Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Lengkapin lah, anin, lala, eril, julie, amel, sisca dan member US coklat lainnya
Let's go
 
Kok malah pada minta tamat sih? Emang kalo membernya grad ceritanya juga harus ikut selesai gitu? Kalo bisa tetep lanjut kenapa harus tamat sekarang
 
lah pada minta tamat kenapa , orang ini arah ceritanya berubah tak terduga gini 😂
 
hih! konten premium kalah sama konten tuan yg pertamax ini lah. janlup ayen ya!! awas jan sampe salah post lg ya
ayen nya juga announce grad, kak,
aku jadi nggak bersemangat lagi bikinnya.
Lengkapin lah, anin, lala, eril, julie, amel, sisca dan member US coklat lainnya
Let's go
nanti aku cari celah ceritanya, deh.
tapi nggak janji, mendingan eksplore fresh peach kayanya.
ehehe'
Ayo hu ditunggu nadila
siap kak, ditunggu aja.
Up up up up gan
Uuuuuuuuupppp hu
up lagi, kak. makasih udah terus mantengin.
secepatnya aku update, kak.
nungguin aby nih
sama kak aku juga nungguin aby, sibuk banget aby nya maen sama copuco, apa jangan jangan mereka lagi ngerencanain sesuatu buat jan, ya?
Ditunggu lanjutannya
siap, kak.
makasih udah mampir, moga betah nungguin ceritanya.

Nadila pasti gradnya karna janu yaa :fiuh:
Ayo suhu tamatin cerita nya Nadila grad tuh 😭
sebelum 21 pu3 last show bisa lah ya tamat:)
Nadila grad, ya?
Tak apa, lah. meskipun perasaanku jadi nggak menentu gegara Nadila grad, tapi aku bakal ngusahain cerita Nadila disini nggak ngegantung.
mohon bantuannya ya kakak-kakak semua.
Kok malah pada minta tamat sih? Emang kalo membernya grad ceritanya juga harus ikut selesai gitu? Kalo bisa tetep lanjut kenapa harus tamat sekarang
mungkin takutnya mangkrak kali, Kak.
Aku usahain ceritanya beres, kok. ini kan ceritanya Janu, bukan cerita Nadila. meski 80% motivasi bikinnya karena Nadila, sih.
ehehe'
lah pada minta tamat kenapa , orang ini arah ceritanya berubah tak terduga gini 😂
Nah, ada yang mengerti alur ceritaku ternyata.
Ceritanya bergantung aku lagi liatin siapa, moodnya lagi ke siapa. jadi ditengah bisa berubah drastis. namanya juga stripping, kak.
ehehe'
tapi aku usahain semuanya tetep satu alur, dan nggak terlalu loncat jauh dari satu episode ke episode yang lain.

===============================================

oh, iya. kemungkinan besar update berikutnya muka lama kembali keluar. siapa dia? ditunggu saja ....
 
Kami hanya terus bertatapan setelahnya. Nadila terlihat sangat manis, hingga aku pun tak bosan untuk terus memandanginya. Senyumannya seakan menjadi candu untukku. Jemari tangan kami pun terasa terus saling mengusap, terus menari diantara punggung tangan kami.

“Kita nggak usah pulang, ya … Jan?”

inginnya bilang pekan ini update, semoga bisa lancar semuanya.

Dan semoga ga kentang lagi.
 
Terakhir diubah:
Kami hanya terus bertatapan setelahnya. Nadila terlihat sangat manis, hingga aku pun tak bosan untuk terus memandanginya. Senyumannya seakan menjadi candu untukku. Jemari tangan kami pun terasa terus saling mengusap, terus menari diantara punggung tangan kami.

“Kita nggak usah pulang, ya … Jan?”

inginnya bilang pekan ini update, semoga bisa lancar semuanya.
wa ini nih yang ditunggu🥺🥺
 
Kami hanya terus bertatapan setelahnya. Nadila terlihat sangat manis, hingga aku pun tak bosan untuk terus memandanginya. Senyumannya seakan menjadi candu untukku. Jemari tangan kami pun terasa terus saling mengusap, terus menari diantara punggung tangan kami.

“Kita nggak usah pulang, ya … Jan?”

inginnya bilang pekan ini update, semoga bisa lancar semuanya.

Dan semoga ga kentang lagi.
Ayo janu, mumpung aby nya lagi liburan
 
Kami hanya terus bertatapan setelahnya. Nadila terlihat sangat manis, hingga aku pun tak bosan untuk terus memandanginya. Senyumannya seakan menjadi candu untukku. Jemari tangan kami pun terasa terus saling mengusap, terus menari diantara punggung tangan kami.

“Kita nggak usah pulang, ya … Jan?”

inginnya bilang pekan ini update, semoga bisa lancar semuanya.

Dan semoga ga kentang lagi.

Lama ih buruan, keburu pada di lay off membernya.
 
Episode 14

The Man Who Deserve Her Most




Suasana temaram café yang berada di rooftop sebuah hotel terasa begitu menenangkan. Cahaya lampu yang tidak begitu terang terlihat begitu indah, terlihat menyatu dengan kerlipan cahaya sorot lampu mobil maupun gedung disekitar hotel. Hanya terdengar dentingan peraduan garpu dan pisau yang membaur dengan alunan musik yang pelan, membuat suasana makan malamku dengan Nadila terasa lebih romantis.


“Sepi, ya … Jan,” ucap Nadila sembari menikmati hidangan pencuci mulut yang dia pesan.

“Mungkin karena ini hari kerja, Nad.”

“Iya, mungkin juga, ya ….” Jawab Nadila sembari tersenyum. Dia pun kembali menikmati chocolate mousse yang sudah habis setengahnya. Kami sungguh menikmati suasana makan malam yang sebenarnya tidak direncanakan ini. Sepulang dari kampus untuk mengurus administrasi magang, tiba-tiba saja Nadila memintaku untuk makan malam bersama diluar. Tentu saja aku langsung mengiyakan, karena jarang sekali aku memiliki banyak waktu dengannya.

“Kita nggak bisa magang bareng di tempat ayah kamu, Jan?” Tanya Nadila dengan tiba-tiba. Dia memang belum menemukan tempat magang yang cocok untuknya. Aku sendiri sudah diterima magang di Direktorat salah satu Kementrian Negara tempat dimana Ayahku ditugaskan.

“Aku juga ingin bisa magang ditempat yang sama denganmu, Nad. Namun, sepertinya akan sulit apabila aku memaksakanmu untuk masuk ketempat Ayah.” Jawabku. Wajah Nadila langsung terlihat murung.

Aku sendiri sangat ingin memasukkan Nadila kedalam kementrian yang sama denganku. Akan tetapi, Ayahku cukup sulit untuk diajak kompromi. Bahkan aku yang merupakan anaknya sendiri pun harus mengikuti serangkaian tes agar bisa diterima magang ditempatnya. Belum lagi, aku pasti akan ditanyai berbagai macam hal tentang Nadila, tentang hubungan kami. Aku sendiri belum siap untuk hal tersebut.

“Bagaimana kalau aku mencarikanmu tempat magang yang cocok degan passionmu di bidang musik, Nad? Aku mengenal beberapa teman yang bekerja di bidang entertainment di klub mobilku.” Seketika aku teringat dengan beberapa anggota klub mobilku yang beberapa dari mereka merupakan Public Figure maupun pelaku industri dunia hiburan.

“Eh, yang bener, Jan?” Mendengar penawaran tersebut, mata Nadila terlihat membulat dan kembali menatapku. Dia terlihat antusias mendengarnya. “Kamu kenal siapa aja, Jan?”

“Tak begitu banyak, Nad. Beberapa dari mereka ada yang sudah sering muncul di televisi, ada juga yang menjadi produser. Nanti kucoba untuk menghubungi mereka, ya?” Senyuman lebar kembali tersungging di wajahnya. Dia pun lantas menggenggam tanganku yang berada di atas meja. “Makasih banyak ya, sayang ….”



Kami hanya terus bertatapan setelahnya. Nadila yang kini sedang menopang dagu terlihat sangat manis, hingga aku pun tak bosan untuk terus memandanginya. Senyumannya seakan menjadi candu untukku. Jemari tangan kami pun terasa terus saling mengusap, terus menari diantara punggung tangan kami.

“Kita nggak usah pulang, ya … Jan?”

.

.

.

“Cuupphh … sssllrrpp … mmhh ….”

“Aahhhmmpp … cuupphh ….”

Diatas ranjang berukuran besar, kutindih tubuh mungil kencang milik Nadila sembari terus mencumbu bibirnya. Sweater hitam yang sedari tadi digunakannya kini sudah tercecer sembarang dilantai, sedangkan tanktop hitam beserta bra dengan strap transparan yang masih menempel ditubuhnya kini sudah tersingkap hingga ke perut.

Ya, pada akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di hotel ini. malam yang telah larut beserta suasana yang cukup romantis membuat kami tak ingin cepat berpisah. Bahkan, hasrat yang sudah lama ingin keluar membuat kami nekat bercumbu panas didalam lift. Beruntung, hingga lift tiba di lantai tempat kamar kami berada, tidak ada seorang pun yang ikut masuk kedalam lift.

“Aaahhmmpp … sshh mmhhhpp ….”

Lenguhan Nadila disela-sela cumbuan terus terdengar saat payudaranya yang bulat tersebut kuremasi. Nadila yang sepertinya sudah cukup terangsang pun terus menekan kepalaku, mencoba mencumbu bibirku dengan lebih dalam. Dilumat dan dihisapnya bibir beserta lidahku dengan penuh nafsu, seolah dia ingin menghisap seluruh air liurku.

Tanganku sendiri terus meremasi payudaranya yang membulat. Kuremas-remas dan kugosok payudara tersebut dengan lembut. Walaupun cukup lembut, nyatanya seluruh rangsangan tanganku kepada payudaranya cukup membuat Nadila semakin bernafsu. Kedua puting payudaranya sudah menegang. Tubuhnya terus menggeliat kegelian ketika kupilin puting yang menegang tersebut dengan jempol.

“Mmmhhaahh … ssshh aahh Jaann ….” Cumbuan kami terlepas seraya Nadila mendesis dengan cukup kencang. Matanya memandang kearahku dengan nanar. Digigitnya bibir bawah sembari meremas-remas rambutku. Aku hanya sedikit tersenyum kearahnya sebelum mulai mencumbui leher Nadila.

“Ssshh aahh Jaaann ….”

Desahan Nadila semakin menjadi saat seluruh permukaan lehernya terus kucucup dan kuhisapi dengan penuh nafsu. Kepalanya mendongak, matanya pun terpejam menikmati seluruh rangsangan yang diakibatkan oleh permainan lidah dan bibirku diarea lehernya. Cumbuanku terus turun menuju buah dadanya yang sedari tadi kuremasi.

Lidahku kini bermain di salah satu puting kecoklatan milik Nadila. Tubuh Nadila tersentak sendak saat kedua putingnya yang menegang kulumat, jilat, dan kuhisapi secara bergantian. Tanganku pun tak henti terus membuat payudaranya dengan lembut. Terus menerus hingga tubuh Nadila semakin menggelinjang dengan hebat.

Tanpa banyak bicara, kucoba untuk menarik celana cullout yang masih menempel ditubuhnya. Nadila yang mengerti maksudku langsung mengangkat pantatnya, membuatku dengan mudah menarik celana tersebut hingga terlepas.

“AAhh … Jaann ….”

Jariku langsung sibuk mencabuli vaginanya dengan cukup nakal. Pinggul Nadila seketika menghentak, saat klitorisnya kugosok-gosok dengan cukup kencang. Desahan Nadila semakin terdengar kencang saat kutelusukan jari tengahku kedalam celah vaginanya. Semakin dalam sehingga jariku bisa merasakan rongga vaginanya yang basah dan hangat.

Sambil terus menghisapi dan membuai kedua payudaranya, jari tengahku langsung mengaduk isi rongga vagina Nadila. Tubuh Nadila terus menggelinjang penuh kenikmatan. Tubuhnya terus bergerak kesana kemari, namun dengan mudah kutahan agar tetap diam dan mudah untukku menikmati tubuhnya.

“Jaan … Jaanuu … aahhh … aaawhh ….”

Decak cairan kewanitaan yang terus terproduksi dari liang peranakannya terus terdengar seraya kupercepat tusukan jariku kedalam liang tersebut. Sesekali, kugoyangkan jariku didalam vaginanya, mencoba mengaduk dan menggapai titik sensitifnya.

“Jaann AAAHH!!”

Ditengah kocokanku yang intens, pinggul Nadila melenting. Pahanya terlihat bergetar. Dia orgasme ditengah jerit desahnya yang terdengar merdu tersebut. Kucabut jariku yang terasa basah kuyup oleh cairan cintanya. Cairan berwarna bening itu pun terlihat merembes dari sela-sela vaginanya.

Sambil mencoba menarik nafas, Nadila pun menatap nanar kearahku. Wajahnya tersenyum kecili saat tatapan kami bertemu, terlihat menyiratkan kepuasan didalamnya. Kubelai kepalanya dengan lembut seraya menyibakan rambut yang menghalangi wajah cantiknya.

Aku pun lantas menanggalkan seluruh pakaianku hingga telanjang bulat. Kembali kudekati Nadila yang masih terbaring diatas ranjang dan langsung kusodorkan penisku yang sudah menegang kehadapan wajahnya.

“Giliranku, ya, Nad.”

Nadila yang mengerti keinginanku langsung menggenggam batang kejantananku. Disingkapnya keatas batang berurat tersebut sebelum dijilatinya bagian bawah penis tersebut dari pangkal hingga kepalanya. Tak disangka, Nadila kini mulai mulai memainkan kedua buah zakarku. Dihisapinya kantung biji yang menggantung sembari menarik-remas satu biji yang masih menganggur. Sontak aku pun sedikit mengerang dibuatnya.

Nadila pun mengubah posisinya menjadi berlutut dihadapanku. Matanya mengerling nakal kearahku, ekspresinya terlihat seperti sedang tersenyum sebelum dia mengecup manja kepala penisku. Kembali penisku dia jilat dengan nikmat. Lidahnya terus menyapu seluruh bagian batang penisku hingga basah kuyup oleh liurnya. Hingga akhirnya kepala penisku pun mulai terbenam masuk kedalam rongga mulutnya yang terasa hangat.

“Aaahh … Nad ….”

Tanpa sadar aku melenguh karena sapuan lidahnya saat penisku berada didalam mulut mungilnya. Entah kenapa, meski tak sejago Anin maupun Aurel dalam memanjakan penis, Oral dari Nadila selalu terasa sangat nikmat. Lidahnya terasa menyapu batang penisku saat berada didalam mulutnya, membuai batang tersebut dengan sangat telaten.

Nadila kembali mengerling nakal kearahku sembari mulai menghisap penis tersebut. Dia seperti bangga saat melihat aku susah payah menahan dera kenikmatan akibat perlakuan cabul mulutnya kepada penisku. Perlahan, kepalanya bergerak maju mundur, mengocok penisku yang sedang berada didalam mulutnya dengan tempo yang konstan dan berulang-ulang.

Ludah Nadila yang terus berproduksi kini mulai meluber di sela-sela bibirnya. Sembari terus mengocok penisku dengan mulutnya, tangannya kini bermain di area testisku. Diremas-remasnya secara bergantian kedua biji testisku itu, memberikan sensasi geli bercampur nikmat yang benar-benar sulit aku tahan. Hisapan dan kocokan mulutnya pun semakin terasa intens, kepalanya pun sedikit meliuk-liuk, memberikan kenikmatan ekstra disetiap hisapannya.

“Mmmphuaahh … haahh ... haahhh ….” Nadila langsung mengambil nafas saat melepaskan kulumannya. Tangannya masih tetap mengocok lembut penisku yang sudah basah kuyup oleh liurnya. Kepalanya kini kembali menyasar wajahku, mencoba untuk mencumbu bibirku. Sambil merangkul tubuhnya, kami pun kembali bercumbu mesra.

“Nikmatin aku malam ini … sayang …” bisik Nadila setengah mendesah saat cumbuan kami terlepas. Nadila tersenyum kecil sembari menatap kearahku yang langsung mendorong tubuhnya dengan lembut keatas ranjang. Kutarik sisa kain yang menutupi tubuhnya sehingga kini tubuh kami berdua benar-benar tak terhalang sehelai benang sedikit pun.

Paha Nadila yang memang sangat berisi mengangkang lebar saat tubuhku mulai menindih tubuhnya. Kembali kulumat bibirnya dengan penuh nafsu, seraya menggesekan penisku keatas lipatan bibir vaginanya. Nafas Nadila kini terdengar semakin berat, dan terus berhembus panas menerpa wajahku disaat bibir kami terus saling memagut.

“Nunggu apa lagi, Jaaan … masukin cepeet ….” Nadila merengek seraya melepas cumbuannya. Tangannya kini mulai membimbing kepala penisku agar berada di tepat didepan bibir vaginanya.

“Aawwuhh ….” Nadila melenguh saat kepala penisku mulai menyeruak masuk, mencoba membelah celah vaginanya yang terasa sudah sangat basah. Semakin lama selangkangan kami semakin terasa merapat. Dengan perlahan kudorong pantatku, mencoba mempenetrasikan penisku masuk hingga lubang terdalam vagina Nadila. Terasa mudah karena vaginanya sendiri sudah terbiasa dengan penisku yang cukup besar, namun tetap terasa menjepit dan nikmat.

Kembali bibir kami saling mencumbu penuh nafsu saat selangkangan kami benar-benar bertemu. Penisku sudah benar-benar terbenam didalam hangatnya rongga vagina Nadila. Kedutan-kedutan kecil dari dinding vagina Nadila seakan memijati penisku dengan nikmat didalam sana.

Aku pun mulai menggerakkan pinggulku, membuat penisku mulai menggesek-gesek dinding vaginanya yang nikmat. Pompaan penisku semakin lama semakin cepat, dan terasa mudah karena cairan cinta yang terus diproduksi oleh vagina Nadila. Perlahan namun pasti, suara tumbukan antara selangkangan kami terdengar semakin kencang seraya gerakan pinggulku yang semakin intens memompa penisku keluar masuk vaginanya.

“Aahhh … aahhh … Jaann … enagghhh ….”

“Ssshh … Naad …. Aahhh ….”

Payudara Nadila yang kencang dan membulat itu pun terus berguncang hebat seirama dengan hentakan pinggulku. Nadila pun hanya bisa pasrah sembari mengerang dan mendesah penuh kenikmatan. Kedua tangannya kini mengalung di leherku. Sesekali dia tarik hingga bibir kami bercumbu.

“Mmhh-aawhwh! Jaann!”

Cumbuan kami pun terlepas seraya Nadila mendongak. Wajahnya yang sudah bercucuran keringat terlihat seperti meringis.

“Ahhh … Jaann … geli banget uuhhh ….”

Sepertinya Nadila akan kembali orgasme. Tubuhnya mulai meronta, menggelinjang beberapa kali. Dia pun menggigit bibir bawahnya dengan gemas. Tangannya yang berada dibelakang leherku pun terasa mulai meremas dengan kuat, menarik tubuhku mendekat kearah tubuhnya. Melihatnya akan orgasme sebentar lagi, aku pun langsung mempercepat tempo tusukanku.

PLOK PLOK PLOK PLOK

“NNNGGGHH!!!”

Tubuh Nadila tiba-tiba saja mengenjang. Punggungnya melengkung tinggi kearah tubuhku. Ditengah helaan nafasnya tadi, Nadila kembali mencapai klimaksnya. Terasa dari vaginanya yang semakin hangat dan basah memanjakan penisku yang berada didalam vaginanya tersebut.

Cairan bening kembali keluar dari vaginanya saat kucabut penis dari liang senggama yang sangat basah tersebut. Nadila yang sepertinya kelelahan hanya menatap lurus kedepan. Tarikan nafasnya masih terdengar sangat berat. Tubuhnya bahkan bergerak naik turun saat dirinya mencoba mengumpulkan udara dari hidungnya yang mungil.

“Lagi, Jan?” Tiba-tiba saja Nadila menatap kearahku sembari berkata seperti itu. Nadila pun langsung memutar membelakangiku. Dia pun menjatuhkan punggungnya hingga payudaranya menekan kearah ranjang, Nadila seakan menyodorkan pantatnya tinggi-tinggi kearahku.

Aku pun segera bangkit dan berlutut dihadapan pantatnya yang sekal. Nadila mengerang saat kugesek-gesek bibir vaginanya dengan kepala penisku. Erangannya semakin menjadi saat kepala penisku mulai kembali menyeruak membelah lipatan vaginanya yang merekah, terus masuk kedalam rongga vaginanya yang basah dan hangat.

“Sshh … aahh Naad ….” Kembali aku pun mendesis vaginanya berkedut, memijati batang penisku yang terus mendesak masuk kedalam liang peranakannya tersebut. Nadila pun ikut mengerang pasrah, agak tertahan karena dia sedikit membenamkan wajahnya keatas ranjang.

“Owuh! Jaan ….”

Nadila merintih cukup kencang saat kutusukan seluruh batang penisku hingga terbenam kedalam liang vaginanya. Tangannya terlihat meremas sprei dengan cukup kuat. Sepertinya penetrasiku kali ini sangat dalam hingga menyentuh bibir rahimnya.

Tanpa menunggu lagi, aku pun langsung menggerakan pinggul. Dengan penuh gairah aku pun memompa penisku dengan tempo yang langsung cepat. Rintihan dan erangan yang keluar dari mulut Nadila lambat laun berubah menjadi desahan yang kembali terdengar sangat merdu mengalun ditelingaku.

“Aaahhh … aahhh … Jaaan uuuhhh ….”

Vagina Nadila dalam posisi ini terasa lebih menjepit. Belum lagi cairan cintanya yang terus terproduksi membuat pompaan penisku terasa lebih mudah, namun tetap terasa nikmat disetiap sodokannya. Kugerakan terus pinggulku, membuat tubuh Nadila terhentak-hentak dengan hebat.

Nadila terus melenguh keenakan karena pompaan penisku tak henti menggenjot liang vaginanya, saling menggesekan kulit kelamin terus menerus tanpa jeda. Beberapa kali Nadila membenamkan wajahnya yang terlihat sangat terangsang. Namun wajahnya kembali mendongak saat kutusukan penisku dalam-dalam dan kembali menggenjot liang yang sempit itu dengan tempo yang kembali cepat.

“Aaahh … aahhh … aaahhh ….”

Clop! Clak! Clop! Clak!

Suara desahan yang terus keluar dari mulut Nadila, ditambah dengan suara decakan dari pergesekan liur diantara persetubuhan kelamin kami terdengar cukup kencang. Lelehan lender yang terus keluar dari dalam vaginanya kini merembes disela-sela bibir vagina yang terus kuhantam. Kedutan-kedutan kecil mulai terasa dari dinding vaginanya. Sepertinya Nadila akan kembali orgasme.

“Aaarrgghh, Nad ….”

Begitu pun denganku. Seluruh permainan birahi ini telah mengantarkanku menuju puncak kenikmatan. Sengatan-sengatan yang terasa menggelitik mulai muncul, menjalar dari paha menuju kepala penisku. Aku akan berejakulasi sebentar lagi.

“NNNGGGHHH!!!”

Ditengah sodokanku, Nadila melenguh cukup kencang. Sepertinya dia kembali didera oleh kenikmatan orgasme yang cukup dahsyat. Pinggul Nadila menggelinjang. Tubuh bawahnya mengejan. Cairan cintanya terasa menyembur dengan deras. Liang vaginanya pun berkedut cukup kencang terasa seperti memijati penisku yang sudah sangat gatal, membuat pertahananku akhirnya roboh.

“Nad … aku mau keluarrrhhh …” Ucapku sembari mengerang dengan terus menggenjot penisku yang sudah terasa gatal dengan tak beraturan.

“Jangan didalem, Jaan …” lirih Nadila lemah. Aku pun menusukan penisku dalam-dalam sebelum mencabut penis tersebut dari vaginanya dan langsung kuarahkan kepada muka Nadila. Nadila yang mengerti aku akan berajakulasi serta merta bangki dan langsung mengulum penisku dengan sigap.

“AAARRGGHH NAD!!!”

Crot Crot Crot

Kutembakan spermaku tepat disaat mulut Nadila mengulum penisku. Namun, tak lama kemudian dia melepaskan kulumannya, membuat penisku yang masih beberapa kali berejakulasi kini menembakan spermanya kearah wajah Nadila. Beberapa tembakan sperma sempat mengenai pipi hingga matanya. Nadila sendiri hanya bisa pasrah memejamkan mata sembari tetap mengocok penisku.

Nadila pun kembali mengulum penisku saat sperma yang berada didalam mulutnya telah habis dia telan. Dengan telaten dia kulum batang penisku yang basah oleh campuran spermaku dan cairan cintanya. Mata Nadila masih terpejam karena sperma yang masih berceceran diarea wajah cantiknya. Setelah memastikan penisku bersih, dia pun melepas kulumannya, lalu dia seka sperma yang berceceran diwajahnya.

Matanya kembali terbuka saat kelopaknya sudah bersih dari spermaku. Dijilatinya jemari yang berlumuran cairan putih dengan nikmat sembari menatap kearahku dengan tatapan yang cukup nakal.

Melihatnya seperti itu, penisku yang sudah mulai menciut kini kembali menegang. Aku kemudian menatap kearah Nadila yang kembali terlentang kelelahan diatas ranjang. Nafasnya terdengar tersengal. Rambutnya pun terlihat lepek dan berantakan. Sepertinya tenaga Nadila benar-benar habis.

Aku pun mendekati Nadila dan langsung membelai wajahnya. Nadila pun menatap kearahku sembari menggengam tanganku yang berada diatas wajahnya dengan kedua tangan.

“Kamu masih mau, Jan? Aku istirahat dulu, ya,” ucap Nadila lemas. Sepertinya dia menyadari penisku yang masih mengacung tegak. Sebenarnya aku ingin langsung menuju ronde berikutnya. Namun, melihatnya tak berdaya seperti ini, aku menjadi iba.

“Kita istirahat saja, ya, Nad.” Aku pun membelai kepalanya dengan lembut, seraya merapikan rambutnya yang cukup berantakan akibat permainan tadi.

“Nggak apa-apa, Jan …. Kamu selalu ada buat aku. Kamu pantes dapet yang terbaik.” Kedua tangan Nadila pun menggenggam tanganku yang mengelus kepalanya. Kemudian dia pun menciumi tangan tersebut.

Selepas menciumi tanganku, Nadila pun bangkit. Dia kemudian mendekat dan langsung mengelus dadaku. Kembali disasarnya bibirku untuk dia cumbui sembari tangannya terus menggerayangi tubuhku.

“Cuupphh … Ssllrrpp … hhmmhhpp ….”

Kami pun kembali saling memagut bibir. Tanganku kini ikut bermain diatas Tubuh Nadila yang terus menggeliat ditengah peraduan bibir. Lalu kutekan punggungnya membuat kulit tubuhnya yang halus terus bersentuhan dengan kulitku. Belum lagi puting payudaranya yang kembali mulai mengeras terus bergesekan dengan dadaku.

Tangan Nadila mulai kembali meremas-remas penisku yang mulai kembali menegang. Dia pun sedikit mencolek cairan pre-cum yang keluar dari liang kencingku, lalu membalurkannya ke seluruh permukaan kepala penisku dengan telapak tangannya. Sensasi geli yang ditimbulkan oleh gerakan telapak tangannya sampai membuatku bergidik, bulu kudukku meremang dibuatnya.

“Aku mau kasih yang spesial buat kamu, Jan,” ujar Nadila mengakhiri cumbuannya sembari mulai bangkit. Dia lantas menungging membelakangiku, kembali memamerkan pantatnya yang sangat menggoda dan selalu ingin kugagahi.

“Analin Aku, Jan ….”

Permintaannya yang tiba-tiba tersebut sontak membuatku terbelalak. Entah apa yang dia pikirkan sehingga meminta hal yang sebelumnya pernah membuatnya marah kepadaku. Aku pun hanya bisa diam mematung, mencoba mencerna permintaannya tersebut.

“Ish … kok malah bengong, sih? Kamu pengen itu, kan?” Nadila yang sudah tidak sabar kini menoleh kearahku. Wajahnya sudah mulai merengut.

“Ka-kamu yakin, Nad?” Kembali aku memastikan bahwa telingaku tak salah mendengar. Nadila pun hanya kembali tersenyum sembari mengangguk.

“Pelan-pelan, ya, sayang. Jangan kayak kemarin.” Nadila pun kembali Dia pun kembali menjatuhkan punggungnya hingga payudaranya menekan kearah ranjang. Punggungnya melenting saat dia angkat pantatnya tinggi kearahku. Membuat pantatnya yang bulat semakin mencuat.

“Ngg ….”

Nadila mengerang kecil saat kuelus dan kulebarkan kedua bongkahan pantatnya. Tubuhnya bergetar saat lubang kecil diantara kedua bongkahan pantat tersebut mulai kuelus. Tubuhnya menegang.

Relax, Nad. I’ll be gentle this time.” Nadila pun mengangguk.

Beberapa kali kuludahi area dekat lubang pantat Nadila, kemudian kuoleskan liur tersebut ke permukaan lubang anus nya. Dirasa cukup, kucoba untuk memasukan jariku kedalam lubang rapat tersebut.

“Aaah … ssshhh … pelan, Jan ….” Dia mengerang saat jariku mulai melesak masuk kedalam lubang pantatnya yang sempit. Kedutannya saat mengejan pun terasa seperti menjepit jariku.

“Kalau kamu sudah tak kuat, beri tahu aku, ya?” Nadila hanya mengangguk. Tangannya terlihat mengepal cukup kuat. Aku pun mulai menggerakan jariku, mencoba untuk meregangkan lubang yang masih terlihat sempit itu. Tak lupa aku pun menggosok klitorisnya, mencoba memberikan stimulasi lain kepada dirinya.

“Aahh … mainin juga vaginaku, Jan …” rengek Nadila dengan sedikit merintih. Aku pun langsung menuruti permintaannya. Sekarang, kedua lubang intimnya penuh oleh jemariku yang terus keluar-masuk. Lubang anus Nadila sudah meregang cukup lebar, kini aku berhasil memasukan dua jari kedalam lubang tersebut.

Sepertinya lubang pantat Nadila sudah siap untuk kusodomi. Aku pun ikut meludahi penisku yang sudah kembali tegang, membalurnya dengan liur untuk memberikan lubrikasi tambahan.

“Aku mulai ya, Nad.” Nadila tak menggubris ucapanku. Sepertinya dia sudah siap untuk apapun yang akan menimpa dirinya. Kuarahkan kepala penisku yang berlumuran lotion ke depan lubang anusnya. Perlahan, aku pun mulai melakukan penetrasi.

“AAAAWWHHH PERIHH!!!”

Nadila menjerit sangat kencang saat kepala penisku masuk dengan sempurna kedalam anusnya. Tubuhnya bergetar cukup kuat, seperti menahan rasa sakit. Namun, Nadila tak bergeming. Terasa dia mulai mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan.

“Mau kuhentikan saja, Nad?” Nadila menggeleng. “Jangan gerak dulu, Jan …” lanjutnya lirih.

Aku pun mencoba mengelus punggung hingga rambutnya, mencoba membuatnya menjadi lebih tenang. Tak lama berselang, tubuhnya yang kaku kini mulai mengendur. Nafasnya pun mulai kembali normal.

“Lanjutin lagi, Jan … pelan-pelan, ya …” lirihnya pelan sembari menoleh kearahku. Terlihat air mata sedikit meleleh di ujung matanya. Aku pun mengangguk. Perlahan, aku pun mulai kembali mendorong penisku.

Rintihan Nadila kembali berlanjut seiring dengan semakin melesaknya penisku semakin dalam. Nadila sendiri terlihat seperti mengatur nafasnya, tangannya pun mengepal dengan cukup kuat.

Perlahan aku pun mulai menggenjot lubang pantatnya. Jepitan dari otot anusnya sungguh terasa sangat nikmat. Sepertinya, Nadila pun mulai merasakan kenikmatan yang sama. Terbukti dari erangannya yang awalnya terdengar parau seperti kesakitan, lambat laun mulai berubah menjadi desahan penuh kenikmatan.

Semakin lama semakin cepat dan dalam aku menggenjot Anus Nadila. Kupegangi pinggulnya dengan erat sembari terus menusuk-nusukan penisku hingga mentok. Lubang terlarang ini terasa lebih nikmat dan terus terasa kesat di setiap gesekannya.

“Aaahhh … ssshhh … Jaaann-uuhhhsss ….”

Tangan kiri Nadila kini bergerak menuju kemaluannya. Dia mulai menggosok-gosok klitorisnya. Dia seperti mencoba menstimulus vaginanya. Matanya terpejam, seperti meresapi seluruh kenikmatan yang menjalari area selangakangannya.

Sepertinya baru sebentar aku menggenjot lubang anusnya, spermaku sudah terasa kembali ingin menyembur. Lubang anus Nadila benar-benar terasa sempit, bahkan terus berkedut seperti meremas-remas penisku yang terus keluar-masuk dengan nikmat.

“Jaann … terusshhh … dikit lagiihhh … uuhh ….”

Nadila juga tampak sudah mulai mendekati puncak kenikmatannya. Sensasi baru yang ditimbulkan oleh pengalaman pertama anal ini mungkin membuat kami cepat orgasme. tak jauh berbeda, penisku pun terasa semakin gatal, pahaku pun semakin menegang.

Aku yang semakin mendekati orgasme dengan brutal menyodok pantat Nadila. Lenguhannya pun terdengar semakin kencang, lubang pantatnya pun terasa semakin menjepit dan berkedut. Hingga akhirnya, Nadila pun melolong kencang sembari mengejankan pahanya. Kepalanya mendongak keatas.

“OOOWWHH JAAN!!”

Jepitan otot pantatnya saat orgasme benar benar terasa nikmat, hingga akhirya pertahananku roboh. Kusodok lubang anus rapat tersebut dalam-dalam, sebelum kembali kutembakan spermaku kedalam lubang tersebut. Orgasme ketigaku kali ini benar-benar terasa nikmat. Apalagi otot anusnya terus berkontraksi, seperti terus menghisap batang kemaluanku dengan hebat.

Tubuh Nadila langsung ambruk saat genggaman tanganku kepada pinggulnya terlepas. Penisku yang mulai menyusut pun tercabut dari anusnya. Nadila sendiri langsung telungkup tak berdaya, seakan tak sanggup untuk melakukan apapun lagi. Punggungnya terlihat naik turun sesuai dengan helaan nafasnya yang benar-benar terdengar lemah. Peluh benar-benar membasahi tubuhnya.

Tak lama, Nadila pun membalikan tubuhnya dan menoleh kearahku. Aku pun langsung berbaring dihadapannya, sembari mengelus kepala Nadila dan merapikan rambut yang menutupi wajahnya.



“Terima kasih, ya … sayang.” Kugenggam kedua tangannya sembari tersenyum. Nadila pun membalas tatapan tersebut dengan senyum yang terlihat sangat lemah. Aku pun lantas mendekap tubuh mungil Nadila seraya menciumi keningnya yang masih terasa basah.

“Kita istirahat saja dulu, ya, Nad.”

Nadila pun mengangguk lemah sembari tersenyum, dia pun kemudian menarik tanganku hingga aku berbaring membelakanginya dengan posisi spooning. Kudekap tubuh mungil Nadila yang sekarang seakan tenggelam didalam tubuhku, sembari menciumi ujung kepalanya yang sekarang berada dibawah kepalaku. Dia pun menarik tanganku agar memeluk tubuhnya lebih erat dari belakang dan langsung menarik selimut untuk menutup tubuh kami.

“Makasih ya … sayang.” Nadila pun menoleh kebelakang, memegangi kepalaku sembari mencoba mencium bibirku. Ciuman yang singkat sebelum kami saling melempar senyum penuh arti. Nadila pun kembali menggoyangkan tubuhnya, mencoba mencari posisi yang nyaman didalam dekapanku.

“Makasih juga, ya … udah mau bantu nyariin tempat magang buat aku.” Lanjutnya kembali.

That’s okay, Nad.” Kudekap dengan erat tubuh Nadila, membuatnya seperti tenggelam didalam tubuhku. Kupejamkan mataku, sembari terus mencoba untuk tetap bersama Nadila meskipun kami berada dialam mimpi.

.

.

.

Seminggu setelah janjiku kepada Nadila, aku pun akhirnya menemukan tempat magang yang sesuai untuknya. Sore ini, Aku pun mengantarkan Nadila menemui salah seorang temanku yang merupakan salah seorang penyiar di salah satu radio dan memiliki kanal siniar yang sudah cukup terkenal. Kami pun berjanji untuk bertemu disebuah café yang berada di Jakarta Selatan.

“Aku udah nggak sabar, Jan …” ujar Nadila. Dia terlihat sangat antusias begitu mengetahui bahwa dia akan magang di tempat yang sesuai dengan impiannya untuk tetap berada di dunia entertaiment. Nadila yang sedari tadi terus menggenggam tanganku kini semakin terasa erat.

“Semoga tempatnya cocok untukmu, ya … Nad.” Kami pun saling berpandangan lalu saling melempar senyum. Senyuman Nadila terlihat semakin manis. Aku pun kemudian mengelus manja kepalanya, Nadila pun hanya memejamkan mata sembari terus tersenyum. Nampak dia sangat menikmati elusan dari tanganku itu.

“Eh ….” Tiba-tiba saja Nadila mengernyitkan dahi sembari memandang lurus kearah pintu masuk. Sontak aku pun ikut menoleh kearah mata Nadila tertuju. Seseorang ternyata muncul dari balik pintu café. Dia pun menoleh kesana kemari, sebelum akhirnya menatap kearah kami.

“WOI BRO!” Sahutnya sembari melambaikan tangannya kearah kami. Dengan tubuh yang sedikit tambun, dia pun berjalan mendekat kearah kami sembari cengengesan. Entah kenapa ekspresi risih Nadila masih belum berubah menatap pria tersebut.

“Kamu kenapa, Nad?” Tanyaku melihat perubahan ekspresi Nadila yang mendadak tersebut.

“E-eh, nggak kenapa-kenapa, Jan.” Nadila pun kembali tersenyum kearahku.

“Sorry gue lama, ada urusan dulu tadi,” Ujar pria tersebut sesaat setelah mendekat kearah kami sembari menggaruk rambutnya yang bergelombang acak-acakan.

“Nggak apa-apa, Bang Renaldy. Duduk, Bang.” Bang Renaldy pun mengambil duduk dihadapan kami. Renaldy Yunus Sinatrya, dia merupakan salah satu kenalanku di klub mobil. Aku sebenarnya tidak terlalu mengenalnya, karena dia cukup aneh. Bang Renaldy sendiri merupakan satu-satunya anggota klub yang jarang sekali membawa mobilnya disaat kami melakukan Gathering. Entah dengan berbagai alasan. Aku pun tak terlalu yakin dengan hal ini. Namun, tak apa. Semoga saja dia bisa ikut membantu Nadila.

“Bang, perkenalkan … Ini Nadila Cindi Wantari. Dia yang aku rekomendasikan tempo hari untuk magang ditempat Bang Renaldy.” Aku pun memperkenalkan Nadila kepada Bang Renaldy. Dengan perlahan Nadila menjulurkan tangannya.

“Halo, Nad! Elu inget gue nggak?! Ini gue, Nad! Renaldy Yunus!” Ucap Bang Renaldy sembari menjabat tangan Nadila dengan antusias. Sontak hal tersebut membuatku terkejut. Sama halnya dengan apa yang aku lihat dari Nadila. Wajahnya terlihat begitu terkejut hingga matanya berkedut.

“E-eh, iya Kak Ren.” Jawab Nadila dengan sedikit terbata. Namun, perlahan dia dapat kembali menyunggingkan senyum kearah Bang Renaldy. “Kak Renaldy apa kabar? Udah lama ih nggak maen ke teater. Masih belum bisa move on dari Kak Lidya, ya?” Lanjutnya berkelakar dengan santainya kepada Bang Renaldy.

“Gue mah ada aja, Nad. Nggak usah dibahas lagi napa?” Balas Bang Renaldy sembari tertawa sinis. Nadila pun kemudian tertawa kecil mendengarnya.

“Kalian sudah saling kenal?” Tanyaku yang masih kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini.

“Dia Fans JKT48, Jan,” ucap Nadila pelan. Sontak aku pun semakin terkejut. Yang aku tau, Nadila selalu menjaga hubungan kami agar tidak diketahui oleh fansnya. Namun, aku malah mengumpankan kekasihku sendiri.

“Santai aja kali, Jan. Kak Ren mah udah paham bener apa yang terjadi di backstage. Dia juga bukan fans yang suka cepu, kok.” Bang Renaldy pun mengangguk, mengiyakan perkataan Nadila tadi.

“Ah, begitu … ya. Syukurlah.” Aku menghela nafas panjang setelah menerima penjelasan tersebut.

“Nggak pada makan, nih?” Celetuk bang Renaldy sembari mendelikan mata kearahku.

“Eh, iya. Bang Renaldy mau pesan apa, nggak usah sungkan. Pesen saja apa yang Bang Renaldy inginkan.”

“Yang bener, nih, Bro? Gue nggak nahan-nahan, nih.” Aku pun mengangguk dan langsung diikuti senyum sumringah dari Bang Renaldy. Dia lantas berteriak memanggil waitress. Benar saja, tanpa basa-basi lagi dia langsung memesan banyak makanan seperti akan berpuasa keesokan harinya.

“Sering-sering dah elu kayak gini, Jan,” ucap Bang Renaldy sembari terkekeh.

Setelahnya, kami pun membicarakan banyak hal sembari menikmati makanan yang telah dipesan tadi. Bang Renaldy pun setuju untuk membawa Nadila ke tempat dimana dia bekerja, namun dia akan berbicara dulu kepada bosnya. Bang Renaldy pun berkata bahwa semua itu hanyalah formalitas semata, karena dia sendiri yakin sang bosnya akan mengiyakan Nadila untuk magang ditempatnya.

Semua sepertinya berjalan dengan baik. Aku yang sudah akan mulai magang di kementrian esok hari. Nadila pun menemukan tempat magang yang sesuai dengan apa yang dia inginkan. Dia pun menemukan partner kerja yang mengerti akan profesinya sebagai idol. Dan juga, kekasihku.

Benar-benar akan berjalan dengan baik, bukan?

.

.

.

tbc
 
Bimabet
Update lagi, Kak.
Setelah sekian lama, akhirnya Nadila bisa muncul lagi.
Nggak kentang lagi sekarang mah, Kak.
Apakah hubungan Janu-Nadila bakal baik-baik saja kedepannya? Aku sendiri nggak tau, Kak. Gelap.

Udah ini mau siapa lagi, ya? Apakah Janu bakal ketemuan sama Aby? Apakah akan bermain lagi sama Lala? Gimana hubungan Anin sama Erza kedepannya?

Ditunggu saja di episode selanjutnya.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd