Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Niatnya Balas Dendam

Bimabet
Selamat..
Saya berhasil menulis dengan kondisi hidung meler, sayangnya kehapus waktu posting 😂 waktu post sinyal hilang, dipaksa load waktu sinyal balik udah gak ada post saya. 😂😂😂
Kapan2 lagi deh nulis ulang.

Mendingan tulis di notepad dulu supaya bisa disave. Seomga cepet baikan
 
Lanjut suhu.... ane konak skaligus terharu membacanya... best story...
Gelar tiker nunggu apdetang...
Tks suhu.....
 
Oklah kalo begitu om... yg penting updetannya ttap ane tunggu...
Eh iya, itu kk iparnya kemane om... kangen juga nih... 😂😂😂😂😂

Kangen? Kalau simak ceritanya akan paham.😜
Aku lagi ketik ulang, mungkin baru setengah jalan.
Masih banyak 😭
 
Sila om, mau kritik boleh, saran apalagi.
Yang ga boleh kalo neriakin copas atau repost karena itu murni ngetik sendiri. 😂

WeW .... :dansa: ...

Kuereeenn... Meski disatu sisi miris dg keadaan pergaulan Chika & cabe-cabean...

Mengalir Mantabh tdk terputus dimulai balas dendam yg ketauan & dibalas jg oleh kakak ipar dijadikan "Bahan" bagi teman2nya ...

Namun itu mungkin sdh seperti skenario kehidupan dapat jatah SEX dr yg tdk terduga mas bro terutama bu dyah yg mantan istrinya bos ...

Apa berlanjut dg ke Kakaknya Chika atau ke Anak-2nya bos yg menjebak si Nyonya ???

Well Ku Tunggu Bro kelanjutannya ...
 
Maaf brother semua, saya harus akhiri cerita di update selanjutnya agar nyambung sama judul. Maklum kemarin gak tau kalau bakal itu jadi judulnya. Saya kira judul update pertama bukan judul keseluruhan. 😦😦
Mungkin saya nanti lanjutkan, minggu depan bejo mau ke tempat abangnya loh. 😏😏

Mungkin saya akan melanjutkan cerita dengan thread berikutnya
 
Siang itu aku pulang langsung ke kost untuk menemui Bu Dyah.
"Aku harus jadi pemenang" batinku meneguhkan hati.
Aku langsung naik ke lantai 2 dimana kamarku berada, kubuka pintu kamarku yang terkunci.
Kulihat Bu Dyah sedang tidur hanya memakai pakaian dalamnya. "Akan aku apakan jika memang Bos menginginkan aku merawatnya? Aku saja sebenarnya masih labil" gumamku sambil menhampiri Bu Dyah untuk membangunkannya.
"Bu..bu..bangun..bu" panggilku sambil menggoyangkan badannya.
"Udah pulang sayang?" Bu Dyah pun membuka matanya kemudian melihatku.
"Iya, ayo bu kita ke kontrakan baru nanti aku ceritakan pertemuanku dengan bapak disana" ajakku
"Oke deh" sahutnya lalu berkemas dan bersiap pindah.
Bu Dyah memakai daster yang kemarin lagi, daster harian motif batik yang tipis.
"Gak ganti baju Bu?" tanyaku
"Ngirit Jo, palingan sampai sana juga bersih-bersih" jawabnya.
Kami pun berangkat ke kontrakan baru, Bu Dyah yang kubonceng menggunakan motorku meneplok erat di belakang. "Aduh kalo gini caranya bisa pengen lagi nih, mana nanti ketemu Chika" pikirku.
Kami pun sampai di kontrakan baru Bu Dyah, dalam perjalanan kami pun tak lupa mampi untuk fotocopy KTP Bu Dyah untuk syarat tinggal di lingkungan tersebut.
"Bu, kita ke rumah yang punya dulu ya. Sambil kenalan dan nganter fotocopy KTP" ajakku setelah sampai dan menaruh tas Bu Dyah.
"Jauh?" tanya Bu Dyah singkat
"Deket, tadi kita lewatin" jawabku
Kami pun ke rumah si Kancil yang punya Kontrakan.
"Selamat siang bang Kancil" sapaku yang melihat kancil bersantai di warungnya.
Kancil dan istrinya membuka warung kopi di rumahnya.
"Eh Jo, kirain siapa. Ini istrimu?" tanya kancil sambil melirik Bu Dyah
Belum sempat ku jawab, Bu Dyah angkat bicara.
"Iya, kenalin bang.. Dyah" kata Bu Dyah
"Ternyata istrimu cantik juga Jo, kirain kamu maho Jo" kata Kancil sambil tertawa
"Loh si Kancil kok sampai sekarang gak percaya sih kalau aku bujangan?" pikirku sambil duduk
"Kopi susu bang, 2" aku pun memesan kopi agarlebih santai
"Ok.. bentar ya, sekalian aku panggilin mak lampir" kata Kancil.
"Awas denger" sahutku
Kancil pun ke dalam rumahnya yang berbentuk ruko untuk memanggil istrinya.
"Kok ngaku istriku Bu?" tanyaku
"Eh.. aku kira kamu nyeritain kalo aku istri kamu Jo. Ah sudahlah, aku juga gak nolak kok kalo jadi istrimu" jawabnya
Tak lama berselang Kancil dan istrinya pun keluar dan kami mengobrol mengenai banyak hal, mulai dari enaknya di kalo belom punya anak sampai repotnya kalo udah mikir masa depan anak. Yang jelas aku asal njeplak karena aku nikah aja belom.
Aku cuma berharap aku ga ditanya surat nikah atau apalah.. lagian aku juga ga tinggal disitu dan kalaupun ada masalah tinggal cari kontrakan atau kost baru. Simple. 😁
Kalaupun ditanya lagi aku akan jawab kami baru pacaran, aku bujang dan Bu Dyah janda tapi anak ikut suami. Gitu aja kok repot. 😅
Setelah kami mengobrol gak jelas kesana kemari akhirnya kami kembali ke kontrakan yang letaknya 200mtr an di belakang rumah Kancil.
"Gimana Bu lokasinya? Pas gak?" tanyaku
"Enak Jo, sepi. Gak jauh udah jalan raya, disana deretan toko ada" jawabnya
"Eh kok masih panggil Bu? Kan suami istri" sambungnya
"Itu sih ibu yang mau, aku sih ngakunya cuma pacaran ke mereka" kataku sambil menyalakan rokok
"Pacaran juga kan gak panggil Ibu" jawabnya yang sedang menyapu.
"Trus panggil apa? Dek? Inget umur Bu" kataku sambil cengengesan
"Nama aja lah biar gampang dan ga bingung. Nanti kalau ada orang aku panggilnya Mas. Biar kliatan mesra. Ok?" ujarnya
Bu Dyah yanh selesai menyapu pun ikut duduk disampingku dan menyalakan rokok.
"Ceritain Jo" katanya dengan nada serius
"Bapak sudah tahu jaringan musuhnya, sebenarnya bapak mengusir ibu karena emosi. Bapak mau minta ibu balik lagi tapi takut ibu jadi sasaran mereka. Bapak juga gak bolehin aku ikut campur, bapak akan selesaikan sendiri masalahnya. Tugas terakhir sebelum aku dipecat bapak...." ucapku terpotong
"Iya bapak pecat aku, karena bapak berkesimpulan aku dan ibu udah gituan setelah aku bilang aku dapat cerita yang seharusnya rahasia, yang bahkan ibu rahasiakan dari bapak." ucapku
"Mungkin memang bapak udah gak percaya aku lagi ya, makanya aku di usir" katanya
"Bisa jadi. Dan tugas terakhirku dari bapak adalah jagain ibu. Bapak menitipkan Ibu, bapak masih mencintai ibu, katanya bapak gal akan ceraikan ibu, bapak juga akan tetap memberi uang untuk keperluan ibu, berarti bapak gak buang ibu" aku yang selalu kagum dengan bapak akhirnya meneteskan airmata.
"Kamu serius Jo?" tanya Bu Dyah
"Iya Bu, Bapak mencintai Ibu.. bahkan bapak gak mau ceraikan ibu. Mungkin kalau masalah ini selesai, bapak bisa saja jemput ibu pulang" kataku
"Tapi aku udah gak punya muka lagi buat nemuin bapak, kalau aku diceraikan juga aku gak mau perjuangin hak asuh anak. Karena aku tahu anakku akan lebih baik jika dibesarkan keluarga besar mereka" kata bu dyah sambil tersenyum namun matanya berlinang air mata.
"Ibu sayang sama bapak?" tanyaku
"Entahlah, tapi sikap bapak gitu. Aku pusing Jo." jawab Bu Dyah sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.
"Aku akan jaga Ibu, sesuai permintaan bapak" kataku
"Udah lah Jo, biarkan semua berjalan apa adanya. Kita jalani saja, gak usah dipikirin." balas Bu Dyah.
Aku pun mencium kening Bu Dyah, kemudian ia memandangku tak seperti pandangan biasa. Aku mengenal pandangan seperti itu, itu pandangan kenyamanan akan perlakuan seseorang.
"Aku serahin jiwa dan ragaku buat kamu Jo, aku gak bisa jauh dari kamu. Aku akan setia, gak akan aku selingkuh lagi, aku juga akan jujur dan terbuka." ucapnya.
"Ibu masih termakan emosi, ibu tenangin diri dulu ya" kataku
"Jangan panggil Ibu" balas Bu Dyah yang kembali menyandarkan kepalanya di bahuku
"Baiklah, kamu istirahat dulu. Aku juga sepertinya butuh waktu. Maaf" kataku sambil menyalakan rokokku.
Bu Dyah bangkit dan berjalan ke arah pintu, ia menutup lalu menguncinya.
"Jo" panggilnya sambil berdiri di pintu kamar.
Aku tidak menanggapinya, masih terbayang bayangan dari suami resmi Bu Dyah. Aku takut salah, mau bagaimana pun aku selalu menghormatinya.
Kulihat Bu Dyah menanggalkan semua pakaiannya, ia kemudian rebah di kasur pemberian Kancil.
"Dyah, maaf" ucapku
Tak ada respon darinya, namun kulihat ia menangis diatas kasurnya.
Aku pun mendekatinya karena ia menangis,
"Dyah, kamu kenapa?" tanyaku
"Semua yang aku sayang udah gak mau nyentuh aku lagi, sejijik itukah kalian melihatku Jo?" jawabnya sambil menangis.
Aku tak membalas dengan kalimatku, aku langsung mengecup dahinya. Kukecup pipinya kemudian beralih ke bibirnya, kulumat dan kuhisap-hisap bibir tebalnya. Bu Dyah masih tak membalas, air matanya masih terlihat basah. Kusudahi pagutan pada bibirnya, lalu kuseka air matanya.
"Jangan ngomong gitu sayang, aku sayang kamu Dyah. Tak mungkin aku tak pedulikan kamu." ucapku.
Aku yang bertumpu dengan siku di sampingnya ia peluk sampai aku terbaring. Ia kini berada di dadaku. Sudah tak terdengar isakan yang menandakan ia menangis.
"Aku janji kok bakal setia, gak akan selingkuh kalo kamu beneran sayang Jo" katanya yang kini sudah nampak tenang.
Aku tak bisa berkata-kata lagi karena aku saat itu juga ingat Chika.
"Gimana jadinya kalau dia tahu aku ada di pelukan seorang wanita yang juga mencintaiku?" pikiranku kalut.
Tangan Bu Dyah menelusup ke dalam celana dan CDku, meraih penis yang baru setengah berdiri.
"Jo, malam ini temenin aku yah?" pintanya
"Maaf sayang, kita harus berpisah dulu. Senin aku pasti datang kok" kataku
Ia pun terdiam seperti memikirkan sesuatu.
"Kamu mau jalan sama pacar kamu itu?" tanya Bu Dyah
"Iya" jawabku singkat.
"Jangan lupain aku sayang, aku selalu nungguin kamu disini. Walaupun kamu membagi hatimu, aku akan tetap setia. Aku udah janji." balas Bu Dyah sambil menghadapku dan tersenyum.
Tangan Bu Dyah masih tetap mengurut penisku sejak ia meraihnya di dalam celanaku.
Memang vagina Bu Dyah sudah tak senikmat vagina Kak Desi, tapi ia memiliki sesuatu yang tak bisa dianggap sepele yang membuatku nyaman didekapnya.
"Aku janji akan selalu menjagamu, kamu harus ingat kalau kamu punya aku. Jangan kamu berikan kesempatan orang lain menikmatimu sayang. Aku gak akan terima." kataku sembari membelai lembut rambutnya.
"Iya. Kalau kamu mau bahkan aku bisa ajarin pacar kamu gimana puasin kamu. Biar kamu setia. Asal kamu gak lupain aku." katanya
"Masalahnya dia masih anak-anak, aku tak akan tega. Dia pasti kesakitan, aku gak mau nyakitin dia." balasku
"Tenang saja kalau hanya itu yang kamu khawatirkan, aku bisa atasi" kata Bu Dyah.
Kami pun terdiam, tangan Bu Dyah tak henti-henti mengurut penisku yang kini sudah berdiri tertahan pakaianku.
Tiba-tiba hapeku berbunyi, ku ambil hape di tas slempang yang bisa kuraih dari tempat aku berbaring.
"Om, jemput ya udah jam 3 loh." Chika mengirimku pesan via BBM
"Oke, tunggu ya Chika 😘" balasku
Bu Dyah melepas penisku dari genggamannya, lalu duduk di sampingku. Aku pun ikut duduk, aku pandang wajahnya.. ia tersenyum.
"Kalo mau pergi, aku gak papa kok" kata Bu Dyah yang tengah kupandang.
"Kamu rela aku pergi dengan Chika?" tanyaku yang tak sadar kusebut nama gadis mungilku.
"Namanya Chika? Aku rela kok, asal kamu jangan lupain aku. Aku akan setia nungguin kamu." jawab Bu Dyah.
Aku pun berdiri, mengambil tas ku dan memakainya.
"Aku pergi dulu ya" aku pun pamit
"Senin kan?" tanya Bu Dyah.
"Iya" jawabku, lalu aku beringsut menciumnya. Ia membalas ciumanku seakan tak ada bertemu untuk waktu yang lama. Ia kalungkan tangannya di leherku, seperti tak rela aku beranjak dari tempat itu.
Aku lepas ciuman kami, Bu Dyah memandangku dengan pandangan sayu.
"Maaf sayang aku harus pergi" kataku yang masih di rangkul Bu Dyah
Bu Dyah melepas rangkulanku, ia tersenyum manis.
"Hati-hati sayang" kata Bu Dyah yang masih tersenyum manis.
Aku pun bangkit dan meninggalkannya demi menemui kekasih kecilku, Chika.
Aku pun langsung menuju rumah Chika dengan gas mentok.
"Jangan sampai Chika lama menunggu" pikirku.
Sesampainya aku di rumahnya, kulihat sepi. Hanya ada 2motor matic, yang berarti Kak Desi dan Dina ada di rumah.
Aku pun menuju pintu depan lalu memencet bel. Tak lama pintu pun dibuka oleh kekasih kecilku, Chika. Hanya saja sepertinya dia belum bersiap pergi.
"Eh kok cepet banget Om?" tanya Chika
"Untuk menjemput Tuan Putri mana boleh terlambat" jawabku yang membuat Chika tersipu.
"Masuk Om" ajak Chika
Aku pun mengikuti si centil itu dari belakang, kulihat cara berjalannya yang menggambarkan seorang gadis kecil periang.
"Eh ada kakak ipar" kataku.
"Eh Bang, mau jalan juga kah? Ikut gabung kita aja nanti, sama anak2 kampus" kata Dina
"Aku sih nurut Chika aja" jawabku
"Ogah ahh.. maunya berduaan, maklum pengantin baru" kata Chika sambil meringis memamerkan gigi-giginya.
"Yaudah Kakak berangkat dulu. Pergi dulu Bang. Itu bunda di dapur tadi" kata Dina sambil berlalu.
"Om, udah makan? Kalo mau makan, ke belakang aja, ada bunda. Chika mandi dan siap2 dulu" ucap Chika
"Yaudah sana siap2, dandannya gak usah lama2, udah cantik" kataku.
"Ihh.. suamiku genit" kata Chika sambil berlarian ke kamarnya.
Di rumah ini masing-masing kamar memiliki kamar mandi sendiri. Dan ada juga kamar mandi di samping dapur.
Aku pun ke belakang menemui Kak Desi.
"Sore kak" sapaku
"Sore, mau jalan sama Chika?" tanya Kak Desi
"Iya, sebenernya sih males. Tapi Chika yang ngajak masa gak diturutin. Bisa ngambek." jawabku
Kak Desi pun tersenyum, kulihat Kak Desi sedang mengotak-atik hapenya.
Aku mendekatinya lalu mengecup pipinya.
"Jangan disini, ada Chika" cegah Kak Desi
Kak Desi menarikku ke tempat dimana tidak mungkin terlihat dari arah pintu kamar Chika.
Ia memojokkan aku di dekat kompor, menghimpitkan tubuhnya yang masih terlihat bagai seorang gadis itu. Ia memandangku, menunggu aksiku yang tadi ia cegah. Aku pun paham apa yang ia mau, ku kecup sebentar bibirnya. Ku cium lagi dengan nafsu, kulumat bibirnya yang tipis. Ia mengalungkan tangannya di leherku, membalas lumatanku bahkan mendahuluiku menghisap bibir. Aku pun tak mau kalah, rasanya sudah lama tak bertemu membuat kami makin panas. Lumatan, hisapan bahkan lidah Kak Desi yang menari-nari kunikmati dengan seksama. Aku tak ingin melewatkannya. Kami melakukan dengan pelan agar tak terdengar Chika. Kami juga memasang telinga agar mendengar Chika jika keluar kamar.
Aku yang tak mau kalah diperlakukan seperti itu segera meraih vagina Kak Desi yang masih tertutup celana tidurnya. Ku gesekan jariku dari luar celananya, ia mulai merintih namun tertahan ciuman kami.
"Engghhh"
Kuselipkan tanganku masuk mencari vagina Kak Chika, di dalam CDnya ternyata ia telah basah. Kugesek terus jariku disana.
"Engghh ahhh" erang kak desi saat memisahkan bibir kami.
Aku yang kaget reflek akhirnya mengeluarkan tanganku. Rupanya Kak Desi pun kaget, ia pun diam mengamati suara. Setelah ia merasa aman, tangannya mengelus penisku dari luar celana. Kemudian ia meremasnya.
"Ouhh..kak" erangku pelan.
Ia balas erangank dengan senyuman. Kak desi kini menyusupkan tangannya ke dalam celana ku, rupanya ia ingin membalasku. Ia menemukan penisku, lalu ia mengurutnya.
Luar biasa, keringatku keluar bukan karena cuaca panas namun gelisah akibat takut dipergoki Chika yang sekarang adalah pacarku
Cek..kreeek.
Suara pintu terbuka yang membuat Kak Desi buru-melepas penisku dan kemudian mencucinya di washtafle. Aku pun pura-pura mengambil gelas dan menuju kulkas untuk mengambil minum.
"Om, ayuk jalan" kata Chika saat melihatku.
"Ijin dulu sama bunda" kataku lalu meminum air yang sudah kutampung di gelas.
"Bund, Chika jalan sama Om Bejo ya?" kata Chika sambil mendekat lalu memeluk bundanya.
"Iya tapi gak boleh kemaleman pulangnya, walaupun malam minggu tetep ingat waktu. Dan jangan ngrepotin Om Bejo ya?" jawab Kak Desi.
"Ok bunda" balas Chika
"Masih kolokan gini udah pacaran" kata kak Desi.
"Yaudah, Chika ga akan kolokan lagi. Chika pergi ya Bund" kata Chika sambil ingin menarikku
"Aku pergi ya Kak" kataku yang sedang ditarik Chika
"Inget Jo, balikin" jawab Kak Desi

Kami pun pergi dari rumah Kak Desi, kami menuju kost ku. Karena aku belum bersiap, bahkan mandi pun belum.
Sebelum ke kost aku mampir di indomerit membeli beberapa snack dan minuman. Kulihat ada kondom, tapi tak jadi kuambil.
Kami pun segera menuju kost, aku dengan keadaan sange!
Sesampainya di kamar aku menyalakan rokok, aku lihat Chika membersihkan kamarku.
"Rajin amat" komentarku.
"Cuma bersihin sampah kok, hitung2 latihan jadi istrinya Om Bejo" balasnya sambil menyapu kamar.
Aku yang tadinya dongkol karena nafsuku tak bisa tersalurkan kini sudah tak lagi egois.
"Aku akan bahagiaan kamu Chik" kataku dalam hati.
Selesai merokok aku mengambil handuk dan melepas kaos dan menyisakan celana pendekku, kulihat Chika membuka sweaternya.
Ia terlihat sangat imut dengan kaos dan rok pendeknya. Aku pun senyum padanya. Aku berjalan menuju pintu karena akan ke kamar mandi. Tiba-tiba Chika memegang tanganku, setelah aku menoleh ia malah menarikku ke arah kasur. Tanpa bicara ia menarikku duduk, aku pun dengan diam menurutinya.
Aku duduk dan ia yang tadinya duduk disampingku beralih duduk di pangkuanku.
"Chika mau bikin Om Bejo seneng" katanya yang langsung menyambar bibirku
Chika melumat bibirku dengan ganas, ia belajar dari apa yang aku ajarkan sebelumnya. Tangannya berada di bahu dan kepalaku. Tak hanya melumat, ia juga menghisap bibirku buas. Entah apa yang merasuki atau mungkin inikah jodoh?
Ia memasukan lidahnya menyusuri rongga mulutku, menggoda lidahku. Aku pun mulai membalasnya, aku hisap lidahnya yang berada di mulutku. Kugelitik lidahnya dengan lidahku, Chika pun tak mau kalah.
Ia menghisap-hisap seisi mulutku, mengeluarkan lidahnya dan kembali menghisap bibirku.
Aku terengah-engah menikmati ciuman si anak manja. Tak lama ia menghisap-hisap bibirku akhirnya ia melepaskan pagutannya. Namun ia malah melepas kaos yang ia kenakan disusul dengan melepas BHnya sendiri. Ia berdiri di hadapanku lalu menurunkan dan melepas CDnya. Aku hanya diam terbengong melihat ulahnya.
"Om, aku mau Om makin sayang ke Chika" katanya sambil memposisikan diri bersimpuh menghadap penisku.
Tangan mungilnya membuka pengait dan sletingku.
"Om berdiri dulu sebentar" ucapnya saat kesulitan membuka celanaku.
Ia menanggalkan celana dan CDku. Kini aku pun total tanpa busana.
Sontak ia meraih penis dan mengocoknya setelah berhasil menanggalkan celanaku. Aku persis kerbau bego dicucuk hidungmya, diam.
"Enak Om?" tanya Chika yang mengagetkanku
"Chika kenapa kamu lakukan ini?" tanyaku balik
"Aku mau bikin Om bahagia dan seneng Chika selalu ada buat Om Bejo" jawabnya dengan masih mengocok penisku secara random ala amatir.
Ia kemudian mengarahkan dan membuka mulutnya berusaha memasukan penisku ke dalamnya. Ia masukan kepala penisnya saja lalu tetap mengocoknya.
"Hisap sayang" perintahku
Chika pun langsung melakukannya tanpa ragu. Sedotannya kuat dan itu lah kesukaanku. Tapi tiba-tiba ia menghentikan kocokannya. Ia mencoba memasukan penisku lebih dalam. Bahkan terlalu dalam sampai membuat Chika sendiri ingin muntah, tapi ia dengan sabar tetap melakukannya.
"Om tiduran yah" perintah Chika
Aku pun menurut saja menikmati setiap aksi yang ia lontarkan.
Aku berbaring terlentang dengan penis yang di genggam seorang gadis mungil. Aku masih merasa ini adalah sebuah mimpi. Aku hanya pasrah. Aku juga tak mau menyakitinya dan membuatnya trauma. Dan aku baru sadar antara tak mau menyakiti dan menikmati itu tipis sekali perbedaannya.
Ia kembali mengulum kepala penisku dan mengocok sisanya, ia basahi penisku dengan liurnya.
Kini Chika sedang bersiap memasukkan penisku ke dalam rok yang menyembunyikan vaginanya. Chika menyibakkan roknya sendiri lalu mengarahkan penisku agar bersarang.
"Errrrggggghhh" rintih Chika saat menurunkan pinggulnya.
Aku sangat menikmati gesekan dan himpitan vagina Chika, rasanya aku melayang..sangat nikmat!
Chika perlahan sambil meringis mulai menaik turunkan pinggulnya. Ia terpejam saat itu, kulihat ia seperti kesakitan namun tetap melakukan.
Sensasinya sangat luar biasa saat pasangan kita memberikan sesuatu yang kita tidak pernah minta namun ia ikhlas memberikannya demi kita. Itulah yang kualami. Luar biasa.
Tangan Chika bertumpu pada dadaku, ia menaik-turunkan pinggulnya. Aku yang menikmati setiap detik sensasinya sungguh sangat terasa melayang. Aku mulai bertindak dengan memilin puting kecilnya yang sudah nampak tegang. Chika mulai merintih menikmati perbuatannya.
"Emmhh ommhhh" rintih Chika sambil menaik turunkan pinggulnya perlahan
Aku yang sedari tadi memilin putingnya ingin juga merasakan susu Chika. Aku duduk dengan tiba2 sambil memegangi tubuh Chika agar tak terjatuh.
Ia terhenti saat itu juga. Aku membungkuk dan mencondongkan badannya kebelakang agar aku bisa menikmati dada Chika yang masih tumbuh.
"Omhhh ohhh" erang Chika saat aku mulai memainkan putingnya dengan lidahku.
Namun Chika pun tak tinggal diam, ia seakan tahu dan menghoyangkan pinggulnya. Tangannya mendekap kepalaku di dadanya dan pinggulnya bergoyang membuatku keenakan.
"Baru kali ini aku bercinta senikmat ini" pikirku bersyukur
Chika makin mengerang, merintih dan mempercepat tempo goyangannya saat aku menghisap putingnya.
"Omhhh omhhh...." erangan Chika membuat kami bersemangat.
Ia pun makin intensif melakukan goyangan pinggul.
"Akkkkhhhh ommmhhhhh...." erangan panjang Chika menghentikan kegiatan kami.
Denyutan demi denyutan dalam vagina Chika seakan memeras penisku yang bersarang di dalamnya. Kunikmati setiap denyutannya, membuat aku terpejam. Basah vagina Chika hanya membuat penisku terasa hangat malah justru menambah kenikmatan yang aku rasakan.
Chika dengan nafas tersengal sengal kini kudekap penuh kasih sayang.
"Om" panggil Chika dengan nafas yang tak teratur.
"Iya sayang?" jawabku
"I love you" katanya
kubalas "love you too"
Chika juga memelukku, kami berpelukan cukup lama sampai Chika terasa sudah pulih kembali.
"Om Bejo kok masih keras?" tanya Chika
"Om kan belum keluar sayang" jawabku
"Chika gak kuat lagi buat goyang om. Maaf" kata Chika
"Kita udahan yuk, om mau mandi" kataku
"Gak mau, om harus keluar dulu. Aku gak mau kalau Om gak keluar. Aku mau om bahagia. Sama kayak Chika" balas Chika
"Tapi kalau kita lanjutin kamu bisa kesakitan" ujarku
"Biarin, chika sayang sama Om Bejo. Gak peduli lagi Om, sakit..tadi juga sakit. Chika tetep lawan" ungkap Chika
"Pokoknya gimana pun caranya Om harus sampe keluar spermanya" sambung Chika
Aku tak membalas, aku ingin juga tapi takut menyakiti Chika. Aku akan coba perlahan. Aku posisikan tubuh Chika agar terbaring. Kulepas penisku dalam vagina Chika.
"Plooop"
Kami saling pandang, chika seperti takut. Namun aku lantas memiringkan badannya, kemudian kutekuk 1 kaki Chika.
"Aku terusin ya sayang" kataku
"Iya Om" balas Chika
Aku pun memasukkan penisku agar kembali bersarang di liang senggama Chika.
"Engghh" rintih Chika saat kumasukan penisku
Aku pun menggoyang penisku perlahan agar tak menyakiti Chika. Kulihat ia menggigit handuk yang tadi sempat ia singkirkan.
"Engghhh engghhh" Chika mengerang agak keras meski tengah menggigit handukku ketika pompaanku leh cepat.
Nikmat vagina Chika jauh sangat nikmat walau dibandingkan Kak Desi, bunda dari Chika.
Genjotanku tetap sama, erangan keras Chika kadang keluar dan membuat aku lebih semangat memompa. Pompaanku aku turunkan kecepatannya saat aku sadar bahwa Chika yang ada bersamaku.
Erangan-erangan Chika makin sering keluar walau tertahan. Kuhentakkan penisku keras..
"Akkkkhhh Ommmhhh... ohhh..." Chika kembali mengerang panjang.
Denyutan-denyutan kenikmatan aku nikmati kembali di dalam vaginanya.
"Omhh..ohh.. enak banget..om bejo masih belom ya?" tanya Chika setelah menikmati orgasmenya
"Sedikit lagi sayang" jawabku
"Lakuin sesuka Om, Chika suka" balasnya.
Tak lama setelah denyutan vagina berhenti, aku menelungkupkan Chika. Kubuat posisinya doggy namun susah karena ia sudah lemah.
"Aku ga kuat berdiri Om, maaf." ucap Chika
Hanya aku telungkuokan Chika, ku kangkangi pantat ABG itu dan ku angkat dengan tanganku. Kuganjal pinggul Chika dengan 2 bantal milikku, tepampanglah vagina polosnya yang basah akibat cairannya sendiri. Ku tusukan penisku perlahan sambil kupegangi pinggulnya.
"Engghh" erang Chika saat penisku kembali menerobos
"Maaf sayang" kataku memulai memaju mundurkan penisku membelah vagina Chika
"Ayoo omhh ohh" rintihan Chika menjawabku
Chika yang telungkup menggapai handukku lagi dan menggigitnya. Aku mulai menaikan tempo pompaanku setelah ia menggigit handuk mandiku. Erangan-erangan tertahan Chika makin membuat aku bernafsu. Aku pejamkan mata menikmati setiap gesekan pada penisku.
"Engghh ennghhh enghhh.." erangan Chika terdengar setiap aku menghentakan penisku masuk
Aku sudah merasakan klimaks ku makin dekat, kukayuh penisku membelah vaginanya makin cepat. Mataku tetap terpejam pertanda menikmati perbuatan kami. Pompaanku makin tak karuan, sesuatu ingin meledak dari ujung penisku. Ku kayuh pinggulku maju-mundur yang membuat suara ceplak ceplok saat selangkangan kami bertemu.
Suara eksotis kami dan erangan erangan Chika setiap aku menusuk penisnya memenuhi ruang kamarku.
"Ceplokk engghh ceplokkk enghh" malah membuatku ingin sesegera mungkin mencapai puncak.
Ku kayuh dengan tempo acak.. aku ingin meledakk..
"Akhhh Chika.. om hampirr.. akhh akhh" erangku saat hendak mencapai klimaks
Chika tak membalas, dari mulutnya hanya terdengar erangan setiap hujamanku masuk.
"Ahhh" erangku saat aku mencabut keluar penisku diikuti Chika yang mengejang hebat..
Crott crott crott..aku menumpahkan isinya dibibir vaginanya dan diatas bantalku.
"Ahhh.. Chikaa.." erangku menikmati jerih payahku
Kulihat Chika terpejam dengan gigi yang menggigit kuat handukku. Rupanya ia juga orgasme, entah berapa kali ia orgasme aku tak peduli. Asal dia menikmatinya, itu sudah lebih dari cukup bagiku.
Aku pun berbaring di samping Chika, kemudian mengecup pipinya. Ia membuka mata.
"Maafin Om Bejo sayang" kataku
"Aku bahagia kok Om bisa bikin Om seneng" jawab Chika dan ia tersenyum.
Ku ambil bantal yang mengganjal Chika, agar posisinya makin nyaman.
"Mau dibersihkan Om? Sini" ucapnya saat tangannya menggapai penisku
"Gak usah sayang" jawabku
"Chika maksa Om, kalo gak Chika marah loh" balasnya yang kini sudah menggenggam penisku yang masih setengah tegang.
Aku pun mendudukan Chika kemudian menidurkannya dengan berbantal pahaku. Ia pun senang dengan posisi itu, tak ada kata antara kita, ia hanya tersenyum. Ia kemudian memasukan penisku yang masih basah karena air senggama kami.
"Sayang ngilu ih" erangku saat ia menyedot penisku
Ia pun hanya menjilatinya, membersihkan sisa-sisa perbuatan kami sebelumnya. Aku pun tak mau kalah, aku posisikan tubuh Chika di atasku.
"Sayang aku bersihkan juga ya" ucapku saat vaginanya sudah di depanku.
Langsung saja aku bersihkan air senggama kami dengan sapuan lidahku, dari yang di pangkal paha sampai ke liang senggamanya. Chika nampak kaget saat lidahku masuk kesana.
"Ommhh.. udah omhh.." ia terduduk hampir menduduki wajahku.
Kini kedua kelamin kami pun sudah bersih dari air kenikmatan, namun makin basah karena basuhan lidah.
Chika pun turun dari atasku dan duduk bersandar di tembok. Aku pun bangkit, mengambil rokok lalu mendekati Chika. Aku memegang rokok di tangan kiriku dan Chika memeluk tangan kananku. Kulihat sudah jam 6 petang.
"Lama juga" pikirku
Chika hanya memeluk lenganku dan menyandarkan tubuhnya padaku.
"Sayang, gak tidur aja?" kataku
"Gak deh sayang, masih mau meluk Om Bejoku" jawabnya
"Kamu dapat ide darimana sih? Kok ngotot mau gini?" tanyaku
"Aku cerita kalau udah gak perawan tapi penis pacarku yang merawanin gak ngeluarin sperma, katanya kalau kita gituan tapi si cowok gak keluar bisa marah dan mutusin kita" terangnya
"Sesat bener ajaran temenmu" komentarku
"Kok gitu?" tanya Chika
"Aku mana mungkin mutusin kamu, jemput telat aja gak tega." jawabku
"Ihh.. jadi makin sayang" kata Chika dengan gaya manjanya.
"Trus kamu belajar begituan dimana? Jangan bilang diajarin temenmu juga" tanyaku lagi
"Dari internet lah sayang.. masa dari temen. Malu." jawab Chika
"Yaudah.. kita keluar gak?" ucapku
"Gak usah, ngapain. Aku sih lebih milih meluk om aja disini daripada keluar." kata Chika
"Kamu gak laper? Abis goyang-goyang..haha" kataku
"Ihh.. om.. aku malu tau.. yaudah nanti deh kita makan sebelum pulang" kata Chika
Aku pun bangkit, kulihat Chika melihatku heran. Aku mengambil boxer dan memakainya. Lalu mengambil minuman yang sebelumnya kami beli.
"Minum ini, biar agak seger" kataku sambil memberikan minuman berenergi pada Chika
"Makasih sayang" ucapnya sambil menerima minuman yang kuberikan.
Kamipun hanya membicarakan hal-hal mengenai sekolahnya dan teman-temannya yang kuanggap sangat mempengaruhi pola pikirnya mengenai sex. Ia pun aku nasehati agar tak jadi maniak.
Sampai jam 7 malam kami mengobrol ngalor ngidul tanpa topik yang jelas.
Aku pun mandi dan bersiap-siap untuk cari makan, sedangkan Chika hanya mencuci muka.
"Sayang nanti kalau misal aku ngajakin Om nginep dirumah, boleh gak yah?" tanya Chika
"Mana boleh lah sama Bunda" jawabku
"Aku mau tidur sama Om Bejo" katanya
"Sabar yah, nanti deh kalau situasi memungkinkan" kataku
Kita yang sudah bersiap pun keluar mencari makan. Kami makan di pusat jajanan kota, tak lupa juga aku membeli martabak untuk Kak Desi.
Kami pun pulang setelah makan, dengan membawa martabak untuk Kak Desi. Aku pun sendiri sebenarnya tak sabar ingin bertemu dengannya.
Kami sudah sampai dirumahnya, tapi kulihat lampu dalam rumahnya sudah gelap.
"Kayaknya Bunda udah tidur atau di kamarnya" kata Chika sambil berjalan karena tahu aku memperhatikan rumahnya terus. Aku pun mengikutinya sambil menenteng martabak yang kubeli.
"Masuk dulu yuk Om, aku cari Bunda dulu" katanya.
Aku pun masuk, duduk di ruang tamu. Chika keluar lagi, sendiri.
"Bunda kayaknya udah tidur Om" kata Chika
"Yaudah om langsung balik ya" sahutku lalu berdiri.
Chika pun memelukku, dan mendorongku ke kursi lagi. Aku terduduk, ia menciumku dengan rakus. Aku pun membalasnya seperti tak mau kalah dengan peelakuannya.
Kuhentikan ciuman kami, "maaf ya sayang, besok kita kan masih bisa" kataku.
"Tapi sayang.. aku masih pengen deket Om" jawab Chika
"Sabar yah" kataku sambil berdiri.
"Aku pulang dulu sayang. Selamat malam" ucapku kemudian mengecup keningnya.

Aku pun keluar, baru sampai motor hapeku berbunyi. Kulihat ternyata Kak Desi, "besok pagi aku ke kostmu" pesan kak Desi.
"Oke" balasku singkat
Ia tak membalas lagi chatku. Aku pun bergegas pulang untuk istirahat.

Esoknya aku bangun jam 5, segar badanku ketika bangun langsung kubawa melakukan pemanasan dan beberapa gerakan fitness untuk di rumah. Aku sebenarnya berniat jogging pagi itu kuurungkan karena selamam Kak Desi bilang akan ketempatku. Aku yang selesai, tak langsung mandi karena keringat masih banyak. Aku akhirnya membuat susu panas dan mengambil snack sisa kemarin untuk menemaniku. Aku juga bersihkan kamarku agar jika Kak Desi datang, ia merasa nyaman bersamaku.
Jam setengah 7 pintu kamarku diketuk, kubuka pintu ternyata yang aku tunggu telah datang. Aku yang pagi itu hanya menggunakan boxer kembali duduk menyelesaikan upacara sarapanku. 😅
"Jo, kalian keliatan cocok ya. Aku jadi cemburu." ucap Kak Desi yang tengah duduk di pinggiran kasur bersamaku.
"Maksud kakak? Kakak cemburu sama Chika?" tanyaku
"Iya, aku iri sama Chika karena bisa bebas bersama kamu" jawabnya
"Aku deket Chika bukannya malah mendukung kakak karena jadi gak ada kecurigaan kalo kakak sering sama aku?" ujarku
"Iya sih tapi gak tau kenapa aku jadi gak rela kalo kamu jalan sama Chika. Aku juga mau Jo, aku juga wanita" kata Kak Desi sambil tertunduk.
"Aku tahu kak, aku juga sadar kalau gak cuma anak2 yang butuh kasih sayang. Kakak juga kan?" ujarku pada Kak Desi
"Makasih udah mau ngerti Jo" ia setelah memeluku dari samping.
Kumatikan rokok ku, kubalas pelukan Kak Desi.
"Kak aku juga menyayangi kakak, kakak jangan khawatir. Aku akan selalu ada buat kalian" ungkapku
Kak Desi pun melepas pelukannya, kami saling berpandangan.
"Kamu berhasil memiliki aku Jo, meski aku sudah bersuami. Tapi aku aku ini milikmu" ucap kak Desi.
Ia kemudian berbaring di kasurku, memandang ku seakan mengharapkan sesuatu dariku.
Entah kenapa aku saat itu sangat bernafsu, ingin sesegera mungkin menggaulinya dengan brutal. Seakan tak ada kendali atas diriku sensiri.
Langsung kubuka pengait dan sleting celana Kak Desi, ia mengangkat pinggulnya merelakan aku meloloskan jeans yang membungkus tubuhnya. Kupandangi tubuh Kak Desi yang masih mengenakan kemeja dan CDnya. Mungkin tak sabar atau heran aku hanya diam, ia mengangkat pinggulnya sendiri lalu menarik CDnya hanya sebatas paha. Ia memandangku seakan memintaku menyelesaikan apa yang sudah kami mulai.
Aku menarik CDnya sampai terlepas, kaki Kak Desi sedikit ditekuk setelah ia tak memakai apa2 menutupi bagian bawah tubuhnya. Aku masih diam, sebenarnya terbesit dalam pikirku tentang aku yang telah meneguk gairah bersama anak gadisnya.. dan itu membuatku sangat berdosa pada Kak Desi.
Ia yang tak tahu memandangku dengan mimik muka sejuta tanya. Kak Desi yang tak mengerti, melebarkan pahanya. Memamerkan liang senggamanya di depan mataku.
"Bejo" Kak Desi menyebut namaku
Aku yang tersadar dari rasa berdosa memandang indahnya lembah yang dengan sukarela menjadi rumah sementara pusakaku. Aku mengambil posisi di antara kedua paha Kak Desi, dan kembali menatapnya. Kami berpandangan, namun Kak Desi tak hanya diam.. ia membimbing tanganku untuk mengelus lembah vaginanya. Aku pun menurutinya, mengesekan jemariku di belahan vagina Kak Desi yang sedikit lembab.
Kak Desi mungkin bingung dengan aku saat itu, maka ia memanggilku lagi.
"Bejoo" panggilnya dengan mendesah karena menikmati jemariku membelai vaginanya.
Aku pun tak menjawab, kini aku kembali menjadi Bejo yang siap sedia untuk Kak Desi. Aku putuskan melupakan Chika untuk sejenak.
Kedua tanganku beralih membuka setiap kancing kemeja Kak Desi. Lalu menyusup ke punggung membuka pengait BH yang ia kenakan. BHnya aku singkap.
"Aku mulai kak" kataku yang sudah kembali menjadi Bejo
"Aku sudah menunggumu sayang" sahut Kak Desi
Aku beringsut ingin mengecup bibir tipis Kak Desi, ia memejamkan mata saat bibirku sudah dekat dengan bibirnya. Aku mengecupnya, beralih ke pipinya, ke keningnya, hidungnya dan kembali ke bibirnya. Kali ini aku tak hanya mengecup tapi juga melumat dan menyedot-nyedot bibirnya. Kak Desi pun memrespon perlakuanku. Membalas lumatanku dan menghisap bibirku bahkan Kak Desi yang memulai bermain dengan lidah.
Aku yang tak ingin menyia-nyiakan hidangan lain, melepas bibirku dan membimbingnya ke leher putih bersih Kak Desi. Kukecup dan kujilati lehernya dengan gemas. Aku turunkan lagi menuju payudaranya.
Lidahku menjulur dan mulai menyapu dari belahan dada paling atas ke bawah. Tanganku ikut meremas pelan kedua payudaranya.
"Enggghhh Jooo" erangnya.
Aku kali ini bermain lembut, kubimbing lidah dan bibirku mengitari payudaranya secara bergantian. Kak Desi memegangi kepalaku yang bergerak-gerak di dadanya. Nafas Kak Desi terdengar memburu, kuartikan ia menikmati perlakuanku.
Ku lepas satu telapak tanganku yang berada di payudara ranum miliknya, kugantikan dengan lidahku yang siap membasahi seluruh permukaan dadanya. Ku jelajahi payudaranya dan berakhir di putingnya. Erangan dan desahan Kak Desi kembali terdengar saat lidahku menari di putingnya yang tegak menantang. Telapak tanganku yang berada di sebelah tak mau dia meremas pelan. Kulakukan hal yang sama pada payudaranya yang lain.
"Ehhkkhh Joo.. ekhhhkhh Joo" erangan Kak Desi setiap kali lidahku mencapai dan memainkan putingnya.
Seluruh area dada Kak Desi telah basah oleh keringat dan liurku. Aku pun berpindah turun ke perutnya. Lidahku mengelilingi perutnya berusaha membasahi seluruh area dengan memutar. Perlakuanku di perutnya membuat Kak Desi menggeliat tak karuan.
"Jooo engghhh gehli..." erangan Kak Desi yang berulang kali terdengar.
Erangan Kak Desi seperti tanpa spasi, erangannya keluar saat lidahku dengan pelan mengitari perutnya. Terlebih saat ku mainkan lidahku di pusarnya, ia menggeliat dan merintih hebat.
Aku pun berpindah turun menuju liang senggama Kak Desi. Kubahasi dulu bulu-bulu Kak Desi yang tak begitu lebat, kemudian turun membelah garis vagina yang sudah tak rapat dan basah.
"Heggghh" suara kak desi menahan sesuatu
Namun tangannya tiba-tiba menjambak rambutku, dimana kepalaku sedang membasahi area pangkal pahanya. Cengkraman Kak Desi pada rambutku tak membuatku berhenti, aku tetap membasahi area sekitar vaginanya. Jilatanku beralih ke batas pemisah antara dubur dan vaginanya, dari sana aku bimbing lidahku naik membelah vaginanya. Kumainkan clitorisnya dengan menyapu-nyapu areanya. Tak terdengar erangan namun nafasnya yang menyongsong sangat keras. Saat kuhisap clitorisnya dengan kuat, kaki Kak Desi menegang dan ia memekik "hegghhh Joooo...".
Kak Desi seperti menahan sesuatu, aku alihkan lidahku ke liang senggamanya, kutusukan dan kucongkel-congkel vaginanya.
"Esshh ahh esshh ahh" desahan kak desi menikmati.
Aku pun kembali membimbing bibir dan lidahku ke arah clitorisnya. Jariku ikut andil menggantikan lidahku yang sebelumnya bermain pada liang senggamanya. Aku tusukkan jariku masuk selagi aku menghisap-hisap clistorisnya. Kukocok vaginanya dengan cepat selama aku menghisap kedua kalinya aku mengocokan jariku, Kak Desi berteriak
"Bejoo... akhhhh...." teriakan panjang yang pasti terdengar kamar sebelah.
Kak Desi menggelinjang hebat saat berteriak, kepalaku pun ditekan kuat dan jariku seolah dimandikan di dalam vaginanya.
"Kamu jahat Jo, aku tahan biar aku memuaskan kamu dulu" katanya dengan nafas tersengal
Aku tak menanggapinya, aku duduk diantara pahanya dengan tersenyum padanya. Kami saling berpandangan, nafas Kak Desi yang tak teratur membuatnya makin sexy.
Kak Desi kemudian duduk depanku setelah nampak lega.
"Aku ingin memuaskanmu Jo, jangan ditahan. Aku melakukannya ikhlas untuk orang yang aku sayang" katanya sambil mendorongku pelan agar aku berbaring. Aku pun berbaring dengan Kak Desi yang duduk di sambing kakiku.
Ia menarik boxer ku, kunaikkan pinggulku dan terlihatlah pusakaku yang telah ereksi penuh. Tak berlama-lama, Kak Desi langsung mengocok dan memasukkan penisku ke mulutnya.
"Pemandangan yang indah" pikirku
Kak Desi yang bawahnya telanjang, bagian atasnya terbuka dan BH yang hanya kusingkap sedang memainkan penisku. Aku benar-benar menikmati perlakuannya, kurasakan ia tanpa beban dan rasa ragu. Ia menghisap kuat penisku dan kadang berusaha memasukkan penisku sampai mentok. Ia tak mengeluh dengan rasa mual yang dirasakan. Dengan perlakuannya ia menyampaikan "aku persembahkan semua yang aku miliki".
Kak Desi berhenti memainkan pusakaku, ia memandangku lalu naik dan duduk di pahaku.
"Aku akan berikan servis terbaikku Jo" kata Kak Desi yang bersiap memposisikan dirinya
Kak Desi mengocok sebentar meludahi telapak tangannya dan membasahi penisku. Penisku di bawahnya siap menusuknya. Perlahan ia turunkan pinggulnya dan membimbing penisku.
"Blesss" penisku perlaham amblas dalam vaginanya.
Kulihat Kak Desi terpejam saat ia memasukannya, ia terlihat begitu menikmati tiap gesekannya. Aku pun menikmatinya, konsentrasiku kini hanya menikmati tanpa berusaha menahan agar tahan. Setiap remasan vaginanya begitu terasa di penisku, membuatku melayang.
Kak Desi mulai menaik turunkan pinggulnya, ia goyangkan pinggulnya saat menurunkan pinggulnya. Aku sangat menikmati permainannya sampai meringis. Kak Desi yang terpejam dan terus menaik turunkan pinggulnya sangat cantik di mataku. Payudara yang ikut bergoyang kuraih dengan kedua tanganku. Kuremas remas payudara sekal milik Kak Desi, perlakuanku membuatnya mendesah.
"Ahh...eengg ahh engg ahh" desahnya yang masih terpejam.
Erangan dan desahan menemani kegiatan kami. Saat remasanku berganti dengan memilin, Kak Desi terbelalak dengan mulutnya tetap mengeluarkan desahan.
"Ahh..jooo.. engghh..jooo..." erang Kak Desi
Aku sungguh tak menahan penisku untuk keluar, namun hanya fokus menikmati persenggamaan kami.
Kak Desi makin liar bergerak di atasku, ia bergoyang layaknya sedang zumba. Hal itu berakibat nikmat pada penisku, terasa sudah hampir aku mencapai puncak akibat remasan vagina Kak Desi. Kak Desi makin hilang kendali, ia bergoyang kesetanan dengan bertumpu di dadaku.
"Arrgggghhhhh...." hentakan pinggul Kak Desi dan erangan Kak Desi membuatku saat nikmat. Karena saat itu pula kedutan hebat vaginanya begitu meremas penisku.. "hampir" batinku.
Kendali langsung aku ambil alih, Kak Desi yang masih bertumpu di dadaku.. ku angkat pinggulnya sedikit dan kusodokkan penisku dengan cepat. Aku sangat menginginkan klimaks ku. Gesekan demi gesekan pada penisku membuatku makin liar.
"Ahh ahh ahh" desahan Kak Desi yang kudengar makin membuatku bernafsu.
"Kaaaaaakkkk" aku mengerang saat penisku menyemburkan isinya.
Dengan nafas yang memburu, kupandang wajah cantik Kak Desi.
"Kak, maaf aku keluarnya cepet" kataku.
"Gak kok Jo, aku malah seneng kamu bisa menikmatinya" ucap Kak Desi.
"Mau lagi Kak? Aku janji kali ini kakak tak akan kecewa" tanyaku
"Enggak Jo, hari ini aku hanya ini melayanimu. Lain kali saja. Udah siang juga" jawabnya
Kak Desi pun merebahkan diri di atasku, penisku yang masih setengah berdiri tetap bersarang di vaginanya.
"Kakak mau cerita sesuatu Jo, kakak pikir kamu harus tau. Karena aku yakin kamu bukan tipe seperti itu." kata Kak Desi membuatku penasaran.
"Ada apa Kak?" tanyaku.
"Tentang Kak Yanti" jawab Kak Desi
Aku pun diam, teringat semua tentang Kak Yanti. Mulai dari cerewetnya, omelannya, sampai rasa pelayanannya.
"Kak Yanti nawarin kamu ke grup, dia bilang siapa saja bisa pakai kamu. Khusus relasi usahanya gratis. Kak Yanti juga kasih foto dan ceritakan tentang kamu di atas ranjang" ungkap Kak Desi.
"Aku bukan gigolo" kataku lirih
"Aku tau Jo, meskipun nafsumu besar tapi aku yakin dengan hatimu" sahut Kak Desi
Ia pun bangkit melepas penisku dan berjalan ke arah tas yang ia bawa. Ia mengambil hapenya dan kembali ke arahku. Aku pun duduk, Kak Desi duduk di sebelahku. Ia perlihatkan hapenya, dimana Kak Yanti memposting diriku. Kuambil hapenya saat aku melihat fotoku sendiri. Aku sebenarnya tak percaya, Kak Yanti bisa setega itu. Komentar yang ada pun beragam, dari yang mau coba sampai menghinaku karena wajahku. Tapi 1 komentar yang membuatku tertarik, komentar dari Kak Desi. Ia bilang bahwa tidak usah pakai aku, agar dia saja yang pakai lagipula kita sekota. Aku memandang tak percaya pada Kak Desi saat aku membaca komentarnya.
"Kakak komentar gini?" tanyaku
"Ehh.. maaf Jo.. abis aku ga terima kamu dihina sama anak grup" jawabnya
Kulihat grup Chat itu, kuingat namanya untuk aku tanyakan jelasnya pada Kak Yanti.
"Makasih Kak udah critain masalah ini" kataku
"Aku cuma berpikir kalo aku nyimpan rahasia ini, kamu juga akan tau sendiri nantinya. Tapi lebih cepat tau lebih baik pikirku" balas Kak Desi
"Sekarang aku penasaran gimana bisa kakak ke kamar waktu kita di hotel" kataku sambil mengembalikan Hapenya
"Awalnya karena aku lah istri yang dikenalkan oleh suamiku ke relasinya. Jadi aku kenal banyak orang termasuk istrinya. Kita di grup itu sepakat buat ngadain arisan, tapi lama kelamaan banyak yang share lelaki simpanannya." cerita Kak Desi
"Trus yang di hotel itu?" tanyaku lagi
"Kak Yanti posting kamu waktu itu dan aku tanya2 karena aku ngerasa ngenalin kamu. Kita kan berkawan di BBM. Trus aku di suruh ke kamarnya, waktu di kamar aku sebenernya kaget banget tahu kalo kamu itu adik iparnya sendiri. Aku kira kamu simpenannya." cerita Kak Desi lagi
"Kok Kakak mau sama aku waktu itu? Sampai mau ikut dan mau beliin martabak segala" kataku
"Waktu itu kakak belum mau, kakak cuma disuruh ke kamar aja dan bawa martabak manis rasa coklat. Kakak cuma penasaran aja kamu apa bukan yang di posting. Kalo soal begituan karena waktu itu kakak abis cekcok sama suami lewat telpon dan kakak dibisikin Kak Yanti kalo cobain kamu, buat hilangin stres. Aku coba deh" ceritanya.
Kak Desi tersipu selesai menceritakan semuanya. Kini aku pun tahu kalau Kak Yanti tak pernah baik padaku. Ia yang kasar dan cerewet tak pernah berubah, bahkan tega menjadikanku pemuas teman-temannya. Aku beruntung ada di kota yang berbeda, butuh semalam perjalanan untuk ke kotaku membuat para wanita yang ingin mencobaku harus bersabar.
Aku yang berniat balas dendam dengan memperkosanya malah dijadikan gigolo olehnya. Lucunya nasib ini.

SEKIAN

Kisah bejo lanjut ke https://www.semprot.com/threads/1184205?-Bejo-Manajemen-Konflik


Saya akhiri cerita saya yang berjudul Niatnya Balas Dendam. Alasan mengakhiri karena dibatasi oleh judul yang salah. Jika kemarin saya tahu itu harusnya judul, maka tidak akan habis ceritanya disini. Terima kasih atas kunjungan saudara sekalian di thread pertama saya.
 
Terakhir diubah:
Lanjutin pake judul baru gan.....
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd