Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Hijab Girlfriend

riverscuomo

Semprot Baru
Daftar
24 Aug 2014
Post
34
Like diterima
108
Bimabet
Chapter 1:

Pagi ini aku terlambat ke kantor. Papa pasti marah besar karena hari ini ada jadwal meeting dengan klien penting dari Rusia. Mana jalanan macet pula. Sial, pikirku. Padahal aku sudah memasang alarm eh ternyata iPhone ku lupa ku charge semalam yang berujung matinya iPhone ku itu. Aku melirik arloji Richard Mille ku. Pukul 9 pagi. Dan meeting dimulai tepat pukul 9 pagi ini. Beruntunglah dalam setengah jam aku sudah sampai karena aku ngebut dan menyalip gila-gilaan. Aku berlari tergesa-gesa dan menabrak seorang wanita hingga terjatuh. Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya. Mungkin klien dari divisi lain. Aku segera membantunya untuk berdiri.

"Oh maaf ya mbak saya tidak sengaja. Lagi buru-buru soalnya. Sekali lagi maaf" "Ngga pa pa mas." katanya sambil tersenyum. Aku pun permisi kepadanya dan langsung menuju ke kantor. Di depan pintu aku bertemu dengan mamaku. Mamaku langsung mengomeliku dalam bahasa Mandarin. Suatu kebiasaan nya kalau ingin mengomeliku. "Sori ma. iPhone ku lupa ku charge semalam." balasku sekenanya. Aku pun langsung masuk dan duduk. Aku bisa melihat tatapan papaku yang begitu marah. Kurasa aku akan mendapatkan masalah besar habis ini.

Meeting pun telah selesai. Papaku pun langsung menghampiriku dan memarahiku pastinya. "Kamu kenapa telat? Kamu ga tau ini klien penting? Bikin malu saja. Kamu keseringan dugem-dugem ga jelas. Kalo begitu papa tarik mobil kamu selama seminggu. Mengerti?" "Lho, ga bisa gitu dong pa. Aku malam ini udah ada janji. Lagian aku cuman telat setengah jam dan juga bukan sengaja." aku memprotes papaku.

"Papa lupa bilang juga. Rekening kamu papa bekuin selama seminggu. Biar kamu pergi dan pulang kantor ikut papa. Jangan pikir kamu bisa naik taxi online."

Damn, aku merasa seperti anak SD saja. Aku pun keluar dari kantor dengan penuh amarah dan menuju ke kantin. Mungkin minuman dingin dapat meredakan amarahku. Sesampainya di kantin aku melihat wanita yang tadi kutabrak. Ia sedang menulis-nulis di bukunya. Aku pun langsung menghampirinya. Tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya tidak enak hati saja karena sudah menyakitinya.

"Hi, lagi sendirin aja nih?" sapaku berbasa-basi. "Oh iya nih mas. Kebetulan lagi nungguin pesenan juga." balasnya. Wah manis juga kalo lagi senyum, pikirku. "Panggil aku Dave aja. Ngomong-ngomong siapa namanya mbak? "Anissa."katanya.

Kami pun berbincang-bincang cukup lama. Rupanya ia pegawai baru disini. Divisi Financing. Berdasarkan informasi yang kudapat, Ia merupakan pindahan baru dari Surabaya. Usianya baru 24. Terpaut 4 tahun denganku yang berusia 20. Aku sempat menyangka dia seusiaku karena wajahnya yang begitu baby face. Kuperhatikan semakin lama semakin manis saja. Apalagi ditambah hijab berwarna Peach yang dikenakan nya hari ini. Rasanya ingin terus kupandangi wajahnya. Aku segera menghapuskan pikiranku tersebut. Mau dikemanakan Sheila nanti? Hehehe.

Aku berpamitan pada Anissa untuk segera kembali ke kantor. Tiba - tiba ada panggilan masuk. Siapa lagi kalau bukan papaku.

UPDATE INDEX:
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8

POV ANISSA
FLASHBACK 1
FLASHBACK 2
 
Terakhir diubah:
Wahh ceritanya rame kayanya nih hu, nitip patok dlu ahh
 
Chapter 2

"Halo pa." jawabku. "Ok sebentar pa aku lagi di kantin" setelahnya akupun mematikan sambungan. Lima menit kemudian aku berada di kantor papa. Aku mengetuk pintu sebentar dan pintu pun terbuka. Begitu masuk papa menyuruhku untuk duduk.

"Dave, duduk dulu. Papa mau bicara serius." kata papaku sambil membetulkan kacamatanya. Ada gerangan apa pikirku. Jujur saja hatiku berdebar-debar. Bukan. Bukan kayak ketemu wanita idaman. Lebih karena takut.

"Papa perhatiin kerja kamu semakin berantakan saja. Papa dapat laporan dari Burhan kalau kamu minggu kemarin lupa mengerjakan laporan yang diperlukan. Dan akibatnya Burhan lah yang mengerjakan semuanya." What a kiss ass, pikirku. Burhan memang tidak pernah menyukaiku. Ia selalu menganggapku bisa dapat jabatan sekarang karena aku anak pemilik perusahaan ini. Brengsek sekali.

"Dan papa juga dapat laporan kalau kamu minggu kemarin telat sampai empat kali. Jangan kamu pikir papa nggak tau ya. Itulah akibat kalau kamu dugem melulu kerjaannya. Di kantor jadi nggak fokus. Papa membuat keputusan. Mulai hari ini, papa pindahkan kamu ke bagian financing. Dan satu hal lagi, semua fasilitas kamu papa tarik selama sebulan. Papa rasa itu hukuman yang cukup adil buat kamu. Jangan pikir papa jahat, Dave. Semua ini demi kebaikan kamu. Papa harap dengan peristiwa ini kamu bisa berubah. Umurmu masih 20 Dave, jalanmu masih panjang sekali. Jangan sia-siakan."

"Tapi pa.."

"Tidak ada tapi-tapian Dave. Sekarang kamu boleh keluar dan menuju kantor barumu."

"Baik pa. Aku permisi"

Aku pun melangkah keluar. Dan segera menuju kantor baruku. Sialan si Burhan. Pasti ia lah yang telah menyebabkan ini semua terjadi.

Aku berjalan dengan malas-malasan kesana. Dan begitu sampai aku lihat tatapan - tatapan heran dari staff divisi tersebut tapi tentu saja mereka tidak berani bertanya. Hanya satu orang saja yang berani menegurku.

"Mas Dave." aku menoleh kepada sumber suara tersebut. "Oh mbak Anissa. Aku lupa kalau mbak di bagian financing" kataku sambil menuju meja kerjaku. Kebetulan mejaku bersebelahan dengan meja kerjanya.

"Panggil Anissa aja."

"Kalau begitu panggi aku Dave aja ya."

"Kenapa disini Dave?" tanya nya padaku.

"Iya aku dipindah kesini. Aku belum begitu menguasai bagian financing. Jadi ingin lebih belajar lagi."

"Oh begitu. Kalau begitu kita bisa sama-sama belajar ya."

"Iya Nis, pokoknya kita saling membantu lah."
_________________________________________________________________________________________________________________
Setelah seminggu berada di divisi financing, akupun banyak belajar. Staff disana banyak yang membantu. Akupun tak butuh waktu lama untuk menguasai bidang baruku tersebut.

Dan hubunganku dengan Anissa pun semakin dekat. Hanya sebatas rekan kerja tentunya. Tapi kami juga beberapa kali makan siang bersama. Aku tahu ada tatapan-tatapan sekitar yang memandang kami berdua aneh. Aku cuek saja. Kami hanya rekan kerja. Lagipula apa sih yang membuat mereka curiga? Toh aku sama Anissa tidak mungkin bersama. Secara kami berbeda. Baik dari segi suku, agama, ras. Aku hanya menganggapnya seorang kakak saja. Tidak lebih. Dan lagi satu. Aku sudah punya Sheila.
_________________________________________________________________________________________________________________

Suatu siang papaku menyuruhku untuk ke kantornya. Aneh, tak biasanya papaku tersenyum. Mungkin habis menang tender, pikirku.

"Dave, papa dapat laporan dari divisi financing. Kinerja kamu semakin bagus saja. Papa bangga mendengarnya. Terus tingkatkan. Papa tahu kamu nggak bakal bikin papa kecewa. Proud of you, son" kata papaku sembari menepuk bahuku.

"Aku hanya menjalankan tugas sebaik-baiknya pa. Aku juga masih akan terus belajar. Aku nggak mau terlena pa. Masih banyak yang harus dipelajari." kataku merendah.

"Bagus Dave. Ya udah lanjutkan pekerjaan kamu. Oh ya, key's on your table." lanjut papaku.

"What key, dad?" tanyaku bingung.

"Sudah balik sana ke tempatmu."

Sesudah itu aku langsung kembali menuju meja kerjaku. Ternyata yang dimaksud papaku adalah kunci mobil Audi R8 ku. Aku pun tersenyum lebar dan kembali melanjutkan tugasku.

Terima kasih pa. Hukuman yang kujalani telah mengubahku.
 
RS apa FS ni om???
 
Chapter 3

Sore itu hujan turun deras sekali. Banyak pegawai kantor PT. Mitra Persada Bakti yang memilih untuk tetap tinggal di kantor. Aku sih santai - santai saja. Toh aku naik mobil. Apa yang harus kutakutkan. Sewaktu menuju parkiran aku melihat Anissa. Aku lantas menyapa nya.

"Hi Nis, mau pulang juga?"

"Iya nih tapi hujan deras aku mau nunggu aja deh."

"Aku anterin pulang aja ya." aku coba menawarka tumpangan padanya.

"Nggak usah Dave, aku ngerepotin ntar." tolaknya halus

"Ngerepotin gimana, kan aku sendiri yang mau direpotin." aku setengah memaksa

"Beneran Dave aku nggak papa."

Aku tanpa sadar menarik tangannya. "Ayo lah hujan begini biasanya awet. Palingan besok baru berhenti."
Aku bisa melihat tatapannya begitu terkejut. Apa karena aku telah menyentuhnya?

"Ya udah kalau kamu tetep bersikeras nggak mau ikut. Aku temenin disini aja ya." lanjutku lagi

"Ya udah kalo gitu Dave. Maaf jadi ngerepotin kamu ya."

"Anytime, kalau nganterin wanita cantik kayak kamu mah ga ada istilah ngerepotin lah. Malah seneng?" gombalku iseng.
"Gombal ya." katanya sambil mencubit lenganku.

Wah padahal aku tidak bermaksud gombal. Kamipun langsung menuju ke mobil. Hari ini kuperhatikan Anissa begitu cantik. Tidak. Setiap hari pun dia begitu cantik dengan hijab yang membungkus kepalanya tersebut.

Di mobil kami tidak terlalu banyak bicara seperti biasanya. Mungkin karena lelah. Dan apesnya jalanan begitu macet. Tipikal jam pulang kantor. Perutku sudah mulai lapar. Aku mencoba mengajaknya untuk makan malam.

"Errr... Nis.. Nis.." tidak ada jawaban. Aku menoleh kearahnya. Rupanya ia tertidur. Mungkin lelah. Betapa cantiknya wajah tersebut. Dan bibir itu, bibir yang indah sekali. Aku begitu ingin menciumnya. Tapi aku tidak berani. Aku masih waras kali. Aku pun membangunkannya. "Nis.. bangun nis.. sori. Kita makan dulu yuk. Kebetulan ini dekat sama warung langganan ku.

"Aduh ya ampun sori banget Dave aku ketiduran." Anissa terlihat salah tingkah

"Nggak papa lagi. Tapi kita makan dulu ya. Aku udah laper. Kamu juga pasti udah laper. Tadi aku denger perut kamu bunyi kencang banget." Godaku

Anissa pun langsung mencubit lenganku dengan gemas. Aku mengaduh kesakitan dan membalas untuk mengelitikinya dan tanpa sadar bibir kami hanya berjarak sekitar 5 senti. Kami sempat berhenti sebentar dan dikejutkan dengan klakson yang sangat panjang dari kendaraan di belakang. Dengan canggungnya menarik diri kami masing-masing. Akupun melanjutkan jalan.

"Nis, kita udah nyampe nih. Ini tempat langgananku." aku menunjukkan sebuah restoran yang diberi nama "Restoran". Meski terdengar norak tapi restoran ini ramai sekali pengunjungya. Kalau sabtu-minggu nggak usah ditanya bagaimana ramainya.

Kami pun memasuki restoran tersebut. Hanya ada beberapa meja yang terisi. Maklum lah, hari biasa.

Sebuah suara mengejutkanku begitu aku dan Anissa memasuki pintu.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd