Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Maaf, Aku tak sealim penampilanku (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Chapter 6

Dua garis biru

Aku terbangun di sebuah dataran yang dipenuhi oleh rerumputan, angin berhembus begitu sejuk seakan sedang mengobati hati yang pernah terluka, kulihat langit begitu cerah dengan awan – awan yang berbaris diatasku seolah sedang menaungiku dari teriknya sinar mentari,

“ini dimana ?” ucapku bertanya – tanya,

Aku mencoba berjalan mencari seseorang yang bisa kutanyai, namun sejauh apapun aku melangkah tidak ada perbedaan dari apa yang kulihat sebelumnya, semuanya tampak sama, aku seperti diam ditempat walau sudah bergerak sejauh mungkin,

Seketika aku melihat bayangan seseorang yang mendekatiku, ia tampak tak asing bagiku, wajahnya yang tampan, matanya yang mampu menyejukan hati, senyumnya yang mempesona, dia …….. ???

“mas Hendra” panggilku,

Dia hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya seolah mengajakku untuk pergi bersama dengannya, namun tiap kali aku ingin menerima uluran tangannya, ia semakin menjauh, aku tak pernah bisa mendekap tangannya yang lembut,

Tiba – tiba muncul awan gelap yang berasal dari arah belakang mas Hendra, aku panik karena dibawahnya terdapat kilat yang menyambar,

“mass hendraaa, jangan kesana, disana bahaya !!” ucapku,

Namun ia tak mendengarkanku, ia semakin jauh dan jauh dariku, aku berusaha berlari untuk mengejarnya, namun semuanya terlambat, sebuah petir yang begitu besar menyambar dari atas sana,

“massss hendrraaaa” ucapku panik,

Tubuhku dibanjiri oleh keringat, nafasku memburu seperti orang yang baru mengikuti lomba marathon, aku melihat ke arah sekitar, kupegangi kepalaku dan mengusap keringat yang ada didahiku,

“ternyata itu semua cuma mimpi ? syukurlah !” ucapku dengan lirih,

Aku terbangun diatas ranjang tidurku, akupun bingung, apa yang terjadi pada diriku sebelumnya, kenapa aku tiba – tiba ada disini ? kududukan tubuhku sambil menekuk lututku, lagi – lagi aku mengusap keringat yang ada didahiku,

“astaga, kenapa aku telanjang ? mana hijabku juga? Kenapa aku benar – benar polos ketika terbangun dari mimpi buruk ku ?” ujarku bertanya – tanya,

Kulihat jam sudah menunjukan pukul 2 siang dan aku masih terbaring disini hanya tertutupi oleh selimut tidurku saja,

“ehh mbak firda sudah bangun” ucap suara seseorang yang mengejutkanku,

“pak mantooo ?” ucapku terkejut, aku spontan menutupi tubuh polosku dengan selimut yang ada digenggamanku,

“tenang saja, gak usah kaget gitu, ini sarapan sekaligus makan siang untukmu, pasti lapar kan?” ucapnya sambil membawakan telur goreng kesukaanku,

Perlahan ingatanku mulai kembali, aku ingat bagaimana aku bisa pingsan hingga terbangun disini, belum sempat aku bertanya, pak manto sudah duluan menanyai kabarku,

“saya terkejut ketika mbak firda berteriak sambil menyebut nama suami mbak, saya pikir mungkin mbak sudah bangun , makanya saya buru – buru membawakan mbak makanan untuk memulihkan tubuh mbak” ucapnya begitu memerdulikanku,

“terima kasih” ucapku tersenyum lemah,

Aku segera menyantap telur goreng buatannya, aku sangat lapar sehingga aku memakannya dengan tergesa – gesa, ditengah santapan aku sempat bertanya kepadanya, apa yang terjadi setelah aku pingsan,

Seperti biasa , ia tampak tenang dalam menjawab setiap pertanyaan yang aku berikan padanya,

“kamu hebat mbak, kamu cukup kuat untuk melayani kami bertiga” ucapnya memujiku,

Entah kenapa wajahku jadi memerah, aku teringat bagaimana mereka bertiga telah menodai wajahku, sisi depanku dan sisi belakangku,

‘deggggg’, aku jadi teringat sesuatu, aku meraba wajahku, payudaraku dan punggungku, benar seperti yang telah kuduga, ada sisa sperma yang telah mengering di tubuh ayuku ini, penampilanku kini pasti sangat berantakan dengan tubuh kotorku ini,

“Terus mana semua pakaianku ?” tanyaku padanya,

“itu dia saya juga heran, ingat ketika pedagang telur itu bermain dengan payudara indahmu?” ucapnya,

“iii-iiingggat” jawabku malu,

“setelah selesai bermain dengan dirimu, saya berbalik arah untuk mengambil gamis yang sempat ku loloskan dari tubuhmu, tapi anehnya itu semua sudah hilang” ucapnya,

“lohhh terus hijabku?” tanyaku panik,

“kalau hijabmu ada di cucian, gak usah khawatir” ucapnya santai,

Mataku jadi terbuka lebar, aku bertanya – tanya dalam hatiku, kalau gamisku hilang dan hijabku ada di cucian , lantas bagaimana caranya ia membawaku kesini ?

Pak manto hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaanku, sebaliknya ia memberikan kecupan di bibir manisku yang tak mampu ku tolak, ia juga memberikan nomor WA barunya padaku,

“terkadang ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan ada yang tidak, oh yah mulai sekarang panggil saja aku mas, tak perlu formal lagi, karena ku rasa kita sudah semakin dekat” ucapnya sambil pergi meninggalkanku,

Tanpa sepengetahuanku, ia tersenyum sambil keluar kamar untuk menuju rumahnya,


***

Terlihat langit mulai memerah menandakan senja telah tiba menanungi ibu kota ini, terlihat kendaraan mulai berlalu – lalang untuk pulang menemui keluarga mereka masing – masing, Ibu – ibu berada di halaman rumahnya sambil menyapu daun – daun yang gugur, sebagian dari mereka menengok ke kanan dan kekiri mencari tahu, apakah suami yang telah mereka tunggu sudah pulang dari pekerjaannya ?

Namun ada satu dari sekian rumah yang tersusun rapih di pinggir jalan ini, berisi seorang wanita yang sedang duduk didepan meja riasnya, ia tersenyum sambil memandangi cermin yang ada didepannya, tangannya sibuk memegangi alat rias untuk memperindah wajahnya, sesaat ia juga mengambil alat untuk melentikan bulu matanya,

“wahhh cantiikk bangettt” ucapku terkejut setelah melihat pantulan bayanganku sendiri di cermin,

“gak sabar buat ngeliat gimana reaksi mas Hendra nanti” ucapku tersenyum membayangkan ekspresi wajahnya,

Sambil menunggu , aku melihat bingkai foto yang berdiri di meja riasku, sebuah foto yang berisi diriku dan ketiga temanku, ini merupakan foto lanjutan dari reunian yang kami lakukan kala itu, sayang maya dan satu temanku tak bisa ikut karena suatu alasan, andai ikut pasti semuanya menjadi semakin seru,


6-1.jpg

Memang benar kata orang tentangku, aku sangat beruntung karena telah dikaruniai tubuh yang indah serta lelaki yang tampan nan kaya, terlihat dari foto ini aku yang paling tinggi, tinggiku sekitar 171 cm lohhh, tubuhku yang berisi membuat orang – orang berlomba untuk mendapatku, namun hanya mas Hendra sajalah yang beruntung untuk memenangkan hatiku, atau tidak ?

Entah akhir – akhir ini pak manto yang lebih sering berada di hatiku, aku seperti telah jatuh cinta padanya, bukan karena wajah karena wajahnya memang tak rupawan bukan karena harta karena ia bukan orang kaya tapi karena kejantanannya yang pernah membuatku pingsan karena saking nikmatnya,

Namun aku sadar, ini bukan jalan yang benar, aku hanya milik suamiku dan sekaranglah momen yang tepat, aku ingin menghabiskan waktu dengan mas Hendra selama mungkin agar perlahan hatiku kembali dipenuhi oleh rasa cinta kepadanya dan hanya untuknya.

“tingg tonggg” kudengar suara bel berbunyi, itu pasti mas Hendra,

Aku buru – buru menuju pintu masuk untuk membukakannya, ketika pintu terbuka terdapat wajah yang tengah tersenyum kepadaku, wajah yang kehadirannya selalu kurindukan, wajah yang telah memberikan banyak kenyamanan untukku,

“Assalamualaikum umi, abi pulangg” ucapnya dengan suara yang khas,

“Walaikumsalam abiiii” bergegas aku segera salim kepadanya dan memberikan pelukan yang sangat erat,

“duhh umii, rindu banget yah keliatannya” ucapnya sambil memberikanku pelukan juga,

“iyyaaaa, rinduuuu bangett” ucapku sambil memejamkan mata,

Faham bahwa diriku sedang di landa kerinduan, mas Hendra langsung mengusap kepalaku, ia memberikan kecupan di dahiku sebagai bukti rasa cintanya padaku, ia juga mengusap punggungku yang membuatku semakin nyaman berada dalam pelukannya,

“ohh iya abi punya sesuatu lohh buat umiku yang cantik jelita” ucapnya membuatku penasaran,

“wahhh beneran ? apa itu?” tanyaku antusias,

“tapi umi harus tutup mata dulu dong biar surprise” ucapnya,

“iihhhh nyebelin, udah nihhh terus apa?” ucapku menutupnya dengan kedua tanganku,

Seketika ada sentuhan yang kurasakan di bibirku, ketika aku membuka mata, ia telah mencumbuiku dengan penuh kelembutan, akupun jadi malu dan memberikan pukulan sayang kepadanya,

“imutt banget sih, tadi sebenarnya cuma hadiah selingan aja kok, ini hadiah utamanya, tarraaaa” ucapnya ,

“WAhhhhhhh esss kriimmmmmm” , aku memang menyukai es krim sejak dulu, bahkan orang tuaku sempat memarahiku karena seringnya aku memakan es krim, khawatir kalau gigiku ompong katanya , hihihi,

“makasih abiiii yang paling ganteng” pujiku kepadanya,

Seketika mas Hendra pun tersenyum malu ketika dipuji olehku,

“Tapi biii, umi lebih suka hadiah selingannya loh daripada hadiah utamanya” ucapku menggodanya,

“ohh mau lagi ? kalau itu abi bisa memberikannya kapanpun dan dimanapun loh, mau coba ?” ucapnya menantangku,

“Gakkk mauuuuuu” ucapku sambil tertawa,

“ishhh nyebelin, cium jjuga nihhh” ucapnya sambil memanyunkan bibirnya,

“kabuurrrrrrrr”,

Selayaknya anak kecil, kami bermain kejar – kejaran di sore hari, tak peduli dengan kumis yang tumbuh di wajahnya atau besarnya payudara yang kumiliki, kami saling berlarian tak peduli dengan tanda kedewasaan yang kami miliki, berkali – kali aku sempat menghindarinya ketika ia hendak menangkapku, aku cukup lincah atau memang ia sengaja agar tak langsung menangkapku?

Tawa dan canda kembali terpancar dalam wajahku, hatiku sedang berbunga – bunga, akhirnya setelah sekian lama , aku kembali bertemu dengan seorang pangeran yang telah mencuri hatiku,

“eiitssss kenaaa” ucapnya ketika menangkapku, seketika ia langsung memberikan tinjuan bibir yang cukup banyak ke arah wajahku,

“ihhh abii, tuh kan jadi luntur make-up nya” ucapku,

“biarin, kan emang tugas seorang suami untuk membersihkan dandanan seorang istri” jawabnya yang membuatku tersenyum

Mas Hendra pun membawaku ke sofa dan menidurkanku diatas pangkuannya, lagi – lagi bibirku di cumbui olehnya, aku memejamkan mata menikmati sentuhan dari suamiku, lidah kami saling bertemu dan bibir kami saling bertubrukan, ia menyentuh pipiku yang lembut dan membuatku tersenyum manis kepadanya,

Tidak seperti orang – orang yang matanya jelalatan ingin menikmati tubuhku, mas Hendra berbeda, ia lebih berkonsentrasi pada wajahku dan menatap pandanganku, hal itu membuatku merasa malu karena menatap wajah tampan sepertinya, ia berbeda, ia bukan lelaki yang dipenuhi oleh nafsu, padahal ia bisa saja langsung menelanjangiku dan langsung menyetubuhiku, terlebih aku sudah bersiap – siap untuk itu, tapi ia lebih ingin untuk menuangkan segala cintanya melalui tatapannya ke mataku,

“malam ini kita buat dedek yuk” bisiknya padaku,

“yukkkkk” jawabku malu – malu


***

Tak terasa waktu yang kami jalani begitu cepat, kehadiran mas Hendra menjadi penyebabnya, aku merasa lebih muda ketika bersamanya, semua karena canda dan tawa yang kulakukan bersamanya, tiada detik yang terlewat kecuali kami telah menggunakannya untuk bersenda gurau,

Kini sudah memasuki jam makan malam, dengan penuh perhatian aku menyendokan nasi ke piring suamiku , seperti yang kukatakan sebelumnya, sepiring balado telur serta tempe goreng sudah terhidang di meja makan demi menyambut kehadiran suamiku ini,

Tanpa sepengetahuanku, mas Hendra selalu menatapku , ia memandangiku dengan penuh kekaguman, matanya berbinar menatap wajahku ketika sedang mengambil nasi di magic-jar , perlahan tatapannya mulai turun memandangi dadaku yang masih terbalut daster longgar berdada rendah menampilkan belahanku, rambutku yang sebahu kuikat kebelakang sehingga leher jenjangku terlihat olehnya,

‘beruntungnya diriku bisa memiliki istri secantik dirimu sayang’ batin mas Hendra, tak terasa ada sesuatu yang mencuat di balik celananya,

Kami mulai menyantap makan malam kami secara bersama, terkadang kami berhenti untuk mengobrolkan sesuatu yang tak begitu penting, terkadang mas Hendra menyuapiku dengan sendoknya, begitupula sebaliknya, aku menyuapinya dengan bekas sendokku, tawa dan senyum kembali mengiringi makan malam kami,

Namun ketika sedang asyik bermesraan, tak sadar mas Hendra memberikan banyak sambal di sendoknya, ketika aku memakannya, aku pun kepedesan yang membuatku langsung meminum segelas air yang berada di dekat piringku,

“hahahaha, imut banget sih sayang , ekspresinya” ucapnya tertawa melihatku kepedesan,

“hihhhhhh, orang lagi mesra – mesranya malah dikerjain” ucapku kesal,

“maaf sayang, tadi cuma becanda kok” ucapnya sambil tersenyum,

“bodoo” ucapku cemberut,

Sebenarnya aku sudah luluh dengan permintaan maaf yang disertai senyumannya, namun aku merasa gengsi untuk memaafkannya begitu saja, harus ada cara lain yang ia lakukan untuk membuatku benar – benar tersenyum,

“ehh tunggu sebentar” ucapnya,

Seketika ia mengambil tisu yang ada diatas meja dan perlahan mendekati wajahku, aku tersenyum malu ketika tisunya ia sentuhkan ke sekitar bibirku,

“duhh duhh, bayi gede, udah gede makannya masih belepotan aja” ucapnya,

“bersihin” pintaku manja,

Kamipun kembali tersenyum dan menyelesaikan santapan malam dengan penuh kebahagiaan, ketika aku sedang beres – beres, mas Hendra mendatangiku,

“siapp untuk nanti malam sayang” ucapnya sambil mengalungkan lengannya di pinggangku,

“siappp dong, Cuma gitu doang kan” ucapku tersenyum,

“iya gitu doang kok, pakai gamis terbaik yah, abi ingin liat istri cantikku yang alim berada di ranjang” godanya sambil mencumbui bibirku,

“siapp boss semua bisa diatur” jawabku sambil bercanda,


***

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam,

Aku sedang merapikan hijabku di depan meja rias, selayaknya pengantin baru, jantungku berdebar dengan kencang menantikan kedatangan mas Hendra untuk masuk ke dalam kamar pribadi kami, maklum walau status kami sudah menjadi suami istri, tapi kami jarang menghabiskan waktu bersama, apalagi dalam urusan ranjang, walau begitu mas Hendra orangnya romantis, ia juga tampan, wanita mana sih yang gak mau menjadi istri mas Hendra kalau begitu ?


6.jpg

Sebenarnya malam ini aku ingin mengenakan hijab pink favoritku, namun akibat pak manto kemarin, hijabku menjadi kotor sehingga aku mengenakan dress serba cerah, tak lupa aku menggunakan lip gloss agar mas Hendra betah ketika mencumbuiku, ku tatap wajahku sejenak di cermin dan aku merasa siap untuk menggodanya malam ini,

“Ngomong – ngomong ……..” ucapku lirih,

Aku membuka layar hpku dan tertulis nama seseorang dalam kontak WA ku,

“kenapa aku menyimpan nomornya yah? Aku bimbang sebenarnya” ucapku bingung,

Sebenarnya aku ingin hidup normal bersama suamiku, aku ingin menjadi wanita pada umumnya yang sering menghabiskan waktu bersamanya, pasti wajahku akan dipenuhi oleh senyum kebahagiaan, tapi bayangan pak manto selalu menghantuiku, aku berulang kali terfikirkan olehnya,

apa sih keistimewaannya pak manto dari mas Hendra ?’ batinku bertanya - tanya,

“cekrekk” pintu telah terbuka dan sesosok pria tampan telah memasuki kamar pribadiku,

Kulihat dari cermin senyumnya merekah ketika menatapku, ia seperti takjub dan mendatangiku secara perlahan, walau mata kami tak memandang secara langsung, tapi aku bisa melihat semuanya dari cermin ini,

Ia mendatangiku dan merangkulkan lengannya di leherku, aku tersenyum malu sambil memegang jemarinya yang berada di depan dadaku, seketika ia mengajakku bangkit dan membawaku ke tepi tempat tidur,

“umi cantik banget malam ini” pujinya yang membuatku meleleh,

“makasihhh” jawabku malu – malu,

Perlahan bibirnya semakin mendatangiku, akupun memejamkan mata, kurasa bibirnya mulai bersentuhan dengan bibirku, akupun merangkulkan lenganku ke lehernya dengan manja, kami berciuman, kami bercumbuan dengan penuh kenikmatan,

Kurasakan bibirnya mulai memagut bibirku, lidahnya pun aktif untuk masuk ke dalam mulutku, tak terasa liurku sampai tumpah ke lantai karena nikmatnya percumbuan kami,

“uhhmmmm ehhhmmmm” desah kami berdua,

Ruangan kamipun dipenuhi oleh suara desahan kami, desahan yang dipenuhi oleh hawa nafsu, nafsu untuk melampiaskan syahwat yang sudah lama kami pendam, aku penasaran bagaimana bentuk penisnya saat ini ? saking lamanya kami tak bertemu aku sampai lupa dengan ukurannya,

Selayaknya anak kecil yang manja, kini aku duduk dipangkuan mas Hendra yang berada di tepi ranjang, bibir kami masih bercumbuan dan mas Hendra sudah aktif untuk memainkan payudaraku yang masih bersembunyi dibalik gamisku,

“ehmmm kok rasanya makin gede nih mi” pujinya pada payudaraku,

“ehhmmm gak tau bii, mungkin kangen sama belaian abi” godaku padanya,

Mas Hendra semakin bernafsu, kini jemarinya semakin aktif dalam meremasi payudaraku, bibirnya juga tak melulu mengincar mulutku, sesekali ia mencumbui pipiku dan bahkan keningku,

Ia mulai menidurkanku diranjang, mas Hendra mulai melepaskan satu persatu kancing kemejanya sendiri, dari posisi ini aku mampu melihat pose sexy suamiku dengan dada yang terbuka, tapi entah kenapa aku sedikit kecewa, terlebih Ketika ia melucuti semua pakaiannya sehingga penisnya pun terlihat,

‘entah kenapa semuanya berbeda jauh dari pak manto’ batinku,

Namun aku menyembunyikan semua kekecewaanku, aku tak ingin membuatnya bersedih, kulihat dadanya tak sebidang pak manto, penisnya tak sebesar pak manto, remasannya tak senikmat pak manto, percumbuannya tak seliar pak manto, kenapa pak manto selalu jadi patokan bagiku sih? Aku semakin heran dengan diriku, padahal seseorang didepanku ini merupakan suamiku yang lebih pantas untuk kukagumi daripada orang lain,

Ia mulai menindihiku, jemari kami saling merekat dan bibirnya Kembali bernafsu mencumbuiku, kurasakan giginya menggigit pelan bibirku, Ketika ia menemukan lidahku, ia langsung mengulumnya selayaknya anak kecil yang menemukan permen kesukaannya,

“ahhhhhhhh sayangggg” desah mas Hendra menikmatiku,

Sekarang jemarinya mulai mencari resleting di punggungku, ia sudah sangat bernafsu untuk melumatku seutuhnya, tatkala gamisku copot, tubuhku yang masih tertutup bra dan celana dalamku terungkap, tentu aku mengenakannya karena tak ingin suamiku curiga, terlihat suamiku sangat senang mampu melihat isi dalamanku lagi setelah sekian lama,

“indah sekali mi tubuhmu ini” pujinya,

“ini semua untukmu mas” godaku sambil tersenyum,

Seketika itu jemarinya langsung meremasi payudaraku, ia melepas braku dan mulai mengulum putingku dengan penuh nafsu, akupun merinding merasakan gelinya lidah yang bermain di putingku, terlebih caranya dalam memainkan payudaraku membuatku gelisah, geli – geli basah dibuatnya.

Ku akui mas Hendra memang tak terlalu mengecewakan, ia mampu membuat birahiku naik, terlebih ketampanannya membuatku bernafsu untuk terus dinikmati olehnya, tatkala celana dalamku terlepas, ia langsung mengobok – ngobok vaginaku dengan jemarinya,

“Ahhhhhhhhhh masssss” desahku mengejang,

Puting dan vagina memang selalu menjadi titik rangsangku, aku mudah sekali terangsang apabila ada yang bermain di puting ku dan membelah vaginaku, vaginaku semakin basah dibuatnya membuatku harus menggigit bibirku untuk mengekspresikan semuanya,

“wahhh udah basah banget nih umi, udah terangsang yahh” ucapnya,

Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya dan memang benar aku tak berbohong, aku terangsang oleh permainan suamiku sendiri, kulihat ia mulai mendekatkan penisnya ke arah vaginaku, akupun bersiap – siap, kurasakan sedikit demi sedikit penis itu mulai menembus vaginaku, aku memejamkan mata menikmati setiap proses penetrasi ini,

Tak sadar mulutku terbuka, tanpa sepengetahuanku , mas Hendra tersenyum melihat ekpsresi binalku ini, sepertinya penis itu sudah masuk semuanya ke dalam vaginaku, ini aneh ? entah kenapa sensasinya begitu berbeda, sangat berbeda dari apa yang akhir akhir ini singgah ke dalam vaginaku,

Mas Hendra tersenyum sambil menatapku, akupun membalas senyumannya dan mata kami saling menatap satu sama lain dalam sekian detik, tangannya mulai mendarat diatas payudaraku, aku semakin tersenyum dan aku berusaha untuk menikmati semuanya,

“ahhhh ahhmmmmm ahhhhhh” desahku memejamkan mata ketika pinggulnya mulai bergerak untuk mengaduk vaginaku,

“heeemmmmmm, ehhmmmmmm iiyyyahhhhhhh” perpaduan yang sangat sempurna, aku merasakan penisnya menggesek dinding vaginaku secara perlahan, disamping itu remasannya mampu memacu darahku untuk mengalir keseluruh tubuhku,

Aku tersenyum, akhirnya aku mulai merasakan kenikmatan itu, kenikmatan yang seharusnya kuraih dengan suamiku seorang,

“ennaakkk sayanggg ?” tanyanya disela – sela menyutubuhiku,

“he’eemm” jawabku dengan sedikit mendesah,

Nafasku mulai berat, aku menikmati semuanya, perlahan mas Hendra mulai mempercepat ritmenya, payudaraku semakin bergoyang kesana – kemari, entah kenapa aku seperti merasakan gatal di payudaraku, aku ingin meremasnya sendiri, aku,, aku,,, ahhhhhhhhh ………

Hendra terkejut melihatku seperti ini, baru pertama kali ia melihatku meremas payudaraku sendiri, aku sudah sangat bernafsu, aku begitu merasakan kenikmatan yang selama ini jarang kuperoleh darinya,

“nakal banget kamu sayang, bikin aku bersemangat aja” ucap mas Hendra semakin bernafsu,

Aku semakin merasakan kenikmatan yang tidak terkira, sodokannya dipenisku semakin terasa, mungkin tak buruk juga aku dipertemukan dengan pak manto sehingga aku bisa belajar beberapa gaya darinya,

Seketika lisanku berbicara dengan sendirinya, aku terkejut dengan apa yang kuucap ini,

“bii, ganti gaya yuk” ucapku menggodanya,

Tanpa tanya alasannya, mas Hendra langsung menyetujuinya, ia berbaring diatas Ranjang sedangkan aku yang masih tertutup hijabku mulai naik keatas tubuhnya dan memasukan penisnya yang sudah berdiri tegak ke dalam lubang kenikmatanku,

Aku yang sudah dipenuhi hawa nafsu mulai menggerakan pinggulku sendiri naik turun memompa penisnya, terlihat mas Hendra begitu keenakan merasakan service ku, aku terlalu bersemangat dalam posisi woman on top sehingga payudara indahku semakin berdansa dengan penuh gairah,

“ahhhhh umiiiii, umii kok makin binal sihhhh , ahhhhh” puji mas Hendra kewalahan menghadapi sisi liarku,

“ahhhhhh, iya abiiiii, umii,,, umiii,,, kangenn abi, ini hukuman buat abi karena sering ninggalin umi” desahku menggodanya,

Mas Hendra menatapku dengan tatapan liar, matanya seperti terhipnotis melihat guncangan payudaraku ini, akibatnya ia juga tak tahan untuk menggerakan pinggulnya, jadilah kami berdua saling memacu pinggul kami sehingga penisnya semakin menusuk jauh ke dalam

“Ahhhhh abiiii, ehhmmmmmm” aku semakin terangsang olehnya, ya inilah yang seharusnya ku lakukan, bercinta dengan seorang pria yang kucinta, bukan dengan orang lain,

Mas Hendra memintaku untuk berganti gaya lagi, kini aku dalam posisi menungging diatas ranjangku dan suamiku berada dibelakangku untuk menikmatiku dari sisi belakang,

“ehhmmmmm abiiiiiiii, uuhhhhhhhh” desahku ketika penisnya kembali memasukiku,

Aku langsung digempur habis – habisan olehnya, ia langsung memacu pinggulnya dengan cepat, berulang kali tubuhku terdorong ke depan dengan begitu nikmat, akupun tak menahan diriku untuk tidak mendesah,

“Ahhhhhhhm ahhhhhh ahhhhhhh abbbiiiiiii” desahku bertubi – tubi mendapatkan kenikmatan darinya,

Tangannya memegangi bongkahan pantatku, ia meremasinya dan memainkannya sambil menusuk vaginaku, aku begitu lemas dibuatnya, aku tak tahan lagi untuk mendapatkan orgasme ku malam ini, tubuhku terguncang dan aku menggerakan pinggulku agar penisnya semakin menusuk ke dalam, aku menunduk tanganku begitu lemas tak mampu menumpu tubuhku yang semakin binal ini,

Aku ingin mendapatkan orgasme darinya, aku ingin mendapatkan seluruh cintanya, aku ingin memuaskan tubuhku melalui penisnya,

“ahhhh abiiiiii, sedikit lagiii, ahhhh ahhhhh” desahku tak kuasa kutahan,

Aku mengulum jariku, menahan suaraku agar tak terdengar hingga keluar rumah, aku begitu tak kuat menahannya lagi, akuu, akuu, ini , ……..

“Ahhhhhhh, ahhhhhhhhhhhhhhh legaannyyaaaaa” desah mas Hendra ,

Kurasakan cairan spermanya mulai menyemprot ke dalam vaginaku, vaginaku telah terisi penuh oleh spermanya, akan tetapi, bagaimana denganku ?

Aku berusaha menggerakan pinggulku untuk memacunya kembali, sayangnya semuanya telah berbeda, aku tak merasakan kenikmatan lagi dari penisnya yang mulai menyusut, kulihat mas Hendra mulai melepaskan penisnya dari vaginaku, aku kecewa, aku hampir mendapatkan orgasme darinya, namun ia meninggalkanku ketika aku hampir meraihnya,

Akupun terbaring diatas ranjang, mas Hendra yang tak tahu tentang rasa kekecewaanku mulai mencium perutku sambil berkata,

“semoga jadi dedek bayi yah” ucapnya,

Aku berusaha tuk tersenyum, ini mengecewakan, ini tak mungkin terjadi, aku begitu kesal dengannya untuk pertama kali soal urusan ranjang,

‘aku hampir mendapatkannya loh mas’ batinku sedih,

Mas Hendra keluar ruangan dan kembali sambil membawakan segelas air dingin, ia pun meminta izin untuk tidur duluan karena dirinya masih lelah setelah melakukan perjalanan tadi, akupun mencoba memahami, mungkin karena ia lelah juga,

“yaudah mas, istirahat dulu yah, aku mau ke kamar mandi dulu” ucapku,

“lohh mau langsung bersih – bersih?” tanyanya padaku,

“hehe , gak nyaman juga kalau ada sesuatu di dalam” ucapku memberikan alasan,

“yaudah kalau gitu, terima kasih yah untuk semuanya” ucapnya memberikan senyum padaku,

Sekilas senyumnya mampu mengobati kekecewaanku, toh emang mas Hendra lagi capek, susah untuk memuaskanku yang lagi on karenanya, tapi tubuhku berkata lain,

Aku langsung mengambil cardigan di lemariku dan mengenakannya tanpa dalaman apapun, tanpa sepengetahuan suamiku, aku mengambil HP ku dan menuju ke kamar mandi untuk mengambil dildo yang selama ini ku sembunyikan darinya,

Aku menyembunyikannya diam – diam untuk aksi nakalku dan apabila suamiku tak mampu memuaskanku, “Ahhhhhh, ahhhhhhhhh” aku menggunakannya diam – diam didalam kamar mandi untuk memuaskan nafsuku yang tertunda,

Payudaraku kembali mengeras dan nafsuku semakin bangkit, putingku juga semakin tegak karena kenikmatan yang kurasakan ini, entah darimana ide ini berasal tiba tiba aku memotret tubuhku yang sedang terangsang ini,

“ahhhhh, ahhhhh, ahhhhhhhhhhhh” akhirnya aku mendapatkan orgasmeku juga,

Tubuhku sangat lelah dibuatnya, sesekali tubuhku mengejang merasakan sisa orgasmeku, Ketika aku melihat layar hpku, aku terkejut, rupanya aku tak sekedar memoto tubuhku menggunakan aplikasi kamera, tapi aku memotonya menggunakan kamera yang ada di aplikasi Wa ku dan mengirimnya ke seseorang,


“astaga !!! warnya udah berubah jadi biru !” ujarku panik,

~To be Continued,
 
Terakhir diubah:
Makasih suhu...kirain garis biru apaan...mmhh... serba double ....sehat selalu ya...
 
Makasih updatenya om @Doyan_Akhwat

lemes abis itu firda, pertama kalinya ama 3 orang, nasib maya kayaknya ngga jauh beda
Dukun nih sok bisa ngeramal nasib maya haha
Makasih suhu...kirain garis biru apaan...mmhh... serba double ....sehat selalu ya...
Hehe drpd centang biru gak keren jadinya haha
Hmmm lanjut fir

Itu ada sopiler maya, siapa ya?
Tunggu episode selanjutnya :beer:
semoga ada umminya juga...
Lahh ummi siapa lagi?
Btw ngirim foto ke siapa tuh?
Pasti di kirim.ke pak manto
Kepo yah, apa perlu ana kasih mulustrasinya?

Terima kasih yang udah mampir dan membaca di thread ini, jangan lupa untuk meninggalkan komentar yah agar thread makin rame dan TS bersemangat untuk update chapter selanjutnya, good night all semoga mimpiin Firda yah:rose:
 
Maya bikin penasaran, jelasin detail suhu knp si Maya gitu, pasti ada flashbacknya to? Hehehe
 
Chapter 2


Kini di usiaku yang ke-26 aku masih menjaga tubuhku dengan baik, aku sering kali berolahraga dan bepergian bersama sahabatku maya, ya walau hanya akhir pekan saja mengingat maya masih bekerja di divisi HRD di perusahaan suamiku, namun akhir-akhir ini aku tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya, ia jadi jarang bercerita tentang kesehariannya, ia seringkali melamun seolah ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku,

Ya mungkin saja itu perasaan berat yang pernah aku rasakan sebelum dinikahi oleh mas Hendra, karena sulit bagi wanita untuk hidup bersama seseorang yang baru dikenalnya dan meninggalkan orang tua yang sudah lama bersamanya, sekitar beberapa bulan lagi maya akan melangsungkan pernikahannya dengan sesosok pria tampan nan alim lulusan pesantren, agak iri juga maya bisa mendapatkan hati seorang lelaki yang tampan seperti calonnya,

~To be continued

Gak sabar pingin tahu kenapa si Maya galau, apakah karena mau nikah atau ada sesuatu yg lain di HRD

Kalau masalah diblackmail gara2 merugikan perusahaan harusnya Maya di Keuangan, laaa ini dia di HRD, jadi bikin penasaran

Apakah perawan Maya harus direbut orang lain justru menjelang dia menikah dan seharusnya menyerahkan perawannya ke suaminya yg bikin si firda saja sampai iri, atau memang Maya sudah binal sejak kuliah dulu hehehe

Berharap semoga proses penaklukan si Maya tidak segampang si firda, kalau firda ketagihan gara2 kurang belaian, laaa maya kan blm pernah dibelai gak asyik kalau tiba2 binal hehehe
 
Bimabet
Chapter 5

Gara – gara mang Dedi


Aku terkejut dengan notif hpku yang berbunyi, rupanya ada pesan masuk dari maya, dia sahabatku bahkan dia yang paling dekat denganku diantara kelompok geng kami, menurut orang – orang kami berdua lah yang paling cantik di kampus pada zamannya, aku tertawa mengingat banyaknya pesan rahasia yang dikirimkan ke kami baik itu dari kakak kelas ataupun teman seangkatan, terutama untuk maya.

Maya merupakan mahasiswi aktif dengan banyaknya organisasi yang ia ikuti, bahkan ia pernah menjadi pemenang ‘miss kampus’ ketika berpasangan dengan andi, salah satu teman sekelasku, andi juga pernah menyatakan cintanya pada maya namun diluar dugaan maya menolaknya, ia tak ingin memiliki suatu ikatan dulu dan kini andi telah menikah dengan wanita lain yang tak kalah cantik.



~To Be Continued,

Apakah ini Andi suami Lidya di Serial Ranjang Yang Ternodanya suhu Pujangga Binal? Apakah hanya jadi Cameo atau bakal ada side Storynya?

Kalau iya wahhh bakal ada side story-nya si Lidya dong disini dan kans itu ada karna juga ada Liya dan Mang Dedi hehehe, tapi Lidya kan gak pakai Hijab, hmmnn sepertinya tidak mungkin deh, hanya suhu @Doyan_Akhwat yang tahu hohoho
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd