Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Wow. Nambah lagi nih ceweknya.
Tapi jangan keras2 ya kak. Serem juga sih lama2
Laras bukan bagian dari cerita Siska ya. Itu cerita lain yang kutulis tahun lalu dan tidak ku upload di forum ini, karena ada dan banyak melibatkan anak dibawah umur. 😊
 
Maka dari itu, jangan diupload dimari.
Tapi bisa dibagi gak kira2 dibaca di forum apa ya?
Ane punya byk akun
wooow. Belum ada rencana upload. Mungkin aku akan buat yang baru dengan tidak melibatkan ABG. Hiihihi
 
BAGIAN 5

Vino berbalik badan meninggalkanku, membiarkan tubuhku yang masih dalam keadaan menggantung, tangan terborgol di atas kepalaku. Iiih sebel.. lepasin kek. Masa sih biarin aku begitu saja. Habis manis sepah dibuang. Hufff…

"Heeeeiii… jangan ditinggalin dooong.. lepasin Siska!!.. heiiii denger nggak siih!!" Teriakku ke Vino yang sudah menjauh belasan langkah dariku.

Kulihat ia menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh dan berbalik badan ke arahku.

"Kamu cukup diam disitu dan lihat saja ya cantik.. hehehe" ia berucap sambil menunjukku untuk tetap ditempat ini.

Ia berbalik badan melanjutkan langkah kakinya ke tubuh chef Jessica. Entah, apa yang akan dia perbuat. Mungkinkah dia mau menyiksa seperti yang dia perbuat padaku?

"Jangan siksa chef Jessica… please… lakukan sama Siska saja… siksa saja Siska sesukamu… please" ucapku mengiba padanya agar mau mengampuni perbuatan chef Jessica. Tapi, ucapanku tak digubris. Dia tetap melangkahkan kakinya ke chef Jessica.

Kulihat ke arah jam 2, chef Yongki masih pingsan. Jarak 6 meter di sebelah kiri, chef Jessica juga pingsan. Badannya terlentang dari arah jam 10 ke arah jam 2. Posisi kepalanya berada di arah jam 10. Pakaiannya terdapat robekan panjang dari kerah sampai perut. Aku berharap ada pahlawan yang datang membantu mengalahkan Vino sialan itu. Kalau dia kalah, pak Borgan bisa melelang tubuhku sesuai rencana. Kalau sebaliknya, ia akan membawaku ke Gunther von Hagens. Tubuhku dijadikan plastik, mengelupas seluruh kulitku. Kulit payudaraku dijadikan speed bag untuk bahan latihan tinju atau latihan MMA. Sisa kulit lainnya dijadikan bahan baku untuk perkusi atau drum set, bahan baku dompet, dan sepatu kulit. Dua pilihan itu pastinya aku bakal mati, tapi kesemuanya itu aku suka. Aaaah aku jadi bingung. Mengingat lagi apa yang tadi ia utarakan, aku malah membayangkan hal lain. Kalau saja tubuhku dijadikan plastik mirip manekin secara utuh tanpa memotong bagian tubuh dan mengelupas kulit indahku, terus Vino menjualnya ke mall buat bahan display pakaian. Mulai display pakaian berhijab sampai pakaian bikini sekalipun terpasang pada tubuhku. Syukur-syukur kalau dipajang bugil, jadi tubuhku bisa buat bahan mesum para pengunjung mall. Jadi, bisa untuk promosi dan daya pikat untuk menarik pembeli. Bukannya itu lebih bagus daripada dijual ke kampus buat bahan praktikum mahasiswa kedokteran? Kalau emang dijual ke kampus sih gak apa-apa. Yaa anggap saja amal nyumbang tubuh untuk ilmu pengetahuan. Para mahasiswa bisa melihat organ cewek secara asli, bukan yang bikinan pabrik dari plastik. Hmmmm.. kira-kira dari mahasiswa itu ada nggak ya diantaranya yang mesum dengan tubuhku. Mereka ngeliat payudaraku, membelahnya dan mempelajari jaringan dan kelenjar didalamnya. Namanya apa ya.. bentar-bentar, seingatku namanya mammary gland deh. Aku aja belum pernah ngeliat daleman dibalik payudara yang masih segar, mentok yang sudah matang dimasak seperti payudaranya Vivi. Jadi pingin deh ngiris salah satu payudaraku sendiri lalu kulihat dalamannya seperti apa. Teramat sangat jarang banget lho praktikum otopsi di kampus, dosen praktikumnya membelah payudara dan menerangkan jaringan-jaringan di dalamnya, mulai jaringan terluar dari kulit, puting sampai daleman ke tulang rusuk. Jarang juga dosen membelah memek, menjelaskan jaringan tipis pada memek yang panjangnya 6 sampai 10 cm, menjelaskan saluran urethra, panjang dan diameternya seberapa, menjelaskan kandung kemih, dan menjelaskan permukaan memek itu sendiri. Seringnya dosen membelah kulit pubis langsung motong mengeluarkan uterus dan ovarium lalu di tunjukin ke mahasiswa. Aku sudah pernah tanya ke temen SMA yang sekarang lagi kuliah kedokteran di universitas negeri dan ternama. Memang benar, jarang banget dosen praktikum yang seperti itu. Padahal payudara juga bagian dari organ penting, yaitu buat nenen hihihi. Sedangkan memek buat sarung kontol. Ups Hihihi. pastinya mereka senang dong bisa dapat payudaraku yang besar dan montok seperti ini, dan memek gundulku yang terawat untuk mereka dibelah dan diteliti. Dulu sebelum ketemu pak Borgan, aku punya imajinasi kalau tubuhku dijadikan cadaver hidup untuk bahan praktikum otopsi. Membayangkan tubuhku tidur telanjang di meja otopsi, lalu dibelah hidup-hidup sambil disaksikan dan dikelilingi mahasiswa dan mahasiswi, memamerkan tubuhku ke mereka. Aku juga membayangkan kalau yang ngajar praktikum dosen mesum. Sebelum membedah dan mengeluarkan organ dalamku, dia terlebih dahulu memotong kedua payudaraku hidup-hidup untuk anatomi. Salah satu dosen praktikum mengangkat putingku tinggi-tinggi sampai mengerucut, lalu dengan scalpel tajam di tangan satunya, pangkal payudaraku ia potong hingga seluruh payudaraku lepas secara utuh dan tentu saja masih segar. Jadi aku bisa merasakan payudara kebanggaanku lepas hidup-hidup meninggalkan dadaku. Aku juga ingin merasakan kalau memekku di potong hidup-hidup. Aduh, aku malah ngelantur terlalu jauh. >,<


Eh, kalau misalkan pahlawan itu bukan dari kubu Vino atau kubu pak Borgan, kira-kira aku akan diapakan ya? Atau aku minta aja dia untuk menerima perawan aku sebagai imbalannya. Itu kalau cowok, kalau cewek ya terserah aja maunya apa. Nyawaku pun akan kuberikan. Lalu, kalau pahlawannya itu hewan.. misal ada anjing atau serigala dari hutan belakang taman ini yang tiba-tiba menerkam Vino dan bawa kabur diriku. Ya aku juga pasrah, dimakan pun aku rela. Hihihi...

KRAAAAAK

Suara robekan pakaian chef Jessica membuyarkan lamunanku. Vino sedang membuka secara paksa pakaian chef Jessica dengan merobek-robeknya. Dengan kasar, Ia merobek pakaian atas, membuka lebar lembaran kain di dada chef Jessica, memperlihatkan bagian dada atas sampai perut secara utuh. Sehingga, sepasang payudaranya terlihat olehku. Aku tak menyangka, walaupun badannya mungil, tetapi ukuran payudara chef Jessica besar. Jika dibandingkan punyaku, payudara chef Jessica lebih kecil. Bentuknya sekal dan padat. Payudaranya tampak besar dengan ukuran badan rampingnya. Aku baru sadar, ternyata chef Jessica tak mengenakan bra, dan di dekat areolanya terdapat tato. Puting dan aerolanya hanya tertutupi oleh nipple pad berbentuk hati berwarna coklat. Aku benar-benar tak menyangkanya. Dengan jemari tangan kanan, Vino melepaskan nipple pad tersebut. Ia lepas nipple pad yang menempel pada payudara kiri chef Jessica, disusul sebelah kanannya. Ukuran putingnya mungil dan diameter aerolanya juga kecil.

Vino lanjut melepaskan pakaian atas chef Jessica. Ia mengambil pisau, membelah kain yang menutup lengan kanan sampai siku, kemudian ia lakukan juga pada tangan kiri. Setelah membelahnya, Ia letakkan pisau di sisi kirinya, lalu dengan tangan kosong ia melepaskan pakaian atas chef Jessica sepenuhnya hingga topless. Ia lempar ke sisi kanan pakaian atas chef Jessica yang telah robek tersebut. Untuk bawahan yang berbentuk rok, Vino menggunakan pisau untuk memotongnya. Cukup mudah baginya untuk melepaskannya. Sekarang yang tersisa tinggal celana dalam. Vino mengambil pisau, memotong celana dalam pada pinggul kiri dan kanan. Ia mengambil celana dalam yang telah ia potong dan menggabungkannya dengan rok yang sudah ia lepas, lalu melemparnya di sisi kanannya.

Kini, chef Jessica telanjang bulat mirip bayi yang baru dilahirkan. Badannya ramping, seramping violin stradivarius dengan dipadukan dengan kulit bersih dari wajah sampai ujung kaki. Aku akui badannya bagus, tapi punyaku juga bagus kok. Ya anggap saja body nya chef Jessica itu seramping violin, nah kalau body aku mirip viola. Bukan cello apalagi kontrabass. Itu sih kejauhan.

Sama sepertiku, ia sangat merawat tubuhnya. Dapat kulihat, pada kulitnya tidak terdapat stretch mark yang biasanya ada pada pinggul, paha, serta di dekat payudara bagian samping bawah. Tangan kanannya yang terbuka membentang membentuk siku-siku memperlihatkan kulit ketiak yang bersih. Di atas pangkal pahanya, bulu pubisnya tercukur rapi berbentuk landing strip berwarna hitam. Aku tak dapat melihat jelas kemaluannya, karena sepasang pahanya lurus sejajar menyembunyikan wujudnya dariku. Aku baru tahu, ternyata sepasang puting chef Jessica bertindik dan di samping payudara, tak jauh dari puting terdapat sebuah tato berbentuk tribal. Awalnya aku menduga hanya tato bergaris biasa. Setelah ku amati, tato itu jenis tato tribal.

“Seharusnya kamu tidak jatuh cinta sama si Yayan… apa yang kamu dapat darinya jess?" ucap Vino sambil mengelus rambut chef Jessica yang masih tak sadarkan diri.

"Cintamu dikhianati...” lanjutnya.

"Walaupun sudah bekas Yayan, aku akan menikmati tubuhmu" ucapnya segera melumat bibir chef Jessica. Tangan kirinya hinggap di payudara kanan, meremas-remasnya. Pipi kirinya ia cium dengan hidung dan mulutnya. Ia begitu menikmatinya. Tangan yang hinggap di payudara beralih ke wajah chef Jessica. Ia mengusap kening, menyibakkan helai-helai rambut yang menutupi, lalu mengecupnya. Kulihat di sebelah kanan, chef Yongki belum sadarkan diri.

Vino masih menikmati tubuh chef Jessica. Wajahnya terbenam menghadap ke tulang dada chef Jessica yang berada di lembah diantara sepasang payudara yang membukit tinggi. Tingginya sejajar sama lubang telinga Vino. Aku bisa tahu karena dilihat dari sini, dari sudut ketinggian mataku, tinggi puting chef Jessica sejajar articular lobule telinga Vino. Ia nikmati sambil kedua tangannya meremas-remas gundukan daging kenyal montok yang tak sebesar milikku. Jemarinya memilin sepasang puting bersamaan, lalu kembali meremas payudara. Saling bergantian antara meremas dan memilin.

"Hehehe enak banget kulitmu jes" ucapnya. Wajahnya berada dibawah payudara kanan chef Jessica. Ia menghirup, merasakan aroma sambil menjilati kulit bersih chef Jessica. Perlahan, wajahnya naik ke atas hingga puting kanan dicaplok oleh mulut Vino. Kok mirip rantaro ya, Mendaki gunung lewati lembah, Sungai mengalir indah ke Samudra. Hihihi

"Mmmmmhh…. Mmmmmhh" suara chef Jessica terdengar. Syukurlah dia sadar.

Chef Jessica membuka kelopak matanya. Ia menutup sejenak, lalu membuka kelopak matanya sebanyak 2 kali sampai ia mengetahui keadaan dan apa yang ada di hadapannya.

"Iiiih… Vinooo… apa yang kamu lakukan!!!!" Teriak chef Jessica melihat tubuhnya ditindih dan puting payudaranya dihisap Vino.

"Hehehe… " Vino cengengesan.

"Lepasin…. Lepasiiin… iiiih"Chef Jessica berusaha melepaskan diri dari Vino. Kedua tangannya mendorong-dorong wajah dan kedua kakinya menendang pinggul dan perut bawah Vino.

"Kamu jangan melawan. Nikmati saja jess.. hehehe” ucap VIno sambil mendekati wajahnya ke wajah chef Jessica. Ketika jarak wajah Vino semakin mendekat, wajah chef Jessica menghindar dengan memalingkan wajahnya ke arah kanan. Vino tak menyerah, ia mengikuti wajah chef Jessica lalu dengan cepat ia mencium bibirnya.

“Mmmmmmhh…” terdengar suara chef Jessica yang merapatkan kedua bibirnya saat Vino menciumnya.

Chef Jessica tidak tinggal diam. Ia tetap melawannya dengan memukul-mukul dan menendang VIno.

PLAAAKK

Tamparan keras telapak tangan kanan Vino mendarat di pipi sebelah kiri chef Jessica. Kulihat chef Jessica diam, sepertinya ia mulai nurut dan pasrah.

“Hehehehe…. gitu kan enak jess” ucap Vino

Vino kemudian menegakkan tubuhnya. Ia duduk diantara kedua kaki chef Jessica, lalu melucuti pakaiannya sendiri. Dimulai dari melepaskan jaket bertudung dengan melepaskan, menarik resleting pada bagian depan. Setelah lepas, ia lempar di sisi kanan. Ia membuka T-shirt disusul sepatu, kaos kaki, celana panjang, dan celana dalam. Ia juga melemparnya di sisi kanan sehingga pakaiannya dan pakaian Jessica menumpuk. Sekilas aku dapat melihat penisnya yang menegang berukuran besar.

“Mari kita mulai sayang.. Hehehe” ucap Vino.

Kulihat chef Jessica masih terdiam. Mungkin dalam pikirannya berkata lebih baik diam dari pada melawan.

“Aku sudah lama ingin menjadi kekasihmu, tapi semua berubah ketika Yayan yang kau pilih. Kenapa? Kenapa kau memilih dia ketimbang aku? Dia itu bajingan.. Dia itu mata keranjang. Kamu malah tidak mempercayai ucapanku… Lihat sekarang. Apa yang terjadi? Setelah dia mendapatkan dirimu, tidur denganmu, merenggut kesucianmu… dia mencari wanita lain… kamu dianggap ampas” Jelas Vino.

Chef Jessica masih diam seribu bahasa. Mulutnya tertutup rapat, gerakan pandangan matanya seolah memberikan isyarat dan bahasa yang tak dapat kubaca.

“Aku masih mencintaimu jess, aku belum pernah tidur sama wanita lain… Keperjakaanku hanya untukmu” Vino mencium kening chef Jessica.

Kulihat rembulan mulai nampak dibalik awan. Sinarnya menerangi kami semua yang berada dibawah naungannya.

"Toketmu emang juara jess… pas banget dalam genggamanku….” Ucap Vino. Kedua tangannya meremas-remas sepasang payudaranya chef Jessica.

“.***k kayak dia…” Ucapnya dengan memandang ke arah ku.

Deeeggh. Apa? Emang kenapa dengan payudaraku?

“Dasar munafik!!! Gini-gini kamu menyukainya kan?” ucapku ke dia.

“Emang aku suka, tapi aku menyukai toketmu sebagai speed bag. Nih, tanganku udah gatal lagi ingin mukulin toketmu. Tapi, nanti saja ya. Hehehe.. Emangnya siapa yang bakal makan toket sebesar itu? Aku kasih tau ya.. Toketmu itu banyak lemaknya tauu!! Bisa-bisa orang yang makan toketmu pasti sakit jantung koroner” ucapnya

Huuuffff masa sih. Aku belum tau soal itu.

“Bohong!!!” ucapku.

“Dibilangin malah ngeyel..” dia menggerutu.

Vino lanjut meremas payudara chef Jessica. Sepertinya ia lebih menyukai payudara chef Jessica daripada payudaraku. Dapat kulihat perlakuan yang dilakukan Vino ke chef Jessica lebih lembut daripada yang telah ia lakukan kepadaku. Aku masih kebayang ketika tadi ia mengangkat kedua puting dan areolaku. Rasa sakit yang kurasakan bercampur rasa enak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Apakah aku suka disakiti seperti itu? Disakiti dengan cara kasar dan diperlakukan sebagai samsak pukulan dia. Sepertinya asik juga payudaraku jadi speed drill. Mungkin dengan ukuran payudaraku ini, bisa jadi 2 buah speed drill yang ukurannya besar. Uuugh, entah mengapa membayangkan hal itu, memekku jadi geli. >,<

“Ssssshhh..” Suara desah chef Jessica memecah lamunanku.

Kulihat Vino melumat payudara kiri chef Jessica. Tangan kanannya meremas payudara kanan, dan tangan kirinya berada di selangkangan chef Jessica. Sepertinya ia mencoba menaikkan gairah nafsu chef Jessica. Tak ada perlawanan, sepertinya chef Jessica mulai menikmatinya. Tadinya ia mendorong-dorong wajah dan menendang VIno, kini ia terlihat pasrah. Sepasang tangan chef Jessica diam. Ketika mendesah, badan, kaki, dan sepasang tangannya bergetar, tapi gerakan erotis chef Jessica bukan pergerakan yang mengancam Vino.

“Aku cicipi memek bekasmu ya sayang… hehehe” ucapnya yang tak direspon oleh chef Jessica.

Kepala Vino turun ke arah selangkangan chef Jessica. Ia menyusuri kulit dari sepasang bukit kenyal ke arah bawah dengan wajah yang sangat dekat dengan kulit chef Jessica, dan ia lakukan dengan perlahan, menikmati aroma kulit yang mengkilap oleh air liur Vino akibat jilatan sebelumnya.

“Sssshhhh… aaahh” Suara dari mulut chef Jessica terdengar menggairahkan.

Vino sedang menjilat memek chef Jessica. Menstimulasi sambil kedua tangannya meremas sepasang payudara chef Jessica. Beberapa detik kemudian, ia memilin puting chef Jessica. Suaranya peraduan lidah dan memeknya terdengar pelan. Mungkin karena area taman labirin ini sunyi, jadi suara jilatan lidah Vino ke memek chef Jessica bisa terdengar olehku. Suara-suara itu, membuatku ikut terangsang. Membayangkan memekku juga diperlakukan demikian. Aaah rasanya pasti enak. Tadi Vino gak jilat memekku sih. Aku jadi mupeng deh. Sampai saat ini, memekku belum pernah dijilat cowok. Sesungguhnya kalau mau, Vino bisa mengambil kesempatan itu, tapi ia malah tidak menggunakan kesempatan yang sangat baik itu. Ya udah deh, mungkin ada cowok lain yang mau nyicipi jilatin memekku. Mudah-mudahan besok sebelum kepalaku lepas dari batang leherku, atau sebelum pisau guilltoine menyentuh leherku, aku bisa merasakan memekku dijilat cowok. Atau…. Sekalian aja memekku di perawani. Hihihihi

Sepertinya Vino tidak malu mempertontonkan adegan panas di ruang terbuka didepanku. Apa dia suka eksib ya?

Tangan kanan Vino yang berada di payudara kiri chef Jessica, kini ia lepaskan. Ia beralih menurunkan tangan kanannya itu ke dekat wajahnya.

“Aaaaahhh.. Vinooo” ucap chef Jessica.

Kulihat tangan kanan Vino bergerak maju dan mundur dengan teratur di selangkangan chef Jessica. Aku tak dapat melihat aktifitas apa yang ia lakukan. Jemarinya terhalangi oleh wajahnya. Jangan-jangan ia memasukkan jemarinya ke memek chef Jessica, atau menggesek-gesek klistorisnya? Iiiiih kasih lihat doong, aku pingin nonton. >,<

“Mmmmhh..” desah chef Jessica. Dadanya melengkung dan membusung. Kulihat pergerakan tangan kanan Vino semakin cepat memaju mundurkan tangan kanannya. Mungkin secepat piston mobil bermesin OHV V8 dengan putaran 8000 RPM, melebihi kecepatan hardisk laptopku yang berkecepatan 7200 RPM. Bahkan saking cepatnya, pandanganku nge-blur seakan retinaku tak mampu menangkap kecepatan kocokan tangan Vino ke memek chef Jessica.

“Ooooh… Ooohhhh.. ooh… oohh” Ucap chef Jessica.

“Mau sampe ya jess?” tanya Vino..

“I.. iyaa vin…” jawab chef Jessica.

“Ahhh… Vinooooo… vinooooo aaaaah” teriak chef Jessica.

Tiba-tiba tangan kanan Vino ia cabut dari selangkangan chef Jessica. Beberapa ruas jari tangan kanannya terlihat basah dengan memantulkan cahaya lampu taman.

“Hehehe… cepet banget orgamemu jess” Ucap Vino.

Jemari tangan kanannya Vino didekatkan ke wajah chef Jessica, memandangi cairan yang membasahinya. Kemudian, Vino memasukkan jari tengah ke mulutnya sendiri. Dari ujung jari sampai pangkalnya masuk seluruhnya. Rahang dan pipinya bergerak-gerak menikmati rasa sari pati cairan orgasme yang melumuri pada jari tengahnya.

“Hehehe rasanya enak banget jess. Nih coba kamu rasain” Ucap Vino seraya menyodorkan jari telunjuk tangan kanannya ke mulut chef Jessica. Tapi, chef Jessica menolak dengan tidak membuka mulutnya.

“Buka jess..” perintah Vino.

Chef Jessica tetap tidak membuka mulutnya. Mungkin ia merasa jijik mengemut jari seorang lelaki yang ia benci.

“Ayo dong.. Buka sayaang” rayu Vino.

Chef Jessica tetap tidak membuka mulutnya. Jari telunjuk Vino ia dekatkan menyentuh bibirnya, lalu chef Jessica memberontak dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

PLAAAAK

“Buka ******!!” perintah Vino dengan suara keras.

Oh my God. Baru pertama kali ini aku mendengar kata ****** dari mulut Vino. Kata itu seharusnya tidak pantas diucapkan ke seorang wanita, terutama chef Jessica yang ia cintai. Walaupun ia menyukainya, harusnya ia memilih diksi yang lebih baik. Kulihat chef Jessica mulai menurut. Ia membuka mulutnya, lalu dengan kasar Vino memasukkan jari telunjuk ke mulut chef Jessica.

“Gimana rasa memekmu sendiri jess... Enak kan?” tanyanya yang tak berbalas oleh lawan bicaranya.

“Jawab!!!” suara Vino lantang.

“Heeemm.. Hee emmm” Suara chef Jessica yang mulutnya tersumpal seluruh jari telunjuk Vino.

“Hehehehe bagus.. bagus.. Sekarang aku akan mencicipi jepitan memek bekasmu.. Siap-siap ya jess menerima kontolku ini” ucap Vino disusul mengubah posisi duduk dan membuka lebar kedua kaki chef Jessica dengan posisi missionary. Ketika Vino membuka dan sedikit mengangkat pergelangan kaki chef Jessica, aku dapat melihat jelas penis Vino. Tak kusangka ukuran penisnya panjang berwarna hitam. Aku dapat melihat dari samping, rambut pubisnya lebat mengalahkan lebatnya rumput di taman ini.

“Siap-siap menerima keperjakaanku ya sayang..” ucap Vino.

Chef Jessica tak menjawab. Bahkah, wajahnya tidak menatap Vino sebagai lawan bicaranya.

“Terimalah ini..” ucap Vino.

“Aaaaawwwww.. Sakit… sakit” disambut teriakan chef Jessica ketika Vino menekan pinggulnya dengan sekali dorong.

“Itu hanya awal saja jess, lama-lama kamu bakal keenakan.. Bukannya memekmu sudah pernah kemasukan kontol si Yayan? Memekmu sudah pengalaman merasakan kontol jess… ” ucap Vino sambil memaju mundurkan pinggulnya.

“Ahhh...oooh i..iya” ucap chef Jessica.

“Berapa kali kamu ngentot sama dia?” tanya Vino.

“Aaaah.. Se… sering sssshh” jawab chef Jessica.

“Hahahahaha, sering ngentot tapi masih sempit hahahaha” ucap Vino

Pinggul Vino bergerak dengan tempo pelan. Mungkin untuk membiarkan memek chef Jessica beradaptasi. Desahan-demi desahan dan suara peraduan dua kelamin terdengar sangat jelas. Suhu badanku meningkat dan tubuhku bergairah. Bibir bawahku sampai kugigit merasakan denyut pada memekku. Aaahh, gimana ya rasanya disodok kontol sebesar itu.

“Oohhh.. Nggggmhhh.. nnggmmhh ooohh.. oooh”

“Cuma setengah saja udah mendesah keenakan, apalagi seluruh kontolku yang masuk” ucap Vino sambil tetap memompa selangkangan chef Jessica.

“Aaaah.. Ja.. jangan.. Uuuhh, segini aja aaaaah aku gak kuat” ucap chef Jessica

“Mana tau kalau belum dicoba” ucap Vino

“Aaaaaw… awww… aaaah sakit” ucap chef Jessica mengetahui Vino mendorong pinggulnya semakin dalam.

“Ahahahahaahaha ini baru seluruh kontolku masuk jess.. Muat juga memek mu nampung kontolku.. Aku yakin kontol si Yayan gak sebanding dengan punyaku. Hahahaha” ucap Vino.

Memang benar sih, aku melihat potongan penis kekasih Jessica gak sebanding sama Vino. Ukurannya besar banget. Besar? Tiba-tiba aku teringat penis besar berwarna hitam yang sudah disunat digantung bersama dengan penis kuda dalam satu kail di ruang freezer. Kira-kira besar mana ya? Kalau lihat penis Vino dari jarak segini, aku tak bisa memastikannya. Persamaan penis di freezer dengan milik Vino cuma satu, yaitu sama-sama disunat. Kepala dan batang penisnya juga terlihat hitam.

Chef Jessica terdiam, matanya terbuka. Dalam kurun waktu 1 menit lebih, matanya tidak mengedip. Apa yang terjadi? Apakah rasanya semenyakitkan itu sampai chef Jessica tak bergerak sama sekali. Gerakan tubuh chef Jessica hanya merespon dari gerakan pompaan pinggul Vino. Gerakannya ia percepat. Aku mulai mendengar suara desahan dari mulut Vino.

“OOhhhh enak banget memekmu jess.. Memekmu mantap.. Beruntung banget si Yayan brengsek itu” ucapnya.

Air mata berlinang membasahi pelipis chef Jessica.

“Aaah… sakit… please.. Aaah stop.. Aaah.. memekku sakit… pleease… stop aaaaaaah” ucap chef Jessica sambil kedua tangannya mendorong perut Vino yang sedang mempercepat goyangannya.

“Hahahahahahahha….” Vino menyeringai dan tertawa. Ia tidak mempedulikan chef Jessica yang meronta-ronta, memukul, dan pinggulnya ia tarik berusaha melepaskan diri dari penis yang menusuk dalam ke lorong peranakannya. Kedua kakinya berusaha mendorong badannya dengan memiringkan tubuhnya ke samping. Tetapi dengan kedua tangan, Vino sigap mengunci sepasang pahanya. Ia terus memompa selangkangan chef Jessica tanpa memberi jeda untuk istirahat. Andaikan aku yang diperkosa seperti itu, mungkin aku juga melakukan hal yang sama. Bisa juga aku malah pasrah membiarkan memekku di tusuk penis panjang Vino dan ujung penisnya menyundul mulut rahim hingga membuat lubang servik ku terdorong semakin dalam. Atau... merobeknya, terus penisnya masuk menembus servik, masuk ke ruang rahimku yang berisi darah, dan pada akhirnya menembus fundus. Aku tahu, belum ada kasus penis bisa menembusnya, karena otot servik dan rahim sangat kuat. Tapi kalau bisa, berarti penis itu kuat banget dan ujungnya tajam. Aku pernah membaca surat kabar tentang pemerkosaan yang dilakukan hingga korbannya meninggal. Waduh, gimana caranya tuh diperkosa hingga meninggal. Apa mungkin penisnya menembus servik dan merusak uterus ya. Ahhh gimana rasanya ya. Aaw.. Aku malah horny >,<

DUUUGGG

Iiiiih ada-ada saja yang membuyarkan lamunanku. Oh tidaaaak, chef Jessica apa yang telah ia lakukan? Apakah ia tidak sadar konsekuensi yang bakal diterima? Kulihat kepala dan dada chef Jessica sedikit ke atas dengan dibantu tangan kiri menopang badannya. Tangan kanannya menggenggam sesuatu. Telapak tangannya berada di pelipis kiri Vino. Sesaat kemudian, dibalik kepalan tangannya aku melihat darah yang merambat pelan di bawah pelipis Vino, menuruni pipi hingga jatuh menetes mengenai tubuh chef Jessica yang berada dibawahnya. Kepalan tangan kanan chef Jessica ia buka. Oh my God, ia menggenggam batu dan mempergunakannya untuk memukul kepala Vino. Batu itu jatuh ke rumput. Terlihat ada noda darah yang menempel pada bagian batu yang tak simetris itu. Dari warnanya, aku meyakini batu itu adalah batu andesit. Dimana ia mendapatkannya? Mataku menelusuri di sekitar tubuh chef Jessica. Aku menemukan batuan andesit yang menjadi alas dan pijakan di taman ini, pada sisi pinggirnya ada bagian batu yang berlubang. Seharusnya bentuk batu berbentuk lingkaran itu utuh melingkat. Nah, di sebelah kanan chef Jessica batuan andesit sisi samping itu pecah dan berlubang, seperti dicukil. Ia gunakan pecahan batu itu untuk melawan balik Vino.

Tubuh Vino berhenti memompa selangkangan chef Jessica. Wajahnya kosong tanpa ekspresi. Tangan kanan chef Jessica yang menutupi sebagian pandangan wajah Vino jatuh di sisi kanan tubuhnya, memperjelas gambaran wajah Vino dari sisi samping.

"Hahahahahahahahahahahahahahaha" tiba-tiba Vino tertawa. Wajahnya mendongak menghadap ke atas. Tawanya sangat lebar, memperlihatkan gigi seri dan gigi taring sebelah kiri.

Apa kejiwaan Vino mulai terganggu? Aneh, mengapa ia malah tertawa ketika pelipisnya terluka?

“Hahahahahahahahahahahahahahahahaha” Suaranya semakin nyaring memecah keheningan malam. Chef Jessica tampak kebingungan, selangkangannya masih menempel dengan selangkangan Vino. Mungkin penisnya masih diapit oleh memek chef Jessica.

Beberapa saat kemudian, chef Jessica berusaha melepaskan diri. Dengan posisi badan telentang, kedua kaki dan tangannya bergerak merayap dan memancal rumput dan batuan andesit, melepaskan diri bergerak mundur menjauh dari Vino. Yesss, chef Jessica berbalik badan. Ia merangkak menjauhi Vino dan bergerak ke arahku.

Belum sampai 3 meter menjauh, Vino menangkap salah satu pergelangan kaki chef Jessica, diikuti memegang pergelangan kaki yang satunya. Vino menarik sepasang pergelangan kakinya. Otomatis tubuh chef Jessica yang hanya bertumpu pada kedua tangannya ikut melangkah mundur agar tubuhnya tidak jatuh. Kalau sampai jatuh terseret, bisa-bisa kulit dada, dan perutnya baret-baret. Terutama payudaranya itu. Gak kebayang deh nasib payudara chef Jessica yang jatuh telungkup di seret oleh Vino.

Kulihat vino berdiri lalu berjalan mundur layaknya membawa troli pasir. Chef Jessica dianggapnya troli. Uughh kok aku mupeng ya.. >,<

“Stop.. stop Viiin… stooop” chef Jessica berontak, tapi tetap tak diindahkan oleh Vino. Malahan, Vino menarik dengan menambah kecepatan langkah mundurnya. Misal sebuah tuas transmisi mobil, Vino mungkin menggerakan tuas persneling R dengan gigi percepatan 3. Normalnya persneling R cuma punya 1 gigi percepatan. Aku tahu pergerakan langkah kaki manusia normalnya sekitar 3 km per jam. Ya, kira-kira Vino berjalan mundur dengan kecepatan 4,5 km per jam lah. Vino berjalan muter-muter di depanku, memperlihatkan sepasang bukit daging kenyal milik chef Jessica bergelantungan ke arah depan dan belakang. Goyangan payudaranya yang ranum, padat, kenyal dan sekal menampilkan gerak harmonik yang pernah aku pelajari dalam mata pelajaran fisika. Juga, elastisitas payudara dari gerakan ke kanan dan kekiri kembali ke posisi semula dan regangan payudara yang ditarik oleh gravitasi bumi menyebabkan putingnya menunjuk ke bawah. Jarak awal puting dengan tulang rusuk ketika telentang tentu berbeda dengan telungkup. Jarak puting chef Jessica semakin jauh. Kulit payudaranya meregang.

Bulir-bulir keringat nampak keluar dari pori-pori tubuh chef Jessica, dari pinggang atas di bawah ketiak turun menuju kebawah bertemu air keringat yang lain, hingga jatuh menyusuri kulit payudara samping dan berkumpul pada putingnya, hingga pada akhirnya tumpukan bulir keringat pada puting bertindik itu jatuh terhempas oleh gerakan menggandul-gandul bergelantungan pada tulang iga. Karena perjalanan langkah Vino mendekatiku, puting yang bertindik dan sepasang payudara dengan tato berwarna hitam nampak jelas sekali.

Crrrrtttt.. Ahh, kenapa aku horny melihat chef Jessica diperlakukan seperti itu?

“Kamu iri ya Siska?” hatiku berbisik.

Aduh… jangan sampai deh, tapi aku….

“Kamu pingin kan?” dalam hatiku bertanya lagi

Nggakkk.. Nggak boleh… Aku… aku…. Aku ingin sih diperlakukan seperti itu. Aduuh, aku malah menjawab dengan sesungguhnya. Sepertinya asik mainan seperti itu. Kedua kakiku ditarik dan aku dipaksa merangkak dengan memakai kedua tanganku. Crrrrrt… Ssssssshhhhh. Uugh memalukan >,<

Kepala chef Jessica menoleh ke samping, tatapan wajahnya melihat kebelakang, yaitu si kusir yang mengendalikan gerobak tubuhnya. Beberapa menit kemudian, setelah muter-muter di depanku dan memutari tubuh chef Yongki, Vino membalikkan badan. Yang awalnya pergelangan kaki kiri chef Jessica berada di pinggul kiri Vino dan pergelangan kaki kanan chef Jessica berada di pinggul kanan Vino. Kini terbalik, pergelangan kaki kiri chef Jessica berada di pinggul kanan Vino, sedangkan pergelangan kaki kanan chef Jessica berada di pinggul kiri Vino. Vino tidak lagi berjalan dengan transmisi R, tapi berjalan maju ke depan, sedangkan chef Jessica tentu saja tetap mundur. Langkah kaki Vino bergerak selangkah demi selangkah, berjalan santai mendekatiku.

“Viiin.. Lepasin… Vinooooo!” teriakan chef Jessica sangat keras.

Mereka berjalan dari arah jam 10 menuju jam 7 melewati belakang tubuhku yang berdiri tergantung di tiang lampu taman ke arah jam 4. Lalu berjalan menuju ke arah jam 2 ke arah chef Yongki yang terkapar. Bongkahan kedua payudara chef Jessica terlihat di bawah kepalanya. Bergoyang-goyang sambil seluruh tubuhnya bercucuran keringat. Mereka semakin menjauhi diriku, melewati tubuh chef Yongki. 2 meter setelah melewati chef Yongki menuju ke arah jam 10, Vino berlari. Otomatis, chef Jessica mengikuti gerakan langkah kaki Vino dengan gerakan cepat langkah kedua tangannya. Jika ia menyerah, bisa dipastikan tubuhnya membentur rumput dan batu.

BUGGGG

“Aaaaaaaaaaaaaa” Teriak chef Jessica.

Baru aku bayangin sudah kejadian. Tubuhnya jatuh dan kedua payudaranya membentur rumput gajah mini. Vino tetap tidak peduli, ia terus menyeret kedua pergelangan kaki chef Jessica. Tubuhnya terseret membentur rumput dan batuan andesit. Tentu rasanya sakit sekali. Untung saja kepalanya berhasil menghindar dengan mendongakkan wajahnya, sehingga dagunya tak membentur. Sesekali chef Jessica mengangkat tubuhnya dengan kedua tangannya. Tapi, beberapa langkah tangannya menapak, ia jatuh lagi. Tentu saja yang membentur rumput sepasang payudaranya dulu, karena tubuh chef Jessica yang dekat dengan rumput hanya kedua payudaranya, terutama sasaran utama putingnya dulu. Uuughh gimana rasanya ya… aduh aku malah horny… sshshhh..

“Aaaaaaawwww sakit viiin…” teriaknya ketika bagian payudaranya jatuh bergesekan dengan rumput. Vino tak peduli, ia tetap berjalan menyeret kedua pergelangan kakinya menuju batuan andesit yang datar berbentuk lingkaran.

"Aaaaww…." Jerit chef jessica ketika Vino sudah melewati bantuan andesit dan membenturkan payudara chef Jessica pada pinggiran batuan andesit. Memang sih batuan andesit disini datar, tapi pinggirannya kan bercelah dan kasar. Uuughh kok aku horny gini sih.

“Stooop.. Stopppp” teriaknya.

“Hahahahaahahaha” beberapa saat kemudian Vino berhenti dengan tertawa.

Vino kemudian berbalik badan menghadap ke arah jam 3, yaitu ke selangkangan chef Jessica. Kemudian, ia mendekat dan duduk diantara kaki chef Jessica yang tubuhnya tidur telungkup, mengangkat pinggul chef Jessica menjadi menungging dengan bagian kepala dan payudaranya menempel pada rerumputan. Aku melihat tangan kanan Vino menjamah rumput gajah mini, mengaisnya lalu mengarahkan ke ke selangkangan chef Jessica.

“Aawww.. Apa yang kamu lakuin brengsek!!!” teriak chef Jessica.

“Ini akibatnya kamu berani melawanku.. rasain nih rumput” ucap Vino.

Kulihat tangan kiri Vino memasukkan rumput gajah mini ke dalam memek chef Jessica dengan paksa. Saat memasukkan, terlihat beberapa helai rumput jatuh. Vino mengambilnya lagi lalu memasukkannya kembali. Ia juga menambah dengan mengais akar rumput yang masih bercampur tanah, lalu menjejalkan ke memek chef Jessica berulang kali.

“Awwwww… sakit… aawww” teriak chef Jessica berontak hingga tubuhnya ambruk miring kesamping.

Dengan cepat Vino mengangkat pinggul chef Jessica hingga pantatnya menungging kembali.

"Makan nih rumput… memekmu kelaparan jess.. aku sekedar memberinya pakan yang layak… kalau cuma kontol aja itu sih mainstream jess… nih rumput… rumput segar yang kuambil sendiri dan masih segar jess…. hahahaha" ucap Vino.

Chef Jessica tampak payah, tubuhnya tidak ambruk miring lagi. Ia tetap nungging. Lalu, Vino mengarahkan penisnya ke selangkangan chef Jessica, lalu mendorong pinggulnya dengan kasar.

“AAaaaaaaaaaaa.. kalau mau ngentot.. ngentot aja, tapi keluarin dulu sampah di memekku bangsat!!!” Jerit chef Jessica.

"Sampah jess.. kamu anggap rumput ini sampah?" Ucapnya serasa melepaskan penis yang menancap pada memek chef Jessica. Ia berjalan menuju sisi pinggir kolam air pancuran, ia menghampiri tong sampah plastik. Kedua tangannya membuka dan mengais sampah dan kembali berjalan ke chef Jessica.

Aku kaget dengan yang ia bawa. Tangan kanan Vino membawa bangkai tikus ukuran sedang, ia menenteng ekornya mendekati chef Jessica. Sesampai, ia duduk di menghadap selangkangannya chef Jessica.

"Maaf ya jess… aku keluarin rumput yang kamu anggap sampah ini" ucapnya sambil jarinya masuk ke memek chef Jessica, mengeluarkan rumput yang ada didalamnya.

"Aaaaaaaaahh… kamu masukin apa vinooo? Uuuuhh bau busuk banget..." Teriak chef Jessica saat Vino memasukkan kepala bangkai tikus ke dalam memeknya

"Viiin… itu apaan viin.. baunya… menyengat… aduh… aku marasakan ada yang gerak-gerak di memekku vin… viinoooo apaan itu viinooo" teriaknya.

"Hahahaa itu sampah yang sebenarnya sayang…" ucap Vino sambil terus mendorong bangkai tikus jauh lebih dalam, hingga setengah badan tikus, kaki belakang dan ekor masih diluar.

"Sampah apaan vinoo aaaah" tanyanya sambil mendesah.

"Bangkai tikus jess… mungkin sudah beberapa hari mati…" ucap Vino, sambil mendorong masuk bagian kaki belakang tikus.

"Tikus… aaaaw...vin keluarin vin… dia gerak-gerak di memekku Vin…" ucap chef Jessica mengiba.

"Yang gerak-gerak itu belatung jess… hahaha" ucap Vino, seraya lanjut memasukkan ekor tikus yang masih diluar. Lalu, Vino mengais rumput. Ia menjejalkan ke dalam memek chef Jessica.

"Aaaaaaaah… tidaaaak… keluarin vin.." ucap chef Jessica.

Vino menempatkan ujung penisnya di depan memek chef Jessica, lalu perlahan masuk dan menggoyang pinggulnya memompa memek chef Jessica yang didalamnya terdapat rumput, akar, tanah, bangkai tikus, dan belatung. Mungkin juga ada kerikil yang ikut masuk. Penis panjang Vino yang keluar dari memek chef Jessica hanya sebagian kecilnya saja, karena didalam memeknya chef Jessica bersemayam sampah. Kulihat penis hitam Vino basah berlumuran beberapa helai rumput, dan belatung yang masih hidup dan ada yang sudah mati. Pipi kiri chef Jessica yang menempel pada batu andesit ikut terdorong bergoyang-goyang seirama dengan pompaan pinggul Vino.

Kulihat Vino melepaskan penisnya dari memek chef Jessica, lalu mengarahkan diatas memeknya. Oh, dia mau memperkosa anus chef Jessica. Mungkin memek chef Jessica sudah tidak layak buat penis Vino.

"Aaaahhh…." Teriak chef Jessica ketika penis yang berlumuran rumput dan belatung menancap ke anusnya.

“Rasain jesss.. Oooooh.. Oohhh… memekmu pantas sebagai peti mati bagi tikus ini jess.. oohhh” ucap VIno. Sepertinya ia akan menyemburkan benih ke dalam lorong anus chef Jessica.

“Aaaaaah… stop vin.. Sakiiiiiit aaaaaaa” erang chef Jessica.

"Pantas nggak memekmu jadi peti mati tikus ini?" Tanya Vino sedikit membentak.

"Ooohh… Ngggak.. oohh" ucapnya.

"Pantas nggaak?" Tanya Vino lagi sambil memompa dan mengais rumput dan menjejalkan ke memek chef Jessica.

"Ooohhh i.. iya.. iya pantas ooooh" ucapnya. Akhirnya ia terbawa omongan Vino.

"Pantas apa jess?" Tanya Vino lagi sambil memompa anus chef Jessica lebih cepat.

"Uuuh… iya.. memekku pantas jadi…. Aaah… jadi peti mati….aaaah.. peti mati tikus.. aaaah" ucap chef Jessica.

"Hahahaha bagus… kasihan tikus ini mati di tempat sampah jess… pantasnya memekmu jadi peti mati dan tempat peristirahatannya.. kasihan arwahnya tidak tenang jess… bener gak jess?" ucap Vino sambil tetap menggenjot anus chef Jessica.

Chef Jessica hanya mendesah mendengar apa yang diucapkan Vino.

"Kok diem jess.. memekmu itu pantas jadi kuburan tikus… tau gak.. memekmu itu pantas jadi kuburan tikus.. harusnya gak cuma 1 tikus, bila perlu keluarga tikus ini juga perlu dimasukkan ke memekmu…… dikubur bareng berdesak-desakan. Denger gak?" Ucap Vino sambil menjewer telinga kanan chef Jessica.

"Hei.. denger gak!!!" Vino membentak

"SsshhhhhI.. iya.. aaaaaaaaah" Chef Jessica menjawab sambil mendesah..

"Kamu mau kan aku masukin 2 ekor tikus lagi? Aku lihat di tempat sampah masih ada 2 tikus. Mungkin mereka mama papa tikus ini jess" ucap Vino.

"Oohh… iii.. ssshhh.. nggaaak… nggak nggak.. ssshhh" ucap chef Jessica.

"Apa jess? Iya apa nggak?" Tanyanya

"Nggaak… ssssh.. ngggaak vin.. satu aja sudah sesak.. ooohhh" ucap chef Jessica.

"Berarti iya… aku tau cewek itu kalo ngomong nggak artinya iya.. kalau iya artinya iyaa. Hehehe" ucap Vino. Ia langsung mencabut penis di anus chef Jessica, berbalik badan dan berlari ke tong sampah. Setelah membuka tong sampah lalu mengambil tikus, ia berlari ke chef Jessica. Aku lihat tangan kanan Vino menenteng 2 ekor bangkai tikus. Salah satu dari 2 ekor itu, sebagian badannya sudah termakan belatung, menyisakan tulang. Ukuran kedua tikus lebih besar dari tikus pertama yang dimasukkan Vino ke memek chef Jessica. Sedangkan, kulihat chef Jessica lemas dan terengah-engah. Perutnya mengembang dan mengempis. Sekujur tubuhnya dipenuhi keringat.

"Jess.. aku bawa 2 tikus.. mungkin ini mama dan papa tikus yang ada di memekmu. Hehehe" ucap Vino.

Tampak chef Jessica memandang jijik melihat kedua bangkai tikus baru tersebut. Wajahnya berkerut.

“Ahhh... Vin, bau banget Vinnnn.. ahhh” ujar Jessica.

"Please vin…. Please jangan masukin lagi… please.. cukup satu aja vin…." Ucap chef Jessica. Kulihat apa yang diucapkan bertolak belakang dengan reaksi badannya. Pantatnya malah semakin nungging dan bergerak ke atas dan kebawah, seolah memanggil Vino untuk mempersembahkan memeknya untuk dimasukkan dan diperlakukan apa aja yang Vino kehendaki.

"Hahaha.. bagus.. jess" Vino duduk di selangkangan chef Jessica. Ia mengeluarkan rumput yang menyumpal didalam memeknya.

"Please vin… please jangan lagi.. Nanti gimana memekku.. Aku takut memekku terinfeksi bakteri dan kuman dari bangkai itu vin..." ucap chef Jessica.

"Tenang saja jess, memekmu itu banyak bakterinya juga. Bakteri baik yang berfungsi untuk mengatur kadar PH di memekmu.. Aku cuma pingin tau bakteri dari bangkai tikus ini berperang melawan bakteri memekmu" ucap Vino

"Ooooohh… viiiiiiiiinn" chef Jessica mendesah, ketika kepala tikus ke 2 masuk ke memeknya.

'Viinn.. pleas viinn.. aauuuuuhh" Tangan kanan Vino terus menjejal dan mendorong tikus ke 2 itu. Kini separuh badan tikus sudah masuk.

"Please vinooo… aaahh.. memekku bakal robek viiinn…" ucapnya.

"Siapa bilang jess? Memek itu bisa melebar dan melar 2 sampai 3 kali lipat dari ukuran normal jess" ucap Vino sambil tetap mendorong tikus ke 2.

Beberapa detik kemudian, tikus ke 2 sudah masuk dan menyisakan ekornya saja. Ekor itu bergelantungan melewati klistoris chf Jessica.

Aku lihat Vino mengambil tikus ke 3. Ia angkat dan ingin memasukkannya.

"Papa.. sini papa.. tempat ini enak buat makam kita" ucap Vino sambil menggerakkan ekor tikus ke 2 seolah-olah tikus ke 2 berkata seperti itu. Iya, Vino sedang main wayang wayangan dengan bangkai tikus.

"Iya.. mama.. papa mau nyusul… masih ada tempat gak buat papa masuk?" Ucap vino kemudian sambil menggerakkan kepala tikus ke 3 ditangan kanannya.

"Masih.. masih kok.. sini papa.. buruan masuk" ucap Vino sambil menggerakkan ekor tikus ke 2

"Iiiih…. Apa-apain sih kamu viin… kalau mau masukin tuh bangkai.. masukin aja cepat.. aku sange tauu… " ucap chef Jessica.

"Beneran jess? Memekmu jadi bau lho." Ucap Vino.

"Gakpapa vin... Biarin memekku bau bangkai... Aku ikhlas vin.... Ayo vin buruan masukin.. buruan vin... Aaahhh.. Aku merasa rongga memekku.. Aahh. Memekku geli vin... Sepertinya bakteri dari tikus pertama dan tikus kedua lagi perang di memekku vin.... Ayo vin.. Buruan masukin.... Tambahin pasukan bakteri untuk mengalahkan bakteri baik memekku vin... Ayo viiinn.. Uuuuhhh.. Keburu bakteri jahat dikalahkan bakteri baik memekku" ucap chef Jessica.

Whaaaat? Apa yang aku dengar? Gak salah apa yang aku dengar? Beneran itu suara chef Jessica?

"Hahahaha.. sabar jess.. aku ini lagi bikin drama judulnya keluarga tikus bahagia.. hahaha" ucap Vino cengengesan. Sepertinya chef Jessica sudah dikuasai oleh nafsu.

"Sini papa.. masukk.." ucap Vino sambil menggerakan ekor tikus ke 2 yang bergelantungan di memek chef Jessica.

"Sabar ya papa tikus, aku bantu carikan tempat" ucap Vino sambil jari kiri Vino masuk ke memek chef Jessica. Ia melonggarkan memeknya.

"Baik tuan Vino" tangan kanan Vino menggerak-gerakkan kepala tikus ke 3 di tangan kanannya.

"Monggo.. silahkan masuk papa tikus.. tempatnya sudah siap" ucap Vino dengan menengadahkan tangan kanan yang memegang tikus ke 3 didepan memek chef Jessica, mempersilahkan tikus ke 3 di tangan kanannya untuk masuk.

"Makasih tuan Vino.. anda baik sekali.. aku akan sampaikan salam ke sang pencipta atas kebaikan anda.. bila perlu saya dan keluarga saya menjadi saksi yang meringankan di hari penghakiman" ucap Vino sambil menggerak-gerakkan kepala tikus ke 3 di tangan kanannya.

Pelan-pelan Vino memasukkan kepala tikus ke 3 di atas ekor tikus ke 2.

"Uuihhhhh vino…" lenguh chef jessica ketika kepala tikus ke 3 masuk memeknya.

"Paapaaa… papa jangan masuk diatas mama… papa dibawah mama. Papa itu berat tauuu" ucap Vino menggerak-gerakkan ekor tikus ke 2 yang segera ia cabut kepala tikus ke 3 yang masuk diatas ekor tikus ke 2 di dalam memek chef Jessica.

"Iiiiihhh buruan masukin Vino.." ucap chef Jessica.

Jari kiri Vino masuk ke bawah tikus ke 2, lalu segera ia masukkan kepala tikus ke 3 ke memek chef Jessica. Ia masukkan di bawah ekor tikus ke 2 dan di atas klistoris chef Jessica.

"Sssahhhhh.. vinoo" desah chef Jessica ketika kepala tikus ke 3 sudah masuk. Dengan cepat ia masukkan tikus ke 3 hingga ekornya saja yang berada di luar.

"Gimana papa.. tempat peristirahatan kita enak kan? Iya mama.. tempatnya hangat dan empuk" ucap Vino sambil menggerakkan ekor tikus ke 2 dan ke 3 saling bergantian.

"Mama.. papa.. jangan ramai.. ayo kita pergi ke surga" ucap Vino mengubah suaranya dan dialeknya mirip anak kecil, seolah-olah yang berkata itu anak tikus yang dimasukkan pertama. Mungkin posisi anak tikus nyundul servik chef Jessica, sedangkan di belakangnya ada mama tikus yang menindih papa tikus.

“Geli Vin... ahh.. Belatungnya gerak-gerak vin... Aaahhh busuk..... Vin... Aku merasa belatungnya keluar dari memekku vin.... Vin klistorisku vin... Aaaah ada yang nyangkut di klistorisku"

Yang dikatakan Jessica memang benar, bau busuk tersebut semakin menjadi-jadi sekarang. Aku dari sini dapat mencium betapa kuatnya bau busuk dari bangkai-bangkai tikus itu yang kini memenuhi liang memek chef Jessica. Aku dibuat merinding melihat adegan tersebut. Memek chef Jessica yang terawat kini penuh sesak dengan bangkai-bangkai tikus yang penuh bakteri dan banyak belatungnya.

"Oooh.. enak banget sampah-sampah ini masuk ke memekku ooooohh... Memekku jadi tempat sampah mereka... Oohhh" ucap chef Jessica.

"Ini bukan sampah tau… ini tikus.. cepat jess kamu harus minta maaf.. siapa tau mereka mendoakan yang baik-baik untukmu" ucap Vino seketika menyodok anus chef Jessica yang disambut desahannya.

"Aaah.. iya… wahai arwah tikus... aahh.. maafin jessica…. aaah.. maafin jessica yang sudah lancang berkata kasar pada kalian… oohhh.. jessica tidak sopan berkata seperti itu…. Aaahh... Jessica benar-benar salah.... Aaaah.. Karena itu... Ssssh silahkan.. silahkan pakai memek hamba ini aaaahh… sebagai...aaaah… sebagai bahtera perjalan kalian… aaah… dan tempat peristirahatan kalian… aaaahhh.. hamba ikhlas kok.. Sshhhhh.. aaahhh.. semoga kalian bisa tenang… ahhh… titip salam ya ke Tuhan.. sshhhhh aaaahh" ucapnya mendesah dan badannya bergoyang-goyang.

"Aaawwww Vino…. Sepertinya dinding memekku dicakar…. Awwww… aduh.. kalian yang tenang ya.. jangan main cakar aja. Peti mati kalian jangan dirusak…." Desah chef Jessica.

"Bagus.. gitu dong.. sebagai nahkoda yang membawa peti mati, kamu harus melayani dengan baik…"

"Ii. Iiyaaa.. vin.. sepertinya mereka sudah tenang..aaahhhh" ucap chef Jessica.

"Hehehe manjur nasehatmu jes.." ucap Vino sambil menggenjot anus chef Jessica.

"Oooh… vin… belatungnya ada yang nerobos ke rahim vin… sekarang aku merasakan mulut rahimku sedang dikoyak-koyak.. aaaaaahh" ucap chef Jessica.

"Biarin saja jess.. biarin dia bersemayam di dalam rahimmu jess" ucap Vino

"Sssshh…i..iya vin.. sssshhh.. belatungnya mesum vin….oooh.. oooh.. vin… aku mau sampe

.. Ssshhh… aaaaaahaah" suara chef Jessica menjadi mendesah.

Melihat percakapan mereka dan adegan persetubuhan mereka, tubuhku ikut bergoyang. Aku agak membusung dan pantatku kugesek-gesekkan ke tiang lampu. Merangsang diriku sendiri. Aaaaahhh…… gimana rasanya belatung memasuki memekku.. uuuh… aku horny banget.

"Vinooooo…….. aku mau sampeee…. Ssssshhhh" desah chef Jessica.

Lalu, tangan kanan Vino mengambil sebilah pisau yang dibawa chef Jessica untuk menusuk Vino. Tangan kirinya menjambak rambut chef Jessica yang berantakan dan basah berkeringat, membuat kepala chef Jessica terangkat dan wajahnya mendongak keatas, diikuti punggung dan dada terangkat. Kedua payudaranya bergelantungan. Kulihat bagian belakang kepala chef Jessica menyentuh punggung atasnya sendiri, memperlihatkan leher bersih yang basah mengkilap memantulkan cahaya. Kedua tangan chef Jessica memegang tangan kiri Vino yang menjambak rambutnya. Kulihat gerakan pergelangan tangannya meremas dan mencubit tangan kiri Vino.

“Arrggggg… Argggggggggg… gagggguuuhh.. Aggghhhhh” desahan chef Jessica berubah jadi teriakan.

Ia meronta-ronta saat Vino mengiris batang lehernya. Lambat tapi pasti, Vino menggesek-gesekkan pisau tersebut. Seketika darah menyembur keluar saat pisau menggorok leher depan, memutuskan kerongan beserta tenggorokannya. Gerakan tangan Vino sangat cepat hingga bilah pisau sudah memotong setengah batang leher chef Jessica. Kedua tangan chef Jessica yang memegang tangan kirinya lalu lepas dengan sendirinya, jatuh terkulai ambruk di samping wajahnya. Aku meyakini saluran makan ke perut dan saluran nafas ke paru-paru chef Jessica sudah terpotong. Mungkin mata pisau itu membentur tulang leher chef Jessica. Mungkin juga kedua saluran darah di sisi kiri dan kanan leher menuju otak juga putus. Aku melihat darah masih muncrat dengan deras.

KLAAAK

Suara tulang leher chef Jessica patah. Tangan kiri Vino yang mencengkram kepala chef Jessica, ia tarik ke belakang kepala chef Jessica sambil menggesek-gesekkan pisau. Sedetik kemudian, kepala chef Jessica lepas dari tubuhnya. Darah dari batang leher kepala dan batang leher di tubuhnya sama-sama memuntahkan darah.

“Ahahahahahahaahahahahaha” tawanya lebar.

Dari selangkangan chef Jessica, aku melihat air berwarna kekuningan yang mancur keluar cukup deras.

"Eh… memekmu pipis jess… hahahahaha" tawanya sambil memegang kepala chef Jessica di genggaman tangan Vino dibawah buah zakar dan menghadapkan wajah chef Jessica ke memeknya sendiri.

Saat wajah chef Jessica tersiram oleh air seninya sendiri, Vino lanjut menggenjot anus chef Jessica yang sudah tak bernyawa. Padahal dia akan mencapai klimaks, Vino malah memotong lehernya. Vino terlihat senang sekali. Senyumnya lebar. Mungkin hormon oksitosinnya meningkat.

“Sayang… aku mau sampai sayang..” ucapnya sambil mengangkat kepala yang berada di genggaman tangan kirinya.

“Ooooh… Ooooh.. Oooooooooh” ucap Vino mencabut penis yang menancap pada anus chef Jessica, lalu segera mendekatkan kepala chef Jessica dengan mengarahkan batang leher yang putus berada di depan ujung penis Vino. Ia masukkan ke lubang lehernya dengan cepat, mungkin kerongkongan atau tenggorokan, aku tak bisa memastikannya. Penis Vino masuk, hingga kepala penis keluar melalui mulut chef Jessica. Saking panjangnya, bukan cuma kepala penis, tapi beberapa centi batang penisnya ikut keluar. Penis yang keluar dari mulut chef Jessica yang terbuka menganga lebar itu belepotan darah, rumput, akar, tanah, cairan memek chef Jessica, dan air liur chef Jessica. Sebagian lidahnya ikut terdorong keluar memangku penis Vino. Matanya terbelalak.

"Ooooh…. Oooh.. oooh" ucap Vino dengan memegang kepala pada sisi samping, kepalan tangan Vino menutupi telinga chef Jessica. Ia menarik dan mendorong kepala chef Jessica. Penisnya di kocok oleh tenggorokan chef Jessica.

Beberapa detik kemudian, ketika kepala penis Vino keluar melalui mulut chef Jessica, sperma Vino muncrat.

"Ahahahahahahaha" Vino tertawa bahagia.

Ia melepas genggaman pada kepala chef Jessica. Membiarkan kepalanya menancap pada penis panjangnya, menghadap selangkangan chef Jessica yang air kencingnya baru saja keluar dan sudah mereda. Beberapa menit kemudian, ia lepaskan kepala chef Jessica. Ia letakkan di atas pantat tubuh chef Jessica yang menungging menghadap pada Vino. Aku heran, mengapa penisnya masih tegang?

Vino melesakkan penis yang berlumuran darah ke anus chef Jessica lagi.

“Oooh.. anusmu tetap enak sayang.. Oooh” ucapnya.

Ia memompa anus chef Jessica sambil memegang kepala yang ada di atas bongkahan sepasang pantatnya. Kalau gak di pegang, sodokan pinggul Vino yang memperkosa anus mayat chef Jessica membuat mayatnya bergoyang dan kepalanya pasti jatuh.

“Niiih sayang.. Coba kamu rasakan memekmu sendiri yang menganga lebar.. memek yang sudah menjadi pusara bagi tikus… hahahhaa…. Mungkin beberapa saat lagi belatung-belatung itu akan menggerogoti memek sampahmu ini…. Hahaha” ucap Vino dengan melepaskan penis dari anus chef Jessica, lalu mendekatkan wajah ke selangkangan memeknya sendiri.

“Gimana sayang.. Enak kan memekmu? Ayo jawaab? Hehehe… oh ada belatung yang keluar.. heiii belatung… hinggap saja di wajah jessica!!!” ucap Vino.

"Coba yang ini sayang… enak gak anusmu?" Tanyanya.

Beberapa saat kemudian, Vino meletakkan kepala chef Jessica dekat di betis kanan mayatnya.

"Sekarang aku segel memekmu ya sayang…" ucapnya.

Vino kemudian mengambil mengais rumput hingga memek mayat chef Jessica penuh dengan rumput. Terakhir, ia mengambil potongan sampah kantong plastik, ia genggam hingga menggumpal lalu menyumpalkan ke memek chef Jessica. Beberapa menit kemudian, tangan kanannya meraih kepala chef Jessica yang tergeletak dekat betis dan tangan kirinya mengambil pisau, lalu berdiri. Mayat jessica sangat mengenaskan. Tubuhnya nungging dengan kedua paha terbuka, lalu payudaranya tertindih tubuhnya sendiri. Darah yang belum mengering mengkilap membasahi rumput gajah mini dan batuan andesit.

Ia menoleh ke arahku. Jantungku berdetak dengan kencang. Ia berjalan telanjang ke arahku, tangan kanan Vino menenteng kepala chef Jessica dan tangan kirinya menggenggam pisau yang berlumuran darah. Penisnya sudah loyo, kepala penis yang berwarna hitam dan tidak terbungkus kulup menghadap ke bawah. Ia menggantung bebas bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan mengikuti irama langkah kakinya. Di bawah tangan kanannya, wajah chef Jessica memperlihatkan mulut sedikit menganga, memperlihatkan gigi yang belepotan darah dengan ujung lidah keluar melewati gigi seri dan gigi taringnya. Bola matanya terbuka lebar menampakkan retina yang bulat utuh. Seperti itukah raut wajah orang meninggal sesaat sebelum mencapai klimaks? Mungkin nanti kalau aku digituin juga bakal sama seperti itu. Wajah chef Jessica dipenuhi cairan sperma bercampur cairan pada memek yang tadi Vino tempelkan pada selangkangan mayatnya sendiri.

Langkah demi langkah Vino mendekatiku. Aaah… detak jantungku berdetak kencang, desir darahku yang mengalir dalam pembuluh darah terasa cepat.

"Haai Siska cantik. Lihat ini!!!" Ucapnya dengan menunjukkan kepala chef Jessica yang terpotong di depan wajahku. Dekat… dekat sekali. Saking dekatnya, hidung chef Jessica berjarak beberapa milimeter di depan hidungku. Leher chef Jessica masih meneteskan darah kental, jatuh menetes mengenai bagian atas sepasang payudaraku yang menjorok ke depan, layaknya semenanjung. Iya dong, semenanjung toket. Hihihi

Tiap tetesan darah yang mengenai payudaraku terasa hangat. Bau anyir, pesing, dan amis sangat terasa sekali.

"Mmmhhhhhhhh.. mmhhhh" tiba-tiba Vino mendorong kepala chef Jessica kepadaku, mulut chef yang terbuka menyumpal mulutku. Hidung chef Jessica mengenai pipi kiriku.

Entah mengapa, saat itu ada sensasi berbeda. Mulutku merespon. Kubuka mulutku dan lidahku menjilat lidah chef Jessica. Aku hisap dan gigit kecil lidahnya itu. Aaaah… mengapa aku jadi terangsang seperti ini… aaaaaaah. Rasa darahnya…. Kekenyalan lidahnya… rasa air liur, cairan memek, air kencing, dan sperma Vino bercampur aduk menjadi rasa yang menggairahkan.

"Hahahaa.. gimana rasanya… enak kan?" Tanya Vino.

"Hhmm.. heemmm" ucapku.

Aku menikmati menghisap lidah chef Jessica. Menikmati seperti permen. Menghisap sari pati cairan permukaan lidahnya.

"Aaaaah.. mmmuuaaahh" ucapku. Tiba-tiba Vino menarik kepala chef Jessica, melepaskan hisapan mulutku pada lidahnya. Akibat hisapanku yang kuat, lidah chef Jessica semakin panjang menjulur keluar. Lidah tak bernyawa itu tampak bersih, tak ada noda darah yang mengotorinya.

Vino menurunkan kepala chef Jessica, menempatkan mulutnya ke puting payudara kiriku.

"Kamu terangsang ya… putingmu tegang tuh" ucapnya. Kujawab dengan menganggukkan kepala.

Vino menggerakan naik turun kepala chef Jessica, lidahnya yang menjulur seolah menjilat putingku. Ssssshh… rasanya… uuuuh.. aku.. aku horny.

"Sssssshhhhh aaaaah" mulut Vino tiba-tiba nyaplok puting kananku.

Uuuh… rasanya… rasanya. Kedua payudaraku disengat 2 makhluk omnivora. Payudara sebelah kiriku dikuasai kepala chef Jessica, sedangkan sebelah kanan dikuasai Vino.

"Nnggghhh… ooooh" belum ada semenit, tangan kiri Vino hinggap di selangkangan dan menggesek-gesek memekku. Jarinya mengenai klistorisku. Uuuh rasanya… enak banget. Salah satu jarinya menerobos masuk, tapi cuma sedikit. Tak sampai merobek selaput daraku. Ia paham aku masih perawan. Mungkin ia ingin memekku menjadi kulit dompetnya dan tetap orisinil. Selagi mengoral putingku dan memekku digesek-gesek jemarinya, aku merasakan dinginnya sisi pisau yang menempel dan mengenai di paha dalam atasku. Aku buka lebih lebar pahaku, agar pisau itu tidak melukai kulitku dan memberi kebebasan jarinya mencolek memekku.

"Oooooohhhh.." Tangan kanan Vino ia tekan, sehingga kepala chef Jessica yang mencaplok puting kiriku menekan toketku hingga hidung mungilnya membentur tulang rusukku, dan Vino menggigit puting kananku.

Diperlakukan seperti itu, rangsangan yang melanda diriku semakin meningkat.

"Oooohh… aku mau sampai… Aaaaaaaaahhhhhh" teriakku disusul orgasme yang mencapai klimaks.

"Hhh.. hhh… hhhh." Nafasku terengah-engah setelah puas mencapai orgasme. Tubuhku penuh keringat. Keringat di atas kedua payudaraku bercampur oleh tetesan darah chef Jessica, merambat jatuh ke bawah tubuhku.

Kepala Vino kemudian menuju ke atas. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Ia tersenyum, lalu bergeser ke sisi kanan wajahku, mendekati telinga kanan.

"Aku akan potong semua toketmu hidup-hidup disini" ia berbisik di telinga kananku.

Degggg. Aku kaget dengan yang aku dengar. Apakah aku berakhir sekarang? Tidaaaak.. aku maunya besok. Aku belum siap kalau mati sekarang. Kulihat Vino menaruh kepala chef Jessica di rumput sebelah kiriku. Lalu, ia berdiri menghadap diriku.

"Siap-siap ya. Kamu akan kehilangan toket besar yang kamu bangga-banggakan.. heheehe" ucapnya.

Tangan kiri Vino menyerahkan pisau ke tangan kanannya. Lalu, telapak tangan kirinya mengelus-ngelus payudara kananku. Apakah ia akan memotong payudara kananku?

"Hehehe…" Ia cengengesan.

"Aaaaaahh…" tiba-tiba puting kananku ia cubit dengan tangan kirinya. Ia menarik ke arahnya, membuat payudaraku mengerucut ke depan. Kemudian tangan kanannya ia angkat, meletakkan bilah pisau yang tajam di sisi payudara kananku, yaitu diantara kedua payudaraku. Ia menempelkan diantara kulit payudara kanan dan tulang dada.

"Sshshhhh" Ia menarik putingku ke arah kanan, jadi bentuk kerucut payudara kananku menunjuk ke arah jam 2. Pisau yang masih ada noda darah chef Jessica itu ia gesek pelan dari tulang dada, dari lembah diantara sepasang payudaraku menuju pangkal payudara kanan atasku searah jarum jam. Pisau itu tidak sampai melukaiku, tapi goresannya tetap terasa dan membuatku horny.

Ketika pisau itu berjalan memutar di sisi samping dekat ketiak kananku, ia menarik puting kananku ke sisi kiri, mengerucut menghadap ke arah jam 10, dan ketika pisau itu berjalan menuju pangkal payudara bagian bawah, ia menarik puting kananku ke atas. Putingku mengerucut menunjuk ke arah bintang yang sedang mengawasiku. Lalu, pisau itu sudah kembali ke pangkal payudara di tulang dadaku.

"Sebelum lepas dan menjadi milikku, aku ingin kamu ngucapkan selamat tinggal ke toket kanan dan kirimu." Pintanya.

Aku terdiam… aku gak habis pikir harus mengucapkan kata perpisahan ke payudaraku sendiri.

"Ayooo lakukan!!!" Bentaknya.

"I.. iyaa" jawabku.

"Gitu dong jawab yang tegas… ucapkan dengan baik ya" pintanya.

"Ii.. iya…." Ucapku.

"Toket… toketku. Terimakasih ya sudah menemani perjalanan hidupku. Sudah waktunya kamu pergi meninggalkanku.. pergi dari tubuhku. Kamu bukan lagi milikku, tapi milik Vino. Baik-baik ya sama Vino. Kamu mungkin akan dijadikan samsak buat latihan tinju, atau mungkin dijadikan membran perkusi, atau dijadikan bahan lain yang Vino suka. Kamu harus nurut ya.. soalnya walaupun kamu bukan lagi milikku, aku akan tetap selalu menyayangimu… 20 tahun kamu menemaniku, saatnya ku ucapkan selamat tinggal. Semoga engkau berdua menjadi toket yang baik." ucapku dengan bersedih, seolah-olah aku ditinggal sang kekasih pujaan hati dalam sinetron cinta jaman now.

"Bravooo.. bagus banget sambutan perpisahanmu. Sangat menyentuh sekali.. Sepertinya toketmu ikhlas meninggalkan dadamu. Kamu siap gak?" ucap Vino.

"Si.. siap" ucapku.

"Kok lemes gitu, yang tegas doong!!" Ucapnya.

"Siap!!!" Jawabku lantang.

"Bagus" jawabnya singkat.

Tangan kiri Vino mencubit puting kananku. Ia tarik ke atas tinggi-tinggi.

"Nih, gigit!!" Perintahnya. Ia menyuruh aku menggigit puting kananku. Aku turuti saja. Aku menundukkan kepalaku. Lalu, Vino mendekatkan puting kananku yang ia cubit dengan tangan kiri, dan tangan satunya yang memegang pisau membantu menopang payudara kanan bagian bawah dengan menggunakan punggung tangan kanannya. Ia mengarahkan puting kananku ke mulutku.

"Jangan cuma puting doang, areolanya juga. Biar kuat dan gak mudah lepas" perintahnya lagi.

Aku nurut. Aku gigit deh puting kanan beserta areolaku. Biasanya aku nenen puting kananku tanpa bantuan orang lain, tapi kini aku dibantu. Disuruh gigit pula >,<. Soalnya kedua tanganku terborgol di tiang lampu di atas kepalaku. Dengan posisi seperti ini, pasti Vino dapat leluasa melihat bagian bawah payudaraku yang menjadi sasaran target untuk dipotong.

"Ingat jangan sampai lepas ya.. sambil kupotong, aku ingin kamu menggigit toketmu sendiri… kamu bisa merasakan detik-detik terakhir indera perasa di putingmu hilang saat terpotong sempurna… Awas kalau sampai lepas!!" Ucapnya mengancam diriku. Aku jawab dengan mengangguk.

Mata pisau yang dipegang dengan tangan kanan Vino, ia tempelkan pada tulang rusuk dibawah payudara kananku. Nyeeesss terasa dingin besi yang menyentuh kulit payudaraku. Aku dapat merasakan bilah tajam pisau itu menghadap ke atas mengenai payudara kanan bagian bawah. Sepertinya ia ingin memotong dari bawah ke arah atas sambil aku tetap menggigit puting kananku. Oh payudaraku…. Oh payudaraku… bentar lagi kamu meninggalkan diriku. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu? Aku harap setelah memotong kedua payudaraku, dia segera membunuhku. Jadi, aku segera menyusul merekaa. Tolong potong payudaraku dengan pelan, aku gak tega kalau payudaraku pisah dengan sangat cepat. Siksa aku… siksa aku.. potong pelan-pelan. Akupun memejamkan kedua mataku, memfokuskan inderaku pada indera peraba di payudara kananku.


Alternatif jalan cerita 1 dan langsung tamat.
Bersambung ke halaman 9

Alternatif jalan cerita 2
Bersambung ke halaman 10
 
Terakhir diubah:
Uwaaahhhh
Gilaaaaa!
Ini bagus banget, akhirnya bs baca cerita sebagus ini...
Adegan2nya fresh, gak cuma keren, tp jg bikin horni
Terbaik yg pernah aku baca nih utk genre beginian

Gak sabar menunggu kelanjutannya, hehe
aku baca ulang ada beberapa kata yang salah ketik. Hihihi

lanjutannya sudah dipikirkan. 😉
 
Lalu yongki terbangun dan menyelamatkan siska....

Rest Without Head Jess... We will miss you....

Borgan ke mana yak? Bukankah didalam 1 rumah itu ada cctv semua. Atau jangan2 vino itu malah itu suruhan borgan lagi.

Thank you updatenya mbak... Masih ada pelajaran anatomi tubuh.. Haha
 
Lalu yongki terbangun dan menyelamatkan siska....

Rest Without Head Jess... We will miss you....

Borgan ke mana yak? Bukankah didalam 1 rumah itu ada cctv semua. Atau jangan2 vino itu malah itu suruhan borgan lagi.

Thank you updatenya mbak... Masih ada pelajaran anatomi tubuh.. Haha
Coba kutanyakan ya..

Aku :"permisi... Permisi"

Aku panggil-panggil sambil mengetuk pintu kamar pak Borgan. Terdengar suara pintu dibuka

Borgan :" Hoaaaammmmm ada apa Lilith?"

Aku :" enak aja panggil-panggil Lilith, aku ini bossmu tau. Yang sopan manggilnya!!" Dengan membentak dan wajah cemberut.

Borgan :" maaf.. Maaf.. Ada apa non Lilith?"

Aku :" kemana aja sih kamu kok gak tau si Jessica mati?"

Borgan :" apa??? Staff cantikku mati?"

Aku :" yaelah. Kamu ini bego atau gimana kok malah tanya balik huh"

Borgan :" maaf.. Maaf.. Aku tidur.. Usia udah tua non.."

Tiba-tiba Borgan melihat rekaman CCTV

Borgan :" @#$$#@#$$#@#$$#@"

Aku :" kamu ngomong apan sih pak tua?"

Borgan :" masa sih non gak tau aku ngomong apaan?"

Aku :" emang aku paham? Kamu ngomong yang bener. Aku gak paham bahasa simbol gituan!!"

Borgan :" Maaf.. Maaf.. SECURITY!!! SECURITY!!!"

Waduh dia mulai teriak teriak manggil security. Bakal rame nih. Kabur aaaahhh...

Sekian...
 
Barusan aku sudah mengedit dengan menambahkan adegan "Playing with Jerry", karena ada salah satu pembaca disini yang meminta untuk menambah adegan itu.😊

Bagi yang sudah baca, cukup baca ulang part itu aja. Makasih.. 😉
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd