Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[nabirongx] Kisah Winda 1

Bimabet
Lalu gelombang tersebut mereda. Winda terkulai lemas di atas ranjang yang telah basah dan kusut-masai itu, karena keringatnya juga turut membasahi sprei...

==========​

Namun uda Johan tetap bergerak, mengayunkan pinggulnya maju mundur... Beberapa menit kemudian aku merasakan tubuh uda Johan seperti bergetar dan meregang.., gerakannya makin kasar dan terpatah-patah, sepertinya ia juga akan meraih klimaksnya... Aku paham bahwa benih uda Johan akan segera membasahi rahimku...​

==========​

"...Diek Win ka uda kalua-an dima?, Di dalam atau dilua ? ( Dik Win akan di keluarkan dimana? Dalam atau diluar?)?", Tanya uda Johan terbata-bata. Aku tak sempat menjawab, menggeleng atau mengiyakan. Tubuhku masih terlonjak lonjak dalam hunjaman pinggul uda Johan saat bergerak memompa naik turun, dan...​
Sambil mendengus uda Johan menekankan pinggulnya sedalam mungkin, seakan merasakan luapan birahinya membuncah dan akhirnya materi kental miliknya memancur deras membasahi seluruh permukaan bagian dalam kewanitaanku. Sungguh hangat rasanya... Untunglah aku ingat bahwa aku masih menggunakan kontrasepsi sehingga tidak perlu merasa kuatir...​
Kemudian uda Johan rebah menggelosoh di atas tubuh telanjangku. Bobotnya amat berat sehingga aku merasa sesak dan harus memiringkan tubuh sehingga tubuhnya meluncur turun dan terbaring di sisiku. Aku memejamkan matanya. Timbul rasa bersalah dan menyesal, namun segera terpupuskan oleh kepuasan yang kudapatkan. Tubuhku lelah dan capai..​

==========​

Windapun meraih selimut, lalu menutupkan pada tubuh telanjangnya. Karena malam itu terasa sangat dingin meski hujan tak turun. Berdua mereka tidur di atas ranjang yang telah kusut itu hingga pagi harinya.

Pagi harinya Winda merasa heran karena tak merasakan adanya penyesalan yang dalam pada dirinya namun sebaliknya rasa sayangnya semakin kuat terhadap Johan sehingga diputuskannya untuk menelpon kepada suaminya di Padang untuk mengatakan dirinya tak bisa kembali dalam minggu itu karena ada urusan kantor yang harus di selesaikannya. Selain itu ia merasa kuatir jika saat itu pulang ke Padang, suaminya dapat dipastikan akan mengetahui perbuatan mereka, karena saat meminta berhubungan badan, di seluruh tubuhnya masih ada jejak-jejak memerah di dada dan leher akibat persetubuhan mereka yang amat bergelora malam itu.

tamat
end part 9
 
Terakhir diubah:
Beberapa minggu kemudian

Aku kembali bersama wanita cantik ini. Seperti yang sudah-sudah, kinipun aku memberikan tumpangan sekaligus mempunyai teman seperjalanan menuju Padang.​
Wajah cantiknya terlihat berbinar, mungkin hatinya tengah riang. Kurasa apa yang ku lakukan selama aku menghilang ini telah mulai menunjukkan pengaruhnya. Namun aku harus perlahan tak bisa terburu-buru, bisa bisa nanti akan merusak semua yang telah ku idamkan dan rencanakan dengan seksama. Namun wajahnya itu membuatku gemas. Aku ingin melihat wajahnya apabila tak mengenakan kacamata. Biarlah dia heran dengan keinginanku ini. Aku berkata,:​
"...Uda taragak mancaliak mato diek Win indak mamakai kacomato (Abang ingin melihat mata Dik Win tidak mengenakan kaca mata)".​
"...Buliah kan?" tambahku. Terlihat awalnya dia menatapku ragu namun itu tak lama. Winda bersedia melepas kacamatanya dan menyimpannya kedalam kotak, lalu memasukannya kedalam tasnya. Sepanjang perjalanan itu dia tidak mengenakan kacamata itu lagi.​
Aku ingin dia lebih dekat lagi. Tangan kiriku merengkuh bahu Winda, menariknya agar duduk berdekatan. Winda yang terlihat tidak mengantuk beringsut mendekat, namun sepertinya dia mencium hawa tidak sedap dari arah kemudi di bawah dashboard. Wanita sintal itu kembali menegakkan kepalanya dan urung merebahkan kepalanya dibahuku.​
Aku kembali menjalankan truk ini seperlunya. Jalanan sangat padat dan kecepatan truk ini tak bisa bertambah lagi. Terbersit keinginanku untuk melihat rambutnya Panjangkah? Legamkah.. Atau bagaimana. Ku sampaikan keinginanku ini​
"...Win uda taragak mancaliak rambuik Winda, salamo iko uda alun pernah mancaliaknyo, sabanta sajonyo, kan hanyo diateh oto iko, ndak ado do nan ka maliek (Win.. abang ingin melihat rambut Winda... selama ini abang belum pernah lihat.sebentar aja Win, kan hanya di atas truk ini, tidak ada yang akan lihat)" , dengan alasan telah sangat lama ingin melihat rambutnya.​
"...Jaan daa, Winda alah barumahtanggo.. punyo anak.. Winda taragak manjadi ibu jo istri nan elok.., sabab uda beko bisa barubah pangana.., Winda kuatie da (jangan lah bang, Winda sudah berkeluarga, juga punya anak, jadi Winda ingin, jadi ibu dan istri yang baik, sebab jika Win buka kerudung, nanti, abang bisa berubah pikiran, Winda kuatir bang)". Winda merasa keberatan, sebab merasa dirinya telanjang jika kerudungnya lepas, begitulah yang ku tangkap dari jawabannya.​
"...Alaa, Diek Winda jaan takuik ka uda, uda kan indak jaek, apolagi uda sayang bana ka Winda, walaupun alah punyo laki jo anak (Ala.. Dik Winda jangan takut ama abang, abang kan bukan orang jahat, apalagi abang amat sayang pada Winda, meski abang tau Winda sudah punya suami dan anak)" ujarku bersikeras, berusaha meyakinkannya bahwa ini hanya sebentar. 'Hmm Winda meluluskan permintaanku.., semakin percaya dia padaku'. Penutup kepalanya diloloskan dan di taruh di pangkuannya.​
Tak lama kemudian, tangan kiriku menaik dari bahu dan membelai rambut Winda, dari atas lalu turun menuju tengkuknya yang di hiasi rambut-rambut halus.​
"...Uda suko mancaliak bulu roma di kuduak diek Win (abang suka melihat rambut halus di tengkuk dik Win)" ujarku. "...Harum bana (sangat wangi)" lanjutku seraya menarik leher wanita muda itu makin dekat ke wajahku. Ku labuhkan kecupan pada tengkuk berbulu halus itu. Membuatnya berjengit merasa geli dan merinding.​
Sepertinya gairahnya mulai terpicu. Dengan tangan itu pula aku merebahkan kepala Winda di bahuku selama perjalanan di sepanjang jalan yang macet, pada penurunan Lembah Anai tersebut. Sesekali, aku mengelus pipinya.​
"...Pipi diek Win aluih jo barasiah (Pipi dik Win halus dan bersih)" tambahku. Winda diam tak menjawab.​

==========​

'Biasalah laki laki, suka menyanjung. Seperti biasa dilakukan suamiku sebelum menciumi aku' batin Winda.

Merasa bosan, aku mencoba memicingkan mata selama perjalanan ini. Saat laju truk tersebut kembali terhenti dikarenakan macet, uda Johan kembali mengecup pipi kiriku, tak berhenti di sana dan terus meluncur turun hingga menjumpai bibir tipis merahku dan mengecupnya sesaat. Aku berusaha mengatupkan bibir...​
Tak berhenti disana. tangan kanan uda Johan menyelusup masuk kedalam pakaian atasku, kaos panjang yang berlengan putih bermotif garis itu melalui bagian bawahnya. Tangan kekarnya menyentuh pembungkus dadaku yang membusung. Aku menggigil seraya mengatupkan kelopak mata.​
"....Ughh...!", desisku halus. Aku tak mampu berbuat apa apa selain hanya menikmati dan larut, entahlah apakah dikarenakan tangan kananku saat itu masih memegang penutup kepala di pangkuanku, ataupun karena gairah yang timbul menghendaki hal tersebut terus berlangsung. Sesaat kemudian uda Johan menarik tangannya dan kembali melajukan truknya menuju arah Sicincin saat macet telah terurai. Deraan nikmat yang melandaku terputus​
Saat di daerah Sicincin, truk ini berjalan perlahan karena kembali macet. Meski tangan kiri uda Johan berada pada kemudi, namun tangan kanannya dapat merengkuh wajahku, dan tibatiba saja bibir ku telah berada dalam lumatannya melalui sebuah pagutan yang panas bergairah. Aku terpana dan kaget , wajahku menyemburat memerah, malu....​
Namun aku tak kuasa untuk marah. Rasa yang timbul membuat keinginan marahku redup... Aku memilih tetap merebahkan kepala di bahu lelaki ini dan mencoba menikmati rasanya. Akhirnya uda Johan menyudahi pagutannya pada bibir merahku setelah truk ini kembali harus berjalan lebih cepat.​
Tangan kiri uda Johan kini beralih meremas jariku. Setelah jari nya selesai dengan jemariku, tangannya melanjutkan pengembaraannya, merayap masuk melalui bagian bawah kaos berlengan panjang bergaris putihku yang berpadan dengan celana panjang, aku merasa lebih baik untuk membiarkan. Aku juga menikmatinya Terasa hangat dan kasar sentuhan tangan uda Johan pada permukaan perutku.​
"...Uff". desahku hampir tak terdengar. Aku tersentak sadar dan menahan laju tangan tersebut dengan tangan kiriku. Tangan Johan lalu keluar dan dia kembali asyik dengan kemudi.​
Kini kami memasuki jalan by pass Situasi jalannya gelap sekali, hanya beberapa tempat saja yang di terangi lampu jalan. Uda Johan menepi dan menghentikan truk ini di pinggir jalan.​
"...Ko baranti da (kenapa berhenti bang)"? Aku bertanya bingung. Tanpa terdengar menjawab, uda Johan memutar tubuhnya seraya menggamit bahuku. Merengkuhku supaya lebih dekat​
Kini.., di atas mitsubishi colt bercat kuning ini bibirku kembali dilanda kecupannya. Mungkin merasa tak cukup dengan hanya mengecup saja.., kuluman dan lumatan juga melanda kelopak lembut bibirku. Uda Johan mengelitiki setiap ujung bibir tipisku tersebut dengan tekun. Menyebabkan sedikit demi sedikit gairah dari dalam tubuhku memercik.​
Aku tak mengerti, entah kenapa aku tak bisa menolaknya, tubuhku justru menyambutnya, aku malah terusik untuk mengimbangi setiap lumatan bibir uda Johan. Ku rekahkan kelopak bibirku guna memberikan keleluasaan bagi lidahnya untuk menjalari kebasahan di dalam mulutku. Lidah kami berpilin-pilin, saling membelit. Aku tak sepenuhnya sadar saat tangan kanan uda Johan terasa tengah merayap masuk melalui bagian bawah kaos panjangku, terus menjalar keatas menyambangi dadaku yang membusung padat sebelah kanan, lalu meremas dan memijit bukit padat tersebut di atas bahan pembungkusnya​
Aku seolah tak punya kuasa mencegah ataupun menolaknya, hanya merespon dengan menggenggam pergelangan tangan lelaki itu berupaya menarik tangan uda Johan, namun tanganku terpaku diam, sepertinya keinginan itu ditundukkan hasrat yang bergejolak liar. Begitu hangat dan cekatan tangan lelaki itu mengirimkan berjuta-juta sengatan birahi disana. Tubuh molek ini menggeliatgeliat dalam dekapan uda Johan karena deraan nikmatnya pada sekujur pori-pori tubuhku. Selang sekitar 25 menit kemudian uda Johan menghentikan perbuatannya.​
"...Ufhh" aku menarik napas panjang guna meredakan debaran di dadaku.​
"...Indak usahlah disiko, daerah iko agak angek, acok tajadi parampehan (Jangan disini, daerahnya rawan sering terjadi perampasan)" ujarnya kuatir kemudian.​
Aku tak menanggapi, sibuk membenahi pakaian, mulai kaos juga penutup kepala, termasuk membenahi napasku yang memburu di sebabkan gairah yang sempat meninggi. Lagi pula persimpangan menuju rumahku telah dekat. Truk Mitsubishi kuning itu pun kembali bergerak. Aku hanya diam saja selama perjalanan menuju persimpangan rumah. Terpercik penyesalan dalam hati,​
'duh kenapa bisa sampai sejauh ini ya?', batinku.​
Tapi rasanya benar-benar berbeda.., batinku lagi. Tapi aku senang dekat uda Johan ini Aku bersimpati padanya karena rasa yang timbul akibat perlakuan lelaki ini. Begitu sesampainya di rumah sekitar pukul setengah sepuluh malam itu aku langsung mandi. Ternyata suamiku masih berada di kampus.​

==========​

Malam itu Winda bersetubuh dengan suaminya.
Alah lamo awak indak bahubuangan diak (sudah lama kita tidak berhubungan dik) kata suaminya. Winda merasa heran sebab malam itu ia merasa tak bergairah melakukannya, seolah hanya menjalankan kewajiban saja. Winda merasa berhutang kepada suaminya karena memang dalam minggu ini mereka belum pernah berhubungan badan. Dengan enggan Windapun memenuhi hasrat suaminya.

Malam itu di atas ranjang mereka mengayuh biduk asmara. Ditengah kesibukan itu, tiba-tiba sekelebat bayangan sosok Johan menjelma. Winda kaget dan langsung kehilangan gairah, nafsunya mereda... di tengah pergumulan mereka, namun demi menjalankan tugasnya sebagai istri, maka Winda berpura-pura menikmati hubungan itu hingga selesai.

+++++++++++++​
end part 2
 
Aktifitas Winda kembali seperti biasa hingga ia kembali ke Pasaman, daerah tempat bekerjanya. Dan bekerja seperti biasanya.

Hari itu hari Selasa. Saat ia pulang ke kost-anya. Didapatinya rumah sepertinya dalam keadaan kosong. Rupanya sang ibu kost beserta suaminya berangkat ke Palembang untuk mengunjungi salah seorang anaknya. Praktis hanya Winda yang berada di rumah itu. Johan juga tak kelihatan. Besoknya pada hari Rabu Johan muncul namun tidak dengan truknya.

==========​

"...Oto sadang di pelo-an di bengke (truk sedang diperbaiki di bengkel)" jelas uda Johan kepadaku saat kutanyakan keberadaan truknya. Malamnya uda Johan mengajakku untuk makan malam berdua di luar.​
"...Win.., alah makan Win (Win udah makan Win)?" tanya uda Johan.​
"...Alun lai da (Belum bang)" sahutku.​
"...Kalua awak makan lah, ado tampek nan rancak untuk makan daerahnyo dingin jo tanang (Ayo kita makan keluar, ada tempat makan yang bagus, daerahnya dingin dan sepi)" tambah uda Johan menjelaskan lokasinya.​
"...Ndak baa do da (Boleh bang)" sahutku.​
"...Tapi jan lamo-lamo yo da (Tapi ga lama kan bang)?" sambungku lagi sambil masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Ku kenakan kaos berlengan panjang warna merah muda berbalut jaket yang dipadan dengan celana panjang hitam berbahan katun. Saat itu uda Johan mengenakan kaos oblong dan jeans biru.. Gagah sekali dia dimataku​
Kebetulan sebuah toyota starlet berwarna merah milik kakaknya uda Johan terparkir di garasi. Kami berangkat sekitar jam 7 malam. Tempat yang dituju agak jauh, ke arah Medan tetapi masih di wilayah Lubuk Sikaping berjarak sekitar 1 jam perjalanan dari tempat tinggal kami.​
Kami kini berada pada sebuah tempat makan yang berbentuk saungan bambu berdinding anyaman setinggi bahu orang dewasa. Aku berada pada sisi kanan uda Johan. Tempat ini amat romantis, sinar lampunya temaram pula, suara jangkrik meningkahi makan malam ini. Berdua kami duduk lesehan dan memesan ikan bakar. Aku merasa senang sekali.., dan hanyut terbawa suasana yang sangat intim ini. Lupa bahwa aku memiliki suami di kota Padang, lupa bahwa uda Johan bukanlah pasanganku. Yang kurasakan saat ini hanyalah rasa bahagia saat menjalani ini bersamanya. Tanpa canggung kami sesekali saling menyuapi. Setelah selesai acara makan kami, kami duduk bersantai sambil berbincang dan bercanda mesra..​
Aku tak ingat entah siapa dan bagaimana awalnya. Yang ku tau kini kami tengah saling berciuman.., saling berdekapan erat. Aku makin hanyut.., terlena, larut dalam keintiman suasana. Perlahan aku merebahkan diri diatas paha kiri uda Johan, lalu merangkulkan lenganku ke lehernya saat dia merundukkan tubuhnya. Kedua bola mata kami saling menjelajahi ke kedalaman mata di wajah di depan kami masing-masing. Saling bertukar pandangan dalam senyuman mesra, berusaha saling menyelami kesamaan hasrat ini​
Dengan perlahan telapak tangan uda Johan yang satunya membelai wajahku. Mengusapi kehalusan kulit... Wajah uda Johan turun semakin mendekat... Jantungku terasa berdebar-debar..., berdegup kencang... Uda Johan mengecup ringan kepalaku yang masih tertutup, kemudian bibirnya meluncur turun dimulai dari arah kening, menjalari pipi licinku, bergerak naik menyambangi sepasang kelopak bibir yang terpatri disana. Di kecupnya perlahan... Ku katupkan kelopak mata saat bibir berkumis lelaki itu mulai melumat bibirku.​
Awalnya aku hanya diam, ragu harus bagaimana, namun lambat laun gairahku tergelitik, dan mulai merespon guna melayani lumatan bibir uda Johan. Ada dorongan hasrat yang bergejolak kuat dari dalam tubuhku, mendorongku untuk mengimbangi setiap cumbuan panas yang dilakukan uda Johan.​
Aku menggerakkan tanganku untuk merabai pipi kanan Johan, lalu meluncur terus keatas sekaligus merengkuh kepala uda Johan selagi lidah kami saling membelit didalam kebasahan mulutku...​
Kami semakin dalam. Tangan kiri uda Johan kurasakan mulai bergerak. Awalnya hanya mengusapi leher dibagian depan, namun tak berhenti di situ saja dan terus meluncur memasuki lubang krah pakaianku, terus turun menuju arah dadaku..., menyelinap kebalik bra dan berhenti pada puncak buah dadaku! Aku terkejat, menggeliat gemetar...Sebentuk usapan yang membuat birahiku melonjak meninggi menyinggahi buahdadaku. Uda Johan merabai bagian tubuhku yang tak pernah di sentuh selain oleh suamiku. Bingung dan segala macam bentuk keraguan mencuat di hatiku, namun sirna oleh rasa yang timbul. Malah seakan aku membiarkan dan tak sedikitpun melakukan upaya penolakan Entahlah, seakan aku mempersilakan lelaki ini menyentuhku semakin jauh lagi.​
Di pijitnya puting dadaku dengan perlahan. Terasa pula rabaan tangan kanan uda Johan kini tengah merayapi sepanjang batang pahaku diatas permukaan bahan halus celana panjangku, silih bergantian pada paha kiri dan kanan meskipun kedua pahaku tetap kurapatkan. Aku menggeliat di dera geli, gelisah..,entah itu sebuah reaksi menyambut atau menghindari... Rabaan tangan uda Johan lalu menuruni sisi dalam antara kedua pahaku, mengusapnya dengan perlahan.​
"...Ufhhh" keluhku melepaskan napas, berusaha meredakan gejolak gairah ini. Segera saja lecutan gairah yang meletup-letup makin bangkit dari dalam diriku. Uda Johan sangat mahir memainkan aksinya. Aku benar-benar hanyut dibawanya dalam alunan gelombang birahi ini. Napasku makin memburu, tersengal sengal...​
Kurang lebih 1 jam kemudian baru kami beranjak pulang. Ketika perjalanan pulang, kejadian itu berulang kembali selama 5 menit. Mobil starlet merah ini dihentikan uda Johan di pinggir jalan.​
Dan di kursi depan mobil merah itu, uda Johan kembali melumat bibirku... Aku terdiam menikmati lidah uda Johan yang kini makin leluasa mengait ngait di dalam mulut.., kali ini lebih lama dari yang sudah-sudah...​
Tangan kiri uda Johan terasa kembali bergerak. Diawalinya dari wajahku, menurun ke arah dada yang terbalut kaos panjang yang ku kenakan... Tanpa ku sadari, tangan uda Johan yang satunya kini telah menyelinap kebalik celana panjang katun yang kukenakan. Tangannya mulai mengusap-usap diatas permukaan pakaian dalamku. Aku sontak tersengat kegelian... namun tak jua mencegahnya selain hanya memegangi pergelangan tangan yang tengah merabai milikku.​
Sesaat kemudian aku menarik pergelangan tangan tersebut setelah dia menghentikan aksinya.​
"...Jaan lah da..., Winda alah punyo laki jo anak (Janganlah bang Winda sudah bersuami dan punya anak): bisikku lirih.​
"...Winda malu...ssh.." desisku berusaha meredakan keinginan uda Johan disela-sela gejolak napsuku sendiri yang bangkit membakar.​
Uda Johan menurut dan kembali menghidupkan mesin mobil berangkat menuju rumah.​
Begitu sampai kami langsung masuk rumah. Aku langsung menuju rumah pavilun dan terus masuk ke dalam kamar. Sedangkan uda Johan pergi lagi, ada urusan katanya. Padahal saat itu aku sudah sangat terangsang, birahiku menuntut pelepasan. Andaipun uda Johan datang menemuiku lalu mencoba meneruskan lebih jauh lagi, menggiringku... untuk menuntaskan apa yang telah kami mulai.., Aku sangat yakin takkan sanggup menolak dan pastinya pasrah atas kehendak nafsu yang dibangkitkannya.​
Sepertinya uda Johan ini tengah berusaha memancingku.. mengkondisikan aku Ku rasa lambat laun hal yang terlarang itu pasti akan terjadi hanya masalah waktu saja, aku sangat menyadari ini.​
Aku laksana larut dalam permainannya, malah seakan menginginkan uda Johan untuk melakukannya lagi. Aku seperti tak mampu untuk menghentikan entah karena sisi lain diriku sangat menginginkannya, menikmatinya.., walaupun akal sehatku mengatakan ini sesuatu yang salah. Entahlah​

++++++++++++++++++​
end part 3
 
Esoknya Winda kembali menjalankan aktifitas rutinnya di kantor seperti biasa.

Malam ini adalah malam Jumat, Mereka kembali makan malam bersama diluar namun tidak di tempat kemaren.. Arah yang sama menuju Medan, tapi berbelok kekanan. Suasana tempatnya tidak seperti yang kemarin itu, seperti umumnya restoran biasa, beberapa orang singgah untuk makan. Tempatnya juga tidak begitu ramai.

Winda memahami maksud Johan mengajaknya ke tempat makan diluar kota. Pastilah agar mereka tak di pergoki oleh temannya ataupun teman sekantor Winda. Mereka hanya makan saja, kemesraan seperti kemaren malam tidak berulang. Kali ini mereka hanya saling berpegangan tangan. Dan setelah itu mereka langsung pulang.

Sampai di rumah sekitar jam 21.00 WIB.

Winda langsung menuju paviliun kamarnya, sedangkan Johan masuk ke dalam rumah kakaknya. Winda segera bersalin pakaian, mengenakan kemeja tidur panjang berwarna merah muda berikut setelannya berupa celana panjang bercorak sama, bersiap untuk tidur.

Namun tak lama, terdengar ketukan perlahan pada pintu pavilunnya diikuti suara Johan memanggilnya. Winda bangkit, meraih bergok guna menutup rambutnya seperti biasanya jika menerima tamu, lalu bergerak menuju pintu dan membukanya guna mempersilakan lelaki itu masuk, mengingat dia adalah adik pemilik rumah yang mungkin saja mempunyai keperluan yang akan disampaikannya.

Sepertinya Johan habis mandi malam itu. Terlihat dari rambutnya yang masih basah, namun anehnya ada sedikit bau-bauan yang agak menyengat menyemburat pada indra penciuman Winda. Ya.., wanita muda itu masih ingat baunya seperti wangi bunga mawar...

==========​

Kami duduk di ruang depan paviliun, duduk bersebelahan pada sofa sudut dengan posisiku di sisi kirinya. Kami berbincang bincang apa saja. Tak disadarinya pembicaraanku mulai kualihkan kepada hal yang sangat pribadi dan cenderung intim.​
Ku awali pembicaraanku mengenai kesepian diri setelah bercerai, lalu godaan godaan yang ku alami saat membawa truk keluar daerah, hingga bercerita tentang hubungan intimku dengan wanita di kota-kota yang ku singgahi, termasuk juga cerita tentang pelayan rumah makan di Medan. Aku menceritakan mengenai keperkasaanku bersetubuh, kemampuanku melayani wanita tersebut hingga beberapa kali.​
Kali ini setelah kuperhatikan sedari tadi, Winda tak terlihat risih ataupun tak menyukai ceritaku. Hmmm, dia sudah mulai terpengaruh.. pikirku.​
Aku rasa malam ini adalah malam yang tepat. Seperti yang telah dipesankan dan disyaratkan oleh orang tua itu tanpa sedikitpun terlupa ataupun tak terlaksana. Aku membulatkan hati. Aku memberanikan diri. beringsut menggeser dudukku mendekati wanita muda ini, namun tetap pada sisi kirinya. Aku raih jemari lentik Winda dan membawanya ke pahanya. Dia diam tak bereaksi.​
Perlahan aku menggamit bahunya seraya memutarnya agar berhadapan. Sekaligus kulabuhkan kecupan ringan pada bibir tipis tersebut. Terlihat Winda merasa jengah dan langsung menunduk, mungkin merasa malu sebab perbuatanku pasti mengejutkan dirinya karena berlangsung tiba-tiba. Namun ku yakin Winda telah menduga ini akan terjadi.​

==========​

Namun.., sentuhan bibir kali ini terasa berbeda, tak seperti yang sebelumnya. Kali ini Winda merasa laksana sengatan listrik mengalir pada sekujur tubuhnya melalui kecupan ini.

Johan tak berhenti, dan melanjutkan mengulum, melumat bibir tipis wanita muda tersebut. Windapun tergugah dan bereaksi menyambutnya... menerima bibir lelaki berkumis itu dengan merekahkan bibirnya, memberkan ruang bagi lidah Johan untuk menerobos masuk pada sela barisan giginya yang berbaris rapi. Meresapi keliaran lidah kasap Johan yang menggelitiki seluruh penjuru rongga mulutnya, berusaha menemukan lidah Winda yang lancip untuk mulai saling bercengkrama, saling berpalun dalam kebasahan mulut Winda. Winda mengatupkan kelopak matanya guna menikmatinya.

Masih dalam kondisi berhadapan, tangan Johan meluncur naik pada leher Winda, melepaskan penutup kepala Winda. Lalu wajahnya mendekat, napasnya terasa hangat menembus kemeja tidur dibagian pundak.

Dengan lembut Johan mengecup pundak dan bagian belakang leher wanita berkulit putih tersebut, seraya mendorong perlahan bahu wanita muda itu untuk rebah pada sandaran sofa. Winda menurut hanyut dalam dekapan dan cumbuan lelaki gagah itu. Ia semakin terlena..., pasrah..., lemas.... menyerah pada irama birahi yang dibangkitkan perlakuan Johan pada tubuhnya, tak perdulikan arah yang tengah di tujunya.

Tangan Winda hanya pasif memegangi bahu Johan. Sedangkan Johan tengah menahan kepala Winda dengan kedua tangannya.

==========​

Selagi kami saling lumat dan kulum, tangan kanan uda Johan turun perlahan dari bagian belakang kepalaku.., menyusuri bahuku yang kini telah terbuka.., melewati belikat.., dan menyambangi bukit yang membusung padat di dadaku, masih diatas pakaianku.. Tangannya mulai meremas bukit padatku., lalu dengan sedikit kasar dipilinnya...! Aku seketika menggeliat di rasuk nikmat..! Wajah dan tubuhku terasa menghangat dan mulai berkeringat. Dibakar panasnya bara birahi yang mengalir melalui perlakuan uda Johan dalam menyulut setiap titik syaraf birahi wanitaku.​
Tangan kanan uda Johan meluncur lebih ke bawah lagi..., mengusapi hangatnya perutku diatas permukaan pakaian... terus turun dan menemukan ujung terbawah kemeja tidur yang ku kenakan..., dan tanpa kesulitan menyelinap kebaliknya, kemudian terus naik menyusuri permukaan kulit perut, makin keatas lagi. Dengan lincahnya jari itu bergerak menyelinap ke balik pembungkus bukit membusung di dadaku.Langsung meremasnya dengan perlahan beberapa kali dan memjit putiknya dengan intens.​
"...Akhh.....!" Aku mendesah..., kelopak mataku tetap terpejam. Ada rasa malu sekaligus nikmat yang bercampur baur... Aku merasa tubuhku terbuai terbang melayang lepas dari tempatnya berpijak Kedua lenganku semakin erat merangkul leher uda Johan.​
Bibir uda Johan kini menjalar turun sambil menciumi leherku yang mulai basah.., basah oleh keringat. Bibir berkumis lelaki itu juga menjejali leherku dengan gigitangigitan kecil yang kurang kupahami, namun mampu menggiringku semakin dalam tenggelam dalam palung pusaran birahi...​
Kini telapak tangan kiri uda Johan telah berada pada pertemuan pahaku, di dalam celana tidurku...! Mengusap dan mengelus disana..., walaupun masih diatas permukaan celana dalamku. Aku terkejut seakan tersengat listrik..., Ada rasa geli yang membuatku mau tak mau tersentak terlonjak-lonjak...,​
Walaupun kedua pahaku tetap ku rapatkan, tangan uda Johan tak berhenti melancarkan rabaan dan elusan dengan lincahnya... Aku meraih tangan tersebut dan berusaha menariknya. Bermaksud menjauhkan tangannya dari pertemuan pahaku.. Aku merasa hal ini tidaklah pantas kami lakukan. Belum pernah aku diperlakukan demikian oleh lelaki manapun bahkan suamiku sekalipun.​
Uda Johan mengalah dan menarik tangannya, lalu beringsut menjauh dariku.​
Kami kembali duduk lagi seperti semula.., begitu juga diriku kembali duduk dan berusaha bersikap wajar. Ku ikuti dengan mataku uda Johan bangkit dan melangkah keluar, menuju rumah kakaknya.​

==========​
end part 4
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd