Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 2 (racebannon)

Apdet..***k...apdet..***k....

Apdet dunk om kan dah walik ni

Oh iya msh djalan. Doain si om gak ketiduran sblm apdet. Pa gi ketiduran di rmh janda sbelah :D
 
MDT SEASON 2 – PART 50

--------------------------------------------

dsc08110.jpg

Sejenak, aku lupa akan pikiran-pikiran yang memberatkanku. Dan pagi ini aku merasa segar walaupun kurang tidur semalam. Aku kurang tidur karena terlalu excited. Aku terlalu senang, karena aku akan memiliki keturunan. Rasanya hatiku berbunga-bunga sekali pagi ini, di sebuah jalan di Bandung yang selalu lekat dengan suasana vintage, yakni jalan Braga.

Pagi ini, kami semua menemani Stefan dan Ai yang akan di shoot. Rasanya lucu melihat muka malas Stefan karena dia harus “mengejar” Ai.

“Gue harus ngejar mahluk ini?” tunjuk Stefan ke Ai, yang sudah selesai didandani.
“Muka gue kok jadi aneh gini ya?” bingung Ai, melihat bayangannya di kaca mobil. Dan dia jadi tontonan orang-orang yang kebetulan lewat.

“Kuntilanak” ledekku, masih dengan suasana hati yang hingar bingar karena Kyoko hamil.
“Mas kakaknya Kuntilanak.” Ledeknya balik sambil menjulurkan lidahnya ke arahku.
“Seperti Yuurei” bisik Kyoko.

Yuurei. Kuntilanak khas Jepang. Mahluk halus khas Jepang. Bentuknya persis kuntilanak, mengerikannya sama saja. Tak henti-hentinya Stefan menertawakan Ai dan bukan hanya Stefan yang tertawa. Tapi semuanya, kecuali Kyoko. Kyoko terlalu baik untuk menertawakan adik iparnya sendiri.

“Oke, sekarang shoot nya Ai dulu ya... Lo entar jalan dari depan sini sampe ujung sana, kita ulang beberapa take, dari beberapa sudut yang berbeda” Rendy menginformasikan tugas Ai selama di shooting dengan muka geli. Bukan geli karena dandanan Ai, tapi geli karena tingkah kami semua yang meledeki adikku ini.

“Berapa banyak ngeshootnya?” tanya adikku dengan muka malas. Atau muka sedih. Atau muka gak jelas karena didempul oleh riasan yang menyerupai mahluk-mahluk di film horor. Dia memakai gaun putih yang coreng moreng, seperti hantu. Rambutnya masih tetap terlihat rapih, tapi justru malah makin seperti hantu. Kulitnya dibuat pucat, seperti hantu.

Intinya, adikku untuk seharian ini adalah Hantu.

“Sampe beres, gue agendain sampe siang, jam 12 an, abis itu istirahat makan, lo boleh apus make up, terus abis makan, dimake up lagi lantas shoot berdua sama Stefan…..”
“Ga mau!” kesal Ai, mendengar penjelasan Rendy.
“Hahaha kasian, untung gue ga pernah mau jadi model-model beginian” tawa Anggia.
“Mbak tolooooong” kesal adikku sambil menarik tangan Anggia.

“Eh jangan pegang-pegang orang lain, ntar tangannya jadi bersih lagi!” teriak Mbak Santi dari dalam mobil, tampaknya dia mencari sesuatu yang ia butuhkan.

“Terus aku gimana?”
“Ya lo jalan dari sini sampe ujung sana” jawab Rendy.
“Malu, berat make up nya, aku kayak hantu...”
“Lah katanya dulu mau ikutan jadi modelnya.....”
“Aku pikir gak seseram ini...”

“Gak pake make up beginian aja juga udah serem kok” sinis Stefan, sambil merokok. Bagian dia di shoot nanti, setelah makan siang, berdua dengan Ai. Kalau tidak hujan dan hari ini cerah terus, sepertinya bagian Ai untuk di shoot bisa beres seharian, dan cuma tinggal mengambil shoot tunggal Stefan di tempat yang sama besok hari.

Kami, yang tidak berpartisipasi mungkin akan menunggu di restoran atau cafe yang bertebaran disini, kalau sudah buka. Dan aku tidak sabar menunggu sesi barbeque malam nanti, untuk mengumumkan kehamilan Kyoko di depan teman-temanku, sekaligus memberi statement secara tidak langsung juga ke Kang Bimo, Kang Wira dan Stefan, kalau aku akan segera move on dari masalahku dengan Arwen. Masalah yang gila, sudah berlarut-larut sampai kami hanyut seperti sekarang.

Dan aku tidak akan membiarkan kami berdua hanyut lebih dalam lagi. Aku akan menyelamatkan diriku sendiri dan Arwen juga. Aku tidak ingin dia malah bergantung segitu rupanya ke aku. Aku ingin dia lepas dariku, aku malah ingin dia berteman lagi denganku. Karena dengan memutuskan tali pertemanan denganku, dia akan memutuskan tali pertemanan dengan Kyoko, Ai, Stefan, Anin, dan yang lainnya. Aku tidak ingin mereka jadi tidak berteman lagi.

Naif?

Ya, naif. Tapi aku tidak ingin mengulang kegagalan dengan Kanaya. Aku tidak ingin pada akhirnya semuanya hancur begitu saja kalau aku memutus hubungan secara mendadak.

“Mas” tegur Ai mendadak.
“Hmm?”
“Pukulin si Stefan plis” rengeknya.

“Kenapa?”
“Kesel diledekin terus”
“Gue juga kesel liat elo, takut kebawa mimpi, ntar gue ngompol lagi” ledek Stefan, setelah ledekan yang lainnya.

“Tuh kan”
“Ya abis kamu serem sih... Untung di shoot nya gak close up ya?” aku malah ikutan meledek.
“Ih!”

“Yah, itulah ga enaknya jadi model... Untung gue selalu gak mau, inget dulu gue ditawarin masuk majalah buat fashion spread sama mantannya si sepupu kalian itu...” potong Anggia.
“Karen?” tanyaku.
“Iyak”

“Pa kabar tu anak ya...” Stefan menerawang ke awan, membayangkan Karen bugil mungkin.
“Ga tau, tanya aja ntar kalo ketemu sepupu gue..... Atau tanya Dian, mungkin dia tau” komentarku asal.
“Mereka putusnya itu kenapa sih dulu, kok aku ga tau ceritanya, tau-tau katanya pacaran, tau-tau katanya putus” bingung Ai, si kuntilanak pagi ini.

“Ga tau” jawabku pelan sambil menatap ke Ai dengan ekspresi ngeri.
“Jadi gini mbak Kunti...” Anggia mencoba menjawab.
“Ggrrr....”

“Hahahaha.... Jadi dia ngajakin Karen nikah mendadak, mereka kan jadwal ketemunya ga jelas gara-gara si Karen sibuk di tv dan segala macem, entah kenapa orang itu ngasih solusinya malah ngajakin nikah....” jawab Anggia panjang.

“Aneh amat cowok kok ngebet nikah” komentar Stefan.
“Abisnya tu orang emang di design buat jadi suami yang baik sih” senyum Anggia. Ya, mereka memang sangat dekat, hingga sering disangka pacaran sama orang.
“Suami yang baik, seperti Aya dong” komentar Kyoko sambil bergelayutan di tanganku.

Aku cuma tersenyum miris, dan Stefan menatapku dengan tatapan nanar, menertawaiku dari dalam hati.

“Amin” jawabku berbisik ke Kyoko.

Amin. Setelah semua ini, aku akan berusaha menjadi suami yang baik lagi. Selama ini aku sudah kacau karena mengizinkan Arwen untuk masuk ke dalam agendaku. Agenda yang seharusnya tidak pernah ada.

--------------------------------------------

“Kapok” kesal Ai sambil makan, dia makan di dalam mobil dan make up nya sudah belepotan. Kyoko, Anggia, Anin dan Ilham sedang di sebuah coffee shop yang terletak di tempat kami syuting. Stefan sedang di make up seadanya agar mukanya tidak memantulkan cahaya matahari oleh Rania. Aku ada di jok depan, sambil menatap adikku lewat kaca spion.

“Kok kapok hahaha” tawaku sambil membuka layar handphoneku.
“Masa aku cuma disuruh jalan dari sini ke depan sana, di shoot dari depan, terus diulangin lagi, katanya proses jalannya diinget-inget.... Terus di shoot lagi dari belakang, diulangin lagi, di shoot dari samping. Terus di shoot dari bawah. Terus di shoot bayangannya di kaca bangunan, terus suruh masuk gang, keluar gang, diketawain sama anak-anak kampung tau gak.....” keluhnya panjang.

“Ya itu resikonya kalo ikutan syuting” celetuk Mbak Santi dari samping. Mas Boy yang ada di kursi supir cuma tertawa ringan sambil membakar rokoknya.
“Kok para model-model itu tahan sih?” tanyanya bingung ke Make Up Artist kami.

“Soalnya kerjaan”
“Karna dibayar?”
“Iya”
“Curang, aku gak dibayar...”
“Makanya jangan jadi adeknya anak band” ledek Mas Boy dari depan.

“Baru kali ini aku gak bangga jadi adeknya Mas Arya” kesalnya sambil mengunyah makanan dengan asal dan serampangan. Aku hanya tersenyum kecut saja. Kalau saja dia tau ada apa-apa denganku dan Arwen, pasti dia lebih tidak bangga lagi.

Dan dari tadi malam, banyak bombardir pesan media sosial dariArwen kepadaku. Mulai dari ucapan selamat tidur dengan emoticon hati. Lalu ucapan selamat pagi dengan foto selfie dari tempat tidur, terus ke pertanyaan-pertanyaan konyol semacam “lagi sibuk apa sekarang?” atau “Mas udah makan siang?”. Atau pertanyaan yang mulai menjurus, semacam “aku free banget hari ini, gak ada jadwal apapun, coba aku bisa kesana” atau yang lebih menjurus lagi, semacam “kangen”.

WTF. Kenapa mendadak dia seliar ini setelah kejadian di mobil itu? Apa aku membuka pintu baru untuk perasaannya? Gila. Dan dengan otomatis aku membuka media sosialku, dan aku menemukan pesan baru lagi, darinya. God, it has to stop.

Dengan malas aku membukanya. Apa pula ini? Foto dia di kursi salon, lagi-lagi selfie. “I just cut my hair. How do I look? <3” tanyanya. Entah harus kujawab apa, karena memang pesan-pesannya kali ini memang tak kubalas. Terlalu beresiko untuk menanggapinya, karena akan membuat dirinya excited.

“Ngapain tuh si Arwen?” tanya Ai mendadak dari kursi belakang. Aku kaget dan handphoneku jatuh ke pangkuanku.
“Eh... Engga, dia baru dari salon.....” jawabku dengan mencoba menyembunyikan ekspresi kagetku.
“Terus?”
“Dia nanya keren apa engga....”

“Hahaha lucu... Aku pikir kalian gak sedeket itu” tawa Ai sambil mundur kembali. Rupanya dia baru selesai makan.
“Hehe” jawabku garing.

Mampus. Untung dia gak bisa baca chat-chat sebelumnya. Bakal ditusuk aku di leher oleh adikku sendiri.

Shit.

Shit.

Shit.

Aku menarik nafas panjang dengan sembunyi-sembunyi. Aku berpura-pura bertingkah laku normal, padahal tadi hatiku rasanya berhenti mendadak. Rasanya waktu mulai berjalan dengan lambat karena aku panik. Sialan. Aku lupa, aku harus membiasakan tidak melihat media sosial di tengah keramaian seperti ini.

“Ah, coba aku bilang ke Arwen, dia aja yang jadi modelnya, kayaknya dia bakal lebih nikmatin daripada aku....” bisik Ai dari belakang.
“Hehe” jawabku.
“Ntar aku minta kontaknya ya, siapa tau kalo aku mau dijailin lagi aku bisa ngoper ke dia”
“Siap”

“Udah kan makannya, sekarang kita benerin lagi ya riasannya” potong Mbak Santi dengan nada jahil.
“Ga mauuuu” keluh Ai dengan ekspresi yang hancur.

Iya, aku juga ga mau ternyata ada di hubungan seperti ini dengan Arwen. Harmful dan merusak. Sial.

--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------

45328410.jpg

“Tada!!!!” kaget. Sialan. Kenapa Dian dan suaminya tiba-tiba ada di rumah sewaan kami?
“Kok kalian ada disini?” bingungku.

“Liburaannnnn”
“Alika mana?” tanyaku menanyai anak mereka.
“Tuh bobo di kamar”

“Kamar siapa?” tanyaku dengan bingung.
“Kamar elo”
“Nah, malem ini kalian tidur di mana?”

“Ga tau” senyum Dian dengan sumringah.

“Halo ganteng maut sa alam dunya!” teriak suara yang sangat familiar dari arah teras. Suara Kang Bimo. “Hayu gancang ah babakaran!!! Bakar daging, bakar monyet, bakar motor!” teriak Kang Wira, menyusul suara temannya.

“Rame amaaaat” Ai kaget ketika masuk ke rumah dan dia langsung memeluk Dian dengan semangat. Ya, sore ini, setelah kami selesai syuting, kami memang ingin mengadakan barbeque. Untung shoot-shoot Ai dapat diselesaikan hari sabtu ini, dan besok hanya tinggal Stefan sendirian di Braga. Dia sendirian, sengaja ditaruh di akhir supaya dia bisa bergerak sesuai referensi gerakan-gerakan Ai yang sudah di shoot hari ini.

Kami sebenarnya tidak mengundang Dian sekeluarga, kami hanya mengundang Kang Bimo, Kang Wira dan Kang Giting untuk barbeque, tapi aku sangat senang karena sepupuku dan suaminya datang, anaknya pun dibawa, walau sekarang sedang tertidur di kamar yang harusnya ditiduri oleh aku, Kyoko dan Ai.

“Kalian kok bisa ada disini?” tanya Ai.
“Diundang sama kakak iparmu tuh, maksa banget dari kemaren... sampe nelpon segala” tawa Dian.
“Terus Mbak Dian setuju aja? Kok gak bilang aku dulu?”
“Kata Kyoko diem-diem aja, kejutan katanya”

Ah, aku tahu kenapa, Kyoko pasti ingin mengumumkan kehamilannya ke semua orang yang dekat. Menarik. Aku tersenyum dalam hati dan sejenak lupa kepada masalahku.

“Hayu buruan!!!!! Nanti dagingnya saya emutin satu-satu!!” teriak Kang Bimo dari teras, lagi-lagi.
“Sebentar!!” teriak Stefan yang baru masuk ke rumah sewaan ini.
“Waaa ada Dian dan elo!” kaget Anin yang juga baru masuk.

“Ah akhirnya Dian datang jugaa” Kyoko yang baru masuk juga terlihat sumringah.

“Rameeeee” teriak Ai dengan gemas, membayangkan bakal bagaimana suasana nanti malam.

--------------------------------------------

logo10.jpg

Hangat. Suasana itu yang ada sekarang. Kehangatan ini sepertinya akan hancur kalau aku tidak memperbaiki hubunganku dengan Arwen.

Aku sedang duduk di kursi malas di pinggir kolam renang, yang terletak di belakang rumah, dengan pemandangan lampu kota Bandung yang semarak. Anggia dan Rendy sibuk di depan pemanggangan, mereka berdua di ganggu oleh Stefan yang tampaknya sedang lapar parah. Kyoko sibuk bercanda dengan Ai dan Kang Wira. Bagas tadi mengambil makanan, makan, lalu kembali ke kamar. Entah sedang apa. Kang Giting merokok di pojokan sambil senyum-senyum sendiri, seakan-akan lagi giting. Ilham dan Anin juga duduk di kursi malas. Aku mencoba mencuri dengar obrolan mereka sebentar. Para kru lainnya, termasuk Rania, Mbak Santi dan Mas Boy sedang asik makan, dan ada juga yang sok-sok membantu Anggia dan Rendy tapi end up ngerecokin.

“Lo gak bisa gitu men.... Kalo koleksi shocker combatants itu harus army build....”
“Ga punya duitnya!” balas Anin ke Ilham.
“Kan Shodo ini, cuma berapa sih, paling mahal orang jual di tokped cuman 100 rebuan” balas Ilham tak mau kalah.
“Cuma gue menangin lengkap, daripada army build”
“Ngapain beli shodo heisei, showa aja udah....”
“Biar lengkap”
“Ah, garing lo, kalo lo sampe bilang suka sama KR Zi-O gue behenti temenan sama lo” ledek Ilham.
“Kalo ceritanya bagus gimana? Gue udah donlot lho”
“Garing”

“Itu bedua ngomongin apa sih?” bisik Dian yang ada di sebelahku. Dia memangku anaknya, yang mukanya tampak celemongan oleh saus tomat atau apalah.
“Tau apaan” jawabku sama-sama bingung, dan aku lebih suka memperhatikan piring kertas yang berisikan potongan daging dan sosis, yang terletak di pangkuanku.

“Tuh liat laki gue” Dian menunjuk pelan-pelan ke arah suaminya yang sedang ngobrol di pojokan bersama Kang Bimo. Asap rokok terhembus dengan kencang dari mulut Kang Bimo. Dia sedang merokok dengan kencang, dan asapnya mengenai suaminya Dian yang tampaknya menikmatinya.
“Kenapa?”
“Dia sengaja kali deket-deket situ, kangen ngerokok kayaknya hahahahaha” Alika dengan muka tolol menatap ke ibunya. Manis sekali anak ini, mirip dengan kedua orang tuanya, kayak diblender jadi satu.
“Hebat bisa berhenti tapi dia… Dari dulu gue inget, dia dari jaman kuliah itu bibir kayak gak bisa lepas dari rokok…..”
“Gue juga tadinya cuma bilang gini aja, kalo gue hamil, lo brenti ya minum ama rokok.... Eh taunya diturutin..... Hebat, lelaki sejati” senyumnya bangga.
“Padahal lo ga ngarep?”
“Ga ngarep sama sekali, wong parah banget ngerokoknya gitu…”
“Haha iya... Kok bisa sih, caranya gimana, langsung di cut gitu aja?” tanyaku bingung.

“Engga sih, dulu dia ngebatesin, kalo di rumah ga ngerokok... Terus lama-lama dia cuman di kantor doang, terus lama-lama brenti total, kira-kira ada lah tiga bulanan lebih prosesnya” senyum sepupuku itu.
“Oh...”
“Emang gitu harusnya kalo ngecut kebiasaan buruk, ga boleh langsung, ntar bisa kacau.... Bisa uring-uringan moodnya” lanjutnya.

“Gue pikir, kalo berhenti ngerokok gitu biasanya kan suka pada langsung putus gitu aja kan?” tanyaku.
“Bisa sih, tapi kemungkinan relapsenya tinggi banget, jadi harus pelan-pelan, lo perlakuin lah rokok itu kayak selingkuhan, hahahahaha” tawa Dian.

Aku menelan ludah.

“Lo kurangin dikit-dikit, sampe pas semuanya kayaknya udah pas, baru lo cut bener-bener... Gak tau deng kalo selingkuhan, itu mah becandaan gue doang....” tawanya renyah.
“Eh ngomong ngomong…. Boleh nanya gak?” aku berbisik pada Dian.
“Kenapa?”

“Laki lo kan deket banget ya sama Anggia?”
“Iya banget…”
“Terus lo gak cemburu atau curiga gitu dulu?” tanyaku penasaran.
“Cemburu banget” senyum Dian sambil mengelus-ngelus kepala Alika.

“Terus ngatasinnya gimana, gue penasaran abis….”
“Gue cemburu bukan karena mereka keliatan kayak pacaran Ya…. Gue cemburu karena Anggia lebih apal sama laki gue sendiri daripada gue” jawabnya.
“Oh…”
“Dulu mereka kan suka dibecandain, coba agamanya sama, pasti langsung kawin….. Tapi makin lama gue kenal sama laki gue, makin lama kenal sama Anggia, gue ngerasa sendiri, kalo mereka temenannya itu tulus, bener-bener kayak cowok sobatan…. Dan akhirnya, gue pun nerima Anggia, dan gue udah anggep dia kayak sodara gue sendiri malah…. Dan gue nyaman banget berteman sama dia… Gue bisa ngepoin laki gue juga dari sudut pandang yang lain….” lanjutnya panjang.

“Oh gitu…. gue gak punya temen deket cewek sih….”
“Elo?” muka Dian entah kenapa terlihat mencibir.
“Kok mukanya gitu?” bingungku sambil mengambil potongan daging untuk dibawa ke mulutku.

“Elu tuh ya, sebagai orang yang kenal elo banget, elo tuh mustahil punya temen cewek Ya”
“Kenapa?” aku bingung atas penjelasan Dian.

“Bukannya bandingin laki gue sama elo ya, tapi kalo laki gue itu dingin ama cewek…. Dan dia baru ramah sama cewek yang dia suka banget…. Itu kata Anggia, dan dia gampang ilfil sama orang… Lo inget kasus gue kan yang sempet putus sama dia itu” Dian tersenyum kecut. Aku hanya mengangguk. “Sedangkan elo… Lo tu kayak too good to be true buat cewek-cewek, bahkan sama Karina yang kayak pecahan beling itu aja lo masih bisa baik-baikin dia…. Gimana gak lumer dan salah paham cewek-cewek sama elo…. Lo mungkin mikirnya biasa aja sama mereka, tapi merekanya pasti baper… Dari jaman lo masih ABG juga gitu hahahaha….”

Aku menelan ludahku lagi, membayangkan Kanaya, Zee sebelum dengan Anin, dan Arwen.

“Gue juga kaget lo balik dari Jepang, mendadak punya pacar, taruhan lagi deh, dia tergila-gila sama elo karena apa…..” tawa Dian dengan lucunya.
“Karena hal yang lo sebutin tadi kan?”
“Iya… Untung lo nya juga suka ama dia… Dan lo pikir gue ga tau soal cewek yang namanya Kanaya?”

“Lah? Lo tau dari mana?” lagi-lagi aku bingung.
“Adek lo… Haha… Kagak pacaran aja lo ajakin makan di rumah, anterin balik dan sebagainya…. Mampus gue kalo jadi dia pasti gue pajang poster elo di kamar…” canda Dian.
“Sial…” aku menarik nafas panjang dan siap berdiri lagi untuk mengambil makanan.

Mendadak aku dikagetkan oleh Kyoko yang menghampiriku.

“Aya” bisiknya dengan muka yang benar-benar terlihat bahagia.
“Sekarang?”
“Apaan nih?” bingung Dian.

“Tunggu yak” senyumku dan aku pun bangkit, berdiri di samping Kyoko. Aku menarik nafas panjang sebelum aku memberi pengumuman.

“Guys!” aku bersuara sedikit keras dan Kyoko menggelayut di sampingku.

“Paan nih?” Stefan bertanya dengan suara yang tidak kalah kerasnya.
“Gue mau ada pengumuman....”

Semua orang tampak diam dan menatapku, menunggu apa yang akan aku keluarkan dari mulutku selanjutnya. Aku berdiri di dekat kursiku tadi dengan senyum lebar Kyoko mengiringiku. Aku melirik ke arah istriku dan siap-siap merangkai kata, mumpung semuanya tampak hening, menunggu kalimat-kalimat keluar dari mulutku.

“Jadi gue dikasih tau Kyoko kemaren..... Kalau...”
“Kalau titit lo cabang dua?”

“Woi! Ada anak kecil!!!” teriak Dian ke stefan sambil menutup telinga Alika yang mukanya tampak clueless. Stefan langsung menutup mulutnya, merasa bersalah atas ucapannya yang selalu tidak bisa direm itu.

“Hahaha bukan.... Jadi... Langsung aja ya, Gue bakal punya anak!” ucapku dengan bangga.
“Wow!” kaget Anggia.

“Wee asikk!!!! Arya JUNIOR!!! Atawa Kyoko Junior nya?” Kang Wira tampak seperti melakukan tarian kemenangan kecil, Ai yang ada di sebelahnya tampak melongo dengan ekspresi senang, dan berjalan dengan cepat ke arahku dan memelukku dengan kencang.

“Aaaa Akhirnya!!!” teriaknya di telingaku.
“Lah! Udah berapa lamaaa….” Dian bangkit, meninggalkan Alika yang duduk begitu saja di kursi malas dan memelukku dan Kyoko bersamaan.

“Udah dua mingguan” senyumku.
“Kok baru ngasih tau sekarang?”
“Dia baru ke dokter kemaren kemis, jadi…”
“Dokternya siapa? Rumah sakit mana? Gue ada rekomenda…”

“Udah biarin dulu, ntar aja diskusi kehamilannya…” tegur suaminya Dian sambil menepuk bahuku dan memberiku selamat.

Mendadak kami dikagetkan oleh suara panggangan yang dipukul oleh Anggia.

“Curang!” teriaknya dengan senyum lebar. “Gue juga mau ngumumin malem ini, keduluan kalian!!”
“Eh…. elo juga hamil?” tanyaku dengan kaget.
“IYAAAA” senyumnya lebar sambil memeluk leher Rendy dengan asal.

“Weee anakan semua…. Ayo Stefan… Kamu juga hamil….” Kang Bimo berjalan dengan asal dan menunjuk-nunjuk Stefan dengan rokoknya.
“Gimana caranya saya bisa hamil??” bingung Stefan akan bercandaan Kang Bimo.
“Ditusuk di pantat!” Kang Bimo mencoba menusukkan rokoknya ke pantat Stefan.

Kami semua tertawa melihat tingkah mereka. Anggia melepas Rendy dan dia menghampiri kami yang sedang berpelukan. Dian lantas meraih lengan Anggia dan menarik Kyoko menjauh dari diriku. Dian memeluk tangan Kyoko dan Anggia bersamaan.

“Alika bakal punya banyak temen main…. Dan gue bersyukur temen mainnya orang tuanya kalian”
“Gue juga” Anggia yang lebih tinggi dari Dian lantas memeluk kepala Dian dan yang dipeluk menyambutnya. “Gue juga bersyukur punya temen-temen kayak kalian…. Kita warisin ini sampe anak-anak kita semua temenan…”

“Kalo engga gimana?” potong Stefan.
“Jangan ngerusak suasana ah!” Ai melempar botol minuman ringan dan telak kena kepala Stefan. Mau tak mau, kami tertawa dengan pemandangan itu, dan kami pun bersyukur, kabar baik banyak datang malam ini. Kabar baik yang akan menjadi awalan baik untuk keluarga besar ini.

--------------------------------------------

Aku terbangun dari tidurku. Jam 4 subuh. Suara dari mesjid sudah bersahutan di luar, berlomba-lomba menyebut nama tuhan, sebelum subuh tiba. Aku duduk di sofa, dalam kamar setelah bangkit dari tidur. Aku memperhatikan ke kasur dan tersenyum. Disana ada Dian, Ai, Kyoko dan Alika yang tidur bertumpuk-tumpuk di kasur besar itu. Posisi Alika entah kenapa terlihat seperti sedang dipeluk oleh Kyoko.

Mungkin akan seperti itu nantinya, ketika anakku sudah lahir dan menghadirkan kebahagiaan di rumah. Aku tersenyum kecut melihatnya, karena aku masih memiliki dosa yang kupendam. Aku bangkit, dan keluar kamar, merayap menuju kulkas, membukanya dan mengambil botol plastik yang berisi teh dingin. Aku lantas keluar ke pinggir kolam renang, karena aku tampaknya melihat seseorang duduk di sana.

45328410.jpg

Aku tak salah. Stefan duduk di kursi malas, dengan kaleng bir di tangan dan rokok yang menyala.

“Fan” sapaku.
“Eh elo” dia membalas sapaanku dengan senyuman.
“Ga tidur?”
“Kebangun” jawabnya pelan sambil menenggak minuman keras itu.

“Sama” jawabku pelan dan aku duduk di kursi sebelah Stefan, menatap ke bekas-bekas pembakaran daging tadi yang sudah bersih. Semua sudah tidur, Kang Bimo, Kang Wira dan Kang Giting sudah pulang dari tadi tengah malam.

“Semuanya beranak gini hahahaha” tawa Stefan, merujuk ke pengumuman kehamilan istriku dan Anggia.
“Iya, bisa pas waktunya” aku merebahkan punggungku ke kursi tersebut.
“Pasti lo makin banyak pikiran”
“Haha… Iya”

“Soal si itu kan?”
“Iya Fan…. Ini udah alarm… Udah makin kacau kemaren, dan ini, lo liat” aku memberikan handphoneku ke Stefan, sengaja membuka history chat dengan Arwen. Dia membacanya perlahan, dari atas sampai bawah, sambil menghisap rokoknya dalam-dalam dan dia lantas tersenyum kecut.

“Parah”
“No shit” balasku. Dia mengembalikan handphoneku.

“Gue gak bakal nyalahin elo karena lo dorong-dorong gue, walau itu salah” lanjutku. Stefan cuma menatapku dengan tatapan kosong. “Tapi ini udah parah banget”
“Yaudah, lo cut…”
“Bakal… It has to end” jawabku.
“Langsung aja Ya, gak usah pake basa basi, gak usah pake ngajak ngobrol” lanjutnya sambil mematikan puntung dengan kakinya dan membakar lagi sebatang rokok.

“Enggak, tetep gue bakal ajak omong. Dan sekarang Kyoko udah hamil, makin kuat alasan gue buat mutusin dia”
“Iya, terserah lo gimana caranya….” dia menatapku dengan dingin.

“Sori gue gak bisa pake cara lo ya Fan, gue tetep appreciate saran lo, tapi gue punya cara sendiri buat mutusin dia, gue ga mau dia shock dan jadi kacau”

“Kalian ngomongin siapa?”

Apa? Aku dan Stefan kaget dan menatap ke arah suara datang. Ai menatapku dengan pandangan heran. Dia mungkin bingung, mendengar percakapanku dengan Stefan. Dan kami berdua shock. Jantungku serasa berhenti melihat adikku berdiri, dengan mata yang tertuju kepadaku.

“Mas Arya ngomongin siapa?”

--------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Patah hati banget setelah baca bhw di masa depan, hubungan Ai & Arya ga akan pernah sama lagi. Meski gatau apakah ada sesuatu di antara story ini dan story Haruko antara mereka berdua, atau kasus Arwen ini langsung jadi final nail in the coffin buat mereka. Kl diitung sih, 2 minggu lagi mulai masuk unreleased. Yaa, 3-4x update lg Lah. Kira2 ya..
 
Makasih updatenya suhu..masuk episode2 krusial..hubungan ai dan arya ga bisa kaya dulu lg..bahkan sampai anaknya arya dan anggia lahir.
 
Oalaahhhh ketahuannya gara2 ada clue gak sengaja tohhhh....
Sampe bertahun-tahun Ai marah sama Arya... Fiuuuhhhhhhh
 
Yeah, sad partnya dah dimulai nih antara Arya en Ai. Tapi aku berharap ada "opsi yg lain" buat Ai Arya kedepannya. Walaupun berdasarkan kisahnya Si Manis Musim Semi gak bakalan begitu baik mereka berdua (Inipun kayaknya udah dipakemin ama Suhu @racebannon pas ngasi sinopsis dulu).
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd