Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Maaf, Aku tak sealim penampilanku (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Baru mau ane tanya, ternyata udah ada yg duluan wkwk.
Soalnya agak janggal, chapter 1 Firda sama OB, tp awal chapter 2 yg eksib malam hari, ternyata itu chapter 0 yg gagal up ya hu.
Ga masalah, yg penting Firda gaspolll wkwk
 
Baru mau ane tanya, ternyata udah ada yg duluan wkwk.
Soalnya agak janggal, chapter 1 Firda sama OB, tp awal chapter 2 yg eksib malam hari, ternyata itu chapter 0 yg gagal up ya hu.
Ga masalah, yg penting Firda gaspolll wkwk
wahh sepertinya suhu harus lebih fokus lagi, chapter 1 dengan OB itu seperti kisah flashback firda, baru di ending chapter 1 ibarat tangga menuju chapter 2, dimana penyesalan mulai terjadi karena kejadian dimalam sebelumnya hehe, fokus dengan tanda '***' karena kita pasti akan sering bertemu dengan tanda itu sebagai tanda bahwa scene telah berganti. :eek:
 
Sebelum masuk ke cerita,
Ane ingin meminta izin dulu ke suhu @zu1saja untuk meminjam tokoh utama dalam sebuah mahakarya yang telah beliau buat,
Sebuah tokoh dari kisah yang telah melegenda di dunia perjilbaban,
Walau cerita ini masih tergolong baru namun cerita tersebut berhasil merenggut hati para pembaca,

Sebuah tokoh utama dari cerita yang berjudul "Tukang yang Menukangi"


Chapter 3

Keputusanku

4 hari telah berlalu semenjak kejadianku dengan pak manto terjadi, selama 4 hari itu aku tak pernah memberinya bekal makanan lagi, aku masih khawatir apabila aku menemuinya, ia akan kembali melakukan sesuatu yang tidak - tidak pada diriku ini.

***

Aku masih bimbang, selama 4 hari ini aku masih ragu untuk menentukan keputusanku untuk menghubunginya atau tidak, ia merupakan teman satu pengajianku, bagiku ia merupakan sosok yang dewasa dan pengertian, ia juga memiliki paras yang cantik dan memiliki satu orang putri yang lucu.

"Pasti suaminya sangat beruntung bisa memiliki istri cantik dan bisa memberinya keturunan yang menggemaskan" gumamku sambil memandangi dp WA nya,

Ia bernama Liya, aku memanggilnya mbak liya karena dia lebih tua dariku, ia juga sudah kuanggap sebagai seorang kakak, begitupula sebaliknya ia telah menganggapku sebagai adiknya, masalahnya aku masih belum berani untuk menceritakan masalahku ini, aku malu, aku juga khawatir apabila ia mengetahui diriku yang sebenarnya, justru ia akan membuat jarak antara diriku dan dirinya,

Tapi kalau dibiarkan saja bisa - bisa obsesiku bangkit lagi, aku khawatir kalau aku akan semakin menghianati kepercayaan suamiku, terlebih aku masih labil dengan diriku ini, aku tak ingin berpisah dengannya, walau kami jarang bertemu, hatiku ingin selalu bersama dengannya, dimanapun dan kapanpun.

"lebih baik janjian dulu aja ah" ucapku,

***

"hallooo mbakkk, Assalamu'alaikum" ucapku memberikan salam,

"Walaikumsalam ehh dek Firda, ada apa?" jawabnya,

kami mengobrol panjang lebar, bahkan melenceng jauh dari tujuan awalku tuk menghubunginya, walau begitu aku jadi merasa tak kesepian lagi karena memiliki seseorang untuk ku ajak berbincang,

"iyya deh dek, aku tunggu yah jam 10 nanti" ucap liya,

"iya mbak, Terima kasih" jawabku dengan senang hati,

Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 9 pagi, berarti tadi aku sudah berbincang selama sejam lebih dong, kok cepet banget yah?


Aku segera menuju kamar mandi, ku buka pakaianku dan segera kubersihkan tubuhku yang kotor ini, airpun meluncur dari guyuran shower yang membasahi tubuhku, kurasakan kesegaran yang menyejukan, tak terasa akupun bersenandung untuk menikmati momen ini,

Ketika diriku mengambil shampo untuk membersihkan rambutku, tak sengaja aku memandangi cermin, terlihat diriku yang sedang mengusap kepala bagian belakang membuat payudaraku terdorong maju ke depan,

"indahnya tubuhku" ucapku sambil tersenyum nakal

Bagaimana yah apabila pak manto tiba – tiba mendatangiku dan kembali meremasi payudaraku ini ?

"ehmmmmm" masih teringat dalam benakku bagaimana remasan yang ia berikan pada tubuhku ini, aku juga masih teringat bagaimana cumbuan yang ia berikan pada pundakku,

Tak sadar aku menggigit bibir bawahku, tanganku mulai liar menggerayangi payudaraku sendiri, sementara kakiku kurapatkan dan menggesek nya,

"ouuhhhhhh" desah ku dibawah guyuran shower,

'ada apa dengan tubuhku ini, kenapa tiba - tiba aku menjadi terangsang?' batinku,

Seketika aku melihat dildo yang sering ku gunakan untuk aksi nakalku ketika mas Hendra tidak di rumah, terlihat dildo berwarna hitam itu sangat besar, kuat dan tak pernah lemas.

Aku mengambilnya dan memasukannya ke dalam vaginaku yang sempit ini, entah mengapa bentuknya sangat mirip dengan milik pak manto,.

"ahhhh pakk mantooo, ahhhhhhh" desah ku tiap kali dildo bergerak menggesek dinding vaginaku,

"ouhhh ada apa dengan diriku ini sihhhh, ehhmmmmmmm" desahku sambil meremasi payudaraku,

"ahhhh pakk mantooo, ahhh, ahhhhhh ahhhhhhh" aku menggerakan dildoku semakin cepat,

Mataku terpejam membayangkan bagaimana cumbuan yang ia berikan di bibir manisku, aku menjulurkan lidah, membayangkannya menyeruput lidahku ini,

"ehhmmmmmmm, pakk mantooo, kekar sekali tubuhmuu uhhmmmmm" desahku,

Ingin sekali diriku meraba dadanya yang bidang, ingin sekali diriku bersandar di perutnya yang sixpack, inginku merasakan pelukannya lagi,

Kurapatkan kakiku dengan dildo yang masih menancap di vaginaku, aku memeluk tubuhku sendiri, ku remasi payudaraku dengan sangat kuat,

"ahhhh pakkk, nikmati tubuhku lagi, aku butuh dekapanmu" desah ku,

Ku taruh dildoku di lantai kamar mandi, aku pun berjongkok di atasnya, ku rasakan perlahan dildo itu mulai menembus vaginaku ini,

"ouuhhhhh besarnyaaa" desahku,

Aku mulai menaik turunkan tubuhku diatasnya, payudaraku mulai bergerak naik turun, aku memejamkan mata menikmati semua sensasi ini,

Aku semakin melebarkan kakiku, aku bertumpu pada lantai kamar mandi, aku semakin cepat dalam memasukan dildo tersebut di dalam vaginaku,

"astaga ini tak dapat kuhentikan, ahhh ahhhhh" desahku semakin nikmat,

Lelah dalam posisi tersebut membuatku berganti posisi, kini aku terduduk menyender pada dinding kamar mandiku, ku lebarkan kakiku selebar - lebarnya, ku ambil dildoku dan memasukannya ke vaginaku dengan cepat,

"ahhhhhh ahhhhhhhh ahhhhhhh pakkk mantooo pelann" desahku,

Membayangkan bagaimana tubuh kekarnya memacu tubuhku semakin membuatku terangsang saja, aku tak mampu membayangkan bagaimana kulit ku yang kontras dengannya bisa bersatu,

"ahhhhh pakkk , ahhhhh pakk mantoooooo" nafasku semakin berat, aku tak sanggup menahannya lagi, kurasakan payudaraku semakin keras dan putingku semakin tegak,

"ahhhh ahh pakkk, kiyaahhhhhhhhhh"

Ku cabut dildo dari dalam vaginaku, aku pun mendapatkan orgasme yang sangat nikmat, memang tak senikmat apa yang telah pak manto berikan 4 hari yang lalu, tapi orgasme kali ini lebih nikmat daripada biasanya, apakah karena faktor pak manto?

"ini gilllaaaaaaa" ucapku ketika melihat semburan yang begitu hebat keluar dari vaginaku,

Aku terengah - engah, rasa kantuk mulai melanda, namun aku menahannya. aku mulai bangkit dari posisiku sebelumnya, aku mulai tersadar,

"ehmmmmmm" desah ku ketika sisa sisa orgasme keluar dari vaginaku dikala ku berdiri,

"astaga ini memalukan" ucapku menyesali perbuatan yang telah kulakukan,

bagaimana bisa diriku bermasturbasi sambil membayangkan lelaki lain yang bukan mahromku, mana ku melakukannya di kamar mandi lagi, mungkin setan - setan di kamar mandi telah menertawai aksi ku barusan,

"menyebalkan" ucapku kesal,

Namun anehnya, kenapa aku tak merasakan penyesalan seperti yang sudah - sudah, apa aku sudah segila ini?

***

Kini aku sudah berpakaian rapih mengenakan gamis cerah berwarna biru, tema yang ku ambil kali ini memang biru langit, membuat pakaian yang ku kenakan dari hijab hingga sepatu berwarna biru,

Ketika ku membuka pintu, tak sadar pandanganku langsung mengarah ke arah kanan tempat dimana rumah pak manto berada,

'astaga, kenapa aku jadi seperti ini sih' batinku meredam,

Aku segera pergi secepatnya menuju rumah mbak liya, beruntung jalan untuk menuju rumahnya tak melewati rumah pak manto, sehingga membuatku tak kepikiran olehnya lagi,

Dalam perjalanan ke rumahnya, diriku seperti bertanya - tanya, kenapa diriku bisa menjadi seperti ini, seketika bayangan tubuhnya yang kekar kembali terlintas di benakku, tubuhnya yang kekar dengan penis yang diarahkan tepat di wajahku,

"plakk plaakkk" aku menampar kedua pipiku sendiri,

'sadar Firda, sadar, tubuhmu hanya milik mas Hendra seorang' batinku,

Seketika diriku melihat bu susi melintas dari arah yang berseberangan,

"cantik amat mbak Firdaku ini, mau kemana?" tanyanya tersenyum,

"hehe makasih bu, mau ke rumah mbak liya" jawabku ramah,

"ohh mbak liya istrinya pak hadi yang baru pindah itu yah?" tanyanya,

"iyya bu betul" memang mbak liya bukan warga asli sini, dirinya baru menetap sekitar 7 bulan yang lalu,

"oh yah ibu sendiri dari mana? " tanyaku,

"ini mbak abis beli bubur ayam, aneh banget si mang dedi gak jualan, apa sakit yah? " tanyanya,

'ehh iya juga yah, hari ini aku tak mendengar suaranya, seingatku pagi tadi aku hanya sarapan mie instan saja' batinku,

"wahh kurang tau yah bu, semoga aja sehat selalu" doaku,

"amiinnn" jawab bu susi,

aku kembali melanjutkan perjalananku tuk menuju rumahnya, tak berselang lama aku sampai di rumahnya, memang rumahnya cukup jauh dari rumahku, mungkin sekitar 15 menit berjalan kaki, walau melelahkan tapi aku lebih suka berjalan daripada berkendaraan karena bisa menyapa orang orang yang ku temui di jalanan,

"lohhh kok?" ucapku terkejut ketika melihat sesuatu yang tak asing di depan rumahnya,

"apa jangan - jangan?" aku pun curiga, tapi untuk apa ia memarkirkannya di depan rumah mbak liya?

Namun aku tak memperdulikan soal itu, aku langsung menuju pintu rumahnya untuk mengetuknya, namun sebelum aku mengetuk pintu terdengar suara yang cukup mencurigakan dari dalam,

"massss hentikannn, sebentar lagi akan ada temanku yang mau datang ke sini" terdengar suara seorang wanita dari dalam, apakah itu mbak liya?

"biarlah dekk, memangnya kenapa?, aku ingin memilikimu hari ini" ucap seorang pria yang memiliki suara tak asing bagiku

'loh suara ini? tidak mungkin' aku segera menuju ke jendela untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di dalam,

"uhhmmmm ehhhmmmmm uuhhmmmmm" terdengar ada suara 2 insan yang saling bercumbu,

'astaga apa yang sebenarnya terjadi? apakah mang dedi memperkosa mbak liya?' batinku khawatir,

Namun dari gerak geriknya tak ada unsur pemaksaan, mbak liya seperti menikmati tiap cumbuan yang mang dedi berikan padanya,


Terlihat mbak liya sangat cantik dengan kemeja yang ia kenakan serta kacamata dan hijab yang melekat di wajahnya, bagaimana bisa ia mau dilecehkan oleh seseorang yang berpakaian lusuh seperti mang dedi,

Tangan mang dedi sangat bernafsu untuk meremasi payudara liya, remasannya sangat kuat hingga membuat mbak liya berulang kali mendesah dengan begitu nikmat,

'sementara diriku masih mematung menyaksikan apa yang mereka berdua lakukan, tak kusangka wanita yang ku anggap alim seperti mbak liya bisa berselingkuh dengan seorang penjual sayur keliling, mbak liya apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu ?

"ahhhhh massss, ouuhhhhhh ehhmmm" desahnya menikmati remasan yang dilakukan oleh mang dedi, terlihat pipinya sudah menempel pada bibir mang dedi, sungguh pemandangan yang sangat erotis,

Perlahan jilatan nya semakin mendekat pada bibir liya, diluar dugaan liya langsung mengulum lidahnya, tak peduli dengan siapa ia bercinta, sepertinya liya sudah sangat jatuh ke dalam lembah birahinya,

Kulihat mang dedi melepaskan satu persatu kancing kemeja yang mbak liya kenakan, hebatnya ia melakukannya tanpa melepaskan cumbuannya pada mbak liya,

“uuhhhmmmm oouuhhhhh, nakal yahhhh” desah liya memberikan senyum,

Kulihat payudara mbak liya yang tak terlalu besar namun sangat ideal dengan posturnya yang langsing, bra berwarna putih yang menjadi pelindung terakhir dilepas oleh mang dedi,

‘astaga, mbak liya sangat sexy dengan kemeja yang ia buka seperti ini’ batinku,

“aku tau dek liya pasti kangen kontolku ini kan?” ucap mang dedi di telinga mbak liya,

“gak usah sok tau, baru 4 hari yang lalu ketemu masa sekarang udah kangen lagi” ucap mbak liya sambil tersenyum,

“ahh bohong coba rasakan ini” ucap mang dedi mengarahkan tangan mbak liya menuju penisnya,

“wuihhh udah gede aja nih, sebenarnya yang rindu tuh siapa ? adek liya atau adek yang lain nih?” goda liya,

“kayaknya sih dua – duanya” jawab mang dedi tersenyum,

Mang dedi mulai mengeluarkan pusakanya, kulihat bentuknya yang besar menyerupai milik pak manto, bentuknya sama – sama hitam dan berurat namun kurasa lebih besar pak manto daripada milik mang dedi,

Mereka kembali bercumbu dengan tangan mbak liya yang mengocok penis mang dedi, entah kenapa melihat mereka seperti ini membuat birahiku perlahan naik, siapa yang mengira niatku yang ingin menemuinya untuk memperbaiki diri justru mendapatinya sedang melakukan perselingkuhan dibelakang suaminya, padahal kurang apa suaminya daripada mang dedi? apa karena ukuran penisnya?

Tak sadar kulihat mang dedi sudah menelanjangi dirinya, tubuhnya begitu kekar sehingga membuat mbak liya nyaman untuk memeluknya,

Namun aku tak melihat dimana mbak liya, dimana dia sebenarnya? baru ditinggal melamun sejenak kok udah ilang aja?

Aku membenarkan posisiku, aku mencoba mencari sudut yang lain untuk mengintip aksi mereka, rupanya mbak liya sedang berjongkok tepat didepan penisnya, wajahnya bergerak maju mundur, dengan senang hati ia mengulum penis selingkugannya dengan sangat lahap, matanya memejam dan pipinya terlihat empat empot,

Entah kenapa mulutku jadi terasa kering setelah melihat aksi oralnya, aku menyentuh lidahku, sepertinya aku iri pada mbak liya yang bisa merasakan penis sebesar itu di mulutnya,

Seperti seorang profesional, mbak liya mengulum penis selingkuhanya tanpa memegangi nya dengan tangan, tangannya ia gunakan untuk bertumpu pada paha mang dedi, tak cuma mengulumnya, terkadang ku lihat lidahnya bergerak menjilati keseluruhan penisnya hingga penis mang dedi tampak berkilauan,

"wahhh iya makin gede" ucap liya tersenyum,

"tuh kan kangennya keliatan" ucap mang dedi,

"biarin, lagian siapa yang udah bikin aku begini, tanggung jawab!" ucap liya tersenyum,

"ohhh minta tanggung jawab, ayo sini mendekat" ucapnya sambil mengocok penisnya sendiri,

Kudapati mang dedi mulai menurunkan celana yang dikenakan oleh liya, kulihat kakinya begitu jenjang dan indah, begitu mulus tanpa ada sesuatu yang menghalanginya, tangan mang dedi mulai masuk ke dalam celana dalam liya,

Kudengar ada suara gemericik air, apakah mbak liya sudah sangat basah hanya karena mengulum penis mang dedi?

Saat celana dalam itu diturunkan, terlihat cairan yang ikut jatuh seiring turunnya celana dalam liya, sungguh pemandangan yang menggairahkan melihat keadaan mbak liya sekarang,

Entah kenapa tubuh langsingnya yang masih ditutupi oleh kemeja yang sudah terbuka membuat dirinya terlihat lebih menggoda, wajahnya juga cukup menggairahkan dengan cumbuan yang ia terima dari tukang sayur mesum tersebut,

"siapp menuju inti acaranya dek?" ucap mang dedi tersenyum,

"hee'eemmmmm" jawab liya dengan tatapannya yang sayu,

Memang benar bahwa hijab yang biasa kami gunakan bukan berarti menandakan kami kebal atas nafsu, justru nafsu kami lebih kuat oleh karena itu kami menjaga diri dengan mengenakan hijab, satu remasan di dada saja sudah cukup untuk membuat kami begitu mendesah keenakan, aku pernah merasakan hal tersebut soalnya,

"ahhhhhhhhh mmmassssss" desahnya,

Aku kembali tersadar dari lamunanku, ku lihat wajah mbak liya begitu keenakan ketika penis mang dedi menerobos masuk vaginanya yang sempit,

Ketika mang dedi menggerakkan pinggulnya, terlihat bahwa liya begitu kesakitan namun menikmati semua penetrasi yang dilakukan olehnya,

"ahhhh ahhh ahhhhhhhh" desahnya terdorong maju mundur,

Liya sedang menungging, wajahnya menghadap tepat ke arah jendela yang kugunakan untuk mengintip, tangannya bertumpu pada meja di ruang tamu, payudaranya yang menggantung tampak menggoda siapapun yang melihatnya,

"ahhh dekkk ahhhh, " desah mang dedi dengan ekspresi jeleknya,

Tangannya bertumpu pada bongkahan pantat liya, dengan sangat bernafsu tangan nakal tersebut mulai mengusapnya, terlihat dari tatapan matanya bahwa mang dedi sangat puas bisa menikmati tubuh binor hijab beranak satu tersebut,

MMang dedi mulai menegakkan tubuh liya, sambil berdiri ia begitu asyik menusuk lubang kenikmatan liya sambil terus mencumbui bibirnya, terkadang jemarinya mulai mengarah ke sisi depan untuk memilin puting payudara liya yang berwarna pink tersebut,

Entah kenapa aku jadi merinding melihatnya, seolah aku yang sedang berada di posisi mbak liya, aku memegangi putingku sendiri ketika melihat putingnya dipelintir oleh mang dedi,

"ouuhhh ouuhhhh ouuhhhhhhh" liya semakin bernafsu dalam mendesah,

Terlihat kemeja yang masih menyangkut di tubuh liya mulai turun hingga ke pergelangan tangannya, mang dedi yang memegangi tangan liya membuat liya tersodok-sodok tanpa mampu bertumpu pada apapun,

Aku melihat tubuh bagian depan liya seutuhnya, tubuhnya yang sangat indah dengan puting yang mengacung tegak membuatku bernafsu saja,

'apa? bagaimana bisa aku bernafsu hanya karena melihat tubuh sesama wanita yang telanjang?' batinku,

Tapi melihat payudaranya yang bergoyang membuatku gemas ingin meremas nya,

Liya begitu lemas hingga terjatuh terbaring ke lantai tatkala mang dedi menghentikan hujamannya, belum sempat beristirahat mang dedi mulai memiringkan tubuh liya dan memasukan penisnya dari belakang,

Kulihat mang dedi mengangkat salah satu kaki liya ke atas sehingga penisnya terlihat begitu jelas memborbardir vagina liya yang semakin basah, ia memeluk tubuh liya, bibirnya begitu bernafsu dalam mencumbui pundak liya,

Payudaranya terus berguncang seiring ritme yang mang dedi berikan semakin kencang,

"ehhhmmmm ehhhmmmm ehhhmmmmmm" desah liya yang berusaha menahan desahannya,

Terdengar suara liya sangat menggairahkan, dirinya sangat menikmati hubungan gelap yang ia lakukan bersama tukang sayur kelilingnya,

Mang dedi mulai membaringkan tubuh liya, ia mulai berganti posisi untuk menyetubuhinya dalam posisi misionaris, sebelum menggerakkan tubuhnya ia mulai menatap indah sekujur tubuh liya dari atas hingga kakinya,

Terlihat hijab liya semakin berantakan dengan beberapa helai rambut yang terlihat keluar dari hijabnya, kacamatanya masih menempel di wajahnya dengan indah, nafasnya begitu berat membuat dadanya naik turun, kemeja yang dikenakan liya masih tersangkut di lengannya membuat tubuhnya semakin menggoda menampakan aurat yang semestinya hanya mampu dilihat oleh mas hadi suaminya,

"masih kuat gak dek?" tanya mang dedi dengan nafasnya yang berat,

Liya hanya mengangguk pelan, terlihat ia sudah sangat lemas dengan pergumulan yang telah ia lakukan,

"ehhmmmm, ahhhhh ahhhh ahhhh" desah liya dengan penuh kepasrahan,

Mang dedi mulai menggenjotnya dengan tempo santai, payudaranya mulai bergoyang dengan perlahan, liya terlihat tersenyum dengan irama yang mang dedi alunkan,

"aku mencintaimu dek liya" ucap mang dedi yang membuatku terkejut,

Liya hanya tersenyum dalam menjawabnya, tangannya mulai menggenggam tangan mang dedi, ia pun menatap mata mang dedi dengan penuh arti,

"kalau gitu buktikan" jawab liya dengan singkat,

Mang dedi tersenyum mendengarnya, ia langsung menundukan tubuhnya dan mencumbui bibir pasanganya dengan penuh nafsu, saking nafsunya liur mereka yang telah bersatu perlahan keluar ke arah sisi samping wajah liya,

Percumbuan mereka begitu intim di pagi menjelang siang ini, mereka seperti pasangan sesungguhnya yang telah lama memadu kasih, sebuah pemandangan yang sangat erotis mengingat perbedaan kasta yang jauh diantara mereka,

Begitulah wanita kalau sudah mengenai masalah hati, siapapun dia kalau sudah mampu menyentuh hatinya ia akan merelakan apapun untuk orang tersebut, satu lagi kalau sudah mampu menaklukan birahi seorang wanita mau siapapun dia, ia akan menyerahkan tubuhnya agar bisa dinikmati oleh orang tersebut, itukah yang saat ini aku rasakan?

"ahhhhhhh ahhhhhh ahhhhhhhhh" desahnya semakin keras,

Kulihat ritme yang mang dedi mainkan sudah berubah ke alunan keras, alunan hardcore, tubuh liya terdorong begitu keras maju mundur, matanya memejam menikmati dalamnya penis yang memasuki liang vaginanya,

"ouuhhh dekkk, dekkk , ahhhh ahhhhh" desah mang dedi yang sudah semakin bernafsu,

Terlihat mata mereka saling menatap satu sama lain, tubuh mereka terlihat saling menegang, nafas mereka saling berhembus menghangatkan suasana di ruang tamu rumahnya,

Seketika aku terkejut mendengar suara mereka dengan keras secara bersamaan, ku lihat mang dedi seperti menancapkan penis sedalam dalamnya di vagina liya, liya pun tampak kelelahan dengan tubuh sedikit mengejang hebat, apakah mereka sudah sama sama menuju puncak?

Ketika mang dedi mencabut penisnya terlihat cairan kental yang begitu banyak keluar dari dalamnya, aku terkejut dengan banyaknya cairan tersebut, bisa - bisa mbak liya hamil kalau begini?

Terlihat mang dedi pergi meninggalkan mbak liya menuju ke dalam rumahnya, liya masih kelelahan, matanya masih memejam menikmati sisa orgasme yang ia rasakan, tidak ada rasa penyesalan di wajahnya yang ada wajah senyum penuh arti menandakan kepuasan,

"ahhhhhh" desahnya Ketika vaginanya kembali dialiri sperma yang keluar dari dalamnya,


Mang dedi datang sambil membawakan segelas air dingin padanya,

"ini minum dulu dek" ucap mang dedi,

Liya langsung menghabiskan air tersebut seperti orang yang kehausan, ketika air habis, mang dedi langsung melepaskan kemeja yang masih menempel di tubuh liya dan menggendong nya,

"ehhh mau dibawa kemana aku mas?" tanya liya,

"kaya baru pertama kali aja nanya begitu" jawab mang dedi seolah ini bukan kali pertama bagi mereka,

Mang dedi langsung membawa liya masuk ke dalam kamar yang biasa liya gunakan bersama suaminya untuk beristirahat, ketika pintu ditutup terdengar suara yang begitu erotis dari dalam,

"ahhhh ahhhh ahhhh masssss"

***

Aku langsung pergi menjauhi rumah tersebut, aku begitu terkejut dengan fakta yang baru ku ketahui, kalau mbak liya aja seperti itu apalagi diriku?

Aku langsung pulang ke rumah dalam keadaan bingung, sebenarnya apakah kondisi yang aku alami ini termasuk kondisi wajar? mengingat mbak liya aja seperti itu, apakah aku harus tunduk pada hawa nafsuku? ahh tidak, itu tidak mungkin, aku gak boleh menjadi seseorang yang murahan, tapi melihat betapa nikmat yang mbak liya rasakan membuatku penasaran,

Ketika aku sadar dari lamunanku, aku bertemu dengan pak manto yang berjalan dari arah yang berlawanan, ia mengenakan kaos singlet, sepertinya ia akan bekerja untuk mengangkut pasir, aku terkejut dan tak bisa menghindarinya, entah kenapa lisanku reflek untuk berbicara padanya,

"maaf, pak ada yang ingin aku bicarakan" ucapku,

..............................

..............................

..............................

pak manto tersenyum lebar setelah mendengar kata - kata dariku, setelahnya ia juga mengatakan sesuatu untuk ku yang membuatku bimbang untuk menjawabnya, mulutku seperti terkunci dan lidahku membeku untuk mengatakannya,.

"bagaimana? mbak firda?" ucapnya sambil tersenyum penuh arti,

~to be continued
 
Notes : Adanya karakter liya dan mang dedi dalam cerita ini bukan bermaksud untuk memanfaatkan karakter yang sudah terkenal untuk mendongkrak naik rating cerita yang telah ane buat, sejujunya cerita yang dibuat oleh suhu @zu1saja ini lah yang membuat ane terinspirasi untuk membuat cerita lagi, dahulu ane sering kali membuat berbagai cerita bertemakan kisahbb, namun ane merasa bahwa semuanya telah cukup dan ingin beristirahat dari dunia tulis menulis, ketika ane iseng membuka forum ini lagi, ane langsung tertarik untuk membacanya, namun patut disayangkan dengan kesibukan suhu yang bersangkutan di RL membuat cerita ini mandeg, mungkin dengan adanya cerita dari ane bisa mengobati rasa rindu kepada mereka hehe

Pertanyaan : Apakah mereka akan sering muncul di cerita ini ?

Jawaban : Tentu tidak, karena cerita ini berfokus pada Firda sedangkan mereka anggap aja sebagai bintang tamu yang telah diundang di kisah ini

Dear Pembaca : Sabar yah dalam menunggu jebolnya onderdil firda, bentar lagi kok :pandajahat:
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd