Mengejar Shinkansen
Whoooaaaaa! Sugoooiiii! Itu yang pertama kali aku ucapkan saat turun dari bis dan melihat pabrik minuman tempat Fahmi-kun bekerja. Tempatnya besar dan luas, arsitekturnya juga keren dan sangat modern. Tapi tidak cukup berlama-lama aku mengagumi bangunan ini, Kanon-chan menyenggol lenganku memberi isyarat untuk terus berjalan mengikuti yang lainnya untuk menuju kedalam sebuah ruangan.
Kami memasuki ruangan yang ternyata isinya adalah beberapa petinggi dan Karyawan pilihan pihak pabrik. Setelah rombongan kami duduk, acarapun dimulai. Mereka memberikan info tentang air dan bagaimana pihak pabrik mengolah produknya agar tidak mengganggu kelestarian lingkungan.
Setelah presentasi usai, rombongan kami dibawa berkeliling pabrik. Melihat proses pengisian air sampai proses packing. Lalu setelah itu rombongan kami menuju sumur yang yang berada didalam bangunan mirip rumah yang dikelilingi oleh taman yang indah, katanya itulah sumber airnya.
Kemudian kami diberikan waktu sekitar 30 menit untuk berisirahat sebentar, sebelum melanjutkan perjalanan ke desa-desa yang berada di lingkungan pabrik. Mungkin perjalanan kami nanti akan memakan waktu sekitar 30-60 menit.
Aku mengambil ponselku dari saku jas cokelatku, kulihat pesan yang berisi aku ada di pabrik dimana Fahmi-kun bekerja yang aku kirimkan pada Fahmi-kun ternyata tidak terkirim. Padahal aku ingin bertemu dengannya disini.
Dengan perasaan yang sedikit kesal aku memasukan lagi ponselku kedalam saku. Memasang wajah muram sambil bersedekap dan mengawasi kalau-kalau Fahmi-kun ada lewat disekitarku. Tapi lebih dari 10menit aku tidak juga menemukannya, teman-temanku yang lain juga mulai pergi satu-persatu untuk pergi ke kantin atau sekedar ke toilet.
Nee... Keiko-chan, aku akan pergi ke toilet sebentar. Kau ikut atau berdiri saja disitu? tanya Kanon yang sedari tadi mengobrol dengan Sekar-san dibelakangku.
Kupikir aku tidak mau disini sendirian, lebih baik aku ikut dengan Kanon kekamar mandi. Aku juga ingin mencuci mukaku yang terasa kaku karena terlalu lama aku tekuk.
Dengan perasaan yang masih kesal aku mengikuti Kanon dan Sekar-san dari belakang mereka. Aku sebal akhir-akhir ini Fahmi-kun selain sering terlambat dia juga sering sekali mematikan ponselnya. Memangnya kenapa dia selalu seperti itu! Menyebalkan!
Belum hilang rasa kesalku, saat kami melewati area parkir, aku mendengar suara seseorang sedang bertengkar dalam bahasa Indonesia didepan sana, dan itu membuat Kanon dan Sekar sedikit takut untuk terus berjalan. Mereka berhenti dan menghadapku dengan tatapan tak mengerti. Sama seperti aku.
Entah apa yang mereka perdebatkan yang jelas itu semakin membuat perasaanku tidak nyaman, yang jelas aku mendengar pria itu mengatakan Maaf Sayang dan kata manis lainnya. Mungkin, aku juga tidak tahu mereka bicara apa, tapi setauku ketika gadis itu diam, dia sudah berhasil ditaklukan. Siapapun kau, selamat bagimu wahai pria penakluk.
Kanon-chan dengan isyaratnya yang mengatakan ayo jalan lagi dengan telunjuknya, membuatku kembali berjalan mengikutinya yang berjalan dengan Sekar-san. Walau sedikit canggung saat kami melewati kedua pasangan itu, sang pria sedang bersandar dimobil dan sang wanita sedang dipeluknya dengan mesra sambil diusap-usap lembut rambut wanita itu penuh cinta.
Tapi ketika semakin dekat dengan kedua orang itu aku seperti melihat sosok pria yang aku kenal, meski dari belakang aku yakin itu Fahmi-kun. Untuk memastikan bahwa benar pria itu adalah Fahmi-kun, aku mempercepat langkahku tak sabaran sampai menabrak Kanon dan Sekar-san yang menatapku tak mengerti.
Saat itu dadaku sudah bergemuruh dengan perasaan yang bercampur aduk, mataku juga terasa sangat panas. Barulah ketika aku sudah berada disamping mereka, disusul Kanon dan Sekar-san yang memanggil namaku. Seketika Fahmi-kun menoleh kearah kami dengan tatapan tak percaya, saat itu pula tangisanku pecah begitu saja disana.
Keiko-chan??!
Hiks... Fahmi-kun.... lirihku sambil menutup mulutku tak percaya. Meski secepat kilat Fahmi-kun melepaskan pelukannya pada wanita itu, tak lantas membuatku melupakan kejadian buruk ini. Dadaku terasa sangat sakit, melihatnya memeluk wanita lain didepan mataku sendiri.
Hei Jepang sialan! Apa yang kalian lakukan disini?! Lancang ya kalian berani masuk area parkir staff! bentak wanita yang tadi dipeluk oleh Fahmi-kun.
Vindy kamu keterlaluan ya! bentak Fahmi-kun terlihat marah pada wanita itu.
Ke-napa kamu marah?! jawab Kanon yang merasa kalimat yang dikatakan wanita itu bukan kata-kata yang sopan, walau kami tidak tahu apa maksudnya. Tapi dengan gesture yang seperti itu, siapapun tahu itu bukan hal yang baik. Tapi sebelum semua berlanjut, Sekar-san menahan tubuh Kanon-chan agar lebih calm down.
Aku yang sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit hati memilih pergi meninggalkan mereka semua, berlari sekuat tenagaku. Kudengar Fahmi-kun meneriakkan namaku, tapi gadis yang bersamanya itu mencoba menahannya. Sedangkan Kanon dan Sekar-san berlari mengejarku.
Aku terus menangis sejadi-jadinya sambil berlari keluar pabrik kemanapun aku tak peduli.
Aku hanya ingin pergi jauh, jauh dari Fahmi-kun. Aku harap ini hanya mimpi buruk, aku berlari berharap agar aku bisa terjatuh dan kemudian bangun dari mimpi burukku ini.
Bagaimanapun Fahmi-kun hanya mencintaiku, dia tidak mungkin selingkuh dibelakangku. Apa arti perhatiannya selama ini? apa arti pelukan hangatnya selama ini? apa arti ciumannya? Apa arti genggaman tangannya padaku kalau dia tidak mencintaiku?
TIDAK MUNGKIN! TIDAK MUNGKIN FAHMI-KUN TEGA MENGHIANATI AKU!
Mengejar Shinkansen
Pesawat dengan rute perjalanan Surabaya-Jepang yang aku naikki kini telah lepas landas. Ya, aku memilih pulang ke Jepang dengan bantuan orang-orang yang aku temui dijalan. Aku pikir kehidupanku disini sudah berakhir, kisah cintaku sudah kandas begitu saja. Tidak ada yang perlu aku perjuangkan lagi disini.
Dari balik jendela aku terus memandangi langit senja yang berwarna jingga, warnanya seolah menggambarkan hatiku saat ini, kelam. Saat pesawat mulai melewati laut dadaku terasa sangat sakit, melihat pantulan Sunset dari air laut yang berombak kecil, itu mengingatkanku beberapa hari yang lalu saat bersama Fahmi-kun.
Aku juga menoleh jauh-jauh ke ekor pesawat, aku lihat jejak pesawat tertinggal dibelakang sana. Tertinggal dan mungkin akan terbang menuju tempat Fahmi-kun berada, menyampaikan betapa aku sangat kecewa padanya. Aku tersenyum kecut menyadari betapa naifnya diriku selama ini percaya pada pria yang hanya kukenal namanya saja.
Kemudian aku membuka ponselku, memasang earphone dan memutar lagu, yang berjudul HIKOUKIGUMO atau Jejak awan pesawat. Lalu membuka folder yang berisi foto-fotoku dengan Fahmi-kun, aku memandanginya dengan perasaan yang bercampur aduk. Sementara lagu yang aku dengarkan seolah telah mewakili perasaanku,
Sayonara, kau bisikan ekspresimu saat itu,
sinar mentari tak sampai,
cinta itu tlah layu dan gugur...
Aku sengaja memilih semua foto yang menampilkan aku dan Fahmi-kun, beserta video yang kami buat sebelumnya. Lalu aku memilih untuk menghapus semuanya, semua yang berhubungan dengan Fahmi-kun, kemudian kembali menatap keluar jendela dengan langit yang mulai gelap.
Jejak pesawat suatu waktu,
seperti cakar tajam menusuk,
meninggalkan bekas tipis luka baru,
dengan tatapan kosong diriku memandang.
Aku pulang Okaasan... aku pulang Otousan, Kai-chan. Aku tersenyum mengingat wajah mereka, aku sangat sadar hanya mereka yang mencintaiku dengan tulus. Hanya mereka yang tidak pernah sedikitpun mempunyai niat jahat kepadaku. Sebentar lagi kita akan berjumpa kembali.
To be continue