Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Tandain dulu buat si paha besar

Nandain nya jangan di paha tapi nanti keliatan

Kalau pusing cari judul yang modelan ftv:
Gado gado untuk januari
Pacar gue setengah bule
Senangnya dalam hati bila beristri empat


Alias ditunggu akustik yang lain terutama ayen hihi
Kampus cinta
Pendekar hati
Januar in love
AADJ
Nadila owh Nadila
Masih bisa kasih saran? Ada beberapa ide hehe.

- I meet the grumpy and fall in love.
- Night, Drive, Love (N.D.L)
- House Of Cards (dari lagunya Radiohead).
- I keep losing but I found you.
- Drama Romantika.

Waw judul nya keren keren asli, nanti aku pertimbangkan, makasih banyak suhu semua

seru kayanya :hore:

Angel apa kabar?

asik arsenal

Kapan menang?

:galau:

Ada yang sakit tapi bukan luka

Waduh apaan tuh hu?
aihhh ada tank swedia 😅, gelar lapak hu.

Siap kak, semoga ganti lah mobil nya, kegedean

Wah Nadila pulen
:pandaketawa: :pandajahat::pandaketawa::pandajahat:

Semacam rojolele kak?

:pandaketawa: :pandajahat::pandaketawa::pandajahat:
:pandaketawa: :pandajahat::pandaketawa::pandajahat:
 
si lefty ini pas owe telisik, ternyata kakinya jebrag, kalo kata bahasa korea. Kena DS bisa tahan lama ga?
 
newbie ikut jejak suhu
hehe

ditunggu update2 selanjutnya
 
si lefty ini pas owe telisik, ternyata kakinya jebrag, kalo kata bahasa korea. Kena DS bisa tahan lama ga?
Wah aku nggak tau hu, mungkin janu tau, nanti aku tanya dulu

Iya kamu

hm hm hm bole jg ni

Boleh kaka dicek dulu kaka

yey nadila..... can't wait for the update
Up hu agar sehingga...
update hu biar arsenal menangan
newbie ikut jejak suhu
hehe

ditunggu update2 selanjutnya

Semoga bisa cepet rampung ya update nya, udah sih sebenernya, cuma lagi nyari nyari kesempatan aja ditengah kesibukan buat ngerapihin, apa harus nunggu arsenal menang baru update?
 
Semoga bisa cepet rampung ya update nya, udah sih sebenernya, cuma lagi nyari nyari kesempatan aja ditengah kesibukan buat ngerapihin, apa harus nunggu arsenal menang baru update?
Aduuuhh... Bakal lama dong
 
Episode 02

N.D.L. (Night. Drive. L(ust)ove.)



“Kita ke rumahku dulu aja nggak apa-apa? Kasian Kamu Jan udah nganterin jauh-jauh, kita istirahat dulu aja disana.”


Tawaran dari Nadila yang cukup menggiurkan mengingat Aku memang cukup lelah setelah mengemudi sejauh ini. Ini merupakan kali pertama Aku mengemudi cukup jauh, dan juga lalu lintas disini sungguh sangat “menggemaskan”. Aku hanya mengangguk menerima tawaran tersebut.

Senja mulai berganti malam saat kami sampai di kediaman milik keluarga Nadila. Temaram lampu jalan menemani perjalanan kami hingga memasuki salah satu kompleks perumahan. Kuparkirkan mobilku di depan bangunan tersebut setelah sebelumnya Nadila masuk terlebih dahulu untuk membuka pintu rumahnya. Untung saja jalanan di depan rumahnya cukup lebar sehingga dimensi Volvo 960 yang cukup lebar tidak terlalu menghalangi jalan. Rintik hujan mulai turun saat aku berjalan menuju depan pintu rumah ini yang masih terbuka. Namun Nadila sepertinya sudah masuk jauh kedalam.

“Tutup aja Jan pintunya, dingin,” ucap Nadila saat menolehkan wajahnya ke ruang tamu.

Setelah mengucapkan permisi akupun masuk dan langsung duduk di sofa. Tak lupa sebelumnya kututup pintu depan dari rumah ini. Udara disini memang lebih dingin daripada Jakarta. Namun setidaknya masih bisa aku tolerir. Aku pernah merasakan yang lebih dingin dari ini. Aku memperhatikan ke sekelilingku. Tidak banyak berbeda dari rumah milik orang Indonesia kebanyakan. Mataku kemudian tertuju ke sebuah foto yang terpampang di lemari buffet. Foto Nadila bersama seorang wanita paruh baya yang mirip sekali dengan Nadila yang sepertinya merupakan foto dari Ibunya. Ah iya, sudah selarut ini aku belum memberi kabar kepada Ibu. Akupun langsung mengambil handphone dari saku untuk mengabarkan kepada Ibuku tentang keadaan anaknya saat ini.

“Cuma ada ini aja, nggak apa-apa kan Jan? Ibuku dari kemaren ada di Tangerang soalnya, lusa baru pulang kayaknya,”

Nadila yang kembali datang dari dalam dengan membawa dua gelas minuman beserta dua piring potongan kue yang langsung Ia hidangkan ke meja.

“Aku kebelakang dulu yan Jan.”

Nadila yang terlihat cemas pun kembali pergi meninggalkan diriku di ruang tamu dengan tergesa-gesa. Aku menyeruput minuman yang ia sajikan kepadaku. Kurasakan sensasi yang berbeda saat Aku meminum minuman yang Ia sajikan, bau alkohol dari minuman tersebut cukup pekat. Sepertinya ini wine. Entah apa yang Ia pikirkan sehingga menuangkan minuman beralkohol kepadaku saat aku masih harus mengendarai mobil sendiri untuk pulang kerumah.

Selama hampir 30 menit menunggu akhirnya Nadila kembali muncul. Sepertinya Ia mandi tadi. Wajah polos tanpa riasan membuat dirinya terlihat lebih segar. Kini dirinya mengenakan jaket dari tim sepakbola berlogo meriam yang agak kebesaran serta celana pendek hingga atas lututnya. Wangi sampo dari rambutnya yang masih agak basah mulai menusuk hidungku saat dirinya duduk di sofa sebelahku.

“Maaf ya Jan lama,” ucap Nadila sembari duduk disofa yang berada disebelahku. “Kok nggak diminum Jan? Ini aman kok nggak aku racunin,” lanjutnya lagi sembari mulai meminum salah satu dari gelas tersebut. Dirinya sempat berhenti minum sambil menunjukkan muka keanehan, namun setelahnya Ia kembali meminum air di gelas itu hingga habis.

“Rasanya agak aneh ya Jan? sepet-sepet gimana gitu,”

“Kamu nggak tau itu apa Nad?” tanyaku keheranan. Nadila pun hanya menggelengkan kepala. “Aku tadi buru-buru Jan, Aku tuangin aja yang ada di dalam kulkas. Biasanya Kakak ku yang suka bawa minuman dari hotel.”

Tak lama dirinya mulai menunjukkan keanehan. “Udaranya kok jadi gerah ya?” ucapnya sambil membuka resleting jaketnya. Di balik jaket tersebut Nadila hanya mengenakan tanktop berwarna putih yang sangat pas dengan ukuran tubuhnya.

“Kok jadi agak pusing ya Jan?” ujar Nadila meringis memegang kepalanya sambil mencoba berdiri. Efek alkohol sepertinya sudah mulai terasa oleh dirinya. Wajahnya merona. Tak lama kemudian, Ia memandangi diriku dengan tatapan sayu sembari tersenyum aneh. Nadila yang berdiri dengan sempoyongan akhirnya jatuh bersimpuh dilantai.

“Nad? Kamu nggak kenapa-kenapa?” Aku yang cemas langsung duduk berjongkok dengan satu kaki mensejajarkan mataku dengan matanya.

“Jan… hehehe…” sambil cengengesan ia melirik kepadaku “Kamu tau rapsodi nggak?”

Aku lantas menggelengkan kepala.

“Iiiii… Masa nggak tau siih… Itu lagu jekate yang baru Jan, ada aku disana tauuu!”

Nadila kemudian bangkit dan mulai menarik tanganku. Dengan sempoyongan Ia berjalan menuju sebuah ruangan di lantai atas. Ruangan yang sepertinya merupakan kamar miliknya. Sambil cemberut Ia memukuli poster besar bergambar dirinya.

“Nih Jan, Aku di Rapsodi. Kamu masih nggak tau?!?!” gerutu Nadila dengan wajah cemberutnya. Terlihat sangat lucu sekali. Aku sedikit menahan tawaku melihat hal tersebut.



“Iiii malah ketawa... Niih Aku tunjukin lagunya,”

Nadila mendorong tubuhku hingga terduduk di ranjang. Ia mulai bernyanyi sembari melenggak-lenggokan tubuhnya meskipun agak sempoyongan. Aku yang khawatir lantas bangkit mendekati dirinya. Ia terlihat kaget ketika aku mendekat kearahnya, kemudian seperti kehilangan keseimbangan dirinya hampir terjatuh. Dengan sigap Aku menangkap tubuhnya sebelum terjerembab ke lantai.

“Kamu nggak apa-apa? Hati-hati Nad,” tanyaku kepadanya. Nadila pun mengangguk sambil menatapku sayu.

“Aku nggak takut jatuh Jan, Aku nggak takut nyasar, Aku nggak takut sakit, Aku nggak takut apapun Jan! Karna Aku tau, kamu bakal ada buat Aku, kamu pasti nolongin Aku,” racau Nadila sembari menunjuk-nunjuk dadaku.

“Iya Nad iya, sekarang mending kamu tiduran dulu ya,” ujarku sembari menidurkan dirinya di ranjang. Namun tiba-tiba Ia menangis saat aku mulai menjauhi dirinya.

“huu… huuuu… Tapi kamunya nggak suka sama Aku ya… Padahal Aku merhatiin Kamu terus Jan, kamu nya nggak pernah ngeliat kearahku… huuu…. Huuuuu….” Tangis Nadila sembari menutup matanya.

Melihatnya seperti itu, muncul rasa iba bercampur bingung dari dalam hatiku. Aku kemudian mendekati dirinya yang masih terus menangis. Kemudian kuelus ringan kepalanya. Isak tangis dari Nadila berangsur terhenti. Tak lama tubuh atasnya bangkit, lalu menatapku yang berada disampingnya dengan tajam. Tatapan matanya yang berat ditambah pipinya yang merona membuatku terpaku sambil menelan ludah. Wajahnya terus-menerus mendekat ke wajahku. Ia menutup matanya saat wajahnya sudah sangat dekat kearahku.

Cuuuphh

Nadila secara asal mulai menciumi bibirku. Dilumatnya seluruh permukaan bibirku. Kepalanya terus menekan agar ciuman yang ia lakukan semakin dalam. Aku yang gelagapan mencoba untuk mundur. Namun dengan sigap Nadila menarik jaketku, membuat diriku semakin sulit untuk melepaskan diri.

“Cuuphh… Cuuppphhhaahhh…”

“hhhh… hhhh…”

Akhirnya Ia melepas cumbuannya dari diriku. Nafasnya yang berat terdengar sangat memburu. Diserang seperti tadi cukup membuat birahiku naik. Namun Aku merasa bersalah apabila aku memanfaatkan kesempatan ini, kesempatan untuk menikmati tubuhnya ketika Ia sedang mabuk. Lagipula akupun belum terlalu mengenal dirinya, entah bagaimana reaksinya apabila aku dengan gegabah menggerayangi tubuhnya. Namun disatu sisi akupun sangat ingin menikmati wanita, setelah entah berapa lama aku tidak berhubungan dengan siapapun. Banyak hal yang kemudian berkecamuk di dalam pikiranku.

“Jaann…”



Tiba-tiba Nadila menatapku dengan tatapan sensual yang sangat menggoda. Tangannya mulai menggerayangi dadaku. Setiap elusan dari tangannya seakan memberikan sengatan listrik yang langsung menggelitik seluruh syaraf tubuhku. Bloody hell, aku sudah tidak tahan lagi.

“Cuupphhh… Mmmmhhh…”

Nadila terbelalak saat aku mendekap tubuh mungilnya dan langsung mencumbui bibirnya. Hal itu tidak berlangsung lama karena Nadila menutup matanya dan mulai membalas perlakuan bibirku. Bibirnya yang terasa manis membuatku semakin menikmati disetiap pagutannya. Suara dari decitan ludah didalam cumbuan kami terdengar sangat menggairahkan berpadu dengan gemericik hujan yang mulai turun. Bibirku dengan telaten menggagahi setiap sudut bibirnya, memastikan tidak ada satu areapun yang terlewat. Tangan dari Nadila mulai menekan kepalaku agar ciuman yang kami lakukan semakin dalam.

“Cuupphh… Mmmmhhh… Mmppuaahhssshhh…”

Nadila mendesis saat cumbuanku yang terlepas mulai bergerak ke arah lehernya. Ia sedikit memekik saat kepalanya mendongak, memperlihatkan lehernya yang putih mulus dan langsung kucumbui area menggairahkan tersebut. Sambil menjambak rambutku, Nadila terus meracau kenikmatan saat seluruh bagian leher hingga telinganya habis kurangsang. Hembusan nafasnya yang panas terasa kencang disetiap tarikan nafasnya yang berat. Sepertinya Nadila sudah terangsang berat.

“Aaahh… Ngggghhh… Jaann…”

Nadila terus meracau kenikmatan saat tanganku mulai naik menggerayangi payudaranya dari luar kaus. Bongkahan yang tidak begitu besar, namun tetap terasa empuk untuk kumainkan. Sambil kembali saling berciuman. Tanganku terus memijit payudaranya memutar. Desahan kenikmatan dari mulutnya sesekali terdengar merdu disela-sela cumbuan kami.

“Aaahmmmpp… Mmmhhh…”

Kuloloskan jaket yang membungkus tubuhnya. Nadila menurunkan tangannya, membuat jaket yang Ia kenakan turun dari lengannya, mengekspos kulit bahunya yang mulus. Bra hitam yang Ia gunakan terlihat sangat kontras dengan tanktop putih tipis diatasnya. Tanktop tersebut tidak dapat menutupi kemolekan dari tubuhnya yang mungil yang namun cukup padat.

“Jan…”

Suara dari Nadila terdengar sangat lirih memanggil namaku. Tangan kirinya ia apit diantara selangkangan yang terus bergerak gelisah. Tatapan matanya sungguh sayu terasa sangat menggoda. Jantungku sampai berdebar kencang dibuatnya. Celanaku mulai terasa sempit. Shit, aku benar-benar sudah tidak kuat. Langsung kutarik dengan kasar celana pendek maupun celana dalamnya dan langsung kulempar sembarang. Akupun dengan tidak sabar melucuti seluruh pakaian bawahku. Setelah tubuh bawah kami tak terhalang oleh apapun, Kurebahkan tubuhnya diranjang.

“Ngggghh…”

Nadila mengerang saat penisku yang sudah menegang sempurna mulai menggesek vaginanya. Tangannya terus memegangi wajahku saat kami bercumbu dengan panas. Gesekan penisku kepada vaginanya membuat tubuh dari Nadila terus menggelinjang. Desahan pun terus mengalun di sela pagutanku kepada bibirnya. Dalam posisi menindih seperti ini, penisku mulai berusaha masuk kedalam vaginanya. Sulit juga rasanya mengarahkan penis ini agar masuk kedalam vaginanya.

“Mpphhh… Cppkkkhh…”

Sambil terus bercumbu, kuarahkan penisku tepat berada di depan liang kenikmatanya. Perlahan, kepala dari penisku mulai menyeruak masuk. Jepitan dari vaginanya yang sempit mulai terasa saat kepala penisku mulai menerobos masuk. Cukup perih rasanya.

“Aaakkk… Sakit Jan…” rintih Nadila menahan sakit. Sepertinya vagina Nadila masih belum terlalu basah.

Kembali kucumbui bibirnya sembari terus mengelusi dan memijit payudaranya setelah kusingkap turun tanktop dan bra yang ia gunakan. Kucoba untuk membuat dirinya lebih rileks, dan juga merangsang agar vaginanya bisa lebih basah. Desahan demi desahan keluar dari mulutnya, tubuhnya semakin intens bergerak gelisah saat payudaranya yang bulat sempurna it uterus kurangsang. Merasa sudah cukup, aku kembali mencoba melakukan penetrasi pada vaginanya.

“Aahhhnngggghh!!!”

Erangan cukup keras dari Nadila mengiringi percobaan penetrasiku yang kedua kali. Kali ini dinding vaginanya yang sudah lebih basah cukup membuat penetrasiku lebih lancar dari sebelumnya. Shit! Vaginanya terasa sangat sempit saat penisku semakin masuk kedalam vaginanya. Sepertinya ada yang mengahalangiku untuk penisku untuk masuk lebih dalam. Tangannya mulai mencengkram bahuku, Ia menatapku sayu sembari menggigit bibir bawahnya. Matanya berkaca-kaca. Dengan sekali hentakan kuterobos pertahanan terakhir milik Nadila tersebut, menekan penisku dalam-dalam ke liang kenikmatannya.

“AAAAAHHHNNGGG!!”

Nadila mencengkram punggungku keras. Punggungnya terangkat keatas. Ia mengerang dengan keras sembari menengadah. Vaginanya terasa lebih hangat dan memijit-mijit penisku nikmat di dalamnya. Sepertinya Ia sudah orgasme. Nadila menatap sayu kearahku dibalik rambutnya yang lepek berantakan. Lelehan air mata mulai membasahi pipinya. Nafasnya terengah-engah. Kilauan cahaya lampu memantul dari tubuhnya yang naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Sungguh seksi sekali Nadila yang terkulai pasrah dihadapanku ini.

Kudiamkan sejenak penisku didalam vaginanya, agar area tersebut mampu beradaptasi terhadap benda asing yang baru pertama kali masuk kedalamnya. Sambil mengelusi rambutnya, kembali aku turun untuk mencumbui bibirnya. Kugenggam tangannya dan kuangkat keatas. Dengan perlahan kumulai menggenjot vaginanya. Nikmat sekali, entah karena memang sudah cukup lama aku tidak berhubungan seks atau memang vaginanya terasa sangat menjepit.

“Aaaahhh Jaann… Nngggghhh… terusshhh…”

Nadila kembali meracau kenikmatan. Sambil bertumpu dengan kedua tangan, kuhujamkan penisku dengan cepat kedalam vaginanya. pinggulku terus meliuk-liuk saat penisku terus menusuk-nusuk liang kenikmatannya. Tubuhnya yang mungil seakan memantul diatas kasur seiring dengan semakin liarnya diriku menggenjot tubuhnya. Payudaranya yang terlihat membulat pun terlihat memantul kencang. Kedua tangannya mengepal keras disamping payudara, menahan kenikmatan dari setiap sodokan penisku. Entah bagaimana dapat kudeskripsikan setiap desahan dari Nadila yang mengalun indah ditelingaku saat ini.

“Aaahhh Jan… Aaaahhh… Nnngghhh… AAAANNGG!!!”

Nadila kembali mengerang kencang saat punggungnya kembali melenting keatas. Digenggamnya sprei kuat-kuat. Vaginanya kembali menyemburkan cairan hangat. Padahal belum cukup lama Ia orgasme, sepertinya Ia kembali orgasme. Nafasnya kembali tersengal. Tubuhnya terkulai lemas dihadapanku.

Nafsu yang membumbung tinggi membuatku gelap mata. Alih-alih membiarkan dirinya istirahat, kubalikan tubuhnya hingga menungging dihadapanku. Pantat dan pahanya yang cukup berisi kembali membuatku bersemangat menggenjotnya. Sambil memegangi pinggulnya, kuarahkan penisku yang mengacung maksimal masuk kembali kedalam sarangnya.

“Nnnngghhh…”

Erangan dari Nadila menyertai penisku yang amblas dengan sempurna. Langsung kugenjot vaginanya dari belakang dengan kecepatan tinggi. Suara dari tumbukan pantatnya yang empuk dengan selangkangaku menggema di dalam ruangan kecil ini. Tangan Nadila yang lemas tidak mampu menopang tubuh atasnya, sehingga kepalanya langsung menyentuh kasur, bergesekan seiring dengan genjotanku yang makin tidak terkendali. Akupun sudah mulai mencapai batas.

“Aaahhh Jan… udaahh… aaahhh… aaahhNNGHHH!!!

“NNGGGHH!!”

Sambil melenguh Kuhujamkan penisku dalam-dalam sebelum kucabut dari liang miliknya. Cairan kewanitaan yang bercampur darah meleleh keluar ke sela-sela pahanya. Penisku langsung menembakan spermanya dipunggung Nadila yang ambruk karena kembali orgasme. Sperma dari penisku berceceran dipunggung dan pantatnya, bahkan ada yang sampai menempel di rambutnya. Sungguh terasa nikmat orgasme yang akhirnya setelah sekian lama aku dapatkan ini. akupun berbaring di samping dirinya diatas kasur. Mencoba menarik nafas, mengembalikan iramanya yang tersengal.

Namun entah kenapa kepalaku terasa berat. Pandanganku pun sering hilang. Entah karena terlalu lelah atau memang aku sudah mengantuk, atau bisa jadi karena keduanya. Akupun tidak sadarkan diri.

.

.

.

Tiba-tiba saja aku membuka mata. Cahaya dari lampu kamar terasa sangat menyilaukan menyorot ke mataku. Sudah lewat tengah malam saat aku mengecek jam yang tertempel di dinding kamarnya. Dengan kepala yang masih cukup berat aku beranjak dari ranjang ini.

“Mmh…”

Nadila sedikit menggumam akibat ranjang yang bergoyang saat aku turun. Diatas ranjang yang berantakan, Nadila yang masih telanjang bulat tertidur pulas dengan keadaan telungkup. Ceceran sperma yang berada di sekitar tubuhnya mulai mengering, sama seperti bercak darah yang berada di area paha dalamnya. Merasa tidak enak, kembersihkan tubuhnya dengan tisu basah yang ada di meja rias setelah sebelumnya aku kembali berpakaian. Wajahnya terlihat sedikit meringis ketika permukaan tisu basah yang dingin tersebut membasuh tubuhnya, namun Ia masih tertidur pulas.

Setelah merapikan ranjang dan memakaikan baju di tubuh Nadila. Kutinggalkan dirinya yang terlelap di dalam kamar tersebut untuk kembali tidur di ruang tamu. Sebelum keluar kamar kupastikan Nadila sudah berada dalam keadaan yang sangat nyaman dan hangat didalam selimut. Sebenarnya aku ingin pulang, namun aku sedikit khawatir meninggalkan Nadila yang tertidur dan masih dalam pengaruh alkohol. Akupun kembali merebahkan tubuhku, kali ini di sofa, mencoba mengistirahatkan tubuhku dengan memejamkan mata hingga akhirnya ku terlelap.

.

.

.

Sambil setengah sadar aku merasakan tubuhku diguncangkan oleh seseorang. Suara yang familiar yang awalnya terdengar samar kini semakin jelas memanggil namaku, menyuruh diriku untuk bangun.

“Jaan… Bangun…”

Wajah Nadila tepat berada di depan wajahku saat aku membuka mata. Aku yang melihat hal tersebut terperanjat kaget dan langsung bangkit dari tidurku. Nadila yang sedari berjongkok dihadapanku hanya tersenyum kecil melihat hal tersebut.



“Udah agak siang nih Jan, kamu siap-siap dulu aja. Kalo mau mandi pake kamar mandi yang itu aja,” ucap Nadila lembut sembari menunjuk salah satu pintu. “Nanti kamu tunggu aja di meja makan ya, aku udah siapin makanan buat kamu, kalo mau makan duluan boleh, sekarang aku mau siap-siap dulu, kita ada kelas kan nanti jam sembilan.” Lanjutnya sembari berlalu.

Dengan tubuh yang agak gontai aku masuk kedalam kamar mandi. Setelah selesai membersihkan tubuh, Akupun menunggu Nadila di meja makan sesuai dengan instruksi yang Ia berikan. Tak menunggu lama Nadila pun turun dari kamarnya dan langsung menghampiriku di ruang makan.

“Loh kok malah bengong Jan? Nggak biasa sarapan yang begini ya?” tanya Nadila sedikit khawatir melihatku bengong. Ya, aku sedikit tertegun, terkesima melihat kecantikan Nadila pagi ini. Entah hanya perasaanku saja atau memang Ia terlihat lebih cantik dari biasanya.

“E-eh, gimana Nad? Ah Aku biasa kok makan seperti ini juga dirumah,” jawabku terbata. Gurat wajahnya pun mulai berubah tenang. Ia pun duduk di hadapanku dan mulai makan, begitupu dengan diriku. Namun entah kenapa, suasana saat makan terasa sangat canggung dan hening. Hanya suara dari sendok yang beradu dengan piring menemani kami sarapan. Nadilapun hanya menundukkan kepalanya sembari menyantap makanannya.

“Jan… Maaf ya soal kemarin,” tanya Nadila tiba-tiba memecah keheningan diantara kami.

“Maaf kenapa Nad?” aku berbalik bertanya kepada dirinya.

“Iya Kamu udah sia-sia nganterin Aku pulang ke rumah, padahal nggak ada kejadian apa-apa, dan juga…” Nadila seperti tercekat, Ia seakan teringat sesuatu. Genggaman tangannya semakin kuat. Matanya mulai berkaca-kaca. Wajahnya pun terlihat seperti menahan amarah.

“Nad?” aku yang belum menangkap apa yang terjadi dengan dirinya tidak tahu harus bagaimana.

“Nggak apa-apa Jan,” ujar Nadila sedikit terisak. Namun kemudian Ia hapus lelehan air mata dipipinya dan tersenyum kearahku. “Kita berangkat sekarang yuk Jan, kalo lebih siang lagi Aku takut kita telat.”

Akupun mengangguk dan menyelesaikan makanku. Selesai membereskan tempat makan, kamipun langsung pergi meninggalkan kediaman keluarga Nadila. Nadila yang tadi mengatakan masih sedikit pusing kebanyakan hanya memejamkan mata selama perjalanan. Hanya suara dari radio mobil yang kunyalakan menemani diriku mengemudi disepanjang perjalanan.

Setelah melewati hiruk-pikuknya lalu lintas Bogor-Jakarta, sampailah kami di depan gerbang kampus. Mobilku terguncang saat melintasi polisi tidur yang berada di pos parkir. Hal tersebut membuat Nadila terbangun. Ia terlihat masih linglung saat membuka mata, namun matanya terbelalak saat menyadari bahwa kami telah sampai di area kampus.

“Jan, kamu parkirnya di tempat yang sepi aja ya? Biar nggak ada yang liat Aku bareng sama Kamu,” pinta Nadila kepadaku. Aku hanya mengangguk dan langsung memarkirkan kendaraanku di dekat kantin belakang. Jam segini daerah tersebut pasti kosong. Dan benar saja, tempat tersebut benar-benar sepi, malahan kantin tempat kami makan kemarin pun masih belum buka.

“Aku duluan ya Jan, makasih udah anterin ya.”

Setelah mengucapkan kata tersebut, Ia langsung tersenyum manis kepadaku. Kemudian dirinya langsung berlalu pergi setelah keluar dari mobilku. Meninggalkan diriku yang belum sempat mengucapkan sepatah katapun. Entah kenapa, ada yang terasa berbeda dari dirinya. Ah, never mind, akupun langsung keluar dari mobil dan menuju kantin depan untuk membeli kopi dan sedikit camilan sebelum masuk kedalam kelas.

Aku kembali berpapasan dengan dirinya saat akan memasuki kelas, Nadila yang sepertinya kaget seperti menghindariku. Ia pun langsung masuk kedalam kelas dan duduk di dekat teman-temannya yang sedang mengobrol. Tak ingin larut memikirkan hal tersebut akupun langsung mengambil tempat duduk tak jauh dari dosen agar dapat mendengar lecture yang diberikan dengan lebih baik. Maklum, meski sudah terbiasa, tetap saja penggunaan bahasa yang bukan bahasa ibu masih agak sulit kucerna, meski bahasa Indonesia lebih simpel daripada bahasa Inggris menurutku. Dosen yang akan mengajar pun datang, kemudian kami semua mulai larut dalam kegiatan belajar mengajar pagi ini.

.

.

.

Setelah selesai makan siang dan beristirahat sejenak, aku kembali beranjak menuju ruang kelas. Didalam kelas terlihat sudah agak ramai. Maklum, kelas dimulai pukul 13.30, tepat 5 menit dari sekarang. Seperti biasa, aku mengambil kursi dekat dengan meja dosen. Tak lama, kedua sahabat Nadila, Dita dan Rani memasuki ruang kelas. Cukup aneh, biasanya Nadila datang bersama mereka. Namun aku tidak melihat dirinya.

“Rani, Nadila kemana?” tanyaku saat mereka berdua lewat di depanku.

“Oh, katanya tadi dia nggak enak badan, terus ijin pulang. Kenapa Jon, Lu kangen yah? Datengin gih ke kosannya,” balas Rani sambil terkekeh bersama Dita. Akupun membalas hal tersebut dengan tersenyum. Mungkin efek alkohol masih terasa olehnya. Aku jadi sedikit khawatir tentang keadaan dirinya. Akupun mencoba berinisiatif menanyakan kabarnya.

“Nad, kata Rani kamu gak enak badan? Gimana sekarang keadaannya?”

“Ada yang bisa kubantu?”

Pesan terkirim, kutunggu lama namun pesan tersebut masih tidak dibaca olehnya. Mungkin benar Ia sedang beristirahat. Senin depan juga sudah mulai masuk ke pekan UAS, mungkin Ia ingin beristirahat secepatnya agar bisa Fit saat UAS nanti. Tiba-tiba suara dari orang-orang yang terdengar sibuk mengambil tempat duduk memecah lamunanku. Oh, dosen mata kuliah ini sudah tiba ternyata. Akupun merapikan dudukku, mengkondisikan agar dapat maksimal dalam menyerap lecture yang diberikan dosen. Namun, didalam otakku masih terpikir Nadila yang tidak berada di kelas ini.

Semoga Ia baik-baik saja.

.

.

tbc
 
malem kak.

update juga akhirnya, kalo mau nungguin arsenal menang mah kapan updatenya. tapi semoga malam ini bisa menang lah, setidaknya ada perubahan ga seri melulu. berhubung siti juga lagi dirundung masalah, kesempatan masuk liga champions juga masih ada...



untuk sheffield united (sad)
kasian juga tuh kiper sheffield kalo misalnya masuk champions, henderson kan kudu balik lagi ke MU, kalo MU nya ga masuk champions gimana jadinya? (sad lagi)


anyway, terima kasih untuk kelinci dalam kulkas yang udah ngasih ide buat judulnya, bisa pas gitu sama tema yang diangkat sama eps ini.


ya udah, gau sah banyak cakap lagi, silahkan dinikmati update aku yang tidak banyak ini. semoga bisa menghibur kakak-kakak semua. saran dan perbaikannya ditunggu sekali
 
Nah pas nih, udah menang tuh semalem. Kira-kira bakal cepet update nga nih hehe alias
Pawpaw tsundere gini gemes dah
 
Bimabet
jadi langsung dilepas aja nih segelnya? eheheheh emang beda tuan suhu yang satu ini, saiya masi menunggu Member akustik lainnya, ayen mana ayen tuan.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd