Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 3 - I Promise

Bimabet
Selamat malam momod, king, pertapa, pendekar, guru besar, suhu master, tukang, guru suhu, senpai, addict, holic, dan para suhu reader yang terhormat. Semoga sehat dan bahagia senantiasa...

Izinkan nubie update sedikit cerita ini agar bisa menjadi teman istirahat para suhu di akhir pekan..

Happy Weekend..
 
Mulustrasi...


IBU PUTRA


6762d4667030983.jpg


DOKTER DEBBY


03f593667031013.jpg



Lanjutan nya ya gan...




Bab. V - How Come ??

Pov 3rd

Setelah mendapat laporan dari Ronald, teman nya Jessica. Beberapa anggota keluarga Anto segera meluncur ke lokasi. Ternyata di lokasi sudah ada 5 orang security komplek, dan beberapa warga yang membantu. Dan tak lama polisi dari pospol terdekat sudah ada mewakili polsek setempat, Maruya.

Korban secepat nya diidentifikasi, dan diangkut dengan ambulance ke rumah sakit terdekat. Anto merekomendasi ke RS Swasta yang cukup elit di wilayah itu. Berjarak sekitar 2.5 km dari lokasi. Anto, Stevan, Novi, Aiko juga Dea ikut juga mengantar ke RS. Lalu menyusul kemudian Debby. Jessi dan Romi tetap dirumah. Orang tua dan mertua Anto juga tinggal di rumah.

Roni, Joko dan Andi sudah sadar. Hanya kondisi masih lemah. Memang mereka tadi dipukul dan dilumpuhkan, tidak di habisi seperti yang di alami Putra. Putra belum sadar, kondisi dia yang paling parah dan langsung di rujuk ke ICU. Dijamin oleh Anto. Semua langsung masuk IGD. Orang tua dari anak anak ini belum ada yang datang satu orang pun.

Kalau dari Doni dan teman-teman nya juga belum ada yang datang orang tua nya, hanya Robi yang sudah sadar dan bisa berkomunikasi. Sungguh malam yang kelabu jadi nya. Semua dirundung sedih, panik dan cemas. Novi menangisi Putra, ditenangkan mama nya, Dea. Anto terus berkonsultasi dengan dokter jaga. Lalu Debby datang, dia yang juga seorang dokter internist, coba meminta izin melihat kondisi ke tujuh anak ini. Awalnya agak di persulit, lalu Debby menelpon kolega nya sesama dokter yang memang bekerja di rumah sakit itu kebetulan juga mempunyai posisi penting sepertinya di rumah sakit tersebut, akhir nya dia diizinkan sekedar melihat. Debby memeriksa kondisi para bocah itu.

Saat tengah malam, datang ibu Roni, ya tinggal ibu nya. Lalu berturut bapak-ibu Joko dan orang tua Andi, saat ini kebetulan sedang lengkap. Ibu Putra, belum muncul.


Pov Ibu Putra

Perasaan ku sangat tidak enak sejak lepas waktu sholat Isya tadi. Aya naon yah? Putra juga izin keluar ke rumah Roni. Katanya ada teman atau adik teman nya tadi yang ulang tahun? Aku jadi sibuk sendiri memilah sayur untuk jualan nanti subuh.

Ini sudah jam 10 malam, Putra teh belum kembali. Besok dia masih harus kerja pagi-pagi sekali. Kemana dia yah? Aku kurang paham juga rumah nya Roni. Iyeu kumaha ?? Ah, Putra anak baik, gak pernah nyusahin ibu nya. Yah, mungkin sebentar lagi dia pulang. Aku rebahan lah sebentar..

Sudah lewat satu jam aku sudah terlelap. Lapat-lapat, aku dengar ada yang mengetuk pintu rumah. Awal nya aku pikir teh itu Putra, setelah di cermati..

tok.. tokk.. tokk..
tokk... tokk.. tokk..

"Assalamualaikum.. malam bu...
bu... ibu... permisi... permisi ibu..."


"Wa'alaikumsalam.. sebentar yah.."

Aku bergegas bangun, rambut ku aku ikat ringkas kuncir kuda. Aku hanya memakai daster tanpa lengan, segera menyambar sweater dan memakai nya. Lalu aku bergegas ke pintu depan. Sebelumnya sambil aku hidupkan lampu ruang tengah yang tadi sebelum tidur aku matikan.

Pintu aku buka, tampak seorang pemuda muncul di pintu rumah ku. Usia sekitar 17 / 18 tahun an.

"Maaf bu.. saya mengganggu. Apa benar ini rumah nya Putra bu"

"Iya betul dek.. adek siapa? ada apa dengan anak saya?"

"Saya Edwin bu, kakak nya Roni temannya Putra. Saya kesini di minta adik saya Roni. Mau ketemui ibu. Roni dan Putra bersama dua teman mereka lainnya Joko dan Andi, baru saja dapat musibah, satu jam lalu bu di komplek Villa Handsome Park. Mereka berempat di keroyok oleh kelompok lain. Dan, saat ini sedang di rawat di RS. Istana Indah. Putra yang paling parah, dia kritis.."

"Masya Allah... astagfirullah... Putra.. kamu kenapa nak.. ya Allah..." kepala ku penuh, hatiku sungguh resah. Apa ini arti firasat dari tadi sore menjelang malam itu? Aku sampai lupa mempersilahkan kakak nya Roni untuk masuk. Aku segera lari masuk ke dalam, yang terpikir saat ini, aku harus melihat putra ku, harus..

Aku seperti orang ling lung. Panik, dan sedikit gemetaran. Aku menangis, air mata mengalir keluar. Aku lari ke dalam ambil tas besar kosong, lari kedepan, aku sadar, lari lagi ke dalam, ambil sendal, aku lari lagi ke depan, aku tiba-tiba sadar, aku langsung mau lari lagi.

"Bu.. bu.. bu.. sabar bu.. sabar.. bu.. jangan panik .. bu.. ibuuu..." Edwin mencoba menenangkan..

Aku seperti tersadar..

"Oohhhh.. maaf nak.. a.. yo masuk dulu.. hik.. hik.. hik.. hik.. Putra anak ku.. malangnya nasib mu nak.."

Edwin segera menuju dalam rumah, dia nyelonong ke dapur. Dia ambil segelas air minum dingin. Dan di berikan pada ku. Aku yang memang haus, menerima dan meneguk habis air itu. Segar terasa kerongkongan ku. Dan perlahan panik ku juga menurun.

"Terimakasih dik.. terimakasih.."


"Dik, tau kamar berapa dirawat nya Putra?"

"Maaf ibu, saya tidak tau. Kalau mau kesana, ibu bisa datang ke UGD biasanya ibu.."


"Iya, oh.. aku harus ke rumah sakit sekarang.. iya sekarang..." ibu Putra kembali berdiri..

"Bu.. ibu.. maaf.. (ibu Putra berbalik melihat ke Edwin), saya pamit ya bu. Sudah malam sekali hampir tengah malam. Dan ibu juga mau ke rumah sakit"

"Iya dik.. eh, adik pakai apa tadi?" Ibu Putra menyelidik ke arah luar. Tampak nya tidak ada kendaraan.

"Iya bu, saya pun tadi kesini naik angkot bu, mungkin nanti saya naik ojek saja pulang nya."

"Hati-hati ya dek, jaga dirimu.. terima kasih ya dek, salam sama ibu mu.. "

"Iya ibu juga yah. Assalamualaikum.. "

Edwin segera pergi. Jalan kaki sendiri menuju ujung gang.

"Wa'alaikumsalam.."
jawab ibu Putra

Ibu Putra pun mengambil baju salin, perlengkapan menginap, ia ganti baju. Lalu bawa sweater melindungi tubuh nya dari udara dingin. Juga simpanan uang nya.. yah ada hanya simpan uang sedikit. Untuk bayar biaya perawatan? Sungguh bingung, dia belum bisa berpikir kesana.
Sayuran nya pun di tinggal saja begitu.

Selang 15 menit kemudian ibu Putra sudah mengunci pintu dan berjalan di tengah gelap malam. Isak tangis masih terdengar, kesedihan sangat di rasakan. Ketakutan kehilangan satu-satunya yang dia cintai sangat menghantui hati dan pikiran nya.

Ibu Putra berjalan ke ujung gang yang langsung bertemu dengan jalan raya sambil membawa satu tas lumayan besar. Dia melihat kanan-kiri, sudah sepi. Ibu ini hanya berharap ada ojek yang lewat. Syukur, tidak lama seorang ojek yang cukup tua berhenti, melakukan pembicaraan dan ibu Putra segera membonceng dan motor langsung meluncur ke tempat yang si tuju.

15 Menit lewat dari jam pergantian tanggal, ibu Putra telah tiba di RS. Istana Indah. Segera menyelesaikan sang ojek, dan masuk ke security..


"Malam pak, saya mau tanya UGD sebelah mana ya pak? saya ibu dari Putra. Kata nya tadi dia celaka, kritis dan di bawa ke RS ini. Saya mau ketemu pak.. hik.. hik.. hik.."

"Tunggu ya bu, biar saya periksa dulu. Siapa nama lengkap putra nya?"

"Satria Raja Putra."


"Oh.. iya ini. Anak ibu sudah di ICU. Mungkin serius ini bu.. ibu bisa ke ruang perawat bu. Bu.. bu... ibu..." security menjelaskan, tapi ibu Putra terkejut dan menutup mukanya. Tangis nya pecah..


Pov Ibu Putra

Anak ku... ada apa yang terjadi dengan mu sebenarnya... kenapa bisa seperti ini sayang ibu..

Ibu datang nak, ibu sudah datang..
Ya aku harus ke ruang suster..


"Malam sus.. saya mau liat anakku. Katanya di ICU sus.. tolong suster, saya ibunya, satu-satu nya milik nya... hik.. hik.."

"Sebentar bu.. siapa nama anak ibu?"

"Satria Raja Putra suster. Masuk belum lama suster.. tolong suster.. "

"Sabar bu.. sabar.. saya lihat sebentar..
Eh, iya ada nama korban atas nama itu. Kalau ibu mau lihat, ada baik nya ibu tunggu sebentar, biar kepala perawat bicara dengan ibu sebentar.."

"Aduh ibu.. saya mohoooonnn... izinkan saya ketemu anak saya suster. Haduhh.. kenapa sih suster.. tinggal kasih tunjuk sebelah mana, biar saya kesana sendiri kalau kamu gak ada yang mau anterin.."

"Bukan ibu, bukan.. ini mengenai luka anak ibu. Cukup serius, tapi yang berhak menerangkan secara umum bukan saya bu, tapi kepala perawat. Saat ini sedang menemani dokter tamu melihat kondisi pasien. Mohon ibu sabar sebentar ya bu. Pasti kami tangani dengan yang terbaik ibu.. sabar ya bu.."


"Sebenarnya apa yang terjadi dengan anak saya sus? bagaimana? ayolah suster.." aku menangis karena tidak sabaran tapi aku tidak berdaya.

"Waktu tadi tiba, aku ikut periksa luka nya. Huuufffhh... anak ibu... wajah penuh luka, kepala juga. Badan dan kaki lebam. Dan... aahhh... perut tertikam belati.. di sisi pusar dan tertancap penuh. Anak ibu... tidak sadar bu, kritis akibat luka dan darah yang banyak. Hanya itu sekilas yang bisa saya katakan. Lebih lengkap, mohon ibu tunggu yah.. "

Ya Allah.. cobaan apa yang Engkau berikan pada aku. Kalau ini akibat dosa-dosa ku di masa lalu ku, mohon ya Tuhan, jangan limpahkan pada anak hamba. Dia tidak ada dosa apapun. Aku yang penuh dosa.. tapi sudah ku tinggalkan semua 15 tahun lalu... aku menyesal.. mohon ampun Mu..


Pov 3rd

Ibu Putra masih menangis meringkuk di ujung kursi dalam ruang perawat ini. Tanpa dia sadari, di luar ada beberapa orang berjalan mendatangi ruangan itu.

Dua orang Suster, seorang sudah senior satu nya lebih muda. Seorang wanita awal 30 an berbaju santai rumahan, sedang berdiskusi dengan perawat senior. Satu lagi seorang lelaki dewasa muda, wajah bersih, rambut pendek, dengan tshirt dan jeans simple. Mereka sampai depan pintu ruangan, tiba-tiba si lelaki bicara..

"Deb, abang ke kakak mu dulu yah. Semua sudah di rawat. Biar mereka pulang saja kasian Romi dan Jessi.."

"Oh oke bang. Aku nanti juga mungkin langsung pulang saja ya bang. Besok aku sempat kan lagi kesini. Mau ketemu dokter yang pegang Putra.."

"
Oh iya oke. Makasih ya dek. Kamu pulang sendiri nda apa?"


"Bang,.. aku udah tua ini.. bukan adik mu yang dulu "


Ibu Putra mendengar cukup jelas pembicaraan itu, sebab dia duduk tepat di balik tembok dekat pintu masuk. Tapi karena hati sedang sedih dan pikiran ruwet, ibu itu tidak memperdulikan. Perempuan muda itu adalah Debby, adik nya Anto.

Debby masuk bersama ke dua suster tadi. Suster jaga yang tadi menegur ibu Putra mendatangi suster senior, dan berbicara. Suster senior itu mendatangi ibu Putra.


"Maaf bu, maaf bikin ibu menunggu. Benar ibu ini orang tua dari Satria Raja Putra?"

"Eh, iya suster. Saya ibu kandung nya.. bagaimana kondisi anak saya suster. Ada apa yang terjadi?"


"Oh, kenalkan bu, saya Reni Mustikawati, kepala perawat jaga malam ini. Begini bu, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan ke ibu. Mari kita bicara di ruang dalam bu, agar tidak terganggu. Mari.." suster Reni bangkit, diikuti ibu Putra. Tapi suster ingat sesuatu..

"Oh... dokter Debby.. dok.." suster Reni menghampiri dokter Debby yang sedang menulis di buku..


"Ya sus.. ada apa?"

"Dok.. kalau masih ada waktu bisa minta waktu sebentar. Kebetulan ini ada orang tua dari pasien Putra itu dok. Bisa minta tolong untuk menjelaskan ke ibu ini. Saya pikir lebih kompeten dokter saja yang menjelaskan ketimbang saya selagi dokter masih di sini."


"Hmmhh... oke.. " dokter Debby memalingkan wajah nya melihat wajah ibu Putra. Lalu tersenyum tipis, mencoba menciptakan kesan lebih tenang tidak panik.

"Selamat malam ibu. Ayo kita bicara di dalam ya bu.."

Akhir nya mereka bergerak ke ruangan dalam.

Saat sudah di dalam, dokter Debby duduk berhadapan dengan ibu Putra. Suster Reni duduk di samping agak belakang nya dari dokter Debby.


"Ibu, saya dokter Debby. Saya dokter internist. Saya memang bukan dokter di rumah sakit ini, tapi saya di minta kan tolong oleh kolega saya agar bisa melihat kondisi dari pasien. Termasuk anak ibu, Putra. Putra saat ini baru saja melewati fase kritis nya, tapi tetap dalam pantauan intensive dari rumah sakit. Makanya masih di ruang ICU. Putra mengalami trauma yang cukup parah. Luka serius dia alami di wajah, kepala, dan tangan. Dan yang paling berbahaya, Putra tertikam belati perut nya sedikit dibawah lambung sebelah kiri. Putra sempat koma, dan perlu transfusi darah secepatnya. Syukur, golongan darah Putra AB, ternyata sesuai dengan golongan darah dari seseorang yang mau memberikan darah nya, sehingga Putra bisa melewati masa kritis nya."

"Ya Allah.. kasihan kau nak.. hik.. hik.. hikk.. "

"Sabar ya bu.. yang tabah. Saat ini kita sama berdoa agar Putra segera bisa melewati fase ini bu. Ibu juga tidak perlu berpikiran yang berat dulu, nanti ibu juga sakit. Ibu ada keluarga lain yang bisa juga membantu ibu menunggui Putra?"

"Tidak bu dokter. Hanya saya sendiri dan Putra. Kami hanya hidup berdua, Putra sudah tidak punya ayah, atau juga tidak ada adik atau kakak nya."

"Oh.. iya.. karena hal itu juga, ibu jangan sampai sakit yah. Biar bisa jaga Putra. Tapi ibu juga boleh bangga, ternyata anak ibu mempunyai teman dan sahabat yang sangat baik, bahkan rela berkorban untuk Putra. Saya jadi percaya, Putra anak yang baik."

"Iya bu, memang dia anak baik bu. Tidak pernah dengan sengaja mengecewakan atau menyusahkan ibu nya. Oh iya dokter, boleh saya tau siapa yang sudah menyumbangkan darah nya buat Putra? saya mau bilang terima kasih bu dokter.."

"Kakak lelaki saya sendiri dan anak lelaki nya yang kebetulan keponakan saya dan sahabat karib Putra saat di SMP. Kebetulan tadi Putra dan teman-teman nya memang datang ke rumah kakak saya yang sedang mengadakan pesta ulang tahun anak nya yang bungsu. Setelah pulang dari acara pesta itu, Putra pulang dan terjadi kejadian itu. Kejadian jelasnya, saya pun tidak tau apa yang telah terjadi. Baru bisa kita tanyakan, setelah Putra pulih. Tapi ada juga kebetulan yang cukup mengejutkan, saat Putra membutuhkan transfusi darah golongan AB, yang cukup sulit tersedia, ternyata kakak saya dan anak nya memiliki golongan darah yang sama. Saya percaya Tuhan masih sayang sama Putra."


Ibu Putra termenung. Wajah nya tetap berlinang air mata. Debby memperhatikan ibu Putra.

"Ibu.. ibu nama nya siapa?"

"Saya.... Wati dok. Saya apa bisa melihat dan menunggui Putra dok?"

"Kalau saat sekarang, ibu belum bisa masuk ruangan ICU nya. Ibu hanya bisa melihat dari luar bu. Tapi jika kondisi sudah baikan, dan sadar juga sudah keluar dari ruang ICU, ibu bisa mendampingi anak kesayangan ibu."

"Dok.... eeehhh... un.. tuk biaya nya saya urus dimana ya bu? sa.. ya.. tidak ada uang bu dokter.. saya tidak punya BPJS bu... aduuuhhh... hu.. hu.. hu.."

"Sudah.. ibu minum dulu.. (sambil menyerahkan segelas air mineral yang sudah dibantu di buka oleh Debby), untuk biaya ibu tidak usah pikirkan. Kakak saya ada menjamin kok. Yang penting saat ini Putra pulih dulu bu.."

"Makasih dok.. "


Saat bersamaan, Anto kembali ke ruang perawat ingin mencari Debby, bertemu perawat jaga..

"Suster, maaf tadi dokter Debby, adik saya sudah dimana yah? sudah keluar?"


"oh.. belum pak. Masih menemui orang tua pasien yang bernama Putra pak."


Bersambung ya suhu, senin atau selasa..

Mohon kritik dan saran nya ya suhu sekalian..


ke hal. 16
 
Terakhir diubah:
Next EPs ceritanya bakal reunian nih Anto sama Yeti .. smoga Aja Yeti ngga egois Dan bersedia ngaku kalo Putra Adalah anak mereka .. lanjooooot
 
Terakhir diubah:
Wanjir lagi seru2 ny di potong, arghh........
Menarik ceritanya gan, di tunggu next ny gan, semoga sampai tamat ceritanya..
 
Suhu seperti biasa potong ceritanya pas bgt jadi deg degan mikir ketemu kg nih anto ama teh yeti
Tob markotob
 
Degh....dipotongnya nyakitin...jd penasaran pas ketemu gimana...?!, ayo lanjut.
 
Aduh tinggal sebentar lagi ketemu teh yeti eh keburu dipotong sama om @Balak 6........yadah tunggu lanjutannya om, penasaran oey..
 
Asekk.. Asekk. Jgn dipotong ya hu.. Pertemuan anto ma teh wati. Kakaknya teh yati.. Hehehe
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd