Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 2 (racebannon)

Bimabet
Akhirnya ngeliat banternya anin dan stefan lagi 😭 dan akhirnya ngeliat interaksi mereka setelah anin nikah hahaha

makasih updatenya suhu RB :o
 
Sejujurnya agak-agak lupa, dulu season 2 sebelum diputus, sampai mana ya
 
Akhirnya....welcome home suhu...untung toni ngga di makan bagas ye...wkwkwkwk
 
Ini sih alamat baca ulang biar nyambung dan kebentuk lagi alurnya di kepala.
 
Selamat datang kembali suhu RB. Maaf setelah 2 kali maraton baru ngasih komen. Ganbatte suhu
 
Welcome back om RB

:beer:

Semoga segera terpecahkan misteri Bagas yang tidak seperti biasanya
 
akhirnya omsuhuuu, setelah lama dinantinanti akhirnya kembali juga.

terima kasih banyak omsuhu, semoga sakses lah cerita ini dan cerita ke depannya:)
 
SEASON 2 – PART 66

--------------------------------------------

9 Dec : Departed to Japan - Arrived at Night
10 Dec : -
11 Dec : Hantaman - F.A.D. Yokohama
12 Dec : -
13 Dec : Arya A Quartet - Body & Soul Yokohama
14 Dec : Hantaman - Yokohama BB Street
15 Dec : -
16 Dec : Hantaman - Unit Daikanyama Tokyo
17 Dec : Arya A Quartet - Cotton Club Marunouchi Tokyo
18 Dec : -
19 Dec : Hantaman - Shimokitazawa Garden Tokyo
20 Dec : Arya A Quartet - STB 139 Tokyo
21 Dec : -
22 Dec : Arya A Quartet - Tribeca Shinagawa Tokyo
23 Dec : Hantaman - Gravity Rock Bar Shinjuku Tokyo
24 Dec : -
25 Dec : -
26 Dec : -
27 Dec : Hantaman - WWW Shibuya Tokyo
28 Dec : Arya A Quartet - Jazz Spot Candy Chiba
29 Dec : Hantaman - ZX West Chiba
30 Dec : -
31 Dec : Departed to Jakarta – Arrived 1 Jan


story-10.jpg

“CHEERS !!!!”

Botol bir berdenting di udara. Kecuali aku, tentunya. Aku hanya memegang botol plastik yang berisi teh. Sudah mana bukan miras, suhunya tak dingin. Tapi tidak apa-apa, karena udara di luar pasti dingin sekali, tak hangat seperti di backstage FAD Yokohama.

“Nice, good job for the first show” ucap Kairi dengan wajah tegasnya. Dia menggenggam botol bir dengan tangan kanannya. Tampilannya anggun, dan dia berdiri di sudut ruangan, membiarkan kami yang kelelahan duduk di sofa, scattered di sana sini.

“Thanks” Stefan mengacungkan botol birnya. Kami semua beristirahat, kecuali Shigeo yang sedang sibuk mengobrol dengan floor manager tempat ini. Rekan-rekan quartet Jazz ku juga ada disini, mereka habis menonton kami tadi, tentunya bercampur dengan crowd.

Sena sedang mengobrol dengan Toni, dan seperti biasa, Bagas sedang melihat ke arah Toni dengan tatapan benci dan curiga. Harus kuakui aku penasaran dengan alasan Bagas, dan sangat ingin bertanya. Tapi Bagas selama ini tidak pernah sendirian di Jepang. Dia tampak lebih senang memperhatikan gerak-gerik Toni daripada menyepi atau menyendiri. Dan akan awkward juga apabila aku menghampirinya di kamar.

Gatal rasanya.

“Mateng banget ya”
“Apaan mateng?” aku menatap ke arah Stefan yang sedang menatap ke arah Kairi.

“Sange gue liatnya” bisik Stefan. Aku hanya menggelengkan kepala. Karena Kairi pasti unreachable. Dari gerak-geriknya dia pasti sangat berpengalaman dengan lelaki. Tapi harus kuakui, dandanannya berkelas dan dia tampak begitu anggun. Dia mengenakan setelah putih, yang sesuai dengan warna kulitnya yang terang. Kulitnya juga cerah, walau dia perokok. Pasti skincarenya lumayan beban untuk kantong pekerja kelas menengah kebanyakan.

Tapi dia Kairi, pemimpin sebuah record label. Jelas terawat dan jelas harus elegan.

“Gue mau keluar dulu yak, ngerokok” mendadak Stefan menarik nafas dan dia berdiri dengan sigap. Dia mengeluarkan handphonenya dari saku celananya. Sambil melihat layar handphone dengan seksama, dia menyambar jaket kulit miliknya.

Ini lagi satu. Misteri lain lagi. Belum beres rasa penasaranku akibat kebencian Bagas terhadap Toni yang tidak berdasar, Stefan juga bikin penasaran karena dia selalu tampak serius saat menatap layar handphonenya. Mudah-mudahan bukan sesuatu yang terlalu serius seperti urusan ribet antar anggota keluarga atau sengketa pekerjaan apapun.

“Gue temenin, bosen di dalem” aku ikut bangkit dan mengekor Stefan. Stefan tidak memperlambat jalannya untuk menungguku. Tampaknya matanya terlalu lengket di layar handphone. Sesekali dia mengetik sambil berjalan. Bikin penasaran saja.

Kami keluar ke pinggir jalan, disana ada area merokok. Sudah ada Zee dan Anin disana. Tidak usah ditebak, mereka pasti sedang merokok. Aku sedikit tersenyum melihat pemandangan yang tak umum di depanku. Zee tampak senyum ceria sambil sedikit bercanda dengan Anin. Mereka berdua tidak menyadari keberadaan kami.

“Oh jadi kalo ga ada kita lovey dovey gini nih?” tawaku saat sampai ke area merokok. Stefan masih sibuk dengan layar handphonenya, sambil membakar sebatang rokok. Aromanya kencang. Rokok kretek pasti.

“Eh, kalian” Anin tampak nyengir kuda, sementara Zee pura-pura cool lagi.

“Gue pikir kalian cool-cool gitu kalo berduaan doang”
“Yakali Ya” balas Anin.
“BTW Guys” Zee menunjuk ke arah Stefan yang sedang sibuk dengan handphonenya.

“Ntar kalo diintip atau ditanyain kayak kemaren ngambek-ngambek lagi” sindir Anin.
“Biarin aja… Siapa tau penting”
“Siapa yang ngambek bangsat” Stefan menutup layar handphonenya dan dia fokus pada rokok yang ada di tangannya.

“BTW Lo sempet nanya-nanya gak Nin ke Bagas?” aku memotong pembicaraan tadi.
“Soal Toni?”
“Yep”

“Yah…. Gue coba tanyain percuma sih Ya, kayak ga kenal Bagas aja, tertutup banget” balas Anin.
“Udah tau orangnya kayak gitu kalian tanya-tanya, gimana coba” komentar Stefan. Dia memutar-mutar batang rokoknya di tangannya, sambil menatap ke arah langit gelap Yokohama.

“Ya lama-lama gue ga nyaman aja kalo dia gitu, Toni kan harus nyaman juga biar enak mainnya ntar…. Harus gue perhatiin mood gue satu-satu dong personil gue, apalagi Toni itu relatif baru kerja di lingkungan kita” balasku panjang.

Anin cuma bisa nyengir mendengarkan kalimat-kalimatku. Sedangkan Stefan menggelengkan kepalanya, mematikan rokoknya di tong sampah dan membakar sebatang lagi.

“Kalo gitu coba deh gue yang ngobrol sama Toni aja, biar dia cuek….” Lanjutku.
“Dia keliatannya cuek enough kok”

“Gak tau tapi kan Fan, bisa jadi di depan kita senyum tapi di belakang kita sebenernya kesel ama Bagas, terus tambah kesel sama kita karena kita ga contain Bagas… Gimanapun Bagas kan bisa dibilang inner circle kita dan Toni orang baru”

“Ya, kita juga tahan-tahan aja sama Bagas kan karena kita udah lama dan terbiasa” Aku melirik ke arah vending machine. Mungkin kopi kalengan panas cocok di tengah udara malam yang dingin ini.

“Apalagi monyet ini, sepupunya kan” Stefan menunjuk Anin dengan dagunya.

“Dari kecil sih udah kenal dan udah maklum, jadi mau gimana”
“Seriously, you guys talk to much about this kind of thing” sambar Zee.

“Maksudnya?” Bingung Stefan.
“Just let it be. Mismatch is common… Don’t sweat too much over it” senyum dingin Zee kembali terlihat. Bedanya dia sedang menggandeng tangan Anin.

“Iya sih” dengusku.
“Cewek kadang bisa lebih masuk akal dari cowok” sambung Anin.
“Kita emang bapak-bapak gosip banget sih” tawa Stefan.

“Bapak-bapak? Jomblo sendirian kok bisa-bisanya ngaku bapak-bapak” ledek Anin.
“Suka-suka gue dong”
“Yaudah. Diemin aja, mudah-mudahan ga kejadian aneh-aneh lagi ya”

Aku menyelesaikan kalimatku dan segera berjalan ke arah vending maching. Sambil memilih milih kopi panas yang cocok, kalimat Zee terulang di kepalaku. “Don’t sweat too much over it” haha. Benar juga. Sudah lah, sudah sama-sama dewasa ini. Kalau tidak ada gesekan berarti, tak usah terlalu dipikirkan.

--------------------------------------------

airbnb10.jpg

Aku bersandar di dinding kamar, sembari memainkan gitarku, mencoba mengingat-ngingat beberapa pattern improvisasi yang cocok untuk ditampilkan lusa. Aku juga mencoba beberapa variasi ketukan untuk melatih kebiasaan jariku memainkan nada-nada yang mengasyikkan untuk ditampilkan di Body & Soul Yokohama.

Lusa, penampilan perdana quartet Jazz ku di Jepang. Lucu, umur kami belum sepanjang Hantaman, tapi sudah diundang untuk tampil disini. Jasa siapa lagi kalau bukan Kairi?

Perlahan lahan aku sudah mulai mengantuk, sambil menatap ke arah Stefan yang sudah bersembunyi di balik selimut. Dia mendengkur pelan, menyimpan tenaganya untuk penampilan Hantaman selanjutnya di tanggal 14, sehari setelah show quartetku di Yokohama.

Dari tadi, dia memainkan handphonenya dan dia tertidur saat melakukannya. Aku tidak begitu peduli, karena aku fokus melatih fingering dan pattern improvisasi, sembari berbincang-bincang dengan Kyoko di sosial media. Dia tampaknya sudah tertidur sekarang. Sayang aku tidak sempat menelponnya, karena aku lumayan sibuk setelah show dan sebelum tidur.

Kangen. Kangen sekali pada Kyoko dan calon bayiku. Entah lelaki atau perempuan, yang pasti dia akan tumbuh menjadi bayi yang menggemaskan. Lihat saja ibunya yang begitu cantik dan anggun. Pasti keturunannya juga sama.

Aku bangkit dan memasukkan gitarku ke dalam tasnya. Aku kemudian berdiri dan menancapkan handphoneku ke charger-nya. Handphone Stefan masih terbuka. Dianya ngorok. Aku tertawa kecil tanpa suara dan kemudian berlalu ke dalam toilet untuk buang air kecil sebelum tidur. Besok agendanya latihan, lalu makan malam bersama. Can’t wait.

Pelan-pelan aku menjalani prosesi buang air sambil menatap ke arah cermin. Mataku tampak lelah. Mudah-mudahan aku tidak kelelahan di tur ini. Mendadak aku juga kangen pada Ai, mengingat masa-masa dimana dia cuti dan ikut dalam petualangan kami di Jepang. Mungkin hal-hal semacam ini tidak akan bisa pernah terulang lagi, karena dia sudah membenciku karena kesalahanku.

“Eh?”

Handphoneku berbunyi. Jam berapa ini? Jam 1 malam di Jepang. Artinya di Jakarta jam 11. Masa Kyoko masih bangun?

Aku keluar dari toilet dan segera bergegas melihat ke arah handphoneku yang tergeletak di dekat Stefan. Kyoko. Tak salah lagi.

“Halo Sayang?”
“Moshi-Moshi Aya….”
“Hei… Kok nelpon..”
“Ano… Kyoko terbangun…” jawabnya pelan. “Aya ga koishii…..”
“Hei, aku juga kangen…”

“Tidak ada Aya disini, rasanya sepi”
“Sama, gak ada kamu juga ga nyaman rasanya… Coba kamu bisa ikut ya, sambil pulang kampung…”
“Iya Aya…”

“Kamu gak tidur lagi?” aku menatap ke arah handphone Stefan tanpa sengaja. Layarnya menunjukkan aplikasi chatting.
“Sebentar lagi, boleh kan mengobrol sebentar dengan Aya?”
“Iya boleh kok, besok kontrol ke dokter ya?” chatting sama siapa si Epan? Mendadak tanganku secara otomatis mengambil handphone Stefan.

“Dengan Ai-Chan besok….. Ai Chan juga pasti kangen dengan Aya”
“Iya” aku meringis sedikit sambil menatap ke layar handphone Stefan. Iseng banget gue.

“Kyoko tak sabar lima tahun lagi, ketika sudah bisa bepergian, nanti kita ke Jepang bersama……” sebentar… “Aya?” aku menekuk jidatku saat melihat layar handphone Stefan “Aya kok diam saja?”

Aku sekarang melotot. Aku melihat pesan dari Valentine. Tanpa sadar aku membacanya dalam hati.

“Sayang, udah tidur ya? Gak dibales mulu nih padahal online. Ketiduran pasti, kebiasaan deh” dan beberapa ucapan bernada mesra lagi diatas.

WTF.

--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------

appear10.jpg

“Punya lo” aku menyimpan kopi milik Stefan di hadapannya. Kami sedang bersantai sejenak di sore hari. Sebuah café di Nakano Broadway menjadi pilihan kami. Jelas, kami duduk di smoking area. Stefan pasti butuh rokok jika sedang meminum kopi. Mukanya tampak terlihat datar, menerawang ke arah lautan manusia yang lalu lalang sore itu.

“Eh” dia mengisap rokoknya sambil melirik ke arahku. “Thanks”
“Sama-sama”

Aku duduk di sebelahnya dan mulai ikut menatap ke arah yang sama. Rame ya, sore ini di Nakano. Jariku agak pegal karena hari ini aku latihan bersama quartetku. Sedikit demi sedikit chemistry antara aku, Jacob, Arka dan Toni sudah mulai terbentuk dengan baik. Aku beberapa kali terkagum-kagum oleh Toni. Improvisasi dan detailnya benar-benar matang untuk ukuran anak seumur dia.

Tanpa sadar, aku menatap Stefan yang tampaknya isi kepalanya sedang penuh. Dari kemarin, gerak-geriknya mencurigakan, ditambah lagi temuanku di handphonenya.

Kalau Bagas tak bisa dikorek, mungkin Stefan bisa. Sumpah, jadi penasaran aku jadinya.

“Anu Fan?”
“Yes?”

“Pa kabar elo lately?”
“Hah?”

“Pa kabar elo akhir-akhir ini?” aku mencoba membuka pertanyaan untuk temanku ini.
“Aneh amat pertanyaan elo” dia tampaknya risih mendadak.

“Men, gue cuman nanya, apa kabarnya elo?”
“Kita tiap hari ketemu, bangsat… Ngapain nanya-nanya?”

“Bukan, gue cuman penasaran aja kenapa lo akhir-akhir ini suka spacing out ngeliatin hape” aku melanjutkan obrolanku. Aku tidak mau terlalu direct membahas soal Valentine. Kalau memang mereka pacaran, ini prestasi. Sepertinya sudah belasan tahun Stefan tidak punya pacar, walau kerjaannya meniduri perempuan di sana-sini.

“Oh, gapapa, lagi banyak urusan aja” jawabnya pura-pura. Halah, semalem gue liat kok isinya apa handphonenya.

“Terus Valentine apa kabar?”
“Kenapa nanyain dia?” nada bicara Stefan tampak agak panik. Dia mendadak melotot dan melihat ke arahku.

“Kagak, nanya aja kan…”
“Kenapa gak lo langsung nanya dia aja kalo pengen tau kabarnya?”
“Ya kan gue bisa nanya lewat elo” sambungku.
“Elo aja yang nanya Ya, sekalian lo modusin, sapa tau mau ngangkang buat elo” candanya tanpa nada bercanda.

“Chatting pake sayang-sayangan terus ngomongnya gitu ya?” aku tersenyum kecil.

Sejenak Stefan terdiam. Dia tampak bingung. Entah beberapa detik terbuang oleh diam-nya.

“Oh anjing…. Ngintip lo ya bangsat!!” bentar Stefan. “Taik”
“Kagak ngintip…. Lo tidur hape kebuka gitu… Gimana?”
“Gimana apanya?” dia balas bertanya.

“Ya jadi udah punya pacar nih sekarang?” ledekku melihat dirinya tampak panik.
“Bukan bangsat!”
“Kok pake sayang-sayangan”

“Lo liat apa lagi?” Nada bicara Stefan meninggi.
“Woi santai kenapa sih… Kayaknya sewot amat?” aku bingung karena Stefan tampak terlihat begitu panik dan takut. Apakah berpacaran dengan Valentine itu aib?

“Ah bangke… Males gue ceritanya…”
“Hah?”

“Gue takut sebenernya. Lagi takut banget” Stefan tampak galau.
“Takut kenapa?” aku jadi bingung, kenapa ceritanya jadi gak beraturan gini?

“Takut kalo gue gak bakal bisa punya anak…”
“APA?”

--------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd