lingga_jils
Semprot Baru
- Daftar
- 3 Mar 2018
- Post
- 39
- Like diterima
- 36
1. SEBUAH AWAL MULA
Pagi yang cerah. Udara yang sejuk menyambut hari terakhirku di desa terpencil di jawa bagian timur ini. Yaaa, mulai hari ini aku akan merantau ke ibukota negeri ini untuk kuliah.
Namaku Azhkia dian pramesti. Aku adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Kakak pertamaku laki-laki dan sudah berkeluarga. Kakak kedua ku perempuan dan sudah berkeluarga pula. Sedangkan aku baru lulus SMA dan baru akan melanjutkan kuliah. Sementara adikku masih SMP dan satunya masih SD. Abi ku adalah seorang kyai pemilik pondok pesantren di timur pulau jawa. Umiku adalah salah satu ustadzah di pondok ini dan salah satu dewan pembinanya. Soal kemampuan ekonomi keluarga ku sangat sangat amat cukup. Selain pemilik pondok, abiku merupakan kyai tersohor yang sudah berkelana ke penjuru negeri ini untuk berdakwah.
Dari latar belakang keluarga, sudah bisa dibayangkan bagaimana aku berpenampilan dan bagaimana aku dididik sejak kecil kaan. Yaa setiap hari aku berpakaian gamis lebar, sangat lebar bahkan. Jilbab jangan ditanya, selalu menghiasi kepalaku kapanpun dan dimanapun, bahkan saat tidur sekalipun. Jilbab yang aku gunakan tiap hari adalah jilbab super lebar yang bahkan menutup hingga pinggang dan pantatku, pokoknya kapanpun dimanapun berpakaian lengkap mulai dari dalam hingga luar dan atas hingga bawah. Aku sudah dibiasakan berpakaian begini sejak kecil dan sudah ditanamkan bahwa haram hukumnya menunjukkan aurat ku selain pada suamiku kelak. Bahkan ke sesama wanita dan saudara perempuan pun aku di ajarkan untuk menyembunyikan tubuhku yang berkulit putih bersiih bawaan dari umiku yg keturunan arab. Aku juga diajarkan sejak kecil bagaimana memanfaatkan teknologi dengan benar. TV kabel hanya memutar pengajian dari arab, sedangkan akses internet hanya untuk mencari materi tentang keagamaan dan dunia pendidikan. Yutub pun hanya digunakan untuk mencari video dakwah. Yaaa semuanya tertata rapi dan semuanya sudah ditanam sejak aku kecil.
Itu adalah sekilas tentang diriku.
----------
"umiiii.. Koperku sudah di bawah belom? " teriakku dari lantai dua.
Hari ini adalah hari dimana aku akan diantar oleh keluarga untuk menimba ilmu di ibukota. Awalnya abiku tidak mengizinkan aku kuliah di ibukota. Menurut beliau ibukota sangat kejam dan jauh dari agama. Namun setelah diskusi panjang lebar akhirnya aku diizinkan untuk kuliah di ibukota dan mengambil jurusan ekonomi. Aku masuk kuliah pun lewat jalur prestasi, bukan jalur tes nasional. Aku pun yakin tidak akan lolos jika lewat jalur tes nasional.
"sudah sayaang. Semua barangmu sudah ada di bawah, semalam sudah diturunkan sama mbak inah dan pak parjo"
"baik umi, terimakasih "
Setelah bersiap, akupun turun dan bersiap pamit. Dengan menggunakan gamis lebar warna krem senada dengan jilbabnya, aku siap melangkah menerjang ibukota.
"abi, kia berangkat dulu yaa. Kia akan selalu menjaga diri dan akan belajar dengan benar. Selalu gunakan pakaian lebar yg sesuai aturan agama yaa" pamitku setengah terisak pada abi
" iya nduk. Hati2 dijalan yaaa. Jaga dirimu disana. Jauhi pergaulan yg tidak baik. Luruskan niatmu untuk belajar" jawab abiku. Abiku tidak bisa ikut mengantar karena harus terbang ke Palembang untuk berdakwah.
Aku diantar oleh umiku dan kakak pertamaku beserta istrin dan anaknya yg baru berusia 8 bulan. Aku diantar menggunakan mobil toyota Alphard yg nyaman. Dalam rombongan juga ada 4 sopir yaitu pak kardi, pak parjo, mas adi dan mas burhan. 4 sopir? Yaaa karena ada 2 mobil sebenarnya. Mobil satunya adalah honda brio warna kuning yang akan aku gunakan di Jakarta nanti. Mobil ini adalah "paksaan" dari abiku karena sebenarnya aku menolak keras karena ingin mandiri dan ingin belajar untuk bisa lepas dari fasilitas "waaah" selama ini yang mau ke pasar pun harus dikawal. Abiku beralasan jakarta itu keras, tidak baik kalau anak perempuan berjalan sendiri atau naik kendaraan umum sendirian. Rawan pelecehan katanya. Yaaa daripada berdebat lagi, akhirnya aku iyakan sajalah, daripada izin kuliah dicabut wkwk. Oiyaa. Untuk tempat tinggal, aku akan ngekos bersama sahabat ku bella. Aku mempercayakan kos pada dia yg lebih dulu berpetualang bersama keluarhanya untuk mencari kos dan mempelajari jakarta. Aku diberikan alamat kos dan no hp pemiliknya, tante anggita. Kata bella, kos tante anggita ini cukup mewah dengan harga nyaris setara dengan kos biasa. 2 Kamarmandi luar 1 shower satu ada bathubnya, AC, WIFI, air merupakan fasilitas yg cukup dibayar dengan uang bulanan tanpa ada tambahan lainya. Kata bella, tante anggita juga seorang bisnis woman dibidang catering. Waaahhh mantabh sih pikirku.
Setelah 8 jam perjalanan nyaris full jalan tol, rombongan memasuki di Jakarta sekitar jam 4 sore. Kemacetan langsung memperkenalkan dirinya.
"Haduuh deek. Baru masuk saja macetnya sudah begini. Apalagi kamu yg tiap hari bakal begini" gerutu umiku yg mulai lelah
"yaaa namanya usaha mencari ilmu wkwk" candaku.
Berbekal google maps, kami berputar putar membelah macet. Daaan akhirnya kami menemukan kos tantr anggita tepat jam 7 malam.
"waaahhh gila sih. 3 lantai rumahnya" batinku
"bener nih rumahnya? Kok mirip hotel daripada kosan" tanya kakaku meyakinkan.
Pak parjo diutus turun oleh umiku untuk bertanya kebenarannya. Setelah pak parjo memberikan hasil positif, kami semua turun. Semua rombongan "ngulet" begitu turun dari mobil.
"assalamualaikum. Saya anggita " ucapnya sambil menjabat tangan umiku
"waallaikumsallam. Saya uminya kia yg mau numpang kos disini"
"saya kia tante" kataku memperkenalkan diri. Sesaat kami saling bercengkerama ala manusia baru kenalan wkwk setelah itu, tante anggita mengajak kami masuk sembari menjelaskan bahwa dia sudah dikabari oleh bella mengenai kedatangan ku. Sementara bella baru 2 hari lagi pindah ke kosan kata tante anggita.
Begitu memasuki teras lantai 1, bau makanan langsung menyerang. Saat itu memang tante anggita beserta karyawanya sedang masak besar karena ada pesanan. Tante anggita sendiri saat itu menggunakan jilbab panjang hingga perut, kaos dan celana training. Begitu masuk rumah, langsung terlihat megahnya. Tante anggita menjelaskan tiap detail rumah ini sambil jalan santai.
Lantai satu adalah tempat cateringnya dan ada 3 kamar sebagi mess pegawainya. Menginjak lantai dua, langsung terasa hawa sejuk AC kotak besar di ujung ruangan.
"waaahhh ini sih lebih dari mewah buat kosan" kataku dalam hati
Lantai dua ini sangat luas. Bagian tengahnya hanya ada meja makan dan tv serta sofa didepanya, sedangkan kamarnya mengelilingi ruang tengah. Total ada 4 kamar dan 2 kamar mandi. Tante anggita turut memperkenalkan nama penghuni tiap kamar dan latar belakangnya. Kamar 1 adalah kamar pribadi tantr anggita. Ukuranya paling besar dan ada kamar mandi di dalamnya. Kamar 2 bernama tania mahasiswa semester akhir di kampus yg sama sepertiku. Kamar 3 adalah kamarku dan kamar 4 adalah rahma, 24 tahun seorang akhwat tulen yang juga menjadi pendakwah. Selain itu juga seorang pengusaha gamis jelas tante anggita. Sedangkan lantai 3 ada 3 kamar dan 2 kamar mandi. Kamar 5 bernama nadia, seorang sekretaris di bumn. Kamar 6 bernama sisca, berusia 25 tahun dan seorang karyawan bank Dan kamar 7 adalah kamar bella nantinya. Semua dijelaskan tante anggita sambil mengajak kami berputar menunjukkan fasilitas kost ini, atau hotel mungkin wkwk.
Tante anggita kemudian menunjukkan kamarku. Dan akupun semakin takjub luar biasa. Satu kasur springbed lumayan besar, lemari besar yg berdesain masa kini dan meja cermin. Semua tertata rapi dengan tembok berwarna biru muda. Luar biasaaa batinku.
"oiyaa. Di kos ini juga ada budaya makan malam bersama lhoo. Jadi setiap hari jam st8, semua penghuni akan kumpul di meja makan dan makan bersama. Entah itu beli atau masakan tante" lanjutnya ketika aku masih kagum dengan kamarku. Aku pun semakin penasaran dan semakin semangat untuk segera bergabung dan tinggal resmi disini,merasakan pengalaman baru setelah hampir seluruh hidupku "terbelenggu" di suasana pondok yang homogen. Aku masih harus bersabar, Karena selama 2 hari kedepan, aku akan tidur di hotel menemani keluarga ku sekaligus esok akan ke ancol mumpung di jakarta.
"oiya tant, kok ini sepi sekali? "
"iyaa.. Anak2 sedang nonton avenger di mall. Paling nanti jam 11 baru pada pulang" jawab tante anggita tentang pertanyaanku kenapa kos ini sepi srkali tidak ada orang yg terlihat kecuali di lantai bawah tadi
Mendengar jawaban tante anggita, aku melihat sedikit khawatir di wajah umik dan kakaku.
" aahh tidak perlu khawatir. Anak2 jam 9 sebenarnya sudah pulang. Tapi yaaa macetnya kota ini yang bikin lama" tambah tante menenangkan situasi wkwk
Setelah meletakkan 2 koper besar di kamar dan membawa ransel di punggung, aku dan keluarga pamit ke tante anggita untuk menginap di hotel. Sehingga aku baru akan menempati kamarku 2 hari lagi.
"oiya tante, aku bawa mobil kuning itu parkir dimana ya tant? " tanyaku saat sudah di bawah, karena baru ingat aku bawa mobil.
"ini kan ada garisnya. Ini tempat parkir buat mobil kok. Sudah sesuai sama jumlah kamar. Tapi yg bawa mobil hanya 2, ditambah kamu jadi 3. Total 4 sama mobil tante" ucapnya sambil memperlihatkan garis pembatas mobil di depan pagar rumah. Gang rumah ini sangat luaa. Bahkan mungkin dumptruk lun bisa masuk
Semakin membuatku tidak sabar untuk tinggal disini. Fasilitas mewah, jalanan luas, parkir mobil aman, teman baru, dan budaya makan bersama yg membuatku paling tertarik dan tak sabar merasakanya.
Namun ternyata, memasuki dan menjadi penghuni kos ini merupakan awal dari dunia luar pondok desa yang liar dan benar2 "melepas belenggu" hidupku yg selama ini terpenjara nilai2 agama yg tertanam sejak kecil. Hal ini karena ada "budaya lain" yang tidak dijelaskan tante anggita dan tidak diketahui bella.
"assalamualaikum tante, pamit dulu yaa sampai ketemu 2 hari lagi" tutupku sambil melambaikan tangan ke arah tante anggita
Pagi yang cerah. Udara yang sejuk menyambut hari terakhirku di desa terpencil di jawa bagian timur ini. Yaaa, mulai hari ini aku akan merantau ke ibukota negeri ini untuk kuliah.
Namaku Azhkia dian pramesti. Aku adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Kakak pertamaku laki-laki dan sudah berkeluarga. Kakak kedua ku perempuan dan sudah berkeluarga pula. Sedangkan aku baru lulus SMA dan baru akan melanjutkan kuliah. Sementara adikku masih SMP dan satunya masih SD. Abi ku adalah seorang kyai pemilik pondok pesantren di timur pulau jawa. Umiku adalah salah satu ustadzah di pondok ini dan salah satu dewan pembinanya. Soal kemampuan ekonomi keluarga ku sangat sangat amat cukup. Selain pemilik pondok, abiku merupakan kyai tersohor yang sudah berkelana ke penjuru negeri ini untuk berdakwah.
Dari latar belakang keluarga, sudah bisa dibayangkan bagaimana aku berpenampilan dan bagaimana aku dididik sejak kecil kaan. Yaa setiap hari aku berpakaian gamis lebar, sangat lebar bahkan. Jilbab jangan ditanya, selalu menghiasi kepalaku kapanpun dan dimanapun, bahkan saat tidur sekalipun. Jilbab yang aku gunakan tiap hari adalah jilbab super lebar yang bahkan menutup hingga pinggang dan pantatku, pokoknya kapanpun dimanapun berpakaian lengkap mulai dari dalam hingga luar dan atas hingga bawah. Aku sudah dibiasakan berpakaian begini sejak kecil dan sudah ditanamkan bahwa haram hukumnya menunjukkan aurat ku selain pada suamiku kelak. Bahkan ke sesama wanita dan saudara perempuan pun aku di ajarkan untuk menyembunyikan tubuhku yang berkulit putih bersiih bawaan dari umiku yg keturunan arab. Aku juga diajarkan sejak kecil bagaimana memanfaatkan teknologi dengan benar. TV kabel hanya memutar pengajian dari arab, sedangkan akses internet hanya untuk mencari materi tentang keagamaan dan dunia pendidikan. Yutub pun hanya digunakan untuk mencari video dakwah. Yaaa semuanya tertata rapi dan semuanya sudah ditanam sejak aku kecil.
Itu adalah sekilas tentang diriku.
----------
"umiiii.. Koperku sudah di bawah belom? " teriakku dari lantai dua.
Hari ini adalah hari dimana aku akan diantar oleh keluarga untuk menimba ilmu di ibukota. Awalnya abiku tidak mengizinkan aku kuliah di ibukota. Menurut beliau ibukota sangat kejam dan jauh dari agama. Namun setelah diskusi panjang lebar akhirnya aku diizinkan untuk kuliah di ibukota dan mengambil jurusan ekonomi. Aku masuk kuliah pun lewat jalur prestasi, bukan jalur tes nasional. Aku pun yakin tidak akan lolos jika lewat jalur tes nasional.
"sudah sayaang. Semua barangmu sudah ada di bawah, semalam sudah diturunkan sama mbak inah dan pak parjo"
"baik umi, terimakasih "
Setelah bersiap, akupun turun dan bersiap pamit. Dengan menggunakan gamis lebar warna krem senada dengan jilbabnya, aku siap melangkah menerjang ibukota.
"abi, kia berangkat dulu yaa. Kia akan selalu menjaga diri dan akan belajar dengan benar. Selalu gunakan pakaian lebar yg sesuai aturan agama yaa" pamitku setengah terisak pada abi
" iya nduk. Hati2 dijalan yaaa. Jaga dirimu disana. Jauhi pergaulan yg tidak baik. Luruskan niatmu untuk belajar" jawab abiku. Abiku tidak bisa ikut mengantar karena harus terbang ke Palembang untuk berdakwah.
Aku diantar oleh umiku dan kakak pertamaku beserta istrin dan anaknya yg baru berusia 8 bulan. Aku diantar menggunakan mobil toyota Alphard yg nyaman. Dalam rombongan juga ada 4 sopir yaitu pak kardi, pak parjo, mas adi dan mas burhan. 4 sopir? Yaaa karena ada 2 mobil sebenarnya. Mobil satunya adalah honda brio warna kuning yang akan aku gunakan di Jakarta nanti. Mobil ini adalah "paksaan" dari abiku karena sebenarnya aku menolak keras karena ingin mandiri dan ingin belajar untuk bisa lepas dari fasilitas "waaah" selama ini yang mau ke pasar pun harus dikawal. Abiku beralasan jakarta itu keras, tidak baik kalau anak perempuan berjalan sendiri atau naik kendaraan umum sendirian. Rawan pelecehan katanya. Yaaa daripada berdebat lagi, akhirnya aku iyakan sajalah, daripada izin kuliah dicabut wkwk. Oiyaa. Untuk tempat tinggal, aku akan ngekos bersama sahabat ku bella. Aku mempercayakan kos pada dia yg lebih dulu berpetualang bersama keluarhanya untuk mencari kos dan mempelajari jakarta. Aku diberikan alamat kos dan no hp pemiliknya, tante anggita. Kata bella, kos tante anggita ini cukup mewah dengan harga nyaris setara dengan kos biasa. 2 Kamarmandi luar 1 shower satu ada bathubnya, AC, WIFI, air merupakan fasilitas yg cukup dibayar dengan uang bulanan tanpa ada tambahan lainya. Kata bella, tante anggita juga seorang bisnis woman dibidang catering. Waaahhh mantabh sih pikirku.
Setelah 8 jam perjalanan nyaris full jalan tol, rombongan memasuki di Jakarta sekitar jam 4 sore. Kemacetan langsung memperkenalkan dirinya.
"Haduuh deek. Baru masuk saja macetnya sudah begini. Apalagi kamu yg tiap hari bakal begini" gerutu umiku yg mulai lelah
"yaaa namanya usaha mencari ilmu wkwk" candaku.
Berbekal google maps, kami berputar putar membelah macet. Daaan akhirnya kami menemukan kos tantr anggita tepat jam 7 malam.
"waaahhh gila sih. 3 lantai rumahnya" batinku
"bener nih rumahnya? Kok mirip hotel daripada kosan" tanya kakaku meyakinkan.
Pak parjo diutus turun oleh umiku untuk bertanya kebenarannya. Setelah pak parjo memberikan hasil positif, kami semua turun. Semua rombongan "ngulet" begitu turun dari mobil.
"assalamualaikum. Saya anggita " ucapnya sambil menjabat tangan umiku
"waallaikumsallam. Saya uminya kia yg mau numpang kos disini"
"saya kia tante" kataku memperkenalkan diri. Sesaat kami saling bercengkerama ala manusia baru kenalan wkwk setelah itu, tante anggita mengajak kami masuk sembari menjelaskan bahwa dia sudah dikabari oleh bella mengenai kedatangan ku. Sementara bella baru 2 hari lagi pindah ke kosan kata tante anggita.
Begitu memasuki teras lantai 1, bau makanan langsung menyerang. Saat itu memang tante anggita beserta karyawanya sedang masak besar karena ada pesanan. Tante anggita sendiri saat itu menggunakan jilbab panjang hingga perut, kaos dan celana training. Begitu masuk rumah, langsung terlihat megahnya. Tante anggita menjelaskan tiap detail rumah ini sambil jalan santai.
Lantai satu adalah tempat cateringnya dan ada 3 kamar sebagi mess pegawainya. Menginjak lantai dua, langsung terasa hawa sejuk AC kotak besar di ujung ruangan.
"waaahhh ini sih lebih dari mewah buat kosan" kataku dalam hati
Lantai dua ini sangat luas. Bagian tengahnya hanya ada meja makan dan tv serta sofa didepanya, sedangkan kamarnya mengelilingi ruang tengah. Total ada 4 kamar dan 2 kamar mandi. Tante anggita turut memperkenalkan nama penghuni tiap kamar dan latar belakangnya. Kamar 1 adalah kamar pribadi tantr anggita. Ukuranya paling besar dan ada kamar mandi di dalamnya. Kamar 2 bernama tania mahasiswa semester akhir di kampus yg sama sepertiku. Kamar 3 adalah kamarku dan kamar 4 adalah rahma, 24 tahun seorang akhwat tulen yang juga menjadi pendakwah. Selain itu juga seorang pengusaha gamis jelas tante anggita. Sedangkan lantai 3 ada 3 kamar dan 2 kamar mandi. Kamar 5 bernama nadia, seorang sekretaris di bumn. Kamar 6 bernama sisca, berusia 25 tahun dan seorang karyawan bank Dan kamar 7 adalah kamar bella nantinya. Semua dijelaskan tante anggita sambil mengajak kami berputar menunjukkan fasilitas kost ini, atau hotel mungkin wkwk.
Tante anggita kemudian menunjukkan kamarku. Dan akupun semakin takjub luar biasa. Satu kasur springbed lumayan besar, lemari besar yg berdesain masa kini dan meja cermin. Semua tertata rapi dengan tembok berwarna biru muda. Luar biasaaa batinku.
"oiyaa. Di kos ini juga ada budaya makan malam bersama lhoo. Jadi setiap hari jam st8, semua penghuni akan kumpul di meja makan dan makan bersama. Entah itu beli atau masakan tante" lanjutnya ketika aku masih kagum dengan kamarku. Aku pun semakin penasaran dan semakin semangat untuk segera bergabung dan tinggal resmi disini,merasakan pengalaman baru setelah hampir seluruh hidupku "terbelenggu" di suasana pondok yang homogen. Aku masih harus bersabar, Karena selama 2 hari kedepan, aku akan tidur di hotel menemani keluarga ku sekaligus esok akan ke ancol mumpung di jakarta.
"oiya tant, kok ini sepi sekali? "
"iyaa.. Anak2 sedang nonton avenger di mall. Paling nanti jam 11 baru pada pulang" jawab tante anggita tentang pertanyaanku kenapa kos ini sepi srkali tidak ada orang yg terlihat kecuali di lantai bawah tadi
Mendengar jawaban tante anggita, aku melihat sedikit khawatir di wajah umik dan kakaku.
" aahh tidak perlu khawatir. Anak2 jam 9 sebenarnya sudah pulang. Tapi yaaa macetnya kota ini yang bikin lama" tambah tante menenangkan situasi wkwk
Setelah meletakkan 2 koper besar di kamar dan membawa ransel di punggung, aku dan keluarga pamit ke tante anggita untuk menginap di hotel. Sehingga aku baru akan menempati kamarku 2 hari lagi.
"oiya tante, aku bawa mobil kuning itu parkir dimana ya tant? " tanyaku saat sudah di bawah, karena baru ingat aku bawa mobil.
"ini kan ada garisnya. Ini tempat parkir buat mobil kok. Sudah sesuai sama jumlah kamar. Tapi yg bawa mobil hanya 2, ditambah kamu jadi 3. Total 4 sama mobil tante" ucapnya sambil memperlihatkan garis pembatas mobil di depan pagar rumah. Gang rumah ini sangat luaa. Bahkan mungkin dumptruk lun bisa masuk
Semakin membuatku tidak sabar untuk tinggal disini. Fasilitas mewah, jalanan luas, parkir mobil aman, teman baru, dan budaya makan bersama yg membuatku paling tertarik dan tak sabar merasakanya.
Namun ternyata, memasuki dan menjadi penghuni kos ini merupakan awal dari dunia luar pondok desa yang liar dan benar2 "melepas belenggu" hidupku yg selama ini terpenjara nilai2 agama yg tertanam sejak kecil. Hal ini karena ada "budaya lain" yang tidak dijelaskan tante anggita dan tidak diketahui bella.
"assalamualaikum tante, pamit dulu yaa sampai ketemu 2 hari lagi" tutupku sambil melambaikan tangan ke arah tante anggita
Terakhir diubah:
