Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
Sebenernya udah ada kak updatean nya

Tapi asa banyak yang minta sisca jadi gak pede mau di up nya tuh

Bukan nya ga suka Sisca juga, aku bingung kalo mau masukin sisca mah, udah diliat liat susah dan telat juga kalo mau masukin sisca tuh

Btw, makasih banyak kak udah pada komen, suka insekyur kalo sepi tuh, kalo ada yang komen tapi aku ga bisa wujudin juga sama insekyur

Ahaha
 
Terakhir diubah:
Wkwkwk gpp hu, kan selera orang beda2 emang hu, jadi tidak perlu memaksakan

Cukup dengan apa yg ada di pikiran suhu aja
 
Sebenernya udah ada kak updatean nya

Tapi asa banyak yang minta sisca jadi gak pede mau di up nya tuh

Bukan nya ga suka Sisca juga, aku bingung kalo mau masukin sisca mah, udah diliat liat susah dan telat juga kalo mau masukin sisca tuh

Btw, makasih banyak kak udah pada komen, suka insekyur kalo sepi tuh, kalo ada yang komen tapi aku ga bisa wujudin juga sama insekyur

Ahaha
sama hu suka insecure kalo trit sepi mah :(
 
Sebenernya udah ada kak updatean nya

Tapi asa banyak yang minta sisca jadi gak pede mau di up nya tuh

Bukan nya ga suka Sisca juga, aku bingung kalo mau masukin sisca mah, udah diliat liat susah dan telat juga kalo mau masukin sisca tuh

Btw, makasih banyak kak udah pada komen, suka insekyur kalo sepi tuh, kalo ada yang komen tapi aku ga bisa wujudin juga sama insekyur

Ahaha
Ah santai aja hu... Wkwk saya kan request aja... Hak suhu lah mau dikabulin atau tidak wkwk... Kalo ceritanya bagus mah mau tokohnya siapa juga saya tetep baca kok wkwk....
 
Ah santai aja hu... Wkwk saya kan request aja... Hak suhu lah mau dikabulin atau tidak wkwk... Kalo ceritanya bagus mah mau tokohnya siapa juga saya tetep baca kok wkwk....

Ehehe

Iya, kepikiran juga, menurutku sisca bagus kok penokohan nya

Cuma harus jadi tokoh utama sih, itu menurutku

Kalo masih ada kesempatan bikin, nanti aku usahakan, dilain waktu, kesempatan dan cerita, tapi masih satu kesatuan sama ini

Meski ga terlalu banyak nyerempet nya, cuma 1 kesatuan, sama kaya cerita kak @H4n53n atau kak @BlueTitan, itu pada keren semua

Btw, kalo nggak ada halangan, malem update
 
Wkwkwk gpp hu, kan selera orang beda2 emang hu, jadi tidak perlu memaksakan

Cukup dengan apa yg ada di pikiran suhu aja

Siap kak, makasih supportnya ya
Semoga masih masuk selera kaka ini ceritanya
Ehehe

sama hu suka insecure kalo trit sepi mah :(

Hayu atuh ramekan tritnya
:pandaketawa:

Btw, soal dey, aku cuma tanya, lho.
Mungkin kalo mau bikin cerita tentang dey, ada yang lebih pas lagi, di ceritanya ci Ariel punya kak @FreezerBunny
 
Episode 08

House of Cards




“Aahh ... Jaan ... mmupphh ….”

Bibir kami Kembali saling bercumbu, panas. Pinggulku bergerak memompa penis untuk keluar-masuk kedalam vaginanya yang terasa sangat nikmat. Tubuh mungil Nadila yang penuh peluh berguncang dibawahku, pasrah menikmati hujaman kenikmatan yang ditimbulkan akibat gesekan penisku dalam dinding vaginanya.

Morning sex ini terjadi tiba-tiba tanpa kurencanakan. Saat aku membuka mata, aku melihat Nadila sudah terbangun dalam keadaan tanpa busana, lalu tersenyum padaku. Aku selalu tergoda untuk menggagahinya dalam keadaan seperti itu, meski sering berjalan tidak sesuai rencana. Beruntung sekali, pagi ini dia malah mau melayaniku, meski mewanti-wanti untuk tidak terlalu lama karena ada jadwal teater pada siang harinya.

“Mpphh … aawwhh … nnngghhh ….”

Nadila melenguh sembari menengadah hingga cumbuan kami terlepas, saat kuremas payudaranya yang berguncang liar. Dia tersenyum padaku dengan tatapan sayu. Tangannya melingkari leherku sebelum dia kembali mencumbu bibir. Tubuhnya mulai gelisah saat genjotan penisku semakin cepat menggaruk vaginanya.

“Awwhh….”

Nadila menengadah sambil menutup mata, nampaknya menahan kenikmatan yang semakin menjadi dari vaginanya. Sambil terus menyodok liangnya dengan tempo tinggi, kucumbu dan kuhisapi lehernya yang penuh peluh.

“Aawwhh jaaann … terushh … jangan berhenti ….”

Nadila semakin erat merangkul leherku. Vaginanya sekarang terasa semakin hangat dan basah, bahkan dinding vaginanya berkontraksi seperti memijit-mijit penisku yang ada didalamnya.

“Jaann … akhu ….”

“AAAWWGGHHH!!!”

Nadila melenguh keras ditengah pompaanku. Dia orgasme. vaginanya terasa hangat berkedut. Namun, aku yang masih belum sampai terus menggenjot vaginanya, mengejar orgasme yang masih belum terasa. Nadila yang terlihat kelelahan sudah terkulai lemas di bawah tubuhku yang terus menggenjot.

“Hhhh … jaann … udaah … hhhh ….”

Ditengah tarikan nafasnya yang terdengar berat, Nadila memintaku untuk berhenti tapi aku tidak menggubris dan terus memompa vaginanya. Aku malah fokus mengejar orgasme sambal menindih tubuhnya.

GREET!!

“AAAWWW!!”

Aku berteriak saat Nadila menggigit telingaku cukup keras. Seketika, kegiatanku terhenti. Nadila menendangku hingga terdorong ke sampingnya. Tanpa menoleh sedikit pun, dia bangkit dari tempat tidur.

“Gue bilang udah, Jan!” Nadila menatapku kesal. “Gue harus teateran, tau!” tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas menuju kamar mandi dengan langkah terhuyung. Baru saja aku mengikutinya, dia membanting pintu kamar mandi dengan keras.

“Nad, aku gimana?” rajukku. Sungguh tanggung rasanya, berhenti di saat aku belum orgasme.

BODOOOOOO!!!!

.

.

.

Bahkan, hingga dirinya bersiap untuk pergi ke FX, emosinya masih berlanjut. Nadila sampai memesan taksi online untuk pergi berangkat sendirian.

Minggir!! Gue mau pergi, sekarang!!” Bentak Nadila kesal sembari mendorong tubuhku yang menghalang-halangi jalannya untuk pergi.

“Biar aku antar, ya.”

“NGGAK USAH!” Bentaknya kembali dengan tegas. Matanya menatap tajam penuh amarah. Aku yang sudah pasrah hanya bisa membiarkannya pergi. Di depan pintu, dia kemudian menoleh. Namun akhirnya, dia tetap pergi dengan menaiki taksi online yang ternyata sudah berada di depan rumah.

“AAAARRRHHHH!!!!”

Kulempar kunci mobil ke tembok hingga hancur berantakan. Kenapa bisa dia yang marah kepadaku? Seharusnya aku yang lebih berhak. Dia menghentikan seluruh aktifitas seks kami disaat aku belum orgasme. Padahal dia sendiri sudah orgasme. Bahkan hingga terakhir pun aku masih berbaik hati ingin mengantarnya pergi, dia tetap meninggalkanku begitu saja.

Marah tidak akan menyelesaikan masalah, sebaiknya aku mendinginkan kepala terlebih dahulu. Kurebahkan tubuh di sofa sembari memasang musik yang menenangkan pikiran. Musik yang mengalun mulai membuatku lebih rileks. Aku mulai memejamkan mata.

.

.

.

BZZZZ BZZZZZ

Getaran gawai yang keras cukup untuk membuatku kembali membuka mata. Sepertinya tadi aku terlelap. Setelah mengusap-usap wajah, aku menggapai gawaiku yang berada di atas meja. Ternyata ada beberapa chat masuk kedalam aplikasi WA milikku. Sebuah pesan dari seseorang yang sudah lama tidak menghubungi.

VANIA AURELLIA

“Ka jan ap kbr?” (11.43)

“Ak mw tny, ka jan sma ka Nadila lg ad mslh? Ka nadila ky yg uring2an trus hr ni” (11.43)

Aku tertegun setelah membaca “laporan” dari Aurel. Sepertinya aku benar-benar salah kali ini, hingga membuat Nadila tak mampu mengontrol emosinya. Aku khawatir masalah ini akan berdampak buruk pada performnya kali ini.

Aku harus meminta maaf kepada dirinya, aku benar-benar merasa tidak enak. Aku langsung mengambil kunci mobil yang tersisa, Volvo 960. Aku tidak bisa menggunakan BMW M2 karena kuncinya telah hancur berkeping-keping, sedangkan BMW E46 Touring terhalang oleh M2 didepannya. Dengan sedikit tergesa aku mengemudikan mobil dan pergi menuju FX.

Diperjalanan, aku terus memikirkan tentang Nadila. Aku tidak mau pekerjaannya berantakan hanya karena keegoisanku. Padahal, dia sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk membiayai perkuliahannya. Dia tidak ingin memberatkan ibunya yang berjuang sendirian setelah ayahnya wafat, namun dia masih tetap ingin mengejar mimpinya.

Meski jadwal kerjanya sudah cukup padat, dia masih sempat mencari tambahan uang dengan menjual makanan maupun minuman di kampus. Dia bilang, kalau dia juga masih ingin memberi sesuatu untuk ibunya, namun seluruh uang yang dia dapat dari JKT48 biasanya sering habis untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliahnya. Dan yang tak membuatku kalah takjub, dia tetap memprioritaskan kuliahnya. Nilai yang dia dapat selalu berada diatas rata-rata, bahkan aku sering kalah olehnya.

Disela kesibukannya pun, Nadila sebenarnya tidak pernah melupakan bahwa sekarang dia memiliki seseorang lagi untuk diperhatikan, yaitu aku, pacarnya. Selelah apapun, dia selalu mengusahakan waktunya, untukku. Meski terkadang dia cukup ketat mengenai jadwal apabila sudah berkaitan dengan pekerjaan.

Nadila selalu menjalankan semua perannya dengan sungguh-sungguh. Dia pun tidak pernah mengeluh akan keadaannya. Dia terus berjuang tanpa kenal lelah. Semua hal tersebut sungguh membuatku kagum, hingga semakin menyukainya.

Waktu menunjukkan pukul setengah dua siang saat aku sampai ke parkiran basemen Mall FX Sudirman. Baberapa pesan yang kukirim via aplikasi hingga telepon tak digubris. Tak sabar menunggu, aku pun kemudian naik untuk menyusulnya.

Sampai di depan teater, kondisi masih cukup ramai. Mungkin karena memang sore nanti masih ada pertunjukan. Tak tahu apa yang harus kulakukan, kutemui sekuriti yang berjaga di depan teater, memintanya menyampaikan pesan kepada Nadila bahwa aku menunggunya di bawah. Dia kemudian pergi ke depan booth dan berbicara kepada seorang staf sambil melirik kearahku. Setelah mengangguk, staf tersebut masuk kedalam teater. Sekuriti itu pun kembali kepadaku.

“Udah gue sampein, tunggu aja.”

Aku berterima kasih kepadanya, kemudian kembali turun kebawah. Cukup lama aku menunggu, akhirnya Nadila datang untuk menemuiku. Dia turun bersama temannya, Rachel. Rachel hanya menunggu di kejauhan, seperti mengamati sekitar, memastikan bahwa kami aman. Nadila terus berjalan mendekatiku. Wajahnya masih saja terlihat grumpy. Bahkan sekarang tatapannya lebih tajam dari pagi tadi.



“Ngapain lu kesini?” Ucap Nadila dengan nada ketus. Jelas dia masih emosi kepadaku.

“Aku mau minta maaf, Nad.” Dengan tenang aku menjawab pertanyaannya.

Raut wajahnya seakan tak percaya mendengar ucapan tersebut.

PLAK!

Tanpa tedeng aling-aling dia kemudian menampar pipiku.

“Lu bego, ya?!” Hardiknya. “Gimana kalo ada fans yang ngeh tadi terus nyari tau tentang kita?! Apa lu nggak mikirin posisi gue?!” Amarahnya semakin menjadi. Kembali, aku hanya terdiam. Kenapa aku tidak berpikir sampai sejauh itu? Aku hanya bisa menundukan kepala. Sepertinya kata maaf tidak cukup untuk kali ini. Nadila yang sepertinya juga kehabisan kata-kata hanya menggeleng, dia kemudian mulai beranjak pergi meninggalkanku.

Pasrah, kembali aku hanya bisa menatapnya pergi, kembali masuk kedalam Mall bersama dengan Rachel. Sebelum pergi, Rachel sendiri menatap iba kearahku. Aku hanya bisa mematung, menatap mereka dari kejauhan hingga menghilang di salah satu pilar basemen ini.

Aku hanya bisa terus menundukan kepala, sembari memegangi pipi. Perasaanku semakin campur aduk. Aku sekarang benar-benar tidak bisa berpikir tentang apapun.

“Kak Janu?”

Saat aku menoleh ke samping, terlihat seorang gadis yang berdiri, terpaku menatapku. Kaget, aku hanya terbelalak menatap kearah gadis itu.

“Tadi Kak Nadila, kan? Kenapa bisa ketemuan sama Kakak?” Tanya gadis tersebut. Raut wajahnya seakan tidak percaya.

“Aby?!” Benar, gadis yang memergoki kami adalah Aby. Namun, kenapa dia bisa ada disini? Dan sejak kapan dia ada disana? Belum sempat aku mencerna semua ini, Aby kemudian menarikku masuk kedalam mobil.

“Kakak ada apa sama Kak Nadila? Kok bisa-bisanya dia sampe nampar Kakak kaya gitu?” Aby bertanya sembari memeriksa pipiku. Tangannya yang lembut terasa sungguh nyaman. Namun, entah kenapa pipiku terasa basah. Pandanganku pun terasa kabur.

Air mataku sepertinya jatuh.

“Kak Jan nggak apa-apa?” Aby yang terlihat sangat khawatir kemudian merangkul leherku. Dengan lembut dielusnya rambutku. Aby benar-benar membuatku merasa nyaman. Setelah beberapa lama, dilepasnya rangkulan tersebut. Sambil tetap memandangi wajah, Aby mengusap pipiku yang basah.

“Aku nggak tau masalah Kak Nadila sama Kak Janu kayak gimana. Tapi aku rasa, Kak Nadilanya aja yang brengsek.” Aku sedikit tak percaya mendengar kata yang cukup kasar terlontar dari mulutnya. Dan lagi, kata tersebut dialamatkan kepada seniornya sendiri. Namun mendengar itu, entah kenapa aku sedikit tersenyum.

“Kamu nggak seharusnya berkata demikian, Bi. Nadila orang yang baik, kok.”

“Nah, gitu dong, Kak. Kakak kan lebih ganteng kalo senyum kaya gitu,” ujar Aby sembari terkekeh.

“Kak Janu sama Kak Nadila ada hubungan apa?” Penasaran, dia kembali bertanya.

“Nadila itu pacarku, Bi. Belum lama ini kami resmi berpacaran, mungkin sekitar tiga bulan yang lalu.”

Aby sedikit terhenyak mendengar pengakuanku.

“Jadi, waktu itu?” Aby mungkin teringat diwaktu kami bertemu bulan lalu, dimana memang aku sudah berstatus sebagai pacar dari seniornya.

“Iya, Bi. Aku benar-benar minta maaf sebelumnya. Saat itu aku diajak oleh Randi, bahkan aku baru tau kalau itu merupakan Blind Date saat bertemu dengan kalian.”

Aby hanya diam saat aku bercerita.

“Saat itu, aku merasa kesepian, Bi. Lalu kamu datang. Aku sendiri cukup senang ketika kamu mau menemaniku saat itu. Kamu seperti malaikat, Bi.”

Aby masih terdiam. Aku menjadi tidak enak kepadanya. Namun, aku hanya berkata jujur. Hal yang terjadi saat itu hanyalah kecelakaan. Apalagi mungkin saat itu juga alkohol cukup berperan.

“Maaf, Bi. Kalau kamu ingin marah, aku nggak akan menghalangi.”

“Kenapa aku harus marah sama Kakak? Yang aku tau, Kak Janu orangnya baik, kok.” Ucapannya tersebut sontak membuatku heran.

“Belum ada yang perlakuin aku selembut Kak Janu. Aku nggak merasa diperalat, kok. Aku malah beruntung bisa ketemu Kak Janu.”

Suasana dalam mobil menjadi canggung dan hening. Pengakuannya tersebut betul-betul mengagetkan. Aby terlihat menundukan kepala, sebelum akhirnya kami saling menatap. Pipinya bersemu merah. Jantungku berdebar. Aby terus mendekatkan wajahnya. Semakin dekat hingga nafasnya yang panas berhembus di wajahku. Aku yang seperti terhipnotis hanya bisa memandangi matanya yang indah. Hingga akhirnya bibir kami saling bersentuhan.

Cuphh

Aby tiba-tiba saja mencium bibirku, membuatku terbelalak. Aby memejamkan mata, sembari terus mencoba melumat bibirku. Cukup lama hingga akhirnya ciuman kami terlepas.

“Kakak nggak perlu ngerasa bersalah sama aku. Aku sadar, kok. Aku cukup sadar kalo aku emang suka sama Kakak.”

Aku kembali terhenyak. Bisa-bisanya dia mengucapkan hal tersebut, setelah mengetahui seluruh kebenaran yang terjadi. Belum sempat tersadar, terasa ada tangan yang bermain di selangkanganku.

“Kakak sekarang pasti lagi sedih, biar aku hibur, ya?” tanpa menunggu jawaban, Aby langsung mencium bibirku. Aku yang tak siap akan hal ini hanya bisa menggenggam door trim, saat Aby dengan ganasnya melumat permukaan bibirku. Tangannya tak tinggal diam mencoba membuka resleting celana, saat lidahnya mulai menari-nari di dalam mulut mencari lidahku.

“Masih agak lemes yah, tititnya.” Aby menyeringai saat penisku yang yang setengah tegang berhasil dia loloskan di sela celana. Tangannya yang halus mulai menggenggam penis tersebut. Sambil kembali mencumbu bibir, tangannya terus menguruti penisku. Rasa nikmat mulai menjalar saat penis yang digenggamnya mulai mengacung tegak.

“Mmmmhhh … aahhmmmm …. Ccclllkk ….”

Decak lidah bercampur desah menggema di dalam kabin mobil saat kami terus bercumbu. Dirangsang seperti ini membuatku lepas kontrol. Tangan ini mulai menggerayangi tubuhnya, meremasi payudaranya dari atas off shoulder dress yang dia gunakan.

“Aahhh … Ssshh …. Dari dalem aja, sayang,” ucap Aby sedikit mendesah di telingaku. Kusingkap turun off-shoulder dress beserta bra tanpa tali yang dia gunakan, dan langsung meremasi payudaranya yang mencuat keluar. Payudara yang tidak terlalu besar, namun terasa kencang dan padat sehingga pas dalam genggaman. Tangannya semakin keras menekan penis. Gesekan tangannya yang halus terasa sangat nikmat.

“Nnngghh ….”

Tanpa sadar aku melenguh akibat perlakuan tangan Aby terhadap penisku, membuat cumbuan kami terlepas.

“Enak, Kak?” Aku hanya mengangguk. Aby yang menyeringai kemudian membungkuk turun menuju penisku.

“Halo, dek, kita ketemu lagi.” Diciumnya kepala penis tersebut. Kemudian dia jilat dan cium secara bergantian. Hingga pada akhirnya, penisku menjadi terasa hangat dan basah. Aby mulai memasukkan penisku kedalam mulutnya, memberikan kenikmatan instan yang menjalar dari selangkangan. Kepalanya mulai naik-turun, saat mulutnya mulai mengocok penisku. Entah sengaja atau tidak, Aby menyibakan rambutnya yang menghalangi pandanganku, membiarkanku melihatnya mengulum penis.

“Mmmhhh … Slllrrrppp … Aahhmmm ….”

Mulutnya terasa menghisap-hisap penis, sedangkan lidahnya ikut menyapu kepala hingga batang penis yang masuk kedalam mulutnya. Tanganku tak tinggal diam dan terus meremasi payudaranya yang menggantung bebas. Terkadang Aby terlihat memejamkan mata saat memainkan penisku, menahan kenikmatan saat kuremas payudaranya yang indah tersebut.

“Aaahh … Kaakk … sssshhh ….”

Kuluman Aby terlepas saat tangan kiriku turun menuju selangkangannya. Celana dalamnya sudah cukup lembab. Tanganku mencoba menyelusup masuk kedalam celana dalam yang dia gunakan, kemudian menggosok klitorisnya cukup kencang.

“Ouuwhh … Kaak … iya gitu … aahhhh ….”

Kudekap tubuhnya yang mungil, namun cukup semampai. Kusibak rambutnya kesamping sebelum mulai menikmati lehernya yang mulus. Aby menengadah saat tengkuk dan lehernya mulai kujilat dan kuhisap. Kembali dia hanya mendesah sembari memejamkan mata.

“Aaahhh … geliii kaaakhh … awwwhhh ….”

Aby terus meracau nikmat. Tangannya pun tak henti mengocok penisku. Perlakuanku tak kalah liar. Sambil terus menggosok klitorisnya, seluruh permukaan leher hingga atas dadanya terus mulutku nikmati, tulang selangkanya yang menonjol tak luput dari hisapanku. Tangan kiri Aby terasa mengcengkram kausku.

“Aku udah nggak kuat, Kaakh ….”

Aby kemudian melepas genggaman kepada penisku. Sambil sedikit mengangkat pantat, disingkapnya naik rok denim yang digunakannya, lalu diturunkannya celana dalam yang dia gunakan hingga lepas. Perlahan, dia mulai menaiki selangkanganku. Diarahkannya penis yang mengacung tegak untuk masuk kedalam vaginanya yang basah. Aby menggigit gemas bibir bawahnya saat kepala penisku mulai masuk. Dengan perlahan, penisku mulai menjejali liang vaginanya yang serasa menjepit. Aby yang sedikit meringis kemudian berhenti.

“Ssshh … agak perih, kak ….”

Terangsang, aku malah mencoba menusukan penisku dari bawah. Tubuh Aby bergetar saat aku memaksakan penisku untuk amblas kedalam liang miliknya. Aby mencoba berontak. Namun, tanganku menahan pinggulnya agar tidak terus naik, hingga akhirnya dengan sekali hentakan seluruh penisku masuk kedalam liang vaginanya.

“NNGGHHH!!! Kaakkhhh ….”

Aby mendongak, matanya terpejam. Bahkan kedua tangannya kuat mencengkam bahuku. Vaginanya terasa sangat basah dan terus menyemprotkan cairan hangat. Setelah melenguh cukup keras, tubuhnya ambruk menimpaku yang berada dibawahnya. Dia orgasme. Peluh terlihat mengucur membasahi dahinya. Nafasnya pun cukup tersengal.

“Gila, Kak. Baru masuk aja aku udah keluar … hhhh … hhh ….”

“Hehe …. Kita main cepat saja, ya, Bi.”



Aby hanya mengangguk. Setelah mengibaskan rambutnya yang lepek kebelakang, dia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Tangannya bertumpu kepada kedua bahuku agar dia tetap mudah bergoyang.

“Aaahhh … kaaakk … enaakkk ….”

Aby semakin cepat menggerakkan pinggulnya, membuat penisku terus menggaruk dinding vaginanya dengan nikmat. Tanganku terus meremas payudaranya yang mencuat dari atas dress yang sekarang seperti menopang kedua bongkahan indah tersebut. Sesekali kuhisap putingnya yang sudah menegang.

“Ngghh … Bii ….”

Vaginanya terasa sangat nikmat sehingga membuatku melenguh. Jepitannya sungguh nikmat, seakan memijati penisku nikmat. Hingga akhirnya aku merasa sebentar lagi aku akan orgasme. terasa cukup cepat, mungkin karena memang aku sudah tanggung sedari pagi.

“Nngghh … Bii … aku mau sampai ….”

“Bareng, kaakkhh … dikit lagih ….”

Aby terus menggoyangkan pinggulnya dengan tempo yang lebih cepat. Aku yang sebentar lagi sampai mencoba untuk mengangkat tubuhnya, namun Aby seakan enggan untuk beranjak, bahkan sekarang pinggulnya bergerak liar. Wajahnya terlihat memerah, peluh mulai bercucuran dari dahinya.

“nnggghhh!!!”

Sembari merangkul leher, Aby menggigit tangannya, mencoba menahan desah saat dirinya kembali orgasme. Vaginanya berkedut, membuat pertahananku goyah. Menggeram, akupun mengejan dan menekan penis dalam ke vaginanya, sebelum akhirnya kutembakan spermaku didalam liang tersebut.

Tubuh Aby yang lemas ambruk diatas tubuhku, naik-turun seirama dengan tarikan nafasnya yang cukup berat. Ditopangkan dagunya keatas bahuku, hingga hembus nafasnya yang berat dan panas terasa menerpa telinga.

“Makasih, ya, Bi ….” Kuelus rambutnya yang sudah basah dan lepek. Padahal, AC mobil sudah di set cukup dingin, namun tak begitu terasa oleh kami berdua. Hawa di dalam mobil terasa cukup hangat.

“Jangan sedih lagi, ya, Kak ….” Aby bangkit, kemudian kembali mencium bibirku.

Sret

Ekor mataku seperti menangkap gerik seseorang di luar mobil. Kaget, langsung kudorong tubuh Aby, hingga dia terjerembab menindih setir mobil hingga klakson berbunyi.

TIIIIIIINNNNNN!!!!!!!

Aby yang kaget kemudian mengangkat tubuhnya dan bergeser menuju kursi penumpang. Dengan tergesa dia rapikan seluruh pakaiannya. Begitu pun denganku. Langsung kurapikan kembali celana dan langsung keluar dari mobil. Kemudian aku pergi menuju area dimana pergerakan tersebut kurasakan. Kosong, tidak ada orang disana. Mungkin hanya perasaanku saja. Harus kuakui, kami cukup nekat untuk berhubungan seks di tempat umum, seperti ini.

Aku kembali masuk kedalam mobil, terlihat Aby sudah kembali merapikan pakaiannya. Setelah berkaca pada cermin yang berada di sun visor, Aby kemudian menoleh kearahku.

“Ada apa, kak?” Tanya Aby.

“Aku merasa seperti melihat sesuatu, Bi.”

“Ah, masa? Aku nggak liat apa-apa kok, Kak,” ucap Aby dengan begitu tenang. Namun, tetap saja, aku merasa sedikit khawatir.

“Tetap saja, Bi. Aku sedikit khawatir. Akan bahaya bila ada fans kamu memergoki kita, disini. Lebih baik kita pergi saja, ya?” Ajakku.

“Aku show 2, Kak. Hehe …” jawab Aby cengengesan.

“Eh, Jadwal perform kamu sekarang, Bi? Kamu nggak telat?” Aku cukup kaget mendengar pengakuannya. Dia masih bisa santai padahal waktu perform nya kurang dari setengah jam lagi.

“Biasa aja kali, Kak. Aku udah ijin juga bakal datang mepet. Yang penting waktu perform, bagus.” Dia kembali terkekeh, lalu keluar dari mobil. “Aku pergi dulu, ya, Kak.”

Beberapa saat setelah turun, Aby mengetuk kaca pintu mobil dan memintaku menurunkannya. “Kakak jangan ngehindarin telepon atau chat aku lagi, ya. Nanti juga kalo kalo Kakak udah baikan, jangan lupa telpon aku.” Aku mengangguk. Aby yang terlihat sumringah kembali melangkah pergi. Dia terlihat melambaikan tangan sebelum akhirnya menghilang masuk kedalam mall.

Sambil merebahkan diri ke kursi mobil, kuhela nafas panjang. Perasaan tidak enak tiba-tiba muncul. Kenapa aku malah melakukan hubungan seks dengan Aby? Padahal aku kemari ingin meminta maaf kepada Nadila. Namun disatu sisi aku cukup lega karena Aby. Perasaan yang campur aduk ini membuatku bertambah bingung. Lebih baik aku sekarang pulang saja, toh memang tidak ada yang bisa kulakukan lagi disini. Aku pun langsung memacu mobilku untuk keluar dari sini, pulang menuju rumahku.

.

.

.

Suara music cukup keras menemani aktifitas malamku didalam gym yang berada di belakang rumah ini. Selain untuk menjaga tubuhku agar tetap fit, berolahraga juga cukup efektif untuk membuat pikiranku tetap clear. Apalagi aku sedang terpikir tentang Nadila yang sekarang masih belum berani untuk kuhubungi. Aku masih segan, bahkan khawatir jika moodnya masih belum membaik.

BZZZZ BZZZZ

Terasa gawai yang berada di meja sebelah Multi Station Gym bergetar. Sepertinya ada telepon masuk. Kulirik layar gawai yang menyala. Ketika melihat nama penelepon, kuhentikan seluruh aktifitas dan langsung kuangkat telepon tersebut.

NADILA CINDI IS CALLING

Bunyi gemerisik mulai terdengar saat telepon tersambung.

“Halo, Nad ….”

Halo, Jan?” Suara Nadila terdengar pelan.

Tidak ada suara lagi setelah itu. Aku sendiri masih merasa canggung akibat kejadian di basemen FX siang tadi.

“Kamu marah sama aku?” Nadila kembali membuka pembicaraan.

“Kenapa aku harus marah, Nad?” Tanyaku heran.

“Aku takut kalo responku tadi berlebihan, Jan.

“Sekarang, aku takut, kalo perbuatanku tadi ke kamu bikin kamu pergi ninggalin aku, Jan.” Suaranya terdengar lirih.

“Kenapa kamu berpikir seperti itu, Nad? Sedetik pun aku nggak pernah berpikiran seperti itu. Soal tadi, aku rasa kamu pantas marah kepadaku, Nad. Aku nggak berpikir Panjang tadi siang, bahkan sejak pagi. Aku terlalu egois. Aku benar-benar minta maaf, Nad.”

Setelah penjelasanku usai, tidak terdengar sepatah kata pun dari balik telepon. Hingga akhirnya suara Nadila kembali terdengar, namun kali ini dia menangis.

“Ada apa, Nad? Kenapa kamu menangis?” Tanyaku khawatir, dan juga bingung dengan perubahan emosinya yang drastis ini.

Namun dia masih terus menangis. Cukup lama hingga akhirnya tangisnya mulai mereda.

Aku punya pengalaman buruk yang mirip dengan ini, Jan.”

Dia kemudian bercerita, beberapa tahun yang lalu, dia pernah berpacaran. Hubungan mereka berjalan cukup baik hingga akhirnya sang pria memutuskannya karena hal yang cukup mirip dengan apa yang sedang terjadi dengan kami, sekarang. Mungkin hal tersebut cukup membuatnya trauma.

“Aku nggak akan seperti itu, Nad. Aku menyayangimu. Dan aku sadar, aku juga nggak bisa sempurna untuk mengerti kamu. Aku harap, kamu juga dapat mengerti dan lebih bersabar kepadaku, ya?”

Makasih banyak, ya, Jan. Aku juga sayang banget sama kamu ….

Setelah mengobrol tentang beberapa hal, kami akhirnya mengakhiri percakapan telepon. Nadila sepertinya sudah lebih tenang, bahkan saat percakapan akan berakhir tawanya sudah mulai terdengar. Aku sendiri sudah cukup tenang setelah mengetahui Nadila sudah baik-baik saja.

Sembari menyeka keringat dengan handuk, aku kembali terpikir tentang hari ini. Hari yang cukup gila, perasaanku serasa diajak untuk menaiki rollercoaster. Namun, sekarang aku bisa lega. Nadila sudah kembali seperti sedia kala, dan aku menjadi sedikit lebih mengerti tentangnya. Let us call it a day and take a rest, shall we?

.

.

.

Mysterious Girl POV

“Gue nggak nyangka, Kak Janu kok bisa-bisanya maen dibelakang Kak Nadila?? Sama Aby, juga ….”

“Gue sendiri juga kaget, Rel. Tapi mungkin dia punya alasan kenapa sampe kaya gitu. Lagian, kita juga bisa manfaatin kan? Hehe …." Ujarku sembari terkekeh.

“Gila kali lu, ya? Gue nggak enak kali sama Kak Nad.”

“Lah, emang tadi yang nyari-nyari kesempatan waktu siang siapa? Sampe ngechat sok perhatian segala,” jawabku sinis

“Ya, kali aja ada kesempatan, Sis. Siapa tau Kak Jan lagi butuh pelampiasan. Gue mah ayok aja. Hihihi ….” Terdengar Aurel yang berada di balik telepon terkekeh.

“Hihi …. Udah dulu, ya, Rel. Cowok gue mau bentar lagi nyampe, nih.”

Aku menutup percakapan telepon dengan Aurel. Layar gawai kembali menampilkan adegan dimana Kak Janu sedang berciuman dengan Aby di dalam mobil. Foto yang aku ambil bersama dengan Aurel, tadi siang cukup mengangetkanku. Padahal aku hanya ingin melihat apa yang terjadi antara Kak Nadila dan Kak Janu, namun malah menemukan hal yang lebih menarik. Tinggal menunggu kapan waktunya aku bisa memanfaatkan hal ini.

.

.

.

tbc
 
Bimabet
Akhirnya aku bisa update

yeaaayyy

Agak banyak rubah ini itu waktu bikin cerita ini, supaya bisa di ceritain semua masalahnya. masih ada sih satu tokoh lagi, yang mungkin bisa diceritain di eps selanjutnya. semoga cerita ini bisa menemani masa isolasi kakak-kakak semua disini ya

saran dan kritik selalu di tunggu, biar aku bisa bikin cerita yang lebih baik lagi
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd