Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Nakalin Pembantu

payung200

Suka Semprot
Daftar
20 Nov 2013
Post
14
Like diterima
5
Bimabet
Waktu SMP kelas dua, di rumah ada
pembantu, namanya Bi Encum. Aku suka
melihat Bi Encum makannya banyak. Gak
heran badannya juga gemuk. Nah,
kebetulan kamarku di lantai dua, dan
dibawahnya pas kamar mandi Bi Encum.
Lantai kamarku itu cuma pakai multiplex
tebal yang dilapisi karpet plastik yang
agak tebal juga. Di antara lantai
kamarku dengan kamar mandi Bi Encum
nggak ada pembatas atau eternitnya.
Cerita Dewasa 2013 – Aku cari akal
gimana caranya bisa ngintip Bi Encum
kalo lagi mandi dari lantai kamarku. Aku
pikir, kalau ada lubang dari kamarku
pasti bisa langsung kelihatan isi kamar
mandinya Bi Encum. Lalu aku cari sela-
sela lantai di kolong ranjangku agar
tidak mudah ditemukan orang. Sedikit
demi sedikit kulubangi lantai dengan
obeng kecil. Jadilah lubang sebesar satu
centimeter tapi cukup besar untuk
melihat sesisi kamar mandi pembantu.
Nah, sejak saat itu aku rajin mengintip
Bi Encum mandi dari atas. Bi Encum ini
orangnya baik, kulitnya agak putih,
bersih, dan toketnya gede banget.
Kadang dia suka mainin toketnya kalo
lagi mandi. Aku sering coli juga kalau
pas lagi ngintip Bi Encum mandi.
Suatu saat, aku dikasih dua butir pil
tidur sama teman. Pil itu aku umpetin di
atas lemari, di sela tumpukan barang-
barangku. Nah, aku percaya kesempatan
itu nggak datang dua kali. Suatu ketika,
berbulan-bulan kemudian, keluargaku
pada liburan ke rumah Nenek di Jawa
Barat. Aku ditinggal berdua saja dengan
Bi Encum karena aku bilang, malas pergi-
pergi.
Malamnya sehabis makan, aku tumbuk
dua butir pil itu di kamarku hingga
menjadi halus sekali dan aku masukkan
ke lipatan kertas, lalu aku kantungi di
celana pendekku. Tak lama kupanggil Bi
Encum ke atas agar menemaniku nonton
TV di ruang TV yang ada di depan
kamarku di lantai dua. Di ruang TV ini
nggak ada kursi sama sekali, cuma pakai
permadani lama saja sebagai alasnya dan
beberapa bantal besar.
Sebentar kita nonton, aku bilang ke Bi
Encum mau turun ke dapur mengambil
minum. Aku lalu membuat dua gelas
sirup. Yang satu kububuhi tumbukan pil
tidur tadi. Sempat lama mengaduknya
karena serbuk itu masih ada yang
mengambang, tapi lama-lama hancur
juga. Aku bawa dua gelas sirup tadi ke
atas. Sirup yang sudah dibubuhi serbuk
pil tidur kukasihkan ke Bi Encum. Bi
Encum tadinya nolak, tapi aku bilang,
“Nggak apa-apa, Bi. Sekalian tadi
bikinnya.”
Sambil nonton TV, aku ngobrol ngalor-
ngidul dengan Bi Encum. Bi Encum ini
seorang janda, umurnya sekitar 30
tahunan. Yang aku pernah dengar cerita
dari Ibuku, Bi Encum dicerai suaminya
karena nggak bisa punya anak. Mungkin
mandul. Posisi kita nonton berdua duduk
di lantai, tapi nggak lama, Bi Encum
merubah posisinya dari duduk, menjadi
tiduran sambil kepalanya ditopang bantal
besar.
Aku terus ajak dia ngobrol sambil nonton
TV. Lama-lama, kok aku kayak ngomong
sendiri? Nggak taunya Bi Encum sudah
tertidur. Aku diam sambil cari akal, ada
kali setengah jam sambil melirik posisi Bi
Encum yang tidur melingkar seperti
pistol. Bi Encum pakai daster hijau
selutut.
Aku panggil Bi Encum, “Bi.. Bi Encum..”
Tapi tak menjawab. Lalu aku pegang
tangannya sambil kuguncang-guncangkan
dan panggil namanya perlahan, “Bi.. Bi
Encum..” Oh, ternyata dia sudah pulas.
Aku cek lagi dengan mengguncang-
guncangkan pahanya,
“Bi.. Bi Encum..” Dia tetap diam,
napasnya saja yang turun-naik teratur.
Ternyata Bi Encum sudah pulas sekali.
Jantungku berdegup keras.
Dengan terburu-buru aku turun ke
bawah untuk mengunci pagar halaman,
pintu depan, dan pintu dapur. Gorden tak
lupa kurapatkan. Bret! Lalu aku matikan
lampu ruang tamu dan lampu dapur. Habis
itu aku naik lagi ke atas. Hmm, Bi Encum
masih tertidur dengan posisi yang tadi.
Lalu kukunci pintu ruang TV yang
mengarah keluar. Gorden jendela
kurapatkan juga. Ah, aman!
Perlahan kudekati Bi Encum. Kuguncang-
guncangkan kakinya lagi. Dia tetap
tidur. Lalu kurubah posisi Bi Encum yang
tadinya melingkar, jadi telentang.
Bantal besar yang mengganjal kepalanya
perlahan-lahan kugeser sehingga
terlepas dari kepalanya.
Dadaku terasa sakit karena jantungku
berdegup kencang, napasku memburu.
Lalu kuangkat perlahan dasternya dari
bawah sampai ke atas perut sambil
melihat mukanya, hmmm masih pulas.
Sekarang terlihat paha Bi Encum yang
bulat, besar, agak putih, dan bersih
nggak ada bekas lukanya. Perutnya
gemuk berisi. Gundukan CDnya warna
krem. Menyembul di atas perutnya toket
besarnya yang ditutupi BH warna krem.
Tapi aku nggak terlalu penasaran dengan
toketnya karena sudah sering
melihatnya.
Aku lalu coba merunduk. Kuciumi mekinya
yang masih pakai CD. Ah, nggak ada bau
apa-apa. Lalu ku elus-elus pahanya serta
mekinya perlahan-lahan sambil sesekali
melihat muka Bi Encum. Ah, masih pulas,
pikirku. Malah sekarang sudah
mendengkur halus.
Lalu kupegang gundukan mekinya. Hmm,
tebal bangeet. Sebentar, kucoba korek
sedikit mekinya lewat sela CD. Hmm, aku
ingat, bulu jembinya sedikit dan jarang-
jarang tumbuhnya. Keringat dingin mulai
keluar dan aku semakin gemeteran. Lama
aku begitu, korek-korek meki sambil
elus-elus mekinya Bi Encum dari luar CD,
sambil sesekali kulirik mukanya,
khawatir dia terbangun.
Lama-lama aku makin penasaran, kucoba
buka CDnya. Pelan-pelan kuturunkan
CDnya dari bawah pantat sambil terus
melihat muka Bi Encum. Uh, berat banget
badannya. Kugeser CDnya sedikit demi
sedikit lewat bawah pantatnya. Keringat
dingin mengucur di badanku, padahal
angin malam dari luar menerobos masuk
dari atas lubang pintu. Tongkolku yang
terbungkus CD dan celana pendek sudah
tegang banget sejak tadi.
Berhasil! CD Bi Encum sudah lewat dari
pantatnya yang besar. Tanggung,
kuloloskan saja sekalian dari kakinya.
Sekarang Bi Encum tidak memakai CD.
Telentang. Bulu jembinya jarang,
mekinya tembem dan rapat. Tongkolku
jadi keras banget. Aku beringsut ke
bawah kaki Bi Encum, lalu
kurenggangkan kakinya. Wuaah! Ini
pengalamanku yang kuingat terus sampai
sekarang. Pertama kali aku bisa melihat
meki cewe dengan bebas, ya saat itu.
Hmm, indah sekali.
Lalu kurenggangkan lagi kaki Bi Encum
lebar-lebar sampai badanku dapat duduk
bebas di antara selangkangan kakinya. Bi
Encum masih mendengkur. Aku mulai
merunduk di atas meki Bi Encum. Kubuka
mekinya yang tembem dan rapat itu
dengan kedua tanganku, perlahan. Hmm,
kuciumi mekinya. Wanginya aneh, tapi
justru wangi ini yang nggak akan
kulupakan, gimanaa gitu.
Aku ingat banget, lubang luar mekinya
sempit, cuma segaris saja keliatannya
dari luar.Pas kusibak, warna pinggir
lubangnya merah tua dan dindingnya
tebal, lembut, dan lubang dalamnya
merah muda serta berkilat. Napasku
mulai terengah-engah.

Kucoba-coba cari
yang mana sih, yang disebut klitoris itu?
Aku buka-buka perlahan mekinya, tapi
sepertinya saat itu aku tetap nggak tau
deh, yang mana atau seperti apa
bentuknya klitoris (sekarang sih udah
tau, hehe..). Aku semakin penasaran.
Lubang meki Bi Encum semakin
kuperlebar. Lama kuperhatikan. Kini
terlihat dua belah bibir kecil dengan
lubang kecil ditengahnya. Bibir kecil dan
lubang kecil itu berwarna merah jambu
dan agak basah. Tongkolku semakin
keras. Jantungku berdetak keras.
Dengan tangan kiri, kutahan bibir meki
Bi Encum, lalu kumasukkan jari telunjuk
tangan kananku ke dalam lubang kecil
itu. Aah, terasa lembut sekali daging
merah jambu didalamnya. Lalu kuangkat
jariku, kuciumi baunya. Ooh, begini toh,
bau meki, pikirku cepat.
Lalu kumasukkan lagi jari tengahku ke
dalamnya, kugosok-gosokkan perlahan
jariku di dinding-dinding dalam meki Bi
Encum. Uuh, terasa lembut sekali daging
basah di dalamnya. Lama aku begitu
sambil sesekali mengelus-elus bibir
luarnya dan menjilat-jilatnya dengan
lidahku. Semakin penasaran, kumasukkan
dua jariku ke dalam lubang kecil meki Bi
Encum. Ah, ternyata muat, lalu
kugosok-gosokkan lagi bergantian
dengan masuknya ujung lidahku ke dalam
lubang kecil itu. Agak asin-asin gurih
gitu, rasanya. Tongkolku semakin keras
dan terasa menyakitkan dibungkus CD dan
celana pendek.
Ah, kucoba masukkan tongkolku ke dalam
mekinya Bi Encum, pikirku waktu itu.
Cepat-cepat karena napsu, kupelorotkan
saja celana pendek serta CDku. Kaos
masih kupakai. Lalu kuambil posisi
badanku di atas Bi Encum yang masih
pakai daster cuma CDnya saja yang sudah
lepas.
Dengan satu tangan, kudekatkan
tongkolku ke mekinya Bi Encum.
Kugosok-gosokan di bibir luar meki dan
bulu jembinya. Seer, seer, asik deh.
Terus, kucoba masukkan tongkolku ke
dalam mekinya. Duh, susah banget. Lalu
kubasahi tongkolku dengan ludah yang
banyak. Kucoba lagi naik di atas Bi
Encum seperti orang mau push-up.
Pelan-pelan dengan satu tangan
kumasukkan tongkolku. Bless! Masuk
kepala tongkolku yang berkilat dan licin.
Pelan-pelan kusodokkan lagi dibantu
dengan tanganku. Bless! Makin dalam.
Rasanya hangat gitu. Bi Encum masih
pulas, malah keluar liur dari bibirnya.
Perlahan dengan napas memburu,
kumaju-mundurkan tongkolku. Ugh!
Rasanya hangat dan agak geli-geli gitu.
Ada kali sekitar sepuluh menit aku maju-
mundurkan tongkolku. Keringat dingin
makin deras menetes dari badanku.
Jantungku makin berdegup kencang.
Daging lembut yang hangat dan licin
karena basah ludahku terasa membelai-
belai tongkolku. Sampai tiba-tiba terasa
terasa pejuku mau keluar. Aku coba
tahan tapi tak kuasa. Buru-buru kucabut
tongkolku. Aku kocok sedikit, dan peju
pun muncrat di permadani. Crut! Crut!
Setelah itu yang aku ingat saat itu
adalah rasa bersalah yang timbul. Dengan
napas yang masih terengah-engah
karena dadaku berguncang keras, buru-
buru kubersihkan peju yang berceceran
di permadani. Secepat kilat kupakaikan
CDnya Bi Encum lagi sambil kurapihkan
dasternya. Lalu aku berlari ke kamar
mandi yang ada di samping kamarku.
Setelah itu aku masuk kamarku dan
kubiarkan TV menyala dengan Bi Encum
yang masih tertidur pulas di depannya.
Aku tertidur pulas sampai pagi.
Paginya Bi Encum sudah masak sarapan
pagi buatku. Seperti nggak ada apa-apa
dan biasa aja. Kejadian itu cuma sekali
sampai Bi Encum pulang kampung – saat
aku SMA – untuk dikawinkan dengan
orang sekampungnya. Lebih dari itu, aku
nggak berani karena takut Bi Encum
bilang ke orangtuaku.
 
Ceritanya mengalir seperti sungai .... ayo buat lagi :semangat:
 
Waktu SMP kelas dua, di rumah ada
pembantu, namanya Bi Encum. Aku suka
melihat Bi Encum makannya banyak. Gak
heran badannya juga gemuk. Nah,
kebetulan kamarku di lantai dua, dan
dibawahnya pas kamar mandi Bi Encum.
Lantai kamarku itu cuma pakai multiplex
tebal yang dilapisi karpet plastik yang
agak tebal juga. Di antara lantai
kamarku dengan kamar mandi Bi Encum
nggak ada pembatas atau eternitnya.
Cerita Dewasa 2013 –

sory..ini copas ngg?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
hahahaha bi encum kena entot.... tapi ada cerita yang mirip deh dengan tokoh yang beda......
 
Copas banget dari Krucil. Tapi gapapa deh. Sekalian nostalgia sama Krucil.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd