begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 548
- Like diterima
- 9.351
Namaku Ephan
EPHAN bernasib mujur. Meskipun ia lulus dari SMK dengan nilai pas-pasan, tapi ada orang yang menawarinya pekerjaan, yaitu tetangganya yang bernama Yuli. Yuli menawari Epan bekerja di toko yang menjual asesoris handphone karena salah satu teman Yuli dipecat gara-gara panjang tangan. Beberapa kali teman Yuli ini mencuri asesoris handphone, lalu dijual ke toko yang lain.
Yuli, wanita ini sudah punya 2 anak yang masih kecil-kecil. Ia sangat dipercaya oleh Ko Yanto. Yuli lalu membawa Ephan untuk diwawancarai oleh Ko Yanto. Tanpa banyak omong, Ko Yanto langsung menerima Ephan bekerja di tokonya. Ephan diberi gaji 2 juta rupiah sebulan oleh Ko Yanto. Ephan menerimanya dengan senang hati, karena Ephan belum pernah memegang uang sebesar itu seumur hidupnya.
Ibu Ephan, Fatimah hanya sebagai tukang cuci gosok pakaian tetangga, sedangkan bapak Ephan bekerja sebagai satpam di sebuah perumahan tak jauh dari rumahnya, tentu tidak bisa memberikan Ephan banyak duit.
Ko Yanto meminjamkan Ephan sebuah sepeda motor yang boleh dibawa pulang oleh Ephan, karena tugas Epan selain melayani pembeli di toko asesoris handphone, Ephan juga diminta oleh Ko Yanto setiap hari mengambil makan siangnya di rumah.
Pagi itu, Ephan yang baru saja sampai ke toko, langsung disuruh oleh Ko Yanto ke rumahnya mengambil barang yang ketinggalan. Setiba di rumah Ko Yanto, Bik Siti, pembantu keluarga Ko Yanto berkata pada Epan,: “Tunggu sebentar ya, Phan. Nyonya lagi mandi,” Yang disebut Bik Siti ‘nyonya’ adalah istri Ko Yanto.
Ephan pun duduk menunggu di dapur sambil minum teh manis yang disuguhkan oleh Bik Siti. Sekali-sekali Bik Siti menanyakan Ephan tentang keluarga dan pacar. “Pacar belum punya, Bik. Belum sanggup mengongkosi!” jawab Ephan polos.
“Hmm... pacaran sama Bibik mau nggak, Phan? Nggak usah keluar ongkos, nanti malah Bibik kasih kamu yang enak-enak!” goda Bik Siti yang sudah berumur 40 tahunan itu ke telinga Ephan.
“Nanti aku pulang tanya Ibu dulu ya, Bik!” jawab Ephan polos.
“Uuhh...!” ejek Bik Siti. “Masa pacaran harus tanya ibumu dulu, emangnya kamu anak kecil, masih netek? Lebih enak netek sama Bibik! Nih...!” Bik Siti mengangkat kaosnya ke atas memperlihatkan teteknya yang terbungkus BH hitam pada Ephan.
Ephan tidak tertarik dengan tetek Bik Siti. Ephan lebih tertarik melihat istri Ko Yanto yang keluar dari kamar mandi. Si cantik bertubuh putih mulus langsing bermata sipit itu hanya mengenakan handuk.
Istri Ko Yanto berlalu, Ephan merasa mau kencing. “Bik, aku mau kencing, di mana kamar mandinya, ya?” tanya Ephan.
“Tuh, pakai aja kamar mandi Nyonya, nggak apa-apa!” kata Bik Siti. “Bibik juga suka pakai kamar mandi itu untuk mandi, untuk kencing, untuk berak...”
Ephan bangun dari tempat duduknya, lalu melangkah ke kamar mandi. Sewaktu Ephan melangkah masuk ke dalam kamar mandi, masih tercium bau wangi bekas mandi istri Ko Yanto. Tapi ketika, Epan mau menutup pintu kamar mandi, langsung mata Ephan terbelalak ketika dilihatnya celana dalam dan pakaian bekas istri Ko Yanto tergantung di belakang pintu.
Air kencing Ephan langsung surut kembali ke dalam kantong kemihnya karena kontolnya menjadi tegang dengan seketika. Lalu dengan tangan gemetar, Ephan menurunkan celana dalam berwarna merah yang bentuknya kecil itu dari gantungan.
Ephan ingin mengetahui aroma memek istri Ko Yanto. Kemudian Ephan mencium celana dalam istri Ko Yanto. Uughh... bau memek istri Ko Yanto rupanya begini ya, desah Ephan dalam hati, karena disangkanya bau memek wanita yang cantik dan kaya itu wangi, tapi ternyata baunya amis. Tapi Ephan sangat menyukai bau celana dalam istri Ko Yanto. Ephan menggosok-gosokkan ke kontolnya yang tegang.
Sejak pagi itu, Ephan selalu mengharapkan Ko Yanto menyuruhnya ke rumah lagi mengambil sesuatu pada pagi hari, karena pada siang hari Ephan pergi mengambil makan siang Ko Yanto, ia sudah tidak menemukan lagi celana dalam istri Ko Yanto tergantung di belakang pintu kamar mandi, karena sudah dicuci oleh Bik Siti.
Waktu begitu cepat berlalu. Sudah hampir 1 bulan Ephan bekerja. Malam itu, setelah tutup toko, Yuli berlari mengejar Ephan di tempat parkir sepeda motor. “Pan, Mbak ikut kamu pulang, ya.” kata Yuli.
“Ya boleh, Mbak!” jawab Ephan sigap.
Tidak lama kemudian, sepeda motor Ephan yang membonceng Yuli sudah berada di jalan raya. Mula-mula pantat Yuli berada di ujung boncengan sepeda motor Ephan.
Malam sudah larut, tapi jalan raya tetap saja ramai oleh kendaraan bermotor, sehingga Ephan membawa sepeda motor jadi tidak stabil. Kadang-kadang berada di jalur tengah, kadang-kadang berada di jalur kiri, bahkan kadang-kadang Epan menyalib kendaraan yang berada di depannya.
Yuli sengaja memakai kesempatan itu. Kedua tangannya segera memeluk ke perut Ephan erat-erat. Dagunya ia topangkan di bahu Ephan. Sementara itu di depan, Ephan merasa dadanya sesak. Bagaimana tidak, kalau Ephan merasa punggungnya dihimpit oleh 2 tetek Yuli yang besar dan padat itu?
Setiba di depan rumah kontrakan Yuli, Ephan baru merasa dadanya lega. “Mampir dulu ya, Phan!” ajak Yuli.
“Sudah malam Mbak, nanti dicari Mak,” jawab Epan.
“Allaa... rumahmu hanya tinggal sejengkal saja dari sini, ngapain pula kamu takut dicari sama Makmu? Makmu mau kasih kamu netek takut kemaleman?”
Karena Epan segan sama Yuli yang memasukkannya bekerja di toko Ko Yanto, Ephan merasa berhutang budi, lalu Ephan mendorong masuk sepeda motornya ke halaman rumah kontrakan Yuli. Tapi setelah Yuli menyalakan lampu rumahnya, baik di luar maupun di dalam, Yuli menyuruh Ephan memasukkan sepeda motor ke dalam rumah.
Epan menurut. Rumah Yuli hanya ada 2 ruangan sempit, tak beda jauh dengan rumah Ephan. Ephan harus tidur berdesakan dengan kedua adiknya dalam satu tempat tidur sempit, sedangkan Fatimah tidur dengan anak bungsunya di kasur yang digelar di ruang tamu.
Yuli juga menggelar kasur di ruang tamu. “Phan, kamu yang mandi duluan, apa Mbak?” tanya Yuli.
“Nanti aku mandi di rumah saja, Mbak!”
“Apa bedanya mandi di rumahmu, sama mandi di rumah Mbak?” tanya Yuli sambil melepaskan celana jinsnya. “Apa kamu masih dimandiin sama Makmu?”
Ephan tidak sanggup menjawab Yuli lagi ketika dilihatnya bagian bawah tubuh Yuli terbalut celana dalam saja serta paha Yuli yang besar dan mulus. Yuli pura-pura tidak tahu. Setelah ia melepaskan celana jinsnya, ia melepaskan kaosnya.
Waduhh... Ephan yang saat itu memandang Yuli, perasaannya blingsatan campur aduk antara malu dan terangsang. Malu karena Yuli adalah tetangga Ephan dan sejak Ephan bekerja di toko Ko Yanto, Ephan sudah menganggap Yuli seperti kakaknya sendiri, tapi Ephan juga seorang laki-laki. Bukankah ia masih penasaran dengan istri Ko Yanto, apalagi sekarang di hadapannya Yuli hanya memakai BH dan celana dalam?
Yuli melangkah begitu saja ke belakang. Sebentar kemudian, sudah terdengar suara air dari kamar mandi. “Phan, tolong dong ambilin handuk Mbak di gantungan.” suruh Yuli mengeluarkan kepalanya dari pintu kamar mandi.
Tanpa curiga, Ephan beranjak bangun dari duduknya di kasur. “Yang warnanya kuning ya, Phan.” kata Yuli.
Ephan menarik handuk berwarna kuning di gantungan handuk. Setelah itu, ia membawa kepada Yuli yang masih menongolkan kepalanya di pintu kamar mandi. Setelah Ephan mendekati pintu kamar mandi, Yuli membuka lebar pintu kamar mandi.
Ughhh...
Ephan hampir mau jatuh pingsan ketika dilihatnya tubuh Yuli yang telanjang bulat. Tetek Yuli yang besar menggelantung di dadanya yang putih dan mulus. Di selangkangannya tampak jembut hitam yang lebat. Yuli mengambil handuk yang disodorkan oleh Ephan berlagak bodoh.
“Mbak sudah! Gantian kamu yang mandi.” kata Yuli membungkus tubuhnya yang telanjang dengan handuk. Tapi handuk yang kecil pendek itu, hanya mampu menutupi secuil tubuh Yuli yang padat gemuk pendek.
Sekali lagi, Epan tidak mampu menolak permintaan Yuli. Yuli keluar dari kamar mandi, Ephan segera melangkah masuk dan ketika ia mau menutup pintu kamar mandi, upss... di belakang pintu kamar mandi tergantung BH dan celana dalam Yuli.
Epan tidak mau menunggu lama lagi. Seusai melepaskan pakaiannya, Ephan segera menurunkan celana dalam Yuli. Ephan membayangkan Yuli berlari kian kemari sepanjang hari di area penjualan hape yang luas itu ketika pembeli ingin mencari acesoris hape yang tidak dijual di toko Ko Yanto.
Memek Yuli pasti tergesek-gesek di celana dalamnya dan banyak keringat yang menyerap di celana dalam berwarna hijau itu. Sehingga ketika Ephan menciuminya, hmmm... bau celana dalam Yuli persis seperti bau kembang setaman. Harum dan wangi!
Tokk... tookk... Yuli mengetuk pintu kamar mandi. “Phan, ini handuk buat kamu!” kata Yuli.
Ephan yang lagi enak-enaknya mengocok kontolnya dengan celana dalam Yuli, langsung menggantungkan kembali di belakang pintu, lalu membuka sedikit pintu kamar mandi. Tapi Yuli yang masih memakai handuk itu mendorong pintu, lalu melangkah masuk ke kamar mandi. Ephan kelabakan tidak sempat lagi menutup kontolnya yang telanjang.
“Waduhh... Phan, kontolmu besar banget!” kata Yuli memandang kontol Ephan.
“Hee... hee...” tawa Ephan malu. “Masa segini besar sih, Mbak?”
“Ya besarlah, Phan! Punya suami Mbak nggak segini...” kata Yuli sambil menggantungkan handuk buat Ephan di belakang pintu kamar mandi.
Setelah itu, Ephan hanya bisa berdiri dengan tegang ketika kontolnya dipegang oleh Yuli. “Mbak, mandiin kamu ya, Phan?” kata Yuli.
Bagaimana caranya Ephan menolak Yuli? Tidak bisa lagi, karena Yuli langsung mengambil air menyiram tubuh Ephan yang telanjang. Setelah itu, Yuli menggosok bagian belakang tubuh Ephan dengan sabun mandi cair. Ephan menerimanya dengan malu, tapi senang.
Bagian belakang tubuh Ephan sudah bersih, Yuli melepaskan handuknya. Kemudian Yuli berdiri dengan tubuh telanjang berhadapan dengan Ephan. “Apa kamu pengen pegang tetek Mbak, Phan?” tanya Yuli. “Pegang aja!”
“Kalau ketahuan sama suami Mbak, bagaimana?” tanya Ephan takut tapi pengen.
“Kamu tol*l, ya... suami Mbak di kampung sama 2 anak Mbak. Mana dia tau sih...!” ujar Yuli yang sudah terangsang melihat tubuh Ephan yang atletis berotot, apalagi kontol Ephan yang keras, besar dan panjang. Yuli pengen kontol Epan cepat-cepat masuk ke dalam lubang memeknya.
Yuli segera membersihkan bagian depan tubuh Ephan dengan sabun. Ketika sampai di kontol Ephan, Yuli mengocok kontol Ephan. Ephan hanya bisa berdiri diam, tapi ketika melihat Ephan mau mengejang, Yuli melepaskan kontol Ephan yang dikocoknya.
Ephan penasaran. Lagi nikmat-nikmatnya dilepaskan. Yuli melanjutkan menyabuni bagian tubuh Ephan yang belum disabuni. Setelah itu, Yuli menyiram air ke tubuh Ephan. Ephan merasa tubuhnya segar, lebih segar dibandingkan ia mandi sendiri. Apalagi kemudian tubuhnya dikeringkan oleh Yuli dengan handuk.
Kemudian Yuli menarik tubuh telanjang Ephan ke kasur. Ephan hanya bisa menuruti apa yang diperintahkan Yuli. Ephan berbaring, lalu kontolnya dimasukkan ke dalam mulut oleh Yuli. Yuli mengisap kontol Ephan yang wangi sabun.
Ephan merasa nikmat. Begitu Ephan merasa air maninya mau keluar, kontolnya dilepaskan oleh Yuli dari mulut. “Phan, tolong jilat memek Mbak, ya?” pinta Yuli menghadapkan selangkangannya ke wajah Epan.
Pertama Ephan ragu-ragu, tetapi setelah ia membayangkan memek istri Ko Yanto, mulailah lidah Ephan hilir mudik di memek Yuli, meski hanya dipermukaan saja. “Phan, jilat biji yang terletak di atas memek Mbak itu...” pinta Yuli. Yang dimaksudkan Yuli ‘biji’ itu adalah kelentitnya, itil. Tapi Ephan tidak menemukan kelentit Yuli.
Selanjutnya, Yuli beranjak bangun mengangkang di atas kontol Ephan yang berdiri tegak. Ketika pantat Yuli turun, Ephan merasakan kontolnya memasuki lubang yang menjepit dan basah. Semakin masuk ke dalam lubang, Ephan merasa kontolnya semakin nikmat. Apalagi kemudian kontolnya dikocok-kocok oleh memek Yuli dan dilihatnya tetek Yuli berayun-ayun ke atas ke bawah ke kiri dan ke kanan, Ephan yang belum punya pengalaman ngewek, langsung menembakkan air maninya ke memek Yuli.
Croott... crroott... crroottt... Yuli segera menduduki kontol Ephan kuat-kuat, biar air mani Ephan menghangatkan rahimnya yang kedinginan.
Setelah itu, Yuli mencium pipi kiri dan pipi kanan Epan. “Kamu sangat hebat, Phan!” puji Yuli, “Tapi kamu harus sering-sering berlatih ya, biar lebih hebat lagi.”
“Ya, Mbak!” jawab Ephan.
“Besok malam, pulang kerja kita main kayak gini lagi, mau nggak?” tanya Yuli.
“Siap, Mbak!” jawab Ephan ketagihan.
Hampir jam 11 malam, Ephan sampai di rumah. “Mak, Epan main ke rumah Mbak Yuli,” kata Ephan ketika Fatimah membuka pintu rumah.
“Ya, Mak nyangka kamu ke mana, biasanya setengah sepuluh kamu sudah sampai di rumah,” ujar Fatimah.
“Mak jangan suka mengkhawatirkan Ephan. Ephan malu kalau diejek sama teman-teman Ephan. Masa sih Ephan diomongin masih netek sama Mak?”
“Biarin aja teman-temanmu mengejek kamu, Phan! Emangnya salah kalau kamu menetek sama Makmu sendiri?” tanya Fatimah.
“Nggak sih, Mak! Tapi, apa Mak mau kasih Ephan netek?”
“Haa.. haa.. “ Fatimah tertawa. “Badan kamu wangi,” kata Fatimah. “Kamu mandi di rumah Yuli, ya?”
“Ya , Mak! Ephan tidur dulu, ya?”
“Ganti baju kamu dulu. Masa baju kerja dibawa tidur? Nih, Mak udah siapin bajumu.” kata Fatimah.
Ephan mengganti pakaian di kamar mandi. Selesai mengganti pakaian dengan kaos dan sarung, Ephan diajak tidur oleh Fatimah di ruang depan. Mereka berbaring berhadap-hadapan di bawah lampu yang tidak begitu terang.
“Dua hari lagi kamu gajian ya, Pan?” tanya Fatimah.
“Ya, Mak! Mak mau minta apa, nanti Ephan beliin.”
“Mak pengen ke mol, Phan!” jawab Fatimah.
“Iya Mak, nanti kita ke mol sama adek ya, Mak!” janji Ephan.
Fatimah memeluk Epan. “Nih Pan, kalau kamu mau netek.” kata Fatimah mengeluarkan teteknya dari balik dasternya.
Epan malu apalagi terbayang olehnya barusan ia menghisap tetek Yuli. Tapi menolak juga ia segan, takut Mak-nya marah. Lalu dihisapnyalah puting yang besar berwarna coklat tua itu.
“Nggak ada yang ganggu kamu, isep pelan-pelan... sepuasmu.” bisik Fatimah menikmati setiap kenyotan mulut Ephan pada pentil teteknya yang membuat darah Fatimah berdesir-desir nggak karuan.
Pelan-pelan dibukanya belitan sarung Ephan. Setelah longgar, tangan Fatimah menyusup masuk ke dalam sarung Ephan. Ephan kaget tapi senang ketika kontolnya yang tegang dipegang tangan Mak-nya. Fatimah mengelus, Fatimah meremas, Fatimah mengocok kontol anaknya.
“Makk... hukk... hukkk... “ tiba-tiba Kodir, adik Ephan keluar dari kamar menangis.
Kodir yang baru berumur 5 tahun tidak tau apa yang sedang terjadi antara Mak-nya dan kakaknya. Kodir berbaring memeluk Fatimah dari belakang.
Fatimah terpaksa tidak jadi memasukkan kontol Ephan ke memeknya.
Malam itu, Ephan tidak bisa tidur nyenyak. Ephan membayangkan Yuli... membayangkan Mak-nya, Fatimah....
ooo0ooo
Malam berikutnya, Ephan mampir ke rumah Yuli lagi. Ephan dan Yuli kembali memacu birahi. Ephan sudah tidak selugu kemarin malam. Kenyotan mulutnya dan jilatan lidahnya sudah mampu membuat birahi Yuli bergejolak gak karuan. Yuli merintih, Yuli mengerang dan Yuli orgasme berkali-kali saat kontol Ephan menggenjot lubang memeknya.