Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Matahari Satu Jengkal

ra mbok woco ra mbok reken
sakarepmu
seng pwenting aku yo melu ngedan
 
Wow.... Wow....wow....ilmu rasa memang tidak ada batasnya, yg membatasi rasa adalah diri kita sendiri....selama kita membatasi dengan nalar segitu juga rasa yg kita terima atau rasakan....sejatinya rasa sering tertutup/terhalang oleh nalar, karna nalar itu sangat jarang utk mau mengalah/kalah, kecuali kita sudah bisa membedakan sejatinya rasa dan sejatinya nalar dalam arti yang sesungguhnya....
:mantap: :mantap::mantap::mantap::cendol::cendol::cendol::cendol:
 
Gue malah jadi inget komik jaman SMA dulu. Tapak Sakti plus Tiger Wong. Alur cerita si BGA ini ngingetin gue bener. Ternyata gue dah uzur...
 
sudah :bacol: terasa belum!?
atau sudah kenyang?? apa malah mungkin mau nambah??
habis belah tujuh kembali utuh mampu lebih sekedar belai dan sentuh bisa kebayang nggak tuch..
achh:pusing: duhh itu rumit
rasanya amit-amit​
 
MATAHARI
SATU JENGKAL







BAB. 23
SAYUR LODEH - SAYUR ASEM




Siang itu kami agak santai memang, bukan karena kecapaian bertempur sepanjang malam, namun karena memang hampir seluruh persiapan acara pembukaan bisa dirampungkan lebih awal dan hari ini memang 99% siap.


Kami hanya mengadakan pengecheckan secara random sampling dan hasilnya benar2 memuaskan.


Kami benar2 puas dan bisa tenang menghadapi acara makan malam yang mengundang seluruh orang tua para wanitaku dan segenap keluarga besar kami untuk membahas acara pernikahan kami.


Sejak aku mengenal para wanitaku dan kemudian mereka sepakat rela membagi cintaku, entah kenapa gambaran hari aku bertemu para orang tua wanitaku benar2 menganggu isi kepalaku, soalnya aku penya keyakinan bakalan susah, ternyata salah.


Semua nya ternyata baik2 saja dan merestui hubungan kami.

Atau mereka sadar dan paham bahwa ilmu ku yg terakhir aku kuasai, "jiwa sraya" akan sanggup mengisi kekosongan dan keterbatasan ragawi…


JIWA SRAYA


Benar2 nggigirisi (red : hebat), siang ini aku bisa memecah diri, dan masing2 mendampingi seorang wanitaku dalam melaksanakan tugas. Semuanya bisa dengan sempurna (setidaknya dalam pandanganku) melaksanakan tugas pendampingan dan memang aku menikmatinya.


Para wanitakupun menikmatinya.


Klient2 kami puas karena aku sendiri turun tangan untuk memeriksa kesiapan acara pembukaan bisnis kami.


Dan yang pasti, keberadaanku dengan ilmu yang baru membuat suasana menjadi lebih kondusif. Karena spektrum negatif yang selama ini menyebar disekeliling kami mulai memudar, menipis…

Meski tak bisa hilang tapi sudah lumayan minor keberadaannya…


Selama mendampingi wanitaku, aku mulai belajar ilmu rasa lainnya dan mensinergikan rasaku dengan rasa para wanitaku.


Tak selamanya semuanya pas sesuai sekalipun kita mencoba sesuaikan, selalu ada permakluman disana sini dan itulah seninya.



***



Rasa ibarat warna tak semua sesuai dan sama, kadang perlu pemahaman bahwa tak selamanya yang sesuai dan sama tak bisa bersatu.


Ibarat warna merah bukan tak bisa disandingkan dengan hijau. Keserasian bisa saja dibuat berdasarkan warna tersebut, sekalipun memiliki kharakter yang berlawanan sama sekali.


Ibarat lingkaran warna.





Warna2 senada yang letaknya berdekatan selalu memiliki kedekatan makna juga dan dapat dengan mudah menyatu dalam satu rangkaian pola warna yang berkarakhter kuat.


Ambil saja warna yang bersebelahan antara hijau dan biru atau yang berspektrum senada, komposisi yang dibentuk akan sangat kuat menyatakan gambaran pesan yang hendak disampaikan.


Setiap paduan akan menguatkan kesan warna2 yang tampil sehingga paduan warna2 yang memiliki spektrum warna yang senada atau secara lingkaran warna berada di tempat berdekatan akan benar2 memiliki atau mengesankan kekuatan spektrum yang dimaksud.


Ambil saja begini dalam menilai keserasian orang berdasar warna kegemarannya.

Tiara yang penggemar warna biru

Renata warna orange

Wanda warna kuning

Clara warna merah

Santi warna abu

Sinta warna coklat.


Dalam lingkaran warna letak coklat dan abu berada di area terluar artinya melingkupi warna2 yang ada atau sesuai dan cocok dengan semuanya. Karena memang melingkupi semua warna di"gelap"kan.


Begitu pula dengan putih misalnya, karena semua warna yang di"terang"kan akan menjadi semakin mendekati putih.


Renata akan selalu bisa cocok dengan Wanda atau Clara yang memiliki spektrum yang sama.

Dengan warna senada, tak penting lagi soal berapa banyak dominasi masing2 pihak. Merah banyak orange sedikit ok dibalik juga ok, sama banyaknya ok. Karena warna senada memang memiliki keunggulan disana, campuran keduanya pasti akan semakin menguatkan spektrum yang mirip.


Akan berbeda jika Renata dan Tiara berkolaborasi. Keduanya suka warna yang berseberangan dalam lingkaran warna. Orange dan biru lerletak benar2 180°, berbeda sama sekali dalam banyak hal.


Mengatur kegiatan yang dikendalikan keduanya tidaklah mudah. Harus diatur sangat detail dan dengan komposisi yang mantap. Sebab kalau tidak tabrakan kepentingan yang bersifat "perasaan" akan membuat urusan utama bisa bubar.


Dua warna yang saling bertabrakan tak bisa dimunculkan dengan kekuatan yang sama, salah satu harus jadi aksen penguat saja, baru dikatakan serasi. Salah satu harus mengalah utk menguatkan paduan.


Tak bisa Tiara dan Wanda memegang satu pekerjaan dengan dua2nya sebagai leader. Harus salah satuh sebagai pemegang kuasa satunya lagi harus sebagai pembantu semata.


Mmmm…

Sepertinya aku harus mulai mengatur keserasian dalam pembagian tugas wanita2ku.


Dan akhirnya aku juga tahu kalau ternyata santi dan sinta ibarat pengerat semua wanitaku. Dua2nya memiliki kemampuan meredam emosi dan justru menjadi pengatur atau penguat bagi lainnya.


Dua2nya bisa tampil gemilang sendiri2 atau sebagai bagian kegiatan wanitakj lainnya…


Itulah sebabnya, dua2nya seolah tak terlihat tapi terasa keberadaannya. Itulah sebabnya mereka seolah paling tak menonjol kemampuannya tapi sebenarnya merekalah inti dari paduan wanita2ku.



***


Ya..

Akhirnya aku paham satu hal lagi dalam hidup ini, yaitu bahwa irama dan keserasian musik itu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari2. Harmonisasi itu sangat penting dan menjadi pengetahuan wajib bagi seorang pemimpin.


Ibarat seorang pecatur, harus tahu kapan bidak2nya berjalan maju menyerang atau bertahan, bahkan kapan harus disembunyikan bahkan dikorbankan demi kemenangan.


Ibarat bermain musik, seorang dirijen wajib tahu pada saat mana seruling menjadi dominan dan kapan kendang menjadi dominan. Irama gong juga menentukan. Semuanya menentukan bahkan seandainya itu hanya suara pesinden pengiring semata.


Sebelum melawan musuh, setidaknya pemimpin harus tahu lebih dulu siapa punggawanya dan bagaimana kemampuan punggawanya. Mengenal diri sendiri menjadi bagian terpenting dalam suatu pertempuran.


Tzun tsu berkata bahwa mengenali lawan itu setidaknya 50% kemenangan ditangan. Namun aku lebih suka kalau itu bagian kembangan semata. Kewajiban utama adalah mengenali diri sendiri. Pengenalan diri sendiri kenapa tak ditulis Tzun tsu dalam bukunya ?


Ditulis….

Bukan tak ditulis…

Ditulis dalam bab awal pembentukan pasukan malah.

Ditulis paling awal !!!

Dan jarang2 orang membaca soal pembentukan pasukan, jarang2 orang membaca bab utama ini, seolah pasukan sudah ada dan tinggal perangnya saja.


Jelas salah !!!

Salah besar kalau membaca langsung ke bab pertempuran…

Salah besar kalau belum2 bertempur…!!

Salah besar kalau tak kenal diri sendiri lantas bertempur…

Itulah kebodohan dalam membaca sebuah kitab.


Dan Eyang Resi dan Eyang Guru telah membuatnya lebih dinamis di tanah jawa ini…

Dengan memadukan irama musik dan suara pesindennya serta gerak langkah tarian…

Itu sudah semuanya….


Mengenali musuh dan sekaligus mengenali diri sendiri…

Ilmu mengenali ini dimasukkan dalam musik secara luar biasa sehingga menjadi harmonisasi keseluruhan tampilan.


Saat kendang ditabuh keras, pesinden sudah siap sedia dengan suaranya yang juga menanjak, gamelan juga menjawab….


Itulah ilmu perang ala Kedua Eyang….

Siap menjawan dengan harmoni baik serangan dari luar ataupun dari dalam…

Gerak penari boleh diartikan sebagai pengiring lagu namun juga boleh diartikan sebagai perlawanan dan jawaban sebuah serangan…


Dalam suatu komposisi yang berlangsung utuh…

Semuanya mengiringi semuanya bahu membahu…

Namun…

Boleh juga diartikan semuanya saling bertikai menyerang dengan jawaban2 yang diwujudkan dalam harmoni…


Ilmu mengatur irama bertahan dan menyerang…

Ilmu mengatur peperangan…

Dalam harmonisasi...

Dengan musik… dan tarian…


Ilmu rasa mengenali diri sendiri dan juga rasa bagaimana menyerang serta bertahan dan selalu dipadu dalam harmoni…


Menang itu tujuan…

Tapi bukan utamanya…

Harmonisasi itulah tujuan utamanya…

Bagaimana mengalahkan lawan dengan melibas dan mengarahkan kedalam harmonisasi yang kita atur bukan diatur orang….


Menang tanpa merendahkan….

Yang kalah tetap bisa dirangkul menjadi bagian dari harmoni….


Luar biasa para Eyang ini….

Itulah mengapa jawa dulu sulit ditundukkan oleh balatentara dari khubulai khan…

Karena mereka ternyata dilibas secara menyeluruh sehingga tak jelas mereka kalah bagaimana caranya, tiba2 kalah saja setelah mengikuti irama gendang yang dipukul sangat rancak dipadu dengan seruling yang merdu kemudian diakhiri dengan iringan lentiknya jari jemari para penari…..


Itulah sebabnya Belanda bisa lama bertahan….

Karena mereka masuk lewat jalur2 budaya yang lembut dan merasuk….

Dan kita tahu2 lelap tertidur dalam genggaman mereka…


Ada yang bilang saat putri kerajaan Sunda beserta segenap punggawanya tumpes tapis, mati bersama di bubat, itu kekalahan, adalah salah besar.


Itu adalah jawaban atas nada2 perang yang dijawab dengan nada2 cinta tanah air dan kehormatan sekaligus cinta sang putri….

Jawaban yang begitu gegap gempita yang menjungkalkan mahapatih Gajah mada dibawah telapak kaki sang Raja.


Itulah kehancuran bersama….

Semua seakan lupa bahwa setelah itu Majapahit menuju kematiannya….

Tumpes tapis….

Pengorbanan Ratu dipersembahkan utk kehancuran bersama Majapahit…..


Yang kecil bolehlah diremukkan….

Tapi jawabannya justru ikut meremukkan yang besar…


Itulah ilmu rasa….

Selalu tepat mengena pada inti kelemahan….

Mati berkalang tanah bukanlah harga mahal demi kemenangan, kalau pun tidak bisa menang, ya hancur bersama…..

Itulah ilmu Rasa….

Ilmunya para Raja…

Itulah sebabnya Gajahmada terjungkal jatuh…


Bahasa para raja tak akan dimengerti oleh para patih sekalipun…

Juga mahapatih sekalipun...

Sehebat apapun logika dan ilmu kedigdayaan sang mahapatih.

Itulah bahasa rasa….

Ilmunya para penguasa yang meramu bukan ilmunya pelaksana….


***



Ilmu rasa adalah ilmu ketinggian budaya…

Bukan sekedar musik semata…

Bukan suara yang pas ditelinga…

Melainkan jawaban dan pertanyaan yang saling bersahutan….


Iibarat sayur lodeh dan sayur asem…

Mungkin keduanya banyak memiliki bagian2 atau bahan baku yang sama…

Manun dengan komposisi yang berbeda tercipta rasa yang berbeda…


Ini bukan lagi soal bahannya apa…

Tapi bagaimana membuat komposisinya…

Mana yang perlu dikuatkan…

Mana yanh perlu dilemahkan…

Intinya adalah rasa itu sendiri…


Kadang musik berupa balada kesedihan yang meratap pilu…

Kadang bahkan bersemangat bak mars perang..

Kadang mendayu bak musik surgawi yang mengantarkan gairah birahi…


Hidup memang seperti itu…

Bagaimana soal meramu…

Mengatur komposisi yang tepat…

Pertanyaan sekaligus jawaban….


Aku tiba2 sadar….

Ada bahaya yang mengancam….

Hanya setelah merasakan irama kami semata…

Seolah ada irama lain yang hendak mengalihkan tujuan kami…

Membelokkan arah musik kami….


DEEGGH…..


Baru kurasakan betapa serius yang ibu khawatirkan.




***


Mumet khan ?


Ha ha ha sesekali mumet ga papa khan ?

Yang munis butuh waktu 3 minggu menyelesaikan bab ini soalnya….

Setelah 3 minggu paham ?

Ga juga….

Ha ha ha

Dinikmati sajalah…



Salam EdanE

 
MATAHARI
SATU JENGKAL







BAB. 23
SAYUR LODEH - SAYUR ASEM




Siang itu kami agak santai memang, bukan karena kecapaian bertempur sepanjang malam, namun karena memang hampir seluruh persiapan acara pembukaan bisa dirampungkan lebih awal dan hari ini memang 99% siap.


Kami hanya mengadakan pengecheckan secara random sampling dan hasilnya benar2 memuaskan.


Kami benar2 puas dan bisa tenang menghadapi acara makan malam yang mengundang seluruh orang tua para wanitaku dan segenap keluarga besar kami untuk membahas acara pernikahan kami.


Sejak aku mengenal para wanitaku dan kemudian mereka sepakat rela membagi cintaku, entah kenapa gambaran hari aku bertemu para orang tua wanitaku benar2 menganggu isi kepalaku, soalnya aku penya keyakinan bakalan susah, ternyata salah.


Semua nya ternyata baik2 saja dan merestui hubungan kami.

Atau mereka sadar dan paham bahwa ilmu ku yg terakhir aku kuasai, "jiwa sraya" akan sanggup mengisi kekosongan dan keterbatasan ragawi…


JIWA SRAYA


Benar2 nggigirisi (red : hebat), siang ini aku bisa memecah diri, dan masing2 mendampingi seorang wanitaku dalam melaksanakan tugas. Semuanya bisa dengan sempurna (setidaknya dalam pandanganku) melaksanakan tugas pendampingan dan memang aku menikmatinya.


Para wanitakupun menikmatinya.


Klient2 kami puas karena aku sendiri turun tangan untuk memeriksa kesiapan acara pembukaan bisnis kami.


Dan yang pasti, keberadaanku dengan ilmu yang baru membuat suasana menjadi lebih kondusif. Karena spektrum negatif yang selama ini menyebar disekeliling kami mulai memudar, menipis…

Meski tak bisa hilang tapi sudah lumayan minor keberadaannya…


Selama mendampingi wanitaku, aku mulai belajar ilmu rasa lainnya dan mensinergikan rasaku dengan rasa para wanitaku.


Tak selamanya semuanya pas sesuai sekalipun kita mencoba sesuaikan, selalu ada permakluman disana sini dan itulah seninya.



***



Rasa ibarat warna tak semua sesuai dan sama, kadang perlu pemahaman bahwa tak selamanya yang sesuai dan sama tak bisa bersatu.


Ibarat warna merah bukan tak bisa disandingkan dengan hijau. Keserasian bisa saja dibuat berdasarkan warna tersebut, sekalipun memiliki kharakter yang berlawanan sama sekali.


Ibarat lingkaran warna.





Warna2 senada yang letaknya berdekatan selalu memiliki kedekatan makna juga dan dapat dengan mudah menyatu dalam satu rangkaian pola warna yang berkarakhter kuat.


Ambil saja warna yang bersebelahan antara hijau dan biru atau yang berspektrum senada, komposisi yang dibentuk akan sangat kuat menyatakan gambaran pesan yang hendak disampaikan.


Setiap paduan akan menguatkan kesan warna2 yang tampil sehingga paduan warna2 yang memiliki spektrum warna yang senada atau secara lingkaran warna berada di tempat berdekatan akan benar2 memiliki atau mengesankan kekuatan spektrum yang dimaksud.


Ambil saja begini dalam menilai keserasian orang berdasar warna kegemarannya.

Tiara yang penggemar warna biru

Renata warna orange

Wanda warna kuning

Clara warna merah

Santi warna abu

Sinta warna coklat.


Dalam lingkaran warna letak coklat dan abu berada di area terluar artinya melingkupi warna2 yang ada atau sesuai dan cocok dengan semuanya. Karena memang melingkupi semua warna di"gelap"kan.


Begitu pula dengan putih misalnya, karena semua warna yang di"terang"kan akan menjadi semakin mendekati putih.


Renata akan selalu bisa cocok dengan Wanda atau Clara yang memiliki spektrum yang sama.

Dengan warna senada, tak penting lagi soal berapa banyak dominasi masing2 pihak. Merah banyak orange sedikit ok dibalik juga ok, sama banyaknya ok. Karena warna senada memang memiliki keunggulan disana, campuran keduanya pasti akan semakin menguatkan spektrum yang mirip.


Akan berbeda jika Renata dan Tiara berkolaborasi. Keduanya suka warna yang berseberangan dalam lingkaran warna. Orange dan biru lerletak benar2 180°, berbeda sama sekali dalam banyak hal.


Mengatur kegiatan yang dikendalikan keduanya tidaklah mudah. Harus diatur sangat detail dan dengan komposisi yang mantap. Sebab kalau tidak tabrakan kepentingan yang bersifat "perasaan" akan membuat urusan utama bisa bubar.


Dua warna yang saling bertabrakan tak bisa dimunculkan dengan kekuatan yang sama, salah satu harus jadi aksen penguat saja, baru dikatakan serasi. Salah satu harus mengalah utk menguatkan paduan.


Tak bisa Tiara dan Wanda memegang satu pekerjaan dengan dua2nya sebagai leader. Harus salah satuh sebagai pemegang kuasa satunya lagi harus sebagai pembantu semata.


Mmmm…

Sepertinya aku harus mulai mengatur keserasian dalam pembagian tugas wanita2ku.


Dan akhirnya aku juga tahu kalau ternyata santi dan sinta ibarat pengerat semua wanitaku. Dua2nya memiliki kemampuan meredam emosi dan justru menjadi pengatur atau penguat bagi lainnya.


Dua2nya bisa tampil gemilang sendiri2 atau sebagai bagian kegiatan wanitakj lainnya…


Itulah sebabnya, dua2nya seolah tak terlihat tapi terasa keberadaannya. Itulah sebabnya mereka seolah paling tak menonjol kemampuannya tapi sebenarnya merekalah inti dari paduan wanita2ku.



***


Ya..

Akhirnya aku paham satu hal lagi dalam hidup ini, yaitu bahwa irama dan keserasian musik itu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari2. Harmonisasi itu sangat penting dan menjadi pengetahuan wajib bagi seorang pemimpin.


Ibarat seorang pecatur, harus tahu kapan bidak2nya berjalan maju menyerang atau bertahan, bahkan kapan harus disembunyikan bahkan dikorbankan demi kemenangan.


Ibarat bermain musik, seorang dirijen wajib tahu pada saat mana seruling menjadi dominan dan kapan kendang menjadi dominan. Irama gong juga menentukan. Semuanya menentukan bahkan seandainya itu hanya suara pesinden pengiring semata.


Sebelum melawan musuh, setidaknya pemimpin harus tahu lebih dulu siapa punggawanya dan bagaimana kemampuan punggawanya. Mengenal diri sendiri menjadi bagian terpenting dalam suatu pertempuran.


Tzun tsu berkata bahwa mengenali lawan itu setidaknya 50% kemenangan ditangan. Namun aku lebih suka kalau itu bagian kembangan semata. Kewajiban utama adalah mengenali diri sendiri. Pengenalan diri sendiri kenapa tak ditulis Tzun tsu dalam bukunya ?


Ditulis….

Bukan tak ditulis…

Ditulis dalam bab awal pembentukan pasukan malah.

Ditulis paling awal !!!

Dan jarang2 orang membaca soal pembentukan pasukan, jarang2 orang membaca bab utama ini, seolah pasukan sudah ada dan tinggal perangnya saja.


Jelas salah !!!

Salah besar kalau membaca langsung ke bab pertempuran…

Salah besar kalau belum2 bertempur…!!

Salah besar kalau tak kenal diri sendiri lantas bertempur…

Itulah kebodohan dalam membaca sebuah kitab.


Dan Eyang Resi dan Eyang Guru telah membuatnya lebih dinamis di tanah jawa ini…

Dengan memadukan irama musik dan suara pesindennya serta gerak langkah tarian…

Itu sudah semuanya….


Mengenali musuh dan sekaligus mengenali diri sendiri…

Ilmu mengenali ini dimasukkan dalam musik secara luar biasa sehingga menjadi harmonisasi keseluruhan tampilan.


Saat kendang ditabuh keras, pesinden sudah siap sedia dengan suaranya yang juga menanjak, gamelan juga menjawab….


Itulah ilmu perang ala Kedua Eyang….

Siap menjawan dengan harmoni baik serangan dari luar ataupun dari dalam…

Gerak penari boleh diartikan sebagai pengiring lagu namun juga boleh diartikan sebagai perlawanan dan jawaban sebuah serangan…


Dalam suatu komposisi yang berlangsung utuh…

Semuanya mengiringi semuanya bahu membahu…

Namun…

Boleh juga diartikan semuanya saling bertikai menyerang dengan jawaban2 yang diwujudkan dalam harmoni…


Ilmu mengatur irama bertahan dan menyerang…

Ilmu mengatur peperangan…

Dalam harmonisasi...

Dengan musik… dan tarian…


Ilmu rasa mengenali diri sendiri dan juga rasa bagaimana menyerang serta bertahan dan selalu dipadu dalam harmoni…


Menang itu tujuan…

Tapi bukan utamanya…

Harmonisasi itulah tujuan utamanya…

Bagaimana mengalahkan lawan dengan melibas dan mengarahkan kedalam harmonisasi yang kita atur bukan diatur orang….


Menang tanpa merendahkan….

Yang kalah tetap bisa dirangkul menjadi bagian dari harmoni….


Luar biasa para Eyang ini….

Itulah mengapa jawa dulu sulit ditundukkan oleh balatentara dari khubulai khan…

Karena mereka ternyata dilibas secara menyeluruh sehingga tak jelas mereka kalah bagaimana caranya, tiba2 kalah saja setelah mengikuti irama gendang yang dipukul sangat rancak dipadu dengan seruling yang merdu kemudian diakhiri dengan iringan lentiknya jari jemari para penari…..


Itulah sebabnya Belanda bisa lama bertahan….

Karena mereka masuk lewat jalur2 budaya yang lembut dan merasuk….

Dan kita tahu2 lelap tertidur dalam genggaman mereka…


Ada yang bilang saat putri kerajaan Sunda beserta segenap punggawanya tumpes tapis, mati bersama di bubat, itu kekalahan, adalah salah besar.


Itu adalah jawaban atas nada2 perang yang dijawab dengan nada2 cinta tanah air dan kehormatan sekaligus cinta sang putri….

Jawaban yang begitu gegap gempita yang menjungkalkan mahapatih Gajah mada dibawah telapak kaki sang Raja.


Itulah kehancuran bersama….

Semua seakan lupa bahwa setelah itu Majapahit menuju kematiannya….

Tumpes tapis….

Pengorbanan Ratu dipersembahkan utk kehancuran bersama Majapahit…..


Yang kecil bolehlah diremukkan….

Tapi jawabannya justru ikut meremukkan yang besar…


Itulah ilmu rasa….

Selalu tepat mengena pada inti kelemahan….

Mati berkalang tanah bukanlah harga mahal demi kemenangan, kalau pun tidak bisa menang, ya hancur bersama…..

Itulah ilmu Rasa….

Ilmunya para Raja…

Itulah sebabnya Gajahmada terjungkal jatuh…


Bahasa para raja tak akan dimengerti oleh para patih sekalipun…

Juga mahapatih sekalipun...

Sehebat apapun logika dan ilmu kedigdayaan sang mahapatih.

Itulah bahasa rasa….

Ilmunya para penguasa yang meramu bukan ilmunya pelaksana….


***



Ilmu rasa adalah ilmu ketinggian budaya…

Bukan sekedar musik semata…

Bukan suara yang pas ditelinga…

Melainkan jawaban dan pertanyaan yang saling bersahutan….


Iibarat sayur lodeh dan sayur asem…

Mungkin keduanya banyak memiliki bagian2 atau bahan baku yang sama…

Manun dengan komposisi yang berbeda tercipta rasa yang berbeda…


Ini bukan lagi soal bahannya apa…

Tapi bagaimana membuat komposisinya…

Mana yang perlu dikuatkan…

Mana yanh perlu dilemahkan…

Intinya adalah rasa itu sendiri…


Kadang musik berupa balada kesedihan yang meratap pilu…

Kadang bahkan bersemangat bak mars perang..

Kadang mendayu bak musik surgawi yang mengantarkan gairah birahi…


Hidup memang seperti itu…

Bagaimana soal meramu…

Mengatur komposisi yang tepat…

Pertanyaan sekaligus jawaban….


Aku tiba2 sadar….

Ada bahaya yang mengancam….

Hanya setelah merasakan irama kami semata…

Seolah ada irama lain yang hendak mengalihkan tujuan kami…

Membelokkan arah musik kami….


DEEGGH…..


Baru kurasakan betapa serius yang ibu khawatirkan.




***


Mumet khan ?


Ha ha ha sesekali mumet ga papa khan ?

Yang munis butuh waktu 3 minggu menyelesaikan bab ini soalnya….

Setelah 3 minggu paham ?

Ga juga….

Ha ha ha

Dinikmati sajalah…



Salam EdanE

 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd