Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lika Liku Lilis

Status
Please reply by conversation.

Peewee_Wik_Wik

Pendekar Semprot
Daftar
16 Feb 2019
Post
1.868
Like diterima
3.534
Bimabet
#1. Prolog

"Tok..tok..tok!!!!" Ketukan palu hakim serasa menghantam ulu hatiku. Aku hanya bisa termenung menyesali segala perbuatanku selama ini. Penyesalan hanya bisa datang terlambat. Hari ini, Senin 20 Agustus 2018 bertepatan dengan 10 tahun pernikahanku dengan Lilis, dan hakim memutuskan berakhirnya hubungan rumahtangga kami secara hukum. Ya, Elisa Nurahmah yang sekarang telah menjadi mantan istriku, telah menggugat perceraian dengan tuduhan perselingkuhan yang selama ini aku lakukan dibelakangnya setahun terakhir ini. Dia menemukan bukti percakapanku dengan wanita lain. Aku akui bahwa aku sangat ceroboh saat itu. Karena aku orang yg cukup cermat dan berhati2 selama ini, selalu menghapus segala percakapanku dengan Arin, Wanita Idaman Lainku. Sebenarnya isi percakapanku dengan Arin tidaklah terlalu vulgar dan intim, lebih ke perhatian dan menanyakan kabar kegiatannya saat itu. Dan yang membuatku heran, kenapa Lilis begitu cemburu buta dan keukeh menggugatku dengan bukti sebatas percakapan seperti itu. Dan herannya, hakim pun mengabulkan gugatannya bercerai dan memintaku tetap memberi nafkah kepada kedua anakku yang masih bersekolah setiap bulannya.

#flashback

Aku bertemu pertama kali dengan Lilis sekitar 12 tahun lalu, kebetulan aku baru dipindah tugaskan ke sebuah pulau di Sumatra. Sebut saja namaku Ferdi, 36 tahun asal Jawa, lebih tua 3 tahun daripada Lilis (usia kami saat ini) Lilis merupakan wanita keturunan sumatra Sunda, dengan mewarisi kecantikan ala gadis Sunda pada umumnya walau dia terlahir di tempat perantauan, domisilinya saat ini. Dengan paras cantik namun innocent, tinggi sekitar 150 cm dan berat 45 kg sudah cukup meluluhkan perasaanku saat pertama kali berjumpa dengannya, di kantor tempatku bekerja. Kebetulan saat itu dia sedang mencari data untuk penyusunan tugas akhir kuliahnya. Aku terpukau dengan wajah lugunya saat melemparkan senyum manisnya kala itu. Dan aku pun bertekad mendekati dan menyeriusi hubungan dengannya. Sekitar sebulan berkenalan dengannya, kami pun resmi jadian sebagai sepasang kekasih. Saat itu akupun benar-benar berniat serius menikahinya, karena aku yakin dia gadis yg tepat, memiliki kepribadian yg baek, penurut dan pastinya masih perawan. Ya, aku masih berprinsip ingin memiliki istri yg masih perawan, walau aku sendiri sudah tidak perjaka, sungguh sikap egois seorang laki-laki. Lilis ini tipe wanita pendiam dan pasif dalam berkomunikasi, alias hanya menunggu kabar dariku, walau aku juga tidak menyukai wanita yg agresif, setidaknya sedang-sedang sajalah. Hanya itu saja yg sebenarnya menjadi nilai minus buatku, namun aku masih bisa memakluminya.

Dari awal aku sudah menyatakan keseriusanku kepadanya, dan juga kubuktikan dengan berkenalan dengan kedua orangtuanya walau hubungan kita masih seumur jagung. Orangtuanya menyambutku dengan positif, karena melihat aku saat itu berstatus pegawai dan memiliki masa depan cerah serta tentunya berniat serius dengan anak gadisnya.

Hubungan kami pun berjalan normal dengan sedikit keributan kecil yg semua selalu karena masalah komunikasi yg cenderung satu arah, karena dia cenderung cuek dan kurang inisiatif memulai komunikasi entah sms apalagi meneleponku. Namun semua itu masih bisa kumaklumi, karena pada dasarnya memang sifatnya yg pemalu. Seminggu sekali aku selalu menjemputnya dengan menggunakan sepeda motor kesayanganku, untuk bertemu sekalian berjalan jalan melepas penat ke tengah kota. Rumah Lilis memang berada di pinggiran kota tempatku bekerja dan tinggal, lebih tepatnya di sebuah perkampungan yg lumayan padat penduduknya. Rumahnya termasuk besar dengan pekarangan yg luas dan berjarak sekitar 10 meter dengan rumah tetangga terdekatnya. Butuh waktu sekitar 40 menit untuk tiba di rumahnya dari tempatku tinggal.

Tak terasa sudah hampir setahun kami berpacaran, mulai dari berpegangan tangan hingga berciuman sudah menjadi hal biasa buat kami, walau Lilis bukanlah partner berciuman yg baek atau cenderung pasif dan dingin. Sedikit demi sedikit rasa penasaran dan nafsu timbul di benakku, karena aku seorang lelaki yg jg punya nafsu ditambah aku punya pengalaman pacaran yg vulgar di masa remajaku, walau tidak pernah sampai ML, karena aku jg memiliki prinsip tidak ingin memerawani pacar pacarku. Cukup sebatas saling merangsang organ seksual masing masing. Dan perjakaku memang telah hilang, karena rasa penasaranku tentang ML setelah lulus kuliah dengan seorang wanita yg setahun lebih tua dariku dan memang sudah tidak perawan.

Dengan berbekal pengalaman kenakalanku itulah, aku pun berhasrat melakukannya dengan Lilis. Pernah suatu ketika kuajak dia ke rumah kontrakanku. Dan seperti biasa kita saling berciuman, dan disaat dia lengah aku mulai meraba raba payudaranya. Berulangkali Lilis berusaha untuk menyingkirkan tanganku, namun akhirnya dia menyerah. Tak selesai disitu, aku pun jg berusaha membuka kancing bajunya satu persatu, dan saat itu juga Lilis menangis. Akupun mengakhiri dan berjanji tidak mengulangi lagi.

Namun, yg namanya setan selalu muncul kapan dan dimana saja. Aku tidak pernah menyerah dgn upaya untuk mendapatkan keinginanku itu. Hingga akhirnya setelah membutuhkan waktu yg tidak sebentar, aku berhasil meyakinkan Lilis untuk dapat menikmati payudaranya. Dan tidak tanggung tanggung aku melakukannya di rumah Lilis.

Sore itu seperti biasa aku mengunjunginya untuk menghabiskan malam minggu bersama. Namun kita memutuskan tidak kemana mana alias dirumah saja. Dan sudah menjadi kebiasaan kedua orangtuanya menyambutku di ruang tamu. Setelah berbasa basi sebentar dan menyuguhkan minuman dan makanan kecil, mereka meninggalkanku berdua dengan anak gadisnya. Lilis saat itu menggunakan kaos berwarna pink dengan rok panjang semata kaki. Dia hanya mengenakan hijab jika berada diluar rumah saja. Kami pun melakukan obrolan tentang kegiatan kami selama seminggu terakhir dengan posisi duduk berhadapan. Tak terasa waktu menunjukkan pk. 20.00 wib, aku pun meminta Lilis berpindah duduk ke sebelahku. Aku mulai memeluknya, dan bibir kami pun saling berpagutan. Begitu kulihat dia lengah, aku pun mulai meremas remas payudaranya. Tak lama kemudian, aku mulai berani memasukkan tanganku ke dalam bajunya melalui bagian bawah kaosnya. Kuremas remas sembari menyusupkan tanganku ke dalam BHnya yg berukuran 34 B sembari mencari puting susunya. Ya, kali ini Lilis sudah tidak seketat dulu terhadapku. Dia sudah mulai pasrah terhadap perlakuanku kepada organ organ vitalnya. Menghisap susu sembari memainkan klitoris vaginanya menjadi kebiasanku di setiap kunjunganku di tiap tiap akhir pekan. Dan dia mengakalinya dengan memeluk bantal kursi tamu sembari kulancarkan serangan ke organ vitalnya, sambil berjaga seandainya orangtuanya tiba tiba muncul.

Bersambung..

Mulustrasi:



Update:
Page 1
Page 2
Page 3
Page 5
Page 8
Page 10
Page 11
Page 13
Page 14
Page 16
Page 18
Page 19
Page 21
Page 25
Page 26
Page 28
 
Terakhir diubah:
Salam bro...
Sepertinya menarik ceritanya..
Lanjutken...
 
Update:

Namanya manusia pastinya tidak pernah mengenal kata puas. Ya begitu juga denganku. Apalagi bila berhubungan dengan sex, tidak pernah ada puas dan juga bosan. Aku selalu memiliki fantasi serta imajinasi yg tinggi tentang sex. Aku sudah bisa berfantasi tentang wanita sejak kelas 2 SD. Ditambah lagi, majalah dan vcd porno termasuk mudah kuperoleh kala itu. Aku mulai mengenal onani, yaitu sejak lulus SD, sesuatu yg kurang lumrah di tahun 90an. Melihat payudara wanita dan menyentuhnya langsung sudah kurasakan sejak kelas 3 SMA. Aku sangat berdebar debar kala pertama kali melihatnya. HJ dan BJ berulangkali kurasakan dari mantan pacarku sebelumnya. Dan kali ini, objeknya tak lain tak bukan pacarku saat ini, Lilis. Aku selalu mengenalkan hal hal baru terkait sex kepadanya, terlebih lagi Lilis merupakan seorang gadis yg lugu. Dia hanya sebatas mengenal ciuman bersama mantan2nya terdahulu. Itupun bisa dihitung dengan jari. Lilis terkenal sebagai pribadi yg lugu, cuek dan dingin terhadap sosok lelaki. Entah ini merupakan keberuntungan atau PR buatku.

Dan seperti yg sudah bisa ditebak, aku pun mengenalkan oral penis kepada Lilis. Sangat kuyakini, itu kali pertama Lilis melihat penis laki laki dewasa. Mulai dari menyentuhnya, mengocok hingga mengoral penisku, akhirnya dia ketahui dariku. Dan kita selalu melakukannya di ruang tamu rumahnya. Seperti kata pepatah, sekali penis menjulang, pantang pulang bila masih kentang. Ya itu yg biasa kita lakukan, aku belum akan pulang selama spermaku belum keluar di mulutnya. Aku selalu berdalih pulang dengan penasaran bila sperma ini belum keluar dari penisnya, dan Lilis menuruti permintaanku.

Hari itu, tanggal 31 Desember 2007. Seperti masyarakat pada umumnya diseantero dunia sudah merencanakan dimana akan menghabiskan malam pergantian tahun. Begitu juga aku yg berencana mengajak Lilis untuk merayakan pergantian tahun di tepi laut pusat keramaian di daerah kami. Aku jemput dia sore itu, dan sebelumnya meminta izin kepada orangtuanya. Orangtua Lilis waktu itu hanya berpesan hati hati dan jangan pulang kemalaman. Kusanggupi saja saat itu, walau sebenarnya aku sudah memiliki rencana lain. Benar saja, sekitar Pk. 23.00 wib, aku bujuk dia agar menginap di tempatku setelah acara tahun baruan selesai, karena tidak mungkin mengantarkannya pulang pada waktu dinihari. Karena memang perjalanan menuju rumahnya bila malam sangat sepi dan minim penerangan. Awalnya Lilis menolak, karena tidak tau harus membuat alasan apa kepada orangtuanya. Aku pun tak kurang akal, kusuruh dia membuat alasan kalo dia akan menginap di kosan temannya di pusat kota. Sekitar Pk. 01.00 wib aku pun mengajaknya untuk pulang ke rumah kontrakanku. Sepanjang jalan berbagai perasaan berkecamuk di pikiranku. Rasanya sudah tidak sabar untuk memerawaninya. Aku memang sudah sangat menanti nantikan momen ini bisa segera terwujud. Begitu sampai di kontrakanku, aku turunkan Lilis di halaman samping rumah dan menyuruhnya masuk melalui pintu belakang. Ini menjaga supaya tidak ada tetangga yg curiga. Kemudian kuparkirkan motorku di teras rumah, sambil mengamati kondisi sekitar. Begitu kurasa aman, aku pun masuk menemui Lilis yg sudah berada di dalam rumah. Aku pun berganti baju dengan kaos dan celana pendek. Sedangkan Lilis, hanya melepas hijabnya karena memang tidak menyiapkan baju ganti. Kita pun mulai berbaring layaknya pasangan suami istri. Sambil bercerita kubelai belai rambutnya, kemudian kukecup keningnya hingga turun ke bibir. Kulumat bibirnya sambil berusaha memasukkan lidahku ke mulutnya. Birahi kami pun berasa naik, terasa dari kualitas ciuman kami. Tanganku pun mulai bergerilya disekitar dadanya. Sambil tetap berciuman aku mulai remas remas dadanya. Lilis pun tampak melenguh dan mengeluarkan desahan kecil. Kujaga konsentrasinya dalam berciuman sembari aku mulai melepas satu persatu kancing bajunya. Dan kini nampaklah gundukan payudara yg masih terbungkus dengan beberapa bagiannya menyembul seolah tak tertampung. Ciumanku pun kini beralih ke bagian telinga dan lehernya. Kujilati lubang di telinganya yg tentunya memantik rangsangan geli di tubuh Lilis. Wanita pada umumnya memiliki titik lemah di sekitar telinga dan lehernya, karena itu aku sengaja melancarkan seranganku di area tersebut. Payudaranya pun tak luput dari seranganku, kususupkan tangan ke dalam BHnya dan segera kusasar puting susunya. Kini puting susu Lilis berada dalam kuasa permainanku. Lilis tampak mulai terangsang berat saat itu, terlihat jelas dari matanya seolah merem segan melek tak mau. Bagaimana tidak, karena disaat bersamaan kuserang dua area sensitifnya, leher dan puting susunya. Pelan pelan aku turunkan ciumanku ke dadanya. Payudaranya kini menyembul karena masih tertahan BHnya yg telah kusingkap kebawah. Kini putingnya yg menjadi sasaranku. Kulumat pelan dan kukombinasikan dengan jilatan di sekitar areolanya sambil kupelintir puting satunya. Tampak perubahan di kedua payudara Lilis saat ini, yang berasa lebih besar, kenyal dan montok dibanding saat aku pertama kali melihatnya. Tentunya ini merupakan buah dari kerjakerasku selama ini, yg tidak henti2nya memberikan rangsangan sehingga memacu hormon hormon di payudaranya supaya tumbuh membesar. Aku sungguh gemas dengan payudaranya kini, hingga tanpa sadar kuremas hingga menyembul dan kuhisap bergantian kedua putingnya. Lilis pun seperti membuncah hasrat birahinya, kini desahannya tidak lagi terdengar samar samar. Adrenalinku pun ikut terpacu untuk membawanya lebih tinggi lagi merasakan kenikmatan surgawi ini. Tanpa sadar, kini BHnya pun telah kulepas seutuhnya. Kini pemandangan payudara indahnya tak lagi terhalangi selembar kain pun..tanganku pun lanjut bergerilya ke bagian bawah tubuhnya..kubuka kancing celana jeansnya dan kuturunkan resleting celananya. Kini nampak segitiga berbahan katun tipis berwarna merah muda dan tersemat pita di bagian depannya. Aku sungguh takjub kali ini karena baru kali ini aku bisa melihat sepenuhnya. Kutarik pelan celananya, dan Lilis belum sadar dengan ulahku. Dan kuulang lagi menciumi payudaranya dan tanganku mulai hinggap di celana dalamnya. Kuusap usap pelan di area yg sekiranya merupakan titik rangsangannya, dan kurasakan basah di area tsb. Pelan pelan kususupkan lagi tanganku kali ini ke dalam cdnya sambil meraba dan mencari area G Spotnya. Lilis tambah meracau dan menggelinjang saat kudapati area G Spotnya. Kuintensifkan rabaanku di sekitar klitorisnya, dan kugosok berulangkali di area tersebut. Lilis pun hanya bisa bergumam tidak tahan dan kegelian karena titik sensitifnya kumainkan terus menerus. Sesekali nampak dia seperti mengejankan tubuhnya layaknya tersengat listrik. Entah dia orgasme saat itu atau tidak karena diapun tidak tau apa istilahnya. Aku pun lantas menyusuri tubuhnya turun ke area perut secara perlahan sembari kujilati tubuhnya hingga sampailah di area vagina yg masih terselimuti CD. Aku cium dan kulanjutkan jilatanku di area klitorisnya dari atas hingga kebagian bawah, sambil menyodok nyodok liang vaginanya yg masih terbungkus dengan lidahku. Dan begitu kulihat dia tidak sadar, kulucuti pelan pelan CD tsb. Namun tanpa kuduga Lilis tersadar saat itu juga, dia pun buru buru menutup vaginanya dengan kedua tangannya dengan berdalih malu area kesuciannya kini telah terjamah oleh mataku. Akupun berusaha meyakinkannya agar tetap tenang dan tidak perlu malu kepadaku, toh sudah sampai tahap ini mending dinikmati saja. Aku pun buru buru menyerang vaginanya kembali sambil pelan pelan kulepaskan tangannya yg sedari tadi menutupi vaginanya. Kujilati mulai dari selangkangan paha dalam hingga akhirnya kudapati area klitorisnya. Kusapu dengan lidahku hingga kususupkan lidahku ke liang vaginanya. Kini Lilis tampak benar sudah pasrah dan kembali menikmati sapuan lidahku. Seakan tidak ingin kehilangan momen, tanpa sepengetahuannya kulepaskan celana dan CDku. Penisku sudah tegak menjulang layaknya tiang bendera. Kulihat Lilis saat itu sedang memeramkan matanya, dan pelan pelan kuarahkan penisku diujung liang vaginanya. Lilis tersadar saat itu, dan tanpa menunggu dia sadar sepenuhnya buru buru kuhujamkan penisku..blessshhh penisku pun kini telah terhujam kedalam vaginanya..pelan pelan kutambah hujamanku hingga penisku tertanam sepenuhnya..Lilis tampak terhenyak dan merintih menahan rasa perih..dia pun seperti tak menyangka mendapat serangan tiba tiba..dan sebelum dia sempat melayangkan protesnya buru buru kugerakkan penisku maju mundur dengan kecepatan sedang..Lilis hanya bisa mengaduh antara menahan sakit dan juga rasa geli di vaginanya..aku tidak bisa menambah kecepatan penetrasiku..karena selain terasa sempit, penisku pun terasa sudah mulai berkedut kedut karena jepitan erat vagina Lilis..mungkin saking excitednya bisa memerawani Lilis, penisku seakan tidak bisa berkompromi menahan sperma ini supaya bisa keluar lebih lama lagi..akupun berusaha sangat berhati hati agar tidak sampai menghamilinya..dan hanya sekitar 5 menit aku bisa bertahan itupun dengan slowly penetrasi. Kusemprotkan spermaku saat itu di perut Lilis..setidaknya terhapus sudah penasaran ini dan kudapatkan sensasi bersetubuh sebenarnya walau ini barulah awal dari persetubuhanku dengan Lilis..namun lain halnya dengan Lilis, dia tampak meneteskan airmatanya sesudah itu..aku pun tak tega melihatnya sembari meyakinkannya bahwa aku melakukan ini karena memang niatan serius menikahinya..dan setelah situasi berjalan kondusif, kami pun akhirnya tertidur karena kelelahan..

Esok harinya, pagi pagi betul kuantar Lilis kerumahnya. Nampak wajah cemas dan kurang bersahabat di raut wajah ibunya. Namun setelah kujelaskan, untungnya orangtuanya mengerti. Akupun lantas pulang ke kontrakanku, kemudian tak lupa kukabari Lilis bahwa aku telah tiba di rumah. Lilis pun bercerita bahwasanya pada saat mandi tadi, vaginanya terasa perih dan terdapat beberapa tetes darah di CDnya. Aku memang tidak memperhatikan soal itu tadi malam, karena memang lampu kumatikan pada saat kami bersetubuh. tapi aku percaya bahwa itu memang darah perawannya walau sebatas pengakuannya melalui telepon. Lilis pun tampak cemas mendapati dirinya tidak lagi perawan. Namun selalu kuyakinkan bahwa aku bakal bertanggungjawab menikahinya.

Setelah kejadian itu, kita selalu mengulangi persetubuhan hampir setiap minggu. Walau terkadang Lilis suka menolak, akupun selalu berhasil mempengaruhinya dan terkadang agak memaksa. Bahkan pernah dia sampai kuminta datang sendiri ke rumahku dengan diantar adeknya pagi pagi hanya untuk sekedar memuaskan birahiku. Mungkin muncul dilema dalam bathin Lilis antara menolak dengan menuruti kemauanku.

Enam bulan kemudian akhirnya kupenuhi janjiku untuk menikahinya. Karena walau watakku yg cenderung keras dan egois, namun aku merupakan sosok yg bertanggungjawab dengan apa yg telah kumulai. Dari pernikahan kami, dikaruniai sepasang anak yang kini telah bersekolah SD. Dan beberapa tahun setelahnya , kami pun berpindah tempat tinggal di ibukota karena tuntutan pekerjaanku.

Dan disinilah semua awal petaka itu dimulai.

Bersambung....
 
Wuih kayaknya menarik nih... Jangan2 lilis teh hemmm
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd