Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Only Sunshine - TAMAT

Bimabet
Wahhh... Si Tama dapat centang biru kampret, selamat. Banyakin ya korbannya.
Selama di tag tidak ada nama baru muncul, maka tidak ada korban tambahan mwehehehe:pandaketawa:

Wih, ada lagi yang update. Bahagia hati ini :panlok4:
Habisnya yang lain update sih kak, jadi kan pengen update juga :(

Waduhhh seru nihh Pucchi Anin wkwkkwkw. Lanjut suhuu.
kita lihat aja kak apakah akan ada pemeran tambahan hehehe:pandajahat:
 
Updatenya samaan next updatenya juga ikut samaan tersendat
 
kirain ketemu lidya di f7 hahaha

Masih aja Lidya mulu...

Alias memantau.

-----

Bagus. Boleh juga. Tapi masih tergesa2 apa lagi di sex scenenya. Bebasin imajinasi lo. Buat mengalir. Mengalun.
 
Terakhir diubah:
Updatenya samaan next updatenya juga ikut samaan tersendat
Wah kita gaboleh berprasangka buruk kak sama orang :(

Masih aja Lidya mulu...

Alias memantau.

-----

Bagus. Boleh juga. Tapi masih tergesa2 apa lagi di sex scenenya. Bebasin imajinasi lo. Buat mengalir. Mengalun.
Waduh, terimakasih sudah berkunjung suhu, ini memang cerita pertama saya kak, biasanya saya nulis cerita cinta-yang-gitu-gitu-aja, jadi mungkin masih agak kaku. terimakasih masukannya kak m(_)(_)m
 
Wah, akhirnya ada adegan si Pucchi...
Thank you update-annya, kak Tama

Saran buat Suhu
Kalo bisa, scene Pucchi dibuat lebih variatif dan imajinatif, supaya ada perbedaan sama Anin, misalnya dia pake cosplay dulu sebelum masuk ke adegan utama

Atau yang awalnya malu-malu dulu, trus lama-lama jadi mau

Atau bisa juga yang agak BDSM dengan properti tambahan seperti tali, selotip, lilin

Soalnya biasanya wibu gitu kan punya fantasi yang liar, hehe
 
Mantap pucchi
Apakah harus nambah lagi ya kak :pandajahat:

Wah, akhirnya ada adegan si Pucchi...
Thank you update-annya, kak Tama

Saran buat Suhu
Kalo bisa, scene Pucchi dibuat lebih variatif dan imajinatif, supaya ada perbedaan sama Anin, misalnya dia pake cosplay dulu sebelum masuk ke adegan utama

Atau yang awalnya malu-malu dulu, trus lama-lama jadi mau

Atau bisa juga yang agak BDSM dengan properti tambahan seperti tali, selotip, lilin

Soalnya biasanya wibu gitu kan punya fantasi yang liar, hehe
Terimakasih suhu atas masukannya, buat bahan masukan part berikutnya juga. jujur aja, sebenernya saya masih kaku kaku gimana gitu nulis stensilan gini hehehe:panlok4:

gue kalo baca Puchi bawaanya inget cosplayer LLZT zzz
kalo baca Pucchi bawaanya inget mantan :(
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wah update :panlok2:


Makin penasaran sama perasaan "kakak adek masuk " :pandaketawa::pandaketawa:
 
Saran hu, kalo bisa tiap update tampilin mulustrasinya, biar makin mendalami buat yang gatau orangnya
 
printf(“---PART 6---\n”);

Lembang, pukul 11 malam.

“Dingin.” Kata Anin saat kami tiba di sebuah warung. Warung langgananku saat dulu masih di Bandung. Aku melepas sarung tanganku, lalu memakaikannya ke Anin.

“Alah, balik dari Jakarta jadi bucin,euy!” seru seorang temanku sembari tertawa. Aku hanya menimpalinya dengan tawa, sementara Anin menunjukan tampang malu-malu. Aku menghampiri ibu penjaga warung tersebut yang langsung disambut dengan senyum lebar.

“Kemana aja atuh, kasep. Jarang kelihatan!”

“Ada bu, hehehe. Biasa 2 ya bu, sama teh anget 2.” Aku memesan yang langsung dibalas dua jempol oleh ibu tersebut. Aku kembali ke Anin yang sedang duduk sembari mengarahkan tangan kearah pengapian kecil di depan warung, lalu duduk disebelahnya.

“Kak, mau tanya dong.” Anin membuka percakapan. Matanya masih mengarah ke api unggun kecil di depannya.

“Hng?”

“Kakak kenal Pucchi?”

Aku kaget. Kampret tuh anak.

“Kok tiba-tiba Pucchi?” tanyaku kemudian lalu ikut menatap api unggun didepan.

“Kalem, sebelum cerita, ini pesenannya udah jadi. Mie rebus pake cengek sama telor dan teh anget. Mangga.” Si ibu tadi tiba-tiba muncul dari belakang diantara kami. Kami menerima mangkok dan gelas itu lalu mengucapkan terimakasih.

“Kemarin-kemarin, habis kakak nganterin aku, Pucchi nge-Line aku. Aku kaget, kok bisa kenal kakak.” Bola mata Anin masih belum beranjak dari api unggun itu. Aku menghela nafas sebentar.

“Yaudah, aku cerita. Dengerin ya. Kaget boleh, motong jangan.” Akhirnya Anin menatapku. Aku mulai bercerita.


***

Bandung, setahun lalu.

Aku memacu Yamaha R6 ku dengan sedikit cepat. Hujan mendadak ini mengagetkanku yang masih ditengah perjalanan menuju rumah. Motorku berhenti tepat dibawah flyover Pasopati, menunggu lampu lalu-lintas berubah hijau. Aku melirik jam di tangan kiriku.

Kirain masih sore, udah jam 10 malem aja anjir.

Jalanan protokol Bandung ini sangat sepi malam ini. Mungkin karena besok belum weekend, sehingga tidak banyak orang yang lalu-lalang. Mataku menangkap seorang gadis tengah terduduk di trotoar jalan sembari memeluk lututnya. Bibirnya membiru dan gemetaran, matanya kosong, dan bajunya sedikit lusuh. Aku yang tidak tega menghampirinya.

“Hei, gabaik hujan-hujan.”

Matanya bergerak, sorotnya menampakan rasa ketakutan luar biasa. Aku merasakan gadis ini baru saja mengalami sesuatu yang membuatnya shock luar biasa.

“K...kaa..kkk....aku....iikuut....puulang...brr...” dia berdiri. Kakinya gemetaran sekali. Aku yang tidak tega langsung mengarahkan badannya menuju motorku. Syukurlah dia masih sanggup untuk naik.

“Rumah kamu dimana?” tanyaku sembari sedikit membuka visor helm. Dia tidak menjawab. Hanya memelukku erat. Aku memutuskan untuk membawanya sementara kerumahku.

Setelah memarkirkan motorku, aku membopongnya masuk kedalam dan mendudukannya di sofa ruang tamuku. Aku segera mengambil handuk dan menyerahkan kepada gadis itu.

“Aku ambilin baju ganti ya, kamu boleh mandi di kamar mandi itu, ada air panasnya kok.” Tanpa menunggu jawabannya, aku segera menuju kamarku dan mengambil sebuah kaos berwarna putih polos dan celana training, lalu menyerahkannya kepada gadis itu. Ia menerima lalu berjalan menuju kamar mandi.

Aku bergegas menuju dapur untuk membuatkannya teh hangat dan sepiring nasi goreng. Dalam benakku, aku rasa aku pernah melihat dan mengenal gadis itu. Setelah jadi, aku menuju kamar mandi yang lain untuk mandi dan berganti baju. Selesai mandi, kulihat dia sudah duduk di meja makan dan menyeruput teh tersebut sedikit demi sedikit. Kuperhatikan dari belakang, rambutnya sedikit diatas bahu, posturnya tidak terlalu tinggi namun tidak bisa disebut pendek, badannya proporsional, mungkin akan nyaman kalo ia aku peluk.

“Boleh dimakan kok.” Aku menghampirinya. Tanpa basa-basi, ia langsung melahap nasi goreng biasa buatanku itu. Sedikit terburu-buru, mungkin karena lapar setelah kehujanan tadi. Aku duduk dihadapannya, dan membuka gawaiku untuk melihat apa saja yang terjadi di grup.

“Nama aku Puti, kak.” Aku kaget, dan segera menengok. Ia menjulurkan tangannya. Aku menyambutnya.

“Nama aku Tama.” Kami bersalaman. Suhu tubuhnya sudah hangat sekarang.

“Aku tadi habis dari event di Ciwalk kak, terus diajak pulang sama yang minta foto sama aku, eh ternyata aku di hipnotis kak, semua diambil, kostum, handphone, dan uang aku. Untungnya gak sama dompetnya kak. Aku juga sempet di perkosa sama mereka. Jumlah mereka ber-4.” Ia bercerita tanpa aku pinta. Aku kaget. Sangat. Ia menyodorkan dompetnya yang berwarna biru langit itu. Saat terbuka, ada sebuah KTP Provinsi DKI Jakarta didalamnya, beberapa kartu merchant, dan sebuah foto keluarga. Rasanya aku pernah melihat ayahnya.

“Ini ayah kamu?” aku menunjuk seorang pria paruh baya dengan postur tegap dan rambut yang beruban yang berdiri di sebelah kanan.

“Iya kak.” Ia hanya mengangguk. Aku segera mengambil handphoneku, mencari sebuah kontak, lalu menghubungi kontak itu dan mengaktifkan pengeras suaranya. Puti menatapku dengan heran. Nada sambung menghilang, berganti sebuah suara berat.

“Halo mas, ada apa nelfon malem-malem gini?” ujar suara diujung sana yang langsung disambut dengan wajah kaget dan senang Puti.

“Papaaaaaaa!” Puti menyambar handphoneku.

“HAH?! Pucchii?! Kok sama mas Tama?! Kamu kemana aja di telfon papa sama mama gabisa?! Katanya mau pulang hari ini?!” Ayah Puti-yang pada akhirnya aku tau bahwa panggilannya adalah Pucchi- kaget mendengar suara anak perempuanya itu. Pucchi sedikit terisak. Aku hanya memperhatikannya.

“Pucchi di hipnotis pah. Semuanya diambil, jadi Pucchi bingung. Tadi ketemu kak Tama dijalan pah.” Pucchi menahan tangisnya.

“Ya Tuhan ada-ada aja ih, kamu gapapa kan?! Sekarang masih sama mas Tama kan?!” ayah Pucchi sangat khawatir. Khas seorang ayah.


Kok gue jadi kangen bokap.



“Pucchi gak apa-apa pah. Kak Tama baik kok.” Pucchi menatapku lalu tersenyum.


Anjir lucu senyumnya.


“Papa mau ngomong dulu sama mas Tama bentar.” Pucchi langsung menyerahkan handphoneku kepadaku. Aku mematikan mode pengeras suara tadi, lalu menempelkan handphone tersebut ke telingaku.


“Iya, gimana om?”

“Mas, om titip Pucchi ya, semalem aja. Besok om jemput, ini udah kelewat malem” Ayahnya menunjukan suara memohon dari ujung sana.

“Dengan senang hati, gapapa kok om, kebetulan juga Tama lagi di Bandung. Nanti biar Tama yang urus aja om.”

“Makasih ya mas.”

“Sama-sama, om.”

“Ngomong-ngomong, gimana? Semua lancar kan?” nada suaranya sedikit berubah menjadi seperti biasa.

“Lancar kok, om. Bisnis keluarga juga lancar. Tama juga kampus sama kerjanya lancar.”

Begitulah, kami berdua sibuk mengobrol soal pekerjaan dan kabar keluargaku. Aku hanya membalas seperlunya dan ayah Pucchi tadi menutup telfon. Aku menghampiri Pucchi yang sedang asik mengunyah keripik yang ada di toples di ruang tamuku.

“Kok bisa kenal, kak?” Tanyanya dengan mulut yang masih mengunyah keripik.

“Ya, ayah kamu sama ayah aku punya bisnis bareng. Jadi kenal.” Jawabku sekenannya sembari duduk disebelahnya.

“Makasih ya kak, udah nyelametin aku. Aku gatau gimana kalo tadi dijalan gak ketemu kakak.” Ia memeluk lengan kananku. Aku hanya diam tersenyum. Kami berdua menikmati film yang sedang diputar di saluran televisi swasta. Pucchi menyandarkan kepalanya ke bahuku, dan mengeratkan pelukannya di lenganku. Aku bisa mencium wangi shampoo yang biasa aku kenakan menempel di rambut Pucchi. Lambat laun, ia terpejam, sementara tangan kiriku mengusap puncak kepalanya, lalu menciumnya.

***

“Jadi gitu, Nin.” Aku menelan kunyahan terakhir dari mie yang ada di mangkok tadi, lalu menyeruput teh tersebut sedikit. Anin hanya membulatkan bibir membentuk “O”. Gemas sekali aku melihatnya.

“Terus? Deket banget sama Pucchi dong?” ia menengok ke arahku. Aku menghela nafas sebentar, lalu mengangguk pelan. Anin kembali memandang api unggun di depan yang mulai meredup. Teman-temanku di belakang sedang asik bermain gitar sembari bernyanyi, sementara kami berdua yang duduk di depan warung ini sama-sama diam.

“Mungkin..” kata Anin.

“..karena ada Pucchi ya, kakak gak bisa bales perasaanku?” tanya Anin. skakmat.

Aku hanya diam, lebih ke tidak berani menatap matanya. Tangan Anin memegang punggung tangan kiriku, lalu menoleh ke arahku sambil tersenyum sendu.

“Mau bagaimanapun, aku tetep sayang kakak.” Katanya. Aku beranikan diri untuk menatapnya. Manis sekali senyumnya.

“Tapi Nin...” jari telunjuknya langsung mengarah tepat ke bibirku.

“Gaada tapi. Apapun itu, aku tetep sayang Kakak. Mau kakak bales perasaan aku atau enggak, aku tetep sayang kakak.” Katanya, diakhiri dengan sebuah senyuman penuh arti. Aku balas tersenyum, lalu ia memelukku sejenak.

“Tam, gantain yang gitar, nih maneh nyanyi.” Putra, temanku yang tadi mengejekku, memberikan gitar yang sedari tadi ia pegang kepadaku. Aku mengambilnya, lalu berdiri diantara kerumunan itu. Ada sekitar 14 orang, tentu saja berpasangan, termasuk aku dan Anin. Sebelah kiri tempatku berdiri adalah kaum Adam, dan disebelah kanan adalah kaum Hawa. Anin duduk bersama para perempuan lain. Aku mulai memetik gitarku, dan bernyanyi.


Surti, remaja, anak bapak kades

Dan si Tejo, jejaka, baru aja mudik

Berdua saling mencinta, sejak lulus SD

Hingga kini, beranjak gede


Bait pertama lagu Surti Tejo dari Jamrud disambut tepuk tangan meriah dan tawa dari semua orang, tak terkecuali Anin. Aku melanjutkan laguku dengan diiringi backing vocal oleh para pria.


Surti sumringah, Arjuna nya pulang

Tiga Tahun berpisah, nyari dana di kota

Mereka melepas rindu, di pematang sawah

Hingga malam, selimuti desa



Begitulah. Kami akhirnya bersenang-senang dengan lagu yang aku nyanyikan hingga jam menunjukan pukul 1 pagi. Kami semua beranjak turun dari Lembang dan menuju rumah masing-masing.


“Ih tadi temen-temen kamu lucu-lucu semua ya.” Anin membuka obrolan ketika kami berdua sudah berbaring di kamar.

“Yagitulah. Mereka kadang aku jadiin tempat pelarian dari semua masalah dulu waktu aku di Bandung.”

Anin bergerak memeluk lengan kiriku. Kepalanya ia sandarkan di bahuku. Hening.

“Aku sayang kakak.” Bisiknya pelan, lalu mencium pipiku.

Aku diam. Tidak bisa merespon. Kulirik Anin, ia terpejam. Wajahnya damai. Aku selalu suka saat ia tidur.






“Aku mulai sayang kamu, Nin.”




break;
 
Hai, halo kak!

Update kali ini singkat dulu ya kak, karena saya harus mengejar kesinambungan antara nge garap cerita ini dan paper saya yang nganggur hehehe :D

Hmm
kira kira, harus ada pemeran tambahan gak ya? Terus gimana nasib gadis yang ketahuan di F7 waktu itu ya? Sebenernya dia ngapain? hmm

by the way,
mohon maaf kalo penulisan saya banyak kurangnya, mungkin gaya penulisan saya yang agak beda dengan suhu-suhu disini hehe.

selamat menunggu update selanjutnya kak~



tatatama_a
 
Mamtap entot wibu awk
Semuanya itu mantap kok kak~

Wah update :panlok2:


Makin penasaran sama perasaan "kakak adek masuk " :pandaketawa::pandaketawa:
Ditunggu sampe terjawab rasa penasaran nya ya kak :p

Saran hu, kalo bisa tiap update tampilin mulustrasinya, biar makin mendalami buat yang gatau orangnya
Terimakasih kak sarannya, mungkin kedepannya bisa saya pertimbangin lagi ya kak hehehe. terimakasih juga sudah berkunjung~
 
Ini nih, suhu panutan
Alasannya bisa aja, bilangnya update bakal kesendat. Nyatanya lancar aja.
Pertahankan suhu
Pertamax gak ya ini?
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd