Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lust & Love (Update Part 16)

Cuma penasaran aja. Di cerita ini yang paling suhu tunggu-tunggu siapa?

  • Kalala

    Votes: 84 24,7%
  • Kak Ay

    Votes: 40 11,8%
  • Tepini

    Votes: 37 10,9%
  • Meme

    Votes: 36 10,6%
  • Chikuy (coming soon)

    Votes: 143 42,1%

  • Total voters
    340
Msih di pantau
 
AKU MAAAAASSSSSIIIIIHHHH MEEEEENUUUUNGGU UPDATE INI
 
Wkwkwk... Kan kemaren bilangnya mungkin ya jadi emang kagak pasti. Alias iya kemaren ketiduran terus sekarang lagi dihantem sama banyak tugas euy jadi belum sempet lanjut. Hehe. Sorry ye
 
Gabriel Angelina nya salah tulis ya hu?, btw ceritanya ok, drama sama ewe ewinya seimbang kayak judul
 
Tuan egi kok suka banget ngemaso sih? sumber trauma dan rasa sakit dari mantannya kan, malah masih aja berhubungan sama dia.
lanjutkan Tuan, saiya udah lama gak baca cerita yang temanya ada trauma2 gini, eksaiting bgt.
 
Part 16 - Malam ini Dunia Menghilang

"Vin... Vin... Pagi Vin. Bangun ayo!" Aku menggoyangkan tubuh Viny berusaha membangunkannya.

Viny dengan setengah nyawanya bangkit, duduk. Matanya masih terlihat bengkak karena menangis semalaman. Aku tak tahu pasti sampai jam berapa, tetapi saat aku tidur jam dua, aku masih mendengar suara tangisan Viny.

Dengan kedua tangannya Viny menutupi wajah. Mungkin ia tidak ingin memperlihatkan wajahnya yang tampak sangat kacau itu.

"Aku mau ke kamar mandi ya." Viny langsung bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.

Sekitar dua puluh menit berlalu, Viny keluar dengan wajah yang lebih baik, walaupun tentu tidak sepenuhnya baik. Dia duduk di sofa, disampingku yang sedang bermain dengan ponselku.

Aku tidak tahu harus bilang apa padanya. Aku masih sangat bersalah atas kejadian semalam. Mungkin sekarang aku harus minta maaf.

"Vi..."

"Lu mau berangkat kerja ya?" Viny memotong kalimatku. Ia bertanya dengan nada yang ceria di balik senyuman manisnya.

"I...iya, Vin."

"Berangkat jam berapa? Sekarang udah jam setengah delapan. Apa gak telat?"

"Eee.... Iya sih kayaknya gue harus segera berangkat deh."

"Oh yaudah tunggu dulu ya. Gue ambil tas gue dulu." Viny setengah berlari menuju kamar mengambil tasnya yang masih disana.

Sikapnya itu seolah tidak terjadi apa-apa. Atau mungkin memang itu yang ia inginkan. Ia tidak ingin menampakkan semua kesedihan itu di depan ku. Kalau itu yang dia inginkan....Baiklah. Kurasa aku juga tidak perlu berlarut-larut memikirkannya. Anggap saja angin lalu.

Viny kembali datang setelah mendapatkan tasnya.

"Lu mau balik kemana, Vin? Rumah?"

"Iyalah. Masa ikut sama lu." Viny tertawa sambil memukul bahuku.

"Yee bukan gitu juga. Yaudah ayok gue anter."

"Gak usah, Gi. Rumah gue kan jauh, nanti lu telat kerja gimana?"

"Ya tapi lu pulang sama siapa dong?"

"Ada teknologi ojek online, ada busway, ada kereta. Banyak elaaaahhhh. Gue bisa pulang sendiri kok."

"Tapi kan...."

"Ah udah ah. Buruan nanti lo telat." Viny nyelonong saja keluar.

Aku buru-buru mengambil segala perlengkapan dan menyusul Viny mengikuti jalannya. Kami berjalan beriringan tanpa mengucap sepatah kata pun. Aku melihat wajah samping Viny, tampak ceria dan bersinar. Tak ada hal buruk yang terjadi diantara kita berdua, wajah Viny seperti mencoba mengatakan hal tersebut.

Kami sampai di lobby. Viny langsung membalik badannya ke arahku.

"Oke kalo gitu. Makasih ya udah diajak maen ke tempat lu. Gue pamit." Viny langsung pergi begitu saja setelah melemparkan senyumannya padaku. Di tak memberi ruang bagiku untuk membalas ucapan pamitnya.

***

Waktu istirahat sedang berlangsung. Namun, aku tidak memiliki mood untuk keluar ruangan untuk makan siang atau apapun itu. Aku hanya di dalam ruangan sambil memainkan HP.

Pintu ruanganku terbuka. Seseorang masuk. Di jam istirahat seperti ini harusnya tidak ada orang lain yang punya keperluan denganku. Satu-satunya orang yang mungkin masuk adalah Gibran, dan benar saja, dia tanpa permisi langsung duduk di kursi yang ada di hadapan meja ku.

"Makan siang yok." Ajak Gibran

"Males." Jawabku dengan malasnya, bahkan aku tak melirik ke arah Gibran.

"Tumben banget lo lesu gitu. Ngapa sih ngapa?"

"Kagak. Udah sono lu kalo mau makan siang mah."

"Oh jadi lo ngusir?"

"Iya. Sana, hus hus." Tentunya aku tidak bermaksud seperti itu. Gibran juga pasti mengerti bahwa ini hanyalah candaan.

"Lu lagi berantem ya sama Lala?" Pertanyaan itu begitu saja keluar dari mulut Gibran.

Sedikit aku melirik ke arahnya. "Iya. Tau dari mana?"

"Ayana bilang waktu terakhir dia ketemu Lala, Lala kayaknya murung banget tapi ditanyain gak pernah mau jawab. Gitu katanya." Pernyataan Gibran sedikit menarik perhatianku.

"Terus-terus?"

"Terus apanya anjir. Yaudah gitu doang sama gue juga liat lu seminggu ini murung mulu kek orang gak ada gairah hidup. Gue mau nanya dari kemaren-kemaren cuma gaenak aja."

Aku hanya ngangguk-ngangguk.

"Ya kalo lu gak mau cerita banyak sama gue gapapa Gi. Cuma masalah berantem-berantem gini emang cukup biasa lah dalam urusan pacaran begini. Jangan lama-lama lah marahannya. Gue ga enakan kalo lu sama Lala putus sedangkan gua yang dicomblangin sama lu lancar jaya menjalin hubungan sama Ayana. Ironi gitu. Hehe."

"Jikh kamprett.... Kagak lah. Ntar juga baikan."

"Yaudah ah. Gua laper mau makan. Bye." Gibran bangkit dari kursinya, berjalan keluar.

"Bran. Gua ikut dah."

***

Menjalani aktivitas sehari-hari kini terasa jauh lebih membosankan tanpa ada chat singkat sekedar berisi sapaan atau obrolan basa basi dengan Lala. Rasanya waktu berjalan jauh lebih lambat. Padahal sebelumnya aku baik-baik saja tanpa kehadiran seorang yang spesial seperti Lala. Sulit memang.

Sedang gabut-gabutnya scroll timeline twit**ter tiba-tiba sebuah panggilan masuk. Walau aku mengharap panggilan itu dari Lala, tapi kenyataannya panggilan itu hanya panggilan dari Brielle. Aku mengangkat telepon Brielle.

"Kak Egi, bukain pintu cepet aku di depan."

Buset! Ni orang ada apa. Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba datang ke apartemenku. Tapi tak apalah aku malah senang setidaknya dengan kehadiran Brielle aku bisa melepas kebosananku.

"Iya.tunggu."

Aku berjalan menuju pintu dan ketika pintu itu kubuka di sana sudah ada Brielle yang menenteng dua kantong plastik besar berisi ciki-cikian dan cemilan lainnya.

"Buset. Kayak abis ngerampok minimarket kamu Mol."

"Hehe gapapa. Aku mau nginep disini ya malem ini, Kak."

Brielle tanpa permisi langsung masuk ke ruang tengah. Menjatuhkan segala belanjaannya di atas meja dekat sofa.

"Kamu ini kalo mau nginep tuh ya bilang-bilang dulu kek. Ini mah tiba-tiba aja udah di depan pintu." Omelku. Brielle tidak memperhatikan malah membuka kemasan salah satu kripik kentang.

"Bawel ah. Sini Kak Egi duduk. Aku mau ngobrolin sesuatu sama Kak Egi."

"Widih udah kayak orang dewasa aja ni tiba-tiba ngajakin ngobrol gitu."

"Ah Kakak mah nganggep aku anak kecil mulu. Aku tuh udah beranjak dewasa, Kak."

Aku nurut saja dengan perkataan Brielle. Aku duduk bersandar di sofa, di sampingnya sambil ikut membuka kemasan kripik kentang yang lain. "Mau ngobrolin apa emang?"

"Kakak lagi berantem ya sama Kak Lala?" Tanya Brielle langsung pada tujuan tanpa basa-basi.

"Emmmm bisa dibilang gitu sih. Tau darimana emang? Lala cerita?"

"Enggak. Kak Lala gak cerita apa-apa. Cuman belakangan sering bengong kaya banyak pikiran, terus biasanya dia cerewet ngomongin kakak ini mah gak ada sama sekali. Brielle tanyain tapi Kak Lala nya ngehindar mulu."

Dari penuturan Brielle aku bisa menyimpulkan bahwa mungkin Lala juga merasakan hal yang sama denganku. Padahal dia sendiri yang meminta untuk kita tidak berhubungan untuk sementara waktu. Ya mau bagaimana lagi, Lala bilang baru akan menghubungiku setelah konser anniversary JKT48 yang akan diadakan di Surabaya sekitar dua minggu lagi. Sial kalau dipikir masih lama juga.

"Iya Mol. Kakak lagi ada masalah dikit sama Lala sebenernya. Kita sekarang lagi lost contact dulu gitu sampe konser Surabaya."

"Pantesan. Ada masalah apasi emangnya?"

Kalo ditanya seperti ini oleh Brielle tentu bingung juga bagaimana harus menjawab.

"E.... Gimana ya... Ada lah masalah gak bisa kakak ceritain detailnya cuma intinya kakak yang udah ngelakuin kesalahan, udah pernah sebelumnya dan kakak ngelakuin hal yang sama lagi. Terus gitu deh."

Brielle menganggik-ngangguk seolah memahami segala perkataanku.

"Yaudah kalo gitu tinggal tunggu aja, Kak. Yang sabar. Kalian numpuk kangen sekarang biar nanti pas ketemu lagi langsung deh bakal beda rasanya."

Omongan Brielle aku rasa ada benarnya. Dasar dia ini, walau masih bocah tapi tampilan dan pemikirannya sudah cukup dewasa.

"Iya. Mol. Makasih ya. Kakak juga nitip Lala. Jangan lupa ditemenin, kasian dia." Aku mengusap kepala Brielle sambil memberikan senyuman.

"Siap, Bos!!!" Brielle berpose hormat dengan semangat. "Oke kalo gitu sekarang Brielle bakal menghibur Kak Egi, ayo kita main!"

Aku tersenyum. Adikku memang pengertian.

Yang dimaksud main disini main beneran ya! Bukan yang nggak nggak!!! Jangan pikiran aneh-aneh lu padaan.

***

Waktu kini kembali berjalan normal. Aku rasa aku juga sudah terbiasa dengan semua ini. Walau tentu aku harus menahan rindu. Tapi tak apa, semoga saat aku dan Lala kembali bertemu nanti hubungan kami akan semakin baik. Aku juga mendapat kabar dari Brielle bahwa sekarang Lala sudah bisa lebih fokus, aku tidak tahu detailnya tapi Brielle selalu hanya menjelaskan secara singkat bagaimana keadaan Lala jika aku tanya.

Dan hari ini adalah hari konser anniversary JKT48 yang ke 8. Member JKT48 dan para staff sudah berangkat ke Surabaya sejak kemarin. Sayangnya karena ada beberapa urusan aku tidak bisa bertolak kesana untuk menonton konser tersebut. Berbeda dengan Gibran si wota sejati yang mungkin sekarang sudah ada di Surabaya.

Malam hari, aku telah menyelesaikan segala urusanku dan saatnya bersantai di apartemen. Seperti biasa aku membuka HP dan melihat timeline sembari memantau informasi tentang konser JKT48. Ternyata konser sudah di penghujung acara dan akan ada pengumuman yang disiarkan secara live. Iseng, aku membuka live streaming tersebut. Aku sebenarnya tidak terlalu peduli dengan berbagai pengumuman yang ada, aku hanya ingin melihat Lala. Namun, suatu pengumuman mengagetkanku. Lala dipindah ke Team J disusul Brielle dan banyak anggota lain, banyak member yang dipindahkan ke team. Kebanyakan dari tim T. Tidak, bahkan semua member Tim Terkait dipindahkan. Tim T sekarang kosong.

Aku tidak fokus mendengar kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Melody yang memberikan pengumuman. Ada saat dimana kamera menyorot Lala dan disana terlihat Lala yang sangat terpukul atas pemindahan dirinya ke Tim J serta pengosongan Tim T.

Lala sering bercerita betapa ia mencintai Tim nya itu. Ia sudah benar-benar merasa nyaman dengan timnya. Ia juga sering bercerita tentang perjuangan mereka dalam berlatih setlist Seifuku no Me yang luar biasa sulit. Itu semua yang makin mengakrabkan setiap anggota timnya. Apalagi Lala sebagai center dari setlist tersebut.

Kini, Tim T secara resmi dikosongkan. Aku tidak habis pikir bagaimana perasaan Lala mendengar pengumuman ini. Dalam hati aku sangat khawatir bagaimana perasaan Lala saat ini. Aku ingin segera menghubunginya aku tidak bisa tenang.

Pengumuman berakhir begitu saja. Aku masih terus kepikiran. Berkali-kali aku menghubungi Lala namun teleponku tidak diangkat, begitu juga dengan teleponku pada Brielle bahkan Melati. Sepertinya member-member Tim T yang dipindahkan selepas konser ini punya agenda sendiri untuk menenangkan diri mereka. Semoga seperti itu.

Satu jam berlalu dan belum ada tanda-tanda balasan dari chat dan teleponku. Aku sudah pasrah. Mungkin benar lebih baik membiarkan mereka tenang dulu. Baru saja berpikir seperti itu namun tiba-tiba HP ku berdering tanda telepon masuk. Saat kulihat ternyata bukan dari Lala atau Brielle melainkan dari Ayana. Ada apa pula Ayana menelponku malam-malam begini. Aku angkat telepon tersebut.

"Gi. Bukain pintu, gue di depan."

"Eh. Ay. Mau ngapain anjir malem-malem gini kesini."

"Udah cepetan bukain! Gue stress anjing." Ucap Ayana kasar.

Ada apa sebenarnya dengan orang ini? Datang dan tiba-tiba ngomel di telepon. Dari pada berlama-lama aku langsung membukakan pintu untuk Ayana.

Tanpa permisi Ayana langsung masuk dengan wajah yang begitu kusut. Ia menjinjing sebuah tas kertas yang entah apa isinya. Ia menaruh tas kertas itu di atas meja depan sofa dan langsung menuju ke dapur.

Aku melihat isi tas tersebut dan terkejut. Ternyata tas kertas itu berisi sebotol minuman beralkohol. Aku tak tau jenis apa karena memang tidak akrab juga dengan minuman seperti ini.

"Ay, kok lu bawa ginian sih?" Aku mencoba bertanya pada Ayana yang sekarang berjalan ke arah kami sambil membawa dua buah gelas transparan."

"Temenin gue minum. Gue lagi kesel banget!" Ayana menaruh gelas tersebut di samping tas kertas yang tadi ia bawa. Lalu duduk di sofa.

"Tapi gue gak minum, Ay." Ya, sejujurnya aku belum pernah minum minuman beralkohol selama hidupku.

"Bawel ah. Buru sini!" Ayana menarik lenganku untuk duduk di sebelahnya.

Ayana mengeluarkan botol dari tas kertas itu kemudian membuka botolnya. Aku langsung bisa mencium bau menyengat dari botol itu,tapi kurasa tidak begitu buruk. Ayana menuangkan isi botol itu masing-masing setengah ke dalam dua gelas.

Ayana langsung menghabiskan minuman dalam gelasnya dalam sekali tegukan, bahkan ia langsung menuangkan lagi dan kembali meneguknya. Sedangkan aku sedari tadi hanya memperhatikannya.

"Kesel banget gue, masa tiba-tiba Tim T dibubarin. Padahal belum lama dapet setlist baru yang udah dipengenin dari dulu. Giliran baru bentar dibawain eh malah bubar. Anjing emang JOT!" Wajah Ayana begitu berapi-api. "Cape-cape gue ngawasin mereka, bantu mereka sampe kompak kayak sekarang, terus baru aja gue lulus seenak udel aja usaha gue diinjek-injek. Gila emang JOT, Tolol!"

Aku tak tau harus berkata apa. Aku hanya berusaha memahami perasaan Ayana. Sebagai mantan kapten tentu dia juga merasa terpukul atas pengumuman tadi. Tapi tak kusangka dia sampai begitu marahnya.

Ayana menuang gelas ketiganya. Aku tak tahu apakah hal itu wajar. Tiga gelas dalam waktu berdekatan untuk minum begitu sebenarnya kebanyakan atau tidak. Aku bingung.

"Lu juga cobain dong minum. Masa gue minum sendirian aja."

Aku sebenarnya tidak terlalu tertarik untuk membeli minuman beralkohol. Entah mengapa. Tapi jika minuman itu sudah tersaji di depan ku, ya lumayan penasaran juga bagaimana rasanya. Sebelumnya aku telah melihat botol dari minuman ini. Yang aku tangkap bahwa minuman ini berjenis red wine, sisanya tak tahu lah apa.

Ku angkat gelasku dan ku minum perlahan. Tenggorokanku terasa jadi agak kering dan rasa pahit menjalar di seluruh mulut. Ada sedikit rasa panas juga seperti minum obat kumur. Namun di akhir aku bisa merasakan rasa manis yang tertinggal. Tegukan pertama, kesanku untuk minuman ini adalah unik. Berbagai rasa seolah bercampur. Walau di dominasi dengan rasa pahit tapi lidahku sepertinya tidak terlalu kesulitan menerima.

Setelah itu aku mencoba meminum sisa anggur di gelasku dalam satu tegukan. Aku rasa ini langkah yang salah. Rasa panasnya terasa berkali-kali lipat dan sisanya aku tidak mengerti lagi. Pokoknya terasa kacau. Kepalaku langsung pusing.

Melihat diriku tersiksa sepertinya membuat Ayana tertawa terbahak-bahak. Ia menertawakan penderitaanku ini. Sialan memang orang itu.

"Makanya gak usah sok-sokan asal tenggak gitu deh."

"Ya mana gue tau. Tadi lu kayaknya oke oke aja ya gue pikir gue juga gabakal kenapa-napa."

Ayana masih lanjut menertawakanku sementara aku berusaha kembali menyeimbangkan diri.

"Ngomong-ngomong itu emang manajemen gak ngasih tau lu apa-apa sebelumnya soal masalah ini?" Aku yang masih sedikit pusing berusaha tetap terlihat keren.

"Nggak. Makanya gue kaget. Kasian anak-anaknya juga pada gak siap gitu kelihatannya." Ayana kembali minum, namun kali ini terlihat lebih santai.

"Gue juga khawatir sama Lala tapi gak bisa dihubungi dari tadi."

"Paling mereka lagi beres-beres terus nangis bersama di backstage. Tunggu besok aja, Gi." Ayana mengisi kembali gelasku. "Ngomong-ngomong soal Lala, denger-denger lu abis berantem gitu ya sama Lala."

"Ya begitulah." Jawabku singkat.

"Gara-gara apa?"

Aku menceritakan segalanya pada Ayana, secara detail. Mungkin karena efek dari alkohol juga membuatku terasa lebih plong dalam bercerita bahkan tanpa sadar aku sampai menceritakan tentang kejadian setelahnya seperti aku yang berakhir ngewe dengan Melati bahkan tentang aku bersama Viny. Ayana mendengarkan saja dengan khusyuk sambil terus mengisi kembali gelasnya.

"Anjing. Tadinya gue dateng kesini buat curhat malah jadinya elo yang curhat." Ayana tertawa kecil.

"Haha. Iya juga ya, maap deh. Gak tau kenapa malah gue yang jadi banyak bacot." Aku menyesap gelas minumanku. Aku sudah mencoba membiasakan diri dengan minuman ini.

"Gapapa kali. Gue juga denger cerita lu jadinya lebih rileks aja gak kepikiran masalah itu."

"Kalo lu sama Gibran gimana?" Tanyaku yang ingin memberikan ruang untuk Ayana yang bercerita.

"Gibran kontolnya enak." Jawaban dari Ayana ini bukan jawaban yang kuharapkan.

"Si anjing. Bukan itu maksudnya."

"Haha. Baik kok. Gue sama Gibran belum ada ribut sampe gimana-gimana. Paling ya masalah-masalah kecil aja, bumbu orang pacaran."

Cukup bahagia sepertinya hubungan mereka, aku turut senang deh.

"Ngomongin kontol barusan, gue jadi kangen kontol lu, Gi." Ayana mendekat padaku, tangannya hendak meraih si kecil yang masih dilindungi celana.

Aku segera menghentikan gerakan Ayana. "Ay, baru aja kan tadi gue cerita. Gue sampe nolak gituan sama Viny karena gue gak mau selingkuhin Lala." Walau sebenarnya nafsuku terasa membara namun aku berusaha bertahan sekuat tenaga.

Ayana bangkit dari tempat duduknya dan malah duduk di pangkuanku sambil melingkarkan tangannya di leherku.

"Lu kan bilang nolak Viny karena takut ada perasaan ke dia. Emang lu ada perasaan ke gue? Cuma sange doang kan? Yaudah berarti gak usah pikirin selingkuh."

"Tapi, Ay...."

Belum sempat aku melanjutkan kata-kataku, Ayana sudah menyosor bibirku. Lidahnya masuk ke mulutku menantang lidahku untuk bermain. Lidahku hanyut dalam permainannya. Kini kami saling berciuman. Bibir Ayana yang sudah lama tidak kucium ini membuatku bernafsu.

Beberapa saat kami berciuman, Ayana melepaskan ciumannya. "Kan. Udah makanya gausah banyak bacot sekarang mah. Lu sama gue lagi banyak pikiran kan sekarang. Ngewe aja kita sampe lupa semua permasalahan."

Ayana membuka kaos serta pakaian dalamnya. Ia juga membantuku untuk membuka kaos yang ku kenakan. Setelah kaos itu dibuka Ayana langsung melemparkannya sembarang. Mulutnya langsung menuju ke dadaku, menjilati serta memainkan puting ku dengan lidahnya. Terasa geli, namun sangat nikmat. Aku tidak tinggal diam tanganku meremas susunya yang pas digenggaman putingnya ku plintir. Ayana meringis keenakan, begitu pula aku.

Ayana membuka celanaku. Penisku yang sudah tegang mencuat begitu saja. Tanpa basa-basi Ayana melahap penisku. Memainkan lubang pipisku dengan lidahnya.

"Ahhh.... Ayanaaa"

Ayana memaju mundurkan kepalanya membuat penisku bergesek dengan bibirnya. Ayana menatapku dengan pandangan yang sangat sensual. Aku memejamkan mata berusaha untuk fokus merasakan nikmatnya kuluman Ayana.

Ayana bangkit dan langsung melompat ke pangkuanku. Aku langsung membuka mata, Ia sudah membuka celananya. Sambil mencium bibirku, ia memasukan penisku ke dalam vaginanya.

"Ahhhhh... Egiiii... Kontol lu enak banget." Ayana langsung bergerak. Pinggulnya naik turun memberikan kenikmatan dan kehangatan pada penisku.

Aku memeluk Ayana sambil terus menciumi lehernya. Ayana terus meracau keenakan. Ayana terus memainkan pinggulnya memberikan pijatan-pijatan yang begitu nikmatnya. Aku tidak tinggal diam. Pinggul ku ikut bergerak, lebih agresif dari gerakan Ayana.

"Ahhh... Iyahhh Egiii... Ahhh Sodok terussshhh..."

"Ay... Memek lu enak banget Ay." Pengaruh alkohol sepertinya membuat permainan ini terasa sedikit beda. Seakan aku benar-benar lepas dari dunia.

Ayana meraih botol anggur kemudian meninggalnya. Tidak semua ia telan ke dalam mulut. Ayana mencium bibirku kemudian mengalirkan anggur yang ia tahan di mulutnya. Posisi kepala Ayana yang ada diatas memudahkan anggur itu mengalir ke mulut dan tenggorokanku.

Kesenangan dalam diriku seolah bertambah. Aku mulai tidak bisa mengontrol diriku. Tanganku menampar bokong Ayana keras-keras.

"Awwwhhh.... Ahhh... Aaahhh..." Walau terasa sakit. Ayana tampak menikmati.

Pantat Ayana itu ku tampar berkali-kali. Mungkin warnanya sudah jadi merah sekarang.

Pegal dengan posisi seperti ini. Aku membuat Ayana duduk di sofa. Kedua kakinya aku angkat sampai hampir sejajar dengan kepalanya. Memek Ayana yang sudah berwarna kemerahan tampak sangat membuat nafsu. Sejenak ku jilati memek Ayana untuk merasakan rasa asin yang keluar dari memeknya. Tak lupa ke berikan sedikit permainan lidah pada klitorisnya yang tampak mengacung.

"Nyaaahhhhhh aahhh..." Pinggul Ayana tak bisa diam menahan kenikmatan. Kedua tangannya meremas payudaranya sendiri sambil memainkan putingnya.

Aku langsung bangkit dan kembali melakukan penetrasi pada memek Ayana. Kepala kontolku pun terus menghantam dinding rahim Ayana.

"Aaaahhhhh... Kimochiii... Honto ni kimochiiii... Ngghhhh ahhh Egiiihhhh..."

Suara Ayana yang seperti itu membuatku teringat pada bokep Jepang yang dulu sering ku tonton. Sial. Ah. Benar-benar nikmat.

Mungkin karena efek alkohol juga aku merasa sangat enak hingga mungkin tak lama lagi aku akan sampai klimaks.

"Egiii... Egiii.... AAAAHHHHH..." Badan Ayana menggelinjang lalu seketika langsung melemas. Sebuah semburan terasa menyemprot dari dalam liang kemaluannya itu membuat kehangatan menyelimuti kontolku yang ada di dalam sana. Ternyata Ayana sudah lebih dulu orgasme.

Tidak mengurangi kecepatan, aku malah menaikan kecepatan genjotan ku. Ayana yang sudah tampak lemas hanya bisa pasrah terkulai.

Bibir dari wajahnya yang sudah lemas itu kembali aku ciumi. Ternyata Ayana masih punya energi untuk beradu lidah dan bibir denganku. Kami kembali melakukan ciuman basah yang membuat permainan makin panas.

Spermaku sudah berenang ke ujung penis. Rasanya mereka ingin cepat-cepat keluar. Aku kembali fokus menghujam penis ku ke vagina Ayana.

Klimaks sudah benar-benar akan datang. Aku langsung mencabut penis ku dari vagina Ayana dan langsung menarik kepala Ayana. Penis ku kumasukan dalam mulutnya.

Crooottt crooottt... Aku sudah mencapai orgasme. Spermaku keluar memenuhi mulut Ayana. Kucabut penisku itu dari mulutnya. Ayana masih belum menelan spermaku. Ia menahannya tetap dalam mulut. Ayana menuangkan anggur ke dalam gelas. Gelas berisi anggur itu ia angkat mendekat ke mulutnya lantas mengeluarkan semua sperma di dalam mulutnya ke gelas itu.

"Cheers"

Ayana menenggak anggur bercampur air mani itu dengan nikmatnya.

Malam ini dunia menghilang

.
.
.
.
.
Bersambung
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd