Yeee lu kaya nggak ngerti aja, Sit.

Me: Kok aku bacanya malah cringe ya?

Him: Kamu ngarepin yang gimana buaya kabupaten heh? Yang penting kan dapet eue-an. Tutup mata aja dulu sama hal hal cringe-nya dia

Me: Oke.

----------------

Pak Putra: Bu Siti lagi sibuk, ya? Soalnya balasannya agak lama.

Me: Maaf, Pak. Lagi chat juga sama pacar.

PP: Oh begitu. Iya pulak ya. Perempuan cantik kaya Bu Siti pastilah sudah ada yang punya.

Me: Ehehehehe gitu deh, Pak.

--------------------

Me: Ji, gimana, Ji? Garing banget. Aku nggak kuat.
*SC dikirim

Seperti yang kuduga, Sanji kirim emoticon ngakak merespon SC yang kukirim.

Him: πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ Dia bapak bapak baru belajar main WhyApp kali. Kamu jangan mundur, Sit. You are almost there. Kamu pura pura salah kirim foto aja. Sama yang cringe gini nggak usah pake basbisbus. Nanti kamu makin ilfeel. Terus gagal ngentot. Terus aku lagi deh yang dicurhatin.

Me: Sialan kamu. Oke deh

------------------

Me: *sending picture*

Aku mengirim foto thong basah (dan mekiku yang ter-ekspose setengah) yang ku ambil tadi pagi di toilet.
Tanpa menunggu lama, langsung centang biru dong.

Aku langsung untuk menghapus foto-nya untuk semua orang.

PP: Loh, kok dihapus, Bu Siti?

Me: 😭😭😭😭😭 Maaf, Pak. Saya salah kirim. Saya online sama pacar saya. Tadinya foto itu buat dia.

PP: Kirim lagi dong, yang. Belon sempat diliat, udah dihapus. Kok gitu amat sama Abang?

Me: Maaf ya, Pak. Saya kok jadi malu, berani beraninya ngirim foto jelek ke bapak.

PP: Kok panggil bapak. Saya kesannya tua kali. Panggil Abang aja.

Me: Panggil mas boleh?

PP: Oke, yang.

---------------

Sanji: Hey, Lovebird. Share me some fun.

Me: Wait. Hihihi.
*Mengirim gambar

Aku mengirim SC chat-ku dengan Pak Putra ke Sanji

-------------------
PP: Mana sih, yang? Lama kali. Mas nungguin nih.

Me: Malu, Mas. Lagian aku takut istri mas tahu terus marah.

PP: Enggak. Mas jamin nggak akan ketahuan. Mas simpen baik baik fotonya.

Me: Nggak mau.

PP: Isss adek gitu kali. Mas udah tegang ini kontolnya. Adek nggak kasihan sama mas?

Me: Oke. Aku mau ngirim asal mas juga ngirim punya mas.

PP: Gampang.
*Gambar diterima.

Whoaaaaa ini orang πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
Dia ngirim foto dia ngaceng pake face. He such a Daredevil.

Me: Wow. Ya udah. Itu fotoku.
*Mengirim gambar.

PP: Nggak sekalian susunya, yang? Sekalian nampakkan wajahnya.

----------------

Me: Ji, gimana dong, Ji? Dia minta foto mulu. Kan kamu tau aku paling males kasih kasih foto ke calon partner eue-an.

Him: Buset dah. Belom apa apa udah gini amat, Sit.

Sudah pasti respon Sanji akan sama sepertiku.

Him: Gini deh. Kamu bilang aja kaya gini...

Sanji menjelaskan hal-hal yang harus aku katakan ke Pak Putra agar kami besok wajib ngeue, yang langsung ku copy-edit-paste ke office lite di hp ku
Pak Putra: Cepatlah, yang. Lama kali. Mas udah nggak tahan lagi

Me: Aku ngirim foto susu kelihatan wajah ke mas, terus aku dapat apa?

Pak Putra: Dapat semuanya lah, yang. Besok mas bakalan bikin sayang klepek klepek.

Duh cringe parah 😭😭😭😭😭 aku nggak kuat asli. Daripada ujung-ujungnya aku block ini orang, mendingan aku cepet-cepet paste chatnya Sanji deh.

Me: Jelasin dulu kita mau ngapain besok

PP: Dicintai, disayangin, disentuh deh, pokoknya.

Me: Maksud mas, kita ML?

PP: Yes! Ya udah siniin fotonya.

Me: Nggak mau. Besok kan kita ML. Besok kan bisa mas bukain sekalian.

PP: Iya deh, yang. Mas ngalah aja. Apa sih yang engga buat kamu, yang.

Me: Jam berapa? Dimana?

PP: Besok aja mas kasih kode.
Udah dulu ya, yang. Mas mau pulang. Ini mas lagi bela belain nongkrong di lapo tuak punya kawan mas demi balesin WA kamu, yang.

Aku ngakak seketika baca chat WhyApp dari Pak Putra. Kabag Keuangan pabrik kertas yang bonafid ternyata mau juga nongkrong di lapak tuak.


Reaksi yang serupa juga ku dapati dari Sanji setelah aku mengirim SC-an chat WhyApp kami.

Sanji: Udah deh. Buruan bobo kamu, Sit. Nabung tenaga sana. Ciyeeeeee yang besok digenjot Pak Putra.

Btw, besok kamu kudu setor FR ke aku. Awas kamu kalo PHP-in aku. 😎


Me: Siap, Pak Konsultan. <😎



Ternyata malam Jumat itu nggak selamanya nyeremin ya. Hihihi. Aku justru melalui malam ini dengan senyum kemenangan. Belom lagi penisnya Pak Putra yang bikin cewe-cewe pengen nge-WOT. Tak sabar rasanya aku menunggu eksekusi besok.



Day 3.

Aku celingukan mencari sosok tinggi atletis Pak Putra. Biasanya dia datang pagi pagiiii banget.
Gerak-gerikku sedemikian jelasnya sampai Renny menyadari bahwa aku sedang mencari sesuatu.

"Kamu kenapa sih?" Ketusnya sambil mengunyah ombus-ombus yang dibawanya dari resto hotel.

"Aku lagi cari cowok ganteng." Ujarku melambaikan tangan ke Thobias yang menghampiri kami. "Hi, mate." Dia menyodorkan cokelat panasku. Dia tadi bikin minum ke pantry dan nawarin aku apakah mau sekalian dibuatkan minuman, yang tentu saja tawarannya ku iyakan.
Andai dia bukan gay, aku pasti sudah jatuh cinta padanya.

Renny yang melihat Thobias membawa 2 mug langsung nyeletuk, "Wow. Ada cokelat panas. Pas banget nih, dicelup sama ombus ombus."

"Bah, kalo mau, kau bikinlah punyakmu sendiri." Tandas temanku itu yang direspon Renny dengan manyun yang (menurut diri Renny) cute.

"Sit, gimana? Kita jadi minjem lab buat neliti sampel air danau yang mau kita ambil lagi besok?" Thobias membuka percakapan.

"Jadi kayaknya. Aku udah bikin surat permohonan ke Kabag Sarpras. Rencana memang mau diserahin hari ini." Aku menjawab Thobias sesaat setelah menyesap cokelat panasku.

"Oh gitu. Eh, Rifqi mana sih?" Dia bertanya lagi.

"Biasa. Rifqi kan anaknya kudu nyetor ke toilet setelah sarapan."

Thobias baru akan memulai ghibah soal Rifqi dan kelakuan ajaibnya tetapi terhenti karena Togar, OB kantor menghampiri kami.
"Buk Siti. Ibuk disuruh Pak Putra ke ruangannya."

Aku langsung bangkit dengan semangat. "Wish me luck, guys."

------------

Aku mengetuk pintu ruangan Pak Putra. Dia sendiri yang membuka pintunya lalu menguncinya.
"Wow. Siapa yang sudah tak sabar?" Pikirku geli.

"Siti." Dia memelukku. "Mas udah pengen kali"

Aku diam saja. Tak mau terkesan murahan padahal mekiku sudah basah minta disumpelin pake penis. Sikap diamku mengundang rasa penasarannya.
Dia mulai melumat bibirku dan oh....


Bibirnya enak banget

Salah satu dari bibir terenak yang pernah singgah.

Ritme ciumannya tidak terburu buru. Pelan namun membara. Bibir bawahnya lembut memagut dan ku balas dengan menyedot sambil menggigitnya pelan.
Pengeluaran salivanya terkendali.

Aku tak tahan. Ku arahkan tanganku ke pipi dan merayap ke belakang kepalanya, sedikit meremas dan menjambak. Lalu menuruni punggungnya perlahan. Dia mengarahkan tanganku yang sebelah lagi untuk meremas penisnya yang, oh ya ampun, sudah terbuka menghunus.

Kapan dia melakukannya?

Pak Putra menaikkan rok panjangku, lalu membuka kemejaku sebagian, tanpa aku harus melepas blazer dan jilbabku. Dia bersorak tertahan menyadari aku pakai thong.
"Pantesan garis CD mu nggak pernah keliatan selama ini, yang."

Ternyata oh ternyata, dia merhatiin bokongku selama ini. Damn. Dia duduk di sofa ruangannya. Membimbingku agar mendudukinya dengan posisi reverse cowgirl.
Duh belum-belum mekiku udah gatel, kebayang rasanya digarukin penisnya yang tegak minta ditelan.
Digeserkannya thong-ku ke pinggir bibir mekiku.

Ah. What a fuckin player. Aku suka banget dientot tanpa harus lepasin thong atau g-string. Kesannya kinky aja gitu. Aku mulai menggesekkan pinggulku tak sabaran.

Dia tahu. Dia tahu begitulah caraku merengek. Yang dilakukannya hanya menggesek kepala penisnya maju mundur di dekat lubang vaginaku.
Aku menoleh ke belakang, melemparkan tatapan protes.
Dia tersenyum nakal. Tatapannya seolah berkata, "Cravin for my dick, bitch?"

Tangan kirinya memegang pipiku. Aku tak tahan. Langsung kuemut jari jarinya. Tangan kanannya mengobok obok mekiku.
Enak banget aku rasanya seperti mabuk berat tapi aku tetap pengen dikontolin.


Aku diam, pura pura kalah. Dia tak lagi mainin mekiku, tapi mulai menggesek-gesekkan lagi palkonnya di labiaku yang sudah berleleran lendir. Pinggulku tak lagi bergerak. Tangannya tak lagi mengarahkan penisnya untuk menggesek. Melainkan memainkan kedua putingku yang mengeras sejak tadi.
Dengan sentakan cepat, aku langsung menduduki penisnya sampai amblas semua.


Dia kaget tapi tidak mendorong pinggulku agar penisnya dari cengkeraman mekiku. Tidak. Dia malah menaikturunkan pinggulku agar mekiku digaruk semua oleh penisnya.
Penisnya seenak perkiraanku. Panjangnya pas, serviks-ku masih tersentil palkonnya pas aku dudukin sampai mentok.

Dia memelukku dari belakang agar aku merapat dan kami saling berbalas lumatan. Iiiihhh aku bisa orgasme cepat cepat kalo gini.


Tapi....

Dia mengerang perlahan. Kurasakan penisnya berkedut lalu menyemburkan sesuatu. Tiba-tiba saja terasa hangat.
Aku hendak berdiri tapi dia menahan pinggulku. Tenaganya begitu kuat. Dia malah menggoyang goyangkan pinggulku maju mundur seolah aku ini bonekanya saja. Ini enak banget tapi ohhhhh terlalu cepat. Orgasmeku masih lama. Mekiku masih meronta minta dientot. Mana dia keluarnya di dalam. Gimana kalo aku hamil?

😭😭😭😭😭😭


Aku berusaha merapikan pakaianku lalu keluar dari ruangannya. Dia bahkan tak minta maaf sudah kelepasan atau menahanku. Aku loh yang mau di-eue. Tapi nggak tau kenapa, kok aku kesaaaaaal banget.

Ada perasaan yang tak bisa dijelaskan. Aku kenapaaaa? 😭😭😭😭😭

Setelah bersih bersih diri di toilet, sepanjang hari kulewati dengan diam saja. Dia keluar ruangan seolah tak terjadi apa apa. Dia bahkan nggak nge-WhyApp aku, apakah aku masih kentang atau enggak.
Dan pulang kerja nanti aku harus ngubek-ubek kota kecil ini untuk mencari postinor. Asu!
-----------


Pak Putra: Malam, yang. Lagi ngapain?
Me: Udah deh. Nggak usah WhyApp aku lagi
Pak Putra: Kenapa, yang? Mas ada salah apa?
Me: Pake nanya. Aku kentang, tau. Mana mas pake crot dalam segala lagi. Gimana kalo aku hamil?
Pak Putra: Kamu nggak akan hamil. Tenang aja. Kalo kamu kentang, besok kita ML lagi. Gimana?

Pesannya tak ku balas lagi. Ogah deh. Males aja kalo besok ending-nya sama seperti hari ini. Wow bisa makin sensi akutuuuu.

Untuk mengalihkan kekesalan, aku melihat-lihat story WhyApp orang-orang.
Pak manager baru update story dan setelah diingat-ingat, story-nya selalu tentang kebaikan dan membantu sesama. Aku tersenyum kecut. Aku terlalu 666 untuk dia yang 212.

Entah karena terlalu lelah bekerja atau terlalu memikirkan kejadian tadi pagi, aku ketiduran.
Day 4

"Serius, Sit? Pak Putra ngentotin kau?" Thobias melongo tak percaya ketika aku curhatin.
Aku tak menjawab. Aku menyodorkan hp ku yang memuat chatroom kami. Dia menariknya tak sabaran.

Dia semakin kaget. HP-ku hampir dijatuhkannya.
"Pelan-pelan hoi. Cicilannya masih 6 bulan lagi." Omelku.

"Terus, kamu kentangnya kenapa, Sit?"
Tanyanya ketika kami jalan bersebelahan dari hotel ke kantor. Kami sengaja menolak dijemput supir kantor hari ini agar punya waktu dan tempat untuk curhat.

"Aku baru goyang-goyang bentar, Bi. Nggak sampe 5 menit. Eehhh dia keluar. Nggak bilang-bilang, lagi. Pas aku mau kabur, dia nahan aku. Kan jadi crot di dalam." Cerocosku panjang lebar.

Thobias muntab. "Wah. Xianjing. Gimana kalo ntar kamu hamil?"

Aku menggeleng. "Aku udah minum postinor."

Thobias menghela napas. Dia sama leganya seperti aku. Ah. Memang teman yang baik kau ini, Bi.
"Kamu kalo kentang, pusing, nggak?"

"Banget." Aku cemberut.

"Huahahahahah aku nggak bisa bantu, Sit. Aku sukanya ditusuk." Dia tersenyum melecehkan. "Padahal ya, aku sempat ngebayangin enaknya ditusbol Pak Putra. Eh tau tau, lebih cepet dari masak Indomie. Besok-besok kalo dia ngajak ngentot lagi, kamu bilang aja sambil masak Indomie. Jadi, kelar ngentot kalian makan deh tuh Indomie-nya."

Aku ikutan ngakak. Tuh kan aku nggak jadi kesal kalo udah curhat sama dia. Thanks for made my day, Bi.

"Bi, ini tuh Sabtu. Kita masuk setengah hari doang. Kamu nggak mau jalan kemana gitu?" Ajakku.

"Atur aja, Sit." Dia menunjukkan sikap affirmative atas ajakanku.
---------------

Hari ini Pak Putra menyuruh OB kantor untuk memintaku lagi ke ruangannya, yang tentu saja tak ku gubris.

Seolah tahu aku memberinya silent treatment, dia chat aku dari WhyApp berkali kali yang hanya ku baca saja.

Sejenak aku merasa menang, tapi yang terjadi setelahnya lebih menyebalkan. Atas hasutan Pak Putra, Pak Panggabean Kabag Sarpras menolak permohonan peminjaman lab milik kami. Yang sebenarnya kami malah senang karena nggak harus capek-capek dua kali uji sampel di lab perusahaan dan di lab UPT dinas terkait. Lagian peminjaman lab milik perusahaan semata-mata hanya karanganku dan Sanji untuk modusin Pak Putra

Tapi aku tetap nggak terima karena Pak Putra telah melakukan power of abuse ke kami. Padahal dia seharusnya takut ke tim analis. Bukankah pabrik bisa tutup kalo kami menyabotase laporan IPAL-nya? Kan dia bisa jobless. Huhuhuhu inilah akibat terlalu menuruti nafsu. Dan aku tak bisa berkutik. Dia pasti jadikan soal euean ini buat ngelawan aku kalo aku protes soal penolakan peminjaman lab.

Aku yang masih kesal karena kentang.
Benci karena dia crot dalam seenak udel.
Dan nggak terima karena dia abuse his power

Akhirnya melakukan hal yang hampir saja menghancurkan karirku.

-------------------

"Pak, bapak nggak bisa seenaknya menggunakan kekuasaan bapak untuk menolak permohonan kami tanpa sebab yang jelas. Kan semua masalah ini berawal dari sikap bapak. Kalau saja bapak tidak keluarin di dalam seenaknya, perlakuan saya ke bapak mungkin akan lebih bersahabat. Awas aja kalo saya sampe hamil."

Aku mengirim chat sekasar itu ke WhyApp Pak Putra sore ini.
Lima belas menit kemudian, langsung centang biru. Tapi tak dibalas.

Sebagai gantinya, ada nomor telepon asing meneleponku membabi buta dari WhyApp. Karena tak merasa mengenal nomor tersebut, aku mengacuhkannya.

Lalu ada chat WhyApp masuk.
"Sore. Ini dengan Buk Siti?"

Aku bingung. Baru kali ini ada orang yang tanpa memperkenalkan diri langsung memastikan siapa lawan chatting-nya. Pasti orang bego deh. Udah deh, males banget malesin yang beginian.
Sebenarnya perasaanku kurang enak, tapi aku mengabaikannya. Bukankah sekarang aku mau keliling kota dengan Thobias?

--------------

Aku baru saja akan tertidur setelah kecapean jalan jalan sama Thobias tapi batal karena WhyApp yang baru masuk dari Pak Putra. Aku sampai lupa skincare-an.

Pak Putra: Yang, kita ketahuan. WA kamu tadi sore kebaca istri mas. Karena ada kata kata crot dalam dan hamil, dia nggak percaya kalo kita nggak ada apa apa. Senin depan, dia maksa kita bertiga menghadap ke Pak Azwar. Dia selalu pegang hp mas kalo sore sore.
Kemarin kemarin dia nggak mempermasalahkan karena kamu cuma bahas soal peminjaman lab. Dan dia tau kamu siapa karena nomor hp kamu juga ada di grup WA kantor. Harusnya kamu tunggu aja mas yang chat kamu dari WA.


Berarti yang tadi nelpon aku secara membabi buta itu istri Pak Putra?
Ya Allah. Rasanya aku mau pingsan

----------------


Day 5

Hari ini hari Minggu tapi rasanya aku tak ingin turut ketiga anggota tim ku untuk jalan jalan ke kota. Aku ingin sendiri. Begitu jawabku ketika diajak mereka. Seperti gay pada umumnya, Thobias sangat peka dan mencium ada yang tidak beres dari gelagatku. Tapi dia menungguku siap untuk cerita. Dia tak pernah mendesak kalau aku belum siap.


Sambil sesengukan, aku menelepon Sanji dan menjelaskan petaka yang menimpaku.

"Ji, gimana dong? Aku masih anak ikan, aku nggak mau dipecat karena ini."

"Nggak mungkin. Pejabat yang selingkuh sama artis dangdut aman aman aja kok, Sit. Dan kamu dipecat kalo dilaporin bininya. Kalian berdua kan yang ngeue, kalo kamu dipecat, dia juga terseret loh."

Tangisku pecah. Dan aku sempat-sempatnya mengeraskan volume tv agar tangisku tak kedengaran sampai keluar.

"Sit, masih ada sisi baiknya. Cowok kayak Putra kayaknya bakal posesif sama selingkuhan. Anggap saja ini tiket kamu untuk walk away dari dia."

Jenius. Dia masih sempat berpikir seperti ini. Tapi tentu saja aku lebih mengkhawatirkan karirku.


"Tapi aku nggak akan punya muka buat masuk kantor, Ji."
Tukasku di sela-sela isakanku.

"Akan sangat baik sekali kalo skandal kamu ini belom ketahuan, Sit. Seenggaknya kamu kan nggak minta dinikahi. Jadi, kalo ada yang ngata-ngatain kamu pelakor, kamu masih ada power buat ngebantah."

"Tetap aja aku akan dijelek-jelekin karena ngeue sama suami orang. Kok aku apes banget sih? Udah kentang, malah dapet malu huhhuuhuhu."
Penghiburan dari Sanji tetap saja tak mampu membendung air mataku.

"Kalo dia mau ngember, ancam balik. Kemaren temen kamu bilang apa? Ngeue sama dia lebih cepet dari masak Indomie? Kamu bilang aja gitu ke depan dia dan istrinya Senin nanti. Biar mereka berpikir untuk nyebarin aib kalian. Khukhukhukhukhu. Coba deh kamu pikir, laki-laki mana yang rela harga dirinya terinjak gara-gara satu kabupaten tau dia ejakulasi dini?"


Ah. Sanjiiiii kamu bener bener deh, konsultan skandal terbaique. The best affair consultant everrrrrr
Kalo gitu, aku yakin aku mampu menantang dunia, meskipun aku takkan sampai 14 hari di kota ini.
Oke deh, guys. Aku udah agak tenang sekarang. Saatnya aku bobo cantik yahhhhh. Sampai ketemu Senin nanti.
Akan tetap kuceritakan kisahku sampai selesai.

See you~



-Fin-
 
Terakhir diubah:
oke, bahasa agak berat, agak kekinian tapi dibalut dengan gaya yg mudah dimengerti
naisss~

semoga sukses suhu ceritanya
:hore:



yg pertamax tua banget
 
Wow bahasanya lumayan berat ni. Tapi masih bisa ane baca. hehe.

nice story hu :cif:
 
Eike nitip lapak dulu ya tante cakep....ih...jadi makin cakep aja nih si tante...ditambah kumis pak raden nya yang ehm...ehm...ehm....rindu eike ama tante....hihihi....
:pandaketawa:
 
Ceritanya mantap tan, meskipun gk happy ending, hehe, emg gk seru tan hunting di daerah situ, ketahuan bisa jdi hot news di sana, hehe, makanya pada lebih betah merantau, :Peace::Peace:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd