Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.

alshawn

Semprot Addict
Daftar
9 Mar 2013
Post
480
Like diterima
1.200
Bimabet
Malam Gaes. Setelah hiatus cukup lama dikarenakan 1 dan lain hal, aku selaku nubi ingin mencoba kembali membuat sebuah... apa yah? semoga masih pantas disebut cerita. Untuk thread ini aku mencoba untuk membuat cerita sendiri, dengan tema yang tidak zombie-zombiean lagi, yah romansa masa muda weh lah seperti teman-teman kebanyakan. Castnya mah nggak akan jauh seputaran mereka-mereka lagi.

Nubi sendiri nggak berharap banyak sih dengan tulisan ini, semoga bisa menghibur dan juga dapat menjadi sebuah saluran di sela-sela kesibukan RL. Juga tulisan ini semoga bisa tamat.

Satu lagi, seluruh cerita yang nubi tulis disini murni hanya hasil fantasy liar nubi, apa yang terjadi di cerita ini nggak ada sangkut pautnya dengan apa yang terjadi di dunia nyata,


Reserved for Index
---------------------

Eps 01 : Pilot
Eps 02 : N.D.L.
Eps 03 : Trip Down Memory Lane
Eps 04 : Salt of the Earth
Eps 05 : Lagu Kesepian
Eps 06 : I Met the Grumpy and fell in Love With
Eps 07 : Dancing with the Devil in Firepit
Eps 08 : House of Cards
Eps 09 : I Write Sins not Tragedies + Extended (Dari Kemarin Semakin Suka)
Eps 10 : You Reap What You Sow + Extended (Only Today)
Eps 11 : Wildly Exotic Night
Eps 12 : Things Got Messed up + Extended (Swing Both Ways)
Eps 13 : Conundrum
Eps 14 : The Man Who Deserve Her Most
Eps 15 : Getaway + Extended (Lustfull Escape)
Eps 16 : Odd Couple Story
Eps 17 : Confused Man + Extended (Odd Couple Story Pt. 2)
Eps 18 : One Call Away
Eps 19 : Dreadful Calm Before the Thunder Rolls
Eps 20 : Chill Pill + Extended (Second Place Trophy)
Eps 21 : That's How You Throw a Party
Eps 22 : All I Wanna do is Keep on Loving You (End)

SS Eps 01 : Salad Days
 
Terakhir diubah:
Episode 01

Pilot



Shit, I’m late.”

Tap tap tap

Setengah berlari aku menuruni tangga menuju ruang makan dengan setengah tergesa. Disana sudah terlihat Ibuku yang sedang menyiapkan makanan bagi anak-anaknya dibantu oleh Mbak Yani dan Devi, salah dua Asisten Rumah Tangga yang sudah bekerja dirumah Kami semenjak tahun lalu, saat Ayah memutuskan untuk pindah dari Boreham menuju kota kelahirannya, Jakarta.

Morning Dad, Mom, Dra, Gie,” sapaku kepada semua yang sedang berada di ruang makan. “Pagi juga Mbak Yani, Devi,” lanjutku menyapa kedua ART yang sedang sibuk membantu Ibu menghidangkan sarapan pagi.

Morning Janu, you take your time too long in your bedroom, dont you be scared to come late to the class?” ucap Ibuku dengan logat Britishnya yang kental. Ya, Ibuku berkewarganegaraan Inggris. Ayahku menikahi Ibu ketika Ia bertugas di Kedutaan Indonesia untuk Inggris. Semenjak itulah Ayahku mulai menetap di Inggris hingga akhirnya 21 tahun kemudian, tepat saat aku berusia 20 tahun, sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat, mereka akan pindah ke Negara kelahiran Ayah saat anak pertama mereka berusia 20 tahun.

“Sorry Mom, I overslept, hehehe…” jawabku sembari cengengesan.

“Karen, Januar, pakai Bahasa Indonesia!” tegur Ayah kepadaku dan Ibu. Ayahku yang sekarang bertugas di Sekjen Kemendagri ini menginginkan seluruh keluarganya menggunakan Bahasa Indonesia sebagai percakapan sehari-hari, terutama untuk anak-anaknya. Aku dan adik-adikku sendiri sudah terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia saat masih berada di Boreham. Ia pernah mengatakan bahwa memang bagus apabila anak-anaknya bisa fasih dalam berbagai bahasa, namun Beliau tetap ingin bahwa apa yang terucap baik secara sadar maupun tidak sadar dari mulut anak-anaknya adalah Bahasa Indonesia. Mungkin hal tersebut didorong dari didikan Kakek yang patriotis karena memang latar keluarga Ayah dulu adalah militer.

“Maaf Pah, masih kebiasaan,” ucapku meminta maaf kepada Ayah. Ibu hanya tersenyum kecil melihatku, lalu menatap Ayah sembari mulutnya terlihat mengucap maaf namun tanpa suara. Kedua adikku juga hanya menertawakan diriku yang sudah terkena omelan meski masih pagi. Akupun hanya menatap tajam kedua adikku sembari mendengus kesal dan mengepalkan tangan kananku kepada mereka. Namun kedua bocah tersebut malah makin terus mengejek diriku.

“Mahendra, Alina, jangan terus-terusan menggoda Kakak, cepat habiskan sarapan kalian, Kita pergi tepat pukul setengah tujuh,” seru Ibu kepada kedua bocah tersebut.

Okay Mah,” sahut mereka bersamaan. Seperti biasa, Mereka diantar sekolah oleh Ibuku sendiri. Mereka bersekolah tidak jauh dari rumah. Namun tetap saja, mereka berdua masih belum terbiasa dengan lingkungan Jakarta yang memang cukup jauh dari Boreham, padahal Hendra sendiri sekarang sudah kelas 9 SMP, masih saja Ia belum kerasan dengan lingkungan sekitar kediaman kami.

Aku lantas duduk lalu kemudian mulai mengambil nasi uduk beserta lauk pauk. Selain bahasa, kami pun dibiasakan untuk memakan makanan yang biasa disajikan di Indonesia. Bahkan saat aku bersekolah di Inggris, aku pernah diperhatikan seisi kelas karena bekalku berbeda dengan orang lain.

“Papah pergi duluan ya, kamu naik kendaraan umum saja dulu, nanti pulangnya kamu ambil Volvo Kakek di bengkel. Nanti kamu tinggal ambil aja ya, STNKnya ada di rak biasa,” perintah Ayahku sembari mulai beranjak pergi.

“Oh, Oke Pah, bisa beres juga itu mobil peninggalan Kakek. Nanti boleh kubawa jalan?” tanyaku saat mendengar hal tersebut. Aku sangat excited dengan mobil antik milik Kakek tersebut. Mobil yang Beliau dapat sebagai hadiah pensiun dari salah satu mantan Menteri di era Presiden Indonesia ke dua. Kebetulan pangkat Kakekku dulu sebelum pensiun sudah tinggi, sehingga Ia cukup dekat dengan beberapa Menteri pada era tersebut.

“Ya terserah, itu kan mobil yang Kakek kasih buat kamu,” jawabnya dengan setengah berteriak di dekat pintu. Tak lama terdengar suara pagar yang dibuka serta mobil yang semakin menjauhi kediaman kami.

Kutatap waktu di Smartwatch yang kugunakan. Shit, Aku bisa telat kalau masih berleha-leha seperti ini. Akupun lantas memesan ojeg online. “Mah, aku berangkat dulu ya, uhuk…” pamitku tertahan karena aku sedikit tersedak air minum. Ibuku yang terlihat khawatir langsung mengelus punggungku.

Are you okay Jan?” tanyanya khawatir.

“Aku nggak apa-apa Mah, udah yah Aku berangkat dulu,” pamitku kepada Ibu dan langsung pergi menuju depan rumah, dimana si tukang ojeg online tersebut sudah menungguku.

.

.

.

Matahari bersinar cukup terik saat aku meninggalkan kelas. Sebenarnya cuaca disini lebih bersahabat daripada negaraku dulu, dan memang aku juga cocok dengan suhu disini yang lebih hangat. Namun polusinya terkadang sungguh diluar batas toleransi. Mungkin akibat banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di ibukota Negara dengan populasi terbesar ke empat ini.

Belajar dari pagi ternyata cukup menguras tenaga, belum lagi ada beberapa dosen yang memberikan lecture nya terlalu cepat serta menggunakan bahasa yang masih sulit aku mengerti membuat diriku harus bekerja lebih ekstra. Baiknya aku sekarang pergi ke kantin terlebih dahulu untuk mengisi perutku yang sudah banyak berdemo sedari tadi, sebelum pergi ke bengkel untuk mengambil mobil.

“Langsung balik Lu Jon?” tanya seseorang dari belakangku. Yang saat kutoleh ternyata itu suara dari Rani, salah satu teman seangkatanku. Dikampus aku memang dipanggil Jon, karena mereka menganggap nama Januar tidak cocok untuk mukaku yang memang blasteran. Dibelakangnya juga terdapat kedua teman yang memang sering bergerombol, Dita dan Nadila.

“Eh Ran, nggak kayanya, Aku mau makan dulu di kantin belakang,” jawabku. Akupun tersenyum ke arah Dita dan Nadila. Namun saat Aku menatap Nadila, Ia terlihat seperti tersipu. Akupun sedikit salah tingkah apabila mengingat kejadian yang cukup absurd bersamanya saat kami sedang berdarmawisata ke Vietnam beberapa waktu lalu.



“Ya udah kita bareng aja Jon, kita juga mau makan disana. Lu mau kan makan bareng sama Nadila?” Ucap Dita spontan dengan senyuman yang seperti menggodaku dan Nadila yang sama-sama salah tingkah.

“Apaan sih Dit,” timpal Nadila sembari memukul bahu Dita. Namun aku sadar, Ia semakin salah tingkah dibuatnya. Dan aku hanya bisa tersenyum melihat kelakuannya. Aku yang melihat kelakuan mereka ikut tersenyum, apalagi melihat Nadila dengan kelakuannya yang seperti itu.

“Ya ayo aja kalau kalian mau,” jawabku kembali. Sontak Rani dan Dita agak berjingkrak kegirangan.

“Eh, kita kan mau ke-,” belum selesai Nadila berbicara, Rani langsung memotong.

“Udah hayuk kita ke kantin, Gue udah laper nih. Lo yang bayarin yah Jon, Kita kan udah bawa Nadila buat Lo,” potong Rani sambil menarik tanganku sambil mulai berjalan, diikuti oleh Dita yang juga sedikit menarik Nadila. Ia terlihat benar-benar tersipu malu dengan kelakuan kedua temannya ini. Tak lama kami berjalan, sampailah kami di tempat tujuan, sebuah kantin yang terletak jauh di pojokan kampus. Tempat yang cukup sepi namun menurutku, tempat ini cukup nyaman dan sang pemilik kantin menyajikan makanan yang enak.

“Gue baru tau ada tempat makan disini,” ucap Dita keheranan.

“Bukannya kalian memang mau kesini?” tanyaku kepada Dita.

“Eh iya maksudnya Gue baru kesini lagi, tempatnya udah lumayan berubah ya,” jawabnya kembali. Kemudian kamipun langsung memesan makanan. Tak banyak yang bisa aku lakukan di tengah ketiga sahabat ini. Yang kulakukan hanya bisa makan. Terkadang akupun ikut tertawa mendengar lelucon yang diucapkan oleh Dita kepada kedua sahabatnya. Namun memang ada beberapa hal yang masih aku tidak mengerti, entah dari bahasanya yang masih aku tidak ketahui ataupun Inside Jokes yang memang terjadi diantara mereka. Di sela-sela percakapan asik mereka, terkadang mataku dan mata Nadila bertemu, meski hanya sebentar karena saat Ia menyadari aku memandang matanya, Ia tersipu dan langsung membuang muka.

“Enak juga ya disini.”

Perkataan dari Nadila yang langsung diamini oleh kedua temannya. Selain makanannya yang memang berbeda dari kantin yang lain, suasana di sekitar kantin ini pun cukup asri. Beberapa pohon rindang yang berada di sekitaran kantin membuat udara menjadi lebih sejuk, serta cukup untuk membuat tempat ini teduh terlindung dari teriknya sinar matahari.

“Oh iya Jon, katanya Lu dulu maen di Arsenal yah?” tanya Rani tiba-tiba.

“Lebih tepatnya Aku ikut akademinya sih, soalnya dekat dari rumahku dulu di Boreham.” Penjelasan singkat dariku entah kenapa membuat mata Nadila terlihat berbinar.

“Tuh kan Nad, udah dibilangin si Jon itu cocok ama Lu. Lu juga kan suka Arsenal kan?” Goda Dita kepada Nadila kembali. Digoda seperti itu Nadila hanya bisa tertunduk malu, terlihat Ia kembali tersipu karena terus digoda oleh kedua sahabatnya tersebut.

“Udah dong Dit,” Rajuk Nadila lemah sembari wajahnya mengerenyit. Tawa kembali pecah dari kedua sahabatnya tersebut, sedangkan aku hanya bisa tersenyum melihat kelakuan unik mereka.

“Eh iya Jon, abis ini Lu mau kemana?” Dita tiba-tiba bertanya kepadaku.

“Aku mau ke bengkel mobil Dit, mau ambil mobil punya Kakek, cuma Aku juga kurang yakin tempatnya dimana, paling nanti minta tolong sama Ojolnya aja,” jawabku.

“Emang dimana bengkelnya?” tanya Rani penasaran.

Wait a min.”

Aku membuka handphone lalu menunjukkan pesan dari Ayahku yang menunjukkan alamat dimana bengkel tersebut berada kepada mereka bertiga. Mereka yang penasaran langsung mengerubungi handphoneku yang sedang dipegangi oleh Dita.

“Ah ini mah deket sama kostan nya Nadila,” ujar Dita.

“Nah pas kan, udah lu anter aja si Jon yah Nad,” pinta Rani kepada Nadila.

“Loh kok jadi Aku sih,” protes Nadila kepada kedua sahabatnya tersebut.

“Kasian Nad dia kan belum familiar sama Jakarta, nanti dia kesasar lagi kayak waktu di Vietnam, Lo juga kan yang nolongin waktu itu,” ucap Dita kepada Nadila.

“Iya tapi kan kalian berdua jug-,”

Belum sempat Nadila meneruskan pembicaraannya, Rani kembali memotong, “Ya udah lah Nad, sekalian buat ngucapin terima kasih juga, kita udah ditraktir. Atau emang Lu gamau nemenin Jon?” tanya Rani kembali.

“Aku mau kok, tap-,” kembali ucapannya tertahan, namu kali ini ucapannya tertahan karena wajahnya tiba-tiba tersipu. Ia pun terlihat menundukkan kepalanya.

“Cieee, tuh kan Lo nya juga mau. Dah ye Jon, makasih banget loh udah mau nraktir Kita. Jagain Nadila nya yah… Eh kebalik, Nad jagain Jon nya yah supaya kagak nyasar, Bye…” Rani Pamit dan langsung mengajak Dita pergi, meninggalkanku yang kebingungan dan Nadila yang masih tertunduk.

“Nad…” panggilku pelan. Namun Nadila masih tertunduk tidak menghiraukan panggilanku. Sekarang aku malah merasa jadi tidak enak.

“Aku pergi sendiri aja Nad nggak apa-apa, kan ada ojeg online juga, Aku pasti nggak akan nyasar hehe…” ucapku sembari terkekeh.

“Jangan! Aku nggak mau kehilangan kamu lagi!” ucapnya sedikit berteriak. Responnya sungguh membuat diriku cukup terkejut.

“Eh Nad?” Aku yang memang terkejut sungguh tidak bisa berkata apa-apa. Namun mendengar perkataannya yang seperti itu, dadaku cukup berdegup kencang dibuatnya.

“Ma-maksudnya Aku nggak mau sampe harus nyariin kalo Kamu sampe nyasar. Belum lagi temenku udah nitipin Kamu ke Aku. Dah ayo sekarang pergi, pake Taksi biasa aja ya. Soalnya kalo Taksi Online takutnya malah ketemu Fans Aku, bisa panjang urusannya,” ucap Nadila kepadaku dengan nada sedikit mengomel. Akupun hanya mengangguk. Aku memang mengetahui bahwa dirinya merupakan publik figur, namun aku belum begitu mengetahui apabila Fans yang Ia miliki sampai mengurusi urusan pribadinya juga.

Kamipun menunggu taksi yang tadi kupesan di jalan belakang kampus. Ya, di dekat kantin tersebut terdapat pintu keluar yang sangat jarang sekali digunakan, karena memang mengarah ke area rawa-rawa yang katanya cukup angker. Nadila yang berada disampingku terlihat sibuk dengan gawainya, sampai akhirnya taksi yang kami tunggu datang.

“Nah itu datang Taksinya.”

Perkataan dari Nadila langsung membuyarkan fokusku kepada penampakan di seberang sana. Aku dan Nadila pun masuk kedalam Taksi. Tidak banyak yang kami bicarakan sepanjang perjalanan yang memang cukup singkat. Hanya beberapa kali Ia bertanya kepadaku soal sekolahku dulu ketika di Inggris, begitu pula dengan Arsenal. Sekitar 20 menit perjalanan sampailah kami di bengkel yang dimaksud. Sebenarnya bengkel yang kami tuju cukup dekat apabila kami menggunakan jalan utama dari depan kampus, namun karena harus berputar dahulu membelakangi kampus, jaraknya bertambah hingga tiga kali lipat.

“Aku mungguin disini aja ya,” ucap Nadila sembari duduk di ruang tunggu bengkel. Cukup sepi juga bengkel yang aku datangi ini. mungkin karena ini bengkel spesialisasi Volvo, dan tidak banyak juga orang yang memilih menggunakan brand yang sekarang sudah diakuisisi oleh manufaktur asal China, Geely.

“Oke Nad, Aku kesana dulu ya,” ucapku sambil menunjuk ke meja resepsionis.

Di meja resepsionis akupun langsung diarahkan ke belakang gedung untuk menunjukkan dimana mobil yang akan aku bawa. Ternyata mobil tersebut sudah selesai dikerjakan. Tidak banyak ternyata yang harus dibenahi karena memang mobil cukup terawat. Setelah mengurus sedikit administrasi, akupun sudah dapat membawa mobil bekas menteri ini pulang menuju rumah, dan sebelumnya ingin kucoba dulu memacu kendaraan seberat dua ton ini.

“Makasih ya Nad udah mau nganter. Kostan kamu dimana? Mau kuantar?” tawarku kepada Nadila saat aku menemui kembali dirinya di depan bengkel setelah sebelumnya memindahkan mobil dari belakang ke parkiran depan.

“Ga usah Jan, lagian emang deket banget kok, kosanku dibelakang bengkel ini banget,” tolaknya. “Abis ini Kamu mau kemana? Pulang? Nggak akan nyasar kali ya? Kamu tinggal ikutin jalan ini aja terus lurus, nanti juga bakal temuin lagi Tol dalam kota, masa iya masih nyasar?” jelas Nadila kembali.

Okay Nad, sekali lagi makasih banyak ya,”

Kembali aku berterima kasih. Kemudian Nadila pergi keluar bengkel, sedangkan aku kembali kedalam mobilku. Mobil klasik, apalagi mobil dari eropa memang selalu membuat diriku amaze. Mobil bekas peninggalan salah satu Menteri di tahun 90an di ini masih sangat terawat apik, bahkan lapisan kulit dari Hermes yang membungkus interior mobil ini masih berada dalam kondisi yang sangat baik.

Akupun menyalakan mobil, dan mulai mengemudikan mobilku keluar dari bengkel. Sepertinya mencoba mengemudi di tol sampai ke arah pelabuhan bisa mengetes turbo dari mobil ini. Namun baru saja keluar dari gerbang bengkel, di tepi jalan terlihat Nadila sedang mengecek handphone, Ia terlihat panik.

“Kenapa Nad?” tanyaku kepadanya dari dalam mobil.

“Eh Jan, Aku tadi ditelpon sama Mama, katanya di Bogor ada hal yang urgent, waktu ditanya ada apa, tiba-tiba telpon nya keputus. Ini Aku coba telpon lagi nggak nyambung terus,” ucap Nadila yang masih terus berkutat dengan handponenya.

Aku lantas turun dan menemani Nadila di pinggir jalan yang terus menerus mencoba menghubungi Ibunya. Wajahnya terus bertambah cemas seiring dengan semakin sulitnya Ibu Nadila untuk dihubungi.

“Gimana jadinya Nad?” tanyaku kepadanya setelah Ia mulai menyerah menghubungi lewat handphone.

“Nggak tau Jan, tapi Aku khawatir Mama kenapa-kenapa,” ujar Nadila sembari menggigiti kuku jempolnya. Kepanikan nampak jelas tergurat dari wajah mungilnya. “Aku pulang ke Bogor sekarang kayaknya.”

“Aku antar aja ya Nad?” tawarku kepadanya. Aku khawatir membiarkan Nadila yang sedang dalam keadaan kalut seperti ini untuk pergi ke daerah yang cukup jauh, meskipun rumahnya sendiri bisa berdampak buruk.

“Nnngg… Boleh deh Jan, maaf ya Aku jadi ngerepotin.”

Nadila langsung bergegas masuk sesaat setelah aku membukakan pintu penumpang. Tanpa menunggu lama kamipun langsung pergi meninggalkan tempat ini. Sepanjang perjalanan Nadila masih mencoba menghubungi sang Ibu. Sambil mengemudi aku mencoba menenangkan Nadila, berusaha untuk menjauhkan segala hal yang buruk yang mungkin menimpa Ibunya.

“Jangan khawatir Nad, Ibu kamu pasti nggak kenapa-kenapa,” ucapku sembari memegang tangan dari Nadila. Ia pun tersenyum kearahku, kemudian membalas genggaman tanganku meski sorot matanya masih terlihat khawatir.

Matahari sudah mulai tenggelam di ufuk barat ketika mobil yang kukendarai memasuki daerah yang dikenal sebagai Kota Hujan ini. Perjalanan antar kota ini cukup memakan waktu, yang kebanyakan diakibatkan karena cukup padatnya jalanan menuju kota ini. Padahal kami sudah menggunakan jalan Tol. Nadila yang berada di kursi penumpang masih terlihat sibuk, berkali-kali terus mencoba menghubungi Ibunya.

“… Halo Ma?”

Sepertinya kali ini Ia telponnya berhasil tersambung.

“… ada apa Ma? Ini Aku lagi dijalan mau ke Bogor Ma…” sambung dirinya kembali. Seseorang yang berada di seberang telpon sepertinya sedang menjelaskan sesuatu kepada Nadila yang sedari tadi hanya diam mendengarkan. Namun raut wajahnya lama kelamaan berubah. Dari yang awalnya terlihat khawatir menjadi agak cemberut.

“YAH MAMAAA… Aku kira Mama kenapa-kenapa… Ini Aku udah mau sampe rumah lho! Kasian kan temen Aku yang anterin,” dengus Nadila yang terlihat agak sedikit kesal. Aku yang memang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi menoleh kearah Nadila. Nadila sendiri hanya membalas tatapanku dengan kesal. Aku yang tidak tahu menahu apa yang sebenarnya terjadi hanya bisa tersenyum kecut sembari tetap menyetir.



“… Ya udah deh Ma… Iya iya… Di Tangerang? Gimana dong jadinya sekarang… Iya udah nggak apa-apa Ma… Iya nanti Aku kabarin lagi… Bye Ma…” Nadila menutup percakapan teleponnya tersebut.

“Jadi ibu Kamu kenapa Nad?” tanyaku kepadanya. Namun Ia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku.

Kukemudikan mobilku perlahan sembari sesekali menatap Nadila. Wajahnya terlihat seperti memikirkan sesuatu. Kekhawatiran sepertinya sudah tidak menghinggapi dirinya, namun kini Ia seperti memikirkan sesuatu hal.

“Jan, bisa berhenti dulu?” pinta Nadila kepadaku. Akupun hanya mengangguk lalu menepikan kendaraanku.

“Gimana ya ngomongnya… Aku jadi nggak enak sama Kamu Jan, ternyata Mamaku nggak kenapa-kenapa, dan juga sekarang Mama lagi ada di Tangerang di rumah Om aku. Aa aku juga lagi dapet shift malem di hotelnya, biasanya sampe nggak pulang. Jadi sekarang di rumah nggak ada siapa-siapa Jan,” jelas Nadila.

“Oh gitu… Ya syukur kalau begitu. Jadi sekarang Kita mau balik aja ke Jakarta?” tanyaku kepada Nadila. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Dalam diam Ia berkali-kali melirik kearahku, seperti memikirkan sesuatu.

“Kita ke rumahku dulu aja nggak apa-apa? Kasian Kamu Jan udah nganterin jauh-jauh, kita istirahat dulu aja dirumahku.”

.

.

tbc
 
Akhirnya mulai juga gaes, cerita yang semoga kali ini bisa punya konklusi yang lebih baik dari sebelumnya.

btw aku bikin cerita ini dibimbing sama beberapa suhu yang ada di forum ini, semoga berkenan yah, dan juga bisa dinikmati sama kalian semua.

oh satu lagi, ini cerita belum ada judulan sebenernya, barangkali ada yang punya usul buat judulnya?
 
oh satu lagi, ini cerita belum ada judulan sebenernya, barangkali ada yang punya usul buat judulnya?

From Boreham With Love
Super Mega Awesome Adventures of Januar
The Chronicles of Nadila
Januar's Meriam Lontong For Nadila
Mobil Tua Pembawa EnaEna

canda hehe :Peace: tapi kalo salah satunya mau dipake juga gapapa

mantau yaaa suhu
 
Akhirnya mulai juga gaes, cerita yang semoga kali ini bisa punya konklusi yang lebih baik dari sebelumnya.

btw aku bikin cerita ini dibimbing sama beberapa suhu yang ada di forum ini, semoga berkenan yah, dan juga bisa dinikmati sama kalian semua.

oh satu lagi, ini cerita belum ada judulan sebenernya, barangkali ada yang punya usul buat judulnya?
- Adore You
- Always Be Here
- Only You
- Holding On
- My Left Handed Girl

((4 judul pertama asal ngarang sih.. :pandaketawa: ))
 
ijin nyimak ya hu :o castnya siapa aja ni?

Kalo judul ya suhu yg tentuin dong, kan cuma suhu yg paling tau ceritanya tentang apa

Ah iya bener juga sih,

"Cast nya siapa aja" juga kan penentu judul itu teh.


duh my grumpy cat💙💙
:mantap:
From Boreham With Love
Super Mega Awesome Adventures of Januar
The Chronicles of Nadila
Januar's Meriam Lontong For Nadila
Mobil Tua Pembawa EnaEna

canda hehe :Peace: tapi kalo salah satunya mau dipake juga gapapa

mantau yaaa suhu

Makasih suhu, udah mau nonkrong dimari.

Btw fokus judul nya ke nadila yah,
Ehehe

- Adore You
- Always Be Here
- Only You
- Holding On
- My Left Handed Girl

((4 judul pertama asal ngarang sih.. :pandaketawa: ))

Wah suhu yang ini mah khatam kayanya soal cinta cintaan

*Sembahsujud*
 
Kalau pusing cari judul yang modelan ftv:
Gado gado untuk januari
Pacar gue setengah bule
Senangnya dalam hati bila beristri empat


Alias ditunggu akustik yang lain terutama ayen hihi
 
Bimabet
Masih bisa kasih saran? Ada beberapa ide hehe.

- I meet the grumpy and fall in love.
- Night, Drive, Love (N.D.L)
- House Of Cards (dari lagunya Radiohead).
- I keep losing but I found you.
- Drama Romantika.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd