Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

EPISODE 44 : Halangan Terbesar, Kawan Terhebat

Aku mulai membuka mataku. Ah, rasanya aku begitu bertenaga sekali. Aku ingat, terakhir kali aku mendapat pukulan yang begitu kuat dari Bruno. Aku yang tidak tahu cara mengendalikan tenaga ki, dipukul oleh seseorang yang begitu menguasai tenaga ki, tentu saja sangat telak akibatnya. Eh, tapi mengapa sekarang aku begitu bertenaga rasanya? Entah kenapa, aku bisa mengetahui bahwa aku masih hidup. Akan tetapi, apa yang sebetulnya terjadi? Aku berusaha mengumpulkan kesadaranku dan melihat keadaan sekitar. Aku melihat seorang pria besar sedang meletakkan telapak tangannya di lengan kananku, tempat tinju Bruno mendarat dengan telak. Eh, siapa pria besar ini? Aku tidak pernah melihatnya.

“Jangan bergerak dulu, Jay. Orang itu sedang menyembuhkanmu dengan tenaga ki miliknya.” Suara seseorang yang aku kenal betul.

Aku segera melihat kearah sumber datangnya suara itu.

“Eh... Bu Novi...” Kataku.

“Kamu hampir saja mati. Nekat sekali kamu menerima pukulan yang penuh dengan tenaga ki tanpa mengaliri pertahananmu dengan tenaga ki.” Kata Bu Novi.

Ya, memang aku merasa nekat sekali. Tapi buktinya, strategiku berhasil. Selain bisa memahami sedikit konsep tenaga ki, Rendhy juga berhasil menumbangkan Bruno. Rendhy... Oh iya, mana Rendhy? Aku segera melihat ke segala arah, tapi tetap tidak menemukannya.

“Kalau kamu mencari orang dari tentara rahasia negara itu, dia sudah kusuruh pergi duluan.” Kata Bu Novi.

Oh, begitu ya? Aku segera melemaskan tubuhku kembali. Kemudian, perhatianku berpusat pada orang bertubuh besar yang katanya sedang menyembuhkan diriku dengan tenaga ki. Ya, aku merasa adanya suatu tenaga yang mengalir dari telapak tangannya ke lengan kananku, dan kemudian mengalir ke seluruh tubuhku. Hmmm, aku mencoba menggerakan alur tenaga yang sedang mengalir dalam tubuhku itu. Dengan fokus pikiran, aku bisa mengendalikan tenaga itu. Ke kiri... ke kanan... ke dadaku... ke tanganku... Beginikah cara mengatur aliran tenaga ki dalam tubuh?

Please don’t do that while I heal you. It’ll slow down your recovery. For a momment, let my energy flows to your body naturally (Tolong jangan lakukan itu selama aku menyembuhkanmu. Itu akan memperlambat penyembuhanmu. Untuk sementara waktu, biarkan tenaga ki milikku mengalir dalam tubuhmu apa adanya.)” Kata pria besar itu.

Aku merasa pria besar ini tidak bohong. Memang betul, aku bisa merasakan sekarang bahwa ada suatu tenaga, yang sepertinya adalah tenaga ki, sedang mengalir dalam tubuhku. Tenaga itu juga seolah-olah memperbaiki sel-sel tubuhku.

“Bu Novi, tenaga ki itu juga bisa digunakan untuk menyembuhkan luka ya?” Tanyaku.

“Iya, bisa. Akan tetapi, penggunaan tenaga ki milik pria yang sedang menyembuhkanmu itu adalah teknik dengan komplikasi yang sangat tinggi. Orang biasa yang bahkan ahli menggunakan tenaga ki pun tidak bisa mengobati cedera yang kamu alami dalam waktu sesingkat itu. Sebagai perbandingan, aku maupun Jent membutuhkan waktu lebih dari lima jam untuk menyembuhkan cedera yang kamu alami itu, dengan asumsi kita berdua tidak mati kelelahan karena tenaga ki milik kita terkuras. Tapi, lain halnya dengan orang itu. Dia memiliki teknik tingkat tinggi yang sangat kompleks. Sebagai informasi, dia baru memulai proses penyembuhan terhadap dirimu itu sekitar sepuluh menit yang lalu.” Kata Bu Novi.

Ukh, sejauh itu kah perbedaan kekuatan antara orang ini dengan Bu Novi ataupun Pak Jent. Bahkan, aku yakin perbedaan kekuatanku dengan Bu Novi atau Pak Jent sudah sangatlah jauh. Bagaimana jika dibandingkan dengan orang ini? Haaah, dunia ini memang beragam dan menarik.

It’s done. (Sudah selesai.)” Kata pria besar itu.

Ah, bukan main. Aku merasa seolah-olah aku segar kembali, seperti setelah bangun tidur dan sarapan sampai kenyang.

Well, I don’t know who you are. But, I’m really grateful for what you did to me. (Yah, aku tidak tahu siapa dirimu. Akan tetapi, aku sangat berterima kasih atas pertolonganmu.)” Kataku kepada pria besar itu.

Don’t mention it. I just don’t like to see a sleeping beast got killed in the battlefield. By the way, my name is Zhang. (Tidak apa-apa. Aku hanya tidak suka melihat binatang buas yang masih kecil terbunuh di medan perang. Ngomong-ngomong, namaku Zhang.)” Kata pria besar yang ternyata bernama Zhang itu.

Zhang? Dan ia berbicara Bahasa Inggris dengan logat Asia Timur. Sepertinya dia orang Cina asli. Hmmm, apakah teman Bu Novi? Sejak kapan dia ada di markas mafia ini?

“Pergilah, Jent. Informanku sempat memberitahu, bahwa si mafia anak ingusan itu membawa Valensia ke dalam markas lebih jauh ke dalam.” Kata Bu Novi.

“Baik, bu. Saya pergi dulu, bu.” Kataku.

“Hati-hati, Jay.” Kata Bu Novi.

Once again, thank you, Zhang. (Sekali lagi, terima kasih, Zhang.)” Kataku.

Zhang tidak mengucapkan apapun. Ia hanya melambaikan tangannya saja kepadaku. Kemudian, aku segera berlari menuju pintu gedung yang letaknya ada di depanku. Hmmm, aku bisa mengatakan ini gedung yang agak aneh. Tadi begitu sampai di lantai 22, tidak ada tangga naik ke lantai 23. Maka, kami segera keluar dari gedung, dan bertemu Bruno. Kemudian, tangga ke lantai 23 sepertinya dapat diakses melalui pintu gedung yang letaknya ada diluar, yang sedang kutuju ini. Sepertinya desain gedung ini dibuat seperti itu untuk mencegah invasi musuh ya?

Dalam gedung yang sudah kumasuki ini, aku melihat banyak preman dan mafia yang sudah tumbang. Sepertinya, pasukan tentara rahasia negara yang melakukannya. Bagus, semoga saja tidak ada halangan yang berarti dalamm perjalananku. Aku sangat khawatir pada Val. Untuk apa si Arvin itu membawanya semakin dalam ke markas ini? Aku punya firasat buruk.

Sepertinya, aku sudah tiga kali menaiki tangga, yang berarti adalah aku berada di lantai 25. Di lantai 25 ini, tidak ada tangga menuju atas. Akan tetapi, aku melihat sebuah lorong yang sangat panjang. Aku terus berlari menyusuri lorong yang panjang itu dengan sekuat tenaga. Mengherankan sekali, padahal sebelumnya aku sudah lumayan letih, ditambah dengan melawan Bruno. Akan tetapi, sekarang aku betul-betul sehat dan segar bugar. Pria bernama Zhang itu sepertinya bukan pria sembarangan. Siapa dia sebetulnya ya?

Di ujung lorong ini, aku melihat sebuah pintu besi. Aku menambah kecepatan lariku dan langsung membuka pintu besi itu. Begitu aku membuka pintu besi itu... BRUUKKK!!! Ada sesuatu yang sangat berat dan menghantam tembok dekatku berdiri. Setelah kulihat, ternyata yang terbanting ke tembok itu adalah orang. Orang ini... Salah satu dari tiga orang tentara rahasia negara yang tadi pergi duluan selagi aku dan Rendhy menghadang Bruno!!

Ada apa sebetulnya? Aku segera melihat ke depan. Aku melihat ada dua orang yang tumbang di lantai dan juga sepertinya kehilangan kesadaran. Salah satunya juga adalah salah satu dari tiga orang tentara rahasia negara yang tadi maju duluan. Dengan ini, berarti sudah dua orang tentara rahasia negara yang tumbang. Salah seorang lain yang tumbang adalah salah satu dari pengawal Arvin... tidak, dia adalah Ando, salah satu bodyguard Pak Budi.

“Pak Jay!! Anda sudah sehat kembali?” Suara Rendhy dari arah depanku.

Mendengar suara Rendhy, aku segera melihat ke depan. Di depan, berdirilah tiga orang. Yang pertama adalah Rendhy, yang kedua adalah seorang lagi tentara rahasia negara, dan satu orang lagi adalah mantan bodyguard Pak Budi, Aryo.

“Pak Jay, hati-hati. Dia sangat kuat!” Kata Rendhy.

Aku dan Aryo sempat bertatapan mata. Beberapa hari yang lalu, ketika aku hendak menemui Pak Budi Antasari, pandangan mata dan nafsu membunuhnya betul-betul menekanku. Akan tetapi, pandangan mata dan nafsu membunuh yang ia pancarkan sekarang, jauh lebih mencekam. Hanya sekali lihat saja aku sudah tahu, bahwa orang bernama Aryo ini sangat kuat, bahkan aku bisa menilai bahwa Bruno tidak ada apa-apanya dibanding dia.

“Pak Jay, dia adalah halangan terbesar yang harus kita lalui. Saat ini, dia adalah personil terkuat di grup mafia Naga Emas Hijau.” Kata tentara rahasia negara yang masih berdiri.

“Biar kuberitahu satu hal...” Kata Aryo.

Ukh, perkataannya saja cukup untuk membuat Rendhy dan salah seorang tentara itu tertegun. Seingatku, menurut Rendhy, orang bernama Aryo ini adalah mantan pelatih tentara rahasia kepresidenan. Cih, orang yang merepotkan begini harus jadi musuh. Akan tetapi, sekarang bukan waktunya untuk mengeluh.

“Saat ini, wanita itu sedang dibawa lebih jauh ke dalam markas, menuju suatu tempat yang bernama Arena Eksekusi.” Kata Aryo.

Glek, Arena Eksekusi...

“Oh, sepertinya kamu cukup pintar, Jay. Tentunya kamu sudah bisa menebak tempat apa itu.” Kata Aryo.

Arena Eksekusi, sebuah tempat untuk mengeksekusi orang, atau lebih tepatnya menjatuhkan hukuman mati.

“Hanya kematian lah yang menunggu orang-orang yang sudah bersumpah setia terhadap Naga Emas Hijau, dan kemudian berkhianat.” Kata Aryo.

Gawat. Aku tidak boleh berlama-lama disini.

“Pak Jay, maaf. Mungkin apa yang dikatakannya benar, tapi jangan terpancing. Jika dilihat dari sisi manapun, situasi sekarang ini betul-betul tidak menguntungkan baginya. Dia sengaja menyebutkan hal itu, untuk membuat pikiran anda kacau. Percayalah, kita tidak hanya bertiga saja. Rekan-rekan kita yang tadi terpisah oleh api, pastilah mencari jalan lain dan bisa menemukan mereka. Untuk menang melawan orang kuat seperti dia, kita harus fokus dan berkepala dingin. Maaf, Pak Jay. Tapi, kita berdua betul-betul membutuhkan bantuan anda untuk melawan orang ini. Saya dan Rendhy saja tidak akan cukup.” Kata seorang tentara itu.

“Pak Jay, meskipun Pak Bagas ini adalah pemimpin dari sepuluh tentara rahasia negara yang datang ke tempat ini, tapi saya hanyalah orang baru yang belum cukup pengalamannya.” Kata Rendhy.

Belum cukup pengalaman saja sudah seperti itu, apa jadinya aku. Aduh, kalau merendah itu yang bikin lega sedikit kenapa?

“Pak Bagas yang terkuat diantara kita bersepuluh, saya, dan Pak Jay yang sudah menguasai penggunaan tenaga ki, sangat berpeluang besar untuk menumbangkan dia.” Kata Rendhy.

Aku merasa bahwa kata-kata Rendhy itu benar. Tidak bisa dipungkiri memang kalau Aryo ini sangat kuat.

“Pak Rendhy, Pak Bagas. Biar aku sendirian yang menghadapinya.” Kataku.

“Pak Jay, tapi-“ Kata Rendhy.

“Kalian berdua saya yakin lebih dari sekedar mampu untuk menolong teman saya. Saya mohon, karena saya tidak peduli pada diri saya, yang penting teman saya selamat. Asalkan bisa menjamin itu, kalau nyawa saya adalah gantinya, maka itu adalah harga yang murah.” Kataku dengan yakin.

“Pak Jay...” Kata Rendhy.

“Rendhy, kita harus menjalankan amanat yang diberikan Pak Jay.” Kata Pak Bagas.

“Pak Bagas!!” Kata Rendhy dengan kaget.

“Mungkin kamu tidak mengerti sekarang. Tapi suatu saat nanti, jika kamu ada di posisi Pak Jay, dimana kamu harus menolong orang yang benar-benar kamu sayangi, pasti kamu akan mengerti. Untuk sekarang ini, percayalah pada saya dan Pak Jay.” Kata Pak Bagas.

“... Baiklah... Jika bapak berkata seperti itu, saya akan patuh.” Kata Rendhy.

“Pak Jay, biar kita maju duluan untuk menerobos masuk ke jalan yang dia jaga. Jika melihat kesempatan, jangan sampai disia-siakan, Pak Jay. Sangat lumayan sekali jika Pak Jay bisa mendaratkan pukulan pertama dengan telak.” Kata Pak Bagas.

“Baik, pak.” Kataku.

Kemudian, Rendhy dan Pak Bagas segera maju berlari dengan cepat. Mereka langsung menghunuskan pedangnya, dan melancarkan tebasan secara berbarengan ke arah Aryo. Aryo menghindarinya dengan melompat keatas. Melihat hal itu, Pak Bagas dan Rendhy langsung berlari kearah jalan yang sekarang sudah tidak dijaga oleh Aryo itu. Akan tetapi, Aryo langsung menapakkan kakinya di tembok atas, dan menggunakannya sebagai pijakan untuk maju kearah Pak Bagas dan Rendhy. Dengan mendapatkan momentum untuk maju, Aryo langsung melancarkan tendangan bertubi-tubi yang sangat cepat ke arah Rendhy dan Pak Bagas. Rendhy dan Pak Bagas terlihat susah payah menghindari dan menangkis tendangan bertubi-tubi Aryo.

Aryo pun akhirnya berhasil menapak di lantai. Ia pun langsung maju dengan cepat kearah Rendhy. Rendhy pun sepertinya tidak punya waktu untuk menghindar. Aryo langsung menangkap pergelangan tangan Rendhy, kemudian membanting tubuhnya ke tanah. Gila, gerakan yang sangat cepat dan kuat. Memang ia jauh lebih kuat dari Bruno. Kemudian, Pak Bagas menyabetkan pedangnya kearah Aryo. Aryo pun menahannya dengan telapak tangannya, dan kemudian menggenggam mata pedang dari pedang itu. Aryo pun langsung melompat salto ke udara dengan memanfaatkan genggaman pada mata pedang Pak Bagas sebagai tumpuan, dan kemudian melancarkan tendangan sapuan kearah leher Pak Bagas. Pak Bagas terpaksa harus melepaskan pedangnya dan melompat ke belakang untuk menghindari serangannya.

Pedang Pak Bagas yang masih berada di tangan Aryo langsung dilemparkan kearah kami dengan sangat cepat. Pak Bagas dan aku segera melompat ke samping untuk menghindari pedang itu, dan kemudian pedang itu menancap begitu dalam ke tembok beton di ruangan ini. Selain cepat, tenaganya juga bukan main. Aku melihat Rendhy sudah berhasil bangun, dan kemudian segera melancarkan tendangan kearah Aryo. Akan tetapi, Aryo langsung memutar badannya ke samping 45 derajat, dan kemudian memutar 45 derajat lagi sambil melancarkan tendangan berputar kearah Rendhy. Gerakannya begitu cepat, sehingga Rendhy tidak bisa menghindarinya karena belum memulihkan inersia tubuhnya akibat tendangan yang ia lancarkan ke Aryo tadi. Akan tetapi, Rendhy menahan tendangan itu dengan tangannya, dan sepertinya cukup untuk meredam serangannya.

Meskipun berhasil menahan dengan tangannya, Rendhy tetap terdorong kebelakang selama beberapa langkah. Pertarungan ini berlangsung dengan panas sekali. Betul-betul tidak ada waktu untuk memalingkan mata sama sekali. Rendhy dan Pak Bagas berdua saja terlihat kesulitan melawan Aryo, apalagi jika aku harus berhadapan dengannya sendirian. Tidak, aku tidak boleh gentar. Aku yakin, jika menghadapi Aryo saja tidak bisa, jangankan menolong Valensia sekarang, menolong mereka di masa mendatang nanti pastilah suatu kemustahilan, karena aku yakin pasti ada orang-orang yang lebih kuat dari Aryo.

Pak Bagas pun kali ini kembali maju dan melancarkan serangan kearah Aryo. Ia melancarkan pukulan yang bertubi-tubi. Kecepatan pukulan Pak Bagas begitu cepat, sama cepatnya dengan Aryo. Akan tetapi, Aryo berhasil menghindar dan menahan seluruh pukulan Pak Bagas. Hingga akhirnya, Aryo menahan tinju tangan kanan Pak Bagas dengan tangan kirinya, dan tendangan kaki kanan Pak Bagas dengan kaki kirinya. Mereka sama-sama beradu kekuatan dalam posisi itu. Dilihat dari peraduan kekuatan selama berdetik-detik ini, rasanya tenaga mereka hampir seimbang.

Aku melihat Rendhy pun maju dan berusaha melancarkan serangan dengan sapuan kaki ke kaki kanan Aryo yang masih bertumpu di lantai. Aryo tampaknya menyadari hal itu. Akan tetapi, ia tidak bisa menghindari serangan itu, karena satu-satunya cara untuk menghindari serangan itu adalah melompat, dan melompat selagi dalam peraduan kekuatan dengan lawan yang kekuatannya sama besar adalah bunuh diri. Aryo terpaksa mengencangkan kaki kanannya dan menahan serangan sapuan kaki Rendhy. Sapuan kaki Rendhy tampak keras sekali menghantam kaki kanan Aryo, tetapi tidak mampu mematahkan pijakan kaki Aryo.

Mereka terus beradu kekuatan terus menerus. Ah tunggu... Aku yakin pasti Rendhy mengerahkan tenaga ki nya secara maksimal, begitu juga dengan Pak Bagas. Jika Aryo bisa menahan serangan mereka, berarti paling tidak pastinya Aryo juga mengalokasikan tenaga ki miliknya ke kedua kaki dan tangan kirinya untuk menahan serangan mereka berdua. Yang artinya adalah, jika sekarang aku melancarkan serangan dengan tenaga ki sekuat-kuatnya, Aryo harusnya tidak bisa menahannya. Jika ia menggunakan tenaga ki miliknya untuk menahan seranganku, saat itu juga peraduan kekuatan Rendhy dan Pak Bagas yang ditahan oleh Aryo akan menerobos pertahanannya.

Ini kesempatanku untuk melancarkan serangan! Aku langsung maju kearahnya. Aku tidak punya waktu untuk berpikir panjang apakah penguasaan tenaga ki milikku sudah cukup matang untuk melancarkan serangan kepadanya. Aku hanya mengandalkan instingku saja. Aku segera memusatkan perhatian untuk mengalirkan seluruh tenaga ki yang ada di dalam tubuhku ke tangan kananku ini. Saat sudah dekat, aku langsung melancarkan serangan yang dipenuhi dengan tenaga ki ini. Seranganku mendarat telak di dadanya, tempat paru-parunya berada. Oohh, aku bisa merasakan tinjuku ini berhasil membuat tulang dadanya retak. Aku merasa tinjuku betul-betul kuat sekali. Inikah tinju yang dipenuhi oleh tenaga ki? Ya, kurang lebihnya, aku paham cara menggunakan tenaga ki untuk bertarung. Ternyata memang pengorbananku untuk menerima pukulan penuh tenaga ki milik Bruno membuahkan hasil yang sangat berguna.

Aryo pun langsung terjatuh dan memegangi dadanya dengan kesakitan. Melihat hal itu, Pak Bagas dan Rendhy langsung berlari menuju lorong yang sudah tidak dijaga oleh Aryo. Aku melihat Rendhy mengacungkan jempol kearahku sambil tetap berlari dan tidak melihat kearahku. Saat itu juga, aku melihat Aryo bangun dengan sigapnya dan berusaha mengejar mereka. Akan tetapi, aku juga berlari sekuat mungkin kearahnya, dan langsung melancarkan tendangan sambil melompat kearah kepalanya. Ia berhasil mengantisipasi tendangan milikku dengan tangan kanannya. Ia pun melancarkan tinju kearahku, yang kemudian kuhindari dengan memutar badan ke kiri dan langsung melompat ke belakang untuk menjaga jarak.

Aku bisa merasakan bahwa napas Aryo agak kacau. Sepertinya pukulan tadi berhasil mengurangi fungsi paru-parunya. Memang itu tujuanku. Jika fungsi paru-paru tidak maksimal, otomatis seluruh kekuatan tubuh akan berkurang sampai setengah atau lebih. Yah, walaupun untuk orang sekuat Aryo, aku yakin dia menguasai ilmu pernapasan yang cukup matang, sehingga mungkin walau ada pengurangan kekuatan, tidak sampai sesignifikan orang biasa.

“Aku terlalu ceroboh... Ternyata kamu menguasai tenaga ki juga ya...” Kata Aryo.

“Ya, berkat temanmu yang besar itu.” Kataku.

“... Apa kamu... Sengaja menerima serangan dengan penuh tenaga ki milik Bruno?” Tanya Aryo.

“Ya, begitulah.” Kataku.

“Heh... hahaha... Cara yang sangat nekat... Tapi itu juga membuktikan bahwa kamu adalah orang yang cukup pintar dalam hal analisa... karena... menerima serangan penuh tenaga ki saja... tidak cukup untuk mempelajari tenaga ki... Perlu analisa yang mendalam untuk belajar... dengan cara seperti itu.” Kata Aryo.

“Oh, saya anggap itu sebagai pujian. Terima kasih.” Kataku.

“Kenapa kamu... senekat itu? Tentunya kamu paham... bahwa cara itu bisa membuatmu mati seketika...” Kata Aryo.

“Di belakang sana, menunggu orang yang sangat penting buatku. Walau nyawa sekalipun, akan kupertaruhkan selama itu bisa menambah persentase keberhasilan misiku untuk menyelamatkan dia.” Kataku.

“Hmmm... Ha... Hahahahaha!” Kata Aryo.

“Apanya yang lucu?” Tanyaku.

“Oh... Maaf... Aku tidak bermaksud menghina... Aku hanya ingin mengatakan, memang kamu adalah laki-laki yang baik bagi wanita itu, dan seorang pemimpin yang sangat tangguh dan berani mempertaruhkan... nyawanya demi sesuatu yang berharga... Tidak seperti seorang bodoh dan cengeng yang daritadi berteriak-teriak... dan bertarung mulut denganmu...” Kata Aryo sambil tersenyum.

“Hmmm? Apa maksudmu, Arvin?” Tanyaku.

“Heh, siapa lagi kalau bukan dia.” Kata Aryo.

“Tapi, sudah cukup pembicaraan kita. Tadi aku... mengatakan bahwa kamu adalah seorang yang hebat... Mari kita lihat, apakah kemampuanmu... setara dengan kehebatanmu...” Kata Aryo.

Setelah selesai bicara, Aryo pun langsung maju kearahku. Kecepatannya sudah menurun akibat paru-parunya terluka, tetapi tetap saja ia sangat cepat. Ia melancarkan tendangan bertubi-tubi kearahku. Ukh, aku betul-betul susah payah menghindari serangannya. Tendangannya begitu cepat. Saat aku melihat kesempatan, aku melancarkan tinju kearah perutnya. Akan tetapi, ia berhasil menahan tinjuku itu dengan menangkapnya, dan kemudian ia langsung melemparkan tubuhku kearah tembok. Ukh, walaupun sudah kulukai paru-parunya, tetap saja ia masih memiliki kekuatan sebesar itu. Di udara, aku segera memutar tubuhku sekuat-kuatnya kebawah untuk mendaratkan kakiku sehingga aku tidak membentur tembok.

Aryo pun kembali maju dan melancarkan tinju ke wajahku. Aku menghindari tinjunya kearah kanan, dan kemudian melancarkan tinju kearah perutnya kembali. Ia pun menangkap tinjuku sama seperti tadi. Akan tetapi, aku lebih siaga kali ini. Aku melancarkan tendangan dengan kaki kananku kearah perut samping kirinya. Ia pun menahan tendanganku dengan tangan kirinya. Saat itu juga, aku langsung melompat sambil melancarkan tendangan dengan kaki kiriku kearah kepalanya. Tendanganku berhasil mengenai pipi kanannya dengan telak dan membuatnya terjatuh ke belakang. Akan tetapi, dia langsung bangun kembali dengan memanfaatkan kecepatan dorongan kebelakang akibat tendanganku.

Setelah bangun, ia kembali maju kearahku dengan cepat. Semuanya itu terjadi dengan begitu cepat, sampai-sampai ia sudah berada didekatku sebelum aku menginjak tanah akibat tendangan melompat yang kulancarkan tadi. Gawat, karena gravitasi dorongan kebawah akibat melompat, dan momen inersia yang masih kualami akibat melancarkan serangan dengan kedua kaki dan tangan kananku, aku menjadi tidak bisa bergerak bebas. Aku melihat ia melancarkan tinju kearah dadaku. Ia mengincar jantungku. Ukh, aku juga masih kesulitan untuk mengalirkan tenaga ki milikku kearah dadaku untuk bertahan. Sepertinya ini terjadi karena sebetulnya aku belum fasih menguasai tenaga ki. Aku hanya bisa melihat tinju yang datang dan semakin dekat ke dada kiriku tanpa bisa berbuat apa-apa.

DUAAAKKK!!!

Tiba-tiba, aku melihat ada sekelibat bayangan yang dengan cepat menghantam Aryo dan membuatnya terpental kebelakang. Oh, apapun itu, tapi benda itu berhasil menyelamatkanku dari Aryo. Aku segera melihat kebelakang untuk melihat apa yang terjadi.

“Bisa-bisanya lu ngelawan monster ini sendirian.” Kata Ci Diana.

“Ah, ceritanya panjang. Ci, gua minta tolong ke lu...” Kataku.

“Lu mao minta tolong gw untuk bantuin lu, ato lu mao minta tolong gw untuk cabut duluan dan cari Valensia?” Tanya Ci Diana.

“Yang kedua, ci.” Kataku.

“Lupain aja, Jay. Gw dateng kesini buat bantuin lu.” Kata Ci Diana.

“Ci, tenang aja...” Kataku.

“Gw udah denger keseluruhannya dari Abby. Lu berhasil ngelukain paru-parunya dia, jadinya kekuatan dia nggak full power, gitu kan?” Tanya Ci Diana.

“Nah, iya.” Kataku.

“Biar gw kasihtau lu, Jay. Meskipun kekuatan dia udah berkurang setengah, dia tetep lebih kuat dari gabungan gw sama lu. Itu lu harus tau.” Kata Ci Diana.

“Haah? Sekuat itukah dia?” Tanyaku.

“Iye. Kalo lu udah ngerti, siapin diri lu, jangan kebanyakan ngomong, dan fokus liat depan.” Kata Ci Diana.

Heh, begitu ya? Akan tetapi, aku tidak menolak bantuan ini sih. Saat ini, Ci Diana memang bantuan terbesar yang bisa kudapatkan. Tidak seperti waktu kasus Martha dan Arvin waktu itu dimana aku hanya bisa berdiam diri. Kali ini, aku akan bertarung sekuat tenaga bersama dia melawan musuh yang sangat kuat itu. Aku melihat Aryo bangun dan menyiapkan kuda-kuda bertarung dengan tatapan mata yang datar.

BERSAMBUNG KE EPISODE-45


NOTE :
Sorry tanpa edit dan review lagi, sibuk membludak wkwkwk. mohon koreksinya jika ada keanehan/typo
 
Don’t mention it. I just don’t like to see a sleeping beast got killed in the battlefield. By the way, my name is Zhang. (Tidak apa-apa. Aku hanya tidak suka melihat binatang buas yang masih kecil terbunuh di medan perang. Ngomong-ngomong, namaku Zhang.)” Kata pria besar yang ternyata bernama Zhang itu.

:takut:
Phoenix nongol disni
 
actually, tidak mudah. cukup sulit malah

Hehheehe.....
Ga sesulit yg di bayangkan...tp juga ga semudah yg di omongkan...
Manajemen ki,chi, nen, tenagadalam.... Sama.....hanya cara kadang yg berbeda.....
Dan yg terpenting niatannya....krn bisa ngevek pada hasil yg di capai....
Aaaah....maaaf saya melantur....maaaf suhu....saya hanya mummble dan mlantur.....hehehehe....aku yakin suhu lebih faham...hehehe

Thx updatennya
 
“Pergilah, Jent. Informanku sempat memberitahu, bahwa si mafia anak ingusan itu membawa Valensia ke dalam markas lebih jauh ke dalam.” Kata Bu Novi.

NOTE : Sorry tanpa edit dan review lagi, sibuk membludak wkwkwk. mohon koreksinya jika ada keanehan/typo
Itu kyknya salah sebut nama...
 
Manstab jay ... Seperti baca cersil , btw tengkyu dah apdet.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd