Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY MY TABOO STORIES

SEBUAH PENCERAHAN

Walaupun baru pertama kali bertemu dengan wanita ini tetapi aku langsung menyukainya. Wanita yang bernama Ratna ini sangat friendly dilengkapi dengan keramahan dan gaya bicaranya yang khas, sehingga tanpa membutuhkan waktu lama aku langsung akrab dengannya. Semakin lama keakraban kami semakin serius dan mulailah kami saling bercerita masing-masing tentang diri kami. Sampai pada akhirnya, aku ungkapkan permasalahan rumah tanggaku.

“Permasalahanmu sama denganku, Din ... Kita sama-sama punya suami yang gila kerja dan tidak memperhatikan kebutuhan kita sebagai wanita. Suami kita kayaknya menganggap kalau sudah diberi kemewahan dunia tuntaslah kewajibannya.” Kata Ratna panjang lebar.

“Ya, begitulah ... Saat ini aku sangat kesepian dan sering timbul keinginan untuk mencarinya di luar rumah.” Kataku.

“Kenapa tidak kamu lakukan?” Tanya Ratna.

“Aku takut ... Takut ketahuan suami ...” Jawabku polos.

“Hi hi hi .... Apa yang perlu ditakuti? Mereka saja tidak pernah ada di rumah.” Kata Ratna.

“Ya, sih ...” Ucapku sambil tersenyum.

“Kita juga berhak bahagia. Kebahagian itu mahal harganya, sempatkan lapang sebelum sempit, dan hargailah waktu yang setiap saat meninggalkanmu.” Jelasnya.

Ratna ternyata memang pandai meningkatkan kepercayaan diriku. Penjelasannya sangat memotivasi untuk meraih kebahagiaanku yang lama hilang. Aku sangat bersemangat mendengar semua perkataannya. Ratna sudah membuka cakrawalaku tentang arti bahagia itu sendiri hingga aku sagat yakin untuk segera mendapatkannya. Dan ada satu hal yang paling berkesan dari ucapannya yaitu salah satu resep untuk menjadi orang yang bahagia adalah kebutuhan seks yang terpenuhi. Seks membuat orang bahagia, semakin aktif seseorang secara seksual, orang itu akan semakin bahagia dan sehat.

“Mbak... Sebenarnya aku punya masalah dengan kehidupan seks-ku.” Ucapku pelan.

“Boleh aku tau?” Pinta Ratna.

“Aku bergairah dengan anakku sendiri ...” Ucapku lagi tambah pelan.

“Wow ... Apa kamu sudah melakukannya?” Sahut Ratna sambil beringsut duduknya mendekatiku.

“Sudah ...” Jawabku semakin pelan sambil menatap matanya.

“Hi hi hi... Berarti sudah tidak ada masalah, tinggal melanjutkannya.” Ucap Ratna sangat ringan.

“Tapi ...” Perkataanku dihentikan Ratna dengan menempelkan telunjuknya di bibirku.

“Lanjutkanlah ... Jangan memikirkan apa-apa lagi ... Nikmati saja ...!” Katanya.

“Aku takut jadi mencintai anakku sendiri ...” Ucapku.

“Nah... Itu yang harus kamu hindari... Jangan ada cinta dalam hubungan dengan anakmu.” Kata Ratna sambil mengoyangkan telunjuknya ke kiri dan ke kanan di depan wajahku.

“Bagaimana cara menghindarinya?” Tanyaku.

“Tanamkan dalam jiwamu kalau seks adalah kesenangan semata-mata. Seks adalah sesuatu yang indah, menyenangkan dan membahagiakan. Jangan campuri seks dengan perasaan atau hati.” Jelas Ratna yang sangat menyentuh hatiku.

“Terima kasih, mbak ....” Kataku sambil memeluk tubuhnya.

“Ada saran dariku ... Tapi pikirkan dulu baik-baik ... Untuk menghindari perasaan cinta pada anakmu ... Kamu bisa melakukan seks dengan yang lain ...” Bisik Ratna di telingaku.

“Hhhhhmm... Menarik juga...” Ucapku sambil mengurai pelukanku.

Aku pun akhirnya ngobrol dengan Ratna sangat seru sampai Devan dan anak tiri Ratna datang membawa makanan yang baru mereka beli. Kami berempat menyantap makanan itu di ruang makan. Tiba-tiba mataku disuguhi pemandangan yang cukup mengejutkanku. Ratna beranjak dari kursinya dan duduk di pangkuan Devan. Ratna dengan manja minta ‘disuapin’ Devan sambil tangannya merangkul leher anakku.

Awalnya aku agak risih melihat kelakuan Devan dengan Ratna yang begitu mesra. Namun lama-kelamaan aku merasa ingin melakukannya juga. Aku melirik Anak tiri Ratna yang bernama Andri dan ternyata pada saat itu dia pun sedang memandangku. Sambil tersenyum, Andri menganggukan kepalanya sambil melambai kecil tangannya padaku. Entah datangnya dari mana keberanian itu, aku menghampiri Andri dan melakukan hal yang sama dengan Ratna.

Aku duduk di pangkuan Andri sambil melingkarkan tanganku di lehernya. Selanjutnya, aku ‘disuapin’ Andri dengan mesra. Dalam posisi yang demikian itu tentu saja payudaraku intens sekali tersentuh oleh tangan dan kepalanya. Aku merasa senang dan bahagia dengan acara makan malam ini. Sekarang aku baru menyadari kebenaran perkataan Ratna tadi. Memang aku harus terbuka dengan laki-laki lain sehingga pikiranku agak berkurang terhadap Devan.

Makan malam pun selesai, aku membantu Ratna membereskan meja makan sedangkan para laki-laki kembali mengobrol di halaman belakang rumah. Sambil membereskan peralatan bekas makan malam aku terus ngobrol dengan Ratna.

“Anakmu tampan sekali, Din ... Itunya juga luar biasa ...” Bisik Ratna padaku.

“Mbak pernah main sama dia?” Tanyaku.

“Hi hi hi ... Beberapa kali ...” Jawabnya tanpa beban.

“Kamu bisa melakukannya juga dengan anakku ... Gak kalah ganteng kok ... Bahkan untuk urusan membahagiakan cewek di ranjang, anakku lebih pandai daripada anakmu.” Ucap Ratna tanpa risih.

“Oh, benarkah?” Tanyaku agak bersemangat.

“Ya ... hi hi hi ...” Jawabnya sambil tertawa.

“Aku masih terobsesi sama anakku ...” Kataku pelan.

“Hhhhhmmm ... Bagaimana kalau kita main bareng?” Ucapan Ratna sungguh membuat jantungku berdebar.

“Maksudnya?” Tanyaku untuk meyakinkan diri.

“Hi hi hi ... Kita berempat making love bareng-bareng di satu ranjang. Kita bisa ganti-gantian pasangan.” Ucapnya lagi sambil merangkulkan tangannya ke bahuku.

“Awww ... Aku malu ahk ...!” Pekikku seketika itu juga.

“Kamu harus membiasakan diri, Din ...” Sepertinya Ratna sedang merayuku.

“Lain kali saja, mbak ... Aku belum siap ...!” Sahutku.

“Hi hi hi ... Baiklah ...” Kata Ratna sambil mencium pipiku. Aku pun tersipu dibuatnya.

Malam semakin larut, aku pun berpamitan kepada tuan rumah. Aku dan Devan meluncur meninggalkan rumah Ratna. Devan mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Kami ngobrol dan bercanda bukan sebagai ibu dan anak tetapi seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.

“Van ... Masa tadi Tantemu ngajak ML barengan...” Kataku.

“Kenapa gak jadi?” Tanya Devan sambil menoleh padaku.

“Mamah malu ...” Jawabku.

“Oh ... Ya gak usah dipaksakan ... Sedikit-dikit aja ...” Katanya sambil tangannya mendarat di lututku.

“Ya sayang ... Mamah belum siap ...” Kataku lagi sambil membuka pahaku agar Devan lebih leluasa.

Benar saja, tangannya kemudian memasuki rokku, kini pahaku dielus-elusnya. Setelah dalam beberapa detik aku menikmati elusan tangannya di pahaku. Ada semacam setrum dari selangkanganku yang membuatku horny. Beberapa detik selanjutnya, tangan itu telah sampai di pangkal pahaku dan aku semakin membukakan pahaku dan langsung saja aku merasakan usapan lembut di daerah intiku.

“Mamah sudah basah ...” Lirihnya. Tiba-tiba aku rapatkan pahaku menjepit tangan Devan yang berada di selangkanganku.

“Kamu nakal sih ...” Kataku sambil berusaha menarik tangan nakal Devan dariku.

“Punyaku juga udah ... keras ...” Ucapnya yang terdengar seronok tapi aku menyukainya.

“Masa?” Candaku.

“Nih ... Periksa sendiri sama mamah ...” Katanya sambil badannya agak di ke belakangkan. Segera tanganku mengarah ke selangkangannya. Terasa olehku kalau kontolnya sudah sangat keras.

“Ihk ... Keras banget ...” Kataku lirih.

“Punya mamah basah dan punyaku keras ... Berarti ...” Ucapnya.

“Berarti apa?” Aku pura-pura saja tidak tahu sambil terus mengusap batangnya.

“Kita sama-sama pengen ngentot ...” Katanya sangat vulgar.

“Ihk ... Jorok kamu ...” Kataku sambil menekan tanganku agak kuat pada kontolnya.

“Awww ... Mamah ahk ...!” Pekik Devan.

“Oh ... Maaf sayang ...” Kataku sambil meremas lembut batangnya.

“Nah gitu mah ... Enak ... Palagi kalau pake bibir ...” Ucapannya itu benar-benar seronok. Tapi, lagi-lagi aku suka.

“Kamu sedang nyetir ... Bahaya ... Nanti di rumah aja ... hi hi hi ...” Kataku.

“Emang bisa? Kan ada si Mirza ... Dia itu Batman, gak bakalan tidur jam segini ...” Devan mengingatkanku.

“Oh ... iya ...” Keluhku. Rasanya aku harus menahan hasratku untuk malam ini dan itu sangat mengecewakanku.

Sejujurnya, aku sangat ingin kehangatan darinya malam ini, aku begitu ingin merasakan hal yang membahagiakan. Entahlah, saat ini aku merasakan gairahku begitu tinggi. Ada semacam bara dalam tubuhku yang sangat merangsang hasrat birahiku. Yang aku rasakan saat ini hanyalah geli-gatal nikmat yang menuntut pemuasan.

Tiba-tiba saja aku tersadar kalau laju kendaraan tidak menuju rumah. Aku perhatikan sekeliling jalan yang kami lalui. Ternyata memang jalan menuju rumah telah dilewati Devan. Aku kemudian memandang ke arah anakku, namun yang aku pandang hanya tersenyum dan membiarkan kepenasaranku. Lama-lama aku sadar kalau Devan akan mengajakku ke suatu tempat, dan aku ikut tersenyum.

Kira-kira 15 menit kemudian, kendaraan kami memasuki pelataran sebuah hotel megah di bilangan pusat kota. Devan memarkirkan kendaraannya tidak jauh dari pintu masuk hotel. Kami keluar dari kendaraan dan berjalan bersama memasuki lobby hotel kemudian Devan memesan sebuah kamar. Setelah segala administrasi selesai, Devan memegang tanganku dan berjalan menuju kamar hotel yang telah dipesannya.

Setelah sampai di depan kamar yang dimaksud, Devan membuka pintu kamar dan kami pun masuk ke dalamnya. Segera setelah pintu kamar ditutup, Devan duduk di atas kasur yang empuk dan menarik tanganku dan menyuruh duduk di atas pangkuannya. Posisi badanku menghadap ke kanan.

“Mamah gak percaya punya anak senakal kamu ...” Kataku sambil mengusap kepalanya.

”Abis mamah cantik sekali sich!!” Balasnya yang kini tangannya mulai meremas lembut gundukan daging di dadaku.

“Terimakasih, sayang...” Balasku mendesah karena rasa nikmat remasan Devan di payudaraku.

Tangan Devan sebelah kiri diletakan di belakang kepalaku dan menekannya hingga wajahku berhadapan langsung dengan wajahnya. Tak ayal, bibir kamu saling menempel dan kusambut dengan ciuman yang basah di bibirnya. Dia julurkan lidahnya ke dalam mulutku. Dengan sedikit kaku dan kikuk aku menyambut tarian lidahnya. Tidak lama kemudian, irama cumbuan kami semakin meningkat cepat dan panas penuh dengan nafsu. Tangan kirinya terasa menelusuri semua bagian dari punggungku dan tangan kanannya terus meremas-remas payudaraku.

Tangan kanan Devan yang berada di dadaku dengan cepat melepaskan kancing-kancing baju dan rokku. Aku pun mengikuti tindakannya dan melepaskan kancing bajunya, dan membuka kancing celananya. Devan menyuruhku berdiri. Dia pun pun ikut berdiri dan langsung saja celana panjang miliknya dan rok milikku jatuh ke bawah. Dia menarik tangan kiriku dan meletakannya di penisnya yang masih terbungkus celana dalam.

“Keras sekali dan basah... Ngompol ya?” Candaku.

“Mamah juga basah...” Devan mengelus-elus selangkanganku. Kemudian aku tersipu malu.

“Apa kamu ingat waktu kamu keluar dari sana?” Candaku lagi sambil melepaskan bajuku.

“Yang aku ingat ... Baunya agak amis dan hangat ...” Balas candanya sambil melepaskan bajunya.

Kami pun sepakat untuk naik ke tempat tidur bersama-sama. Aku rebahkan badanku terlentang menantikan aksi selanjutnya dari laki-laki ini. Ternyata Devan menarik celana dalamku hingga terlepas dari tubuhku dan kemudian membuka celana dalamnya sendiri. Kulihat penisnya yang tegang dengan ukuran yang besar dan panjang membuatku benar-benar terpukau. Seketika itu juga aku bangkit dari posisiku dan meraih penisnya yang selama ini aku gila-gilai.

Darahku tersirap-sirap saat memegang batang kemaluan yang telah tegang itu. Benar-benar tidak tergenggam oleh tanganku. Dan panjangnya, aku yakin tidak kurang dari 17 cm. Tanpa menunggu lama, kuremas penisnya, kukocok-kocok ke atas dan ke bawah. Hal itu membuatnya mendesah. Penisnya yang sudah maksimal tegak hanya beberapa inci di depan mukaku. Kemudian kuciumi kepala penisnya lalu kujilati. Devan yang tegak badannya bertumpu pada lututnya menggeliat lemah.

Mula-mula aku cuma menjilati, terus aku mulai emut kepala penisnya, aku hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku. Kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku, tetapi masih tersisa segenggaman tangan. Aku tidak memaksakan, aku gerakkan maju-mundur sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batangnya pakai tanganku. Harus kuakui dalam urusan oral sex, aku bukanlah ahlinya. Tetapi Devan sepertiya puas juga dengan permainanku. Dia mengguman tidak jelas setiap kali lidahku menyentuh ujung batangnya sambil sesekali membuka mulut. Aku mulai bisa menikmati bagaimana enaknya mengoral penis laki-laki. Tak terasa nafsuku pun semakin membara. Aku tak tahan mendengar desahan kenikmatan darinya kala penisnya kuoral seadanya.

Entah berapa menit aku bermain dengan penis anakku. Kemudian dia mendorong badanku hingga aku jatuh terlentang. Diambilnya bantal besar untuk menyangga kepalaku. Kemudian dia bersimpuh di antara kedua pahaku, dibukanya pahaku agak lebar dan dijilatnya beberapa kali hingga vaginaku mulai kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang sudah sampai ke ukuran maksimal. Aku menanti dengan perasaan berdebar-debar. Dia mengarahkan penisnya ke vaginaku, tetapi tidak langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan kepala penisnya ke bibir vaginaku, kembali sarafku terangsang dibuatnya. Beberapa detik kemudian dia dorong penisnya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang memaksa masuk ke dalam vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir.

“Oooohhhhhhhh.....!!!” Tak kuasa aku menahan desahan saat penisnya menembus liang peranakanku.

Vaginaku yang sudah basah, tetap saja tidak semua penis Devan bisa masuk seluruhnya, paling hanya setengahnya. Dia tidak memaksa, dia cuma mengocok-ngocok penisnya di situ-situ saja. Aku mulai merem-melek merasakan bagaimana tongkat saktinya menggosok-gosok dinding vaginaku. Aku merasa benar-benar nikmat. Waktu aku asik merem-melek, tiba-tiba penis Devan memaksa masuk terus melesak ke dalam vaginaku.

“Awww... aaaahhhh... saaayyyaaanggghhh....” Aku tidak bisa untuk tidak menjerit kala batangnya melesak semuanya ke liang nikmatku. Aku merasakan nikmat desakan batang yang hangat panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak dan penuh, tidak ada ruang dan celah yang tersisa.

“Nikmat sekali memek mamah ....” Ujarnya bergetar. Aku hanya melototkan mataku ke arahnya, tidak tahu mau bicara apa, yang penting aku ingin segera menikmati indahnya dunia.

Devan sepertinya mengerti akan keinginanku yang ingin segera dipuaskan, maka dia mulai menggerakkan pantatnya naik-turun. Kejantanannya menggesek-gesek vaginaku dengan pelan dan lambat. Ditariknya pelan kemudian didorongnya pelan pula. Begitu dia ulang-ulangi gerakan itu dengan frekuensi yang makin sering dan makin cepat. Devan makin cepat dan makin keras mengocok vaginaku, aku sendiri merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir dari dalam vaginaku. Payudaraku bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku dan keringatnya mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing.

“Crrrek... crrrek... crrek... crokk... crokk... crokk...!” Suara yang keluar dan kocokan kejantanannya di vaginaku semakin terdengar keras.

Terus menerus kami saling memberi kenikmatan. Aku merasakan kegatalan sekaligus kenikmatan yang dahsyat. Lubang vaginaku mengencang, ingin ditembus tetapi malah merapatkan pintunya. Aku angkat-angkat pantatku agar Devan semakin cepat menggenjotku. Aku ingin Devan cepat-cepat menghilangkan kegatalan yang menerpaku. Akhirnya, vaginaku terasa diserang kenikmatan yang bergelombang datangnya.

Darah di seluruh tubuhku terasa bergerak merapat ke daerah selangkanganku. Aku merasakan puncak kenikmatan telah berada di hadapanku. Vaginaku terasa mengejang dan menjepit erat batang penis Devan yang terus menerus menusuk selangkanganku. Sampai akhirnya aku tak mampu menahan sebuah lenguhan panjang sebagai ekspresi tak terungkapkan untuk mewakili nikmatya berada di puncak kenikmatan birahi surga dunia.

“Aaaaaaaacccchhhhhhhh ....!!!!!!” Erang panjangku dengan tubuh menegang dan mencengkram lengannya. Tubuhku lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat. Keringatku sudah menetes-netes di bantal dan kasur. ‘Nikmat’, hanya satu kata itu yang mengakhiri orgasmeku.

Devan memang pandai memperlakukan wanita di atas ranjang. Devan mencabut penisnya dari dalam diriku dan bergerak turun dari atas tubuhku. Dia tidak mau memakasakan nafsunya kepadaku, walau aku tahu libidonya sedang tinggi sekali, tetapi dia masih sabar menuntunku ke kondisi normal. Menurutku, hal itu sungguh sikap yang jantan. Tubuh telanjangku tergelatak tak berdaya di tengah-tengah ranjang, aku sudah tidak risih lagi kala tatapannya nanar ke seluruh tubuhku, terlebih-lebih ke arah dadaku yang bergerak-gerak dengan perlahan seiring dengan tarikan nafasku.

“Memek mamah seperti masih perawan ...” Katanya sambil memelukku.

“Jangan meledek ...” Sahutku.

“Serius mah ... Punyaku seperti diperas-peras ... Jepitan mamah luar biasa ...” Ungkapnya yang membuatku sedikit bangga.

“Ya udah ... Entot mamah lagi ... Kamu kan belum keluar ...” Kataku vulgar.

“He he he ... Aku seneng kalau mamah ngomong jorok ... Aku semakin bernafsu ngentotin mamah ...” Kataku sambil merangkak naik ke atas tubuhku lagi.

Aku sambut kedatangan Devan dengan mengangkangkan pahaku. Tak lama, terasa olehku kepala penisnya sudah tepat di lobang surga milikku. Perlahan batang yang besar dan panjang itu menembus vaginaku. Sekali lagi, aku tak kuasa untuk tidak mendesah kala titik sensitifku itu ditembus olehnya.

“Oooohhhhh ...!” Desahku seiring dengan masuknya penis Devan pada vaginaku.

Penisnya beroperasi lagi dengan bebasnya di vaginaku. Diaduk-aduknya sambil sesekali digoyang-goyankan di dalam ronggaku. Permainannya sungguh membuatku terhanyut, dia selalu memulainya dengan genjotan-genjotan pelan, tetapi lama-kelamaan genjotannya terasa makin keras sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Setelah itu kembali pelan lalu keras lagi. Saat tubuhku berguncang dengan hebatnya otomatis dadaku juga makin bergunjang juga. Kesempatan itu tidak disia-siakannya, langsung disambarnya dadaku yang semakin membesar. Diremasnya sambil dipelintir-pelintir putingnya. Devan nampaknya sangat menyukai benda itu. Aku merasakan tubuhku semakin terbakar, aku menggeliat sambil meremas-remas tempat tidur yang sudah berantakan.

Setelah sekitar 20 menit mendapat terjangan yang begitu hebat, tiba-tiba saja sekujur tubuhku mengejang di puncak kenikmatanku, dinding-dinding bagian dalam vaginaku terasa nikmat sekali dan terasa berkedut-kedut, lalu seperti ada yang mengalir di dalamnya. Aku tak kuasa menahan gelombang kenikmatan yang meledak-ledak dari dalam tubuhku saat ini.

“Aaaaaaaacccchhhhhhhh ....!!!!!!” Akhirnya aku menjerit keras dan tubuhku berkelenjotan saat aku merasakan gelombang kenikmatan yang melanda seluruh simpul syarafku, mengiringi ledakan orgasmeku untuk kedua kalinya.

Devan bergerak turun dari tubuhku membiarkan tubuhku meresapi kenikmatan orgasme yang saat ini kurasakan. Setelah merasakan ledakan orgasme itu, tubuhku kembali melemas, serasa tenagaku lenyap seluruhnya. Nafasku terasa berat dan degup jantungku juga masih saja kencang. Devan membiarkanku beristirahat sesaat untuk mengembalikan staminaku.

“Mamah galak kalau lagi orgasme!” Devan menggodaku.

“Ihk ...!” Aku pukul dadanya sambil membalikan badan hingga menghadapnya.

“Gimana? Enak nggak rasanya?” Tanyanya padaku. Aku mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.

“Mau lagi?” Kembali Devan bertanya menantangku.

“Mau ...” Jawabku mengiyakan.

“Sekaran mamah yang di atas ...” Katanya.

Disuruhnya aku untuk menaiki tubuhnya, dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top. Aku tanpa ragu menuntun penisnya yang masih mengeras ke arah vaginaku dan aku mengambil posisi menduduki tubuhnya. Setelah penisnya memasuki vaginaku, aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun. Dengan bernafsu kugoyangkan pinggulku di tubuhnya. Kini justru aku yang aktif memacu kenikmatan di atas tubuh atletisnya. Perasaan nikmat kembali mengalir dengan deras di sekujur tubuhku. Aku mendesah tak karuan seperti semula, merasakan batangnya yang masih kokoh mengaduk-aduk liang kewanitaanku.

Buah dadaku kembali terayun-ayun seiring goyangan tubuhku. Warnanya sudah kemerah-merahan karena terus diremas olehnya. Devan nampaknya sangat senang menyaksikan payudaraku yang bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun. Matanya tak pernah lepas dari payudaraku. Dia mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku. Karuan saja aku semakin kewalahan untuk menahan gelombang kenikmatan yang menerpaku. Apalagi ketika dia mendekatakan kepalanya ke dadaku. Tanpa menghentikan goyangannya, dicondongkan wajahnya ke depan meraih dadaku. Devan menikmati goyanganku sambil ‘menyusu’ payudaraku yang tepat di depan wajahnya. Putingku dikulum dan digigit kecil dalam mulutnya seperti bayi yang sedang menyusu.

Aku sangat meresapi setiap detil kenikmatan yang sedang menyelubungi tubuhku, semakin bersemangat pula aku melakukan persetubuhan ini. Dengan posisi wanita di atas seperti ini, aku merasakan bukan hanya dinding vaginaku yang tergesek, melainkan klitorisku juga tergesek-gesek, makanya aku makin lemas dan merem-melek keenakan. Tiba-tiba goyangan dan dengusan Devan terdengar semakin keras, menandakan kalau dia akan segera mencapai klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat meremas-remas penisnya.

“Aaaahhh.... Mamah.... udah... mau...” Desahku. Aku mempercepat iramaku. Walau sudah mulai lemas, aku terus mempercepat goyanganku karena merasa sudah mau keluar, makin lama gerakanku semakin liar dan eranganku pun makin tidak karuan menahan nikmat yang luar biasa itu. Pada detik-detik mencapai puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak. Dan ketika puncak kenikmatan itu sampai aku menjerit histeris sambil mempererat pelukanku. Benar-benar dahsyat yang kuperoleh darinya. Sementara Devan masih terus mengoyangkan penisnya sehingga orgasmeku makin panjang, dan tiba-tiba saja dia melenguh keras dan panjang.

“Aaaaaaaacccccccccchhhhhh.......!!!!” Dia mengerang kesetanan dan goyangan di bawah tubuhku makin bertambah cepat. Dalam hitungan detik kurasakan cairan kental menembak ke liang senggamaku, setidaknya ada lima kali tembakan sebelum seluruh spermanya masuk semuanya ke rahimku. Untung saat ini bukan masa suburku sehingga aku tidak takut hamil. Akhirnya aku ambruk di atas tubuhnya. Kurasakan sisa spermanya mengalir keluar dari vaginaku.

Untuk beberapa saat kami terdiam sambil berpelukan. Kami berusaha mengumpulkan tenaga dan kesadaran kami yang setengahnya masih melayang-layang di dunia kenikmatan. Saat ini aku merasa kalau anakku telah memperlakukanku seperti layaknya seorang ratu. Dia telah memberikan keindahan dan kebahagiaan yang belum pernah kurasakan. Devan membelai kepalaku dengan penuh kasih sayang. Aku merasa terkesan dengan perhatiannya, belaiannya terasa lembut melindungiku seolah menjawab perasaanku sebagai seorang wanita yang ingin dilindungi dan diperhatikan oleh seorang pria.

“Aku ingin mandi ...” Ucapnya pelan.

“Mamah juga.” Sahutku.

“Ayo... Bareng!” Ajaknya dan aku pun mengangguk sambil tersenyum.

Setelah membersihkan badan akhirnya kami tertidur. Aku bangun paginya dengan perasaan sangat bahagia. Kulihat Devan terbaring di sampingku dengan nyeyak. Aku bangunkan dia dengan lembut dan segera bebenah diri untuk segera keluar hotel. Akhirnya kamu pun meninggalkan hotel tempat kami ‘berbulan madu’ menuju rumah. Sesampainya di rumah, aku langsung menyuruh pembantuku untuk menyiapkan sarapan buat anakku karena dia akan segera berangkat kuliah.

*****

Satu bulan kemudian .....

Setelah kejadian di hotel itu sebulan yang lalu, aku dan Devan seperti sepasang pengantin baru yang baru mengenal seks. Hampir setiap kesempatan kami melakukan hubungan badan tanpa lelah. Terkadang dalam satu hari, kami bisa melakukan hubungan kelamin sampai empat atau lima kali. Karena sikap dan perlakuannya yang sangat gentlemen, mulailah muncul benih-benih rasa cintaku padanya. Lama kelamaan mengakar di hatiku rasa cinta itu padanya, rasa cinta seorang wanita dewasa kepada pria dewasa.

Sampai pada suatu waktu, aku merasa cemburu dan marah besar padanya saat dia tidak pulang ke rumah. Devan pun membalas kemarahanku dengan perubahan sikap yang sangat dratis. Dia tidak lagi mau menemuiku bahkan berbicara sepatah kata pun. Celakanya, sudah tiga hari ini dia tidak pulang ke rumah. Aku sangat sadar kalau sikapku ini salah, aku tidak seharusnya mencintainya ditambah lagi aku mempunyai komitmen kalau kami masing-masing mempunyai kebebasan untuk berhubungan dengan siapa saja. Pikiran dan perasaanku saat itu seperti benang kusut yang sangat sulit diuraikan.

Suasana pagi ini yang cerah tidak berpengaruh pada suasana hatiku yang diliputi mega mendung yang kelam. Dengan berderai air mata, aku pun melajukan mobilku ke tempat Ratna setelah aku meneleponnya berniat ingin bertemu dengannya. Kelajukan mobilku agak kencang supaya cepat sampai di tempat tujuan. Dan setelah satu jam, aku pun sampai di rumah Ratna. Aku turun dari mobilku dan setengah berlari aku memasuki rumahnya tanpa permisi.

Ratna telah menungguku di ruang makan dan memang dia sedang menikmati sarapan pagi. Aku langsung berlari menghampiri wanita itu. Setelah tepat didekatnya, aku bersimpuh dan meletakan kepalaku di pahanya sambil menangis.

“Din ... Ada apa denganmu?” Tanya Ratna dengan nada keterkejutannya.

“Hiks ... hiks ... hiks ... Devan, mbak ... Devan ...” Jawabku sambil terus menangis.

“Ya ... Kenapa dengan Devan?” Tanyanya lagi sambil mengangkat tubuhku dan mengusap air mataku.

“Dia marah padaku ... Dia tidak pulang ke rumah ... Hiks ... hiks ... hiks ...” Kataku sambil terisak-isak.

“Dia melakukan itu pasti ada alasannya ... Coba kamu ceritakan ...!” Pinta Ratna padaku.

Aku ceritakan kejadian demi kejadian yang aku awali saat aku merasa cemburu dan akhirnya marah karena Devan tidak pulang ke rumah. Pertengkaran-pertengkaran kami pun aku ceritakan pada Ratna hingga aku memutuskan untuk menemuinya hari ini. Wanita yang aku percaya ini akhirnya mengajakku untuk ngobrol di ruang tamu. Setelah kami duduk berdampingan di atas sofa, barulah Ratna berkata.

“Din ... Apa kamu sadar, kalau Devan adalah anakmu?” Pertanyaan Ratna sungguh di luar dugaanku. Dengan pertanyaan seperti itu aku mulai bimbang.

“Kalau memang kamu mencintainya ... Cintai dia sebagai anakmu bukan sebagai kekasihmu ...” Lanjut Ratna sambil mengambil tanganku.

“Aku sudah terlanjur mencintainya, mbak ...” Ucapku sambil menatap matanya.

“Tidak ada yang terlanjur dalam masalah ini ... Semuanya bisa diubah ... Tergantung dari niat kamu sendiri ... Apakah ingin tetap seperti ini atau ingin semuanya berubah menjadi lebih baik ...” Jelas Ratna.

“Aku ingin berubah ... Aku ingin seperti dulu lagi ...” Tandasku.

“Rubahlah dirimu ... Aku tidak bisa menyalahkan Devan ... Aku akan tetap menyalahkan kamu ... Rasa cintamu sama Devan salah menempatkannya ...” Kata Ratna penuh penekanan.

“Aku mengaku salah ... Tapi perasaanku ini sulit untuk ....” Kata-kataku dipotong seketika oleh Ratna.

“Tidak ada yang sulit ... Mudah sekali ... Cari laki-laki lain sebagai pengganti Devan ... Dunia ini luas, Din ... Masih banyak laki-laki yang lebih baik dari dia ... Percayalah padaku!” Tegas dan lugas terkesan sekali dari ucapan Ratna.

“Benarkah?” Tanyaku ragu.

“Kamu harus mencobanya dulu ... Baru kamu akan percaya dengan kata-kataku tadi.” Kata Ratna lagi sambil memeluk tubuhku.

“Baiklah kalau begitu ... Tapi ...” Sekali lagi ucapanku dipotong Ratna.

“Tidak ada tapi-tapi ... Nanti sore kamu harus ikut denganku ke suatu acara. Di sana akan banyak cowok-cowok macho ... Kamu bisa memilih satu diantara mereka bahkan dua atau tiga tergantung seleramu ...” Jelas Ratna yang terdengar ingin sekali meyakinkan aku.

“Benarkah?” Kembali pertanyaan itu terlontar dari mulutku, tetapi bukan keraguan namun antusiasku untuk mengikuti acara itu.

“Ya ... Aku yakin sekali kalau kamu akan mendapatkan pengganti Devan ... Dan akan melupakan rasa cintamu pada anakmu itu ...” Katanya lagi penuh keyakinan.

Setelah berdiskusi panjang lebar dengan Ratna, hatiku mulai disinari cahaya. Kini aku sadar kalau aku harus move on dari masalahku ini. Aku akan mencoba melupakan Devan dan berusaha mencari petualanganku yang lain, tentunya dengan cowok-cowok macho lainya. Akhirnya, aku mulai bisa tersenyum yang beberapa hari ini hilang dari kehidupanku. Aku akan songsong hari esok dengan penuh kesenangan dan kebahagiaan. “Terima kasih Ratna ...” Ucapku dalam hati pada sahabat terbaikku ini.

*****

TBC
lanjuut banyakin lubangnya seringin swinger
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Permisi om
Ijin nongol dimari om....

ttp sehat & lancar rl'y om
 
Bimabet
Ini cerita incest,sharusnya devan menerima cintanya andini serta dijadikan andini sebagai istrinya bahkan andini hamil oleh devan.....
Kayanya waktu ratna ngajak andini kesuatu acara akan melakukan sex dengan pria lain,disana devan ada menyaksikan persetubuhan andini dengan orang disini devan cemburu dan mau menrima cintanya andini,sehingga mereka saling mencintai dan jadi suami istri
Maaf suhu ngelantur
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd