Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life and Slavery of Widya

Status
Please reply by conversation.
Mohon maaf sebelumnya,

Untuk update selanjutnya mungkin agak lama, ada keperluan RL yang harus dipenuhi

Update selanjutnya kemungkinan senin/selasa depan
Thank you for sharing...
Semprot is a place for having fun...
RL always comes first brother...
 
Love this kind of story so much. Mungkin next bisa jadi si Widya suruh pake strap on trus ngentotin ibunya sendiri disaksikan para gestapo. Hehehe... :pandajahat:
 
Love this kind of story so much. Mungkin next bisa jadi si Widya suruh pake strap on trus ngentotin ibunya sendiri disaksikan para gestapo. Hehehe... :pandajahat:

Hehe, masukan yang menarik suhu. Nanti coba dikolaborasikan...
 
Liana (39th)
:bacol:
nVJtfJv.jpg

Usia matang hu...
 
Part 07

Malam sudah mulai menggelayut dan satu persatu anggota gestapo serta mantan budak keluarga Widya telah menuntaskan nafsu mereka kepada Ibu Liana. Mulut dan vagina milik mama Widya itu belepotan sperman dalam jumlah yang cukup banyak.

Widya sendiri telah dua kali melayani anggota gestapo dengan menggunakan mulutnya. Kedua anggota gestapo itu tidak mengeluarkan air mani mereka di dalam mulut Widya, melainkan justru menyemprotkannya ke wajah serta dada gadis itu.

Kini, dua orang bidadari Keluarga Rispantikusuma (nama marga Widya) benar-benar menjadi toilet pembuangan sperma. Baik tubuh Liana maupun Widya belepotan sperma. Mereka nyaris seperti mandi dengan cairan putih kental itu.

b421101173099454.jpg

Liana​

Widya menangis dan merasa bersalah kepada ibunya. Bagaimana tidak, beberapa orang laki-laki jahanam itu hanya memperkosa ibunya, ia sendiri hanya mampu membantu dengan mengoral dua orang gestapo.

“Aku mau tanya sama kamu? Kamu masih anggap dirimu anak yang berbakti sama orang tua kan?” Kata salah seorang anggota gestapo.

Widya menjawab dengan anggukan kepala.

“Kalau begitu, bantu ibumu.” Kata anggota gestapo itu. Ia memberi kode agar dua orang mantan budak milik keluarga Widya membantu memegangi tangan dan kaki ibu Liana yang masih teronggok di atas meja. Anggota gestapo itupun menjambak rambut Widya, memaksanya untuk mendekat kepada ibunya.

“Ah, sakit, ampun!” rintih Widya ketika rambutnya dijambak.

“Liat, ini apa?” Kata anggota gestapo itu. Kepala Widya yang kala itu dijambak di dekatkan ke bibir vagina ibunya sendiri. “Ini apa? Jawab donk.” kata anggota gestapo.

“I, ini vagina.” Kata Widya lirih.

“Salah.” Kata anggota gestapo itu. “Ini namanya memek. Apa ini namanya?”

“I, ini memek.” Kata Widya kembali dengan nada bicara lirih.

“Iya pinter, ini memek. Memek yang udah ngelahirin kamu di dunia ini.” Kata anggota gestapo itu. “Liat kan? Memek ibumu ini kotor sama peju-peju laki-laki? Bantu ibumu bersihin memeknya. Pakai mulut kamu!” Perintah gestapo itu.

Sungguh kaget Widya menerima perintah itu. Ia disuruh membersihkan kemaluan ibunya yang penuh dengan ceceran sperma para budak rendahan.

“Wid, jangan, kamu ndak usah lakukan itu.” Kata Ibu Liana.

Widya melihat air mata mengalir di pipi ibunya. Para mantan budak memegangi tangan dan terutama kakinya agar mengangkang lebar. Memperlihatkan kemaluannya yang berantakan dan penuh dengan belepotan sperma.

“Mama, ndak papa mama.” kata Widya mencoba menghibur ibunya.

Walaupun sedikit mual melihat banyaknya sperma di bibir vagina mamanya, Widya tetap mulai menjilati vagina itu. Bau amis dan anyir coba Widya tahan. Semua ia lakukan demi mama yang ia cintai.

“Nah begitu, bagus, jadilah putri yang berbakti kepada orantuamu.” Kata si anggota gestapo sambil tertawa-tawa diikuti teman-teman lainnya.

Sluurrppph, sluuurrpphh, slurrppphhh, Widya menjilati dan menyedot cairan sperma yang keluar dari lubang vagina ibunya. Entah sperma siapa itu, apakah itu sperma dari para mantan budak yang mereka miliki, atau itu sperma dari para anggota gestapo? Widya sendiri tidak tahu, berapa orang yang menumpahkan air mani-nya di lubang vagina ibunya. Widya sendiri melihat setidaknya empat sampai lima orang, entah berapa orang ketika sebelum ia pulang ke rumah.

“Kalian berdua memang cantik, sayang sekali nasib kalian harus menjadi seperti ini. Salahkanlah Hendi (nama ayah Widya) sialan itu. Jika ia tidak berani menentang negara, maka nasib kalian tentu tidak akan semalang itu.”

Kepala Widya kini sudah tidak perlu dipegangi lagi. Ia sudah paham benar dengan tugasnya untuk membersihkan sperma dari vagina mama-nya. Ia juga diperintahkan untuk menjilati habis sperma yang tercecer di meja. Jumlahnya cukup banyak.

Para mantan budak yang bekerja di rumah itu hanya dapat tercenggang melihat pemandangan di hadapan mereka. Dua orang mantan majikan mereka tengah melakukan hal yang bagi mereka begitu erotis. Baik Widya maupun Ibu Liana adalah sosok wanita yang begitu cantik. Kini keduanya telanjang dan hampir telanjang. Sang anak sedang menjilati vagina yang penuh dengan bekas sperma mereka. Keringat membasahi tubuh dua bidadari itu, membuat kulit halus mereka memancarkan cahaya yang menggairahkan.

“Widya, kalau kamu mau lebih berbakti, bikin ibumu sampai orgasme.” Kata salah satu anggota gestapo. “Kalau tidak, yah paling kami akan perkosa lagi ibumu sampai pagi menjelang.” katanya dengan enteng.

“Tidak, aku mohon jangan.” Pinta Widya.

“Kalau memang ndak mau, jalankan perintahku tadi.” Ucap si anggota gestapo.

Para anggota gestapo itu rupanya ingin menghancurkan moral ibu dan anak itu. Widya yang tak punya pilihan akhirnya menuruti permintaan anggota gestapo itu. Pertama ia lebarkan kedua labia vagina ibunya. Warna vagina Liana masih saja cerah meskipun tidak muda lagi. Dengan sedikit usaha, Widya akhirnya menemukan kelentit ibunya. Bentuknya seperti kacang kecil yang tersembunyi di antara gundukan daging.

Widya memang anak baik-baik, tapi bukan berarti ia tak pernah bermasturbasi. Ia pernah melakukan itu beberapa kali. Sekedar untuk melampiaskan keingintahuannya.

Dengan lembut, Widya menjilati kelentit ibunya sendiri. Ia menjilatinya seperti menjilati ice cream. Liana-pun merasakan sensasi nikmat yang menjalar ke sekujur tubuhnya. Setelah beberapa jam dikasari dan diperkosa. Ia merasa belaian lidah Widya di kemaluannya terasa begitu nikmat. Padahal belaian itu adalah rangsangan dari putrinya sendiri.

“Oh Widya, sudah, kamu ndak usah melakukan itu. Ugghhh!” lenguh Liana.

Perlahan, pegangan kaki di tangan dan kaki Lianapun dilepas. Dan tanpa Liana sendiri sadari, tangannya kini sudah membelai-belai lembut rambut putrinya. Menandakan bahwa Liana terbawa suasana nafsu birahinya. Liana sendiri tak pernah membayangkan jika ia akan melakukan hubungan lesbian. Apalagi hubungan ini ia lakukan dengan putrinya sendiri.

“Widya.” Kata Liana sambil menatap putrinya.

“Mama.” Jawab Widya sambil menghentikan sapuan lidah di kemaluan ibunya.

Tanpa Liana sadari, ia kecup bibir Widya. Bibir putrinya sendiri yang seharusnya ia jaga. Awalnya kecupan itu hanya sebuah kecupan kecil. Seperti kecupan kasih sayang seorang ibu terhadap putrinya. Namun beberapa saat kemudian, kecupan itu berubah menjadi ciuman mesra. Mirip seorang kekasih yang sedang dimadu asmara.

Widya awalnya kaget, mengapa ibunya bisa berbuat seperti itu. Awalnya Widya juga menolak perlakukan ibunya di dalam hati. Namun perlahan ia membiarkan ciuman itu mendarat di bibirnya. Ia bahkan membiarkan ketika lidah ibunya menyeruak masuk ke dalam mulutnya.

Entah mengapa Liana bisa berbuat seperti itu. Mungkin karena ia begitu menderita diperkosa secara brutal oleh para budak dan anggota gestapo. Mungkin juga karena ia memang akhir-akhir ini sudah tidak begitu mendapat kenikmatan seksual dengan suaminya. Hendy selama ini memang suami yang baik, namun karena kesibukannya, ia semakin jarang mempunyai waktu bersama dengan keluarganya.

Liana yang tadi lunglai bagai mendapatkan tenaganya kembali. Ia peluk mesra Widya dan mencumbu bibirnya seperti orang yang sedang kesetanan. Tangannya kini merabai punggung putrinya, bahkan sesekali turun hingga ke pantatnya. Cumbuan Liana turun hingga ke leher dan pundak Widya. Seolah ia ingin merasakan betapa lembut dan mulus kulit tubuh putrinya.

Dua budak membawa sebuah kasur matras atas perintah salah seorang anggota gestapo. Dan kedua ibu dan anak itupun diminta untuk melanjutkan aksinya diatas kasur itu.

Sungguh pemandangan yang begitu menakjubkan, dua orang bidadari kini tengah bercumbu mesra. Sensasi adegan mesra itu kian bertambah, apalagi jika tahu dua bidadari itu sesungguhnya adalah seorang ibu dan anak.

“Oh, mama, ehmmm, hmmmphhh!” lengih Widya ketika Liana mulai menindihnya dan meremasi payudaranya.

“Widya, aku tak tahu selama ini kamu begitu indah. Kamu memang anak mama.” Kata Liana sambil terus mengecupi payudara anaknya.

Payudara Widya memang tidak sebesar milik Liana. Ukurannya hanya 32C sedangkan ukuran lebih dari 32E atau mungkin sedikit diatasnya. Namun buah dada Widya sudah terasa tumbuh sempurna dan kencang. Padahal usianya masih 18 tahun.

“Sini Wid, minum susu mama juga, kayak kamu ketika masih bayi.” ucap Liana kepada Widya. Widyapun mengikuti permintaan mamanya. Ia jilati dan sedet puting susu mamanya yang nampak sudah mengeras. Ia juga ikut meremasi buah dada mamanya, sementara Liana sendiri mulai menggosokan jari-jemarinya di kemaluan Widya yang tertutupi oleh chasity belt.

“Oh, mama, oh enak mama. Ahhhhh!!” Jerit Widya ketika jari-jari mamanya sedikit menariki celana dalam kulit yang Widya kenakan. Celana dalam itu ikut menggeseki kemaluan Widya, membuat gadis sekolah menegah itu berkelenjotan merasakan nikmat.
 
Bimabet
Semoga bisa sampai tamat
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd