Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Namaku Syam

Bimabet
Halo para suhu, terimakasih atensi saran dan kritiknya semoga bisa memperbaiki penulisan kisah Syam ke depan.

Saatnya melanjutkan cerita...


Bagian 5 : Tarian Mida

Hari ke dua aku di rumah muak sudah kurasa, Surya sering pamit keluar dengan alasan ngantar belanja Lis lah, ambil laundry lah dan semua selalu bersama Lis lama-lama bunting itu anak orang. Mami berangkat pagi sekali dan pulang hampir tengah malam, entah kerja benar entah kerja sama Banu aku tidak lagi penasaran. Sebuah pesan dari Mida menggerakkanku untuk keluar rumah dan menemuinya.

Perempuan bernama Mida ini walau kulitnya tidaklah putih, namun bersih mulus layaknya orang Indonesia Timur, manis enak dipandang. Kami bertemu di sebuah Kedai Juice di Melawai, lokasinya ada di pojokan blok, cukup ramai namun di lantai 2 memungkinkan untuk leluasa berbicara.

Laporan tentang Sofia aku paparkan tentu tidak semua, hal-hal yang kurasa belum saatnya aku simpan. Mida mengagumi cara kerjaku dan berkata bahwa kinerjaku beyond expectation menurutnya. Aku menjawab bahwa ada tim yang mendukungku.

Pembayaran diselesaikannya dengan uang cash, ditambahkannya segepok rupiah berwarna biru, aku perkirakan berjumlah 5 juta rupiah, untuk bonus katanya. Berkat hasil kerjaku yang cepat dia bisa melakukan misi pribadi, mencari keluarga Ayahnya di Madura.

"Syam, sebelum misi Sofia tahap 2 aku jalankan, aku akan melapor dulu ke Bos, nah sementara menunggu maukah kamu menjalankan misi pribadiku, mencari silsilah keluarga bapakku di Madura? Kemaren aku mencari ke sana semuanya buntu. Fee nya terserah, kamu WA aja quotationnya ya...?"

"Berikan aku data awal, nanti aku kembangkan sendiri."

Mida menyerahkan file beberapa lembar berisi data-data ayahnya dan kakeknya, kubaca sekilas, hmm pekerjaan yang mudah dengan fee terserah, cocoklah bisa buat mengisi tabungan.

Aku coba menggali latar belakang bossnya Mida ingin mencari tahu perihal Sofia, siapakah boss Mida ini? Apa hubungannya dengan Sofia? Namun Mida masih berputar-putar tidak menjawab langsung. Secara umum adalah Bossnya adalah istri seorang pengusaha besar kelas dunia, istrinya itu curiga ada hubungan antara suaminya dengan Sofia, karena beberapa kali ada log video call di hp suaminya. Aku berpikir, "okelah fine! Aku akan mencari sendiri".

Pembicaraan berlanjut ke hal-hal tak penting lainnya, aku memperhatikan wajah Mida lekat-lekat, giginya sungguh putih kontras dengan bibirnya yang disapu warna merah maroon lembut, jika dia berbicara atau tersenyum seakan ada cahaya keluar dari rongga mulutnya itu.

Kulitnya bersih mulus berwarna ebony muda, mirip orang Flores atau Maluku namun seperti ada unsur India di sana. Memamau blues putih yang tampak mahal dipadu celana panjang coklat muda membuatnya tampak sigap dan pintar.

Aku membayangkan menelanjanginya di atas sprei putih, menjilat dan mengecup leher dada dan susunya, membayangkan menggelitik putingnya yang pasti legam, seperti biji kelengkeng ketika mengeras, dengan lidahku. Hmm seperti apa rongga vaginanya? Merah tua kah? Merah muda kah? Hitam kah? Aku menjadi bergairah feromonmu berpendar mencoba menarik perhatian Mida.

Ada nafsu dan gairah namun hormat dan seganku masih dominan. Bagaimanapun Mida adalah klienku, klien potensial aku harus menjaga hubungan agar tetap profesional.

"Syam, aku bisa membaca pikiranmu! Tidak akan kau dapatkan itu, tidak sekarang, entah nanti!"

Sialan, dia bisa menebak apa yang kupikirkan dan aku dijeratnya dengan pesona dan gertakannya yang menjanjikan. Namun aku paham, apa yang dikatakan Mida benar adanya. Tidak sekarang, entah besok. Seperti penari erotis yang memancing birahi namun tidak akan terjangkau untuk menuntaskan.

Kami berpisah, aku menuju Grand Wijaya, ingin aku berendam dan bersauna sambil berkoordinasi dengan jaringan dan rekan kerja. Aku masuk sebuah spa paling besar di sana, mengikuti alur loker, ganti piyama, duduk di lounge, kirim dan terima pesan sambil minum juice lalu menuju room untuk pijat.

Di dalam ruangan, Santi nama therapisnya, entah benar entah tidak, mulai mengurut kaki dan betisku. Aku sengaja diam menikmati tidak membuka pembicaraan. Hingga Santi mulai mengakrabkan diri,

"Kakak siapa namanya?"
"Namaku Syam"
"Syamsuddin ya kak? Hihihi sama dengan nama pacarku dulu di kampung"
"Oh ya? Waduh CLBK dong ini"

Penasaranku terhadap Mida aku lampiaskan kepada Santi, aku sudah sangat berpengalaman menaklukkkan therapist agar mau mengikuti kemauanku, dengan teknis dasar mirroring, aku mengikuti pembicaraanya, menyamakan thema, pilihan kata dan gaya bahasa. Hingga mereka merasa setara, tidak dalam hamba dan tuan namun punya kuasa untuk bertindak atas kemauannya.

Aku menghentikan pijatan Santi, "Udah berhenti dulu, sini berbaring di sebelahku, peluk aku sini"
Ketika dia berbaring, dia memeluk dengan canggung, aku membalas memeluk lembut dan kadang terlelap sejenak. "Enak ya kak tidurnya"
"Iya nyaman banget, lebih enak dipeluk daripada dipijit"

Aku memijat lembut bahu Santi, kupijat kepalanya seperti tukang cukur memijat kepala pasiennya. Dia terpejam keenakan, bibirnya tersenyum sedikit. Aku mengecup bibirnya, dia melengos namun tersenyum. Aku kecup lagi, dia menghindar lagi dan yang ketiga dia tidak lagi menolak, aku mengulum pelaaan sekali, memperlakukan Santi seolah dia kekasih jaman SMA, menciumnya dengan ragu dan takut.

Santi mengikuti irama ciumanku, sambil kuraba punggung hingga pantatnya. Di saku belakang terasa benda kenyal melingkar, hmm ada kondom rupanya, okay dia bisa memang diajak bersenggama, namun aku tidak dengan cara biasa, tidak dengan tawar menawar harga atas jasa, aku mau bercinta bukan jual beli. Soal nanti aku kasih uang untuk dia belanja itu lain cerita.

Ciuman dan rabaan terus berlanjut, Santi di atasku, aku terlentang telanjang, dia masih memakai baju. Santi menciumiku dengan mata terpejam, dia tampak sungguh menikmati, aku berusaha meresponse dengan seminim mungkin, kubiarkan dia memegang kendali, kubiarkan dia menjadi superior.

Nafas Santi mulai memburu, matanya terpejam sambil lidahnya menggelitik puting kecilku. Entah siapa yang dia bayangkan namun aku benar-benar menjadi obyek. Aku bahkan tidak berupaya membuka baju, bra ataupun rok pendeknya. Aku berada dalam posisi menyerah.

Santi sendiri yang membuka baju, namun masih pakai bra, ketika dia mau membuka bra, aku berkata, " eh mau ngapain? Wani Piro? " Santi tertawa geli, sebuah kalimat yang seharusnya keluar dari mulutnya. Dia tetep membuka bra, sambil membungkuk mengarah ke kelaminku dia berujar, "bodo amat, pokoknya aku perkosa!" Dan dikulumnya kelaminku dengan gaya profesional yang membuatku ngilu-ngilu enak.

Kedua susunya digesek-gesek menjepit kelaminku, menjadikannya tegak keras mengacung, Santi mengambil condom membuka rok pendek yang juga sekaligus celana itu, laku menyarungkan memeknya ke kelaminku dan langsung dihajarnya dengan goyangan beritme tinggi.

Tanpa jeda dia memaju mundurkan pinggulnya dengan kecepatan dan tekanan yang cukup tinggi. Aku menahan otot jalur sperma agar tidak segera keluar, kutahan hingga santi tiba-tiba mendesis laksana ular betina raksasa, mengeliat bertumpu ke belakang dengan kedua tangannya dan mengurut kelaminku dengan memeknya, aku juga melepas jepitan otot kelamin sehingga ejakulasi pun terjadi. Kami bersama mencapai orgasme. Aku tergeletak lemas, Santi berpindah posisi meniduriku, mengecup bibirku sambil berkata, "Makasih ya kakak, sudah lama tidak merasa seenak ini" dan denyut-denyut otot vaginanya terasa di kelaminku yang melemas.

Masih akan berlanjut episode berikutnya
 
Sorry do post
 
Pengen baca ss nya syam dengan citra, apa mungkin citra masih prewi.....
Lanjutin suhu makin menarik cerita nya semoga bisa sampai ending cerita nya.
 
hushhhhh ngos ngosan baca nya.jadi ingat yg d fortune karet ...kangen sama dia..hehehe
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kerennn neee, bruo
------------------------------+
tks tlah berbagi
tuhan berkati !
 
Bimabet
Tengkiu para suhu dan para pendahulu di Forum CP tercinta ini. Terimakasih atas atensi mohon maaf tidak sanggup meresponse satu persatu...

Namun tetap ijinkan nubie melanjutkan cerita Syam.



Bagian 6 : Pantura dan Madura

Sebagaimana lazimnya layanan tempat hiburan, termasuk massage dan spa tutup sepanjang bulan puasa. Eni pun pulang ke Gantar Indramayu tempat asal dia berasal. Di sana masih ada kedua orang tua, anak perempuan kelas 3 SD yang merupakan kebanggaannya dan kumantan suaminya yang dahulu menghabiskan uang Eni hasil bekerja di Saudi untuk mabok-mabokan, main cewek dan gonta-ganti motor.

Begitu Eni pulang, setelah merantau selama total 4 tahun di Saudi, duit habis, anak perempuannya terlantar dititipkan orang tua Eni yang miskin dan Wanto, nama lelaki itu semakin menyengsarakannya dengan berbagai kelakuan minus lainnya.

Diajak oleh kawan sepermainannya dulu, Eti, untuk bekerja ke Jakarta, uang habis dan derita membuatnya, segera menyetujui ajakan itu. Malam sebelum betangkat, digendongnya Fitria anak perempuan kesayangannya, berjalan menyusuri pematang, melihat bintang sambil menyenanduntkan ungkapan sayang dan mengutuki Wanto lelaki berengsek yang membuatnya penuh dendam.

Janji Eni kepada Fitria sederhana, dia akan menghantarkan Fitria tumbuh besar, sekolah, menikah dengan lelaki baik entah darimana namun tidak dari kampungnya dan tidak akan melewatkan Lebaran tanpa mereka berdua bersama.

Esoknya, Eni berangkat bersama Eti, naik bis Luragung Jaya dari pertigaan Patrol. Sepanjang jalan Eni terdiam meratapi penghianatan suaminya. Perjalanan ke Jakarta sepenuhnya di bawah kendali Eti, dia hanya mengantongi uang 50 ribu, hasil dia menjual berbagai barang hasil bekerja di Saudi yang masih tersisa. Tiket dan biaya perjalanan lainnya ditanggung Eti. Lenggak-lenggok pengamen karaoke, seorang perempuan berdandan menor dengan membawa sekotak amplifier, ada speaker dan pemutar kaset membuatnya semakin ngilu.

Sampai di Terminal Pulo Gadung pukul 15:00, setelah berdua membeli sepotong semangka dari pedagang buah grobak dan minum air mineral kemasan dilanjukanlah perjalanan. Sampailah mereka di sebuah kampung bernama Pademangan, sebuah perkampungan padat terletak di antara Kemayoran dan Mangga Dua. Sebuah rumah petak berisi 3 ruangan, satu depan sebagai ruang tamu, ruang tengah tempat dimana lemari besar dan sebuah tempat tidur terletak, dan paling belakang adalah kamar mandi dan dapur.

Inilah rumah tinggal Eti di Jakarta, banyak barang bagus menurut Eni, ada kipas angin, magic jar, televisi besar dengan pemutar dvd di ruang tamu dan tempat tidur empuk bersprei pink yang tampaknseperti di sinetron.

Setelah mandi dan makan pecel lele, Eni menonton tv sementara Eti pergi entah ke mana. Pukul 22, Eti pulang bersama seorang lelaki kekar yang dipanggilnya Bang Rudi. Lelaki ini naik motor Tiger, gagah sekali, rambutnya pendek rapi, berkalung emas besar dan ketika membuka jaket terselip pistol di pinggangnya. Eti memperkenalkan Bang Rudi kepada Eni, "En, Bang Rudi ini yang akan mencarikan kamu pekerjaan besok" Eni tersenyum sopan, Bang Rudi pun tersenyum dan mengajaknya bersalaman.

Setelah basa-basi sejenak, Eti bilang ke Eni, "En, kamu tidur di depan ya, gelar kasur lipat nanti kursinya di pinggirin aja, malam ini Bang Rudi nginep sini soalnya sudah kangen ....".
Motor Tiger Bang Rudi dibawa masuk, membuat ruang tamu yang sempit menjadi semakin sempit karena penuh, Eni mematikan lampu ruang tamu, Eti minta Eni ke kamar mandi sekarang, karena nanti mungkin akan sungkan lewat ruang tengah yang terbuka.

Lampu tempat tidur Eti pun berganti redup dengan nuansa biru hangat dari cover lampu dinding berbentuk lumba-lumba berwarna biru.
Eni tidak bisa tidur, semakin gelisah karena suara-suara desah yang tampaknya sengaja diperkeras oleh Eti untuk memprovokasi. Antara tersulut birahi dan takut Eni terduduk di kursi dalam posisi terpojok oleh susunan ruang yang berantakan oleh keberadaan motor besar Bang Rudi. Pikirannya memgembara dan berpetualang menelusuri segala kemungkinan pekerjaan macam apa yang akan dia dapatkan dari Bang Rudi.

Sementara suara kecipak dan dengusan Eti sepertinya sedang mengulun, menghisap dan menjilat kelamin Bang Rudi mengalahkan takut dan menyulut penasaran. Eni berdiri perlahan, mencari posisi yang pas untuk bisa mengintip adegan ruang sebelah. Pas di suatu titik dia bisa melihat pantulan adegan Eti dan Bang Rudi dari spion Tiger yang stangnya serong ke kanan terkunci stang. Tersembunyi dalam gelap ruang tengah, Eni bisa leluasa melihat tahap-demi tahap bagaimana Eti tampak menghamba sekali kepada Bang Rudi.

Paha bagian dalam hingga selangkangan Bang Rudi diciumi Eti dengan penuh nafsu, dijilat, dihisap dikecup. Bang Rudi tampak terlentang seolah tak peduli, pasif dan matanya terpejam. Sementara Eti melata-lata telanjang seolah menghisap energi dari setiap pori Bang Rudi sambil sesekali mendongakkan kepalanya melihat reaksi mengharap sekedar wajah puas atau tatapan nikmat. Sementara tubuh gempal kekar itu, hanya mengangkang pasrah terserah tidak begitu peduli.

Eni berdiri gemetar perasaannya campur aduk antara gairah liar dan takut, dia berpikir, apakah perkerjaan seperti ini yang akan dia lakukan, pekerjaan menjilati Bang Rudi sampai licin tandas? Ah aku tidak peduli, batin Eni yang penting aku bisa punya uang membalas dendam kepada Wanto dan menyekolahkan Fitria.

Tiba-tiba, suara Bang Rudi terdengar penuh emosi,
"He perempuan kampung! Kamu ngentot sama siapa di Kampung? Sama tua bangka itu lagi? Brengsek! Perempuan tak tahu diri!"
"Ampun Abangku sayang, diriku hanya milikmu baaang!"
"Bohong! Kamu pasti ngentot berkali-kali sama Rusdi! Mentang-mentang dia kaya, juragan padi! Memang kontolnya masih bisa ngaceng?!"
"Nnggak Bang! Cuma dua kali, aku gak terpuaskan kok, Pak Rusdi cepet keluarnya dan kontolnya lembek.... Hu hu hu..." Eti mulai menangis tersedu.
Pak Rusdi memang tuan tanah di kampungku, orang tua Eti bekerja di tempat Pak Rusdi.
"Bangsat kamu ya... ! Rasakan ini!"

Eni melihat ke pantulan spion Tiger, Bang Rudi menjambak rambut Eti, ditarik nya ke belakang, badan Eti disuruhnya nungging, pantatnya mendongak sedang kepalanya juga mendongak akibat dijambak. Kelamin Bang Rudi besar dan tegak mendongak, diarahkannya dengan tangan kiri memasuki memek Eti, disodokkannya dengan kasar, lalu dipompa dengan sekuat-kuatnya, otot-otot Bang Rudi tampak bertonjolan, posenya sungguh lelaki, tangan kanan menjambak rambut, tangan kiri memegang pinggang sementara kedua kakinya setengah jongkok mengimbangi posisi pantat Eti. Pompaan pinggulnya sungguh kuat, wajah Eti dibenam di bantal, ayunan pinggul semakin kuat, tangan kiri Bang Rudi menampari pantat Eti sehingga tercipta kombinasi suara, merdu antara kecipak memek basah dihajar kontol dan pantat ditampar.

Eti tampak meronta, dia seperti kehabisan nafas, Bang Rudi menahannya sambil tetap menggenjot dan tiba-tiba Bang Rudi meraung dalam, "Aaaaaaaaah.... Enak gak sekarang? Enak mana dengan Rusdi?"

Eti kehabisan nafas dan mengalami almost death orgasm yang luar biasa. Keduanya ambruk bermandi peluh, Eti tersenggal-senggal Bang Rudi terkapar dengan nafas-nafas dalam dan panjang.
Eni berpeluh dan wajahnya terasa tebal, dia gak bisa tidur tentu saja, ada hasrat ingin diaetubuhi Bang Rudi yang sangat kuat, ingin menyusul ke tempat tidur dan ikut menjilati kontol besar Bang Rudi, namun dia tidak berani.

Eni berbaring di kasur lipat, tangannya meraba klitoris, permukaan bibir vagina hingga tepi anus. Terasa basah dan nikmat, dicarinya posisi jari yang pas, lalu dengan menggigit bibir dia menggosok kuat-kuat memeknya dengan tangan kiri hingga terasa nikmat dan Eni terlelap.

----

Di apartemen Eni Kalibata City, apartemen yang kosong membuatku segan berkunjung. Namun pekerjaan dari Mida terkait penelusuran leluhur di Madura membuatku perlu tempat untuk bekerja.

Aku masuk apartemen tempat tinggal Eni dan Citra, ruangan kosong.
Bekerja mempelajari berkas awal, menyeduh kopi dan mendengarkan lagu, keheningan yang jarang aku nikmati.

Malam menjelang, aku sengaja hendak tidur di sini menunggu Citra, hmm terbayang apa yang akan aku lakukan kepadanya. Aku akan ajarkan dia menjadi dewasa.

Citra pun datang, pukul 22:30 an. Namun dia tidak sendiri, ah sungguh menyebalkan. Citra datang bersama seorang kawannya, lelaki gemulai teman kerjanya. Citra mengatakan bahwa temannya dan dirinya baru saja mendapat SP2, karena mereka berdua dituduh lalai dalam menyajikan hidangan hingga tekonya terjatuh di depan tamu. Mereka terancam tidak akan mendapat THR dan mendapat potongan gaji.

Setelah sesi ngobrol usai, laki-laki melambai itu pun pamit sambil nyerocos hebo, " eh citra kamu ya katanya gak punya lekong... Huuh! Boong!" Sambil keluar pintu.

Citra duduk di seberangku, kepalanya tertunduk, terbawa suasana heboh so lelaki gemulai tadi, dia masih tanpak ceria namun menahan diri. "Sini..." Tegurku sambil merentangkan tangan kode untuk memeluk. Citra mendekat, tersenyum dan menyambut pelukanku.

Dia duduk miring di pangkuanku, tangannya melingkari leherku dan aku memegang kedua pinggulny. Aku kecup bibirnya lalu keningnya. Citra tidak berreaksi. "Sudah sana mandi, nanti kita cari makan sambil ngobrol"

Aku masih meneruskan menelaah dokumen, Citra selesai mandi dan ketika kuajak makan dia tidak mau. Akhirnya kita minun air putih dingin sambil makan jambu air.
"Citra, kamu keluar saja lah besok, gaji dipotong, gak dapat THR, buat apa diterusin"
"Lalu aku kerja apa Kak? Kini ia memanggilku kakak, hmmm pertanda baik.
"Jadi asistenku aja, aku ada proyek di Madura selama sekitar 10 hari, kamu atur-aturlah, nanti aku ajari.. yang penting nanti lebaran kamu bisa pulang kampung dan bawa uang.."
"Okeee kakaaaak, terimakasiiih" dia mendekat memelukku dan menciumiku.

Baiklah, aku akan membimbingku menjadi asisten sekaligus partner dan tentu saja kuajari kamu untuk menjadi dewasa.
"Kamu WA Kak Eni, bilang kamu dikeluarkan kerja dan mau kerja ke Madura ikut Kak Syam" aku berkata sambil melucuti baju Citra.

Ketika aku menjilati puting kecil pinky Citra, terdengar hpnya berbunyi bahwa ada pesan masuk. Dari Eni katanya, "Ya wis nok, kerja bae nang Mas Syam, kalau dia mau gituan kasih aja... , kamu kan sudah kepengen dari kapan tau"
Citra menyodorkan hpnya untuk kubaca.

Hmmm aku yg bertipe dominan, menjadi sedikit illfeel melihat pesan itu. Tapi ya sudahlah, aku sudahi cumbuanku, aku ajari Citra pesan tiket dan hotel ke Surabaya, lalu membayarnya dan aku pun tidur tanpa menyentuhnya lagi malam ini. Entah besok di Madura.

Masih akan bersambung...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd