Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lust & Love (Update Part 16)

Cuma penasaran aja. Di cerita ini yang paling suhu tunggu-tunggu siapa?

  • Kalala

    Votes: 84 24,7%
  • Kak Ay

    Votes: 40 11,8%
  • Tepini

    Votes: 37 10,9%
  • Meme

    Votes: 36 10,6%
  • Chikuy (coming soon)

    Votes: 143 42,1%

  • Total voters
    340
Akhirnya update jg, thx hu
wahh akhirnya egi balik.... updatenya mantap huu... ditunggu chapter selanjutnya

Tunggu aja, bisa malem ini atau malem besok atau malem kamis dua bulan kedepan. Wkwkwkwk
Seru nih Meme jadi master :marah: :kk:
Meme meme memek
Kok gue ikut membayangkan Meme
duhh tanggung euyy meme dominan
mantep meme nih
Banyak juga nih yang seneng sama meme
Udh biasa nungguin cerita yg update jdiny santuy
Iya nih cerita yang lain juga lama updatenya jadi ikutan aja. Wkwkwkek
Meme oh meme 👍 hmm amat patut ditunggu ni kalau ada side story' Lala ilang perawan aka diperkosa hhee.
Akankah ada story side lala ilang prewi???

Alias

Gaskeun huuu, SnMangat kak egi
Nunggu side story Lala diperkosa
Kirain lala
Pengen sih garap side story ini tapi bakalan termasuk underage gak sih? Lala diperkosa nya pas SMA soalnya
pas banget, tadi pagi gua tidur dia mala update wkwkwk
Berkah tidurnya hu
mantep hu, masih setia nunggu gw mah
Masih banyak yg setia huu
masih terus nungguin kok update dari kak egi, semangat terooss
Walaupun lama update tapi cerita ini emang layak ditunggu, semangat terus hu
Seneng bet dah banyak yang nungguin Kak Egi
Lancrotkan huu, ditunggu maen sama ka ayana lagi
Sepertinya anda beruntung. Hmmmm
Lancriitlan suhuu
masih saia pantau
turut memantau hu
Yok bisa yok
Yuk lah gaskeun. Chika udah legal nih
 
Mungkin harus tunggu 2/3 hari hu
Yaudalaaaa gua mah liat aja yang lain gimana. Lagian masuk ke cerita naganunya masih mayan lama kok. Di timeline cerita belum tahun baru 2020 malah jadi Chika belum legal di cerita aing. Wkwkwkwk
 
Mungkin Chika terlalu OP untuk dijadikan cast di forum ini 🤭

Tapi tetep nunggu Chika nya huuu, mami nya udah ada yg bikin masa anak nya belom
 
yuk author bisa yuk mengakomodir hasil vote mayoritas di voting thread ini hehe
 
Bimabet
Part 15 - Sekat

Tidak banyak kegiatan di weekend ini. Aku hanya bersantai di kamarku ditemani kopi susu yang sudah mulai dingin, aku menjelajahi linimasa twit**ter-ku yang isinya random. Kebanyakan video receh yang bisa sedikit menghibur.

Sudah kurang lebih seminggu sejak kejadian sebelumnya. Keesokan hari setelah kejadian itu, Lala mengirimkan pesan panjang padaku berisi permintaan maaf, selain itu dia juga memintaku untuk sementara tidak menghubunginya, selain butuh waktu karena kejadian tersebut dia juga punya jadwal latihan padat untuk konser anniversary JKT48 yang ke-8. Walau rasanya berat harus lost contact sementara dengan Lala tapi ya ini semua juga terjadi karena kesalahanku. Aku menganggap ini sebagai hukuman.

Kira-kira apa yang sedang dilakukan oleh Lala ya saat ini? Hmmm kenapa tidak aku cek saja twit**ternya ya. Ah bodoh dasar! Aku melakukan pencarian dan tak lama akun twit**ter Lala aku temukan. Sebenarnya ini kali pertama aku melihat akun Lala. Lala juga sepertinya tidak tahu akun twit**ter ku karena memang tidak pernah dibicarakan.

Aku melihat-lihat isi akun twit**ter dengan tanda verified itu. Dengan akun dinas yang dipantau banyak orang tersebut Lala tentu tidak bebas mengeluarkan apa yang dia pikirkan. Harus pilah pilih sebelum post. Ya setidaknya aku bisa melihat beberapa aktivitas Lala belakangan serta melihat beberapa fotonya.

Cakep banget pacar gue anjir! Teriakku dalam hati. Melihat berbagai postingannya menyapa fans aku jadi sedikit cemburu. Ya aku tahu ini bodoh karena itu pasti hanya gimmick tapi dalam kondisi sekarang melihat dia menyapa orang lain sementara menyapaku tidak sama sekali cukup sedikit menganggu hati ini.

Hah. Sudahlah melihat twit**ter Lala lama-lama malah bikin panas sendiri. Tiba-tiba aku ingat dengan member JKT48 lain. Seorang member yang diawal pertemuan membuatku langsung terpesona. Chika. Ya Chika. Nama panjangnya kalo aku tak salah ingat Yessi... Ah ini ketemu, Yessica Tamara.




Bidadari surgawi. Sungguh anggun dan elok ciptaan Tuhan yang satu ini. Tidak salah kan kalo aku bilang cantik pada wanita lain. Bukan berniat membandingkan dengan pacar sendiri. Lala dan Chika punya karakteristik cantiknya masing-masing tentu tidak bisa dibandingkan. Tapi melihat foto-foto Chika rasanya bikin hati tenang dan adem ayem.

Aku melihat postingan terbaru Chika, dia mengingatkan fans tentang show theater malam ini. Dia akan ada di show tersebut. Hmmm rasanya aku jadi ingin nonton theater. Lumayan juga melepas penat. Tapi Chika ini kan Team KIII, dan bila aku menonton show-nya aku mungkin akan bertemu dengan Viny.

Aku yang hendak menonton tentu langsung menghubungi Gibran untuk mengajaknya. Tapi oh tapi dia menolak karena ada rencana dengan Ayana malam ini. Cih dasar bucin! Udah punya pacar temen dilupain. Kampret! Tapi ya bukan salahnya juga sebenarnya. Ya mau bagaimana lagi, nonton sendiri pun tak masalah lah.

f(x) Sudirman lantai empat sore hari sudah dipenuhi wota seperti biasanya. Setelah melewati beberapa prosedur singkat cerita aku masuk ke dalam teater dan siap menonton pertunjukan.

Gegap gempita panggung teater memang memberikan vibes positif bagi siapapun yang menontonnya. Ya walau terasa agak sepi karena hanya menonton sendiri tapi ya masih asik-asik aja sih.

Di show ini aku bisa melihat Chika. Posisinya agak di belakang sehingga lumayan sulit untuk mengikuti pergerakannya. Penampilannya pun masih belum sempurna, ada kesalahan-kesalahan kecil yang ia lakukan, namun tidak terlalu mengganggu.

Selain Chika, aku juga bisa melihat sosok Viny. Walau aku sebenarnya malas untuk melihat dia tapi entah kenapa aku sering tiba-tiba terpaku pada sosok wanita berambut pendek itu. Penampilannya di atas panggung sering membuatku terpukau, apalagi ekspresinya juga tatapan matanya. Sepertinya dia juga menyadari keberadaanku di baris kelima ini. Dia sering menyerangku dengan eyelock-nya. Sialan!

Jika aku dipelukmu. Unit song dalam setlist ini yang bernuansa cukup seksi dibawakan oleh Chika, Viny dan satu member lainnya yang aku lupa. Gila. Otakku nge-hang di lagu ini. Penampilan mereka benar-benar memukau, begitu menghayati lagunya.

Selebihnya pertunjukan ini sangat menyenangkan. Aku suka banyak lagu di setlist ini. Lain kali mungkin aku akan tertarik kembali menonton Saka Agari.

Sekarang waktunya sesi hi-touch. Para member berbaris melakukan tos sambil memberi sepatah dua patah kata ucapan untuk fans yang telah menonton. Saat aku melakukan tos dengan Chika dia tersenyum sambil berkata "Eh... Kakak". Padahal hanya itu tapi aku langsung merasa geer, yakin bahwa Chika mengingatku dari HS festival sebelumnya. Wah senang sekali.

Ketika sampai harus tos dengan Viny aku sebenarnya ragu. Namun, aku sudah harus melangkah, aku harus menghadapi dan membiasakan diri. Aku harus bisa berdamai dengan diri sendiri. "Halo... Gi." Ucapnya dengan senyum manis gigi kelincinya, matanya tenggelam dalam kelopak mata. Sebuah percikan memicu getaran di dalam tubuhku.

Hah. Selesai sudah. Hari yang menyenangkan walau pada akhirnya menciptakan suatu ganjalan di hati. Setidaknya sejenak aku bisa melupakan kegalauanku selama seminggu ini.

Aku berjalan menuju parkiran, bersiap untuk pulang. Namun langkah kakiku harus ku hentikan demi mengangkat sebuah panggilan telpon yang masuk ke HP-ku. Nomor tidak dikenal. Siapa ini? Ragu-ragu aku angkat telepon tersebut.

"Halo... Siapa ya?"

"Egi... " Seorang wanita dibalik telepon memanggil namaku, suara ini... "Maaf nelpon tiba-tiba. Kita bisa ngobrol dulu?"

"Dapet nomor gua dari mana, Vin?" Tentu aku heran kenapa Viny bisa memiliki nomor ponselku.

"Itu... Nanti aku jelasin deh... Bisa kita ketemu?"

Aku bingung setengah mati. Ada apa Viny tiba-tiba menghubungiku kemudian mengajak untuk bertemu. Apa yang ada di pikirannya. Aku harus bagaimana ini?

"Gi...."

Panggilan Viny dari balik telepon menyadarkanku dari pikiran-pikiran semrawut yang berlalu lalang di kepala.

"Iya. Boleh." Entah kenapa spontan mulutku menjawab demikian.

"Kalo gitu aku mohon tunggu ya sekitar dua puluh menitan aku siap-siap dulu."

Setelah menyebutkan lokasi parkir mobil aku menutup telepon. Aku masuk dalam mobil menunggu Viny. Selama menunggu pikiranku tidak pernah tenang. Berbagai hal masuk begitu saja, berdesakan untuk dipikirkan. Semua tentang Viny.

Dua puluh menit dalam kekalutan pikiran, seorang wanita dengan celana kulot berwarna krem dan kaos putih berjalan menghampiri mobilku. Tangannya menenteng tas selempang kecil dan wajahnya ditutupi masker. Viny datang sesuai waktu yang ia janjikan. Viny mengetuk pintu mobil, dengan isyarat kepala aku menyuruhnya masuk. Dia segera membuka pintu mobil dan masuk.

"Halo... Gi." Sapanya sambil tersenyum.

"Ee.. E. Halo, Vin." Aku diam sejenak tak tahu harus bersikap seperti apa. Keadaan ini sangat canggung. "Jadi mau bicara apa?"

"Emm. Gak ada hal spesifik sih. Cuma mau ketemu terus ngobrol santai aja sebenernya. Terakhir kita ngobrol kan tegang banget, sekarang mau aja gitu ketemu terus memperbaiki segala kecanggungan yang udah terjadi." Ucap Viny santai.

Viny tampak tak terbebani oleh apapun ketika mengatakan hal tersebut. Menghilangkan kecanggungan diantara kami mungkin hal yang memang perlu.

"Jadi... Kita mau kemana?" Tanyaku yang masih dalam keadaan canggung.

"Terserah sih. Cuma aku rasanya pengen ke cafe biasa kita deh."

Tanpa berkata lebih banyak aku melakukan mobilku menuju cafe tempat aku dan Viny biasanya bertemu, dulu.

Perjalanan berlalu dengan suasana hening. Aku bisa merasakan Viny pun sebenarnya masih canggung, sedari tadi dia hanya melihat ke luar jendela, menatap lampu jalanan kota. Keadaan seperti ini memang tidak terhindarkan.

Cafe itu masih sama
walau tiga tahun telah lalu
Seakan sengaja ingin menjaga seluruh
kehangatan dari kenangan yang lalu-lalu

Kursi itu masih di tempat biasa
Terduduk diam sambil tersenyum
Menetapkan sebuah ingatan
yang lama tersimpan
walau usang dan berdebu

Aku dan Viny duduk berhadapan di kursi kenangan ini. Sekali lagi. Pertemuan sebelumnya memiliki hawa yang berbeda dengan saat ini. Sekarang aku bisa kembali mengenang bagian indah yang aku lalui bersama Viny disini.

"Kamu masih pesen yang biasa?" Tanyaku pada Viny

Viny mengangguk untuk menjawab pertanyaanku. Aku segera memesan, segelas kopi susu, segelas es kopi susu, dan dua porsi kentang goreng. Pesanan yang dulu sangat sering kami pesan.

Aku kembali ke meja, Viny masih disana dengan senyumnya.

"Jadi, sejak kapan sering nonton JKT48?" Viny membuka percakapan.

"Ah, belum lama. Waktu itu sempet diajak temen, terus ya suka aja akhirnya. Kayaknya gue juga sebelumnya gak pernah denger lu member JKT48. Kenapa gak pernah cerita dulu?"

"Pernah kok cuma gua kasih tau secara implisit, lu gak nanya lebih jauh ya gue juga gak lebih jauh jelasin." Jawabnya

Iya juga. Dulu rasanya dunia kami hanya ada saat kami bersama. Di luar itu, kami belum terlalu mengenal satu sama lain, bahkan masalah pekerjaan pun tak banyak kami bahas.

"Tapi bentar lagi udah gak di JKT48 lagi dong ya? Udah grad kan."

"Emmmm... Ya masih lumayan lama sih sebenernya. Last show gua nanti pas hari ulang tahun."

"Wah. 23 Februari tahun depan dong."

"Cieeee masih inget ulang tahun gue."

"Ya inget lah orang lahirnya di tanggal, bulan, tahun yang sama. Masa kagak inget."

Kami tertawa, menertawakan semesta yang lucu. Obrolan-obrolan lainnya terus meluncur begitu saja. Rasanya seperti kembali ke masa kami awal-awal berkenalan. Waktu terus bergulir, sudah hampir satu jam kami mengobrol serba-serbi kehidupan. Viny yang sempat D.O dari kampus lamanya dan harus kuliah di tempat lain, juga berbagai polemik serta kehidupannya sebagai member JKT48. Semua berlangsung santai dan ringan.

"Gimana hubungan lu sama Lala?" Tiba-tiba pertanyaan itu muncul dari Viny.

"Kok bisa tahu?"

"Sempet denger dari anak-anak tim T."

"Emmm gimana ya, ya gak gimana-gimana."

Viny hanya mengangguk tak bertanya lebih jauh.

"Lu?" Tanyaku pada Viny.

"Gue?" Tanya balik Viny, heran.

"Iya. Lu gimana masalah percintaan?"

Viny tertawa kecut. Menertawakan kesedihan. Aku sebenarnya bisa sedikit menebak-nebak apa yang sedang ia rasakan

"Lebih baik sih. Gue udah bisa kembali ngobrol tanpa canggung dengan orang yang gue suka." Jawabnya sambil melempar senyum.

"Vin, please..."

"Jangan anggap serius banget, Gi. Hehe. Santai aja. Udah diterima permintaan maafnya sama udah mau diajak ngobrol gini juga gue udah seneng banget kok. Gue sadar betul apa yang udah gue lakuin ke lu dulu sulit banget buat diterima. Tapi lu sekarang bisa lapang dada nerima gue sebagai temen lagi, gue bersyukur banget, Gi."

Mendengar itu sebenarnya aku jadi malu pada diriku sendiri. Dulu aku sangat membenci Viny karena berhubungan dengan orang lain. Sekarang aku sering berhubungan seks dengan orang lain di belakang Lala.

"Gue... Gue ngerasa malu sama diri gue, Vin."

"Eh aduh sorry gegera pertanyaan gue obrolannya jadi begini."

"Gue ngerasa malu udah ngebenci seseorang karena dia ngelakuin sesuatu yang jahat ke gue, tapi gue juga ngelakuin hal jahat itu ke orang lain. Gue benci diri gue sendiri."

Viny diam tidak berkomentar. Mungkin dia takut salah berkata dan akhirnya membuatku tidak nyaman. Beberapa saat suasana jadi hening. Aku masih sibuk mengutuki diriku sendiri.

"Sulit ya emang masalah cinta dan nafsu tuh. Gue gak bisa ngasih saran yang bagus soal ini juga, Gi. Bahkan mungkin kalo bicara jujur tentang ini, gue pengen seks sama lu walau cuma sebagai temen atau bahkan sekedar pelampiasan nafsu lu doang." Viny memalingkan wajahnya, menatap ke arah lain.

Aku sedikit kaget. Viny mengatakan itu dengan begitu jujur dan langsung.

"Vin..."

"Gue dulu nutupin ini ke lu karena gue malu sama pacar gue sendiri. Gue terpaksa jadi munafik demi jaga image dari orang yang gue sayang. Sekarang lu udah tau semua, gak ada alasan buat gue munafik lagi di depan lu. Yang barusan cuma pernyataan gue aja ya, gue gak maksud mendorong lu buat melakukan itu sama gue."

Pelampiasan nafsu. Sekedar menyalurkan hasrat birahi tanpa ada rasa lebih dari itu. Ayana, Melati, mereka selama ini jadi pelampiasan untuk nafsuku yang tidak selalu bisa diselesaikan oleh Lala. Apa aku memiliki rasa cinta pada Ayana dan Meme, aku rasa tidak. Aku hanya menikmati kegiatan seks kami. Hal ini juga mungkin yang dirasakan oleh Viny. Dia menyalurkan nafsunya pada lelaki lain karena tidak mendapat itu dari diriku.

Percakapan kami berakhir. Bermenit-menit diam akhirnya kami beranjak dari cafe tersebut. Waktu sudah menunjukan hampir jam dua belas malam. Kami sudah duduk di mobil dengan suasana yang kembali canggung.

Aku menatap kosong ke depan belum menyalakan mesin mobil. Pikiranku kosong.

"Gi." Viny menggoyang-goyangkan tubuhku mencoba membuatku sadar dari lamunan.

Aku menatap Viny. Di tengah gelapnya malam aku tetap tahu persis keindahan wajah Viny. Aku mendekatkan bibirku ke bibirnya dan ciuman terjadi begitu saja. Viny dengan senang hati menerima ciumanku. Lidah kami berbelit berkelit penuh nafsu, nafas pun mulai menderu. Ciuman itu dihentikan Viny sejenak. Dia menatapku lekat-lekat.

"Ikut ke apart gue ya, Vin."

Aku segera melakukan mobilku sebelum dimabuk oleh nafsu.

***

Kami sampai di unit apartemenku. Setelah mengunci pintu, Viny melingkarkan tangannya di leherku. Tinggi kami yang tidak beda jauh memudahkan kami untuk berciuman dalam posisi berdiri seperti ini. Ciuman yang lembut namun penuh gairah.

Viny kembali melepaskan ciuman, menatap wajahku begitu lekat. Tangannya meraba seluruh lekuk di wajahku. Viny tersenyum, senyum yang menunjukkan perasaan lega. Di saat itu pula aku langsung menerkam dadanya yang mungil. Kedua payudara itu aku remas dengan kuat.

"AAAAAAAAHHHHHHHHHH"

Desahan panjang keluar dari mulut Viny. Hanya dengan sedikit sentuhan di dadanya ini dia sudah merasakan kenikmatan yang luar biasa. Walau masih tertutup kaos dan bh di dalam. Aku sudah bisa merasakan puting Viny yang sudah sangat keras. Viny benar-benar telah diselimuti nafsu.

Aku mengangkat paha Viny, mengerti maksudku Viny langsung meloncat dan aku segera menahan kedua oahanya dan menggendongnya. Tubuh Viny sangat ringan, tak ada masalah. Dia terus menciumi leherku saat aku berjalan menggendongnya menuju kasur.

Tubuh mungil Viny aku terlentangkan di kasur. Dari atas sini aku bisa melihat keindahan Viny, wajahnya, tubuhnya, semua begitu indah.

Aku kini di atas Viny, kembali melihat wajahnya dari dekat. Bibirnya itu ku kecup sebentar lalu saat kami kembali bertatapan kami tertawa kecil.



Kaos Viny itu ku angkat menuju ke atas dadanya. Kini payudara mungil Viny yang tertutup bh hitam berwarna biru pucat dapat kulihat. Payudara mungil seperti milik Viny punya keindahan tersendiri. Aku arahkan satu jariku menyentuh tulang selangka Viny yang terbentuk secara nyata, menyusuri lekukan tulangnya itu. Jariku berpindah ke bawah ke arah payudaranya, jika tadi tulang selangka Viny terasa keras maka Payudara Viny terasa lembut. Jariku masuk ke sela-sela bh-nya berusaha mencari puting Viny. Puting Viny benar sudah mengeras. Puting itu kumainkan, ku sentuh dan ku pilin dengan lembut.

"Nnngghhhh... Ahhhh..."

Tubuh Viny mulai tak bisa diam. Aku menyingkap BH Viny hingga putingnya bisa bebas terkespos. Puting berwarna coklat terang itu sangat menggoda. Aku langsung menjilat dang menghisap nya. Sementara puting satunya tetap kumainkan dan kupilin.

"Ahhh akhrinya... Egiiiihhhh... Awhhhhhhh"



Viny mengelus kepalaku yang beringas mempermainkan payudaranya. Kedua pahanya sudah tidak bisa diam, selalu bergesekan mencoba memberi rangsangan kenikmatan pada vaginanya.

Aku melepas kan mulutku dari payudaranya, kini menciumi dan menjilati tulang selangkanya yang begitu menggairahkan. Tanganku bergerak ke bawah lalu menyusup ke dalam celana kulot yang ia kenakan. Aku bisa meraba celana dalamnya yang sudah begitu basah. Sangat basah. Seperti dia telah mencapai orgasme beberapa kali di celananya ini.

Tanganku kembali menyusup ke celana dalam Viny meraba liang kewanitaannnya yang sudah lembab. Satu jari kuarahkan untuk masuk. Namun tiba-tiba

"JANGAN!!!!"

Tidak suara itu bukan ke luar dari Viny, Viny sedari tadi hanya meracau nikmat. Suara ini, suara Lala. Suara ini datang dari kepalaku.

"Ngghhhhh ahhh... Egi... Cepetan masukinnhhh..."

Aku coba menyingkirkan pikiran itu namun ketika kucoba kembali masukan jariku pada vagina Viny sebuah tamparan melayang ke arahku. Tamparan dari Lala dalam otakku yang walau tidak nyata namun terasa. Seketika Lala meengisi seluruh otakku.

Pelampiasan nafsu. Walau kau berdalih tidak menyimpan perasaan berlebih, tidak menyimpan cinta pada orang yang kau pakai untuk melampiaskan nafsumu tapi tetap saja kamu menyakiti orang yang kamu cintai. Nafsu dan Cinta tidak bisa dipisahkan begitu saja.

Terlebih lagi orang yang kini di hadapanku adalah orang yang pernah aku cintai. Sangat mungkin jika aku kembali mencintainya, tidak bahkan kuakui ada bagian dari diriku yang masih mencintainya. Jika aku tenggelam dalam perasaan ini, aku akan mengkhianati Lala, tidak hanya urusan nafsu tapi juga urusan cinta. Aku tidak bisa. Aku tidak boleh.

Aku menghentikan seluruh aktivitasku dengan Viny.

"Maaf, Vin. Gua gak bisa ngelakuin ini. Terlebih sama lo. Gua bakal kembali cinta sama lo kalo gini dan gua gak bisa karena ada Lala. Maaf, Vin."

Mata Viny berkaca-kaca mendengar kalimat yang kuucap. Satu butir air mata lolos mengalir tapi dengan cepat ia usap. Viny memaksakan senyum sambil menahan tangis dia mengangguk seolah bilang bahwa ia bisa paham apa yang kurasakan.

Aku bangkit kemudian duduk di pinggiran kasur menatap ke arah lain. Suara sesenggukan dari Viny mulai terdengar, namun saat aku mengintip ke arah Viny ia selalu mencoba menutupi sekuat tenaga tangisnya itu. Dia terus mengusap matanya, menahan mulutnya. Melihat ini terasa begitu menyayat hati.

"Maaf, Vin. Gue yang mulai tapi.... Gue gak bisa, Vin."

"Iya gue paham kok." Viny terdengar begitu memaksakan diri agar kalimatnya tetap keluar dengan nada stabil dari mulutnya.

Viny bangkit dari tempat tidur, Buku-buku beranjak dari kasur. "Aku pinjem kamar mandi dulu ya." Viny langsung berlari menuju kamar mandi.

Rasanya ini akan jadi hal yang sangat menyakitkan bagi dirinya. Suara shower terdengar mengucur kencang menghantam lantai kamar mandi. Suara shower itu digunakan untuk menyamarkan suara yang terdengar dari Viny. Suara kecipak dari vagina yang dimasuki jari serta suara desahan Viny masih dapat terdengar.

"Egiiihhhh... Ahhhh... Egiiiiiiiii.... Iyahhh ahhhh enakkhhh giii.... Ahhhh."

Aku yang berdiri di depan pintu kamar mandi menatap nanar pada penderitaan Viny yang kubayangkan di balik pintu ini.

"Emhhhh ahhhh... Terushhh Gi... Ahhh lebih kencenggghhhh... Iyahhhh..."

Suara itu membangkitkan kembali nafsuku yang belum tuntas. Tanganku mulai meraba penis yang sudah tegak. Perlahan mengocoknya. Aku hanya bisa membayangkan seandainya permainan kami barusan berlanjut. Aku ingin menikmati tubuh Viny. Aku ingin menikmati sempitnya liang senggama Viny. Viny.... Viny... Viny...

"Ahhhh Viny."

"Ahhhh Egiiihhh"

Kami bersenggama dengan sekat yang menyertai. Sekat baik raga ataupun jiwa.
.
.
.
.
.
.
Bersambung~
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd